BAB VI ASPEK TEKNIS PER SEKTOR - DOCRPIJM db32cf0dfa BAB VIBAB 6

BAB VI
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR
6.1

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

6.1.1

Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Pengembangan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan pada hakekatnya adalah

untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan perdesaan yang layak huni (livable), aman, nyaman,

damai dan sejahtera serta berkelanjutan.

Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah wajib memberikan
akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera,

berbu, ddayaan berkeadilan sosial. Pengembangan permukiman ini meliputi pengembangan
prasarana dan sarana dasar perkotaan, pengembangan permukiman yang terjangkau,

khususnya

bagi

masyarakat

berenghasilan

rendah,

proses

penyelenggaraan

pengembangan ekonomi kota, serta penciptaan sosial budaya di perkotaan.

lahan,

Perkembangan permukiman hendaknya juga mempertimbangkan aspek-aspek sosial budaya


masyarakat setempat, agar pengembangannya dapat sesuai dengan kondisi masyarakat dan
alam lingkungannya. Aspek sosial budaya ini dapat meliputi desain, pola, dan struktur, serta
bahan material yang digunakan.

Semenjak Berdiri pada tahun 2009, Wilayah Kabupaten Mesuji Terus Mengalami Pertumbuhan

dan pengembangan seiring dengan dinamika pembangunan yang terjadi. Dalam pengembangan
sistem perumahan dan permukiman, ha yang perlu dipertimbangkan adalah masalah alokasi

ruang. Alokasi pemanfaatan ruang untuk berbagai penggunaan didasarkan pada prinsip
keadilan, keseimbangan, keserasian, keterbukaan dan efisiensi. Khusus untuk alokasi ruang

kawasan perumahan dan permukiman memiliki kecenderungan untuk terus mengalami

peningkatan setiap tahunnya seiring pertambahan jumlah penduduk dan jumlah rumah tangga
yang membutuhkan rumah. Sehingga prlu menjadi perhatian semua pihak agar lingkungan
permukiman yang layak huni tetap dapat terwujud.

Pembangunan dan pengembangan Perumahan Permukiman tidak dapat dipisahkan dari ruang
yang harus dimanfaatkan, lingkupnya mencakup tata ruang serta penyediaan sarana dan


prasarana, serta perencanaan maupun pengelolaannya bersifat multi sector. Oleh karena itu,

pembangunan perumahan dan permukiman telah menjadi suatu agenda nasional dimana tujuan
dari pembangunan perumahan dan permukiman, antara lain :

1. Memantapkan sistem penyediaan hunian bagi masyarakat berpendapatan rendah dan
miskin yang bertumpu pada keswadayaan masyarakat. Meningkatkan institusi
pembiayaan perumahan yang bertumpu pada mekanisme pasar primer dan sekunder.

2. Meningkatkan institusi pembiayaan perumahan yang bertumpu pada mekanisme pasar
primer dan sekunder

3. Meningkatkan kapasitas pelayanan jaringan prasarana dan sarana permukiman skala
lingkungan, kota dan wilayah.

4. Meningkatkan penataan kawasan dalam rangka pengendalian perkembangan dan
kualitas permukiman

5. Meningkatkan pengelolaan pemanfaatan, pemugaran dan pelestarian kawasan strategis

khususnya di perkotaan, kawasan bersejarah, dan kawasan permukiman tradisional.

Sementara itu, sasaran yang hendak di capai dalam pembangunan perumahan dan permukiman
antara lain :

1. Meningkatkan akses masyarakat berpendapatan rendah dan miskin untuk mendapatkan
hunian

2. Tersedianya sumber pembiayaan perumahan yang berasal dari akumulasi dana
masyarakat

3. Terpenuhinya akses masyarakat terhadap pelayanan prasarana dan sarana

4. Meningkatnya fungsi kawasan dan pelestarian lingkungan alam

Dengan adanya arahan tersebut serta di tambah dengan dukungan otonomi daerah maka

pemerintah daerah Kabupaten Mesuji didorong untuk menyelenggarakan pembangunan
perumahan dan permukiman secara terencana, partisipatif, akomodatif dan transparan sesuai
dengan arahan yang kontekstual.


Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan
perundangan, antara lain :
1.

Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional
Arahan RPIJM tahap 3(2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian
yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus

meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman
kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.
2.

Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
Pasal 4 mengamatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan
kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan
dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f)


3.

Undang-undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun
khusus, dan rmuah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

4.

Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan
Peraturan ini menetapkan salah sarunya terkait dengan penanggulangan kawasan
kumuh.

5.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 01/PRT/M/2014 tentang Standar
Pelayananan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan
perkotaan sebesar 0% pada tahun 2019.


6.1.2

Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

Kondisi Eksisting perumahan yang terdapat di Kabupaten Mesuji secara keseluruhan terdapat

49.671 rumah yang 29 persennya atau sekitar 14.386 rumah tergolong dalam rumah permanen
sementara 71 persennya atau sekitar 35.285 rumah masih tergolong kedalam rumah semi
permanen. Masih tingginya jumlah rumah semi permanen di Kabupaten Mesuji memberikan
gambaran bahwa tingkat kualitas struktur bangunan di Kabupaten Mesuji masih rendah.

Tingkat kualitas struktur bangunan yang paling rendah terdapat di wilayah Kecamatan Mesuji

dan Kecamatan Rawajitu Utara. Di Kecamatan Mesuji tingkat kualitas rumah dengan struktur

yang tidak layak mencapai 90,13 persen. Hal ini dapat dilihat dari kondisi perumahan
berdasarkan hasil survey di Kecamatan tersebut. Sebagian besar permukiman penduduk di

Kecamatan ini masih tergolong dalam bangunan yang sederhana dan semi permanen.
Perumahan di Kecamatan ini masih berciri perumahan tua yang mana struktur bangunannya


masih menggunakan struktur bangunan khas wilayah Lampung yaitu panggung, dan terbuat
dari kayu. Khusus nya di Kampung Wiralaga 1 dan Wiralaga 2 yang permukimannya berada di
bantaran Sungai Mesuji yang merupakan asal nama dari Kecamatan dan Kabupaten Mesuji.

Sementara itu di Kecamatan Rawajitu Utara tingkat kualitas rumah dengan struktur tidak

layaknya mencapai 88,86 persen. Jauhnya jarak Kecamatan Rawajitu dengan Pusat Kota dan
Kondisi Geografis dan Masih terisolasinya sebagian besar wilayah di Kecamatan ini, membuat

kecamatan ini masih terbelakang. Oleh karenanya tidak heran jika tingkat struktur rumah yang
tidak layak di Kecamatan ini masih tinggi. Pemerintah kabupaten Mesuji diharapkan segera

menanggapi permasalahan ini dengan cara membuka dan mengembangkan jalan kabupaten
yang menghubungkan antara kecamatan Rawajitu Utara dengan kecamatan-kecamatan lainnya

di Kabupaten Mesuji. Saat ini untuk mencapai Kecamatan ini harus memutar melalui kabupaten
lain (Kabupaten Tulang Bawang Induk) sehingga memakan waktu yang cukup lama untuk
mencapai Kecamatan ini.


Sebenarnya tidak hanya ke dua kecamatan itu yang sangat kondisi kualitas permukimannya

buruk. Hampir seluruh permukiman di Kabupaten Mesuji kondisi kualitas struktur bangunan
permukimannya masih kurang layak karena masih terbatasnya pembangunan dan penataan

permukiman beserta sarana dan prasarana nya di Kabupaten Mesuji ini. Oleh karenanya

program pembangunan perumahan dan permukiman di Kabupaten Mesuji merupakan hal yang
wajib dilakukan oleh Pemerintah daerah setempat untuk sedikit banyak meningkatkan kualitas
struktur bangunan di Kabupaten Mesuji.

Sementara itu, tingkat kepadatan bangunan perumahan dan permukiman di Kabupaten Mesuji

rata-rata mencapai 32,2114 rumah per Km2. Jumlah ini menunjukan bahwa tingkat kepadatan
bangunan di Kabupaten Mesuji masih belum padat. Belum padatnya permukiman di Kabupaten
ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu jumlah penduduk yang masih belum
banyak bermukim di Kabupaten ini. Kemudian faktor lainnya yaitu intensitas penggunaan

lahan di Kabupaten Mesuji saat ini masih didominasi oleh perkebunan, pertanian lahan kering
dan sawah.


Tabel 5.3
Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Mesuji
Jumlah Rumah
No

Total

Kecamatan

Permanen

Semi
Permanen

Jumlah

Jumlah
KK


Luas Wilayah

Tingkat Kualitas
Perumahan

Tingkat Kepadatan
Bangunan (Rumah/Km2)

1

Way Serdang

5.161

5.971

11.132

10.260

21.052,75

53,64

52,88

2

Simpang
Pematang

2.263

2.867

5.130

3

Panca Jaya

1.253

3.177

4.430

4

Tanjung Raya

3.103

5.398

8.501

5

Mesuji

553

5.049

5.602

6.066
4.430
9.701
6.821

13.763,23
11.610,40
31.068,00
29.940,70

55,89
71,72
63,50
90,13

37,27
38,16
27,36
18,71

6

Mesuji Timur

1.312

6.914

8.226

9.095

43.880,00

84,05

18,75

7

Rawa Jitu Utara

741

5.909

6.650

7.288

35.285

49.671

53.661

20.553,25
171.868,33

88,86
71,04

32,35
28,90

14.386
Sumber : Hasil analisis RP4D Kabupaten Mesuji, 2011

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Wilayah Kecamatan yang memiliki tingkat bangunan yang paling padat yaitu terdapat di

Kecamatan Way Serdang dengan tingkat kepadatan bangunan mencapai 52,88 rumah per Km2.
Sementara itu tingkat bangunan yang padat lainnya terdapat di

Kecamatan Panca Jaya dan

Simpang Jaya, dengan tingkat kepadatan bangunan masing masing ialah 38,16 Rumah per Km2

(Kecamatan Panca Jaya) dan 37,27 rumah per Km2 (Kecamatan Simpang Pematang). Sementara itu

tingkat kepadatan bangunan terendah terdapat di Kecamatan Mesuji dengan tingkat kepadatan
18,71 rumah per Km2 dan Kecamatan Mesuji Timur dengan tingkat kepadatan mencapai 18,75
Rumah per Km2.

Isu-isu strategis dan permasalahan dalam pengelolaan perumahan dan permukiman di Kabupaten
Mesuji ini dapat di kelompokan sebagai berikut :

1. Masalah ketersediaan lahan dan kebutuhan rumah yang layak

2. Masalah lingkungan Perumahan dan Permukiman

3. Masalah Kelembagaan
6.1.2.1

Masalah Kebutuhan Rumah dan Ketersediaan Lahan

Kabupaten Mesuji merupakan kabupaten yang memiliki potensi pertanian yang baik dan memiliki

sejumlah lahan-lahan yang masih dapat dimanfaatkan dengan baik untuk kepentingan
pembangunan perumahan di Kabupaten ini. Namun demikian terdapat beberapa kendala di

masyarakan yang hingga saat ini masih belum dapat diatasi oleh pemerintah terkait dengan
kebutuhan rumah dan ketersediaan lahan, diantaranya yaitu:



Berkembangnya penguasaan lahan skala besar oleh banyak pihak yang tidak disertai
dengan kemampuan untuk membangun atau merealisasikan pada waktunya

Penyediaan tanah, prasarana dan sarana, teknologi bahan bangunan, konstruksi,

pembiayaan dan kelembagaan yang masih memerlukan pengaturan yang dapat


mengakomodasi muatan dan kapasitas lokal

Masalah status dan kepemilikan tanah yang masih belum dapat diselesaikan secara tuntas
sehingga memerlukan undang-undang dan peraturan daerah yang dapat mengakomodir itu



semua

Jika dilihat dari daya beli masyarakat terhadap program pembangunan perumahan dan

permukiman, saat ini masyarakat masih kesulitan untuk menjangkau pembiayaan
pembangunan perumahan yang layak, khususnya masyarakat berpenghasilan rendah.
Terdapat sejumlah konsep udalam pembangunan perumahan yaitu membangun

perumahan sederhana dan sangat sederhana (RS dan RSS). Namun demikian jika melihat

KABUPATEN MESUJI

6-1

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

dari sisi pendapatan masyarakat yang sebagian besar masih minim membuat program
tersebut masih belum terlaksana dengan baik dan merata oleh pemerintah daerah
Kabupaten Mesuji.
6.1.2.2

Masalah Lingkungan Perumahan dan Permukiman

Kabupaten Mesuji merupakan kabupaten yang sebagian besar wilayahnya masih merupakan
wilayah perkebunan dan pertanian yang produktif dan potensial, namun jaringan jalannya dan

kualitas Jalan yang terdapat disana sangat buruk, serta ditambah dengan minimnya prasarana dan
sarana permukiman lainnya membuat kondisi lingkungan perumahan dan permukiman di
Kabupaten Mesuji belum dapat tertata dengan baik, beberapa masalah tersebut diantara yaitu :


Keterbatasan tingkat pelayanan sarana, prasarana, utilitas dan fasilitas umum di Kabupaten
Mesuji, seperti sarana pendidikan, kesehatan, persampahan, listrik, air bersih,




telekomunikasi, dan fasilitas publik lainnya

Keterbatasan Kemampuan Pemerintah dalam penyediaan maupun pemeliharaan prasarana
dan sarana lingkungan permukiman.

Masih terbatasnya pelayanan sarana dan prasarana transportasi kota yang melayani
perpindahan dan mobilitas penduduk di masing-masing kecamatan di Kabupaten Mesuji

terutama di wilayah perkotaan (Kecamatan Simpang Pematang) terhadap wilayah
6.1.2.3

pedalaman (Kecamatan Rawajitu Utara).
Masalah Kelembagaan

Masalah kelembagaan yang ada di Kabupaten Mesuji meliputi beberapa poin-poin utama dibawah
ini, di antaranya yaitu :


Penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman belum menjadi prioritas bagi

pemerintah daerah Kabupaten Mesuji Saat ii, karena berbaga sebab dan keterbatasan baik

masalah finansial maupun masalah teknis. Mengingat Kabupaten Mesuji merupakan



kabupaten baru yang masih dalam proses pembangunan kelembagaan yang utuh.

Belum terorganisasikannya perencanaan / pemrograman pembangunan perumahan dan
permukiman yang dapat saling mengisi antara ketersediaan sumber daya pembangunan



dan kebutuhan yang berkembang di masyarakat.

Belum adanya program perencanaan pembangunan perumahan dan permukiman serta

peraturan tentang izin mendirikan perumahan di Kabupaten Mesuji sehingga menyulitkan
swasta untuk dapat berinvestasi di bidang properti terutama perumahan di Kabupaten


Mesuji ini

Belum tertampungnya aspirasi dan kepentingan masyarakat yang memerlukan rumah,

termasuk hak untuk berpartisipasi dalam pembangunan sehingga menyebabkan rendahnya

KABUPATEN MESUJI

6-2

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

kesadaran masyarakat dalam mendukung program pembangunan perumahan dan
permukiman yang telah di jalankan pemerintah saat ini.
6.1.3

Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

6.1.4

Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman

Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan
perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan terdiri dari :
1)

Peningkatan kualitas lingkungan permukiman perkotaan dan pedesaan, serta penyediaan
permukiman dengan kegiatan-kegiatan peningkatan pemberdayaan masyarakat.

2)

Program penyehatan lingkungan permukiman yang meliputi kegiatan penanganan drainase
pengendalian banjir flood control.

3)

Peningkatan pemanfaatan kapasitas produksi yang sudah terpasang melalui perluasan
jaringan distribusi sambungan rumah, hidran umum dan terminal air.

4)

Program penataan bangunan, yakni penyusunan pengendalian tata bangunan dan
lingkungan.
Peningkatan kualitas permukiman kumuh khususnya yang berada di daerah bantaran

5)

sungai,pasar, muara sungai dan pantai
Sedangkan untuk pengembangan kawasan Perdesaan terdiri dari :
1)

Pengembangan kawasan permukiman pedesaan untuk kawasan potenisal (Agropolitan dan
Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau kecil,

2)

Pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE),

3)

Desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM.

Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)
Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri
dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.
1.

Umum

฀ Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.
฀ Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalamRenstra.
฀ Kesiapan lahan (sudah tersedia).
฀ Sudah tersedia DED.
฀ Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP, RTBL KSK,
KABUPATEN MESUJI

6-3

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Masterplan. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)
฀ Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk
pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.
฀ Ada unit pelaksana kegiatan.
฀ Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.
2.

Khusus

Rusunawa
฀ Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA
฀ Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh
฀ Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD
lainnya
฀ Ada calon penghuni
RIS PNPM
฀ Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.
฀ Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.
฀ Tingkat kemiskinan desa >25%.
฀ Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan

BOP minimal 5% dari

BLM.
PPIP
฀ Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI
฀ Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum

ditangani program

Cipta Karya lainnya
฀ Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik
฀ Tingkat kemiskinan desa >25%
PISEW
฀ Berbasis pengembangan wilayah
฀ Pembangunan

infrastruktur

dasar

perdesaan

yang mendukung

(i) transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan
sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan
฀ Mendukung komoditas unggulan kawasan

KABUPATEN MESUJI

6-4

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus
diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk
penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang
Perumahan

dan

Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1)

ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi,

(2)

ketidaklengkapan

prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan
permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4) pembangunan rumah,
perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.
Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini diacu oleh
Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut:
1. Vitalitas Non Ekonomi
a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai
legalitas kawasan dalam ruang kota.
b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh
memiliki indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman
kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas
bangunan yang terdapat didalamnya.
c. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang
dinilai, mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan
permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan kepadatan
penduduk.
2. Vitalitas Ekonomi Kawasan
a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada
wilayah kota, apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang
strategis.
b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana
keterkaitan dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada
investor untuk dapat menangani kawasan kumuh yang ada.
Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat
aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun,
pertokoan, atau fungsi lainnya.
c.

Jarak

jangkau

kawasan

terhadap

tempat

mata

pencaharian

penduduk kawasan permukiman kumuh.
KABUPATEN MESUJI

6-5

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

3. Status Kepemilikan Tanah
a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman.
b. Status sertifikat tanah yang ada.
4. Keadaan Prasarana dan Sarana: Kondisi Jalan, Drainase, Air bersih,
dan Air limbah.
5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan
kawasan kumuh dengan indikasi penyediaan dana dan
mekanisme kelembagaan penanganannya.
b. Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya
rencana penanganan (grand scenario) kawasan, rencana induk
(master plan) kawasan dan lainnya.
6.1.5

Usulan Program dan Kegiatan

6.1.6 Profil Pembangunan Permukiman
6.1.2.1.

Kondisi Umum

6.1.2.1.1. Gambaran Umum
 Sebaran Permukiman
Berdasarkan data potensi ekonomi desa, dengan asumsi tiap rumah diisi oleh 5 anggota keluarga,
maka jumlah rumah tahun 2007 yang ada di Kabupaten Mesuji berjumlah 51.599 unit rumah.

Kecamatan yang mempunyai jumlah unit rumah terbanyak adalah Kec. Way Serdang sebanyak
9.598 unit rumah (18,46 %), diikuti Rawa Jitu Utara sebanyak 8.808 unit (16,94 %) dan Kecamatan
Tanjung Raya sebanyak 8.523 unit (16,39 %). Jumlah unit rumah yang paling sedikit terdapat di
Kecamatan Panca Jaya sebanyak 4.033 unit (7,76 %) dari total jumlah rumah yang ada.
Tabel 6.1

Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah dan Prosentase Jumlah Rumah
Per Kecamatan di Kabupaten Mesuji Tahun 2011

No.

Kecamatan

Jmlh.

Jmlh.

Penduduk

Rumah

(jiwa)

(unit)

Prosentase
Jmlh.
Rumah

1

Mesuji

20.036

8.246

15,86

3

Rawajitu Utara

24.213

8.808

16,94

2
KABUPATEN MESUJI

Tanjung Raya

33.949

8.523

16,39

6-6

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

4

Mesuji Timur

29.751

6.736

12,95

6

Way Serdang

40.928

9.598

18,46

5
7

Simpang Pematang
Panca Jaya

Jumlah

23.175
15.355

187.407

6.055
4.033

51.999

11,64
7,76

100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS), 2011
 Kondisi Permukiman Kumuh
Penyebaran perumahan dan permukiman biasanya berlangsung sejalan dengan perkembangan

kota itu sendiri. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan berbagai kegiatan
perkotaan, kondisi perumahan lama mulai mengalami perubahan. Beberapa lokasi perumahan
mengalami penurunan kuallitas lingkungan akibat dari perkembangan kegiatan yang terjadi

disekitarnya. Sementara beberapa lokasi lainnya sejak awal berada dibawah standar lingkungan
perkotaan yang sehat dan nyaman akibat lokasi rumah yang kurang memadai (berada dalam

wilayah negative list). Perumahan ataupun permukiman yang mengalami penurunan kualitas

lingkungan disebut sebagai daerah permukiman khusus yang perlu mendapat perhatian, terutama
dari aspek lokasi, fisik bangunan dan prasarana sarana dasar permukiman yang ada.
Kiteria Permukiman Kumuh
1.

Kerapatan bangunan (sedang cenderung tinggi, 16 – 40 unit bangunan/Ha dan kerapatan

2.

Kepadatan penduduk

tinggi 40 – 80 unit/Ha, disamping itu daerah kerapatan rendah < 16 unit/Ha).
 > 200 jiwa/Ha

 120 – 200 jiwa/Ha

 50 – 120 jiwa/Ha

 < 50 jiwa/Ha

: sangat tinggi
: tinggi

: sedang

: rendah

Kawasan ini merupakan kawasan kumuh jika dikaitkan dengan kiteria atau atribut lainnya.

3.

Mendiami tanah/rumah dengan status sewa. Kualitas lingkungan khususnya sanitasi buruk

4.

Berkecenderungan tergusur ke daerah konservasi dan dekat dengan pusat-pusat kota.

5.

6.

dan sangat buruk. Tipe bangunan daerah kumuh sebagian besar non permanen.

Berusaha pada sektor-sektor informal.

Pendapatan KK rendah dan merupakan kantong kemiskinan dengan indikator jumlah
Keluarga Pra Sejahtera Alasan Ekonomi.

Berdasarkan data Potensi desa, permukiman kumuh di Kabupaten Mesuji terdapat di desa-desa
berikut :
1.

2.

Desa Agung Batin (Kec. Way Serdang)

Desa Talang Batu (Kec. Mesuji Timur)

KABUPATEN MESUJI

6-7

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

3.

4.

Desa Sidang Sido Rahayu, Sungai Sidang (Kec. Rawa Jitu Utara)

Desa Agung Batin dan Bangun Mulyo (Kec. Simpang Pematang)

Walaupun begitu, di Kabupaten Mesuji terdapat permukiman yang berlokasi di bantaran sungai,

yang cenderung/ berpotensi menimbulkan permukiman kumuh dan bahaya lain yang merugikan
bagi yang tinggal diwilayah tersebut.
-

Daerah Bantaran Sungai / Saluran Irigasi

Tipe kawasan permukiman di daerah ini biasanya tidak teratur, pandangan atau tata letaknya
membelakangi sungai, jalan masuk sempit, jenis perkerasan tanah dan sering mengalami

genangan, tipe rumah bervariasi, kondisi rumah semi permanen dan kurang didukung prasarana

dan sarana permukiman yang memadai sehingga cenderung terkesan kumuh. Jumlah keluarga
yang tinggal di bantaran sungai sebanyak 3.674 KK dengan jumlah bangunan sebanyak 2.318 unit.

Jumlah KK terbesar yang tinggal dibantaran sungai terdapat di Kecamatan Mesuji yaitu 1.408 KK
dan 805 unit bangunan.

KABUPATEN MESUJI

6-8

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Tabel 6.2

Masyarakat Yang Tinggal di Bantaran Sungai
Bantaran Sungai
No

Kecamatan

1 Way Serdang

KK
43

Rumah
(Unit)
43

2 Mesuji Timur

957

491

4 Simpang Pematang

61

61

3 Rawa Jitu Utara
5 Panca Jaya

6 Tanjung Raya
7 Mesuji

JUMLAH/TOTAL

916
11

637
11

278

270

3.674

2.318

1.408

805

Sumber : Potensi Desa
6.1.2.1.2. Prasarana dan Sarana Dasar Permukiman


Air Minum

Sumber air bersih merupakan salah satu faktor yang sangat penting, sehingga ketersediaan air
bersih sebagai sumber air minum sangat dibutuhkan oleh rumah tangga. Sumber air minum yang

dianggap cukup baik kualitasnya adalah air yang diperoleh dari PDAM. Kabupaten Mesuji sebagai
Kabupaten baru belum memiliki PDAM tersendiri.

Sebagian besar masyarakat masih menggunakan sumur dangkal dan sebagian kecil menggunakan
sungai sebagai sumber air baku.

Berikut adalah Jumlah Desa yang menggunakan air sungai yang melintas desa sebagai MCK,
sumber air baku/minum, dan sebagai bahan baku air minum.

KABUPATEN MESUJI

6-9

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Tabel 6.3
Jumlah Desa yang Menggunakan Air Sungai

Penggunaan Air Sungai
yang Melintas Desa

No

Kecamatan

Bahan
MCK

Minum

Baku Air
Minum

1 Way Serdang

2

2

0

3 Rawa Jitu Utara

5

1

0

2 Mesuji Timur

4 Simpang Pematang
5 Panca Jaya

6 Tanjung Raya
7 Mesuji

JUMLAH/TOTAL

2
3
0
2
4

18

2
2
0
1
4

12

2
0
0
1
1

4

Sumber : Potensi Desa


Sanitasi

Sistem sanitasi di masing-masing rumah tangga di Kabupaten Mesuji pada umumnya sudah baik

dan memilki septic tank untuk pembuangan air kotor atau limbah rumah tangga, hanya beberapa

lingkungan yang masih menggunakan sytem pembuangan melalui jamban cemplung/cubluk dan
resapan di mana langsung dialirkan ke Sungai.

Untuk pembuangan tinja sebagian besar penduduk sudah menggunakan jamban sendiri, hanya di

Kecamatan Tulang Bawang Tengah dan Tulang Bawang Udik kebanyakan masyarakat

menggunakan fasilitas bukan jamban untuk membuang tinja (menggunakan sungai untuk kegiatan
MCK)


Persampahan

Sistem pembuangan sampah mayoritas di Kabupaten Mesuji masih bersifat tradisional, di mana
sampah dibuang dengan cara ditimbun dan dibakar. Di pusat-pusat keramaian seperti pasar,
pemerintah daerah menyediakan container sampah. Kabupaten Mesuji belum mempunyai sistem
pengelolaan sampah yang dikelola secara institusional.


Kondisi Permukaan Jalan

Semua desa Kabupaten Mesuji pencapaian ke desa melalui jalur darat (jalan) dan tidak semua desa

dapat dijangkau dengan menggunakan kendaraan roda 4, hal ini dikarenakan kondisi jalan yang

rusak dan berlubang. Jalan Provinsi dari Simpang Pematang sampai dengan Mesuji sebagai jalan

KABUPATEN MESUJI

6 - 10

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

utama Kabupaten Mesuji kondisi sangat memprihatinkan, jalan berlubang-lubang. Walaupun

begitu sebagian besar kondisi jalan yang ada masih berupa jalan tanah, hanya di Kec. Way Serdang
sebagian besar jalan yang ada sudah berupa jalan beton ataupun diperkeras.


Drainase

Hampir semua saluran drainase yang ada berupa saluran terbuka. Saluran drainase yang ada

dibeberapa tempat sudah berupa pasangan beton, dan tempat lain masih dalam bentuk galian

tanah dan belum terdapat saluran drainasenya. Sistem drainase dialirkan ke arah sungai dan
kebun. Kondisi saluran drainase pada umumnya kurang baik dan kurang terawat, apabila terjadi
hujan sering timbul genangan-genangan air, serta timbunanan-timbunan sampah, sehingga saluran
tersebut tidak memadai untuk menampung meningkatnya aliran air.
6.1.2.1.3.

Aspek Pendanaan

Pembangunan perumahan dilakukan secara mandiri oleh masyarakat, belum ada bantuan untuk
pembangunan perumahan. Oleh karenanya perlu dilaksanakan pengadaan perumahan bagi

masyarakat terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah guna pencapaian tujuan pemenuhan
kebutuhan perumahan.
6.1.2.1.4.

Aspek Kelembagaan

Aspek kelembagaan adalah salah satu aspek penting dalam penyelenggaraan pembangunan
perumahan dan permukiman karena mengatur siapa yang melakukan dan apa yang dilakukan,
sesuai dengan azas pengorganisasian yang dianut oleh sistem pemerintahan kita yaitu azas
pembagian tugas dan azas fungsionalisasi.

Dalam UU no.4 tahun 1992 mengenai Perumahan dan Permukiman disebutkan bahwa
kelembagaan pemerintah dititikberatkan pada fungsi pembinaan daripada fungsi pelaksanaan, hal

ini diakibatkan permasalahan perumahan dan permukiman yang begitu kompleks jika
penanganannya dilakukan secara struktural kurang dapat mengatasi permasalahan yang timbul.
Hal ini sejalan dengan UU no.32 tahun 2004 mengenai Pemerintahan Daerah yang menitikberatkan

pemberdayaan potensi lokal termasuk didalamnya masyarakat dalam proses pembangunan. Oleh

karena itu dengan keterbatasan yang dimiliki oleh pemerintah dalam pembangunan perumahan

dan permukiman maka diperlukan upaya-upaya dari pemerintah untuk mendorong masyarakat
untuk ikut berperan aktif dalam pembangunan perumahan dan permukiman melalui mobilisasi
sumber daya secara kolektif dalam suatu wadah/organisasi formal.

Kondisi tersebut perlu segera dirintis dan diwujudkan mengingat sifat pendekatan dari atas (Top

Down) dalam mengorganisasikan partisipasi masyarakat seringkali menghasilkan komitmen yang

lemah dari para anggota, ketergantungan yang tinggi pada pemerintah dan harapan yang belebihan
KABUPATEN MESUJI

6 - 11

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

untuk mendapatkan bantuan dan subsidi yang justru akan mematikan prakarsa dari bawah
(Bottom Up).
6.1.2.2.


Sasaran

Sasaran Nasional

Pembangunan perumahan diselenggarakan berdasarkan suatu prinsip dimana pemenuhan
kebutuhan akan rumah layak merupakan beban dan tanggung jawab masyarakat sendiri dan
pemerintah mendukung melalui penciptaan iklim yang memungkinkan masyarakat mandiri dalam
mencukupi kebutuhanya akan rumah layak dan melalui penyediaan prasarana dan sarana.

Membantu semua orang agar dapat menghuni rumah yang layak dalam lingkungan perumahan

yang sehat, aman, serasi, produktif dan berkelanjutan yang seluruh kegiatannya dititikberatkan
pada uraian :
1.

Terwujudnya masyarakat yang mempunyai dan dapat memenuhi kebutuhan perumahan

2.

Terwujudnya lingkungan perumahan dan permukiman yang sehat, aman, teratur, rukun,

3.

dalam permukiman yang layak
produktif dan berkelanjutan

Terdorongnya pertumbuhan wilayah melalui pembangunan kawasan perumahan dan
permukiman di perkotaan dan perdesaan yang selaras, seimbang dan terpadu

Sedang untuk kepentingan operasional didaerah perlu disusun suatu skenario penyelenggaraan
pembangunan perumahan dan permukiman tersendiri yang mengacu selain pada KSNPP juga

memperhatikan ketentuan perundangan terkait antara lain seperti UU No. 4 Tahun 1992 tentang

Perumahan dan Permukiman, UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang, UU No. 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Daerah serta dokumen perencanaan di daerah (Rencana Tata Ruang
Wilayah dan Turunannya)

Melalui KEPPRES No. 37/1996 tentang Badan Pengendalian Pembangunan dan Permukiman
Nasional (BKP4N) dan KEPPRES 101/1999, Pemerintah di Daerah telah dihimbau untuk

mempunyai kelembagaan yang dapat mengkoordinasikan program kegiatan perumahan

permukiman yang disebut dengan Badan Koordinasi Penyelenggaraan Pembangunan Perumahan
dan Permukiman Propinsi (BKP4P) dan Badan Kebijakan dan Pengendalian Pembangunan
Perumahan dan Permukiman Kabupaten/Kota (BKP4K).


Sasaran Daerah (Kabupaten Mesuji)

Sebagai bagian dari Rencana Tata Ruang Wilayah sasaran Pembangunan Perumahan dan
Permukiman Kabupaten Mesuji adalah :
KABUPATEN MESUJI

6 - 12

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

a.
b.

Tersedianya rencana pembangunan perumahan dan permukiman didaerah yang aspiratif,

akomodatif, dan dapat dijadikan sebagai pedoman bersama oleh para pelaku dan
penyelenggara pembangunan.

Tersedianya skenario pembangunan perumahan dan permukiman yang memungkinkan
terselenggaranya pembangunan secara tertib dan terorganisasi, serta terbuka peluang bagi
masyakrakat untuk berperan serta dalam seluruh prosesnya.

c.

Terakomodasikannya kebutuhan akan perumahan dan permukiman yang dijamin oleh

d.

Tersedianya informasi pembangunan perumahan dan permukiman didaerah sebagai bahan

kepastian hukum terutama bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah.

masukan bagi penyusunan kebijaksanaan pemerintah dan berbagai pihak yang akan ikut
terlibat / melibatkan diri.

e.

Tersedianya data dasar perumahan dan permukiman yang diperhitungkan sehingga masih

f.

Teridentifikasinya masalah perumahan dan permukiman (eksisting dan prediksi)

g.

dapat digunakan (valid) sampai 10 tahun mendatang

Tersedianya fasilitas data yang mudah dikelola oleh dinas yang bertanggung jawab

6.1.7 Permasalahan Pembangunan Permukiman
6.1.4.1.

Analisa Permasalahan

Permasalahan Perumahan dan Permukiman



Permasalahan perumahan dan permukiman sangat kompleks sejalan dengan pertumbuhan

penduduk dan kegiatan aktifitas penduduk yang semakin berkembang dan memerlukan

penanganan yang serius oleh para pelaku pembangunan. Kenyataan menunjukkan bahwa urusan
perumahan dan permukiman sering tumbuh sebagai sumber permasalahan bagi pemerintah
daerah.

Beberapa gambaran lebih jauh mengenai permasalahan yang berkaitan dengan perumahan dan
permukiman diantaranya :

1. Perkembangan perumahan dan permukiman cenderung mengikuti pola jaringan jalan utama
kota (linear) yang mengakibatkan penumpukan aktifitas pada jalur-jalur utama kota sehingga
berdampak pula terhadap kelancaran arus lalu lintas pada ruas jalan yang bersangkutan.

2. Terdapatnya permukiman di bantaran sungai/saluran air (lihat Tabel 4.2) yang di khawatirkan
dapat mengganggu kondisi fisik dan aliran sungai / saluran air.

3. Cukup besarnya jumlah permukiman yang berada di daerah rawan bencana banjir (menurut
data potensi desa, di Kec. Way Serdang terdapat 100 KK, di Kec. Mesuji Timur 1.533 KK, di Kec.

Rawa Jitu Utara 667 KK, Kec. Simpang Pematang 179 KK dan Kec. Panca Jaya 11 KK ). Hal ini
menunjukkan bahwa bencana banjir merupakan bencana alam yang sering terjadi di
Kabupaten Mesuji.

KABUPATEN MESUJI

6 - 13

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

4. Belum

terorganisasinya

perencanaan/pemprograman

pembangunan

perumahan

dan

permukiman yang dapat saling mengisi antara ketersediaan sumberdaya pembangunan dan
kebutuhan yang berkembang di masyarakat.

5. Keterbatasan tingkat pelayanan kota (sarana, prasarana dan fasilitas umum). Tuntutan akan
pelayanan prasarana dan sarana kota semakin dirasakan terutama dalam pelayanan

transportasi kota (sarana dan prasarana angkutan umum, kapasitas jalan dll), air bersih dan
sanitasi, drainase dan pengendalian banjir, sampah, telekomunikasi dan fasilitas publik
(pertamanan, ruang terbuka, rekreasi dll)

6. Keterbatasan sumberdaya (dana) bagi golongan berpenghasilan rendah dan sangat rendah
bahkan kerap tidak mampu mengadakan rumah sendiri terlebih dalam bentuk yang memenuhi



kriteria layak huni.

Permasalahan Prasarana Sarana Dasar

Prasarana dan sarana dasar merupakan hal yang mutlak bagi lingkungan perumahan. Keberadaan
prasarana dan sarana dasar masih belum mampu untuk mendukung pertambahan jumlah

penduduk dan pertumbuhan fisik dan fungsional kota. Keadaan yang paling mencolok adalah
kondisi drainase di lingkungan perumahan dan permukiman. Drainase yang ada sebagian besar

berada dalam kondisi rusak atau terputus sehingga diperlukan suatu usaha normalisasi dan

peningkatan kapasitas saluran drainase tersebut. Selain itu diperlukan juga pengintegrasian
saluran drainase yang ada. Hal ini diperlukan untuk mencegah pengaliran air pada daerah sekitar
kota saja, namun juga dialirkan pada badan-badan air yang ada.

Selain drainase skala pelayanan secara umum dari prasarana sarana dasar lingkungan

permukiman masih memadai. Jika keadaan ini terus berlangsung tanpa adanya usaha peningkatan

skala pelayanan prasarana sarana dasar permukiman maka akan berakibat pada kemerosotan
kualitas lingkungan.

Pola perkembangan pemukiman penduduk apabila tidak dikendalikan akan membawa akibat yang
merugikan dan membahayakan lingkungan dan wilayah pemukiman,seperti penurunan tingkat

kesehatan penduduk dan penurunan kualitas lingkungan bahkan bahaya banjir. Pembuangan tinja
dan kotoran ke sungai (untuk pemukiman yang tinggal di daerah bantaran dan sempadan sungai),

pembuatan jamban yang tidak memenuhi standart merupakan contoh dari berberapa hal-hal yang
dapat merusak dan menurunkan kualitas lingkungan.

KABUPATEN MESUJI

6 - 14

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

6.1.4.2.


Analisis Kebutuhan Permukiman

Analisis Kebutuhan Unit Rumah

Berdasarkan hasil proyeksi jumlah penduduk hingga tahun 2015 Kabupaten Mesuji memerlukan
60.943 unit rumah. Kecamatan yang membutuhkan unit rumah yang paling banyak adalah

Kecamatan Way Serdang, Panca Jaya, Mesuji Timur dan Simpang Pematang. Lebih jelasnya
kebutuhan perumahan di Kabupaten Mesuji hingga 2015 dapat dilihat pada tabel 6.4.
Tabel 6.4
Proyeksi Kebutuhan Perumahan Kabupaten Mesuji

NO

KECAMATAN

Proyeksi Kebutuhan Rumah (Unit)

Ket
2012
2013
2014
2015
2016
2017 Tambah/Tidak
1
Mesuji
4794
4858
4923
4988
5053
5118
Cukup
2
Tanjung Raya
6734
6749
6764
6779
6794
6809
Cukup
3
Rawajitu Utara
5672
5851
5986
6124
6262
6400
Cukup
4
Mesuji Timur
7123
7421
7731
8055
8379
8703
Kurang
5
Simpang Pematang 6035
6505
7012
7559
8106
8653
Kurang
6
Way Serdang
13159 14404 15767 17259 18751 20243
Kurang
7
Panca Jaya
6134
7262
8598 10018 11438 12858
Kurang
JUMLAH/TOTAL
49651 53050 56781 60782 64783 68784
Kurang
Hasil Analisis, 2017


Analisis Kebutuhan Lahan Permukiman

Peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya berdampak terhadap peningkatan permintaan
penduduk akan tempat tinggal. Permintaan tempat tinggal ini tentunya dipengaruhi oleh
ketersediaan lahan yang dapat digunakan sebagai permukiman.

Sesuai dengan arahan pembangunan bahwa tempat yang layak bagi permukiman memiliki
persyaratan tertentu yang secara garis besar :
1.

2.

3.

4.

Tercantum dalam RUTR / RTRW

Bebas dari kendala (banjir, gempa dsb)

Jauh dari daerah lindung (Bantaran, Waduk dan Konservasi)

Memiliki PSD yang dapat mendukung kegiatan permukiman

KABUPATEN MESUJI

6 - 15

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya



Analisis Kebutuhan Investasi Prasarana Dasar Permukiman

Prasarana dan Sarana Dasar (PSD) lingkungan permukiman meliputi penyediaan air bersih, sistem

persampahan, drainase lingkungan dan jalan lingkungan. Penyediaan PSD dan pelayanan PSD

tersebut harus dapat memenuhi dan melayani kebutuhan masyarakat diimbangi dengan

pengalokasian ruang bagi penempatan PSD tersebut. Untuk mengetahui berapa besar kebutuhan
PSD permukiman diperlukan suatu analisis standar yang mengacu pada informasi produk

pengaturan Departemen Pekerjaan Umum dalam pelaksanaan otonomi daerah. Berdasarkan
pedoman tersebut kebutuhan ideal PSD sebagai berikut :
-

Air Bersih :

Kebutuhan 60 – 120 liter per orang per hari untuk lingkungan perumahan dengan skala
-

pelayanan 55 – 75 % dari jumlah penduduk.
Persampahan

Skala pelayanan 80 % dari jumlah penduduk (yang dilayani oleh dinas kebersihan) 20 %

sisanya ditangani secara on site dengan rata-rata timbunan sampah per orang per hari 2,5 – 3
-

liter

Air Limbah dan Sanitasi

Skala pelayanan 80 % dari jumlah penduduk, pelayanan secara individu dan komunal

dilakukan menggunakan toilet rumah tangga / jamban / MCK / septik tank. Penanganan
dengan sistem on site didukung dengan adanya truk tinja dan IPLT. Sistem on site lebih

diarahkan untuk permukiman dengan kepadatan rata-rata > 200 jiwa / ha dengan taraf muka


air tanah > 2 m dan potensi cost recovery yang belum mendukung sistem sewerage.
Analisis Air Bersih

Dari hasil survey dan perhitungan yang dilakukan berdasarkan standar kebutuhan air
dilingkungan perumahan (60 – 120 liter/orang/hari) dengan asumsi dengan asumsi tersebut,

maka diketahui bahwa pada tahun 2015 Kabupaten Mesuji memerlukan air bersih bagi kegiatan
non komersil sebanyak 18.282.838,49 liter/hari dengan jumlah penduduk sebanyak 304.714 jiwa.


Analisis Persampahan

Berdasarkan analisis yang dilakukan dengan jumlah penduduk 304.714 jiwa pada tahun 2015 akan
menimbulkan sampah sebanyak 8.531.991 liter/hari dengan asumsi 1 orang menghasilkan sampah

3 liter/hari. Pada saat ini pelayanan persampahan belum dikelola secara baik. Mayoritas penduduk
mengelola sampah dengan cara ditimbun dan kemudian dibakar.

KABUPATEN MESUJI

6 - 16

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Analisis Drainase dan Sanitasi



Jika dibandingkan dengan keadaan eksisting, Prasarana Sarana Dasar Kabupaten Mesuji belum
sesuai dengan standar yang ada dimana masih terdapat pemanfaatan alur sungai sebagai jamban.

Saluran drainase yang ada meliputi saluran drainase primer dan saluran drainase sekunder.
Saluran drainase primer meliputi sungai-sungai yang melewati Kabupaten Mesuji.

Sedangkan saluran drainase perkotaan yang merupakan saluran drainase sekunder terdapat
disepanjang Jalan Provinsi dan saluran drainase lingkungan yang merupakan saluran drainase
tersier umumnya berada di sekitar lokasi kawasan permukiman perkotaan yang telah berkembang.
Tabel 6.5

Proyeksi Air Bersih, Persampahan, dan Air Limbah
Kabupaten Mesuji Tahun 2015

Proyeksi Tahun 2015

Jumlah
No.

Kecamatan

Penduduk
(jiwa)

1

Mesuji

20.036

3

Rawajitu Utara

24.213

2
4
5
6
7

Tanjung Raya
Mesuji Timur

Simpang Pematang
Way Serdang
Panca Jaya
Jumlah

Air Limbah

Kepadatan
(Jiwa/Ha)

(Cakupan 70 %)
Lumpur
Tinja

(Cakupan

(Cakupan

80 %)

60 %)

Lt/org/hr

Lt/org/hr

Lt/org/hr

73

698.347

1.483.987

59.858

1.047.520

106

857.325

1.821.816

73.485

1.285.988

143

29.751

37

1.127.664

139

2.416.219

23.175

166

15.355

78

187.407

Air Bersih

Lt/org/hr
33.949

40.928

Air Limbah

Persampahan

86

949.105
1.058.195
1.425.136

8.531.991

2.016.848
2.396.285
2.248.665

81.352

1.423.657

96.657

1.691.496

90.702

5.134.465

207.104

18.130.481

731.314

3.028.415

122.155

3.174.586
3.624.329
4.275.409

16.522.985

Hasil Analisis, 2011


Analisis Jaringan Jalan

Keadaan jalan lingkungan menurut standar Departemen Pekerjaan Umum memiliki panjang 46 –
60 m/Ha dengan lebar 2 – 5 m untuk setiap 1000 jiwa. Berdasarkan hasil proyeksi penduduk

diatas, maka kebutuhan jaringan jalan di Kabupaten Mesuji adalah 182,83 km. Sedangkan untuk

kebutuhan jalan lingkungan sebesar 18.282,84 m. Berkembangnya permukiman setiap tahunnya
mengakibatkan bertambahnya pula kebutuhan akan jalan lingkungan.

KABUPATEN MESUJI

6 - 17

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

6.1.4.3.


Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Baru

Penetapan Lokasi KASIBA / LISIBA

Menurut PP No. 80 Tahun 1999, Pengertian dari KASIBA dan LISIBA adalah sebagai berikut :
-

KASIBA (Kawasan Siap Bangun) adalah sebidang tanah yang fisiknya telah dipersiapkan
untuk pembangunan perumahan permukiman skala besar yang terbagi dalam satu Lisiba
atau lebih yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dengan lebih dahulu dilengkapi

dengan jaringan primer dan sekunder prasarana lingkungan sesuai dengan rencana tata

ruang lingkungan yang ditetapkan oleh kepala daerah dan memenuhi persyaratan
-

pembakuan pelayanan prasarana dan sarana lingkungan, dengan persyaratan sebagai
berikut :

Lokasinya ditetapkan oleh masing - masing Pemerintah Kabupaten dan Kota, dan memiliki
kejelasan mengenai batas, luas serta status kepemilikannya.

Telah dilengkapi dengan jaringan prasarana primer dan sekunder sesuai dengan RUTR yang
ada (air bersih, listrik, persampahan).

Terdiri atas satu atau lebih Lingkungan Siap Bangun ( LISIBA)

KASIBA (Kawasan Siap Bangun) merupakan salah satu program pemerintah dalam rangka

memenuhi kebutuhan akan lahan perumahan dengan melibatkan potensi yang ada

dimasyarakat. KASIBA bertujuan untuk menghindari cara-cara membangun permukiman
yang tidak terkendali, boros, dan inefisien, serta untuk mengusahakan terciptanya
permukiman yang berkualitas dan yang dapat memberi kesempatan yang lebih adil bagi
semua warga untuk mendapatkan tempat bermukim.

Adapun sasaran dari program KASIBA ini adalah anggota masyarakat berpenghasilan
rendah (Kategori Miskin Produktif) yang berkeinginan untuk membangun rumahnya sendiri

tanpa melibatkan pihak pengembang permukiman swasta maupun pemerintah (mendorong
partisipasi masyarakat untuk membangun dan memenuhi kebutuhan rumahnya secara

mandiri ). Untuk memperoleh kapling siap bangun tersebut, masyarakat dapat

memanfaatkan fasilitas Kredit Pemilikan ( KP - KSB - BTN ) dengan tingkat suku bunga yang
relatif rendah, yaitu + 12% / tahun dengan uang muka minimum 10% dari harga kapling.

Umumnya luas kapling siap bangun meliputi 54 m2, 60m2, hingga 72 m2. Adapun fasilitas /
-

prasarana permukiman meliputi jalan setapak konstruksi sederhana (Lebar 2 m). Fasilitas
MCK umum, dan warung / sarana perdagangan lokal. Persyaratan lainnya, antara lain :

Garis Sempadan Bangunan (GSB) minimum 2 m dari jalan atau disesuaikan arahan yang
telah ditetapkan dan pembukaan atap bangunan minimum 2 m2.

Deretan kapling maksimum 60 m.

Jarak pencapaian terjauh dari KSB ke jalan lingkungan maksimum 100 m.

KABUPATEN MESUJI

6 - 18

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Maksud dari dibatasi lebar jalan tersebut adalah agar tidak dapat dilalui kendaraan roda

empat, sehingga tidak menarik bagi golongan masyarakat yang pada umumnya termasuk
lapisan masyarakat diatas sasaran dari program ini. Kemudian keberadaan sarana MCK

umum adalah untuk membantu masyarakat dalam tahap awal pembangunan rumah

sebelum adanya MCK sendiri di rumah masing - masing. Sedangkan untuk bahan bangunan
tidak ada ketentuan baku, disesuaikan dengan kemampuan masyarakat, dimana

diharapkan lambat laun dengan semakin baiknya tingkat kesejahteraan masyarakat, maka
rumah tersebut akan diperbaiki oleh penghuninya secara bertahap dan swadaya menuju
rumah yang permanen.
-

LISIBA (Lingkungan Siap Bangun) adalah sebidang tanah yang merupakan

bagian dari Kasiba ataupun berdiri sendiri yang telah dipersiapkan dan
dilengkapi dengan prasarana lingkungan dan selain itu juga sesuai dengan

persyaratan, pembakuan tata lingkungan setempat, dengan persyaratan
sebagai berikut :

- Termasuk dalam lingkup wilayah dokumen. Perencanaan Rencana Detail
Tata Ruang (RDTR) / Blocking System

- Memiliki kejelasan batas fisik, status kepemilikan dan luas lahannya.

- Dilengkapi dengan jaringan prasarana sekunder sesuai dengan RUTR
-

kawasan induknya yang menyatu dengan jaringan prasarana primemya.

LISIBA Berdiri Sendiri adalah Lisiba yang bukan merupakan bagian dari

Kasiba, yang dikelilingi oleh lingkungan perumahan yang sudah terbangun atau

dikelilingi oleh kawasan dengan fungsi lain, namun berada dalam kawasan

permukiman yang telah ada atau dikelilingi oleh kawasan dengan fungsi yang


berbeda

Daya Tampung Kasiba dan Lisiba BS (PP No. 80 tahun 1999)
Jumlah rumah yang dapat ditampung antara lain :
Kasiba

: minimal 3.000 unit rumah, maksimal 10.000 unit rumah

Lisiba BS

: minimal 1.000 unit rumah, maksimal 2.000 unit rumah

Lisiba

: minimal 1.000 unit rumah, maksimal 3.000 unit rumah

Fasilitasi pemenuhan kebutuhan rumah milik bagi masyarakat berpenghasilan
rendah melalui Rs. Sehat dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan masyarakat.

Penanganan yang dilakukan dalam proses pembangunan Rs. Sehat ini dilakukan
dengan mengakomodasikan potensi bahan bangunan dan budaya atau karakteristik
bangunan lokal. Pembinaan atas pelaksanaan Pedoman Teknis Rs. Sehat dilakukan

oleh Kementrian Perumahan Rakyat bersama dinas terkait pemerintah kabupaten
sesuai ketentuan yang berlaku.

KABUPATEN MESUJI

6 - 19

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Arahan pembangunan Rs. Sehat ini disesuaikan dengan arahan lokasi LISIBA BS

bagi Kabupaten Mesuji, yaitu pada Kecamatan Tulang Bawang Tengah dan Kec.


Tumijajar.

Pengembangan Prasarana Sarana Dasar
Pengembangan prasarana dan sarana dasar bagi Kabupaten Mesuji lebih

berorientasi pada peningkatan kualitas dan skala pelayanan jaringan utilitas bagi
kebutuhan kehidupan sehari - hari dan pengadaan sarana sosial lingkungan
permukiman

Perhitungan kebutuhan sarana dasar pada tabel tersebut mengunakan asumsi

bahwa luas LISIBA BS yang terdiri dari 1.000 - 3.000 unit rumah dengan masingmasing luas rumah sebesar 200 m2, dimana berdasarkan hasil proyeksi penduduk
dan kebutuhan rumah pada tahun 2015 dibutuhkan penambahan sebanyak 2.470

unit, maka luas LISIBA BS yang diperuntukan untuk perumahan diperkirakan
sebesar 600.000 m2 atau sebesar 60 Ha. Dengan jumlah penduduk 12.000 jiwa

dengan asumsi 1 unit rumah dihuni oleh 1 kepala keluarga dan 1 keluarga terdiri dari

6.1.4.4.

4 jiwa.

Rencana Peningkatan Kualitas Permukiman

Peningkatan kualitas lingkungan untuk Kabupaten Mesuji mengacu pada konsep pembangunan

-

permukiman dengan menggunakan prinsip Tridaya :
Pemberdayaan sosial kemasyarakatan
Pemberdayaan usaha ekonomi lokal

Pendayagunaan prasarana dan sarana

Terdapat beberapa upaya atau rencana tindak yang dapat dilakukan dalam rangka peningkatan

kualitas lingkungan permukiman , meliputi kegiatan :
-

Pemugaran, perbaikan secara parsial

Peremajaan, perbaikan secara menyeluruh

Pengelolaan & pemeliharaan secara berkelanjutan

Perlakuan terhadap kawasan kumuh lebih berorientasi kepada pemulihan dan peningkatan

kualitas lingkungan permukiman. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan program - program ya