Formulasi formulasi sediaan emulgel minyak atsiri temu putih (curcuma zedoaria [berg.] roscoe) dengan variasi carbopol 940 sebagai gelling agent dan uji aktivitas antibakterinya terhadap bakteri staphylococcus epidermidis ATCC 12228 - USD Repository

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

FORMULASI SEDIAAN EMULGEL MINYAK ATSIRI TEMU PUTIH
(Curcuma zedoaria [Berg.] Roscoe) DENGAN VARIASI CARBOPOL 940
SEBAGAI GELLING AGENT DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERINYA
TERHADAP BAKTERI Staphylococcus epidermidis ATCC 12228

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi

Oleh :

Felicia Aniska
NIM : 108114090

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

FORMULASI SEDIAAN EMULGEL MINYAK ATSIRI TEMU PUTIH
(Curcuma zedoaria [Berg.] Roscoe) DENGAN VARIASI CARBOPOL 940
SEBAGAI GELLING AGENT DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERINYA

TERHADAP BAKTERI Staphylococcus epidermidis ATCC 12228

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi

Oleh :
Felicia Aniska
NIM : 108114090

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014


 


i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 


 

ii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK

TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 


 

iii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

HALAMAN PERSEMBAHAN


Good things come to those who believe, better things come to those who are
patient, and the best things come to those who don’t give up.
My life isn’t perfect but I’m thankful for everything I have.. ♥
Today is a perfect day to start living your dreams. Make it happened!!

I dedicate my work to :
my God
my Mom and Dad
my brother, Yovan
my almamater, Sanata Dharma University


 

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN

TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 


 

v

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 



 

vi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan
Bunda Maria atas berkat, rahmat, dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Formulasi Sediaan Emulgel Minyak Atsiri
Temu Putih (Curcuma zedoaria [Berg.] Roscoe) dengan Variasi Carbopol 940

sebagai Gelling Agent dan Uji Aktivitas Antibakterinya terhadap Bakteri
Staphylococcus epidermidis ATCC 12228” ini dengan baik. Skripsi ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
program studi Farmasi.
Penulis menyadari bahwa selama proses perkuliahan menempuh masa
studi S1 sampai penyusunan skripsi ini selesai, penulis telah menerima dukungan
baik dalam doa, bimbingan, arahan, saran, maupun kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis hendak menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Ipang Djunarko, M. Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ibu Christofori Maria Ratna Rini Nastiti, M. Pharm., Apt., selaku Kaprodi
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, sekaligus Dosen Pembimbing
Skripsi yang telah banyak memberikan waktu, bimbingan, pengarahan,
masukan, semangat serta motivasi kepada penulis dari pembuatan proposal
penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini.


 


vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

3. Ibu Dr. Erna Tri Wulandari, M. Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah
memberikan waktu, masukan, kritik dan saran kepada penulis.
4. Ibu Damiana Sapta Candrasari, M. Sc., selaku dosen penguji yang telah
memberikan waktu, masukan, kritik dan saran kepada penulis.
5. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si., atas masukan dan arahan dalam
bidang Mikrobiologi kepada penulis.
6. Segenap dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah
mengajar dan membimbing penulis selama perkuliahan.
7. Bapak Mukmin, Bapak Musrifin, Bapak Agung, Bapak Iswandi, serta

laboran-laboran lain yang telah membantu penulis selama penelitian.
8. Orang tua penulis, yang telah memberikan doa, cinta, kasih sayang, dukungan,
semangat, dan motivasi yang luar biasa kepada penulis dari kecil hingga saat
ini.
9. Adik penulis, Yovan, atas semangat, dukungan, dan doa yang diberikan.
10. Teman-teman skripsi senasib seperjuangan, Angga, Wulan, Dian, Odil,
Tomas, dan Samuel atas kerbersamaan dan kerjasama baik suka maupun duka,
dari awal hingga selesainya penyusunan skripsi.
11. Sahabat-sahabatku, Lulu, Stephanie, dan Maria, atas doa, semangat,
dukungan, dan kebersamaan yang telah diberikan.
12. Teman-teman Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma atas kebersamaan
yang tak terlupakan dari awal semester hingga akhir.


 

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN

MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu karena keterbatasan
penulis atas segala doa, bantuan, dan dukungan selama proses penelitian dan
penyusunan skripsi.
Penulis menyadari bahwa laporan akhir skripsi ini masih memiliki
banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak. Penulis berharap semoga laporan akhir skripsi ini dapat berguna
bagi seluruh pihak dalam kepentingan akademik, terutama dalam bidang farmasi.

Yogyakarta, 29 Mei 2014

Penulis


 

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL …………………………………………………….....

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………........

ii

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………...

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI …………………………..

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………………

vi

PRAKATA ………………………………………………………………….

vii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………......

x

DAFTAR TABEL ………………………………………………………......

xiii

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………..

xiv

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………...

xv

INTISARI …………………………………………………………………..

xvi

ABSTRACT …………………………………………………………………

xvii

BAB I. PENGANTAR ……………………………………………………...

1

A. Latar Belakang ……………………………………………………...

1

1. Perumusan Masalah …………………………………………....

3

2. Keaslian Penelitian …………………………………………......

4

3. Manfaat Penelitian ……………………………………………..

6

B. Tujuan Penelitian …………………………………………………...

6

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ……………………………………...

8

A. Bau Kaki ……………………………………………………………

8

B. Bakteri Staphylococcus epidermidis ……………………………..…

9

C. Minyak Atsiri ……………………………………………………….

10

D. Minyak Atsiri Temu Putih ……………………………………...…..

12

E. Emulgel ……………………………………………………………..

13

F. Carbopol …………………………………………………………….

15

G. Uji Sifat Fisik Sediaan Topikal ……………......................................

17


 

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

1. pH ………………………………………………………………

17

2. Viskositas ……………………………………………………....

17

3. Daya sebar …………….………………………………………..

18

4. Uji ukuran droplet ………………..…………………………….

18

H. Uji Antibakteri ..………………………………………………….....

19

I. Landasan Teori ……………………………………………………...

20

J. Hipotesis ……………………………………………………………

23

BAB III. METODE PENELITIAN ………………………………………...

24

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ………………………………….....

24

B. Variabel Penelitian ……………………………………………….....

24

C. Definisi Operasional ………………………………………………..

25

D. Bahan Penelitian ……………………………………………………

27

E. Alat Penelitian ………………………………………………………

27

F. Tata Cara Penelitian ………………………………………………...

27

1. Verifikasi Minyak Atsiri Rimpang Temu Putih ………………..

27

2. Uji Antibakteri Minyak Atsiri Temu Putih terhadap Bakteri
Staphylococcus epidermidis ……………………………………

29

3. Formula Emulgel Minyak Atsiri Temu Putih ………………….

32

4. Pembuatan Emulgel Minyak Atsiri Temu Putih ……..………...

33

5. Pembuatan Kontrol Positif Emulgel Clindamycin 0,2% ………

33

6. Uji pH Emulgel Minyak Atsiri Temu Putih ……………………

34

7. Uji Sifat Fisik Emulgel Minyak Atsiri Temu Putih ……………

34

8. Uji Daya Antibakteri Emulgel Minyak Atsiri Temu Putih
terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis dengan Metode
Difusi Sumuran ………………………………………………...

35

G. Analisis Hasil …………………………………………………….....

37

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………..

38

A. Identifikasi dan Verifikasi Minyak Atsiri Temu Putih ……………..

38

B. Uji Daya Antibakteri Minyak Atsiri Temu Putih terhadap Bakteri


 

Staphylococcus epidermidis ………………………………………...

40

C. Pembuatan Emulgel Minyak Atsiri Temu Putih ……………………

46

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

D. Uji Sifat Fisik Emulgel Minyak Atsiri Temu Putih ………………...

50

E. Uji Stabilitas Emulgel Minyak Atsiri Temu Putih ………………….

54

F. Uji Daya Antibakteri Emulgel Minyak Atsiri Temu Putih terhadap
Bakteri Staphylococcus epidermidis …………………………….....

55

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………...........

60

A. Kesimpulan ……………………………...……………………….....

60

B. Saran ……………………………...…………………………….......

60

DAFTAR PUSTAKA ……………………………...…………………….....

61

LAMPIRAN ……………………………...……………………………........

66

BIOGRAFI PENULIS ……………………………...……………………....

133


 

xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel

I. Formula basis emulgel (200 g) .......................................................

32

Tabel II. Formula emulgel minyak atsiri temu putih dengan perbandingan
komposisi carbopol 940 (100 g) ......................................................

32

Tabel III. Hasil verifikasi minyak atsiri temu putih ........................................

39

Tabel IV. Diameter zona hambat yang dihasilkan oleh minyak atsiri temu
putih terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis .......................

43

Tabel V. Nilai probabilitas uji Shapiro-Wilk diameter zona hambat minyak
atsiri temu putih terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
epidermidis ......................................................................................

44

Tabel VI. Hasil analisis T-test diameter zona hambat minyak atsiri temu
putih terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis ..

45

Tabel VII. Hasil uji pH emulgel minyak atsiri temu putih ...............................

51

Tabel VIII. Hasil uji viskositas dan daya sebar emulgel atsiri minyak temu
putih .................................................................................................

53

Tabel IX. Nilai probabilitas uji Kruskal-Wallis stabilitas viskositas emulgel
minyak atsiri temu putih ..................................................................

54

Tabel X. Diameter zona hambat yang dihasilkan oleh emulgel minyak atsiri
temu putih terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis ...............

56

Tabel XI. Nilai probabilitas uji Shapiro-Wilk diameter zona hambat emulgel
minyak atsiri temu putih terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus epidermidis ............................................................

57

Tabel XII. Nilai probabilitas T-test diameter zona hambat minyak atsiri temu
putih 15% terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis sebelum
dan sesudah diformulasikan ...........................................................


 

xiii

59

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Bakteri Staphylococcus epidermidis ............................................

9

Gambar 2. Rimpang Temu Putih ...................................................................

12

Gambar 3. Struktur Carbopol..........................................................................

15

Gambar 4. Minyak Atsiri Temu Putih ............................................................

38


 

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran

1. Certificate of Analysis Zedoaria Oil ........................................

Lampiran

2. Sertifikat Hasil Uji Staphylococcus epidermidis ATCC

66

12228 ........................................................................................

67

Lampiran

3. Verifikasi Minyak Atsiri Temu Putih ......................................

68

Lampiran

4. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Temu Putih .....

69

Lampiran

5. Hasil Analisis Statistik Data Diameter Zona Hambat Minyak
Atsiri Temu Putih terhadap Bakteri Staphylococcus
epidermidis ...............................................................................

72

Lampiran

6. Konversi Minyak Atsiri Temu Putih ........................................

92

Lampiran

7. Hasil Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Emulgel Atsiri Minyak
Temu Putih ...............................................................................

94

Lampiran

8. Emulgel Minyak Atsiri Temu Putih ......................................... 102

Lampiran

9. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Emulgel Atsiri Minyak Temu
Putih ......................................................................................... 104

Lampiran 10. Hasil Analisis Statistik Data Diameter Zona Hambat Emulgel
Minyak Atsiri Temu Putih terhadap Bakteri Staphylococcus
epidermidis ............................................................................... 107
Lampiran 11. Hasil Analisis Statistik Data Diameter Zona Hambat Minyak
Atsiri Temu Putih terhadap Bakteri Staphylococcus
epidermidis Sebelum dan Sesudah Diformulasikan Menjadi
Emulgel Minyak Atsiri Temu Putih ......................................... 129


 

xv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

INTISARI

Kandungan minyak atsiri rimpang temu putih (Curcuma zedoaria [Berg.]
Roscoe) telah terbukti memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri
Staphylococcus epidermidis. Berdasarkan hal tersebut, minyak atsiri temu putih
berpotensi untuk diformulasikan menjadi sediaan topikal emulgel. Emulgel dibuat
dalam tiga formula dengan variasi komposisi carbopol 940 sebagai gelling agent.
Penelitian ini bertujuan untuk memastikan emulgel minyak atsiri temu putih
sesuai dengan kriteria, mengetahui ada tidaknya aktivitas antibakteri emulgel
minyak atsiri temu putih terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis, dan
mengetahui pengaruh variasi komposisi carbopol 940 dalam sediaan emulgel
minyak atsiri temu putih terhadap sifat fisik dan kemampuannya sebagai
antibakteri pada bakteri Staphylococcus epidermidis.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimental murni rancangan
acak lengkap pola searah. Sifat fisik emulgel yang diamati meliputi organoleptis,
pH, viskositas, daya sebar, dan stabilitas emulgel, yaitu mengamati viskositas 48
jam dan tiap minggu selama 1 bulan. Analisis data menggunakan ANOVA satu
arah dengan taraf kepercayaan 95%, selanjutnya dilakukan T-test dengan
menggunakan aplikasi program R versi 3.0.1.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa emulgel minyak atsiri temu putih
FI dan FII memiliki sifat fisik sesuai kriteria, sedangkan FIII tidak. Emulgel
minyak atsiri temu putih memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus
epidermidis. Penambahan konsentrasi carbopol 940 pada sediaan emulgel minyak
atsiri temu putih berbanding terbalik dengan aktivitas antibakteri yang diukur
melalui diameter zona hambat terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis.
Kata kunci : antibakteri, minyak atsiri temu putih, carbopol 940, gelling agent,
emulgel, zona hambat, Staphylococcus epidermidis


 

xvi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

ABSTRACT
The content of zedoaria oil (Curcuma zedoaria [Berg.] Roscoe) had been
shown to have antibacterial activity against Staphylococcus epidermidis. Based on
this, zedoaria oil had the potential to be formulated into topical emulgel
preparations. Emulgel was made in three formulas with compositional variation of
carbopol 940 as a gelling agent. This research aimed to ensure the emulgel of
zedoaria oil according to the criteria, to determine whether there was antibacterial
activity in emulgel of zedoaria oil against Staphylococcus epidermidis, and to
determine the effect of variations in the composition of Carbopol 940 in emulgel
of zedoaria oil on physical properties and its ability as antibacterial.
This research was a pure experimental research with completely
randomized one-way design. The physical properties of the emulgel of zedoaria
oil that observed was organoleptic characteristics, pH, viscosity, spreadability,
and stability of emulgel, by observing the viscosity at 48 hours and every week
for 1 month. Analysis of data was using one-way ANOVA with a confidence
level of 95%, and then followed by T-test using application program R version
3.0.1.
The results showed the emulgel of zedoaria oil in FI and FII had physical
properties which matched the criteria, while FIII did not. Emulgel of zedoaria oil
had antibacterial activity against Staphylococcus epidermidis. The increase of
carbopol 940 concentration in emulgel of zedoaria oil was inversely proportional
to the antibacterial activity which was measured by inhibition zone diameter
against Staphylococcus epidermidis.
Keywords : antibacterial , zedoaria oil, carbopol 940, gelling agent, emulgel,
inhibition zone, Staphylococcus epidermidis


 

xvii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

BAB I
PENGANTAR

A. LATAR BELAKANG
Bau kaki merupakan salah satu masalah yang biasanya menggangu
kehidupan sehari-hari seseorang. Bau kaki seringkali membuat orang merasa
kurang percaya diri karena aroma yang ditimbulkan dapat mengganggu orang di
sekitarnya. Aroma yang kurang sedap ini biasanya akan muncul ketika seseorang
mulai berkeringat. Pada dasarnya keringat tidak bau, biasanya bau yang tidak
sedap timbul oleh aktivitas bakteri Staphylococcus epidermidis. Bakteri ini akan
mendegradasi leusin dalam keringat menjadi asam isovaleric yang menjadi
penyebab bau kaki (Ara, et al., 2006).
Indonesia sebagai salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam,
merupakan negara yang sangat potensial dalam penyediaan bahan baku alami
untuk pembuatan obat maupun kosmetik. Ribuan jenis tumbuhan yang diduga
berkhasiat sudah sejak lama secara turun-temurun dimanfaatkan oleh masyarakat
kita. Sesuai dengan perkembangan ilmu dalam dunia kefarmasian, banyak orang
yang memanfaatkan tanaman karena dianggap lebih aman dan memiliki resiko
efek samping yang lebih rendah. Dalam setiap tanaman pasti mengandung suatu
senyawa yang dapat berguna dan memiliki efektivitas farmakologis tertentu, oleh
karena itu perlu dilakukan uji-uji untuk mengetahui efektivitasnya.


 

1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

2

Temu putih (Curcuma zedoaria [Berg.] Roscoe) merupakan salah satu
tanaman yang dapat dikembangkan dalam dunia kefarmasian. Menurut berbagai
penelitian eksperimental menunjukkan bahwa temu putih berkhasiat sebagai
antijamur, antineoplastik, antibakteri, dan antitrombotik (Chang and But, 1987).
Rimpang temu putih mengandung minyak atsiri. Minyak atsiri rimpang temu
putih memiliki daya antibakteri terhadap beberapa jenis bakteri patogen, salah
satunya adalah Staphylococcus epidermidis yang merupakan salah satu flora alami
pada kulit manusia yang dapat menimbulkan bau kaki. Melalui penelitian yang
dilakukan oleh Hartono, Nurlaila, dan Batubara (2011), diketahui bahwa pada
konsentrasi 500 ppm, minyak atsiri rimpang temu putih sudah bisa menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis.
Sediaan topikal emulgel minyak atsiri temu putih dapat menjadi salah
satu alternatif pengatasan bau kaki yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus
epidermidis. Emulgel merupakan suatu sediaan kombinasi emulsi dan gel, yaitu
campuran emulsi baik tipe M/A maupun A/M, dengan gelling agent sebagai agen
pembentuk gel dengan konsentrasi tertentu (Suryarini, 2011). Bentuk sediaan
topikal emulgel tipe M/A ini digunakan untuk formulasi minyak atsiri rimpang
temu putih yang bersifat lipofil. Bentuk sediaan ini perlu dilakukan uji dan
evaluasi agar tercapai bentuk sediaan yang diharapkan sehingga mampu
melepaskan zat aktif dengan baik.
Dalam pembuatan emulgel, gelling agent memegang peran yang sangat
penting karena gelling agent berfungsi untuk membentuk sistem gel yang akan
mempengaruhi viskositas dari sediaan. Carbomer atau carbopol berasal dari


 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

3

polimer sintesis dengan bobot molekul tinggi dari ikatan silang asam akrilat
dengan alil eter dari sukrosa lain atau alil eter dari pentaerythritol (Stephenson
and Karsa, 2000). Carbomer dapat meningkatkan viskositas. Viskositasnya lebih
tinggi pada pH 6-11 dan viskositasnya akan berkurang pada pH kurang dari 3 atau
lebih dari 12 (Rowe, Sheskey, and Quinn, 2009). Bila carbomer memiliki
viskositas yang baik, maka pelepasan zat aktif yang diberikan baik pula (Patil,
2005).

1.

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang ada adalah
sebagai berikut :
a. Apakah sediaan emulgel minyak atsiri rimpang temu putih memiliki sifat
fisik yang memenuhi kriteria?
b. Apakah sediaan emulgel minyak atsiri rimpang temu putih memiliki
aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis?
c. Bagaimana pengaruh variasi komposisi carbopol 940 sebagai gelling
agent dalam sediaan emulgel minyak atsiri rimpang temu putih terhadap
sifat fisik dan kemampuannya sebagai antibakteri pada bakteri
Staphylococcus epidermidis?


 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

2.

4

Keaslian Penelitian
Adapun penelitian terkait yang telah dilakukan oleh Maiyani Hartono,
Nurlaila, Irmanida Batubara (2011), yaitu “Potensi Temu Putih (Curcuma
zedoaria) sebagai Antibakteri dan Kandungan Senyawa Kimia”. Dalam
penelitian ini, yang dilakukan adalah menganalisis kandungan yang terdapat
dalam minyak atsiri temu putih dan menguji aktivitasnya terhadap bakteri
Bacillus subtilis dan Staphylococcus epidermidis.
Pada penelitian Lai, et al. (2004) berjudul “Antimicrobial Activity and
Cytotoxicity of The Essential Oil of Curcuma zedoaria”, yang dilakukan
adalah menguji sitotoksisitas dan daya antibakteri minyak atsiri rimpang temu
putih dengan konsentrasi 500 ppm terhadap pertumbuhan beberapa bakteri.
Dari penelitian ini diperoleh bahwa minyak atsiri temu putih memiliki
aktivitas antibakteri terhadap bakteri gram positif seperti Staphylococcus
aureus, Bacillus cereus dan bakteri gram negatif sepert Escherechia coli,
Pseudomonas aeruginosa,

Vibrio parahaemolyticus, dan

Salmonella

typhimurium.
Pada penelitian Angel, Vimala, and Nambisan (2012), “Antioxidant and
Antimicrobial Activity of Essential Oils from Nine Starchy Curcuma Species”,
membandingkan aktivitas antioksidan dan antibakteri minyak atsiri yang
terkandung dari sembilan tumbuhan genus Curcuma, diperoleh bahwa
minyak atsiri rimpang temu putih memiliki kandungan fenol paling banyak
dibandingkan golongan temu-temuan yang lainnya. Minyak atsiri temu putih


 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

5

memiliki daya antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Bacillus
subtilis, dan Escherichia coli.
Pada penelitian Kurniawan, Wijayanto, and Sobri (2012) berjudul
“Formulation and Effectiveness of Antiseptic Hand Gel Preparations
Essential Oils Galanga (Alpinia galanga)”. Dalam penelitian ini memiliki
tujuan untuk memperoleh sediaan gel yang sesuai dengan kriteria sifat fisik
dan stabil selama penyimpanan, serta efektif sebagai antiseptik. Formulasi gel
dibuat dengan variasi carbopol 940 (FI = 0,5%, FII = 1,25%, dan FIII = 2%).
Hasil yang diperoleh yaitu ketiga formula gel stabil dalam penyimpanan,
viskositas semakin turun dan daya sebar semakin meningkat selama
penyimpanan. Formula gel FI menjadi formula yang paling baik karena
memiliki efektivitas yang lebih besar bila dibandingkan dengan FII dan FIII.
Pada penelitian Agustina (2013) berjudul “Formulasi Emulgel Minyak
Cengkeh (Oleum caryophylli) sebagai Antibau Kaki : Pengaruh Carbopol 940
dan

Sorbitol

Terhadap

Sifat

Fisik

dan

Stabilitas

Fisik”.

Peneliti

memformulasikan minyak cengkeh menjadi sediaan topikal emulgel karena
merupakan salah satu pembawa yang baik bagi zat aktif yang bersifat
hidrofobik. Penelitian dilakukan untuk melihat pengaruh dari carbopol 940
dan sorbitol pada level yang diteliti terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik
emulgel minyak cengkeh. Dari penelitian tersebut didapat bahwa carbopol
940 berpengaruh pada viskositas dan daya sebar dari sediaan. Semakin tinggi
konsentrasi carbopol 940, semakin tinggi viskositas dan semakin rendah daya
sebarnya.


 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

6

Sejauh penelusuran pustaka yang telah dilakukan oleh penulis, penelitian
dengan judul “Formulasi Sediaan Emulgel Minyak Atsiri Temu Putih
(Curcuma zedoaria [Berg.] Roscoe) dengan Variasi Carbopol 940 sebagai
Gelling Agent

dan

Uji

Aktivitas

Antibakterinya

terhadap

Bakteri

Staphylococcus epidermidis ATCC 12228” belum pernah dilakukan
sebelumnya.

3.

Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoretis
Manfaat teoretis dalam penelitian ini adalah untuk menambah
pengetahuan mengenai potensi aktivitas antibakteri dari sediaan emulgel
minyak atsiri rimpang temu putih terhadap bakteri Staphylococcus
epidermidis.
b. Manfaat praktis
Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah untuk menghasilkan sediaan
topikal emulgel minyak atsiri rimpang temu putih dengan sifat-sifat fisik
yang diharapkan dan efektif memiliki aktivitas antibakteri terhadap
bakteri Staphylococcus epidermidis.

B. TUJUAN PENELITIAN
1.

Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah membuat sediaan emulgel dengan
bahan minyak atsiri rimpang temu putih.


 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

2.

7

Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Memastikan bahwa sediaan emulgel minyak atsiri rimpang temu putih
memiliki sifat fisik yang memenuhi kriteria.
b. Mengetahui ada tidaknya aktivitas antibakteri dari sediaan emulgel
minyak atsiri rimpang temu putih terhadap bakteri Staphylococcus
epidermidis.
c. Mengetahui pengaruh variasi komposisi carbopol 940 sebagai gelling
agent dalam sediaan emulgel minyak atsiri rimpang temu putih terhadap
sifat fisik dan kemampuannya sebagai antibakteri pada bakteri
Staphylococcus epidermidis.


 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA

A. Bau Kaki
Bau kaki merupakan salah satu masalah kesehatan yang dapat
mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang. Bau kaki disebabkan karena
adanya kelebihan keringat dan aktivitas bakteri pada kaki. Bakteri tumbuh di
telapak kaki yang sebenarnya menghasilkan gas-gas serupa dengan yang
dihasilkan bakteri untuk memproduksi bau seperti keju (cheesy feet) (Podiatrivic,
2002).
Aroma yang kurang sedap ini biasanya muncul ketika kaki mulai
berkeringat. Keringat pada kaki berasal dari kelenjar eccrine. Keringat ini
cenderung menguap cukup cepat dan biasanya tidak menimbulkan bau. Namun,
kaki manusia memiliki sekitar 1 juta sampai 5 juta kelenjar keringat di tubuh,
sehingga ada konsentrasi yang lebih tinggi dari keringat di badan (Freeman, 2012).
Bau kaki disebabkan karena pertumbuhan bakteri yang menggunakan
hasil sekresi dari apocrine (keringat apokrin berasal dari kelenjar apokrin yang
terdiri dari protein, asam amino, lipid, karbohidrat dan air), eccrine (keringat ekrin
dari kelenjar ekrin terdiri dari NaCl, asam asetat, asam propionat, asam kaproat,
asam kaprionat, asam laktat, asam sitrat, urea dan air), dan sebaceous gland
(campuran dari lipid) (Ganesan, et al., 2006).

8

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

9

Dalam penelitian Kobayashi (1990), ditemukan bahwa Staphylococcus
epidermidis, yang merupakan flora normal kulit, memainkan peran utama dalam
menimbulkan bau kaki. Di dalam keringat terdapat kandungan asam amino,
seperti leusin, valin, dan isoleusin. Bakteri ini akan mendegradasi leusin dalam
keringat dengan bantuan enzim leusin dehidrogenase menghasilkan isovaleric
acid yang diketahui menjadi penyebab bau kaki. Isovaleric acid merupakan suatu
senyawa asam lemak rantai pendek (Ara, et al., 2006).

B. Bakteri Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus epidermidis adalah salah satu spesies bakteri dari genus
Staphylococcus yang diketahui dapat menyebabkan infeksi oportunistik
(menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah). Beberapa
karakteristik bakteri ini adalah fakultatif, koagulase negatif, katalase positif, gram
positif, berbentuk kokus, dan berdiameter 0,5-1,5 µm (Jawetz, Melnick, and
Adelberg, 1996).

Gambar 1. Bakteri Staphylococcus epidermidis (Anonim, 2014)


 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

10

Lingkungan hidup bakteri Staphylococcus epidermidis adalah kulit
manusia. Bakteri ini biasanya hidup pada kulit dan merupakan patogen
nosokomial (penyebab infeksi silang yang diperoleh dari pasien lain).
Staphylococcus epidermidis adalah staphylococcus paling umum di kulit manusia
(Mack, Davies, Harris, Rohde, Horstkotte, and Knobloch, 2007).
Berikut adalah klasifikasi dari bakteri Staphylococcus epidermidis :
Kerajaan

: Bacteria

Filum

: Firmicutes

Kelas

: Bacilli

Ordo

: Bacillales

Famili

: Staphylococcacea

Genus

: Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus epidermidis
(Jawetz, Melnick, and Adelberg, 1996).

C. Minyak Atsiri
Minyak atsiri adalah senyawa aromatik yang terdapat dalam berbagai
jenis tanaman karena mudah menguap ketika dibiarkan terbuka di udara, maka
disebut volatile oil, minyak eteris atau minyak essensial. Minyak atsiri biasanya
tidak bewarna, segar, tetapi dalam jangka waktu yang lama dapat teroksidasi dan
mengalami pendamaran yang menyebabkan warna menjadi gelap. Bagi tumbuhan,
minyak atsiri merupakan produk metabolisme sekunder tanaman yang bersifat
spesifik pada kelompok tumbuhan tertentu (Tyler, Brady, and Robbers, 1988).


 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

11

Minyak atisiri merupakan senyawa minyak berasal dari tumbuhan dan
terdistribusi pada bagian bagian tumbuhan seperti daun, bunga, dan akar serta
batang. Minyak atsiri sangat mudah menguap pada suhu kamar. Minyak atsiri
memiliki bau khas seperti tanaman aslinya dan dapat teroksidasi oleh matahari
sehingga warnanya menjadi gelap. Minyak atsiri juga mengalami pendamaran
(Harborne, 1996).
Komponen minyak atsiri dapat dibagi menjadi 2 golongan besar
didasarkan pada biosintesisnya sebagai berikut :
1. Derivat terpen yang dibentuk melalui jalur asam asetat mevalonat.
2. Komponen aromatik yang dibentuk melalui jalur sikimat fenil propanoid
(Tyler, Brady, and Robbers, 1988).
Sifat antibakteri dari minyak atsiri dan komponennya telah ditinjau,
namun mekanisme kerja belum diteliti dengan sangat rinci. Karena banyaknya
konstituen, minyak atsiri tampaknya tidak memiliki target seluler tertentu. Dengan
sifat lipofil yang sama, mereka melewati dinding sel dan membran sitoplasma,
mengganggu struktur dari lapisan pada polysaccharides, fatty acids dan
phospholipid. Pada bakteri, permeabilitas dari membran dikaitkan dengan
hilangnya ion-ion dan reduksi potensial membran, terganggunya pompa proton,
dan berkurangnya ATP. Minyak atsiri mengentalkan sitoplasma, merusak lipid
dan protein. Kerusakan pada dinding sel dan membran dapat menyebabkan
kebocoran (leakage) makromolekul dan lisis (Tripathi, Chawla, Upadhyay, and
Trivedi, 2013).


 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

12

D. Minyak Atsiri Temu Putih
Temu putih ditanam sebagai tanaman obat dan dapat ditemukan tumbuh
liar pada tempat-tempat terbuka yang tanahnya lembab pada ketinggian 0-1000
meter di atas permukaan laut. Temu putih banyak ditemukan di Indonesia seperti
di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera, Ambon, hingga Irian. Selain itu, tanaman
ini juga dibudidayakan di India, Banglades, Cina, Madagaskar, Filipina, dan
Malaysia (Dalimartha, 2005).

Gambar 2. Rimpang Temu Putih (Anonim, 2013)

Kedudukan temu putih dalam taksonomi tumbuhan diklasifikasikan
sebagai berikut :
Divisi

: Spermatophyta

Subdivisi

: Angiospermae

Kelas

: Monocotyledoneae

Bangsa

: Zingiberales

Suku

: Zingiberaceae

Marga

: Curcuma

Jenis

: Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe
(Backer and Bakhuizen van den Brick, 1963; 1968).


 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

13

Menurut berbagai penelitian eksperimental, temu putih berkhasiat
sebagai antijamur, antineoplastik, antibakteri, dan antitrombotik (Chang and But,
1987). Rimpang temu putih mengandung 1-2,5% minyak menguap dengan
komposisi utama sesquiterpene. Minyak menguap tersebut mengandung lebih dari
20 komponen seperti curzerenone (zedoarin) yang merupakan komponen terbesar,
1,8-cineole, germacrone, curzerene, Epicurzerenone, cymene, α-phellandrene, βeusdesmol, curcumin, furanodiene, furanodienone, zederone, curzeone, 13hydroxygermacrone, dihydrocurdione, curcumenone, zedoaronediol, curcumenol,
zedoarol, curcumanolide-A, curcumanolide-B, ethyl para-methoxycinnamate, bturmerone, zingiberene, dihydrocurcumin, curdione, neocurdione (Lobo, Prabhu,
Shirwaikar, and Shirwaikar, 2009).
Minyak atsiri rimpang temu putih memiliki daya antibakteri terhadap
beberapa jenis bakteri patogen, salah satunya adalah Staphylococcus epidermidis
yang dapat menimbulkan bau kaki. Melalui penelitian diketahui bahwa pada
konsentrasi 500 ppm, minyak atsiri rimpang temu putih sudah bisa menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis (Hartono, Nurlaila, dan
Batubara, 2011).

E. Emulgel
Gel merupakan sistem semipadat yang terdiri dari suspensi yang dibuat
dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar dan
terpenetrasi oleh suatu cairan (Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan,
1995). Keunggulan gel adalah kenyamanan saat digunakan, namun gel memiliki


 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

14

keterbatasan sebagai penghantar obat-obat yang bersifat hidrofobik (Khullar,
Kumar, and Saini, 2011). Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, maka dilakukan
pendekatan berbasis emulsi. Ketika gel dan emulsi dikombinasikan bersama
menjadi suatu sediaan, sediaan tersebut dikenal sebagai emulgel. Emulgel
membantu mengatasi masalah tersebut, droplet-droplet minyak akan terdispersi
dalam fase air menghasilkan emulsi tipe oil in water (O/W). Kemudian emulsi ini
yang akan dicampur dalam basis gel. Hal ini dapat meningkatkan stabilitas dan
pelepasan obat (Panwar, Upadhyay, Bairagi, Gujar, Darwhekar, and Jain, 2011).
Menurut Voigt (1994), gel pada penggunaan topikal memiliki beberapa
kelebihan, yaitu kemampuan penyebaran pada kulit baik, efek dingin yang
dijelaskan melalui penguapan lambat dari kulit, kemudahan pencucian dengan air,
dan pelepasan obat yang baik. Emulsi memiliki kemampuan penetrasi yang tinggi
ke dalam kulit (Bhanu, Shanmugam, and Lakshmi, 2011). Emulsi diaplikasikan
untuk pemberian minyak dan obat cair bersama, dengan tujuan menyamarkan rasa,
bau, dan penampilan yang tidak menyenangkan, bahkan kadang untuk
mendukung absorpsi pada obat-obat tertentu (Allen Jr., 2002).
Emulgel (emulsion in gel) merupakan emulsi baik tipe oil-in-water
maupun water-in-oil yang dimodifikasikan dengan gelling agent. Emulgel
memiliki tingkat penerimaan yang tinggi sebagai sediaan topikal sebab memiliki
gabungan kelebihan dari gel dan emulsi (Bhanu, Shanmugam, and Lakshmi,
2011). Emulgel memiliki sifat-sifat menguntungkan, antara lain dapat
melembabkan, mudah penyebarannya, mudah dihilangkan, larut dalam air, dan
dapat bercampur dengan eksipien lain (Singla, Saini, Joshi, and Rana, 2012).


 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

15

Emulgel dibuat dengan cara mencampurkan emulsi dan gel pada
perbandingan tertentu. Pada formula emulgel terdapat bahan tambahan yang
digunakan agar membentuk bentuk sediaan yang stabil, yaitu :
1. Emulsifying agent untuk menghasilkan emulsi yang stabil, dengan
menurunkan tegangan muka antar fase pendispersi dan fase terdispersi, yang
pada umumnya memiliki perbedaan polaritas sehingga tidak dapat bercampur
(Pena, 1990).
2. Gelling agent digunakan membentuk tiga ikatan dimensional yang akan
membatasi gerak kinetik dari fase pendispersi, dengan ini maka akan
meningkatkan viskositas dari suatu sediaan (Rowe, Sheskey, and Quinn,
2009).

F. Carbopol
Carbopol atau carbomer merupakan gelling agent yang sering digunakan
untuk menghasilkan gel ataupun emulgel dengan karakteristik yang diinginkan.
Carbomer berasal dari polimer sintesis dengan bobot molekul tinggi dari ikatan
silang asam akrilat dengan alil eter dari sukrosa lain atau alil eter dari
pentaerythritol (Stephenson and Karsa, 2000).

Gambar 3. Struktur Carbopol (Rowe, Sheskey, and Quinn, 2009)


 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

16

Mekanisme pembentukan gel tergantung pada netralisasi gugus asam
karboksilat ke bentuk garamnya sehingga menghasilkan gel yang jernih dengan
viskositas optimum pada pH 7 (Conteras and Sanchez, 2001). Carbomer dapat
meningkatkan viskositas. Viskositasnya lebih tinggi pada pH 6-11, sedangkan
pada pH kurang dari 3 atau lebih dari 12 maka viskositasnya akan berkurang.
Penambahan basa akan memutuskan lebih banyak gugus karboksil sehingga gaya
tolak menolak elektrostatis lebih besar, sehingga membuat polimer mengembang
dan lebih rigid (Rowe, Sheskey, and Quinn, 2009). Bila carbomer memiliki
viskositas yang baik, maka pelepasan zat aktif yang diberikan baik pula (Patil,
2005).
Carbopol

940

dapat

digunakan

sebagai

gelling

agent

dalam

memformulasikan obat yang bersifat hidrofobik seperti minyak atsiri ke dalam
sediaan emulgel. Minyak atsiri akan lebih mudah digunakan bila diformulasikan
ke dalam suatu sediaan seperti emulgel yang terdiri dari kombinasi dua sistem,
yaitu sistem emulsi dan sistem gel. Pada sistem emulsi, minyak atsiri yang
bersifat hidrofobik dapat bercampur dengan fase minyak dan fase air karena
terdapat emulsifying agent (menurunkan tegangan permukaan). Setelah sistem
emulsi terbentuk, gelling agent ditambahkan untuk membentuk emulsi menjadi
emulgel dengan membentuk sistem gel dan meningkatkan konsistensi sediaan
(Singla, Saini, Joshi, and Rana, 2012).


 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

17

G. Uji Sifat Fisik Sediaan Topikal
Uji sifat sediaan yang meliputi pH, viskositas, daya sebar, dan ukuran
droplet bertujuan untuk mengetahui pH sediaan, penyebaran pada kulit,
pengeluaran sediaan dari wadah atau kemasan, pelepasan obat dari basisnya, dan
kestabilan sediaan (Martin, Swarbrick, dan Cammarata, 1993).
1.

pH
Pada pembuatan sediaan topikal diharapkan sediaan memiliki pH yang
sama atau sedekat mungkin dengan pH kulit normal agar terhindar dari resiko
iritasi kulit. Kulit normal relatif memiliki pH yang berkisar antara 4-6,5
(Baranoski and Ayello, 2008).

2.

Viskositas
Pada

pembuatan

sediaan

semisolid,

reologi

berpengaruh

pada

penerimaan pasien, stabilitas fisika dan ketersediaan hayati, salah satunya
adalah viskositas. Viskositas adalah suatu pertahanan dari suatu cairan untuk
mengalir pada suatu tekanan yang diberikan, semakin tinggi viskositas maka
semakin besar tahanannya sehingga semakin besar pula gaya yang diperlukan
untuk membuat cairan tersebut dapat mengalir (Sinko, 2006). Viskositas (η)
digambarkan dengan persamaan matematika :
𝜂=

!
!

=

!!!"#  !"#$!!
!!!"#  !"#$

(1)

Dari persamaan itu dapat diketahui bahwa peningkatan gaya geser (shear
stress) sebanding dengan kecepatan geser (shear rate). Namun hal ini hanya
berlaku untuk senyawa dengan tipe Newtonian seperti air, alkohol, gliserin,
dan larutan sejati, sedangkan untuk sediaan seperti emulsi, suspensi, dispersi,


 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

18

dan larutan polimer umumnya termasuk tipe non-Newtonian. Pada tipe nonNewtonian, viskositas tidak berbanding lurus dengan kecepatan geser. Tipe
non-Newtonian meliputi plastis, pseudoplastis, dan dilatan (Liebermann,
Rieger, and Banker, 1996).
Pengujian viskositas dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
jenis viskometer berdasarkan kebutuhan formulator (Garg, Aggarwal, Garg,
and Singla, 2002).
3.

Daya sebar
Daya sebar adalah kemampuan dari suatu sediaan untuk menyebar di
tempat aplikasi, dan merupakan salah satu karakteristik penting yang
bertanggung jawab dalam keefektifan atau transfer dosis yang tepat ke tempat
target, kemudahan aplikasi pada substrat, pengeluaran dari kemasan, dan
penerimaan konsumen dalam menggunakan sediaan semi solid. Faktor-faktor
yang mempengaruhi daya sebar, yaitu viskositas sediaan, lama tekanan,
temperatur tempat aksi (Garg, Aggarwal, Garg, and Singla, 2002).
Metode yang paling sering digunakan dalam pengukuran daya sebar
adalah metode parallel-plate. Keuntungan metode ini yaitu sederhana, mudah
untuk dilakukan, dan tidak memerlukan banyak biaya. Namun, metode ini
kurang tepat dan sensitif karena data yang dikumpulkan harus dihitung lagi
secara manual (Garg, Aggarwal, Garg, and Singla, 2002).

4.

Uji ukuran droplet
Ukuran droplet merupakan parameter untuk mengukur kestabilan suatu
sediaan dengan sistem emulsi. Pengukuran dilakukan dengan mengoleskan


 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

19

sediaan pada object glass kemudian diamati ukuran droplet menggunakan
mikroskop. Diameter terjauh dari tiap droplet dicatat sejumlah 500 droplet,
kemudian dihitung rata-ratanya (Mantyas, 2013).

H. Uji Antibakteri
Uji antibakteri memiliki tujuan, yaitu untuk mengetahui kemampuan
suatu agen dalam menghambat maupun membunuh bakteri tertentu. Ada beberapa
metode dalam melakukan pengujian daya antibakteri, yaitu :
1. Metode Dilusi
Metode dilusi dapat digunakan untuk menentukan Kadar Hambat
Minimal (KHM), yaitu konsentrasi terendah yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri dan menentukan Kadar Bunuh Minimal (KBM), yaitu
konsentrasi terendah yang dapat membunuh bakteri (Pratiwi, 2008).
2. Metode Difusi
Metode difusi mengukur aktivitas antibakteri berdasarkan pengamatan
diameter zona jernih yang dihasilkan pada media karena adanya agen
antibakteri yang berdifusi dari tempat awal pemberian. Metode ini dilakukan
dengan menempatkan agen antibakteri pada media padat yang telah
diinokulasikan biakan bakteri (Jawetz, Melnick, and Adelberg, 1996).
Ada beberapa cara dalam melakukan metode difusi ini, yaitu :
a. Cara sumuran.
Cara ini dilakukan dengan menginokulasikan bakteri ke media kemudian
setelah memadat, dibuat sumuran dengan diameter tertentu dan tegak


 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

20

lurus dengan permukaan media, selanjutnya ke dalam sumuran ini
dimasukkan agen antibakteri. Daya antibakteri yang diukur adalah
diameter zona jernih yang dihasilkan di sekitar sumuran (Pratiwi, 2008).
b. Cara paper disc.
Cara ini dilakukan dengan menginokulasikan bakteri ke media kemudian
setelah memadat, paper disc diletakkan di atas media yang telah
memadat, dan ditetesi dengan agen antibakteri, sehingga agen antibakteri
meresap ke dalam paper disc. Daya antibakteri yang diukur adalah
diameter zona jernih yang dihasilkan di sekitar disc (Pratiwi, 2008).

I. Landasan Teori
Bau kaki merupakan salah satu masalah yang mengganggu kehidupan
sehari-hari seseorang. Bau kaki ini timbul ketika kaki mulai berkeringat.
Penyebab terjadinya bau kaki ini adalah bakteri Staphylococcus epidermidis, yang
merupakan salah satu flora normal pada kulit manusia. Bakteri ini akan
mendegradasi leusin dalam keringat yang diproduksi menjadi isovaleric acid yang
diketahui menjadi penyebab bau kaki.
Menurut berbagai penelitian, rimpang temu putih dapat digunakan
sebagai antibakteri, antijamur, antineoplastik, antibakteri, dan antitrombotik.
Rimpang temu putih mengandung 1-2,5% minyak menguap dengan komposisi
utama sesquiterpene. Minyak menguap tersebut mengandung lebih dari 20
komponen seperti curzerenone (zedoarin) yang merupakan komponen terbesar,
1,8-cineole, germacrone, curzerene, Epicurzerenone, cymene, α-phellandrene, β-


 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

21

eusdesmol, curcumin, furanodiene, furanodienone, zederone, curzeone, 13hydroxygermacrone, dihydrocurdione, curcumenone, zedoaronediol, curcumenol,
zedoarol, curcumanolide-A, curcumanolide-B, ethyl para-methoxycinnamate, bturmerone, zingiberene, dihydrocurcumin, curdione, neocurdione.
Minyak atsiri rimpang temu putih memiliki daya antibakteri terhadap
beberapa jenis bakteri patogen, salah satunya adalah Staphylococcus epidermidis
yang merupakan salah satu flora alami pada kulit manusia yang dapat
menimbulkan bau kaki. Melalui penelitian yang dilakukan oleh Maiyani Hartono,
Nurlaila, Irmanida Batubara (2011), menunjukkan bahwa pada konsentrasi 500
ppm, minyak atsiri rimpang temu putih sudah bisa menghambat pertumbuhan dari
bakteri Staphylococcus epidermidis. Berdasarkan efektivitas minyak atsiri temu
putih dalam menghambat pertumbuhan bakteri penyebab terjadinya bau kaki,
maka minyak atsiri temu putih dapat diformulasikan ke dalam bentuk sediaan
topikal sebagai penghilang bau kaki.
Emulgel merupakan formula modifikasi gabungan dari emulsi dan gel.
Emulgel ini akan membantu mengatasi masalah yang dimiliki oleh gel, yaitu
keterbatasan sebagai penghantar obat-obat yang bersifat hidrofobik. Selain itu,
kelebihan emulgel yaitu terdiri dari emulsi yang mempunyai kemampuan
penetrasi yang tinggi dan terdapat dalam sistem gel yang memiliki kandungan air
tinggi, sehingga memberikan sensasi dingin di kulit dan membuat kulit terasa
nyaman. Pada formulasi emulgel terdapat gelling agent sebagai salah satu
komponen penyusunnya. Gelling agent memegang peran yang penting dalam
sediaan emulgel karena berfungsi sebagai pembentuk sistem gel dan dapat


 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

22

meningkatkan viskositas. Carbopol 940 sebagai gelling agent memiliki range
kadar 0,5-2,0%. Viskositas dari carbopol 940 sangat tergantung pada pH. Bila pH
carbopol tidak dinetralkan, viskositasnya akan turun karena ikatan hidrogen pada
strukturnya mudah putus. Penambahan basa akan memutuskan lebih banyak
gugus karboksil sehingga gaya tolak-menolak elektrostatik lebih besar,
memperbesar volume, membuat gel mengembang dan lebih rigid. Carbopol 940
dapat mempengaruhi sifat fisik, meliputi viskositas, daya sebar dan stabilitas dari
sediaan emulgel yang dihasilkan. Penambahan gelling agent akan meningkatkan
stabilitas dari sistem emulsi yang terbentuk karena meningkatnya viskositas dari
sediaan. Bila carbopol 940 memiliki viskositas yang optimum, maka pelepasan
zat aktif yang diberikan baik pula. Bila carbopol 940 memiliki viskositas yang
terlalu tinggi (terlalu kental/rigid), maka pelepasan zat aktif akan semakin
menurun karena zat aktif akan semakin sulit untuk keluar berdifusi.
Salah satu metode yang digunakan dalam menguji aktivitas antibakteri,
yaitu metode difusi. Metode difusi dilakukan berdasarkan pengamatan diameter
zona jernih atau zona hambat yang dihasilkan pada media yang telah
diinokulasikan bakteri karena adanya agen antibakteri yang berdifusi dari tempat
awal pemberian. Metode difusi yang digunakan adalah sumuran. Difusi sumuran
dilakukan dengan menginokulasikan bakteri ke media. Kemudian setelah
memadat

Dokumen yang terkait

Optimasi formula emulgel minyak daun cengkeh sebagai penghilang bau kaki dengan carbopol 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humectant.

1 3 114

Formulasi sediaan sunscreen ekstrak rimpang kunir putih [Curcuma mangga Val.] dengan carbopol 940 sebagai gelling agent dan sorbitol sebagai humectant.

0 8 119

Optimasi formula emulgel minyak daun cengkeh sebagai penghilang bau kaki dengan carbopol 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humectant

0 0 112

Formulasi sediaan sunscreen ekstrak rimpang kunir putih [Curcuma mangga Val.] dengan carbopol 940 sebagai gelling agent dan sorbitol sebagai humectant - USD Repository

0 0 117

Formulasi sediaan sunscreen ekstrak rimpang kunir putih [Curcuma mangga Val.] dengan carbopol 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humectant - USD Repository

0 0 107

Daya antibakteri minyak atsiri daun kemangi (Ocimum basilicum L.) sebagai zat aktif dan sediaan gel terhadap Staphylococcus epidermidis ATCC 12228 dan Bacillus Subtilis ATCC 6633 - USD Repository

0 1 104

Perbandingan aktivitas antibakteri sediaan gel dan krim tipe O/W antibau kaki minyak kayu manis terhadap bakteri Staphyiloccus epidermidis ATCC 12228 - USD Repository

0 0 101

Formulasi sediaan krim ekstrak etanolik rimpang temu putih (curcuma zedoaria berg. roscoe) dengan pengujian aktivitasnya sebagai antiinflamasi - USD Repository

0 2 83

Formulasi sediaan emulgel ekstrak etanolik rimpang temu putih (curcuma zedoaria berg. roscoe) dengan gliserin sebagai penetration enhancer dan pengujian aktivitasnya sebagai antiinflamasi - USD Repository

0 1 95

Formulasi sediaan krim kaki minyak atsiri sereh wangi jawa (cymbopogon winterianus jowitt) dengan setil alkohol sebagai stiffening agent dan pengujian aktivitasnya sebagai antibakteri terhadap staphylococcus epidermidis atcc 12228 - USD Repository

0 1 109