DOCRPIJM 70d5b69956 BAB VIIBab 7 Rencana Pembangunan Infrastruktur Bid. CK Rev01

  @TA.2016

RENCANA PEMBANGUNAN

  Berdasarkan hasil proyeksi penduduk dibawah ini, dapat dilihat bahwa kebutuhan rumah di Kabupaten langkat dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2019. Jumlah penduduk Kabupaten Langkat pada tahun 2019 diperkirakan akan mencapai 1.205.406 jiwa. Jika diasumsikan setiap 5 (lima) orang membutuhkan 1 (satu) unit rumah maka sampai dengan tahun 2019 kebutuhan rumah diperkirakan akan

mencapai 241.081 unit. Sedangkan untuk menghitung jumlah rumah yang ada saat ini bisa

dihitung dari jumlah penduduk dan di asumsikan 5 (lima) orang 1 (satu) unit rumah, maka jumlah

rumah yang ada sekarang baru sekitar 230.807 unit, untuk memenuhi target perumahan perlu

penambahan rumah sebanyak 10.274 unit rumah lagi.

  Tabel 7.1.Proyeksi Jumlah Penduduk di Kabupaten Langkat Dirinci Per Kecamatan Tahun 2014-2019

  No Kecamatan 2014 2015* 2016* 2017* 2018* 2019*

  1 Bahorok 43,381 44,015 44,659 45,312 45,974 46,647

  2 Serapit 19,174 19,454 19,738 20,025 20,317 20,613

  3 Salapian 33,081 33,564 34,054 34,551 35,055 35,567

  4 Kutalimbaru 16,596 16,839 17,085 17,335 17,589 17,847

  INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA Bab

  7

7.1. Kondisi Eksisting

7.1.1. Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

A. Kondisi Eksisting Pengembangan Perumahan Kabupaten Langkat

  @TA.2016

  16 Tanjung Pura 76,364 77,480 78,612 79,761 80,927 82,110

  

Kondisi permukiman kumuh di Kabupaten Langkat secara umum terdapat di 3 (tiga) Kecamatan

yang tersebar di 5 (lima) Kelurahan/Desa, yaitu Kelurahan Sei Bilah Barat, Kelurahan Sei Bilah

Timur, Kelurahan Beras Basah, Desa Kelantan, dan Desa Perlais. Permukiman yang termasuk

dalam klasifikasi kepadatan rumah tersebut terbagi dalam 1 (satu) Kategori yaitu perumahan

sedang dan kepadatan rendah. Permasalahan yang terdapat di Kabupaten Langkat adalah

permukiman kumuh.

  1,121,010 1,137,403 1,154,035 1,170,911 1,188,033 1,205,406 Sumber: Hasil Analisa dan Perhitungan

  23 Pematang Jaya 15,896 16,130 16,367 16,607 16,851 17,098

  22 Pangkalan Susu 51,323 52,073 52,835 53,607 54,391 55,187

  21 Besitang 63,389 64,316 65,256 66,210 67,179 68,161

  20 Brandan Barat 25,658 26,033 26,414 26,800 27,192 27,590

  19 Sei Lapan 57,832 58,677 59,534 60,404 61,287 62,183

  18 Babalan 68,639 69,643 70,662 71,696 72,745 73,810

  17 Gebang 51,605 52,360 53,126 53,903 54,692 55,492

  15 Secanggang 73,724 74,801 75,894 77,003 78,129 79,270

  5 Sei Bingai 51,421 52,172 52,935 53,709 54,494 55,290

  14 Hinai 50,624 51,365 52,117 52,880 53,654 54,439

  13 Padang Tualang 56,920 57,754 58,599 59,457 60,328 61,211

  12 Sawit Seberang 30,980 31,433 31,892 32,358 32,831 33,311

  11 Batang Serangan 41,772 42,383 43,004 43,634 44,274 44,922

  10 Wampu 44,360 45,009 45,667 46,334 47,011 47,698

  9 Stabat 89,489 90,797 92,125 93,472 94,839 96,226

  8 Binjai 44,113 44,758 45,413 46,077 46,751 47,435

  7 Selesai 73,348 74,420 75,508 76,611 77,731 78,867

  6 Kuala 41,322 41,927 42,540 43,162 43,793 44,434

B. Kondisi Eksisting Kawasan Kumuh Kabupaten Langkat

  @TA.2016

Berdasarkan arahan dan masukan dari Bappeda dan PU Kabupaten Langkat, pihak dari

kecamatan,kelurahan serta kepala desa, maka teridentifikasi kawasan permukiman kumuh di

Kabupaten Langkat Sebanyak 6 (enam) lokasi dengan luas 28,34 Ha Untuk lebih jelasnya

mengenai sebaran kawasan kumuh di Kabupaten Langkat dapat dijelaskan pada tabel berikut ini:

Tabel 7.2. Identifikasi Kawasan Kumuh di Kabupaten Langkat

  Kabupaten Langkat No Nama Kawasan Kecamatan Kelurahan/Desa Luas (Ha)

  

1 Kawasan A Brandan Barat Desa Kelantan 5,22

  

2 Kawasan B Brandan Barat Desa Perlais 11,10

  

3 Kawasan C Sei Lapan Kelurahan Sei Bilah Barat 2,97

  

4 Kawasan D Sei Lapan Kelurahan Sei Bilah Barat 1,53

  

5 Kawasan E Sei Lapan Kelurahan Sei Bilah Timur 2,07

  

6 Kawasan F Pangkalan Susu Kelurahan Beras Basah 5,45

Total 28,34 Sumber : Dok. Identifikasi Kawasan Kumuh Kab. Langkat, 2014

  @TA.2016

Kondisi eksisting kawasan permukiman kawasan kumuh di Kabupaten Langkat Sebanyak 6 (enam)

lokasi dengan luas 28,34 Ha. Berikut kondisi Eksisting masing-masing wilayah.

a) Kawasan A

  @TA.2016

  @TA.2016

b) Kawasan B

  @TA.2016

  @TA.2016

c) Kawasan C

  @TA.2016

  @TA.2016

d) Kawasan D

  @TA.2016

  @TA.2016

e) Kawasan E

  @TA.2016

  @TA.2016

f) Kawasan F

  @TA.2016

  @TA.2016

7.1.2. Sektor Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

A. SPAM Ibukota Kabupaten Langkat

a) Jaringan Perpipaan (JP)

1. Unit PDAM Ibukota Kabupaten Langkat yang berada di Kota Stabat memiliki 12 desa/kelurahan.

  

2. Kwala Bingai 27,21 Terlayani

  

11. Dendang 3,07 Belum terlayani

  Luas (Km

  2 ) Keterangan

  

1. Banyumas 5,01 Terlayani

  2. Unit Air Baku Unit Stabat merupakan unit yang besar dengan jumlah sambungan sebanyak 2.786 sambungan dan melayani Kecamatan Stabat yang merupakan Ibukota dari Kabupaten Langkat. Sumber air yang digunakan sebagai air baku oleh Unit Stabat pada saat ini berjumlah 4 unit, 3 (tiga) diantaranya merupakan sumur bor dan 1 (satu) berasal dari

  Sumber: Dok RISPAM Kab. Langkat,2013

  

12. Paya Mabar 2,96 Belum terlayani

Jumlah 108,85

  

10. Karang Rejo 4,55 Belum terlayani

  

3. Sidomulyo 1,70 Terlayani

  

9. Mangga 5,72 Belum terlayani

  

Daerah pelayanan Unit Stabat ini meliputi desa/kelurahan yang ada di Kota Stabat. Lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel. 7.3. Daerah Pelayanan PDAM Unit Stabat

No. Desa/Kelurahan

  

7. Ara Condong 8,78 Belum terlayani

  

6. Stabat Baru 2,32 Terlayani

  

5. Perdamaian 3,90 Terlayani

  

4. Pantai Gemi 12,16 Terlayani

  

8. Kwala Begumit 31,47 Belum terlayani

  @TA.2016 sungai wampu. Semua sistem air baku dialirkan dengan sistem perpompaan. Total kapasitas sumber air baku yang terpasang adalah 82 Liter/detik.

  3. Unit Produksi Saat ini PDAM Tirta Wampu Unit Stabat memiliki 1 unit IPA, yaitu WTP Pantai Gemi dengan sumber air berasal dari Sungai Wampu, sedangkan yang berasal dari sumur bor langsung didistribusikan kepada pelanggan.

  4. Produksi Air, Idle Capacity dan Kehilangan Air Data produksi air bersih tahun 2012 PDAM Tirta Wampu, Kabupaten Langkat menunjukkan bahwa total kapasitas produksi adalah 49,3 Liter/detik (Idle Capacity sebesar 32,7 ltr/dtk, karena terbatasnya jangkauan pipa distribusi) dengan tingkat kehilangan air sebesar 28%.

  5. Unit Distribusi Sistem pendistribusian air di Kota Stabat menggunakan sistem pengaliran secara perpompaan.

  6. Skematik SPAM Eksisting Berikut ini adalah skema sistem produksi dan distribusi PDAM Tirta Wampu unit Stabat yang menjelaskan kondisi sumber air hingga daerah pelayanan di kota Stabat. t

Gambar 7.1. Skema Pendistribusian Air PDAM Unit Staba

  Sumber: Dok RISPAM Kab. Langkat,2013

  @TA.2016

B. Bukan Jaringan Perpipaan (BJP)

  Sistem layanan air bersih, selain dilayani oleh PDAM juga oleh saluran air bersih yang berasal dari :

  1. Sumur gali (pribadi dan umum)

  2. Sumur pompa tangan (dangkal dan dalam)

  3. Sumur pompa listrik

C. SPAM Ibukota Kecamatan

1. Jaringan Perpipaan (JP) PDAM

  Daerah pelayanan PDAM Tirta Wampu meliputi 12 unit pelayanan, adapun unit-unit sistem pelayanan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

  

Tabel. 7.4. Daerah Pelayanan PDAM Tirta Wampu

No. Unit Daerah Kapasitas Pelanggan Cakupan Pelayanan Produksi (unit) Pelayanan dari (ltr/dtk) jumlah Penduduk Kecamatan (%)

  

1 Pangkalan Brandan Barat 86,5 5757 26,03

Brandan

  

2 Pangkalan Susu Pangkalan Susu 20,5 1328 3,17

  

3 Tanjung Pura Tanjung Pura 8,0 1333 2,05

  

4 Gebang Gebang 7,5 327 0,76

  

5 Tanjung Hinai 26,0 552 1,14

Beringin

  

6 Tanjung Selamat Padang Tualang 7,0 235 0,50

  

7 Bahorok Bahorok 5,0 368 0,92

  

8 Tanjung Langkat Salapian 5,0 251 0,96

  

9 Besitang Besitang 7,5 172 0,39

  

10 Kuala Kuala 5,0 336 0,85

  

11 Rumah Galuh Sei Bingai 7,5 373 0,77

  

12 Secanggang Secanggang 12,5 229 0,35

Total Pelanggan 188 11.261 Sumber: Dok RISPAM Kab. Langkat,2013

Kondisi Eksisting SPAM Kabupaten Langkat di beberapa unit pelayan PDAM di Kabupaten

Langkat diantaranya.

a) Unit Pangkalan Brandan (Kecamatan Pangkalan Brandan)

  1. Unit Air Baku Sumber air yang digunakan sebagai air baku oleh Unit Pangkalan Brandan pada saat ini berjumlah 5 (lima) unit dari berbagai sumber. Sumur bor sejumlah 3 unit dan 2 unit IPA yang diperoleh dari sungai pelawi. Semua sistem air baku dialirkan dengan sistem perpompaan. Kapasitas sumber air baku yang terpasang adalah kurang lebih 117 Liter/detik.

  IPA Pelawi II – Unit Pangkalan Brandan

  2. Unit Produksi Saat ini PDAM Tirta Wampu Kabupaten Langkat unit Pangkalan Brandan memiliki 5 (lima) Instalasi Produksi, yaitu 3 (tiga) sumur bor dan 2 (dua) instalasi pengolahan air dari sungai pelawi.

  3. Produksi Air, Idle Capacity dan Kehilangan Air Data produksi air bersih tahun 2012 PDAM Tirta Wampu Unit Pangkalan Brandan menunjukkan bahwa total kapasitas produksi adalah 86,5 Liter/detik (Idle Capacity sebesar 30,5 ltr/dtk, karena terbatasnya jangkauan pipa distribusi) dengan tingkat kehilangan air sebesar 30%.

  4. Unit Distribusi Sistem pendistribusian air di Kecamatan Pangkalan Brandan menggunakan sistem pengaliran secara perpompaan.

Gambar 7.2. Peta Jaringan Perpipaan IKK Brandan Barat

  Sumber: Dok RISPAM Kab. Langkat,2013

b) Unit Pangkalan Susu (Kecamatan Pangkalan Susu)

  1. Unit Air Baku Sumber air yang digunakan sebagai air baku oleh Unit Pangkalan Susu pada saat ini berjumlah 7 (tujuh) unit dari sumur bor. Kapasitas sumber air baku yang terpasang adalah kurang lebih 22 Liter/detik.

  2. Unit Produksi Saat ini PDAM Tirta Wampu unit Pangkalan Susu memiliki 7 (tujuh) Instalasi Produksi, yaitu 5 (lima) sumur bor yang aktif dan 2 (dua) sumur bor yang tidak aktif. Dari 5 (lima) unit sumur bor yang aktif, 1 (satu) unit sumur bor dengan kualitas air yang mengandung besi (Fe) tinggi, 1 (satu) unit sumur bor dengan kualitas air yang terasa asin dan 1 (satu) unit sumur bor dengan kualitas air yang licin dan 2 (dua) unit sumur bor lainnya beroperasi dengan normal dan kualitas air yang normal.

  3. Produksi Air, Idle Capacity dan Kehilangan Air Data produksi air bersih tahun 2012 PDAM Tirta Wampu Unit Pangkalan Susu menunjukkan bahwa total kapasitas produksi adalah 20,5 Liter/detik (Idle Capacity sebesar 1,5 ltr/dtk, karena terbatasnya jangkauan pipa distribusi) dengan tingkat kehilangan air sebesar 50%.

  4. Unit Distribusi Sistem pendistribusian air di Kecamatan Pangkalan Susu menggunakan sistem pengaliran secara perpompaan.

Gambar 7.3. Peta Jaringan Perpipaan IKK Brandan Susu

  Sumber: Dok RISPAM Kab. Langkat,2013

c) Unit Tanjung Pura (Kecamatan Tanjung Pura)

  1. Unit Air Baku Sumber air yang digunakan sebagai air baku oleh Unit Tanjung Pura pada saat ini berjumlah 6 (enam) unit yang berasal dari sumur bor dan sungai. Kapasitas sumber air baku yang terpasang adalah kurang lebih 8 Liter/detik.

  2. Unit Produksi Saat ini PDAM Tirta Wampu unit Tanjung Pura memiliki 6 (enam) Instalasi Produksi, yaitu 3 (tiga) sumur bor dan 3 (tiga) Instalasi Pengolahan Air (IPA), tetapi hanya unit sumur bor yang masih aktif sedangkan 3 (tiga) unit Instalasi Pengolahan Air (IPA) tidak berfungsi lagi.

  3. Produksi Air, Idle Capacity dan Kehilangan Air Data produksi air bersih tahun 2012 PDAM Tirta Wampu Unit Tanjung Pura menunjukkan bahwa total kapasitas produksi adalah 20,5 Liter/detik (Idle

  Capacity sebesar 1,5 ltr/dtk, karena terbatasnya jangkauan pipa distribusi) dengan tingkat kehilangan air sebesar 26%.

  4. Unit Distribusi Sistem pendistribusian air di Kecamatan Tanjung Pura menggunakan sistem pengaliran secara perpompaan.

Gambar 7.4. Peta Jaringan Perpipaan IKK Tanjung Pura

  Sumber: Dok RISPAM Kab. Langkat,2013

d) Unit Tanjung Selamat (Kecamatan Padang Tualang)

  1. Unit Air Baku Sumber air yang digunakan sebagai air baku oleh Unit Tanjung Selamat pada saat ini berjumlah 2 (dua) unit yang berasal dari sumur bor. Kapasitas sumber air baku yang terpasang adalah kurang lebih 7 Liter/detik.

  2. Unit Produksi Saat ini PDAM Tirta Wampu unit Tanjung Selamat memiliki 2 (dua) Instalasi Produksi berupa sumur bor yakni, Sumur Bor Tanjung Selamat dan Sumur Bor Tanjung Putus.

  3. Produksi Air, Idle Capacity dan Kehilangan Air Data produksi air bersih tahun 2012 PDAM Tirta Wampu Unit Tanjung Selamat menunjukkan bahwa total kapasitas produksi adalah 7 Liter/detik dengan tingkat kehilangan air sebesar 28%.

  4. Unit Distribusi Sistem pendistribusian air di Kecamatan Padang Tualang menggunakan sistem pengaliran secara perpompaan.

  e) Unit Tanjung Beringin (Kecamatan Hinai)

  1. Unit Air Baku Sumber air yang digunakan sebagai air baku oleh Unit Tanjung Beringin pada saat ini berjumlah 2 (dua) unit yang berasal dari sumur bor dan 1 (satu) unit berasal dari sungai Batang Serangan. Kapasitas sumber air baku yang terpasang adalah kurang lebih 46 Liter/detik.

  2. Unit Produksi Saat ini PDAM Tirta Wampu unit Tanjung Beringin memiliki 3 (tiga) Instalasi Produksi berupa sumur bor dan IPA yakni, sumur bor Batu Melenggang I, sumur bor Batu Melenggang II dan IPA Hinai.

  3. Produksi Air, Idle Capacity dan Kehilangan Air Data produksi air bersih tahun 2012 PDAM Tirta Wampu Unit Tanjung Beringin menunjukkan bahwa total kapasitas produksi adalah 26 Liter/detik (Idle Capacity sebesar 20 ltr/dtk, karena terbatasnya jangkauan pipa distribusi) dengan tingkat kehilangan air sebesar 32%.

  4. Unit Distribusi Sistem pendistribusian air di Kecamatan Hinai menggunakan sistem pengaliran secara perpompaan.

  f) Unit Tanjung Langkat (Kecamatan Salapian)

  1. Unit Air Baku Sumber air yang digunakan sebagai air baku oleh Unit Tanjung Langkat pada saat ini hanya berjumlah 1 (satu) unit yang berasal dari sungai Bekulap. Kapasitas sumber air baku yang terpasang adalah kurang lebih 5 Liter/detik.

  2. Unit Produksi Saat ini PDAM Tirta Wampu unit Tanjung Langkat memiliki 1 (satu) Instalasi Produksi berupa IPA yakni, IPA Tanjung Langkat.

  3. Produksi Air, Idle Capacity dan Kehilangan Air Data produksi air bersih tahun 2012 PDAM Tirta Wampu Unit Tanjung Langkat menunjukkan bahwa total kapasitas produksi adalah 5 Liter/detik dengan tingkat kehilangan air sebesar 23%.

  4. Unit Distribusi Sistem pendistribusian air di Kecamatan Salapian menggunakan sistem pengaliran secara perpompaan.

g) Unit Secanggang (Kecamatan Secanggang)

  1. Unit Air Baku Sumber air yang digunakan sebagai air baku oleh Unit Secanggang pada saat ini hanya berjumlah 4 (empat) unit yang berasal dari sumur bor dan sungai Wampu. Kapasitas sumber air baku yang terpasang adalah kurang lebih 15 Liter/detik.

  2. Unit Produksi Saat ini PDAM Tirta Wampu unit Secanggang memiliki 4 (empat) Instalasi Produksi berupa sumur bor dan IPA yakni, sumur bor Hinai Kiri (tidak aktif), sumur bor perkotaan, sumur bor karang gading dan IPA Secanggang.

  3. Produksi Air, Idle Capacity dan Kehilangan Air Data produksi air bersih tahun 2012 PDAM Tirta Wampu Unit Secanggang menunjukkan bahwa total kapasitas produksi adalah 15 Liter/detik dengan tingkat kehilangan air sebesar 35%.

  4. Unit Distribusi Sistem pendistribusian air di Kecamatan Secanggang menggunakan sistem pengaliran secara perpompaan.

Gambar 7.5. Peta Jaringan Perpipaan IKK Secanggang

  Sumber: Dok RISPAM Kab. Langkat,2013

h) Unit Gebang (Kecamatan Gebang)

  1. Unit Air Baku Sumber air yang digunakan sebagai air baku oleh Unit Gebang pada saat ini hanya berjumlah 2 (dua) unit yang berasal dari sumur bor. Kapasitas sumber air baku yang terpasang adalah kurang lebih 7,5 Liter/detik.

  2. Unit Produksi Saat ini PDAM Tirta Wampu unit Gebang memiliki 2 (empat) Instalasi Produksi

berupa sumur bor yakni, sumur bor Air Tawar (Kantor) dan sumur bor Hitam.

  3. Produksi Air, Idle Capacity dan Kehilangan Air Data produksi air bersih tahun 2012 PDAM Tirta Wampu Unit Gebang menunjukkan bahwa total kapasitas produksi adalah 7,5 Liter/detik dengan tingkat kehilangan air sebesar 27%.

  4. Unit Distribusi Sistem pendistribusian air di Kecamatan Gebang menggunakan sistem pengaliran secara perpompaan.

i) Unit Rumah Galuh (Kecamatan Sei Bingai)

  1. Unit Air Baku Sumber air yang digunakan sebagai air baku oleh Unit Rumah Galuh pada saat ini hanya berjumlah 1 (satu) unit yang berasal dari mata air. Kapasitas sumber air baku yang terpasang adalah kurang lebih 10 Liter/detik.

  2. Unit Produksi Saat ini PDAM Tirta Wampu unit Rumah Galuh memiliki 1 (satu) Instalasi Produksi berupa bangunan penangkap (broncaptering) yang bersumber dari mata air telaga.

  3. Produksi Air, Idle Capacity dan Kehilangan Air Data produksi air bersih tahun 2012 PDAM Tirta Wampu Unit Rumah Galuh menunjukkan bahwa total kapasitas produksi adalah 7,5 Liter/detik (Idle Capacity sebesar 2,5 ltr/dtk, karena terbatasnya jangkauan pipa distribusi dan kebocoran pipa distribusi) dengan tingkat kehilangan air sebesar 28%.

  4. Unit Distribusi Sistem pendistribusian air di Kecamatan Sei Bingai menggunakan sistem pengaliran secara gravitasi. j) Unit Besitang (Kecamatan Besitang)

  1. Unit Air Baku Sumber air yang digunakan sebagai air baku oleh Unit Besitang pada saat ini hanya berjumlah 2 (dua) unit yang berasal dari sumur bor. Kapasitas sumber air baku yang terpasang adalah kurang lebih 7,5 Liter/detik.

  2. Unit Produksi Saat ini PDAM Tirta Wampu unit Besitang memiliki 2 (dua) Instalasi Produksi berupa sumur bor yakni, sumur bor Bukit Kubu II (Kantor Unit Besitang) dan sumur bor Bukit Mas.

  3. Produksi Air, Idle Capacity dan Kehilangan Air Data produksi air bersih tahun 2012 PDAM Tirta Wampu Unit Besitang menunjukkan bahwa total kapasitas produksi adalah 7,5 Liter/detik dengan tingkat kehilangan air sebesar 29%.

  4. Unit Distribusi Sistem pendistribusian air di Kecamatan Besitang menggunakan sistem pengaliran secara perpompaan. k) Unit Bahorok (Kecamatan Bahorok)

  1. Unit Air Baku Sumber air yang digunakan sebagai air baku oleh Unit Bahorok pada saat ini hanya berjumlah 1 (unit) yang berasal dari sungai bahorok. Kapasitas sumber air baku yang terpasang adalah kurang lebih 10 Liter/detik.

  2. Unit Produksi Saat ini PDAM Tirta Wampu unit Bahorok memiliki 1 (satu) Instalasi Produksi berupa sistem Saringan Pasir Lambat (SPL) Bahorok.

  3. Produksi Air, Idle Capacity dan Kehilangan Air Data produksi air bersih tahun 2012 PDAM Tirta Wampu Unit Bahorok menunjukkan bahwa total kapasitas produksi adalah 5 Liter/detik dengan tingkat kehilangan air sebesar 38%.

  4. Unit Distribusi Sistem pendistribusian air di Kecamatan Bahorok menggunakan sistem pengaliran secara perpompaan.

Gambar 7.6. Peta Jaringan Perpipaan IKK Bahorok

  Sumber: Dok RISPAM Kab. Langkat,2013 l) Unit Kuala (Kecamatan Kuala)

  1. Unit Air Baku Sumber air yang digunakan sebagai air baku oleh Unit Kuala pada saat ini hanya berjumlah 1 (unit) yang berasal dari sungai tembo. Kapasitas sumber air baku yang terpasang adalah kurang lebih 5 Liter/detik.

  2. Unit Produksi Saat ini PDAM Tirta Wampu unit Kuala memiliki 1 (satu) Instalasi Produksi berupa Instalasi Pengolahan Air (IPA).

  3. Produksi Air, Idle Capacity dan Kehilangan Air Data produksi air bersih tahun 2012 PDAM Tirta Wampu Unit Kuala menunjukkan bahwa total kapasitas produksi adalah 5 Liter/detik dengan tingkat kehilangan air sebesar 26%.

  4. Unit Distribusi Sistem pendistribusian air di Kecamatan Kuala menggunakan sistem pengaliran secara perpompaan.

D. SPAM Perdesaan

  Sumur Bor yang dibangun oleh Dinas Pekerjaan umum di pedesaan menjadi cikal bakal sistem penyediaan air yang tidak dikelola oleh PDAM. Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum di perdesaaan dikelola oleh pengurus pengelola air minum desa. Pengurus pengelola air minum desa ditetapkan melalui rapat musyawarah desa yang terdiri atas ketua, sekertaris dan bendahara. Pengurus pengelola air minum desa bertanggung jawab mendistribusikan air kepada penduduk desa yang membutuhkan dan sekaligus menentukan serta mengumpulkan retribusi air minum desa. Banyaknya sumur Bor yang ada di Kabupaten Langkat pada tahun 2012 jumlahnya sekitar 53 unit tersebar di 20 Kecamatan. Sistem Penyediaan Air Minum yang dikelola Non PDAM pada umumnya adalah sumur Bor. Sumur Bor yang ada di Kabupaten Langkat tersebar di 20 Kecamatan dengan jumlah 53 unit dan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 7.5. Jaringan Perpipaan Non PDAM No Nama Kecamatan Jumlah Sumur Bor

  1 Batang Serangan

  1

  2 Sawit Seberang

  5

  3 Padang Tualang

  1

  4 Tanjung Pura

  8

  5 Brandan Barat

  2

  6 Pematang Jaya

  1

  7 Kutambaru

  1

  8 Siapit

  1

  9 Kuala

  1

  10 Selesai

  3

  11 Secanggang

  1

  12 Batang Serangan

  2

  13 Babalan

  6

  14 Sei Lepan

  4

  15 Besitang

  2

  16 Sei Bingai

  1

  17 Stabat

  2

  18 Barohok

  2

  19 Sirapit

  3

20 Wampu

  6 Total

  53 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Tahun 2011

7.1.3. Sektor Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

A. Sub Sektor Air Limbah

  Air limbah dibedakan atas limbah domestik (rumah tangga) dan non domestik perkantoran, fasilitas sosial, dan industri. Mengingat pertambahan penduduk di masa yang akan datang maka penanganan air limbah secara serius menjadi prioritas dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Prioritas penanganan air limbah tersebut dilakukan pada daerah-daerah permukiman dan daerah yang terdapat industri. berdasarkan hasil studi EHRA cakupan penggunaan tanki septik individual di Kabupaten Langkat sudah mencapai 81,9 %.

  Kabupaten Langkat belum membutuhkan pengelolaan limbah secara Off-site karena mengingat luasnya daerah dengan kepadatan penduduk yang relatif kecil sehingga lebih diintensifkan dengan sistem On-site, meskipun demikian, penggunaan sistem off-site untuk

beberapa ibukota kecamatan dipandang perlu untuk direncanakan untuk 20 tahun kedepan.

  

Perencanaan pengelolaan prasarana air limbah di Kabupaten Langkat adalah sebagai berikut:

  • Pengurangan penggunaan jamban cemplung karena bisa menyebabkan pencemaran air permukaan yang berakibat pada penyebaran penyakit.
  • Peningkatan penggunaan onsite system baik individual maupun komunal yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan penggunaan jamban cemplung.
  • Perencanaan penggunaan septik tank/onsite system dengan lebih terstruktur dan dilengkapi dengan penerapannya yang memenuhi secara teknis sehingga mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan terutama terhadap tanah dan air tanah.
  • Peningkatan pelayanan pengelola sedot tinja di Dinas Pertamanan dan Kebersihan mengingat perencanaan onsite system yang akan meningkat.

  Rencana peningkatan pelayanan prasarana air limbah di Kabupaten Langkat adalah sebagai berikut : Pelayanan Kecamatan Pematang Jaya, Padang Tualang, Selesai, Gebang, Sirapit,

  • Bahorok dan Salapian dengan tingkat kepadatan rendah (< 40 jiwa/ha) dengan tingkat

  pelayanan air bersih yang masih sangat rendah (8,02%) maka sistem pelayanan air limbah yang paling tepat digunakan adalah onsite system, bahkan sampai akhir tahun perencanaan

tahun 2030, pengelolaan air limbah dengan onsite system masih dapat digunakan.

  • Sawit Seberang, Sei Lepan, Sei Bingai, Hinai dan Besitang dengan tingkat kepadatan

  Pelayanan Kecamatan Batang Serangan, Secanggang, Brandan Barat, Kutambaru,

  penduduk yang termasuk sedang ( 40 – 50 jiwa/ha) dan tingkat pelayanan air bersih yang termasuk kategori rendah (< 30%), pengelolaan air limbah masih dapat direncanakan menggunakan onsite system, meskipun demikian sudah harus direncanakan menggunakan onsite system komunal.

  • Pura, Wampu, Stabat, Binjai dan Kuala dengan tingkat kepadatan penduduk yang

  Pelayanan Kecamatan kecamatan Pangkalan Susu, Babalan, Sei Lepan, Tanjung

  cukup tinggi (> 50 jiwa/ha) dan tingkat pelayanan air bersih yang termasuk kategori tinggi (63,45%), mesikupun masih memungkinkan untuk menggunakan onsite system tetapi sudah perlu melakukan perencanaan pengelolaan air limbah dengan offsite system atau minimal sudah harus menggunakan onsite system komunal.

  Umumnya penerapan teknologi pembuangan dengan sistem setempat seperti septik tank akan dibebankan kepada masyarakat. Pembangunan septik tank harus memenuhi kaidah teknis (ramah lingkungan) sehingga tidak mencemari air tanah. Agar kinerja septik tank tersebut optimal dan ramah lingkungan, maka idealnya outlet dari septik tank ditampung dulu dalam bidang resapan sebelum menuju saluran pembuang, tentunya pembuatan septik tank dengan bidang resapannya membutuhkan lahan. Hal ini merupakan kendala tersendiri terutama untuk penerapan di daerah padat dengan kavling rumah yang kecil- kecil. Oleh karena itu di daerah padat penduduk diusulkan dikembangkan pembuatan

septik tank komunal dengan kapasitas pelayanan untuk 10 – 20 warga atau 2 – 4 KK.

  Sementara itu, untuk menghasilkan kinerja sistem terpusat yang optimal, diusulkan pengalirannya dengan sistem terpisah (separate system). Separate system adalah sistem pengaliran pembuangan air kotor yang terpisah antara air limbah dengan air hujan. Hal ini dilakukan untuk mencegah penumpukan sedimentasi dalam sistem perpipaan sebagai akibat lumpur yang dibawa air hujan serta mencegah over load beban pengolahan air limbah di instalasi pengolahan (IPAL).

  Untuk mempermudah rencana pengembangan air limbah, maka disusun tahapan perencanaan menurut priode perencanaan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam pencapaian target cakupan pelayanan air limbah dan menyusun rencana program kegiatan. Rencana pengembangan air limbah di Kabupaten Langkat lebih diutamakan dilakukan dengan sistem on-site untuk mencapai target cakupan pelayanan. Untuk lebih jelas mengenai tahapan pengembangan air limbah domestik di Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 7.6

  

Tabel. 7.6. Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kabupaten Langkat

No Sistem Cakupan Target Cakupan Layanan * (%)

  Layanan Jangka Jangka Jangka Eksisting * (%) Pendek Menengah Panjang Wilayah Pedesaan

  A Buang Air Besar 3 % 2 % 1 % 0 % Sembarangan (BABS)

  B Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat (On-Site)

  1 Cubluk dan sejenisnya 79 % 72 % 65 % 58 %

  • 2 Tangki Septik 18 % 20 % 25 % 30 % C Sistem Komunal

  

MCK/MCK++ 0 % 2 % 3 % 4 %

  1

  2 IPAL Komunal 0 % 2 % 3 % 4 %

  3 Tangki Septik 0 % 2 % 3 % 4 % Komunal

Sistem Pengelolaan 0 % 0 % 0 % 0 %

  D Air Limbah Terpusat (Off-Site)

Subtotal 100 % 100 % 100 % 100 %

Wilayah Perkotaan

  A Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat (On-Site)

  1 Cubluk dan sejenisnya 20 % 10 % 6 % 0 %

  • 2 Tangki Septik 80 % 83 % 85 % 50 % B Sistem Komunal 0 %

  1 MCK/MCK++ 0 % 2 % 3 % 0 %

  2 IPAL Komunal 0 % 3 % 3 % 0 %

  3 Tangki Septik 0 % 2 % 3 % 0 % Komunal

  C Sistem Pengelolaan 0 % 0 % 0 % 50 % Air Limbah Terpusat (Off-Site)

Subtotal 100 % 100 % 100 % 100 %

  Sumber : Dok. SSK Kab. Langkat Keterangan:

  • *) Cakupan layanan adalah persentase penduduk terlayani oleh sistem dimaksud atas total penduduk. Untuk cakupan layanan

    eksisting (kolom c) silakan mengacu pada data yang telah dimasukkan dalam Instrumen Profil Sanitasi.
    • **) Buang air besar di kebun, kolam, sawah, sungai dll.
      • ***) Termasuk di dalamnya adalah jamban yang tidak memiliki fasilitas pengolahan (dibuang langsung ke lingkungan). Isian di

        dalam tabel hanya untuk kepentingan contoh dan ilustrasi semata.

B. Sub Sektor Persampahan

  Pengelolaan sampah di Kabupaten Langkat sudah terorganisir dimana operasional penanganan sampah sudah dimulai dari sistem pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan sampai pada pembuangan. Seperti umumnya pengelolaan sampah di kota - kota besar di Indonesia, pembiayaan merupakan kendala paling besar yang dihadapi

  Pemerintah Kabupaten Langkat yang berdampak pada belum optimalnya pengadaan sarana dan prasarana persampahan.

  Sistem pengumpulan saat ini menggunakan sistem pembuangan terbuka (open dumping) dengan lokasi TPA khusus pada satu lokasi yang letaknya di luar kawasan pemukiman, padahal sistem operasional TPA saat ini sudah seharusnya memenuhi kriteria minimal pelayanan dengan menggunakan sistem controlled landfill dengan memilki pengumpulan dan pengolahan leacheat serta tanah pelapis. Dengan sistem operasional controlled landfill maka diperkirakan kebutuhan luas TPA sebesar 10 Ha untuk pelayanan 2008 – 2030 diperkirakan masih mencukupi. Berdasarkan kondisi tinggi muka air tanah Kabupaten Langkat yang rendah yaitu rata-rata 1 – 3 m di bawah permukaan tanah, maka penanganan sampah dengan cara penimbunan dinilai kurang baik, terutama mengingat dampaknya terhadap kerusakan air tanah dan air permukaan yang berada di sekitarnya. Kemudian seiring dengan berkembangnya jaringan jalan dan aksesibilitas antar wilayah, sistem penimbunan tersebut perlu diubah menjadi sistem terpusat, menggunakan pengangkutan dengan truk sampah (dump truck) ataupun menggunakan arm roll truck (dengan container) dan compactor truck menuju tempat pembuangan akhir di TPA. Kebutuhan terhadap lahan untuk pembangunan TPA saat ini masih dapat disediakan mengingat cukup tersedianya lahan kosong yang dapat dikembangkan di 4 (empat) lokasi TPA yang ada di Kabupaten Langkat.

  Untuk mempermudah rencana pengembangan persampahan, maka disusun tahapan perencanaan menurut priode perencanaan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam pencapaian target cakupan pelayanan persampahan dan menyusun rencana program kegiatan. Rencana pengembangan pengelolaan persampahan di Kabupaten Langkat dilakukan dengan sistem pengumpulan sampah secara tidak langsung dan sistem pengumpulan sampah secara langsung untuk mencapai target cakupan pelayanan yang diinginkan. Untuk lebih jelas mengenai tahapan pengembangan persampahan di Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 7.7.

  Tabel. 7.7. Tahapan Pengembangan Persampahan Kabupaten Langkat No Sistem Cakupan Cakupan Layanan (%) Layanan

  Jangka Jangka Jangka Eksisting * (%)

  Pendek Menengah panjang Wilayah Perkotaan

Prosentase Sampah yang 60 % 65% 80% 100%

A

  Terangkut

  1 Penanganan Langsung (direct) ** 35 % 35% 45% 60%

  2 Penanganan Tidak Langsung 25 % 30% 35% 40% (indirect)***

  B Dikelola Mandiri Oleh 40 % 35% 20% 0% Masyarakat atau Belum Terlayani****

  3R C Wilayah Perdesaan A Prosentase Sampah yang 40% 45% 70% 100%

  Terangkut

  1 Penanganan Langsung (direct) 10% 10% 20% 25%

  2 Penanganan Tidak Langsung 30% 35% 50% 75% (indirect)

  B Dikelola Mandiri Oleh 60% 50% 25% 0% Masyarakat atau Belum Terlayani

  C

  3R

  C. Sumber : Pokja Sanitasi Kabupaten Langkat

  D. Keterangan:

  • * E. Cakupan layanan dapat didekati dengan prosentase sampah yang terkumpul dan terangkut atau jumlah penduduk yang mendapatkan layanan dibagi total penduduk administratif. Untuk cakupan layanan eksisting silakan mengacu pada data yang telah dimasukkan dalam Instrumen Profil Sanitasi.
    • ** F. Penanganan langsung adalah pelayanan sampah berdasarkan sistem pengangkutan menggunakan truk langsung dari rumah ke rumah kemudian dibuang ke TPA.
      • *** G. Penanganan tidak langsung adalah pelayanan sampah dimana sampah diangkut menuju TPS kemudian dari TPS akan diangkut ke TPA dengan truk.
        • **** H. Dikelola mandiri oleh masyarakat atau belum terlayani adalah wilayah yang belum mendapatkan pelayanan sampah yang terlembaga sehingga pengelolaan sampah masih dilakukan

          sendiri oleh masyarakat (dikubur,dibakar dll) maupun dikelola oleh KSM atau kelurahan.

  C. Sub Sektor Drainase Lingkungan Agar terjamin bekerjanya sistem drainase secara baik, maka harus selalu diusahakan untuk memanfaatkan keadaan topografi wilayah setempat. Selain hal tersebut di atas, perlu juga diperhatikan keseimbangan alam dengan penyediaan ruang terbuka hijau yang luasnya cukup menjamin terjadinya peresapan air yang baik, sehingga debit air hujan yang ada di saluran lebih kecil sehingga dimensi saluran yang dibutuhkan tidak besar. Jaringan drainase yang akan direncanakan di wilayah ini akan mengikuti pola jaringan jalan dan pola aliran air yang ada dengan memperhatikan kemiringan lahan kawasan. Masing-masing daerah drainase memiliki saluran primer, sekunder dan tertier yang di sebut sebagai sub sistem drainase.

  Kebutuhan sistem drainase Kabupaten Langkat diarahkan untuk pengembangan saluran drainase yang sudah ada dalam mengatasi permasalahan genangan yang sudah dan diprediksikan terjadi. Selain itu pengembangan system drainase dilakukan dengan menggunakan konsep dalam rangka re-incharge air tanah. Salah satunya adalah dengan merencanakan kolam - kolam atau danau buatan. Danau atau kolam buatan ini selain diperuntukkan sebagai sarana dalam mengisi kuantitas air tanah juga dapt dipergunakan untuk keperluan konservasi dan rekreasi.

Secara garis besar rencana sistem drainase untuk Kabupaten Langkat adalah sebagai berikut:

 Penggunaan saluran - saluran drainase eksisting.

   Pembuatan tanggul di beberapa lokasi yang rawan banjir  Membuat waduk - waduk atau kolam - kolam buatan di beberapa titik di sepanjang Sungai Wampu dengan luas masing-masing waduk 3 – 5 Ha. Waduk/kolam buatan ini bisa berfungsi sebagai pengendali banjir, konservasi air dan re-incaharge air tanah serta multifunction landuse sebagai lahan tempat rekreasi. Diharapkan waduk – waduk buatan ini pun daat berfungsi sebagai pengendali banjir alami dimana air yang berlebih dapat ditampung untuk dipergunakan di kemudian hari. Waduk – waduk buatan ini pun berfungsi sebagai daerah resapan air. Perencanaan pembuatan waduk buatan diutamakan di daerah kecamatan Stabat di sepanjang Sungai Wampu karena berdasarkan topografi terlihat beberapa potensi daerah genangan, dimana genangan terbanyak ada di daerah Stabat.

   Pembuatan saluran-saluran drainase baru di sepanjang jalan-jalan di lingkungan permukiman yang akan dibangun.  Penggunaan sungai-sungai utama Kabupaten Langkat sebagai saluran primer Beberapa kriteria telah digunakan dalam penentuan prioritas penanganan drainase, yaitu: kepadatan penduduk, klasifikasi wilayah (perkotaan atau perdesaan), karakteristik tata guna lahan/Center of Business Development (CBD) (komersial atau rumah tangga), serta resiko kesehatan lingkungan. Berdasarkan kriteria tersebut dihasilkan suatu tabel yang menggambarkan kebutuhan sistem pengelolaan drainase untuk perencanaan pengembangan sistem. Tabel tersebut terbagi dalam beberapa zonasi, dimana zona tersebut sekaligus merupakan dasar bagi kota dalam merencanakan pengembangan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang pengelolaan persampahan Kabupaten Langkat. Untuk mempermudah rencana pengembangan drainase, maka disusun tahapan perencanaan menurut priode perencanaan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam pencapaian target cakupan pelayanan drainase lingkungan dan menyusun rencana program kegiatan. Rencana pengembangan pengelolaan drainase di Kabupaten Langkat dilakukan dengan sistem pengurangan genangan berbasis masyarakat. Untuk lebih jelas mengenai tahapan pengembangan drainase di Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 7.8.

  

Tabel. 7.8. Tahapan Pengembangan Subsektor Drainase Lingkungan Kabupaten Langkat

No Titik Genangan di Area

  77

  49

  15

  30 Berandan Timur

  44

  15

  30 Teluk Meku 261 90 100 Sei Bilah Barat

  25

  Permukiman Luas Genangan Eksisting di Area Permukiman (ha) Pengurangan Luasan Genangan

  30 Kelantan

  7

  7 Sumber: Dok. Strategi Sanitasi Kabupaten Langkat

  Pada Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan KawasanPermukiman KabupatenLangkatdirekomendasikan beberapa program sampai dengan 10 (sepuluh) tahun mendatang (Tahun 2021) di 4 (empat) lokasi sasaran RP4D yang diprioritaskan pengembangannya sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan perumahan dan kawasan permukiman Kabupaten Langkat. Keempat lokasi tersebut adalah : 1. Kecamatan Berandan Barat, luas proyeksi kebutuhan ±34 Ha.

  2. Kecamatan Binjai, luas proyeksi kebutuhan ± 59 Ha.

  3. Kecamatan Stabat, luas proyeksi kebutuhan ±58 ha.

  4. Kecamatan Tanjung Pura, luas ±101 Ha.

  50 Berandan Barat

  40

  94

  60 Pelawi Utara

  Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang Paya Perupuk

  28

  25 Pekan T. Pura 116

  50

  25 Pekubuan 140

  40

  36

  20 Brd. Timur Baru

  15

  21 Securai Utara

  67

  25

  40 Securai Selatan 259 50 100 Pelawi Selatan

  36

  15

7.2. Sasaran Program

7.2.1. Sasaran Program Sektor Pengembangan Permukiman

  Brandan Barat ± 34 HA

  • kondisinya sudah menunjukkan kekumuhan
  • kondisi permukiman yang kurang sehat

  Untuk memperbaiki kondisi yang yang ada di wilayah Pangkalan Brandan, beberapa program teknik telah disusun untuk periode 2010 sampai dengan 2014, yaitu antara lain sebagai berikut :  Meningkatkan pemakaian air dari 20,3 m3/bulan/pelanggan pada (acuan Mei) tahun 2011 menjadi 22,5 m3/unit/bulan di tahun 2014  Meningkatkan pelanggan lebih kurang 1800 sambungan/5tahun, sehingga ada penambahan jumlah pelanggan dari 5757 sambungan di tahun 2011 menjadi 7557 sambungan di tahun 2014

  

Berdasarkan Dokumen RISPAM Kabupaten Langkat rencana sistem pelayanan di beberapa unit

pelayan PDAM di Kabupaten Langkat diantaranya:

  4 Kawasan Cengal dan Tapak Kuda Tanjung Pura ± 101 HA

  3 Desa Sidomulyo dan Kwala Begumit Stabat ± 58 HA

  Binjai ± 59 HA

  2 Desa Sendang Rejo, Sambirejo dan SUka Makmur

  1 Kawasan permukiman perumahan nelayan Desa Perlis dan Kelantan

  (1) (2) (3) (4) (5)

  Perumahan dan Kawasan Permukiman di Kabupaten Langkat No Nama Lokasi/Kawasan Nama Kecamatan Luas Pembenahan /Sasaran Keterangan

Tabel 7.9. Daftar Lokasi Sasaran Program Rencana Pembangunan dan Pengembangan

  • Lokasi merupakan PPL
  • Kondisi padat penduduk

  • Masih banyak lahan kososng yang belum termanfaatkan dan bukan termasuk kawasan negative list

  • Lokasi PPK yang memiliki peran aktif di masa yang akan dating namu masih minim sarana dan prasarana yang akan menunjang perkembangan Sumber: Dok. RP3KP Kab. Langkat, 2012

7.2.2. Sasaran Program Sektor Pengembangan SPAM

1) Unit Pelayanan Pangkalan Brandan

a. Program Perbaikan dan Pengembangan Unit Pelayanan Pangkalan Brandan