DOCRPIJM 1507773544DOCRPIJM 4f06884fc7 BAB VIBAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
Bab 7
RENCANA PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA
7.1
Pengembangan Kawasan Permukiman
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari
lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang
mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang
kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan. Kegiatan
pengembangan
permukiman
terdiri
dari
pengembangan
permukiman
kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman
kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru
dan
peningkatan
kualitas
permukiman
kumuh,
sedangkan
untuk
pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan
permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 1
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada
amanat peraturan perundangan, antara lain:
1.
Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN).
Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan
kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi
tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada
awal tahapan RPJMN berikutnya.
2.
Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman.
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan
perumahan
dan
penyelenggaraan
kawasan
perumahan
permukiman
(butir
c),
juga
mencakup
penyelenggaraan
kawasan
permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta
pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh
dan permukiman kumuh (butir f).
3.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum,
rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung
jawab pemerintah.
4.
Peraturan
Presiden
No.
15
Penanggulangan Kemiskinan.
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
Tahun
2010
tentang
Percepatan
VII - 2
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
Peraturan
ini
penanggulangan
menetapkan
salah
kemiskinan
yang
satunya
terkait
dengan
diimplementasikan
dengan
penanggulangan kawasan kumuh.
5.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman
kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.
Mengacu
pada
Permen
PU
No.
08/PRT/M/2010
tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat
Pengembangan Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta
standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi
Direktorat Pengembangan Permukiman adalah:
a.
Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman
di perkotaan dan perdesaan;
b.
Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan
kawasan permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan
perdesaan potensial;
c.
Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan
kualitas permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan
pembangunan rumah susun sederhana;
d.
Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan
kualitas
permukiman
di
kawasan
tertinggal,
terpencil,
daerah
perbatasan dan pulau-pulau kecil termasuk penanggulangan bencana
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 3
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
alam dan kerusuhan sosial;
e.
Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan
kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan
permukiman;
f.
Pelaksanaan tata usaha Direktorat
7.1.1
Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan
A.
Isu Strategis Pengembangan Permukiman
Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap
pengembangan permukiman saat ini adalah:
•
Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta
mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim;
•
Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi
rumah tangga kumuh perkotaan;
•
Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif
Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.
•
Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.
•
Meningkatnya
urbanisasi
yang
berimplikasi
terhadap
proporsi
penduduk perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk
perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.
•
Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah
dibangun.
•
Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam
pengembangan kawasan permukiman.
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 4
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
•
Belum
optimalnya
peran
pemerintah
daerah
dalam
mendukung
pembangunan permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas
kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat
organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal
di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.
Tabel 7.1
Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman
Kabupaten Biak Numfor
No.
Isu Strategis
Keterangan
1
2
3
4
B.
Kecenderungan pembangunan yang tidak terkontrol Urgensi Tinggi
di sepanjang Sungai Biak Numfor yang berpotensi
merusak kestabilan sungai
Minimnya cakupan dan kualitas infrastruktur Urgensi Sedang
permukiman
Lemahnya keterpaduan pembangunan infrastruktur Urgensi Sedang
permukiman, baik dalam skala kota maupun
kawasan
Menurunnya kualitas permukiman pada kawasan Urgensi Tinggi
tidak layak huni/kumuh
Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman
Kawasan permukiman adalah kawasan yang memenuhi kriteria
budidaya cocok untuk areal permukiman serta secara mikro mempunyai
kelerengan antara 0 – 25% dan berada di kawasan APL (areal penggunaan
lainnya).
Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan
capaian suatu kota/ kabupaten dalam menyediakan kawasan permukiman
yang layak huni. Terlebih dahulu perlu diketahui peraturan perundangan di
tingkat kabupaten/kota (meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur,
peraturan walikota/bupati, maupun peraturan lainya) yang mendukung
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 5
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
seluruh tahapan proses perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan
pembangunan permukiman.
Selain itu data yang dibutuhkan untuk kondisi eksisting adalah
mengenai kawasan kumuh, jumlah RSH terbangun, dan Rusunawa
terbangun di perkotaan, maupun dukungan infrastruktur dalam programprogram perdesaan seperti PISEW (RISE), PPIP, serta kawasan potensial,
rawan bencana, perbatasan, dan pulau terpencil. Data yang dibutuhkan
adalah data untuk kondisi eksisting lima tahun terakhir.
C.
Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman
Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman pada
tingkat nasional antara lain:
Permasalahan pengembangan permukiman diantaranya:
1.
Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni
sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan
pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.
2.
Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal,
pulau kecil, daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.
3.
Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.
Tantangan pengembangan permukiman diantaranya:
1.
Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat
2.
Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis
Ditjen Cipta Karya sektor Pengembangan Permukiman.
3.
Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta
Karya khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 6
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
rendah
4.
Memberikan
pemahaman
kepada
pemerintah
daerah
bahwa
pembangunan infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi
tugas pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.
5.
Penguatan Sinergi RP2KPKP/RTBL KSK dalam Penyusunan RPIJM
bidang Cipta Karya pada Kabupaten/Kota.
Sebagaimana isu strategis, di masing-masing kabupaten/kota
terdapat permasalahan dan tantangan pengembangan yang bersifat lokal dan
spesifik serta belum tentu djumpai di kabupaten/kota lain. Penjabaran
permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang bersifat lokal
perlu dijabarkan sebagai informasi awal dalam perencanaan. Tujuannya
adalah untuk mengidentifikasi permasalahan dan tantangan pengembangan
permukiman di Kabupaten/Kota yang bersangkutan serta merumuskan
alternatif pemecahan dan rekomendasi dari permasalahan dan tantangan
pengembangan
permukiman
yang
ada
di
wilayah
Kabupaten/Kota
bersangkutan.
7.1.2
Sasaran Program
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan
permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan
permukiman kawasan perkotaan terdiri dari:
1)
pengembangan
kawasan
permukiman
baru
pembangunan Rusunawa serta
2)
peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
dalam
bentuk
VII - 7
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari:
1)
pengembangan
potensial
kawasan
(Agropolitan
permukiman
dan
perdesaan
Minapolitan),
rawan
untuk
kawasan
bencana,
serta
perbatasan dan pulau kecil
2)
pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW
(RISE),
3)
desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM.
Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan
permukiman dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan RP2KPKP
dan RTBL KSK ataupun review bilamana diperlukan.
Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan :
•
Infrastruktur kawasan permukiman kumuh
•
Infrastruktur permukiman RSH
•
Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya
Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan :
•
Infrastruktur
kawasan
permukiman
perdesaan
potensial
(Agropolitan/Minapolitan)
•
Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana
•
Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil
•
Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW)
•
Infrastruktur perdesaan PPIP
•
Infrastruktur perdesaan RIS PNPM
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 8
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
Adapun alur fungsi dan program pengembangan permukiman
tergambar dalam Gambar 7.1.
Gambar 7.1
Alur Program Pengembangan Permukiman
Sumber: Dit. Pengembangan Permukiman
Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)
Dalam
pengembangan
permukiman
terdapat
kriteria
yang
menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.
1. Umum
•
Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.
•
Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 9
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
•
Kesiapan lahan (sudah tersedia).
•
Sudah tersedia DED.
•
Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP, RTBL
KSK, Masterplan. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)
•
Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana
daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa
berfungsi
•
Ada unit pelaksana kegiatan.
•
Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.
2. Khusus
Rusunawa
•
Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA
•
Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh
•
Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum,
dan PSD lainnya
•
Ada calon penghuni
RIS PNPM
•
Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.
•
Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.
•
Tingkat kemiskinan desa >25%.
•
Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP
minimal 5% dari BLM.
PPIP
•
Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI
•
Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 10
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
program Cipta Karya lainnya
•
Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik
•
Tingkat kemiskinan desa >25%
PISEW
•
Berbasis pengembangan wilayah
•
Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i)
transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air
bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan
•
Mendukung komoditas unggulan kawasan
Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria
yang harus diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan
permukiman seperti untuk penanganan kawasan kumuh di perkotaan.
Mengacu
pada
UU
No.
1/2011
tentang
Perumahan
dan
Kawasan
Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan
kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana,
dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan
permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4)
pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai
dengan
rencana
tata
ruang
wilayah.
Lebih
lanjut
kriteria
tersebut
diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya
meliputi sebagai berikut:
1. Vitalitas Non Ekonomi
a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 11
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan
dalam ruang kota.
b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh
memiliki indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh
dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan
yang terdapat didalamnya.
c. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang
dinilai,
mempunyai
permukiman
indikasi
kumuh
terhadap
berdasarkan
penanganan
kerapatan
dan
kawasan
kepadatan
penduduk.
2. Vitalitas Ekonomi Kawasan
a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada
wilayah kota, apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang
strategis.
b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan
dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk
dapat menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk
dalam
kelompok
ini
adalah
pusat-pusat
aktivitas
bisnis
dan
perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi
lainnya.
c. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk
kawasan permukiman kumuh.
3. Status Kepemilikan Tanah
a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman.
b. Status sertifikat tanah yang ada.
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 12
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
4. Keadaan Prasarana dan Sarana: Kondisi Jalan, Drainase, Air bersih, dan
Air limbah
5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan
kumuh
dengan
indikasi
penyediaan
dana
dan
mekanisme
kelembagaan penanganannya.
b. Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana
penanganan (grand scenario) kawasan, rencana induk (master plan)
kawasan dan lainnya.
Tabel 7. 2
Lokasi Kawasan Kumuh Kab.Biak Numfor
Sumber : SK Kumuh Kabupaten Biak Numfor, 2014
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 13
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 14
7.1.3 Usulan Kebutuhan Program
Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi
kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu
disusun usulan program dan kegiatan. Namun usulan program dan
kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan pemerintah
kabupaten/kota. Sehingga untuk jangka waktu perencanaan lima tahun
dalam RPIJM dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritas dari
tahun pertama hingga kelima.
Tabel 7. 3
Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman
Kabupaten Biak Numfor
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
URAIAN KEGIATAN
Pendampingan Rencangan Peraturan Daerah Tentang
Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh
dan Permukiman Kumuh di Kota Biak
Penataan Peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan
Kumuh di Kawasan Warbusa
Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman Perdesaan
Potensial Kawasan Biak Timur
Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman Perdesaan
Potensial Kawasan Urfu
Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman Perdesaan
Potensial Kawasan Biak Selatan
Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman Perdesaan
Potensial Kawasan Yendidori
Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman Perdesaan
Potensial Kawasan Biak Utara
Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman Perdesaan
Potensial Kawasan Biak Barat
Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman Perdesaan
Potensial Kawasan Biak Timur
10
Pengembangan Infrastruktur Masyarakat (PISEW)
11
Pengembangan Infrastruktur Masyarakat (PISEW)
12
Pengembangan Infrastruktur Masyarakat (PISEW)
13
Pengembangan Infrastruktur Masyarakat (PISEW)
14
Pengembangan Infrastruktur Masyarakat (PISEW)
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
LOKASI
VOLUME
SATUAN
TAHUN
Biak Kota
1
NSPK
2018
Biak Kota
24,22
Ha
2019
Biak Timur
1
Kws
2018
Biak Selatan
3
Kws
2019
Biak Selatan
3
Kws
2019
Yendidori
3
Kws
2020
Biak Utara
3
Kws
2020
Yomdori
3
Kws
2021
Biak Timur
3
Kws
2022
5
WIL
2018
5
WIL
2019
5
WIL
2020
5
WIL
2021
5
WIL
2022
Kab. Biak
Numfor
Kab. Biak
Numfor
Kab. Biak
Numfor
Kab. Biak
Numfor
Kab. Biak
Numfor
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
Dalam pengembangan permukiman, Pemerintah Daerah didorong
untuk terus meningkatkan alokasinya pada sektor tersebut serta mencari
alternatif sumber pembiayaan dari masyarakat dan swasta serta DAK.
Usulan prioritas kegiatan dan pembiayaan secara lebih rinci dapat
dituangkan ke dalam Tabel 7.4
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 15
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 16
Tabel 7.4
Matriks Usulan Kebutuhan Pembiayaan
Sektor Pengembangan Permukiman Kabupaten Biak Numfor
NO
URAIAN KEGIATAN
LOKASI
VOL
SATUAN
TAHUN
APBN
Rp. MURNI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Pendampingan Rencangan Peraturan Daerah
Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh di
Kota Biak
Penataan Peningkatan Infrastruktur Permukiman
Kawasan Kumuh di Kawasan Warbusa
Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman
Perdesaan Potensial Kawasan Biak Timur
Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman
Perdesaan Potensial Kawasan Urfu
Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman
Perdesaan Potensial Kawasan Biak Selatan
Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman
Perdesaan Potensial Kawasan Yendidori
Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman
Perdesaan Potensial Kawasan Biak Utara
Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman
Perdesaan Potensial Kawasan Biak Barat
Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman
Perdesaan Potensial Kawasan Biak Timur
Pengembangan Infrastruktur Masyarakat
(PISEW)
Pengembangan Infrastruktur Masyarakat
(PISEW)
Pengembangan Infrastruktur Masyarakat
(PISEW)
Pengembangan Infrastruktur Masyarakat
Biak Kota
1
NSPK
2018
Biak Kota
24,22
Ha
2019
Biak Timur
1
Kws
2018
Biak Selatan
3
Kws
2019
Biak Selatan
3
Kws
2019
Yendidori
3
Kws
2020
Biak Utara
3
Kws
2020
Yomdori
3
Kws
2021
Biak Timur
3
Kws
2022
5
WIL
2018
5
WIL
2019
5
WIL
2020
5
WIL
2021
Kab. Biak
Numfor
Kab. Biak
Numfor
Kab. Biak
Numfor
Kab. Biak
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
DAK
SUMBER PEMBIAYAAN (Rp.1000,-)
PERUSA SWASTA/
APBD
APBD
HAAN
MASYAR
PROV KAB/KOTA
DAERAH
AKAT
CSR
500.000
25.000.000
2.500.000
2.500.000
5.000.000
2.500.000
5.000.000
2.500.000
5.000.000
2.500.000
5.000.000
2.500.000
5.000.000
2.500.000
5.000.000
2.500.000
5.000.000
500.000
5.000.000
500.000
5.000.000
500.000
1.250.000
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
14
(PISEW)
Pengembangan Infrastruktur Masyarakat
(PISEW)
Numfor
Kab. Biak
Numfor
TOTAL
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
5
WIL
2022
VII - 17
5.000.000
500.000
5.000.000
500.000
80.500.000
-
22.500.000
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
7.2
Penataan Bangunan Dan Lingkungan
Penataan
bangunan
dan
lingkungan
adalah
serangkaian
kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian
pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan,
baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan
gedung
dan
lingkungannya.
Kebijakan
penataan
bangunan
dan
lingkungan mengacu pada Undangundang dan peraturan antara lain:
1.
UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
memberikan
amanat
bahwa
penyelenggaraan
penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan,
pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk didalamnya
pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan,
serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.
Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling
tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam
penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana
rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
2.
UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus
diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan
fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis
bangunan gedung.
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 18
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:
a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang
hak atas tanah;
b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan
c. Izin mendirikan bangunan gedung.
Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata
bangunan dan persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata
bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda,
mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur
bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan,
persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan,
kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga
mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang
meliputi
kegiatan
pembangunan,
pemanfaatan,
pelestarian
dan
pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan
oleh pemerintah.
3.
PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung
Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36
Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini
membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan
gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan
pembinaan
dalam
penyelenggaraan
bangunan
gedung.
Dalam
peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 19
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai
acuan
rancang
bangun
serta
alat
pengendalian
pengembangan
bangunan gedung dan lingkungan.
4.
Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan
Sebagai
panduan
bagi
semua
pihak
dalam
penyusunan
dan
pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No.
06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL
disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan
yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun,
kawasan
dilestarikan,
kawasan
rawan
bencana,
serta
kawasan
gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang
disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.
5.
Permen PU No. 01/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal
bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Permen PU No: 01/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal
bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis
dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh
setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan
indikator
pencapaian
SPM
pada
setiap
Direktorat
lingkungan Kementerian PU beserta sektor-sektornya.
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
Jenderal
di
VII - 20
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
7.2.1
Isu
Strategis,
Kondisi
Eksisting,
Permasalahan,
dan
Tantangan
A.
Isu Strategis
Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat
dilihat
dari
Agenda
Nasional
dan
Agenda
Internasional
yang
mempengaruhi sektor PBL. Agenda nasional adalah pemenuhan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang,
khususnya
untuk
sektor
PBL
yang
mengamanatkan
terlayaninya
masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/kota dan tersedianya
pedoman
Harga
Standar
Bangunan
Gedung
Negara
(HSBGN)
di
kabupaten/kota.
Agenda
pencapaian
internasional
MDG’s
2015,
yang
terkait
khususnya
tujuan
diantaranya
7
yaitu
adalah
memastikan
kelestarian lingkungan hidup. Target MDGs yang terkait bidang Cipta
Karya adalah target 7C, yaitu menurunkan hingga separuhnya proporsi
penduduk tanpa akses terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada
2015, serta target 7D, yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam
kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020.
Agenda internasional lainnya adalah isu Pemanasan Global
(Global Warming). Pemanasan global yang disebabkan bertambahnya
karbondioksida (CO2) sebagai akibat konsumsi energi yang berlebihan
mengakibatkan naiknya suhu permukaan global hingga 6.4°C antara
tahun 1990 dan 2100, serta meningkatnnya tinggi muka laut di seluruh
dunia hingga mencapai 10-25 cm selama abad ke-20. Kondisi ini
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 21
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
memberikan dampak bagi kawasan-kawasan yang berada di pesisir
pantai, yaitu munculnya bencana alam seperti banjir, kebakaran serta
dampak sosial lainnya.
Agenda
Internasional
Habitat
yang
juga
juga
merupakan
mempengaruhi
isu
salah
satu
strategis
Agenda
sektor
PBL.
Konferensi Habitat I yang telah diselenggarakan di Vancouver, Canada,
pada 31 Mei-11 Juni 1976, sebagai dasar terbentuknya UN Habitat pada
tahun 1978, yaitu sebagai lembaga PBB yang mengurusi permasalahan
perumahan dan permukiman serta pembangunan perkotaan. Konferensi
Habitat II yang dilaksanakan di lstanbul, Turki, pada 3 - 14 Juni 1996
dengan dua tema pokok, yaitu "Adequate Shelter for All" dan "Sustainable
Human Settlements Development in an Urbanizing World", sebagai
kerangka dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang layak bagi
masyarakat.
Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional
untuk bidang PBL dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
1)
Penataan Lingkungan Permukiman
a.
Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;
b.
PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di
perkotaan;
c.
Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka
hijau (RTH) di perkotaan;
d.
Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional
dan bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 22
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
tumbuh kembangnya ekonomi lokal;
e.
Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan
Standar Pelayanan Minimal;
f.
Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam
penataan bangunan dan lingkungan.
2)
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
a.
Tertib
pembangunan
dan
keandalan
bangunan
gedung
(keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);
b.
Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda
bangunan gedung di kab/kota;
c.
Tantangan
untuk
mewujudkan
bangunan
gedung
yang
fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/
berkelanjutan;
d.
Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan
rumah negara;
e.
Peningkatan
kualitas
pelayanan
publik
dalam
pengelolaan
gedung dan rumah Negara.
3)
Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
a.
Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk
sharing in-cash sesuai MoU PAKET;
b.
Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah
dalam penanggulangan kemiskinan.
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 23
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti
RTR, skenario pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala
prioritas dan manfaat dari rencana tindak yang meliputi a) Revitalisasi; b)
RTH;
c)
Bangunan
kebakaran,
bagi
Tradisional/bersejarah
pencapaian
terwujudnya
dan;
d)
penanggulangan
pembangunan
lingkungan
permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan.
B.
Kondisi Eksisting
Berdasarkan Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014, di samping
kegiatan non-fisik dan pemberdayaan, Direktorat PBL hingga tahun 2013
juga telah melakukan peningkatan prasarana lingkungan permukiman di
1.240 kawasan serta penyelenggaraan bangunan gedung dan fasilitasnya
di 377 kabupaten/kota. Dalam RPI2JM bidang Cipta Karya pencapaian di
Kabupaten/Kota perlu dijabarkan sebagai dasar dalam perencanaan.
C.
Permasalahan dan Tantangan
Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat
beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain:
Penataan Lingkungan Permukiman:
•
Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi
kebakaran;
•
Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa
RTBL untuk lebih melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam;
•
penyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman;
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 24
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
•
Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan
ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage;
•
Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan
permukiman
yang
diindikasikan
dengan
masih
kecilnya
alokasi
anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka
pemenuhan SPM.
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:
•
Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi
efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah
Negara;
•
Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metropolitan,
besar, sedang, kecil di seluruh Indonesia;
•
Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan
pengelolaan dan penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan,
kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);
•
Kurang
ditegakkannya
aturan
keselamatan,
keamanan
dan
kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan
bencana;
•
Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi
dan kurang mendapat perhatian;
•
Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah
serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan;
•
Banyaknya
Bangunan
Gedung
Negara
yang
belum
persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan;
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
memenuhi
VII - 25
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
•
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib
dan efisien;
•
Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan
baik.
Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:
•
Masih
kurang
diperhatikannya
kebutuhan
sarana
lingkungan
hijau/terbuka, sarana olah raga.
Kapasitas Kelembagaan Daerah:
•
Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam
pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;
•
Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan
peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi;
•
Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan
gedung di daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan
7.2.2
Sasaran Program
Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL di
Kabupaten Biak Numfor, hendaknya mengacu pada Lingkup Tugas DJCK
untuk sektor PBL yang dinyatakan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010.
Pada Permen PU No.8 tahun 2010, dijabarkan kegiatan dari Direktorat
PBL meliputi:
Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 26
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
Dengan kegiatan yang terkait adalah penyusunan Rencana Tata
Bangunan
dan
Lingkungan
(RTBL),
Rencana
Induk
Sistem
Proteksi Kebakaran (RISPK), pembangunan prasarana dan sarana
lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah, pemenuhan
Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan pemenuhan Ruang Terbuka
Hijau (RTH) di perkotaan.
RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan)
RTBL berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman
Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan didefinisikan
sebagai panduan
yang
rancang
dimaksudkan
untuk
bangun
suatu
mengendalikan
lingkungan/kawasan
pemanfaatan
ruang,
penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok
ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan
panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian
rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan
lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan meliputi:
Program Bangunan dan Lingkungan;
Rencana Umum dan Panduan Rancangan;
Rencana Investasi;
Ketentuan Pengendalian Rencana;
Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 27
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti yang
dinyatakan dalam Permen PU No. 26 tahun 2008 tentang Persyaratan
Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan,
bahwa
Bangunan Gedung dan
atas
Sistem
Proteksi
Lingkungan
adalah
sistem
pada
yang
terdiri
peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang
maupun terbangun pada bangunan yang
tujuan
cara
Kebakaran
sistem
proteksi
pengelolaan
digunakan baik
untuk
aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-
dalam
rangka
melindungi
bangunan
dan
lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.
Penyelenggaraan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung
dan
lingkungan
meliputi
proses
perencanaan
teknis
dan
pelaksanaan konstruksi serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan
pembongkaran sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan
lingkungannya.
RISPK terdiri dari Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran dan
Rencana Sistem Penanggulangan Kebakaran di Kabupaten/Kota
untuk kurun waktu 10 tahun. RISPK memuat rencana kegiatan
pencegahan kebakaran yang terdiri dari kegiatan inspeksi terhadap
ancaman bahaya kebakaran pada kota, lingkungan bangunan dan
bangunan gedung, serta kegiatan edukasi pencegahan kebakaran
kepada
masyarakat
dan
kegiatan
penegakan
Norma,
Standar,
Pedoman dan Manual (NSPM). RISPK juga memuat rencana tentang
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 28
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
penanggulangan kebakaran
yang
terdiri
dari
rencana
kegiatan
pemadaman kebakaran serta penyelamatan jiwa dan harta benda.
Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah
Pendekatan
yang
dilakukan
dalam
melaksanakan
Penataan
Lingkungan Permukiman Tradisional adalah:
1.
Koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah
Daerah;
2.
Pendekatan Tridaya sebagai upaya pemberdayaan terhadap
aspek manusia, lingkungan dan kegiatan ekonomi masyarakat
setempat;
3.
Azas "berkelanjutan" sebagai salah satu pertimbangan penting
untuk menjamin kelangsungan kegiatan;
4.
Rembug
warga
dalam
upaya
aspirasi
masyarakat, selain
menggali sebanyak
itu
juga
mungkin
melakukan pelatihan
keterampilan teknis dalam upaya pemberdayaan masyarakat.
Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Analisa kebutuhan Program dan Kegiatan juga mengacu pada Permen
PU No.14 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Khusus untuk sektor PBL,
SPM juga terkait dengan SPM Penataan Ruang dikarenakan kegiatan
penataan lingkungan permukiman yang salah satunya melakukan
pengelolaan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan.
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 29
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
Standar SPM terkait dengan sektor PBL sebagaimana terlihat pada
tabel 6.19,
yang dapat dijadikan acuan bagi Kabupaten/Kota untuk
menyusun
kebutuhan
akan
sektor
Penataan
Bangunan
Dan
Lingkungan.
7.2.3
Usulan Kebutuhan Program
Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi
kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu
disusun usulan program dan kegiatan. Namun usulan program dan
kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan pemerintah
kabupaten/kota. Sehingga untuk jangka waktu perencanaan lima tahun
dalam RPIJM dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritas dari
tahun pertama hingga kelima.
Tabel 7.5
Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Sektor PBL
Kabupaten Biak Numfor
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
URAIAN KEGIATAN
Penyusunan RTBL Destinasi Wisata Kawasan Kampung
Sepse Pantai Samares Distrik Biak Timur
Penyusunan RTBL Pengembangan Destinasi Wisata
Kawasan Pulau Numfor
Penyusunan RTBL Pengembangan Destinasi Wisata
Kawasan Goa Jepang
Penyusunan RTBL Pengembangan Destinasi Wisata Pulau
Pakreki
Penataan Bangunan Kawasan Strategis Nasional Biak Bosnik
Penataan Bangunan Kawasan Strategis Nasional Biak Bosnik
Penataan Bangunan Kawasan Strategis Nasional Biak Bosnik
Pengembangan Destinasi Wisata Kawasan Kampung
Sepse Pantai Samares Distrik Biak Timur
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
LOKASI
VOL
SATUAN
TAHUN
Biak Timur
1
Lap
2019
1
Lap
2019
1
Lap
2019
1
Lap
2020
1
Kws
2018
1
Kws
2019
1
Kws
2020
1
Kws
2020
Kab. Biak
Numfor
Kab. Biak
Numfor
Kab. Biak
Numfor
Kab. Biak
Numfor
Kab. Biak
Numfor
Kab. Biak
Numfor
Biak Timur
VII - 30
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
9
10
11
12
Pengembangan Destinasi Wisata Kawasan Pulau Numfor
Pengembangan Destinasi Wisata Kawasan Goa Jepang
Pengembangan Destinasi Wisata Pulau Pakreki
Fasilitasi Percontohan Ruang Terbuka Publik Revolusi
Mental Kabupaten Biak Numfor
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
Numfor
Biak Kota
Biak Timur
1
1
1
Kws
Kws
Kws
2020
2020
2021
Biak Kota
1
Kws
2020
VII - 31
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 32
Tabel 7.6
Matriks Usulan Kebutuhan Pembiayaan
Pengembangan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Biak Numfor
NO
URAIAN KEGIATAN
LOKASI
VOL
SATUAN
TAHUN
APBN
Rp. MURNI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Penyusunan RTBL Destinasi Wisata Kawasan
Kampung Sepse Pantai Samares Distrik Biak Timur
Penyusunan RTBL Pengembangan Destinasi
Wisata Kawasan Pulau Numfor
Penyusunan RTBL Pengembangan Destinasi
Wisata Kawasan Goa Jepang
Penyusunan RTBL Pengembangan Destinasi
Wisata Pulau Pakreki
Penataan Bangunan Kawasan Strategis Nasional
Biak - Bosnik
Penataan Bangunan Kawasan Strategis Nasional
Biak - Bosnik
Penataan Bangunan Kawasan Strategis Nasional
Biak - Bosnik
Pengembangan Destinasi Wisata Kawasan
Kampung Sepse Pantai Samares Distrik Biak Timur
Pengembangan Destinasi Wisata Kawasan Pulau
Numfor
Pengembangan Destinasi Wisata Kawasan Goa
Jepang
Biak Timur
1
Lap
2019
1
Lap
2019
1
Lap
2019
1
Lap
2020
1
Kws
2018
1
Kws
2019
1
Kws
2020
Biak Timur
1
Kws
2020
Numfor
1
Kws
2020
Biak Kota
1
Kws
2020
Kab. Biak
Numfor
Kab. Biak
Numfor
Kab. Biak
Numfor
Kab. Biak
Numfor
Kab. Biak
Numfor
Kab. Biak
Numfor
11
Pengembangan Destinasi Wisata Pulau Pakreki
Biak Timur
1
Kws
2021
12
Fasilitasi Percontohan Ruang Terbuka Publik
Revolusi Mental Kabupaten Biak Numfor
Biak Kota
1
Kws
2020
TOTAL
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
SUMBER PEMBIAYAAN (Rp.1000,-)
SWASTA/
APBD
APBD
DAK
BUMD MASYAR
PROV KAB/KOTA
AKAT
1.000.000
500.000
1.000.000
500.000
1.000.000
500.000
1.000.000
500.000
10.000.000
1.000.000
10.000.000
1.000.000
10.000.000
1.000.000
10.000.000
1.000.000
10.000.000
1.000.000
10.000.000
1.000.000
10.000.000
1.000.000
1.000.000
100.000
75.000.000
9.100.000
CSR
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
7.3
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
Penyelenggaraan
merencanakan,
pengembangan
melaksanakan
SPAM
konstruksi,
adalah
mengelola,
kegiatan
memelihara,
merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik)
dan non fisik penyediaan air minum. Penyelenggara pengembangan SPAM
adalah badan usaha milik negara (BUMN)/ badan usaha milik daerah
(BUMD), koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat
yang melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air
minum. Penyelenggaraan SPAM dapat melibatkan peran serta masyarakat
dalam pengelolaan SPAM berupa pemeliharaan, perlindungan sumber air
baku, penertiban sambungan liar, dan sosialisasi dalam penyelenggaraan
SPAM.
Beberapa peraturan perundangan yang menjadi dasar dalam
pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) antara lain:
1.
Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Pada pasal 40 mengamanatan bahwa pemenuhan kebutuhan air baku
untuk air minum rumah tangga dilakukan dengan pengembangan
sistem penyediaan air minum (SPAM). Untuk pengembangan sistem
penyediaan air minum menjadi tanggung jawab Pemerintah dan
Pemerintah Daerah.
2.
Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program
Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005 – 2025
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 33
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
Perundangan
ini
mengamanatkan
bahwa
kondisi
sarana
dan
prasarana masih rendah aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan
pelayanan.
3.
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum
Bahwa
Pengembangan
membangun,
SPAM
memperluas
adalah
dan/atau
kegiatan
yang
meningkatkan
bertujuan
sistem
fisik
(teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran
masyarakat,
dan
hukum)
dalam
kesatuan
yang
utuh
untuk
melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju
keadaan yang lebih baik. Peraturan tersebut juga menyebutkan asas
penyelenggaraan
pengembangan
SPAM,
yaitu
asas
kelestarian,
keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian,
keberlanjutan,
keadilan,
kemandirian,
serta
transparansi
dan
akuntabilitas.
4.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Peraturan ini mengamanatkan bahwa dalam rangka peningkatan
pelayanan/ penyediaan air minum perlu dilakukan pengembangan
SPAM yang bertujuan untuk membangun, memperluas, dan/atau
meningkatkan sistem fisik dan non fisik daam kesatuan yang utuh
untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat
menuju keadaan yang lebih baik dan sejahtera.
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 34
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
5.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 01/PRT/M/2014 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang
Peraturan ini menjelaskan bahwa tersedianya akses air minum yang
aman melalui Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan
perpipaan
dan
bukan
jaringan
perpipaan
terlindungi
dengan
kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari.
SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan
dan/atau bukan jaringan perpipaan. SPAM dengan jaringan perpipaan
dapat meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit
pelayanan, dan unit pengelolaan. Sedangkan SPAM bukan jaringan
perpipaan dapat meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak
penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air
kemasan, atau bangunan perlindungan mata air. Pengembangan SPAM
menjadi kewenangan/tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah
untuk menjamin hak setiap orang dalam mendapatkan air minum bagi
kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupan yang
sehat, bersih, dan produktif sesuai dengan peraturan perundangundangan, seperti yang diamanatkan dalam PP No. 16 Tahun 2005.
Pemerintah dalam hal ini adalah Direktorat Pengembangan Air
Minum,
Ditjen.
mempunyai
Cipta
tugas
Karya,
Kementerian
melaksanakan
sebagian
Pekerjaan
tugas
Umum
pokok
yang
Direktorat
Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 35
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
fasilitasi di bidang pengembangan sistem penyediaan air minum. Adapun
fungsinya antara lain mencakup:
•
Menyusun kebijakan teknis dan strategi pengembangan sistem
penyediaan air minum;
•
Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan
sistem penyediaan air minum termasuk penanggulangan bencana
alam dan kerusuhan sosial;
•
Pengembangan investasi untuk sistem penyediaan air minum;
•
Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan
kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang air minum.
7.3.1
Isu
Strategis,
Kondisi
Eksisting,
Permasalahan
dan
Tantangan
A.
Isu Strategis Pengembangan SPAM
Terdapat isu-isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi
upaya Indonesia untuk mencapai target pembangunan di bidang air
minum. Isu ini didapatkan melalui serangkaian konsultasi dan diskusi
dalam lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum khususnya Direktorat
Jenderal Cipta Karya. Isu-isu strategis tersebut adalah:
1.
Peningkatan Akses Aman Air Minum;
2.
Pengembangan Pendanaan;
3.
Peningkatan Kapasitas Kelembagaan;
4.
Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan;
5.
Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum;
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 36
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
6.
Rencana Pengamanan Air Minum;
7.
Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat; dan
8.
Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan Kaidah
Teknis dan Penerapan Inovasi Teknologi.
Setiap kabupaten/kota perlu melakukan identifikasi isu strategis
yang ada di daerah masing-masing mengingat isu strategis ini akan
menjadi dasar dalam pengembangan infrastruktur, prasarana dan sarana
dasar di daerah, serta akan menjadi landasan penyusunan program dan
kegiatan dalam Rencana Program Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
yang diharapkan dapat mempercepat pencapaian cita-cita pembangunan
nasional.
B.
Kondisi Eksisting Pengembangan SPAM
Pembahasan yang perlu diperhatikan terkait dengan Kondisi
Eksisting Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum di kabupaten/kota
secara umum adalah:
i.
Aspek Teknis
Berisi hal-hal yang berkaitan dengan jenis dan jumlah sistem jaringan
yang terdapat di dalam kota/kabupaten, tingkat pelayanan, sumber air
baku yang digunakan, serta kondisi pelanggan, sistem pengolahan air,
dan jam pelayanan. Di dalam aspek teknis ini perlu juga dimunculkan
besarnya unit konsumsi air minum (liter/orang/hari) untuk jaringan
perpipaan dan bukan perpipaan
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 37
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
ii.
Aspek Pendanaan
Berisi uraian umum pembiayaan pengelolaan air minum baik sistem
jaringan perpipaan maupun jaringan bukan perpipaan, kemampuan
masyarakat
dalam
pembiayaan
air
minum,
pencapaian
target
pembayaran rekening air, prosentase besaran tunggakan rekening.
Disebutkan pula tarif dasar air dan harga dasar air serta struktur
pelanggan.
iii.
Kelembagaan
Berisi penjelasan dan uraian mengenai kondisi organisasi pengelola
sistem penyediaan air minum baik jaringan perpipaan maupun non
perpipaan.
Yang perlu disampaikan terkait kondisi eksisting kelembagaan SPAM
adalah:
1. Organisasi
Tata Laksana Penyelenggara SPAM baik untuk
jaringan perpipaan maupun bukan perpipaan;
2. Sumber daya manusia penyelenggara SPAM;
3. Rencana Kerja Kelembagaan; dan
4. Monitoring dan Evaluasi Pengkajian Kelembagaan SPAM.
iv.
Peraturan Perundangan
Berisi peraturan-perundangan (perda, SK walikota/kabupaten, SK
Direktur PDAM dll) yang berkaitan dengan pengelolaan air minum
Bab 7
RENCANA PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA
7.1
Pengembangan Kawasan Permukiman
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari
lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang
mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang
kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan. Kegiatan
pengembangan
permukiman
terdiri
dari
pengembangan
permukiman
kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman
kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru
dan
peningkatan
kualitas
permukiman
kumuh,
sedangkan
untuk
pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan
permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 1
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada
amanat peraturan perundangan, antara lain:
1.
Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN).
Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan
kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi
tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada
awal tahapan RPJMN berikutnya.
2.
Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman.
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan
perumahan
dan
penyelenggaraan
kawasan
perumahan
permukiman
(butir
c),
juga
mencakup
penyelenggaraan
kawasan
permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta
pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh
dan permukiman kumuh (butir f).
3.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum,
rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung
jawab pemerintah.
4.
Peraturan
Presiden
No.
15
Penanggulangan Kemiskinan.
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
Tahun
2010
tentang
Percepatan
VII - 2
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
Peraturan
ini
penanggulangan
menetapkan
salah
kemiskinan
yang
satunya
terkait
dengan
diimplementasikan
dengan
penanggulangan kawasan kumuh.
5.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman
kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.
Mengacu
pada
Permen
PU
No.
08/PRT/M/2010
tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat
Pengembangan Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta
standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi
Direktorat Pengembangan Permukiman adalah:
a.
Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman
di perkotaan dan perdesaan;
b.
Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan
kawasan permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan
perdesaan potensial;
c.
Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan
kualitas permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan
pembangunan rumah susun sederhana;
d.
Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan
kualitas
permukiman
di
kawasan
tertinggal,
terpencil,
daerah
perbatasan dan pulau-pulau kecil termasuk penanggulangan bencana
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 3
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
alam dan kerusuhan sosial;
e.
Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan
kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan
permukiman;
f.
Pelaksanaan tata usaha Direktorat
7.1.1
Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan
A.
Isu Strategis Pengembangan Permukiman
Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap
pengembangan permukiman saat ini adalah:
•
Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta
mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim;
•
Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi
rumah tangga kumuh perkotaan;
•
Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif
Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.
•
Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.
•
Meningkatnya
urbanisasi
yang
berimplikasi
terhadap
proporsi
penduduk perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk
perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.
•
Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah
dibangun.
•
Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam
pengembangan kawasan permukiman.
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 4
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
•
Belum
optimalnya
peran
pemerintah
daerah
dalam
mendukung
pembangunan permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas
kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat
organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal
di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.
Tabel 7.1
Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman
Kabupaten Biak Numfor
No.
Isu Strategis
Keterangan
1
2
3
4
B.
Kecenderungan pembangunan yang tidak terkontrol Urgensi Tinggi
di sepanjang Sungai Biak Numfor yang berpotensi
merusak kestabilan sungai
Minimnya cakupan dan kualitas infrastruktur Urgensi Sedang
permukiman
Lemahnya keterpaduan pembangunan infrastruktur Urgensi Sedang
permukiman, baik dalam skala kota maupun
kawasan
Menurunnya kualitas permukiman pada kawasan Urgensi Tinggi
tidak layak huni/kumuh
Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman
Kawasan permukiman adalah kawasan yang memenuhi kriteria
budidaya cocok untuk areal permukiman serta secara mikro mempunyai
kelerengan antara 0 – 25% dan berada di kawasan APL (areal penggunaan
lainnya).
Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan
capaian suatu kota/ kabupaten dalam menyediakan kawasan permukiman
yang layak huni. Terlebih dahulu perlu diketahui peraturan perundangan di
tingkat kabupaten/kota (meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur,
peraturan walikota/bupati, maupun peraturan lainya) yang mendukung
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 5
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
seluruh tahapan proses perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan
pembangunan permukiman.
Selain itu data yang dibutuhkan untuk kondisi eksisting adalah
mengenai kawasan kumuh, jumlah RSH terbangun, dan Rusunawa
terbangun di perkotaan, maupun dukungan infrastruktur dalam programprogram perdesaan seperti PISEW (RISE), PPIP, serta kawasan potensial,
rawan bencana, perbatasan, dan pulau terpencil. Data yang dibutuhkan
adalah data untuk kondisi eksisting lima tahun terakhir.
C.
Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman
Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman pada
tingkat nasional antara lain:
Permasalahan pengembangan permukiman diantaranya:
1.
Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni
sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan
pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.
2.
Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal,
pulau kecil, daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.
3.
Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.
Tantangan pengembangan permukiman diantaranya:
1.
Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat
2.
Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis
Ditjen Cipta Karya sektor Pengembangan Permukiman.
3.
Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta
Karya khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 6
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
rendah
4.
Memberikan
pemahaman
kepada
pemerintah
daerah
bahwa
pembangunan infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi
tugas pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.
5.
Penguatan Sinergi RP2KPKP/RTBL KSK dalam Penyusunan RPIJM
bidang Cipta Karya pada Kabupaten/Kota.
Sebagaimana isu strategis, di masing-masing kabupaten/kota
terdapat permasalahan dan tantangan pengembangan yang bersifat lokal dan
spesifik serta belum tentu djumpai di kabupaten/kota lain. Penjabaran
permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang bersifat lokal
perlu dijabarkan sebagai informasi awal dalam perencanaan. Tujuannya
adalah untuk mengidentifikasi permasalahan dan tantangan pengembangan
permukiman di Kabupaten/Kota yang bersangkutan serta merumuskan
alternatif pemecahan dan rekomendasi dari permasalahan dan tantangan
pengembangan
permukiman
yang
ada
di
wilayah
Kabupaten/Kota
bersangkutan.
7.1.2
Sasaran Program
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan
permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan
permukiman kawasan perkotaan terdiri dari:
1)
pengembangan
kawasan
permukiman
baru
pembangunan Rusunawa serta
2)
peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
dalam
bentuk
VII - 7
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari:
1)
pengembangan
potensial
kawasan
(Agropolitan
permukiman
dan
perdesaan
Minapolitan),
rawan
untuk
kawasan
bencana,
serta
perbatasan dan pulau kecil
2)
pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW
(RISE),
3)
desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM.
Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan
permukiman dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan RP2KPKP
dan RTBL KSK ataupun review bilamana diperlukan.
Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan :
•
Infrastruktur kawasan permukiman kumuh
•
Infrastruktur permukiman RSH
•
Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya
Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan :
•
Infrastruktur
kawasan
permukiman
perdesaan
potensial
(Agropolitan/Minapolitan)
•
Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana
•
Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil
•
Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW)
•
Infrastruktur perdesaan PPIP
•
Infrastruktur perdesaan RIS PNPM
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 8
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
Adapun alur fungsi dan program pengembangan permukiman
tergambar dalam Gambar 7.1.
Gambar 7.1
Alur Program Pengembangan Permukiman
Sumber: Dit. Pengembangan Permukiman
Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)
Dalam
pengembangan
permukiman
terdapat
kriteria
yang
menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.
1. Umum
•
Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.
•
Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 9
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
•
Kesiapan lahan (sudah tersedia).
•
Sudah tersedia DED.
•
Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP, RTBL
KSK, Masterplan. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)
•
Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana
daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa
berfungsi
•
Ada unit pelaksana kegiatan.
•
Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.
2. Khusus
Rusunawa
•
Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA
•
Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh
•
Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum,
dan PSD lainnya
•
Ada calon penghuni
RIS PNPM
•
Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.
•
Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.
•
Tingkat kemiskinan desa >25%.
•
Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP
minimal 5% dari BLM.
PPIP
•
Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI
•
Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 10
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
program Cipta Karya lainnya
•
Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik
•
Tingkat kemiskinan desa >25%
PISEW
•
Berbasis pengembangan wilayah
•
Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i)
transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air
bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan
•
Mendukung komoditas unggulan kawasan
Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria
yang harus diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan
permukiman seperti untuk penanganan kawasan kumuh di perkotaan.
Mengacu
pada
UU
No.
1/2011
tentang
Perumahan
dan
Kawasan
Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan
kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana,
dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan
permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4)
pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai
dengan
rencana
tata
ruang
wilayah.
Lebih
lanjut
kriteria
tersebut
diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya
meliputi sebagai berikut:
1. Vitalitas Non Ekonomi
a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 11
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan
dalam ruang kota.
b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh
memiliki indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh
dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan
yang terdapat didalamnya.
c. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang
dinilai,
mempunyai
permukiman
indikasi
kumuh
terhadap
berdasarkan
penanganan
kerapatan
dan
kawasan
kepadatan
penduduk.
2. Vitalitas Ekonomi Kawasan
a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada
wilayah kota, apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang
strategis.
b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan
dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk
dapat menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk
dalam
kelompok
ini
adalah
pusat-pusat
aktivitas
bisnis
dan
perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi
lainnya.
c. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk
kawasan permukiman kumuh.
3. Status Kepemilikan Tanah
a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman.
b. Status sertifikat tanah yang ada.
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 12
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
4. Keadaan Prasarana dan Sarana: Kondisi Jalan, Drainase, Air bersih, dan
Air limbah
5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan
kumuh
dengan
indikasi
penyediaan
dana
dan
mekanisme
kelembagaan penanganannya.
b. Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana
penanganan (grand scenario) kawasan, rencana induk (master plan)
kawasan dan lainnya.
Tabel 7. 2
Lokasi Kawasan Kumuh Kab.Biak Numfor
Sumber : SK Kumuh Kabupaten Biak Numfor, 2014
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 13
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 14
7.1.3 Usulan Kebutuhan Program
Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi
kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu
disusun usulan program dan kegiatan. Namun usulan program dan
kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan pemerintah
kabupaten/kota. Sehingga untuk jangka waktu perencanaan lima tahun
dalam RPIJM dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritas dari
tahun pertama hingga kelima.
Tabel 7. 3
Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman
Kabupaten Biak Numfor
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
URAIAN KEGIATAN
Pendampingan Rencangan Peraturan Daerah Tentang
Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh
dan Permukiman Kumuh di Kota Biak
Penataan Peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan
Kumuh di Kawasan Warbusa
Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman Perdesaan
Potensial Kawasan Biak Timur
Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman Perdesaan
Potensial Kawasan Urfu
Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman Perdesaan
Potensial Kawasan Biak Selatan
Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman Perdesaan
Potensial Kawasan Yendidori
Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman Perdesaan
Potensial Kawasan Biak Utara
Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman Perdesaan
Potensial Kawasan Biak Barat
Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman Perdesaan
Potensial Kawasan Biak Timur
10
Pengembangan Infrastruktur Masyarakat (PISEW)
11
Pengembangan Infrastruktur Masyarakat (PISEW)
12
Pengembangan Infrastruktur Masyarakat (PISEW)
13
Pengembangan Infrastruktur Masyarakat (PISEW)
14
Pengembangan Infrastruktur Masyarakat (PISEW)
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
LOKASI
VOLUME
SATUAN
TAHUN
Biak Kota
1
NSPK
2018
Biak Kota
24,22
Ha
2019
Biak Timur
1
Kws
2018
Biak Selatan
3
Kws
2019
Biak Selatan
3
Kws
2019
Yendidori
3
Kws
2020
Biak Utara
3
Kws
2020
Yomdori
3
Kws
2021
Biak Timur
3
Kws
2022
5
WIL
2018
5
WIL
2019
5
WIL
2020
5
WIL
2021
5
WIL
2022
Kab. Biak
Numfor
Kab. Biak
Numfor
Kab. Biak
Numfor
Kab. Biak
Numfor
Kab. Biak
Numfor
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
Dalam pengembangan permukiman, Pemerintah Daerah didorong
untuk terus meningkatkan alokasinya pada sektor tersebut serta mencari
alternatif sumber pembiayaan dari masyarakat dan swasta serta DAK.
Usulan prioritas kegiatan dan pembiayaan secara lebih rinci dapat
dituangkan ke dalam Tabel 7.4
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 15
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 16
Tabel 7.4
Matriks Usulan Kebutuhan Pembiayaan
Sektor Pengembangan Permukiman Kabupaten Biak Numfor
NO
URAIAN KEGIATAN
LOKASI
VOL
SATUAN
TAHUN
APBN
Rp. MURNI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Pendampingan Rencangan Peraturan Daerah
Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh di
Kota Biak
Penataan Peningkatan Infrastruktur Permukiman
Kawasan Kumuh di Kawasan Warbusa
Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman
Perdesaan Potensial Kawasan Biak Timur
Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman
Perdesaan Potensial Kawasan Urfu
Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman
Perdesaan Potensial Kawasan Biak Selatan
Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman
Perdesaan Potensial Kawasan Yendidori
Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman
Perdesaan Potensial Kawasan Biak Utara
Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman
Perdesaan Potensial Kawasan Biak Barat
Pembangunan Infrastruktur Kws Permukiman
Perdesaan Potensial Kawasan Biak Timur
Pengembangan Infrastruktur Masyarakat
(PISEW)
Pengembangan Infrastruktur Masyarakat
(PISEW)
Pengembangan Infrastruktur Masyarakat
(PISEW)
Pengembangan Infrastruktur Masyarakat
Biak Kota
1
NSPK
2018
Biak Kota
24,22
Ha
2019
Biak Timur
1
Kws
2018
Biak Selatan
3
Kws
2019
Biak Selatan
3
Kws
2019
Yendidori
3
Kws
2020
Biak Utara
3
Kws
2020
Yomdori
3
Kws
2021
Biak Timur
3
Kws
2022
5
WIL
2018
5
WIL
2019
5
WIL
2020
5
WIL
2021
Kab. Biak
Numfor
Kab. Biak
Numfor
Kab. Biak
Numfor
Kab. Biak
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
DAK
SUMBER PEMBIAYAAN (Rp.1000,-)
PERUSA SWASTA/
APBD
APBD
HAAN
MASYAR
PROV KAB/KOTA
DAERAH
AKAT
CSR
500.000
25.000.000
2.500.000
2.500.000
5.000.000
2.500.000
5.000.000
2.500.000
5.000.000
2.500.000
5.000.000
2.500.000
5.000.000
2.500.000
5.000.000
2.500.000
5.000.000
500.000
5.000.000
500.000
5.000.000
500.000
1.250.000
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
14
(PISEW)
Pengembangan Infrastruktur Masyarakat
(PISEW)
Numfor
Kab. Biak
Numfor
TOTAL
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
5
WIL
2022
VII - 17
5.000.000
500.000
5.000.000
500.000
80.500.000
-
22.500.000
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
7.2
Penataan Bangunan Dan Lingkungan
Penataan
bangunan
dan
lingkungan
adalah
serangkaian
kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian
pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan,
baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan
gedung
dan
lingkungannya.
Kebijakan
penataan
bangunan
dan
lingkungan mengacu pada Undangundang dan peraturan antara lain:
1.
UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
memberikan
amanat
bahwa
penyelenggaraan
penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan,
pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk didalamnya
pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan,
serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.
Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling
tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam
penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana
rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
2.
UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus
diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan
fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis
bangunan gedung.
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 18
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:
a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang
hak atas tanah;
b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan
c. Izin mendirikan bangunan gedung.
Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata
bangunan dan persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata
bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda,
mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur
bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan,
persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan,
kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga
mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang
meliputi
kegiatan
pembangunan,
pemanfaatan,
pelestarian
dan
pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan
oleh pemerintah.
3.
PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung
Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36
Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini
membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan
gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan
pembinaan
dalam
penyelenggaraan
bangunan
gedung.
Dalam
peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 19
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai
acuan
rancang
bangun
serta
alat
pengendalian
pengembangan
bangunan gedung dan lingkungan.
4.
Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan
Sebagai
panduan
bagi
semua
pihak
dalam
penyusunan
dan
pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No.
06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL
disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan
yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun,
kawasan
dilestarikan,
kawasan
rawan
bencana,
serta
kawasan
gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang
disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.
5.
Permen PU No. 01/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal
bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Permen PU No: 01/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal
bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis
dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh
setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan
indikator
pencapaian
SPM
pada
setiap
Direktorat
lingkungan Kementerian PU beserta sektor-sektornya.
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
Jenderal
di
VII - 20
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
7.2.1
Isu
Strategis,
Kondisi
Eksisting,
Permasalahan,
dan
Tantangan
A.
Isu Strategis
Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat
dilihat
dari
Agenda
Nasional
dan
Agenda
Internasional
yang
mempengaruhi sektor PBL. Agenda nasional adalah pemenuhan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang,
khususnya
untuk
sektor
PBL
yang
mengamanatkan
terlayaninya
masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/kota dan tersedianya
pedoman
Harga
Standar
Bangunan
Gedung
Negara
(HSBGN)
di
kabupaten/kota.
Agenda
pencapaian
internasional
MDG’s
2015,
yang
terkait
khususnya
tujuan
diantaranya
7
yaitu
adalah
memastikan
kelestarian lingkungan hidup. Target MDGs yang terkait bidang Cipta
Karya adalah target 7C, yaitu menurunkan hingga separuhnya proporsi
penduduk tanpa akses terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada
2015, serta target 7D, yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam
kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020.
Agenda internasional lainnya adalah isu Pemanasan Global
(Global Warming). Pemanasan global yang disebabkan bertambahnya
karbondioksida (CO2) sebagai akibat konsumsi energi yang berlebihan
mengakibatkan naiknya suhu permukaan global hingga 6.4°C antara
tahun 1990 dan 2100, serta meningkatnnya tinggi muka laut di seluruh
dunia hingga mencapai 10-25 cm selama abad ke-20. Kondisi ini
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 21
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
memberikan dampak bagi kawasan-kawasan yang berada di pesisir
pantai, yaitu munculnya bencana alam seperti banjir, kebakaran serta
dampak sosial lainnya.
Agenda
Internasional
Habitat
yang
juga
juga
merupakan
mempengaruhi
isu
salah
satu
strategis
Agenda
sektor
PBL.
Konferensi Habitat I yang telah diselenggarakan di Vancouver, Canada,
pada 31 Mei-11 Juni 1976, sebagai dasar terbentuknya UN Habitat pada
tahun 1978, yaitu sebagai lembaga PBB yang mengurusi permasalahan
perumahan dan permukiman serta pembangunan perkotaan. Konferensi
Habitat II yang dilaksanakan di lstanbul, Turki, pada 3 - 14 Juni 1996
dengan dua tema pokok, yaitu "Adequate Shelter for All" dan "Sustainable
Human Settlements Development in an Urbanizing World", sebagai
kerangka dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang layak bagi
masyarakat.
Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional
untuk bidang PBL dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
1)
Penataan Lingkungan Permukiman
a.
Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;
b.
PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di
perkotaan;
c.
Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka
hijau (RTH) di perkotaan;
d.
Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional
dan bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 22
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
tumbuh kembangnya ekonomi lokal;
e.
Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan
Standar Pelayanan Minimal;
f.
Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam
penataan bangunan dan lingkungan.
2)
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
a.
Tertib
pembangunan
dan
keandalan
bangunan
gedung
(keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);
b.
Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda
bangunan gedung di kab/kota;
c.
Tantangan
untuk
mewujudkan
bangunan
gedung
yang
fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/
berkelanjutan;
d.
Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan
rumah negara;
e.
Peningkatan
kualitas
pelayanan
publik
dalam
pengelolaan
gedung dan rumah Negara.
3)
Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
a.
Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk
sharing in-cash sesuai MoU PAKET;
b.
Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah
dalam penanggulangan kemiskinan.
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 23
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti
RTR, skenario pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala
prioritas dan manfaat dari rencana tindak yang meliputi a) Revitalisasi; b)
RTH;
c)
Bangunan
kebakaran,
bagi
Tradisional/bersejarah
pencapaian
terwujudnya
dan;
d)
penanggulangan
pembangunan
lingkungan
permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan.
B.
Kondisi Eksisting
Berdasarkan Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014, di samping
kegiatan non-fisik dan pemberdayaan, Direktorat PBL hingga tahun 2013
juga telah melakukan peningkatan prasarana lingkungan permukiman di
1.240 kawasan serta penyelenggaraan bangunan gedung dan fasilitasnya
di 377 kabupaten/kota. Dalam RPI2JM bidang Cipta Karya pencapaian di
Kabupaten/Kota perlu dijabarkan sebagai dasar dalam perencanaan.
C.
Permasalahan dan Tantangan
Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat
beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain:
Penataan Lingkungan Permukiman:
•
Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi
kebakaran;
•
Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa
RTBL untuk lebih melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam;
•
penyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman;
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 24
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
•
Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan
ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage;
•
Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan
permukiman
yang
diindikasikan
dengan
masih
kecilnya
alokasi
anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka
pemenuhan SPM.
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:
•
Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi
efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah
Negara;
•
Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metropolitan,
besar, sedang, kecil di seluruh Indonesia;
•
Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan
pengelolaan dan penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan,
kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);
•
Kurang
ditegakkannya
aturan
keselamatan,
keamanan
dan
kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan
bencana;
•
Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi
dan kurang mendapat perhatian;
•
Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah
serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan;
•
Banyaknya
Bangunan
Gedung
Negara
yang
belum
persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan;
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
memenuhi
VII - 25
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
•
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib
dan efisien;
•
Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan
baik.
Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:
•
Masih
kurang
diperhatikannya
kebutuhan
sarana
lingkungan
hijau/terbuka, sarana olah raga.
Kapasitas Kelembagaan Daerah:
•
Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam
pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;
•
Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan
peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi;
•
Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan
gedung di daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan
7.2.2
Sasaran Program
Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL di
Kabupaten Biak Numfor, hendaknya mengacu pada Lingkup Tugas DJCK
untuk sektor PBL yang dinyatakan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010.
Pada Permen PU No.8 tahun 2010, dijabarkan kegiatan dari Direktorat
PBL meliputi:
Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 26
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
Dengan kegiatan yang terkait adalah penyusunan Rencana Tata
Bangunan
dan
Lingkungan
(RTBL),
Rencana
Induk
Sistem
Proteksi Kebakaran (RISPK), pembangunan prasarana dan sarana
lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah, pemenuhan
Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan pemenuhan Ruang Terbuka
Hijau (RTH) di perkotaan.
RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan)
RTBL berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman
Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan didefinisikan
sebagai panduan
yang
rancang
dimaksudkan
untuk
bangun
suatu
mengendalikan
lingkungan/kawasan
pemanfaatan
ruang,
penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok
ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan
panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian
rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan
lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan meliputi:
Program Bangunan dan Lingkungan;
Rencana Umum dan Panduan Rancangan;
Rencana Investasi;
Ketentuan Pengendalian Rencana;
Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 27
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti yang
dinyatakan dalam Permen PU No. 26 tahun 2008 tentang Persyaratan
Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan,
bahwa
Bangunan Gedung dan
atas
Sistem
Proteksi
Lingkungan
adalah
sistem
pada
yang
terdiri
peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang
maupun terbangun pada bangunan yang
tujuan
cara
Kebakaran
sistem
proteksi
pengelolaan
digunakan baik
untuk
aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-
dalam
rangka
melindungi
bangunan
dan
lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.
Penyelenggaraan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung
dan
lingkungan
meliputi
proses
perencanaan
teknis
dan
pelaksanaan konstruksi serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan
pembongkaran sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan
lingkungannya.
RISPK terdiri dari Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran dan
Rencana Sistem Penanggulangan Kebakaran di Kabupaten/Kota
untuk kurun waktu 10 tahun. RISPK memuat rencana kegiatan
pencegahan kebakaran yang terdiri dari kegiatan inspeksi terhadap
ancaman bahaya kebakaran pada kota, lingkungan bangunan dan
bangunan gedung, serta kegiatan edukasi pencegahan kebakaran
kepada
masyarakat
dan
kegiatan
penegakan
Norma,
Standar,
Pedoman dan Manual (NSPM). RISPK juga memuat rencana tentang
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 28
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
penanggulangan kebakaran
yang
terdiri
dari
rencana
kegiatan
pemadaman kebakaran serta penyelamatan jiwa dan harta benda.
Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah
Pendekatan
yang
dilakukan
dalam
melaksanakan
Penataan
Lingkungan Permukiman Tradisional adalah:
1.
Koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah
Daerah;
2.
Pendekatan Tridaya sebagai upaya pemberdayaan terhadap
aspek manusia, lingkungan dan kegiatan ekonomi masyarakat
setempat;
3.
Azas "berkelanjutan" sebagai salah satu pertimbangan penting
untuk menjamin kelangsungan kegiatan;
4.
Rembug
warga
dalam
upaya
aspirasi
masyarakat, selain
menggali sebanyak
itu
juga
mungkin
melakukan pelatihan
keterampilan teknis dalam upaya pemberdayaan masyarakat.
Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Analisa kebutuhan Program dan Kegiatan juga mengacu pada Permen
PU No.14 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Khusus untuk sektor PBL,
SPM juga terkait dengan SPM Penataan Ruang dikarenakan kegiatan
penataan lingkungan permukiman yang salah satunya melakukan
pengelolaan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan.
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 29
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
Standar SPM terkait dengan sektor PBL sebagaimana terlihat pada
tabel 6.19,
yang dapat dijadikan acuan bagi Kabupaten/Kota untuk
menyusun
kebutuhan
akan
sektor
Penataan
Bangunan
Dan
Lingkungan.
7.2.3
Usulan Kebutuhan Program
Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi
kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu
disusun usulan program dan kegiatan. Namun usulan program dan
kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan pemerintah
kabupaten/kota. Sehingga untuk jangka waktu perencanaan lima tahun
dalam RPIJM dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritas dari
tahun pertama hingga kelima.
Tabel 7.5
Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Sektor PBL
Kabupaten Biak Numfor
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
URAIAN KEGIATAN
Penyusunan RTBL Destinasi Wisata Kawasan Kampung
Sepse Pantai Samares Distrik Biak Timur
Penyusunan RTBL Pengembangan Destinasi Wisata
Kawasan Pulau Numfor
Penyusunan RTBL Pengembangan Destinasi Wisata
Kawasan Goa Jepang
Penyusunan RTBL Pengembangan Destinasi Wisata Pulau
Pakreki
Penataan Bangunan Kawasan Strategis Nasional Biak Bosnik
Penataan Bangunan Kawasan Strategis Nasional Biak Bosnik
Penataan Bangunan Kawasan Strategis Nasional Biak Bosnik
Pengembangan Destinasi Wisata Kawasan Kampung
Sepse Pantai Samares Distrik Biak Timur
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
LOKASI
VOL
SATUAN
TAHUN
Biak Timur
1
Lap
2019
1
Lap
2019
1
Lap
2019
1
Lap
2020
1
Kws
2018
1
Kws
2019
1
Kws
2020
1
Kws
2020
Kab. Biak
Numfor
Kab. Biak
Numfor
Kab. Biak
Numfor
Kab. Biak
Numfor
Kab. Biak
Numfor
Kab. Biak
Numfor
Biak Timur
VII - 30
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
9
10
11
12
Pengembangan Destinasi Wisata Kawasan Pulau Numfor
Pengembangan Destinasi Wisata Kawasan Goa Jepang
Pengembangan Destinasi Wisata Pulau Pakreki
Fasilitasi Percontohan Ruang Terbuka Publik Revolusi
Mental Kabupaten Biak Numfor
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
Numfor
Biak Kota
Biak Timur
1
1
1
Kws
Kws
Kws
2020
2020
2021
Biak Kota
1
Kws
2020
VII - 31
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
VII - 32
Tabel 7.6
Matriks Usulan Kebutuhan Pembiayaan
Pengembangan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Biak Numfor
NO
URAIAN KEGIATAN
LOKASI
VOL
SATUAN
TAHUN
APBN
Rp. MURNI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Penyusunan RTBL Destinasi Wisata Kawasan
Kampung Sepse Pantai Samares Distrik Biak Timur
Penyusunan RTBL Pengembangan Destinasi
Wisata Kawasan Pulau Numfor
Penyusunan RTBL Pengembangan Destinasi
Wisata Kawasan Goa Jepang
Penyusunan RTBL Pengembangan Destinasi
Wisata Pulau Pakreki
Penataan Bangunan Kawasan Strategis Nasional
Biak - Bosnik
Penataan Bangunan Kawasan Strategis Nasional
Biak - Bosnik
Penataan Bangunan Kawasan Strategis Nasional
Biak - Bosnik
Pengembangan Destinasi Wisata Kawasan
Kampung Sepse Pantai Samares Distrik Biak Timur
Pengembangan Destinasi Wisata Kawasan Pulau
Numfor
Pengembangan Destinasi Wisata Kawasan Goa
Jepang
Biak Timur
1
Lap
2019
1
Lap
2019
1
Lap
2019
1
Lap
2020
1
Kws
2018
1
Kws
2019
1
Kws
2020
Biak Timur
1
Kws
2020
Numfor
1
Kws
2020
Biak Kota
1
Kws
2020
Kab. Biak
Numfor
Kab. Biak
Numfor
Kab. Biak
Numfor
Kab. Biak
Numfor
Kab. Biak
Numfor
Kab. Biak
Numfor
11
Pengembangan Destinasi Wisata Pulau Pakreki
Biak Timur
1
Kws
2021
12
Fasilitasi Percontohan Ruang Terbuka Publik
Revolusi Mental Kabupaten Biak Numfor
Biak Kota
1
Kws
2020
TOTAL
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
SUMBER PEMBIAYAAN (Rp.1000,-)
SWASTA/
APBD
APBD
DAK
BUMD MASYAR
PROV KAB/KOTA
AKAT
1.000.000
500.000
1.000.000
500.000
1.000.000
500.000
1.000.000
500.000
10.000.000
1.000.000
10.000.000
1.000.000
10.000.000
1.000.000
10.000.000
1.000.000
10.000.000
1.000.000
10.000.000
1.000.000
10.000.000
1.000.000
1.000.000
100.000
75.000.000
9.100.000
CSR
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
7.3
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
Penyelenggaraan
merencanakan,
pengembangan
melaksanakan
SPAM
konstruksi,
adalah
mengelola,
kegiatan
memelihara,
merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik)
dan non fisik penyediaan air minum. Penyelenggara pengembangan SPAM
adalah badan usaha milik negara (BUMN)/ badan usaha milik daerah
(BUMD), koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat
yang melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air
minum. Penyelenggaraan SPAM dapat melibatkan peran serta masyarakat
dalam pengelolaan SPAM berupa pemeliharaan, perlindungan sumber air
baku, penertiban sambungan liar, dan sosialisasi dalam penyelenggaraan
SPAM.
Beberapa peraturan perundangan yang menjadi dasar dalam
pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) antara lain:
1.
Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Pada pasal 40 mengamanatan bahwa pemenuhan kebutuhan air baku
untuk air minum rumah tangga dilakukan dengan pengembangan
sistem penyediaan air minum (SPAM). Untuk pengembangan sistem
penyediaan air minum menjadi tanggung jawab Pemerintah dan
Pemerintah Daerah.
2.
Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program
Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005 – 2025
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 33
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
Perundangan
ini
mengamanatkan
bahwa
kondisi
sarana
dan
prasarana masih rendah aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan
pelayanan.
3.
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum
Bahwa
Pengembangan
membangun,
SPAM
memperluas
adalah
dan/atau
kegiatan
yang
meningkatkan
bertujuan
sistem
fisik
(teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran
masyarakat,
dan
hukum)
dalam
kesatuan
yang
utuh
untuk
melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju
keadaan yang lebih baik. Peraturan tersebut juga menyebutkan asas
penyelenggaraan
pengembangan
SPAM,
yaitu
asas
kelestarian,
keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian,
keberlanjutan,
keadilan,
kemandirian,
serta
transparansi
dan
akuntabilitas.
4.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Peraturan ini mengamanatkan bahwa dalam rangka peningkatan
pelayanan/ penyediaan air minum perlu dilakukan pengembangan
SPAM yang bertujuan untuk membangun, memperluas, dan/atau
meningkatkan sistem fisik dan non fisik daam kesatuan yang utuh
untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat
menuju keadaan yang lebih baik dan sejahtera.
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 34
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
5.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 01/PRT/M/2014 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang
Peraturan ini menjelaskan bahwa tersedianya akses air minum yang
aman melalui Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan
perpipaan
dan
bukan
jaringan
perpipaan
terlindungi
dengan
kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari.
SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan
dan/atau bukan jaringan perpipaan. SPAM dengan jaringan perpipaan
dapat meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit
pelayanan, dan unit pengelolaan. Sedangkan SPAM bukan jaringan
perpipaan dapat meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak
penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air
kemasan, atau bangunan perlindungan mata air. Pengembangan SPAM
menjadi kewenangan/tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah
untuk menjamin hak setiap orang dalam mendapatkan air minum bagi
kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupan yang
sehat, bersih, dan produktif sesuai dengan peraturan perundangundangan, seperti yang diamanatkan dalam PP No. 16 Tahun 2005.
Pemerintah dalam hal ini adalah Direktorat Pengembangan Air
Minum,
Ditjen.
mempunyai
Cipta
tugas
Karya,
Kementerian
melaksanakan
sebagian
Pekerjaan
tugas
Umum
pokok
yang
Direktorat
Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 35
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
fasilitasi di bidang pengembangan sistem penyediaan air minum. Adapun
fungsinya antara lain mencakup:
•
Menyusun kebijakan teknis dan strategi pengembangan sistem
penyediaan air minum;
•
Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan
sistem penyediaan air minum termasuk penanggulangan bencana
alam dan kerusuhan sosial;
•
Pengembangan investasi untuk sistem penyediaan air minum;
•
Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan
kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang air minum.
7.3.1
Isu
Strategis,
Kondisi
Eksisting,
Permasalahan
dan
Tantangan
A.
Isu Strategis Pengembangan SPAM
Terdapat isu-isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi
upaya Indonesia untuk mencapai target pembangunan di bidang air
minum. Isu ini didapatkan melalui serangkaian konsultasi dan diskusi
dalam lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum khususnya Direktorat
Jenderal Cipta Karya. Isu-isu strategis tersebut adalah:
1.
Peningkatan Akses Aman Air Minum;
2.
Pengembangan Pendanaan;
3.
Peningkatan Kapasitas Kelembagaan;
4.
Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan;
5.
Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum;
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 36
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
6.
Rencana Pengamanan Air Minum;
7.
Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat; dan
8.
Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan Kaidah
Teknis dan Penerapan Inovasi Teknologi.
Setiap kabupaten/kota perlu melakukan identifikasi isu strategis
yang ada di daerah masing-masing mengingat isu strategis ini akan
menjadi dasar dalam pengembangan infrastruktur, prasarana dan sarana
dasar di daerah, serta akan menjadi landasan penyusunan program dan
kegiatan dalam Rencana Program Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
yang diharapkan dapat mempercepat pencapaian cita-cita pembangunan
nasional.
B.
Kondisi Eksisting Pengembangan SPAM
Pembahasan yang perlu diperhatikan terkait dengan Kondisi
Eksisting Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum di kabupaten/kota
secara umum adalah:
i.
Aspek Teknis
Berisi hal-hal yang berkaitan dengan jenis dan jumlah sistem jaringan
yang terdapat di dalam kota/kabupaten, tingkat pelayanan, sumber air
baku yang digunakan, serta kondisi pelanggan, sistem pengolahan air,
dan jam pelayanan. Di dalam aspek teknis ini perlu juga dimunculkan
besarnya unit konsumsi air minum (liter/orang/hari) untuk jaringan
perpipaan dan bukan perpipaan
RPIJM Bidang Cipta Karya | 2018 – 2022
DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIAK NUMFOR
VII - 37
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
ii.
Aspek Pendanaan
Berisi uraian umum pembiayaan pengelolaan air minum baik sistem
jaringan perpipaan maupun jaringan bukan perpipaan, kemampuan
masyarakat
dalam
pembiayaan
air
minum,
pencapaian
target
pembayaran rekening air, prosentase besaran tunggakan rekening.
Disebutkan pula tarif dasar air dan harga dasar air serta struktur
pelanggan.
iii.
Kelembagaan
Berisi penjelasan dan uraian mengenai kondisi organisasi pengelola
sistem penyediaan air minum baik jaringan perpipaan maupun non
perpipaan.
Yang perlu disampaikan terkait kondisi eksisting kelembagaan SPAM
adalah:
1. Organisasi
Tata Laksana Penyelenggara SPAM baik untuk
jaringan perpipaan maupun bukan perpipaan;
2. Sumber daya manusia penyelenggara SPAM;
3. Rencana Kerja Kelembagaan; dan
4. Monitoring dan Evaluasi Pengkajian Kelembagaan SPAM.
iv.
Peraturan Perundangan
Berisi peraturan-perundangan (perda, SK walikota/kabupaten, SK
Direktur PDAM dll) yang berkaitan dengan pengelolaan air minum