DOCRPIJM 80662ca842 BAB VIBAB 6 ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

BAB VI ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

6.1. Pengembangan Permukiman

6.1.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

  Pengembangan Permukiman baik di Kota maupun di Perdesaan pada hakekatnya adalah untuk mew ujudkan kondisi perkotaan dan perdesaan yang layak huni, aman, nyaman, damai dan sejahtera serta berkesinambungan.

  Permukiman adalah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah w ajib memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial.

  Pengembangan permukiman meliputi pengembangan prasarana dan sarana dasar perkotaan, pengembangan permukiman yang terjangkau, khususnya bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah, proses pembebasan lahan, pengembangan ekonomi kota, serta penciptaan sosial budaya di perkotaan.

  Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain:

  1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

  Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahw a pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat,sehingga kondisi tersebut mendorong terw ujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada aw al tahapan RPJMN berikutnya.

  2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

  Pasal 4 mengamanatkan bahw a ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kaw asan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kaw asan permukiman (butir d),

  

pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan

kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

  3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

  

Pasal 15 mengamanatkan bahw a pembangunan rumah susun umum,

rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jaw ab

pemerintah.

  

4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan.

  

Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan

kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kaw asan

kumuh.

  

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar

Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

  

Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di

kaw asan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.

  Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan

Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan

kebijakan, pembinaan teknik dan pengaw asan teknik, serta standardisasi

teknis dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman adalah:

  

a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di

perkotaan dan perdesaan;

b. Pembinaan teknik, pengaw asan teknik dan fasilitasi pengembangan

kaw asan permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kaw asan

perdesaan potensial;

  

c. Pembinaan teknik, pengaw asan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas

permukiman kumuh termasuk peremajaan kaw asan dan pembangunan

rumah susun sederhana;

  

d. Pembinaan teknik, pengaw asan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas

permukiman di kaw asan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan

pulau-pulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial; e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman; f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

6.1.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan

a. Isu Strategis Pengembangan Permukiman

  Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah: Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumahtangga kumuh perkotaan.

  Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI . Percepatan pembangunan di w ilayah timur I ndonesia (Prov insi NTT, Prov insi Papua, dan Prov insi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan. Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.

  Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan

penduduk perkotaan, dan bertambahnya kaw asan kumuh.

Belum optimalnya pemanfaatan I nfrastruktur Permukiman yang sudah dibangun.

  Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam pengembangan kaw asan permukiman.

  Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman. I su-isu strategis di atas merupakan isu terkait pengembangan permukiman yang terangkum secara nasional. Namun, di masingmasing kabupaten/kota terdapat isu-isu yang bersifat lokal dan spesifik yang belum tentu dijumpai di kabupaten/kota lain. Penjabaran isu-isu strategis pengembangan permukiman yang bersifat lokal perlu dijabarkan sebagai informasi aw al dalam perencanaan, seperti yang tercantum dalam tabel berikut ini :

Tabel 6.1 Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala Kota Madiun NO

ISU STRATEGIS KETERANGAN

  (1) (2) (3)

b. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman

  Kondisi eksisting pengembangan permukiman hingga tahun 2012 pada tingkat nasional mencakup 180 dokumen RP2KP, 108 dokumen RTBL KSK, untuk di perkotaan meliputi 500 kaw asan kumuh di perkotaan yang tertangani, 385 unit RSH yang terbangun, 158 TB unit Rusunaw a terbangun. Sedangkan di perdesaan adalah 416 kaw asan perdesaan potensial yang terbangun infrastrukturnya, 29 kaw asan rawan bencana di perdesaan yang terbangun infrastrukturnya, 108 kaw asan perbatasan dan pulau kecil di perdesaan yang terbangun infrastrukturnya, 237 desa dengan komoditas unggulan yang tertangani infrastrukturnya, dan 15.362 desa tertinggal yang tertangani infrastrukturnya. Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian suatu kota/ kabupaten dalam menyediakan kaw asan permukiman yang layak huni. Terlebih dahulu perlu diketahui peraturan perundangan di tingkat kabupaten/kota (meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur, peraturan w alikota/bupati, maupun peraturan lainya) yang mendukung seluruh tahapan proses perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan permukiman.

  Selain itu data yang dibutuhkan untuk kondisi eksisting adalah mengenai kaw asan kumuh, jumlah RSH terbangun, dan Rusunaw a terbangun di perkotaan, maupun dukungan infrastruktur dalam program-program perdesaan seperti PI SEW (RI SE), PPI P, serta kaw asan potensial, raw an bencana, perbatasan, dan pulau terpencil. Data yang dibutuhkan adalah data untuk kondisi eksisting lima tahun terakhir. Adapun untuk Kota Madiun, KondisiEksisting Pengembangan Permukiman telah ditaur dalam Peraturan Daerah yang tersebut dalam tabel berikut :

Tabel 6.2 Peraturan Daerah Kota Madiun terkait Pengembangan Permukiman Perda Kota Madiun Amanat Kebijakan No Jenis produk No. / Tahun Perihal Darah Pengaturan

  (1) (2) (3) (4) (50

Tabel 6.3 Data Kawasan Kumuh di Kota Madiun Tahun 2013 LOKASI JUMLAH JUMLAH JUMLAH NO KAWASAN LUAS KAWASAN RUMAH RUMAH SEMI PENDUDUK KUMUH PERMANEN PERMANEN

  (1) (2) (3) (4) (5) (6)

Tabel 6.4 Data Kondisi RSH di Kota Madiun KONDISI TAHUN JUMLAH

  

NO LOKASI RSH PENGELOLA PRASARANA CK

PEMBANGUNAN PENGHUNI YANG ADA

  (1) (2) (3) (4) (5) (6)

Tabel 6.5 Data Kondisi Rusunawa di Kota Madiun PRASARANA LOKASI TAHUN JUMLAH NO PENGELOLA KONDISI CK YANG RUSUNAWA PEMBANGUNAN PENGHUNI ADA

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

c. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman

  Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman pada tingkat nasional antara lain: Permasalahan pengembangan permukiman diantaranya:

  1. Masih luasnya kaw asan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.

  2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal,

pulau kecil, daerah terpencil, dan kaw asan perbatasan.

  3. Belum berkembangnya Kaw asan Perdesaan Potensial.

  Tantangan pengembangan permukiman diantaranya:

  1. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat

  

2. Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana StrategiS

Ditjen Cipta Karya sektor Pengembangan Permukiman.

  

3. Pencapaian target MDG’s 2015, termasuk didalamnya pencapaian

Program-Program Pro Rakyat (Direktif Presiden)

  

4. Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta

Karya khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih

rendah

  

5. Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahw a

pembangunan infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi

tugas pemerintah daerah prov insi dan kabupaten/kota.

  

6. Penguatan Sinergi RP2KP/RTBL KSK dalam Penyusunan RPI 2JM bidang

Cipta Karya pada Kabupaten/Kota.

Sebagaimana isu strategis, di masing-masing kabupaten/kota terdapat

permasalahan dan tantangan pengembangan yang bersifat lokal dan

spesifik serta belum tentu djumpai di kabupaten/kota lain. Penjabaran

permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang

bersifat lokal perlu dijabarkan sebagai informasi aw al dalam

perencanaan.

Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi permasalahan dan tantangan

pengembangan permukiman di Kabupaten/Kota yang bersangkutan

serta merumuskan alternatif pemecahan dan rekomendasi dari

permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang ada di

w ilayah Kabupaten/Kota bersangkutan.

Untuk Kota Madiun, permasalahan dan tantangan pengembangan

permukiman seperti yang terdapat dalam tabel berikut :

Tabel 6.6 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kota Madiun PERMASALAHAN TANTANGAN NO

ALTERNATIF SOLUSI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN PENGEMBANGAN (1) (2) (3) (4)

  1 Aspek teknis 1) 2)

  2 Aspek Kelembagaan 1) 2)

  3 Aspek Pembiayaan 1) 2)

  4 Aspek Peran Serta Masyarakat/Swasta 1) 2)

  5 Aspek Lingkungan Permukiman 1) 2)

6.1.3. Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

  Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target kebutuhan yang harus dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan permukiman baik di tingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten/kota. Di tingkat Pusat acuan kebijakan meliputi RPJMN 2010- 2014, MDGs 2015 (pengurangan proporsi rumah tangga kumuh tahun 2020), Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pengurangan luasan kaw asan kumuh tahun 2014 sebesar 10%, arahan MP3EI dan MP3KI , percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat, arahan Direktif Presiden untuk program pro-rakyat, sertaRenstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014. Sedangkan di tingkat kabupaten/kota meliputi target RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota, maupun Renstra SKPD. Acuan kebijakan tersebut hendaknya menjadi dasar pada tahapan analisis kebutuhan pengembangan permukiman. Adapun kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perkotaan untuk Kota Madiun dalam 5 tahun ke depan adalah :

Tabel 6.7 Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perkotaan Untuk 5 Tahun

  

NO URAIAN UNIT TAHIN TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN KET

2014 2015 2016 2017 2018

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

  1 Jumlah Penduduk Jiwa Kepadatan Jiwa/ Penduduk Km2 Proyeksi Jiwa/ Persebaran Km2 Penduduk Proyeksi Jiwa/ Persebaran Km2 Penduduk Miskin

  2 Sasaran Penurunan Ha Kawasan Kumuh

  3 Kebutuhan TB Rusunawa

  4 Kebutuhan RSH Unit

  5 Kebutuhan Kws Pengembangan Permukiman Baru

6.1.4. Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman

  Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kaw asan perkotaan dan kaw asan perdesaan. Pengembangan permukiman kaw asan perkotaan terdiri dari: 1) pengembangan kaw asan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunaw a serta 2) peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH. Sedangkan untuk pengembangan kaw asan perdesaan terdiri dari:

  1) pengembangan kaw asan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial (Agropolitan dan Minapolitan), raw an bencana, serta perbatasan dan pulau kecil,

2) pengembangan kaw asan pusat pertumbuhan dengan program PI SEW

  (RI SE), 3) desa tertinggal dengan program PPI P dan RI S PNPM.

Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman

dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan RP2KP dan RTBL KSK

ataupun rev iew bilamana diperlukan.

  Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan I nfrastruktur kaw asan permukiman kumuh I nfrastruktur permukiman RSH Rusunaw a beserta infrastruktur pendukungnya

  Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan

I nfrastruktur kaw asan permukiman perdesaan potensial ( Agropolitan /

Minapolitan)

  I nfrastruktur kaw asan permukiman raw an bencana I nfrastruktur kaw asan permukiman perbatasan dan pulau kecil I nfrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PI SEW) I nfrastruktur perdesaan PPI P I nfrastruktur perdesaan RI S PNPM

Adapun alur fungsi dan program pengembangan permukiman tergambar

dalam gambar 8.1.

Gambar 6.1 Alur Program Pengembangan Permukiman Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)

  

Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan,

yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.

1. Umum Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.

  I ndikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra. Kesiapan lahan (sudah tersedia). Sudah tersedia DED.

  

Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kaw asan (RP2KP, RTBL KSK,

Masterplan. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)

Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah

. untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi Ada unit pelaksana kegiatan. Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.

  2. Khusus Rusunaw a Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA Dalam Rangka penanganan Kw s. Kumuh Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD lainnya Ada calon penghuni RI S PNPM Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra. Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM I nti lainnya. Tingkat kemiskinan desa >25%.

  

Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal

5% dari BLM. PPI P Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI

  

Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani

program Cipta Karya lainnya Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik Tingkat kemiskinan desa >25%

  PI SEW Berbasis pengembangan w ilayah

Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i)

transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv ) air bersih dan sanitasi, (v ) pendidikan, serta (v i) kesehatan Mendukung komoditas unggulan kaw asan

  

Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus

diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman

seperti untuk penanganan kaw asan kumuh di perkotaan. Mengacu pada

UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kaw asan Permukiman, permukiman

kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang

tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3)

penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana,

sarana dan utilitas umum, serta (4) pembangunan rumah, perumahan, dan

permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang w ilayah. Lebih

  

lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini diacu

oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut:

  1. Vitalitas Non Ekonomi

  

a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kaw asan dalam Rencana Tata Ruang

Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kaw asan

dalam ruang kota.

  

b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kaw asan kumuh memiliki

indikasi terhadap penanganan kaw asan permukiman kumuh dalam hal

kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat

didalamnya.

  

c. Kondisi Kependudukan dalam kaw asan permukiman kumuh yang dinilai,

mempunyai indikasi terhadap penanganan kaw asan permukiman kumuh

berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.

  2. Vitalitas Ekonomi Kaw asan

  

a. Tingkat kepentingan kaw asan dalam letak kedudukannya pada w ilayah

kota, apakah apakah kaw asan itu strategis atau kurang strategis.

  

b. Fungsi kaw asan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan

dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada inv estor untuk

dapat menangani kaw asan kumuh yang ada. Kaw asan yang termasuk

dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktiv itas bisnis dan perdagangan

seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.

  

c. Jarak jangkau kaw asan terhadap tempat mata pencaharian penduduk

kaw asan permukiman kumuh.

3. Status Kepemilikan Tanah a. Status pemilikan lahan kaw asan perumahan permukiman.

b. Status sertifikat tanah yang ada.

  

4. Keadaan Prasaran dan sarana : Kondisi jalan, drainase, air bersih, dan air

limbah

5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota

  

a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kaw asan

kumuh dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan penanganannya. b. Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana penanganan (grand scenario) kaw asan, rencana induk (master plan) kaw asan dan lainnya.

6.1.5. Usulan Program dan Kegiatan

a. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman

  Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan program dan kegiatan. Namun usulan program dan kegiatan terbatasi oleh w aktu dan kemampuan pendanaan pemerintah kabupaten/kota. Sehingga untuk jangka w aktu perencanaan lima tahun dalam RPI 2JM dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritasi dari tahun pertama hingga kelima.

Tabel 6.8 Format Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman Kota Madiun

  PROGRAM /

  VOLUME / KRITERIA NO BIAYA (Rp) LOKASI KEGIATAN SATUAN KESIAPAN

  (1) (2) (3) (4) (5) (6)

  1 Penanganan 27 kelurahan Kota Madiun Kawasan Kumuh Perkotaan

  2 Tabel 6.9 Usulan Pembiayaan Proyek Program Infrastruktur Permukiman Kota Madiun

  PROGRAM / APBD APBD

NO APBN MASYARAKAT SWASTA CSR TOTAL

KEGIATAN PROV KOTA

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Tabel 6.10 Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kota Madiun NO OUTPUT

INDIKATOR OUTPUT RINCIAN LOKASI

  VOL SATUAN SUMBER DANA Tahun

APBN

APBD PROV APBD KOTA SWASTA CSR

MURNI PHLN

  1

  2

  3

  4

  5

6.2. Penataan Bangunan dan Lingkungan

6.2.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

  Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalianpemanfaatan ruang, terutama untuk mew ujudkan lingkungan binaan, baik diperkotaan maupun diperdesaan, khususnya w ujud fisik bangunan gedung dan lingkungannnya. Permasalahan yang dihadapi dalam penataan Bangunan dan Lingkungan adalah :  Kurang ditegakkan aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan bangunan gedung, termasuk pada daerah-daerah raw an bencana  Prasaranan dan Sarana Hidran Kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian  Lemahnya pengaturan penyelenggarakan bangunan gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan  Banyaknya bangunan gedung negara yang belum memenuhi keselamatan, keamanan dan kenyamanan  Penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara kurang tertib dan efisien  Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.

  

 Masih adanya permukiman-permukiman kumuh yang tersebar

 Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan

bangunan gedung bersejarah, padahal punya potensi w isata.

  • Sarana lingkungan hijau/open space, sarana olah raga dll kurang diperhatikan.

  Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mew ujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya w ujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undangundang dan peraturan antara lain:

1) UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

  UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kaw asan Permukiman memberikan amanat bahw a penyelenggaraan penyelenggaraan

  

perumahan dan kaw asan permukiman adalah kegiatan perencanaan,

pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya

pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan,

serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. Pada UU No. 1

tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kav eling tanah yang telah

dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan,

penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang

dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

  

UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus

diselenggarakan secara tertib hukum dan diw ujudkan sesuai dengan

fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis

bangunan gedung. Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:

  a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;

b. Status kepemilikan bangunan gedung dan

  c. I zin mendirikan bangunan gedung

Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata

bangunan dan persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata

bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda,

mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur

bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan,

persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan,

kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga

mengamatkan bahw a dalam penyelenggaraan bangunan gedung

yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan

pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh

pemerintah.

  

3) PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang

Bangunan Gedung

Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun

2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas

ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung,

  

penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan

pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam

peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk

menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai

acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan

bangunan gedung dan lingkungan.

  

4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata

Bangunan dan Lingkungan

Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan

pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No.

06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan

Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahw a RTBL disusun

pada skala kaw asan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi

kaw asan baru berkembang cepat, kaw asan terbangun, kaw asan

dilestarikan, kaw asan raw an bencana, serta kaw asan gabungan dari

jenis-jenis kaw asan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian

ditetapkan melalui peraturan w alikota/bupati.

  

5) Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal

bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis

dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan

Ruang yang merupakan urusan w ajib daerah yang berhak diperoleh

setiap w arga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator

pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan

Kementerian PU beserta sektor-sektornya.

  Lingkup Tugas dan Fungsi Direktorat PBL

Sebagaimana dinyatakan pada Permen PU No.8 tahun 2010 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PU, pada Pasal 608 dinyatakan

bahw a Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai tugas

melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di

bidang perumusan dan pelaksanakan kebijakan, penyusunan produk

pengaturan, pembinaan dan pengaw asan serta fasilitasi di bidang

penataan bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan

  

gedung dan rumah negara. Kemudian selanjutnya pada Pasal 609

disebutkan bahw a Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan

menyelenggarakan fungsi:

  

a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan

bangunan dan lingkungan termasuk gedung dan rumah negara;

b. Pembinaan teknik, pengaw asan teknik, fasilitasi serta pembinaan

pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara termasuk fasilitasi

bangunan gedung istana kepresidenan;

  

c. Pembinaan teknik, pengaw asan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan

penataan bangunan dan lingkungan dan pengembangan

kesw adayaan masyarakat dalam penataan lingkungan;

  

d. Pembinaan teknik, pengaw asan teknik dan fasilitasi rev italisasi kaw asan

dan bangunan bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta

penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

  

e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan

kelembagaan penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan;

dan f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

Lingkup tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan sesuai dengan kegiatan

pada sektor PBL, yaitu kegiatan penataan lingkungan permukiman,

kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara dan

kegiatan pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan

seperti ditunjukkan pada Gambar 8.2.

Gambar 6.2 Lingkup Tugas PBL

  

Lingkup kegiatan untuk dapat mew ujudkan lingkungan binaan yang baik

sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:

a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);

  Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH); Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman kumuh dan nelayan; Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional.

  b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan; Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;

  Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur; Pelatihan teknis.

  c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan; Paket dan Replikasi.

6.2.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan

A. Isu Strategis

  Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat dilihat dari Agenda Nasional dan Agenda I nternasional yang mempengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah Program PNPM Mandiri, yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, sebagai w ujud kerangka kebijakan yang menjadi dasar acuan pelaksanaan program- program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Agenda nasional lainnya adalah pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL yang mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam pengurusan I MB di kabupaten/kota dan tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di kabupaten/kota. Agenda internasional yang terkait diantaranya adalah pencapaian MDG’s 2015, khususnya tujuan 7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Target MDGs yang terkait bidang Cipta Karya adalah target 7C, yaitu menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada 2015, serta target 7D, yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020. Agenda internasional lainnya adalah isu Pemanasan Global (Global Warming). Pemanasan global yang disebabkan bertambahnya karbondioksida (CO2) sebagai akibat konsumsi energi yang berlebihan mengakibatkan naiknya suhu permukaan global hingga 6.4 °C antara tahun 1990 dan 2100, serta meningkatnnya tinggi muka laut di seluruh dunia hingga mencapai 10-25 cm selama abad ke-20. Kondisi ini memberikan dampak bagi kaw asan-kaw asan yang berada di pesisir pantai, yaitu

  

munculnya bencana alam seperti banjir, kebakaran serta dampak sosial

lainnya.

Agenda Habitat juga merupakan salah satu Agenda I nternasional yang

juga mempengaruhi isu strategis sektor PBL. Konferensi Habitat I yang telah

diselenggarakan di Vancouver, Canada, pada 31 Mei-11 Juni 1976, sebagai

dasar terbentuknya UN Habitat pada tahun 1978, yaitu sebagai lembaga

PBB yang mengurusi permasalahan perumahan dan permukiman serta

pembangunan perkotaan. Konferensi Habitat I I yang dilaksanakan di

lstanbul, Turki, pada 3 - 14 Juni 1996 dengan dua tema pokok, yaitu

"Adequate Shelter for All" dan "Sustainable Human Settlements Development

in an Urbanizing World", sebagai kerangka dalam penyediaan perumahan

dan permukiman yang layak bagi masyarakat.

Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional untuk

bidang PBL dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

1) Penataan Lingkungan Permukiman

  a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;

  b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan;

  

c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau

(RTH) di perkotaan;

d. Rev italisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan

bangunan bersejarah berpotensi w isata untuk menunjang tumbuh

kembangnya ekonomi lokal;

  

e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar

Pelayanan Minimal;

f. Pelibatan pemerintah daerah dan sw asta serta masyarakat dalam

penataan bangunan dan lingkungan.

2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

  

a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan,

kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);

b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda

bangunan gedung di kab/kota;

c. Tantangan untuk mew ujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib,

andal dan mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan;

  

d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan

rumah negara;

e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara.

3) Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

  

a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau

sekitar 11,96% dari total penduduk I ndonesia;

b. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen aw al termasuk sharing in-

cash sesuai MoU PAKET;

c. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan.

  I su strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR,

skenario pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala prioritas

dan manfaat dari rencana tindak yang meliputi a) Rev italisasi, b) RTH,

  

c) Bangunan Tradisional/bersejarah dan d) penanggulangan kebakaran,

bagi pencapaian terw ujudnya pembangunan lingkungan permukiman

yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan.

Tabel 6.11 Isu Strategis sektor PBL di Kabupaten/Kota NO KEGIATAN SEKTOR PBL

ISU STRATEGIS SEKTOR PBL DI KOTA MADIUN

  Penataan Lingkungan Permukiman A B C

  Penyelanggaraan Bangunan Gedung a. dan Rumah Negara b.

  C Pemberdayaan Komunitas dalam a. Penanggulangan Kemiskinan b.

  c.

B. Kondisi Eksisting

  Unt uk t ahun 2012 capaian nasional dalam pelaksanaan program direkt orat PBL adalah dengan jumlah kelurahan/desa yang t elah mendapat kan fasilit asi berupa peningkat an kualit as infrast rukt ur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan melalui program P2KP/PNPM adalah sejumlah 10.925 kelurahan/desa. Unt uk jumlah Kabupat en/Kot a yang t elah menyusun Perda Bangunan Gedung (BG) hingga t ahun 2012 adalah sebanyak 106 Kabupat en/Kot a. Unt uk RTBL yang sudah t ersusun berupa Perat uran Bupat i/Walikot a adalah sebanyak 2 Kabupat en/Kot a, 9 Kabupat en/Kot a dengan perjanjian bersama, dan 32 Kabupat en/Kot a dengan kesepakat an bersama. Berdasarkan Renst ra Dit jen Cipt a Karya 2010-2014, di samping kegiat an non-fisik dan pemberdayaan, Direkt orat PBL hingga t ahun 2013 juga t elah melakukan peningkat an prasarana lingkungan permukiman di 1.240 kawasan sert a penyelenggaraan bangunan gedung dan fasilit asnya di 377 kabupat en/kot a. Dalam RPI2JM bidang Cipt a Karya pencapaian di Kabupat en/Kot a perlu dijabarkan sebagai dasar dalam perencanaan.

Tabel 6.12 Peraturan Daerah/Peraturan Walikota/Peraturan Bupati terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan PERDA/PERATURAN WALIKOTA/LAINNYA NO JENIS PRODUK NOMOR & AMANAT TENTANG PENGATURAN TAHUNTabel 6.13 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara JUMLAH BG NEGARA STATUS KONDISI KETERSSEDIAAN NO KECAMATAN BERDASARKAN KEPEMILIKAN BANGUNAN UTULITAS BG FUNGSI

  1. Kecamatan Fungsi Hunian : Manguharjo .............. unit

  Fungsi Keagamaan: .......... unit Fungsi Usaha : ............ unit Fungsi Sosial Budaya : ........ unit Fungsi Khusus : .......... unit

  2 Kecamatan Fungsi Hunian : Taman .............. unit

  Fungsi Keagamaan: .......... unit Fungsi Usaha : ............ unit Fungsi Sosial Budaya : ........ unit Fungsi Khusus : .......... unit

  3 Kecamatan Fungsi Hunian : kartoharjo .............. unit Fungsi Keagamaan: .......... unit Fungsi Usaha : ............ unit Fungsi Sosial Budaya : ........ unit

  Fungsi Khusus : .......... unit

Tabel 6.14 Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan NO KECAMATAN Kegiatan PNPM Perkotaan (P2KP) Kegiatan Pemberdayaan lainnya

  1 Kecamatan Manguharjo

  2 Kecamatan Taman

  3 Kecamatan Kartoharjo

C. Permasalahan dan Tantangan

  Dalam kegiat an penat aan bangunan dan lingkungan t erdapat beberapanpermasalahan dan t ant angan yang dihadapi, ant ara lain:

  Penataan Lingkungan Permukiman:

  • Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran;
  • Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL unt uk lebih melibat kan pemerint ah daerah dan swast a dalam penyiapan infrast rukt ur guna pengembangan lingkungan permukiman;
  • Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiat an ekonomi ut ama kot a, kawasan t radisional bersejarah sert a herit age;
  • Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan permukiman yang diindikasikan dengan masih
kecilnya alokasi anggaran daerah unt uk peningkat an kualit as lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM.

  Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:

  • Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efekt if dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;
  • Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota met ropolit an, besar, sedang, kecil di seluruh Indonesia;
  • Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaita dengan pengelolaan dan penyelenggaraan bangunan gedung (keselamat an, kesehat an, kenyamanan dan kemudahan);
  • Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung t ermasuk pada daerah- daerah rawan bencana;
  • Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhat ian;

   Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah sert a rendahnya kualit as pelayanan publik dan perijinan;  Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyarat an keselamat an, keamanan dan kenyamanan;  Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negar kurang t ert ib dan efisien;  Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.

  Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:

  • Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/t erbuka, sarana olah raga.

  Kapasitas Kelembagaan Daerah:

  • Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung t ermasuk pengawasan;
  • Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang- undangan dan peningkat an pelaksanaan ot onomi dan desent ralisasi;
  • Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung di daerah dalam fasilit asi penyediaan perangkat pengat uran.

Tabel 6.15 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan

  

PERMASALAHAN TANTANGAN

NO ASPEK PBL

ALTERNATIF SOLUSI YANG DIHADAPI PENGEMBANGAN

  I Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan

  1. Aspek teknis 1.

  2.

  3.

  2 Aspek 1. kelembagaan 2.

  3.

  3 Aspek 1.

  Pembiayaan 2.

  3.

  4 Aspek peran 1.

  Serta Masyarakat 2.

  3.

  5 Aspek 1.

  Lingkungan 2. permukiman 3.

  II Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

  1. Aspek teknis 1.

  2.

  3.

  2 Aspek 1. kelembagaan 2.

  3.

  3 Aspek 1.

  Pembiayaan 2.

  3.

  4 Aspek peran 1.

  Serta Masyarakat 2.

  3.

  5 Aspek 1.

  Lingkungan 2. permukiman 3.

  III Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

  1. Aspek teknis 1.

  2.

  3.

  2 Aspek 1. kelembagaan 2.

  3.

  3 Aspek 1.

  Pembiayaan 2.

  3.

  4 Aspek peran 1.

  Serta Masyarakat 2.

  3.

  5 Aspek 1.

  Lingkungan 2. permukiman 3.

6.2.3. Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan