3. Evaluasi Hasil RKPD 1-59
BAB II
EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU
DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN DAERAH
A.
Gambaran Umum Kondisi Daerah
1.Aspek Geografi dan Demografi
a.
Karakteristik Lokasi dan Wilayah
Secara geografis Kota Surakarta adalah salah satu wilayah yang
memiliki posisi strategis di Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kota
Surakarta adalah 44,06 Km² dan secara administrasi terbagi menjadi 5
wilayah administrasi kecamatan. Secara rinci pembagian wilayah
administrasi di Kota Surakarta dapat dilihat dalam gambar berikut ini.
Sumber data : BPS Kota Surakarta Tahun 2013
Gambar 2.1 Pembagian wilayah Administrasi Kota Surakarta
Adapun perbatasan administrasi wilayah Kota Surakarta adalah
sebagai berikut.
Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali;
Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar;
Sebelah selatan dan barat berbatasan dengan Kabupaten
Sukoharjo.
Secara astronomis Kota Surakarta terletak antara 110º 45’ 15” dan
110º 45’ 35 “ Bujur Timur dan antara 7º 36’ dan 7º 56’ Lintang Selatan.
Adapun dari sisi ketinggian wilayah, Kota Surakarta termasuk kawasan
dataran rendah. Ketinggiannya hanya sekitar 92 meter dari permukaan
laut, sedangkan kemiringan lahan di Kota Surakarta berkisar antara
0-15 persen. Kota Surakarta rata-rata memiliki suhu udara antara 25,8°C
sampai dengan 28,3°C pada tahun 2012. Adapun kelembaban
udaranya antara 66 persen sampai dengan 88 persen. Jumlah hari
hujan terbanyak ada pada bulan Januari yaitu 25 hari dengan curah
hujan sebesar 783 mm.
(2)
Pemanfaatan lahan di wilayah Kota Surakarta sebagian besar
dimanfaatkan untuk pemukiman, luasnya mencapai kurang lebih 65
persen dari total luas lahan, sedangkan sisanya dimanfaatkan untuk
kegiatan perekonomian dan fasilitas umum. Pemakaian lahan di
wilayah Kota Surakarta berpedoman pada rencana pola ruang wilayah
kota, seperti yang sudah diatur dalam RTRW. Sesuai dengan RTRW
pemakaian lahan ke depan diarahkan pada pengembangan kawasan
lindung dan pengembangan kawasan budidaya. Yang termasuk dalam
kawasan lindung adalah kawasan perlindungan setempat; ruang
terbuka hijau (RTH); kawasan cagar budaya; dan kawasan rawan
bencana alam. Wilayah yang termasuk dalam kawasan budidaya yaitu
kawasan peruntukan industri; kawasan peruntukan pariwisata;
kawasan peruntukan permukiman; kawasan peruntukan perdagangan
dan jasa; kawasan peruntukan perkantoran; kawasan RTNH; kawasan
peruntukan kegiatan sektor informal; dan kawasan peruntukan lain
(pertanian; perikanan; pelayanan umum yang meliputi pendidikan,
kesehatan dan peribadatan; dan pertahanan dan keamanan).
Rencana
pengembangan
kawasan
perlindungan
setempat
dilakukan melalui mempertahankan fungsi sempadan sungai dan
mengendalikan perkembangannya; mengembalikan fungsi sempadan
sungai di seluruh wilayah kota sebagai RTH secara bertahap; dan
merehabilitasi kawasan sempadan sungai yang mengalami penurunan
fungsi. Kawasan perlindungan setempat di Kota Surakarta meliputi
kawasan sempadan Sungai Bengawan Solo, Kali Jenes, Kali Anyar,
Kali Sumber, Kali Gajahputih, Kali Pepe, Kali Wingko, Kali Brojo,
Kali Boro, Kali Pelem Wulung. Adapun luas kawasan perlindungan
setempat mencapai 401 Ha yang tersebar di 5 wilayah kawasan.
Penyediaan RTH di Kota Surakarta berdasarkan RTRW yang telah
disusun luasnya mencapai 882,04 Ha atau sudah sekitar 20,03 persen
dari luas kota. RTH yang ada meliputi RTH taman
kota/alun-alun/monumen; RTH taman pemakaman; RTH penyangga air (resapan
air); RTH jalur jalan kota; RTH sempadan sungai; RTH sempadan rel;
RTH pada tanah negara; dan RTH kebun binatang.
Kawasan cagar budaya terbagi dalam dua kategori, yaitu ruang
terbuka/taman, dan kawasan bangunan cagar budaya lainnya yang
memenuhi kriteria yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan kelompok bangunan, meliputi bangunan rumah
tradisional, bangunan umum kolonial, bangunan peribadatan, gapura,
tugu, monumen, dan perabot jalan. Luas kawasan ini sebesar 81 Ha.
Adapun
pengembangan
kawasan
cagar
budaya
ini
melalui
pengembangan jalur khusus wisata yang menghubungkan antar
kawasan cagar budaya dan pelestarian cagar budaya yang mengalami
penurunan fungsi dan kondisi bangunan.
Kota Surakarta dilalui oleh Sungai Bengawan Solo yang hampir
setiap musim penghujan selalu meluap. Hal tersebut mengakibatkan
beberapa wilayah di Kota Surakarta adalah daerah yang rawan bencana
banjir. Kawasan rawan bencana banjir di Kota Surakarta meliputi
Kecamatan Jebres di Kelurahan Gandekan, Kelurahan Jagalan,
(3)
Kelurahan Jebres, Kelurahan Kepatihan Wetan, Kelurahan Mojosongo,
Kelurahan Pucang Sawit, Kelurahan Purwodiningratan, Kelurahan
Sewu, dan Kelurahan Sudiroprajan; Kecamatan Pasarkliwon di
Kelurahan Kampung Baru, Kelurahan Baluwarti, Kelurahan Gajahan,
Kelurahan Joyosuran, Kelurahan Kauman, Kelurahan Kedung Lumbu,
Kelurahan Pasarkliwon, Kelurahan Sangkrah, Kelurahan Semanggi;
dan Kecamatan Serengan di Kelurahan Danukusuman, Kelurahan
Jayengan, Kelurahan Joyotakan, Kelurahan Kemlayan, Kelurahan
Kratonan, Kelurahan Serengan, dan Kelurahan Tipes. Sedangkan
rencana pengelolaan kawasan banjir melalui normalisasi Sungai
Bengawan Solo, Kali Jenes, Kali Anyar, Kali Gajah Putih, Kali Pepe
Hilir, Kali Wingko, Kali Boro, Kali Pelem Wulung dan Kali Tanggul;
penguatan tanggul sungai di sekitar Sungai Bengawan Solo, Kali
Wingko, Kali Anyar, Kali Gajah Putih; pemeliharaan kolam retensi; dan
revitalisasi drainase perkotaan.
Pengembangan kawasan budidaya yang pertama adalah kawasan
peruntukan industri. Kawasan industri rumah tangga dan kawasan
industri kreatif. Kawasan industri rumah tangga meliputi: industri
rumah tangga mebel di Kecamatan Jebres; industri rumah tangga
pembuatan
shuttle cockdan gitar di Kecamatan Pasarkliwon; industri
pengolahan tahu dan tempe di Kelurahan Mojosongo-Kecamatan
Jebres; dan industri pembuatan sangkar burung di Kelurahan
Mojosongo dan Kecamatan Jebres. Sementara itu kawasan industri
kreatif meliputi industri batik di Kecamatan Pasarkliwon dan
Kecamatan Laweyan.
Kawasan peruntukan pariwisata terdiri dari pariwisata cagar
budaya dan nilai-nilai tradisional, pariwisata sejarah, pariwisata
belanja dan pariwisata kuliner serta periwisata transportasi. Kawasan
pariwisata cagar budaya, sejarah, dan nilai-nilai tradisional terletak di
Kecamatan
Laweyan,
Kecamatan
Banjarsari,
dan
Kecamatan
Pasarkliwon. Kawasan pariwisata belanja meliputi wisata belanja batik
di Kecamatan Pasarkliwon dan Kecamatan Laweyan; dan wisata barang
antik di Pasar Antik Triwindu, Kecamatan Banjarsari. Kawasan
pariwisata kuliner lokasinya tersebar di seluruh wilayah kota. Wisata
transportasi berupa Bis Tingkat Werkudoro, Sepur Kluthuk Jaladara,
Bendi wisata dan becak hias Manahan, Untuk mengembangkan
pengelolaan kawasan pariwisata, hal yang akan dilakukan adalah
pengembangan pola perjalanan wisata kota; pengembangan kegiatan
pendukung yang meliputi hotel, restoran, pusat penukaran uang asing,
pusat souvenir, dan oleh-oleh.
Kawasan peruntukan permukiman dikembangkan seluas 2.275
Ha. Pengembangannya melalui perumahan vertikal berupa Rumah
Susun Sewa (Rusunawa) di Kecamatan Jebres dan Kecamatan
Serengan.
Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa meliputi pasar
tradisional, pusat perbelanjaan, dan toko modern. Pasar tradisional
berada di wilayah Kelurahan Kauman, Kelurahan Kemlayan, Kelurahan
Semanggi, Kelurahan Sudiroprajan, Kelurahan Nusukan, Kelurahan
(4)
Danusuman, Kelurahan Panjang, Kelurahan Purwosari, Kelurahan
Karangasem, Kelurahan Manahan, Kelurahan Sriwedari, Kelurahan
Ketelan, Kelurahan Keprabon, Kelurahan Mojosongo dan Kelurahan
Pasarkliwon. Pusat perbelanjaan meliputi pengembangan perdagangan
skala regional kota di Kelurahan Stabelan-Kecamatan Banjarsari,
Kelurahan Danusuman, Kelurahan Serengan, Kelurahan Kedunglumbu
Kecamatan Pasarkliwon dan Kelurahan Panularan-Kecamatan Laweyan
berupa perdagangan grosir dan pasar besar; dan pengembangan
kawasan perdagangan berbentuk rumah toko di sepanjang jalan
protokol. Sedangkan toko modern berupa pengembangan pusat
perbelanjaan dan toko modern di wilayah kota yang penempatannya
ditetapkan dalam Peraturan Walikota.
Kawasan peruntukan perkantoran di wilayah Kota Surakarta
seluas 19 Ha, meliputi: (1) Kawasan I seluas 1 (satu) ha, yaitu di
Kecamatan Laweyan; (2) Kawasan II seluas 6 (enam) ha, yaitu di
Kecamatan Banjarsari seluas 5 (lima) ha dan Kecamatan Laweyan
seluas 1 (satu) ha; (3) Kawasan V seluas 4 (empat) ha yaitu di
Kecamatan Jebres; dan (4) Kawasan VI seluas 8 (delapan) ha yaitu di
Kecamatan Pasarkliwon.
Kawasan RTNH seluas 7 (tujuh) ha tersebar di seluruh wilayah
kota, yang meliputi RTNH di kawasan I seluas 3 (tiga) ha, terletak di
Kecamatan Jebres seluas 1 (satu) ha dan Kecamatan Pasarkliwon
seluas 2 (dua) Ha, RTNH di kawasan III seluas 2 (dua) ha, terletak di
Kecamatan Banjarsari, dan RTNH di kawasan V seluas 2 (dua) ha,
terletak di Kecamatan Jebres.
Kawasan peruntukan kegiatan sektor informal meliputi: (1) ruang
yang sudah ditetapkan sebagai ruang relokasi dan pengelompokkan
PKL oleh Pemerintah Daerah; (2) ruang sekitar pusat perdagangan
disediakan oleh pemilik pusat perdagangan sebagai bentuk dari
Coorporate Social Responsibility
(CSR),
(3)
ruang
tempat
penyelenggaraan acara Pemerintah Daerah dan/atau pihak swasta
sebagai pasar malam (
night market), di Jalan Diponegoro dan Jalan
Gatot Subroto. Sebaran ruang bagi kegiatan sektor informal, antara
lain adalah di Kawasan I yaitu di Kelurahan Kedunglumbu, Kelurahan
Jayengan, Kelurahan Keratonan dan Kelurahan Sriwedari-Kecamatan
Pasarkliwon; Kawasan II yaitu di Kelurahan Purwosari-Kecamatan
Laweyan; Kawasan V yaitu di Kelurahan Jebres dan Kelurahan
Purwodiningratan-Kecamatan Jebres; Kawasan VI yaitu di Kelurahan
Manahan,
Kelurahan
Kepatihan
Kulon,
Kelurahan
Nusukan-Kecamatan Banjarsari.
Kawasan peruntukan pertanian seluas sekitar 111 H a yang
terletak di Kecamatan Pasarkliwon, Kecamatan Laweyan, Kecamatan
Banjarsari dan Kecamatan Jebres, terdiri dari lahan pertanian basah
dan lahan pertanian kering yang ditetapkan dan dipertahankan sebagai
kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan. Kawasan perikanan
budidaya dialokasikan di perairan umum darat tersebar di Kelurahan
Manahan, Kelurahan Sumber, Kelurahan Banyuanyar Kecamatan
Banjarsari dan Kelurahan Mojosongo-Kecamatan Jebres. Kawasan
(5)
pengolahan dan pemasaran hasil perikanan tersebar di Balekambang di
depo Kelurahan Gilingan dan Kelurahan Manahan Kecamatan
Banjarsari. Kawasan peruntukan lain pelayanan umum yang
meliputi pendidikan, kesehatan dan peribadatan dikembangkan di
seluruh wilayah kota. Kawasan peruntukan lain pertahanan dan
keamanan juga dikembangkan di seluruh wilayah kota.
b.
Kondisi Demografi
Jumlah penduduk Kota Surakarta pada tahun 2012 berdasarkan
data BPS sebanyak 500.171 jiwa. Dari jumlah tersebut penduduk
berjenis kelamin laki-laki jumlahnya lebih rendah dibandingkan
penduduk perempuan. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 243.851
jiwa, sedangkan penduduk perempuan sejumlah 256.320 jiwa. Dengan
porsi tersebut maka seks rasio penduduk di Kota Surakarta adalah
95,14, atau dapat diartikan bahwa di setiap 100 penduduk perempuan
terdapat 95 penduduk laki-laki.
Sumber data : BPS Kota Surakarta Tahun 2013
Gambar 2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kota Surakarta Tahun 2008-2012
Kota Surakarta menjadi salah satu kota dengan tingkat kepadatan
penduduk yang tinggi di Indonesia. Kecamatan dengan tingkat
kepadatan penduduk tertinggi yaitu Kecamatan Serengan, sedangkan
kepadatan terendah di Kecamatan Jebres. Berikut ini adalah grafik
kepadatan penduduk di wilayah Kota Surakarta.
(6)
Sumber data : BPS Kota Surakarta Tahun 2013
Gambar 2.3 Tingkat Kepadatan Penduduk Tiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2012 (jiwa/km²)
Gambaran penduduk kota Surakarta menurut kategori usia
sebagai berikut.
Sumber data : Dispendukcapil Kota Surakarta Tahun 2012 Gambar 2.4 Piramida Penduduk Kota Surakarta Tahun 2012
Dari Gambaran jumlah penduduk menurut usia, diketahui jumlah
usia produktif sebesar 393.278 jiwa (72,07 persen). Jika disejajarkan
dengan data penduduk menurut pekerjaan, maka jumlah penduduk
usia kerja yang belum bekerja sebesar 16.523 jiwa.
2.
Aspek Kesejahteraan Masyarakat
a.
Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
1)
Pertumbuhan PDRB
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menjadi salah satu
indikator untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah dalam
suatu periode tertentu yang diyakini masih merupakan indikator
penting dalam menentukan arah pembangunan. Penghitungan PDRB
dilakukan atas dasar harga berlaku (harga-harga pada tahun
penghitungan) dan atas dasar harga konstan (harga-harga pada
tahun yang dijadikan tahun dasar penghitungan) untuk dapat
(7)
melihat pendapatan yang dihasilkan dari lapangan usaha (sektoral)
maupun dari sisi penggunaan.
Nilai PDRB Kota Surakarta berdasarkan harga konstan 2000
(ADHK 2000) menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. PDRB
ADHK pada tahun 2012 tercatat sebesar 5,7 triliun rupiah,
meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 5,4 triliun rupiah.
Sehingga secara kumulatif peningkatan PDRB ADHK 2000 dari
tahun 2010 ke tahun 2011 mencapai Rp 330,9 milyar rupiah.
Peningkatan sama halnya juga terjadi jika dilihat berdasarkan PDRB
ADHK 2000 perkapita di Kota Surakarta, searah dengan peningkatan
PDRB ADHK.
Pendapatan per kapita pada tahun 2012 mencapai Rp 11,5 juta,
sedangkan pada tahun 2011 hanya Rp 10,8 juta.
Tabel 2.1.
Perkembangan PDRB dan Kontribusi Sektor Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Kota Surakarta Tahun 2008-2012
Rp (juta) % Rp (juta) % Rp (juta) % Rp (juta) % Rp (juta) %
Pertanian 2.866,18 0,06 2.900,41 0,06 2.908,82 0,06 2.911,03 0,05 2.912,43 0,05 Pertambangan dan penggalian 1.905,23 0,04 1.862,50 0,04 1.832,36 0,04 1.809,03 0,03 1.789,64 0,03 Primer 4.771,41 0,10 4.762,91 0,10 4.741,18 0,09 4.720,06 0,09 4.702,07 0,08 Industri pengolahan 1.200.606,83 26,39 1.235.952,77 25,65 1.277.210,09 25,02 1.312.945,81 24,26 1.349.967,23 23,51 Listrik, Gas, dan Air Bersih 103.020,58 2,26 111.391,58 2,31 119.194,83 2,34 128.648,33 2,38 137.673,24 2,40 Kontruksi 583.069,88 12,82 625.624,26 12,99 671.926,81 13,17 717.165,29 13,25 765.569,54 13,33 Sekunder 1.886.697,29 41,47 1.972.968,61 40,95 2.068.331,73 40,52 2.158.759,43 39,89 2.253.210,01 39,23 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.211.208,49 26,62 1.288.066,95 26,74 1.367.808,36 26,80 1.466.845,97 27,10 1.569.512,38 27,33 Pengangkutan dan Komunikasi 449.973,94 9,89 484.827,89 10,06 514.407,73 10,08 549.760,87 10,16 585.690,23 10,20 Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan 449.992,44 9,89 481.987,12 10,00 518.980,77 10,17 567.860,94 10,49 615.432,99 10,72 Jasa-Jasa 546.699,38 12,02 585.264,16 12,15 629.616,47 12,34 663.965,04 12,27 714.313,62 12,44 Tersier 2.657.874,25 58,42 2.840.146,12 58,95 3.030.813,33 59,38 3.248.432,82 60,02 3.484.949,22 60,68 PDRB 4.549.342,95 100,00 4.817.877,64 100,00 5.103.886,24 100,00 5.411.912,31 100,00 5.742.861,30 100,00 Penduduk pertengahan tahun 522.935 528.202 499.337 501.650 500.328 Pendapatan per kapita 8,7 9,1 10,2 10,8 11,5 2012
Sektor 2008 2009 2010 2011
Sumber: BPS Kota Surakarta Tahun 2013
Distribusi PDRB terbesar berada pada sektor perdagangan, hotel
dan restoran sebesar 27,33 persen dan industri pengolahan sebesar
23,51 persen, sedangkan paling kecil yaitu sektor pertambangan dan
penggalian sebesar 0,03 persen dan sektor pertanian sebesar 0,05
persen. Pertumbuhan PDRB pada tahun 2012 tertinggi berada pada
sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 8,38
persen dan pada sektor jasa-jasa sebesar 7,58 persen, sedangkan
pertumbuhan paling kecil pada sektor pertanian sebesar 0,05 persen
dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar -1,07 persen.
Tabel 2.2.
Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Kota Surakarta Tahun 2008-2012
Sektor Pertumbuhan
2008 2009 2010 2011 2012
Pertanian (1,14) 1,19 0,29 0,08 0,05
Pertambangan dan penggalian 4,22 (2,24) (1,62) (1,27) (1,07) Industri pengolahan 2,32 2,94 3,34 2,80 2,82 Listrik, Gas, dan Air Bersih 6,35 8,13 7,01 7,93 7,02
(8)
Sektor Pertumbuhan
2008 2009 2010 2011 2012
Perdagangan, Hotel dan Restoran 7,52 6,35 6,19 7,24 7,00 Pengangkutan dan Komunikasi 4,92 7,75 6,10 6,87 6,54 Keuangan, Sewa dan Jasa
Perusahaan 5,73 7,11 7,68 9,42 8,38
Jasa-Jasa 5,22 7,05 7,58 5,46 7,58
PDRB 5,69 5,90 5,94 6,04 6,12
Sumber: BPS Kota Surakarta Tahun 2013
2)
Laju Inflasi
Inflasi menurut Bank Indonesia adalah meningkatnya harga-harga
secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua
barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu
meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya.
Dampak dari inflasi ini salah satunya adalah menurunnya daya beli
masyarakat, yang dapat diartikan bahwa tingkat kesejahteraan
masyarakat terganggu karena ketidakmampuan penduduk dalam
mengkonsumsi barang ataupun jasa.
Angka inflasi di Kota Surakarta selama tiga tahun terakhir
(2009-2013) fluktuatif. Pada tahun 2009 inflasi di Kota Surakarta 2,63
persen, meningkat pada tahun 2010, turun pada tahun 2011, dan
meningkat pada tahun 2012, dan mencapai 8,38 persen pada tahun
2013. Angka tersebut disumbang oleh kelompok bahan makanan
sebesar 2,75 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan
tembakau 1,34 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan
bahan bakar 1,48 persen; kelompok sandang 0,04 persen; kelompok
kesehatan 0,15 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga
0,26 persen; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan
memberikan sumbangan inflasi 2,36 persen. Kota Surakarta
merupakan kota dengan inflasi tertinggi di Provinsi Jawa Tengah
pada Desember 2013. Angka inflasi pada Desember 2013 Kota
Surakarta mencapai 0,35 persen, kemudian disusul Kota Purwokerto
0,29 persen, Kota Tegal 0,28 persen, dan Kota Semarang 0,21
persen.
Tabel 2.3.
Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Kota Surakarta Tahun 2009-2013
Tahun Tingkat Inflasi
2009 2,63%
2010 6,65%
2011 1,60%
2012 2,87%
2013 8,38%
(9)
3)
Penduduk Miskin
Permasalahan kemiskinan masih menjadi salah satu tugas yang
harus diselesaikan oleh pemerintah, tidak terkecuali juga bagi
Pemerintah
Kota
Surakarta.
Bermacam-macam
program
pengentasan kemiskinan yang dilakukan baik oleh pemerintah
maupun swasta diharapkan akan dapat terus menekan angka
kemiskinan sampai pada tingkat yang serendah-rendahnya. Garis
kemiskinan yang menjadi batas pengeluaran konsumsi terendah
perkapita perbulan untuk Kota Surakarta dari tahun ke tahun
mengalami kenaikan. Pada tahun 2002 garis kemiskinan besarnya
108.771 rupiah/kapita/bulan mengalami kenaikan tiga kali lipat
menjelang tahun 2010 yang besarnya 306.584 rupiah/kapita/bulan.
Garis kemiskinan tahun 2012 sebesar Rp. 347.141 per kapita, dan
pada 2013 sebesar Rp.403.121. Hal ini berarti bahwa batas
pendapatan perkapita sebagai dasar penentuan kategori miskin
semakin tinggi.
Dalam kurun waktu lima tahun, jumlah penduduk miskin Kota
Surakarta berhasil diturunkan dari sebanyak 83,4 ribu jiwa pada
tahun 2008 menjadi 78,0 ribu jiwa pada tahun 2009, sebanyak 69,8
ribu jiwa pada tahun 2010, sejumlah 64,5 ribu jiwa pada tahun
2011, dan menjadi 59,7 ribu jiwa pada tahun 2012. Persentase
penduduk miskin di Kota Surakarta kondisinya selalu menurun dari
tahun ke tahun, pada tahun 2008 persentase penduduk miskin di
Kota Surakarta mencapai 16,13 persen, pada tahun 2013 persentase
penduduk miskin berhasil diturunkan hingga 12,01 persen. Hal
tersebut berarti berbagai program pengentasan kemiskinan yang
dilakukan cukup berhasil.
Sumber: BPS Prov Jawa Tengah Tahun 2013
Gambar 2.5 Persentase Penduduk Miskin Kota Surakarta Tahun 2008-2012
Meskipun kondisinya menurun, namun persentase penduduk
miskin di Kota Surakarta paling tinggi dibandingkan kota-kota lain di
Provinsi Jawa Tengah, seperti terlihat pada grafik berikut:
(10)
Sumber: BPS Prov Jawa Tengah
Gambar 2.6 Perbandingan Persentase Penduduk Miskin Kota Surakarta dengan Kota-Kota Lain dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012
b.
Fokus Kesejahteraan Sosial
1)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator untuk
mengetahui status kemampuan dasar penduduk, meliputi: Angka
Harapan Hidup (AHH) untuk mengukur peluang hidup; rata-rata
lama sekolah dan angka melek huruf untuk mengukur status tingkat
pendidikan; serta pengeluaran riil per kapita untuk mengukur akses
terhadap sumberdaya untuk mencapai standar hidup layak.
IPM Kota Surakarta dari tahun ke tahun kondisinya selalu
mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 IPM Kota Surakarta
tercatat sebesar 77,16, meningkat menjadi 78,60 pada tahun 2012,
seperti terlihat pada grafik berikut:
Sumber: BPS Prov Jawa Tengah Tahun 2013
Gambar 2.7 Capaian IPM Kota Surakarta Tahun 2008-2012
Pemerintah Kota Surakarta perlu terus mendorong peningkatan
IPM. Peningkatan IPM merupakan hasil pencapaian pembangunan
dalam bidang pendidikan, kesehatan dan perekonomian untuk
jangka waktu yang panjang. Peningkatan IPM perlu diupayakan
melalui perubahan pola pikir manusia, yaitu perubahan untuk
semakin berperilaku hidup bersih dan sehat (bidang kesehatan),
peningkatan intelektual (bidang pendidikan) dan peningkatan
kemampuan bersaing secara ekonomi (bidang ekonomi).
(11)
Capaian Indeks Pembangunan Manusia Kota Surakarta pada
tahun 2012 sebesar 78,60. Angka tersebut merupakan yang tertinggi
di seluruh wilayah Jawa Tengah, seperti terlihat pada grafik berikut:
Sumber: BPS Prov Jawa Tengah Tahun 2013
Gambar 2.8 Posisi Capaian IPM Kota Surakarta Dibandingkan dengan Kab/Kota Lainnya di Jawa Tengah Tahun 2012
IPM
diukur
menggunakan
beberapa
beberapa
indikator
pembentuk IPM, meliputi Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf,
Rata-rata Lama Sekolah, dan Pengeluaran Per Kapita. Capaian angka
semua komposit IPM di Kota Surakarta dari tahun 2008 sampai
tahun 2012 kondisinya selalu meningkat. Berikut ini disajikan
perkembangan indikator pembentuk IPM.
Tabel 2.4.
Perkembangan Capaian Indikator Komposit IPM di Kota Surakarta Tahun 2008-2012
No INDIKATOR 2008 2009 2010 2011 2012
1 Angka Harapan Hidup
(Tahun) 71,98 72,07 72,16 72,25 72,35 2 Angka Melek Huruf (%) 96,66 96,67 96,68 96,71 96,73 3 Rata-rata Lama Sekolah
(Tahun) 10,15 10,32 10,32 10,34 10,49 4 Pengeluaran Per Kapita
(ribu Rp) 646,45 648,23 652,43 655,77 658,92
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013
2)
Angka Partisipasi Kasar
Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah proporsi anak sekolah pada
suatu jenjang tertentu terhadap jumlah penduduk pada kelompok
usia tertentu. Capaian APK semua jenjang pendidikan di Kota
Surakarta sudah berada di atas target PUS dan MDG’s karena
angkanya sudah di atas 100 persen semua.
(12)
Tabel 2.5.
Angka Partisipasi Kasar SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA di Kota Surakarta Tahun 2009-2013
INDIKATOR 2009 2010 2011 2012 2013
APK SD/MI (%) 108,67 111,74 137,3 134,79 126,46 APK SMP/MTs (%) 107,09 104,66 148,07 140,47 133,26 APK SMA/SMK/MA (%) 127,79 128,18 158,76 161,97 193,05
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Surakarta Tahun 2013
3)
Angka Partisipasi Murni
Angka Partisipasi Murni (APM) adalah proporsi anak sekolah pada
satu kelompok usia tertentu yang bersekolah pada jenjang yang
sesuai dengan kelompok usianya terhadap seluruh anak pada
kelompok usia tersebut. Capaian APM yang masih perlu ditingkatkan
adalah pada jenjang SMP/MTs, dengan capaian baru mencapai 95,42
persen. Sementara itu APK pada jenjang pendidikan lain capaiannya
sudah baik, dengan capaian diatas 100 persen.
Tabel 2.6.
Angka Partisipasi Murni SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA di Kota Surakarta Tahun 2009-2013
INDIKATOR 2009 2010 2011 2012 2013
APM SD/MI (%) 91,79 94,50 116,18 109,25 107,54 APM SMP/MTs (%) 76,97 79,08 104,97 97,23 95,42 APM SMA/SMK/MA (%) 91,65 89,89 111,15 111,46 120,92
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Surakarta Tahun 2013
4)
Angka Kematian Ibu
Angka Kematian Ibu (AKI) di Kota Surakarta dari tahun 2009 –
2013 cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2009 AKI
sebesar 153,82 per 100.000 kelahiran hidup, mengalami penurunan
tajam pada tahun 2011 menjadi 39,4 per 100.000 kelahiran hidup
dan menurun pada tahun 2013 menjadi 30,21 per 100.000 Kelahiran
hidup.
Tabel 2.7.
Angka Kematian Ibu (AKI) per di Kota Surakarta Tahun 2009-2013
INDIKATOR 2009 2010 2011 2012 2013
AKI 153,82 90,15 39,4 59,2 30,21
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Surakarta Tahun 2014
5) Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita
Angka Kematian Bayi Kota Surakarta tahun 2009–2013 cenderung
fluktuatif. Pada tahun 2009 AKB sebesar 5,7 per 1.000 kelahiran
hidup, menurun pada tahun 2011 menjadi 4,7 per 1.000 kelahiran
hidup, kemudian naik kembali menjadi 6,02 per 1.000 kelahiran
hidup, dan menurun pada tahun 2013 menjadi 3,22 per 1.000
kelahiran hidup. Sementara itu, Angka Kematian Balita (AKABA) di
Kota Surakarta cenderung meningkat dari sebesar 0,2 per 1.000
(13)
kelahiran hidup menjadi 1,21 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun
2013.
Tabel 2.8.
Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita di Kota Surakarta Tahun 2009-2013
INDIKATOR 2009 2010 2011 2012 2013
AKB (per 1.000 Kelahiran Hidup)
5,7 6,61 4,7 6,02 3,22
AKABA (per 1.000 Kelahiran Hidup)
0,2 1,8 0,64 0,59 1,21
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Surakarta Tahun 2013
6) Rasio penduduk yang Bekerja
Rasio penduduk yang bekerja selalu meningkat sejak tahun 2009
hingga dengan 2012. Berdasarkan data yang ada, rasio penduduk
bekerja pada tahun 2012 mencapai 0,939. Hal tersebut berarti di
setiap 100 penduduk angkatan kerja terdapat 93 orang yang bekerja.
Tabel 2.9.
Rasio Penduduk Yang Bekerja di Kota Surakarta Tahun 2008-2012
INDIKATOR 2008 2009 2010 2011 2012
Jumlah Angkatan Kerja 277.675 275.546 258.573 272.144 272.144 Jumlah Penduduk
Bekerja
251.101 246.768 235.998 249.368 255.621 Rasio Penduduk
Bekerja
0,904 0,896 0,913 0,916 0,939
Sumber: BPS Prov Jawa Tengah Tahun 2013
7)
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran
Terbuka
Dalam kurun waktu lima tahun (2009-2013), dua variabel utama
bidang ketenagakerjaaan menunjukkan kinerja yang membaik.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menunjukkan trend yang
meningkat,
sedangkan
tingkat
pengangguran
terbuka
(TPT)
menunjukkan trend yang menurun. TPAK meningkat artinya tingkat
partisipasi penduduk usia kerja untuk bekerja semakin tinggi.
Walaupun demikian, tingkat partisipasi angkatan kerja di Kota
Surakarta pada tahun 2012 sebesar 66,54 persen, mengalami
penurunan dari tahun 2011 sebesar 69,01 persen. Hal ini berarti
terjadi penurunan partisipasi penduduk usia kerja untuk bekerja.
Sementara itu tingkat pengangguran terbuka pada tahun 2013
mengalami peningkatan menjadi sebesar 7,18 persen, dari tahun
2012 sebesar 6,36 persen.
Tabel 2.10.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka di Kota Surakarta Tahun 2008-2012
INDIKATOR 2009 2010 2011 2012 2013
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
65,02 66,81 69,01 66,54 - Tingkat Pengangguran
Terbuka
10,44 8,73 6,36 6,07 7,18
(14)
8)
Indeks Pembangunan Gender dan Indeks Pemberdayaan Gender
Indeks Pembangunan Gender (IPG) Kota Surakarta menunjukkan
peningkatan dalam kurun waktu 2008-2012, dari sebesar 74,90
pada tahun 2012 menjadi 76,76 pada tahun 2012. Kondisi ini
menunjukkan bahwa kualitas sumber daya manusia perempuan di
Kota Surakarta semakin membaik, khususnya pada bidang
pendidikan, kesehatan dan ketenagakerjaan. IDG juga meningkat
dari sebesar 59,60 pada tahun 2008 menjadi 77,56 pada tahun
2012. Kondisi ini menunjukkan bahwa keberdayaan perempuan di
Kota Surakarta semakin baik. Perkembangan IPG dan IDG Kota
Surakarta dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.11.
Indeks Pembangunan Gender dan Indeks Pemberdayaan Gender di Kota Surakarta Tahun 2008-2012
INDIKATOR 2008 2009 2010 2011 2012
IPG 74,90 75,20 75,68 76,37 76,76
IDG 59,60 59,70 75,75 78,06 77,56
Sumber: BPS dan Kementerian PP dan PA
c.
Fokus Seni Budaya dan Olahraga
Jumlah kelompok seni yang ada di Kota Surakarta tercatat
sebanyak 79 organisasi. Terdiri dari kelompok seni tari, kelompok seni
musik, kelompok seni vokal, kelompok teater, dan kelompok seni rupa.
Rasio grup seni per 10.000 penduduk di Kota Surakarta angkanya
tetap selama tahun 2008-2012 yaitu 0,0209.
Ajang pentas seni dari group seni yang ada, pada tahun
2013-2014 diwadahi dalam ajang Fasilitasi penyelenggaraan festival budaya
daerah, antara lain: 1.Solo Carnaval, 2. Solo Menari, 3. Mangkunegaran
Performing Art
, 4. Mangkunegaran
Art Festival, 5. Festival Gamelan
Akbar, 6. Festival Kuliner, 7. Solo Keroncong Festival, 8. Solo Blues
Festival, 9. Solo City Jazz, 10. Vastenburg Carnival Solo, 11. Pentas
Seni di CFD, dan 12. Apresiasi Musik Kebangsaan.
3.
Aspek Pelayanan Umum
a.
Fokus Layanan Urusan Wajib
1)
Pendidikan
a)
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Cakupan pendidikan anak usia dini (PAUD) di Kota Surakarta
selama tiga tahun terakhir selalu menunjukkan grafik yang
meningkat.
Hal
tersebut
ditunjang
juga
dengan
semakin
meningkatnya jumlah PAUD. Jumlah PAUD di Kota Surakarta
meningkat dari 485 unit pada tahun 2011 menjadi 513 unit pada
tahun 2013. Sementara itu, angka PAUD sampai tahun 2013 sudah
mencapai 69,08 persen meningkat dari 54 persen pada tahun 2011.
b)
Pendidikan Dasar
Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka partisipasi Murni (APM),
Angka Putus Sekolah, dan angka melanjutkan dapat digunakan
untuk melihat bagaimana tingkat keterjangkauan pendidikan dasar
(15)
untuk masyarakat. APK SD/MI pada tahun 2013 sebesar 126,46
meningkat dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu sebesar 108,67
persen. APM SD/MI Kota Surakarta pada tahun 2013 sebesar
107,54 persen meningkat dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar
91,79 persen.
Berdasarkan gambar di atas, selama kurun waktu 2009 –
2013 APK SD/MI dan SMP/MTs fluktuatif. Namun dalam 3 tahun
terakhir 2011-2013 trendnya menurun. Apabila dikaitkan dengan
tingkat ketercapaian indikator Pendidikan Untuk Semua (PUS) pada
jenjang pendidikan dasar, yaitu pada tahun 2015 seluruh
penduduk usia pendidikan dasar menempuh pendidikan pada
jenjang pendidikan dasar, maka tingkat capaian Kota Surakarta
pada tahun 2011 untuk SD/MI dan SMP/MTs telah tercapai.
Angka Putus Sekolah pada tahun 2013 pada jenjang
pendidikan SD/MI adalah sebesar 0,03 persen, sama dengan
capaian pada tahun 2011. Sedangkan Angka Putus Sekolah
SMP/MTs pada tahun 2013 sebesar 0,37 persen, meningkat jika
dibandingkan tahun 20012 yaitu 0,31 persen.
Rasio guru terhadap siswa kondisi tiap tahun persentasenya
selalu naik. Pada tahu 2008 rasio guru terhadap siswa di sekolah
negeri sebesar 5,5%, terus meningkat menjadi 5,8% pada tahun
2012. Pada jenjang pendidikan SMP/MTs angkanya meningkat dari
6,8% menjadi 7,3%. Adapun ketersediaan sekolah pada tahun 2012
jumlahnya masih sama untuk yang negeri yaitu 193 unit (SD/MI),
dan sekolah swasta sebanyak 74 unit. Untuk jenjang pendidikan
SMP jumlah sekolah negeri sebanyak 27 unit, dan sekolah milik
swasta sebanyak 45 unit.
c)
Pendidikan Menengah
APK SMA/SMK/MA Kota Surakarta pada tahun 2013 sebesar
193,05% naik dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 158,76%.
Sedangkan APM SMA/SMK/MA pada tahun 2013 sebesar 120,92%
naik dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu sebesar 111,15%.
Angka putus sekolah untuk tingkat SMA/SMK/MA pada
tahun 2013 jauh menurun jika dibandingkan dengan capaian
tahun 2011. Angka putus sekolah pada tahun 2013 sebanyak
0,25%, sedangkan pada tahun 2011 sebanyak 0,6%.
Pencapaian kinerja urusan pendidikan dengan mendasarkan
beberapa indikator yang diatur dengan beberapa peraturan dapat
diidentifikasi pada tabel berikut:
(16)
Tabel 2.12.
Pencapaian Kinerja Berbagai Indikator Urusan Pendidikan di Kota Surakarta Tahun 2010-2013
No Indikator Capaian Standar SKPD
2010 2011 2012 2013
1 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
- - 79% 63,52 % IKK
LPPD
72,9% Disdikpora
2 Penduduk yang berusia >15 tahun melek huruf (tidak buta aksara)
97,7% 97,7% 99,47% 100 % IKK
LPPD
Disdikpora
3 Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A
94,5% 116,18% 115,87% 106,23 % IKK
LPPD
96% Disdikpora
4 Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/Paket B
79,08% 104,97% 103,48% 95,42 % IKK
LPPD
76,8% Disdikpora
5 Angka Partisipasi Murni (APM)) SMA/SMK/MA/P aket C
89,89% 111,15% 121,83% 116,04 % IKK
LPPD
85% Disdikpora
6 Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI
0,05% 0,04% 0,04% 0,03 % IKK
LPPD
0,7% Disdikpora
7 Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs
0,84% 0,84% 0,58% 0,34 % IKK
LPPD
1% Disdikpora
8 Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA
0,84% 0,84% 0,71% 0,51 % IKK
LPPD
Disdikpora
9 Angka Kelulusan (AL) SD/MI
- - 100% 97,63 % IKK
LPPD
Disdikpora 10 Angka Kelulusan
(AL) SMP/MTs
- - 89,59% 86,44 % IKK
LPPD
Disdikpora 11 Angka Kelulusan
(AL)
SMA/SMK/MA
- - 96,78% 97,84 % IKK
LPPD
Disdikpora
12 Angka
Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs
96,49% 97,45% 110% 101,79 % IKK
LPPD
97% Disdikpora
13 Angka
Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA
90% 90% 142,67% 154,84 % IKK
LPPD
93,5% Disdikpora
14 Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV
- - 76,86% 82,17 % IKK
LPPD
98% Disdikpora
Berdasarkan tabel di atas, dapat diidentifikasi beberapa
indikator yang memiliki kinerja kurang yaitu APK Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD). Adapun indikator yang memiliki kinerja sedang
yaitu Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs, dan Angka Putus
(17)
Sekolah (APS) SMA/SMK/MA. Indikator-indikator tersebut tentunya
perlu menjadi perhatian dalam perencanaan pembangunan tahun
2015.
2)
Kesehatan
a)
Rasio Posyandu per satuan Balita
Jumlah posyandu di Kota Surakarta pada tahun 2012
sebanyak 602 unit. Posyandu dengan kategori purnama dan
mandiri sejumlah 592 unit atau sebesar 98,34 persen dari total
keseluruhan posyandu.
b)
Rasio sarana kesehatan per satuan penduduk
Jumlah puskesmas di Kota Surakarta sebanyak 43 unit yang
terdiri dari 4 unit puskesmas DTP, 13 unit puskesmas TTP, dan 26
puskesmas pembantu. Sedangkan jumlah rumah sakit di Kota
Surakarta berjumlah 12 unit. Berdasarkan data yang ada dan data
dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta, dapat diketahui bahwa rasio
sarana kesehatan dasar terhadap penduduk sebesar 0,33;
sedangkan rasio sarana kesehatan rujukan terhadap penduduk
sebesar 0,23.
c)
Rasio Tenaga Kesehatan
Selain sarana kesehatan, faktor penunjang pelayanan
kesehatan
kepada
masyarakat
adalah
ketersediaan
tenaga
kesehatan. Jumlah dokter umum pada tahun 2012 sebanyak 84
dokter yang bertugas di unit kerja negeri dan 192 dokter yang
bekerja pada unit kerja swasta. Sehingga total dokter umum yang
ada di Kota Surakarta sebanyak 276 dokter. Kemudian ada dokter
gigi yang berjumlah sebanyak 67 orang baik yang bekerja di negeri
maupun swasta. Dokter spesialis berjumlah total 364 orang.
Jumlah perawat sebanyak 2.027 orang, bidan sebanyak 261 orang,
tenaga farmasi sebanyak 341 orang, tenaga sanitarian sebanyak 43
orang, tenaga kesehatan masyarakat sebanyak 48 orang, tenaga gizi
sebanyak 72 orang, dan tenaga keteknisian medik sebanyak 284
orang.
d)
Angka Kematian Ibu (AKI)
Angka kematian ibu di Kota Surakarta selama lima tahun
(2009-2013) mengalami kondisi yang fluktuatif dengan tren
menurun, paling tinggi terjadi pada tahun 2009 yang mencapai
angka 153,82 per 100.000 kelahiran hidup kemudian pada tahun
2013 angkanya sudah mampu mencapai angka 30,21 per 100.000
kelahiran hidup. Angka tersebut sudah berada di bawah target
MDGs (82,12).
Salah satu upaya penurunan kasus kematian ibu adalah
melalui memberikan pelayan yang optimal kepada ibu hamil dan
ibu melahirkan. Pelayanan kepada ibu hamil antara lain melalui
pemeriksaan rutin selama proses kehamilan. Cakupan pelayanan
antenatal (K4) di Kota Surakarta sudah cukup baik. Pada tahun
2013 cakupan pelayanan antenatal (K4) sudah mencapai 97,73
(18)
persen. Selain pemeriksaan kepada ibu hamil, upaya lain dalam
rangka mengurangi AKI adalah melalui pertolongan pada persalinan
oleh tenaga kesehatan terlatih. Capaian pertolongan persalinan oleh
tenaga terlatih di Kota Surakarta tahun 2013 sudah mencapai 100
persen.
e)
Angka Kematian Bayi dan Balita
Angka Kematian Bayi (AKB) Kota Surakarta dari tahun
2011-2013 fluktuatif dengan kecenderungan menurun. Pada tahun 2011
AKB Kota Surakarta sebesar 3,74 per 1.000 kelahiran hidup
meningkat pada tahun 2012 menjadi 6,02 per 1.000 kelahiran
hidup, dan turun lagi pada tahun 2013 menjadi 3,22 per 1.000
kelahiran hidup.
Angka Kematian Balita (AKBa) dihitung berdasarkan jumlah
kematian balita 0–5 tahun per 1.000 kelahiran hidup dalam kurun
waktu satu tahun. AKBa di Kota Surakarta dari tahun 2011-2013
juga fluktuatif, pada tahun 2011 sebesar 0,64 per 1.000 kelahiran
hidup, menurun pada tahun 2012 menjadi 0,59 per 1.000 kelahiran
hidup, dan naik lagi menjadi 1,21 per 1.000 kelahiran hidup pada
tahun 2013.
f)
Penyakit Menular
Kejadian TB Paru baru di Kota Surakarta pada tahun lalu
cukup tinggi, kasusnya mencapai angka 118 per 100.000
penduduk,
meningkat
dibandingkan
dengan
tahun-tahun
sebelumnya. Tingkat prevalensi TB di wilayah ini adalah 121,4 per
100.000 penduduk. Sedangkan jumlah kematian akibat TB paru
sebanyak 1,4 per 100.000 penduduk, angka ini juga meningkat
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Prevalensi HIV pada penduduk usia 15-24 tahun pada tahun
2013 mencapai angka 0,38, meningkat dari 0,16 pada tahun 2012.
Sementara itu proporsi penduduk yang memiliki pengetahuan
tentang HIV AIDs pada tahun 2013 sebesar 22,57 persen.
Incident Rate
(IR) DBD pada tahun 2009-2013 cenderung
mengalami penurunan. Pada tahun 2009 IR DBD sebesar 130,2 per
100.000 penduduk turun tahun 2013 menjadi 52,6 per 100.000
penduduk. Angka Kematian karena DBD (CFR DBD) justru
cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 CFR DBD
sebesar 1,02 persen meningkat pada tahun 2013 menjadi 2,6
persen.
Pencapaian kinerja urusan kesehatan dengan mendasarkan
beberapa indikator yang diatur dengan beberapa peraturan dapat
diidentifikasi pada tabel berikut:
(19)
Tabel 2.13.
Pencapaian Kinerja Berbagai Indikator Urusan Kesehatan di Kota Surakarta Tahun 2010-2013
No Indikator Capaian Standar SKPD
2010 2011 2012 2013
1. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin
100% 100% 100% 100% SPM, IKPPD, IKK-LPPD, IKS,
100 DKK
2. Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin
100% 100% 100% 100% SPM, 100 DKK
3. Cakupan kelurahan Siaga Aktif
100% 100% 100% 100% SPM 80 DKK 4. Rasio posyandu per
satuan balita
14,7 14,8 16,03 16,5 IKPPD, EPPD,
DKK 5. Persentase balita
gizi buruk
0 0 0 0 IKPPD,
EPPD, IKS, Pangan dan Gizi,
0 DKK
6. Prevalensi balita gizi kurang
7,54% 5,86% 3,46% 3,72% IMDGs, DKK 7. Cakupan Balita Gizi
Buruk mendapat perawatan
100% 100% 100% 100% SPM, IKPPD, IKK-LPPD
100 DKK
8. Persentase Balita ditimbang berat badannya (D/S)
69,53% 72,70% 83,60% 75,59% Pangan
dan Gizi,
85 DKK
9. Cakupan pelayanan anak balita
69.53% 93,20% 93,48% 80,47% SPM, 90 DKK
10. Persentase Bayi 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif
26,30% 42,05% 46,07% 55,78% IKS,
Pangan dan Gizi,
80 DKK
11. Cakupan pemberian makanan
pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin
0 0 0 0 SPM 100 DKK
12. Persentase Bayi mendapat kapsul vitamin A
99,80% 99,53% 100% 100% IKS, DKK
13. Persentase Balita usia 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A
99,90% 99,86% 100% 100% Pangan
Dan Gizi,
85 DKK
14. Persentase Ibu hamil mendapat 90 tablet besi
93,14% 96,35% 97,14% 97,50% Pangan
Dan Gizi,
85 DKK
15. Persentase Ibu hamil yang anemia
10,40% 6,13% 5,30% 6,80% IKS, DKK
16. Persentase
kecamatan bebas rawan gizi
100% 100% 100% 100% IKS, DKK
(20)
No Indikator Capaian Standar SKPD 2010 2011 2012 2013
Sehat
18. Angka jentik aedes 92.5 % 94,38% 95,36% 94,95% IKS, DKK 19. Cakupan Kualitas
Air minum yang memenuhi syarat kesehatan
48% 41,70% 56,58% 51,10% IKS, 100 DKK
20. Cakupan jamban keluarga yang memenuhi syarat.
83% 90,79% 93,46% 86,85% IKS, 75 DKK
21. Persentase tempat umum yang
memenuhi syarat kesehatan (Hotel, Taman, rekreasi dan tempat hiburan, dll)
93% 92,33% 96,39% 94,34% IKS 85 DKK
22. Persentase Hotel yang memenuhi syarat kesehatan
75% 75,29% 85,57% 95,60% IKS 85 DKK
23. Persentase Restoran yang memenuhi syarat kesehatan
98,20% 98,20% 91,18% 96,30% IKS 85 DKK
Berdasarkan tabel di atas, dapat diidentifikasi beberapa
indikator yang memiliki kinerja kurang, meliputi: Persentase Bayi
0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif; Cakupan pemberian makanan
pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin;
Cakupan Kualitas Air minum yang memenuhi syarat kesehatan;
Proporsi penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan
komprehensif tentang HIV dan AIDS; Proporsi penduduk yg
terinfeksi HIV lanjut yang memiliki akses pada obat antiretroviral;
dan Tingkat pemanfaatan Puskesmas.
Beberapa indikator memiliki kinerja sedang, sehingga perlu
dioptimalkan, meliputi: Persentase Balita ditimbang berat badannya
(D/S); Cakupan Rumah Sehat; Angka kejadian tuberkulosis (insiden
semua kasus/100.000 penduduk/tahun); Prevalensi HIV/AIDS
(persen) dari total populasi usia 15-49 tahun; Angka kesakitan
Demam Berdarah Dengue (DBD); Jumlah Kasus diare; BOR (
BedOccupancy Ratio
); AVLOS (
Average Length of Stay= Rata-rata
lamanya pasien dirawat); TOI (
Turn Over Interval); dan BTO (
BedTurn Over
= Angka perputaran tempat tidur).
3)
Pekerjaan Umum
Jaringan jalan merupakan bagian dari sebuah jaringan
transportasi darat yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan
masyarakat. Kategori jalan di Kota Surakarta terbagi atas 3 jenis,
yaitu:
(21)
Jalan Negara sepanjang 13,15 Km, dengan kondisi jalan baik
sepanjang 2,65 Km, kondisi sedang 6,05 Km, dan kondisi jalan
rusak sepanjang 4,45 Km.
Jalan Provinsi sepanjang 16,33 Km, dengan kondisi jalan sedang
sepanjang 4,49 Km, dan jalan rusak sepanjang 10,99 Km.
Jalan Kota sepanjang 676,56 km. Kondisi jalan baik sepanjang
389,95 Km, kondisi jalan sedang sepanjang 184,57 Km, kondisi
jalan rusak sepanjang 93,92 Km dan kondisi jalan rusak berat
sepanjang 8,12 Km.
Pencapaian kinerja urusan pekerjaan umum dengan mendasarkan
beberapa indikator dapat diidentifikasi pada tabel berikut:
Tabel 2.14.
Pencapaian Kinerja Berbagai Indikator Urusan Pekerjaan Umum di Kota Surakarta Tahun 2010-2013
No Indikator Capaian Standar SKPD
2010 2011 2012 2013
1. Panjang jalan Kota dalam kondisi baik
64 % 63 % 68 % 69 % IKK-LPPD
DPU
2. Rumah Tangga berSanitasi
- - 87% 96,1 % IKK-LPPD, MDG’s
62,41% DPU
3. Kawasan Kumuh 2,30% 2,30% 1% - IKK-LPPD
10% DPU
Berdasarkan tabel diatas, dapat diidentifikasi indikator yang
memiliki kinerja kurang yaitu Panjang jalan Kota dalam kondisi
baik.
4)
Perumahan
Jumlah penduduk yang semakin meningkat berdampak pada
peningkatan jumlah kebutuhan perumahan. Kondisi perumahan di
Kota Surakarta sudah relatif baik, pemerintah meningkatkan
kualitas hunian melalui program peningkatan rumah tidak layak
huni. Program tersebut menunjukan hasil yang cukup baik dimana
terjadi penurunan jumlah rumah tangga kumuh yang memiliki
rumah tidak layak huni. Pada tahun 2012 jumlah rumah tangga
kumuh sebanyak 4.700 unit, angka tersebut menurun dari 6.612
unit pada tahun 2011.
Total luas lahan yang dipakai untuk taman pemakaman pada
tahun 2013 berdasarkan data dari BPS mencapai 68,83 Ha. Adapun
rasio tempat pemakaman umum per satuan penduduk mencapai
0,84 pada tahun 2013, angka tersebut menurun dibandingkan
dengan kondisi tahun 2012 yang mencapai 1,16.
Pencapaian kinerja urusan perumahan dengan mendasarkan
beberapa indikator dapat diidentifikasi pada tabel berikut:
(22)
Tabel 2.15.
Pencapaian Kinerja Urusan Perumahan di Kota Surakarta Tahun 2010-2013
No Indikator Capaian Standar SKPD
2010 2011 2012 2013
1 Rumah tangga pengguna air bersih
- - 95% 80,97 %
IKK-LPPD
68,87% DPU
2 Lingkungan
pemukiman kumuh
2,30% 2,30% 1% -
IKK-LPPD
10% DPU 3 Rumah layak huni - - 95,34% -
IKK-LPPD
100% DPU 4 Rasio Tempat
Pemakaman Umum per satuan
penduduk
0,04 1,06 1,16 0,84 IKPPD DKP
Berdasarkan Tabel 2.15, dapat diketahui bahwa indikator yang
memiliki kinerja perlu ditingkatkan yaitu Rumah layak huni, karena
standar yang harus dicapai seharusnya 100%.
5)
Penataan Ruang
Tujuan dari penataan ruang di Kota Surakarta adalah untuk
mewujudkan kota sebagai kota budaya yang produktif, berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan dengan berbasis industri kreatif,
perdagangan dan jasa, pendidikan, pariwisata, serta olah raga. Untuk
mewujudkan tujuan tersebut maka kebijakan yang diambil adalah (1)
pemantapan peran kota dalam sistem nasional sebagai PKN, yang
melayani kegiatan skala nasional; (2) pengembangan kota sebagai
pusat pelayanan Kawasan Andalan Subosukawonosraten (Surakarta,
Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Sragen dan Klaten) dalam peningkatan
ekonomi masyarakat kota; dan (3) pengembangan sistem pusat
pelayanan yang terintegrasi dan berhirarki sebagai kota budaya yang
produktif, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan berbasis
industri kreatif, perdagangan dan jasa, pendidikan, pariwisata, serta
olah raga.
Kota Surakarta telah memiliki Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Surakarta Tahun 2011-2031, yang ditetapkan dengan Peraturan
Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2012. Setelah Perda tersebut
disahkan kemudian ditindak lanjuti dengan yang ditindaklanjuti
dengan penyusunan review RDTRK BWK I–VI. Pada tahun tahun 2013
6 dokumen RDTRK yang telah disesuaikan dengan RTRW terbaru
selesai dilaksanakan.
Pencapaian
kinerja
urusan
penataan
ruang
dengan
mendasarkan beberapa indikator dapat diidentifikasi pada tabel
berikut:
(23)
Tabel 2.16.
Pencapaian Kinerja Urusan Penataan Ruang di Kota Surakarta Tahun 2010-2013
No Indikator Capaian Standar SKPD
2010 2011 2012 2013
Ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah ber HPL/HGB
18,23 % 11,9 % 12,02% 12,03 % ISPP BLH
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa indikator
Ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah ber HPL/HGB perlu
ditingkatkan karena menurut standar seharusnya 20%, sehingga
kinerja tata ruang tersebut capaiannya masih kurang.
6)
Perencanaan Pembangunan
Untuk
mendukung
pelaksanaan
program-program
pembangunan agar dapat berjalan dengan baik, maka proses-proses
penmbangunan harus direncanakan sebaik mungkin. Sesuai amanat
Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional maka pemerintah kabupaten/kota wajib
menyusun dokumen perencanaan pembangunan daerah jangka
panjang (20 tahun), jangka menengah (lima tahun) dan rencana kerja
pemerintah
daerah
(RKPD)
untuk
kegiatan
tahunan
serta
penjabarannya dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD).
Berdasarkan amanat dari Undang-Undang tersebut maka
Pemerintah Kota Surakarta dalam melaksanakan program dan
kegiatan pembangunan selalu berpegang pada mekanisme yang telah
diatur. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka proses
pembangunan yaitu Musrenbang di tingkat kelurahan sampai
tingkat kota, penyusunan dokumen-dokumen perencanaan yang
sifatnya rutin (RKPD dan APBD), dan juga dokumen-dokumen yang
sifatnya sektoral/khusus misalnya RAD MDGs, dokumen RTRW,
dokumen SSK dan sebagainya.
Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian berkaitan dengan
perencanaan pembangunan adalah kualitas dokumen perencanaan
pembangunan,
termasuk
pemenuhan
kebutuhan
dokumen
perencanaan yang pada tahun 2015 akan berakhir seiring dengan
berakhirnya kepemimpinan kepala daerah tahun 2010-2015,
meliputi RPJMD dan Renstra SKPD.
Pencapaian
kinerja
urusan
penataan
ruang
dengan
mendasarkan beberapa indikator dapat diidentifikasi pada tabel
berikut:
(24)
Tabel 2.17.
Pencapaian Kinerja Urusan Perencanaan Pembangunan di Kota Surakarta Tahun 2010-2013
No Indikator Capaian Standar SKPD
2010 2011 2012 2013
1. Tersedianya dokumen
perencanaan RPJPD yg telah ditetapkan dgn PERDA
Ada Ada Ada Ada IKK-LPPD
Bappeda
2. Tersedianya Dokumen Perencanaan : RPJMD yg telah ditetapkan dgn PERDA/PERKADA
Ada Ada Ada Ada IKK-LPPD
Bappeda
3. Tersedianya Dokumen
Perencanaan : RKPD yg telah ditetapkan dgn PERKADA
Ada Ada Ada Ada IKK-LPPD
Bappeda
4. Penjabaran Program RPJMD kedalam RKPD
- - 82,80% 72,69 %
IKK-LPPD
Bappeda
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa Penjabaran
Program RPJMD kedalam RKPD perlu ditingkatkan.
7)
Perhubungan
Kota Surakarta adalah wilayah yang sangat strategis dalam
jaringan transportasi darat di pulau Jawa, karena menjadi salah satu
kota yang dilewati jalur utama transportasi darat dari wilayah barat
ke timur. Jumlah angkutan umum yang menopang kegiatan
transportasi darat di Kota Surakarta cukup banyak. Jumlah taksi
pada tahun 2012 mencapai 680 unit, jumlah angkutan mencapai
367 unit, dan jumlah bus perkotaan sebanyak 214 unit. Sementara
itu jumlah otobus yang berdomisili di Kota Surakarta antara lain,
bus AKAP sebanyak 28, bus AKDP sebanyak 50, angkutan kota
sebanyak 12, bus perkotaan sebanyak 28, dan taksi sebanyak 5
perusahaan.
Di Kota Surakarta terdapat terminal dan stasiun yang besar,
yaitu Terminal Tirtonadi dan Stasiun Balapan. Jumlah bis yang
masuk ke terminal tirtonadi pada tahun 2012 sebanyak 376.226 bus
AKDP dan 400.950 bus AKAP. Sedangkan jumlah penumpang
mencapai 18.331.299 orang. Adapun Stasiun Balapan melayani
penumpang kereta api sebanyak 185.151 penumpang eksekutif,
149.951 penumpang kelas bisnis, dan 686.630 penumpang bisnis
lokal. Sementara itu, angkutan barang di Stasiun Balapan mencapai
1.214.369 Kg.
Pencapaian kinerja urusan perhubungan dengan mendasarkan
indikator yang diatur dalam beberapa peraturan dapat diidentifikasi
pada tabel berikut:
(25)
Tabel 2.18.
Pencapaian Kinerja Berbagai Indikator Urusan Perhubungan di Kota Surakarta Tahun 2010-2013
No Indikator 2010 2011 Capaian 2012 2013 Standar SKPD
1. Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/ Terminal Bis
1 1 1 1 IKPPD,
EPPD,
Dishubk ominfo 2. Tersedianya terminal
angkutan penumpang pada setiap Kabupaten/Kota yang telah dilayani angkutan umum dalam trayek
100% 100% 100% 100% SPM 100% Dishubk
ominfo
3. Jumlah kasus pelanggaran lalu lintas
- 205 205 140 IKS Dishubk
ominfo 4. Tersedianya unit
pengujian kendaraan bermotor bagi
Kabupaten/ Kota yang memiliki populasi kendaraan wajib uji Perhubungan
Bermotor minimal 4000 (empat ribu) kendaraan wajib uji.
1 1 1 1 SPM 60% Dishubk
ominfo
5. Rasio ketersediaan angkutan kota 694/54 800 694/5 4800 670/5 4800 670/5 4800
IKPPD Dishubk
ominfo 6. Tersedianya angkutan
umum yang melayani wilayah yang telah tersedia jaringan jalan untuk jaringan jalan Kabupaten/Kota
2139 2139 2100 2045 SPM 75% Dishubk
ominfo
7. Jumlah orang melalui terminal per tahun
18.331 .299 17.63 3.503 17.63 3.503 17.96 3.961 IKPPD, EPPD Dishubk ominfo 8. Rasio ijin trayek 0,42 0,42 0,42 0,42 IKPPD,
EPPD, ISPP
Dishubk ominfo 9. Jumlah uji KIR
angkutan umum
1587 1724 1705 1746 IKPPD,
EPPD,
Dishubk ominfo 10. Kepemilikan KIR
angkutan umum
74,2% 80,6% 81,2% 85,4% IKPPD Dishubk
ominfo 11. Lama pengujian
kelayakan angkutan umum (KIR)
45' 45' 45' 45' IKPPD Dishubk ominfo 12. Biaya pengujian
kelayakan angkutan umum JBB 2100 : Rp. 22.500 , JBB 2101 s/d 3500 : Rp. 25.000 , JBB JBB 2100 : Rp. 22.50 0, JBB 2101 s/d 3500 : Rp. 25.00 JBB 2100 : Rp. 22.50 0, JBB 2101 s/d 3500 : Rp. 25.00 JBB 2100 : Rp.30 .000, JBB 2101 s/d 3500 : Rp. 35.00 0,
IKPPD Dishubk
(26)
No Indikator 2010 2011 Capaian 2012 2013 Standar SKPD 3501 s/d 8000 : Rp. 28.500 , JBB 8001 s/d 15000 : Rp. 31.000 , JBB 15000 ke atas : Rp.34. 000, Gande ngan : Rp 35.000 , Tempel an : Rp. 40.000 0, JBB 3501 s/d 8000 : Rp. 28.50 0, JBB 8001 s/d 15000 : Rp. 31.00 0, JBB 15000 ke atas : Rp.34 .000, Gand engan : Rp 35.00 0, Temp elan : Rp. 40.00 0 0, JBB 3501 s/d 8000 : Rp. 28.50 0, JBB 8001 s/d 15000 : Rp. 31.00 0, JBB 15000 ke atas : Rp.34 .000, Gand engan : Rp 35.00 0, Temp elan : Rp. 40.00 0 JBB 3501 s/d 8000 : Rp. 40.00 0, JBB 8001 s/d 15000 : Rp.45 .000, JBB 15000 ke atas : Rp.50 .000, Gand engan : Rp 45.00 0, Temp elan : Rp. 45.00 0
13. Persentase kendaraan umum yang
memenuhi ambang batas emisi gas buang (Lulus uji emisi)
27.942 28.14
2
28.90 1
29.83 8
IKS Dishub
14. Tersedianya halte pada setiap
Kabupaten/Kota yang telah dilayani
angkutan umum dalam trayek.
- - 25% 30% SPM 100% Dishubk ominfo
15. Tersedianya terminal angkutan penumpang pada setiap Kabupaten/Kota yang telah dilayani angkutan umum dalam trayek
100% 100% 100% 100% SPM 40% Dishubk
ominfo
16. Ketersediaan rambu-rambu lalu lintas
11,72% 27,51 %
43,97 %
73,73 %
IKPPD Dishubk
ominfo 17. Tersedianya fasilitas
perlengkapan jalan (rambu, marka, dan guardrill) dan
penerangan jalan umum (PJU) pada jalan
Kabupaten/Kota.
SPM 60% Dishubk ominfo
(27)
No Indikator 2010 2011 Capaian 2012 2013 Standar SKPD
rambu 141 331 529 887
marka 416.01
8
418.01 8
424.21 1
427.8 84 guardrill 31,0 31,0 32, 0 32,0 penerangan jalan
umum (PJU)
16.572 16.57
2
16.57 2
16.57 2
Berdasarkan Tabel 2.18, dapat diketahui bahwa terdapat
beberapa indikator dengan capaian kurang baik, meliputi: Jumlah
kasus pelanggaran lalu lintas; dan Tersedianya halte pada setiap
Kabupaten/Kota yang telah dilayani angkutan umum dalam trayek.
Terdapat pula capaian indikator yang termasuk pada kategori
sedang, sehingga perlu dioptimalkan, yaitu: Ketersediaan
rambu-rambu lalu lintas; Tersedianya fasilitas perlengkapan jalan (rambu-rambu,
marka, dan guardrill) dan penerangan jalan umum (PJU) pada jalan
Kabupaten/Kota.
8)
Lingkungan Hidup
Produksi sampah yang dihasilkan per hari di Kota Surakarta
mencapai angka 280 ton. Adapun sampah yang mampu terkelola
atau terangkut baru mencapai 242,23 ton perhari, sehingga baru
sekitar 84 persen sampah yang diproduksi bisa terangkut ke TPS
yang ada. Sarana pengolahan sampah di Kota Surakarta pada tahun
2013 antara lain pekerja kebersihan sejumlah 309 orang, truk
sampah 35 unit, pick up 6 unit, truk container 9 unit, container 67
unit, toilet container 5 unit, gerobak sampah 510 unit, transfer depo
18 unit, TPA 1 unit, buldozer 3 unit, excavator 3 unit, dan
whelloadersebanyak 1 unit.
Pembangunan lingkungan hidup diarahkan salah satunya pada
pengembangan luasan ruang terbuka hijau menjadi 30% (20% RTH
publik dan 10% RTH privat). Kondisi tahun 2013 untuk RTH publik
sudah mencapai 12,03%, sedangkan RTH privat masih 0 (data dari
BLH tahun 2014). Selain RTH, hal lain yang perlu mendapatkan
perhatian dari pemerintah adalah adanya kebijakan nasional
mengenai lingkungan hidup yang termuat dalam SPM, MDGs dan
RAN GRK. Target-target yang ada dalam kebijakan tersebut perlu
dijadikan acuan dalam penyusunan kegiatan bidang lingkungan
hidup.
Pencapaian
kinerja
urusan
lingkungan
hidup
dengan
mendasarkan indikator yang diatur dalam beberapa peraturan dapat
diidentifikasi pada tabel berikut:
(28)
Tabel 2.19.
Pencapaian Kinerja Berbagai Indikator Urusan Lingkungan Hidup di Kota Surakarta Tahun 2010-2013
No Indikator Capaian Standar SKPD
2010 2011 2012 2013
1. Persentase Penanganan Sampah
86 84 84 84 IKPPD, IKK, LPPD, EPPD
70% DKP
2. Ketersediaan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) per satuan penduduk
0,63 0,63 0,58 0,57 IKPPD, IKK, LPPD
DKP
3. Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) per satuan penduduk
25% 20% 20% 25% ISPP DKP
4. Jumlah TPS 40 40 40 55 ISPP DKP
5. Jumlah TPST - - - - ISPP DKP
6. Tersedianya fasilitas pengurangan sampah diperkotaan
- - - - SPM 20% DKP
7. Tersedianya sistem penanganan sampah diperkotaan
86 84 84 84 SPM 70% DKP
8. Pemantauan status mutu air
100 100 100 100 IKPPD 100% BLH 9. Rasio cakupan
pengawasan terhadap pelaksanaan AMDAL
1/3 3/4 3/4 3/5 IKPPD 100% BLH
10. Jumlah usaha dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan administrasi dan teknis
pencegahan pencemaran air
3/7 4/7 5/7 5/7 SPM 100% BLH
11. Jumlah pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang ditindaklanjuti
(29)
No Indikator Capaian Standar SKPD 2010 2011 2012 2013
12. Ketersediaan Laboratorium Penelitian Lingkungan
- - - - ISPP BLH
13. Kegiatan Penegakan hukum lingkungan
100 100 100 100 IKPPD, IKK-LPPD
BLH
14. Rasio Cakupan penghijauan wilayah rawan longsor dan sumber mata air
- - - - IKPPD BLH
15. Jumlah luasan lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa yang telah ditetapkan dan
diinformasikan status
kerusakannya
0 0 0 0 SPM 100% BLH
16. Jumlah usaha dan/atau
kegiatan sumber tidak bergerak yang memenuhi persyaratan administrasi dan teknis
pencegahan pencemaran udara
3/4 3/4 4/4 4/4 SPM 100% BLH
17. Pemenuhan Sarana
Monitoring Polusi
10/3 5
20/3 5
20/3 5
20/3 5
ISPP BLH
18. Luas RTHK Perkotaan Publik (%)
18,23 11,9 12,02 12,03 ISPP 20% BLH
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui ada beberapa
indikator dengan capaian kinerja yang kurang, seperti: Tersedianya
sistem penanganan sampah diperkotaan; Rasio cakupan pengawasan
terhadap pelaksanaan AMDAL; Jumlah luasan lahan dan/atau tanah
untuk produksi biomassa yang telah ditetapkan dan diinformasikan
status kerusakannya; Pemenuhan Sarana Monitoring Polusi; dan
Luas RTHK Perkotaan Publik (%). Selain itu, terdapat beberapa
indikator dengan kinerja sedang, meliputi: Persentase Penanganan
Sampah; Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) per satuan
penduduk; dan Jumlah usaha dan/atau kegiatan yang mentaati
persyaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran air.
(30)
9)
Pertanahan
Kewenangan pemerintah kota dalam bidang pertanahan yaitu:
1) pemberian ijin lokasi; 2) penyelenggaraan pengadaan tanah untuk
kepentingan pembangunan; 3) penyelesaian sengketa tanah garapan;
d). penyelesaian masalah ganti kerugian dan santunan tanah untuk
pembangunan; 4) penetapan subyek dan obyek redistribusi tanah,
serta ganti kerugian tanah kelebihan maksimum dan tanah
absentee; 5) penetapan dan penyelesaian masalah tanah ulayat; 6)
pemanfaatan dan penyelesaian masalah tanah kosong; 7) pemberian
ijin membuka tanah dan 8) perencanaan penggunaan tanah wilayah
Kabupaten/Kota. Kewenangan tersebut sesuai dengan amanat
Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan
Nasional Bidang Pertanahan.
Luas tanah asset pemerintah Kota Surakarta yang sudah
bersertifikat seluas 3.898.416 m². Luas tanah belum bersertifikat
pemerintah kota seluas 6.719 m². Luas tanah bersertifikat ex
departemen 10.716 m². Tanah bersertifikat ex provinsi 508 m², dan
Tanah P3D (Penyerahan Personil Peralatan Pembiayaan dan
Dokumen) seluas 8.369 m².
Pencapaian kinerja urusan pertanahan dengan mendasarkan
indikator yang diatur dalam beberapa peraturan dapat diidentifikasi
pada tabel berikut:
Tabel 2.20.
Pencapaian Kinerja Berbagai Indikator Urusan Pertanahan di Kota Surakarta Tahun 2010-2013
No Indikator Capaian Standar SKPD
2010 2011 2012 2013
1. Luas lahan bersertifikat
77,21 % 81,41 % IKK-LPPD
100 Setda 2. Penyelesaian
Kasus Tanah Negara
53,84% 76,05% IKK-LPPD
100 Setda
3. Penyelesian Ijin Lokasi
100 % 100 % IKK-LPPD
100 Setda
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui ada indikator dengan
capaian kinerja yang kurang, seperti: Penyelesian Luas lahan
bersertifikat, dan Penyelesaian Kasus Tanah Negara.
10)
Kependudukan dan Catatan Sipil
Pelayanan administrasi kependudukan meliputi pelayanan
pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK), akte
kelahiran, akta perkawinan, akta perceraian, akta pengangkatan
anak, akta kutipan kelahiran dan akta legalisasi. Pelayanan
admininistrasi kependudukan dan pencatatan sipil ini secara umum
menunjukkan peningkatan menjadi lebih baik, terutama proses
pelayanan administrasi kependudukan dengan Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan (SIAK).
(31)
Kondisi capaian bidang kependudukan tahun 2013, kepemilikan
KTP sudah mencapai 100%, kepemilikan akta kelahiran 69,61%, dan
rasio pasangan berakte nikah 100%. Berikut ini adalah gambaran
kinerja bidang pencatatan sipil dan kependudukan sejak tahun
2010-2013.
Tabel 2.21.
Capaian Kinerja Urusan Kependudukan dan Pencatatan Sipil di Kota Surakarta Tahun 2010-2013
No Indikator Capaian Standar SKPD
2010 2011 2012 2013
1. Rasio
penduduk ber KTP
94,5 100 100 100 IKPPD, IKK-LPPD, EPPD, ISPP
100% Dispenduk capil
2. Kepemilikan KTP
100 100 100 100 IKPPD, ISPP
100% Dispenduk capil 3. Rasio bayi
ber-akte kelahiran
100 100 100 100 IKPPD, IKK-LPPD, EPPD, ISPP
100% Dispenduk capil
4. Kepemilikan akta kelahiran
69 69,47 69,55 69,61 IKPPD, ISPP
100% Dispenduk capil 5. Rasio
pasangan berakte nikah
97 100 100 100 IKPPD, IKK-LPPD, EPPD,
100% Dispenduk capil 6. Ketersediaan
database kependudukan
ada ada ada ada IKPPD, ada Dispenduk capil 7. Penerapan
KTP Nasional berbasis NIK
sudah sudah sudah sudah IKPPD sudah Dispenduk capil
11)
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Terkait
dengan
pemberdayaan
perempuan
dan
anak,
pemerintah berupaya untuk memberikan hak yang sama dalam
pembangunan melui upaya kesetaraan gender. Hal tersebut
diwujudkan dalam bentuk diterbitkannya Instruksi Presiden Nomor 9
tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan
Nasional, yang kemudian ditindak lajuti dengan diterbitkannya
Permendagri 15 tahun 2008 tentang Pendoman Pengarusutamaan
Gender yang kemudian diganti dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 67 tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 15 tahun 2008 mengamanatkan
penintegrasian isu gender dalam berbagai bidang pembangunan,
pembentukan kelembagaan PUG serta dukungan pembiayaan
pembangunan yang
responsive gender. Selain itu juga telah
diamanatkan Standar Pelayanan Minimal urusan pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak. Pelaksanaan SPM tersebut
merupakan konsekuensi pelaksanaan program pembangunan yang
responsif gender dan responsif anak.
Untuk mengukur keberhasilan pembangunan responsive
gender dengan menggunakan Indeks Pembangunan Gender (IPG)
(1)
Potensi ekonomi dari sektor perdagangan, dapat terlihat pula dari banyaknya perusahaan perdagangan yang memiliki izin perdagangan. Pada Tahun 2012, telah dikeluarkan izin perdagangan sejumlah 1.704 buah. Perusahaan dagang terbanyak adalah perusahaan dagang kecil. Rincian menurut golongan usaha yaitu 1.512 perusahaan dagang kecil, 168 perusahaan dagang menengah, dan 24 perusahaan dagang besar.
Sarana perdagangan yang ada jumlahnya cukup banyak, baik itu pasar tradisional maupun pasar modern. Jumlah pasar tradisional sebanyak 43 unit, pasar swalayan sebanyak 9 unit, hypermarket sebanyak 7 unit, dan minimarket sebanyak 62 unit.
Nilai ekspor pada tahun 2012 turun cukup signifikan dibandingkan dengan tahun 2011, baik secara volume maupun nilainya. Berikut adalah gambaran ekspor di Kota Surakarta selama 5 tahun terakhir.
Tabel 2.45.
Nilai dan Volume Ekspor Kota Surakarta Tahun 2008-2012
Sumber: Disperindag Kota Surakarta, 2013
Pencapaian kinerja urusan perdagangan dengan mendasarkan indikator yang diatur dalam beberapa peraturan dapat diidentifikasi pada tabel berikut:
Tabel 2.46.
Pencapaian Kinerja Berbagai Indikator Urusan Perdagangan di Kota Surakarta Tahun 2010-2013
No Indikator Capaian Standar SKPD
2010 2011 2012 2013 1 Kontribusi
sektor
Perdagangan terhadap PDRB
26,80% 27,10% 27,33% - IKPPD, IKK-LPPD,
Disperindag
2 Ekspor Bersih Perdagangan
USD 50.237.
526
USD 53.826.
325
USD 40.310.
894,74
USD 37.016.
246,92
IKPPD, IKK-LPPD,
Disperindag
5)Perindustrian
Berdasarkan data tahun 2013 tercatat jumlah industri di Kota Surakarta meningkat dibandingkan tahun 2011 dan 2012. Pada tahun 2011 jumlah industri sebanyak 6.374, kemudian meningkat
(2)
Tabel 2.47.
Jumlah Industri Berdasarkan Kategori di Kota Surakarta Tahun 2011-2013
Kategori 2011 2012 2013
1. Industri Besar 59 60 62
2. Industri Menengah 126 134 148
3. Industri Kecil 1,512 1,532 1,563
4. Industri Non Formal 4,677 4,777 4,937
JUMLAH INDUSTRI 6,374 6,503 6,701
Sumber: Disperindag Kota Surakarta, 2014
Kontribusi sektor industri dalam PDRB Kota Surakarta cukup tinggi, meskipun menurun pada tahun 2012. Kontribusi industri pada PDRB ADHB tahun 2012 sebesar 19,63 atau turun dari 20,32 pada PDRB tahun 2011. Begitu pula yang terjadi pada PDRB ADHK, kontribusi sektor industri turun dari 24,26 persen menjadi 23,51 persen.
Pencapaian kinerja urusan Perindustrian dengan mendasarkan indikator yang diatur dalam beberapa peraturan dapat diidentifikasi pada tabel berikut:
Tabel 2.48.
Pencapaian Kinerja Berbagai Indikator Urusan Perindustrian di Kota Surakarta Tahun 2010-2013
No Indikator Capaian Standar SKPD
2010 2011 2012 2013 1 Kontribusi
sektor Industri terhadap PDRB Tahun 2012**)
20,31% - IKPPD, IKK-LPPD,
Disdikpora
2 Pertumbuhan Industri
1,98% 2,02 % IKPPD, IKK-LPPD,
Disdikpora
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa pencapaian kinerja indikator Kontribusi sektor Industri terhadap PDRB perlu ditingkatkan.
4.Aspek Daya Saing Daerah
a.Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah
Pengeluaran per kapita penduduk Kota Surakarta selama lima tahun terakhir menunjukkan peningkatan. Pengeluaran per kapita penduduk pada tahun 2012 mencapai angka 656,99 ribu rupiah. Angka ini meningkat dari 655,77 ribu rupiah pada tahun 2011. Pengeluaran per kapita penduduk Kota Surakarta juga merupakan yang tertinggi di antara kota-kota lain di Jawa Tengah.
(3)
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2013
Gambar 2.9 Perbandingan Pengeluaran per Kapita Kota Surakarta dan Kota Lainnya di Jawa Tengah Tahun 2012
b.Fokus Fasilitas Wilayah dan Infrastruktur 1)Perhubungan
Kondisi jalan di Kota Surakarta sebagian dalam kondisi baik. Dari 676.650 Km total panjang jalan, 389.950 Km di antaranya dalam kondisi baik atau sekitar 57,63 persen. Jumlah bus yang masuk ke Terminal Tirtonadi pada tahun 2012 sebanyak 376.226 bus AKDP dan 400.950 bus AKAP. Sedangkan jumlah penumpang mencapai 18.331.299 orang. Adapun Stasiun Balapan melayani penumpang kereta api sebanyak 185.151 penumpang eksekutif, 149.951 penumpang kelas bisnis, dan 686.630 penumpang bisnis lokal. Sedangkan angkutan barang di Stasiun Balapan mencapai 1.214.369 Kg.
2)Fasilitas Penunjang
Salah satu unsur penunjang pembangunan adalah adanya perbankan. Jasa perbankan di Kota Surakarta dilayani oleh 38 kantor bank yang ada. Bank tersebut terdiri atas bank milik pemerintah, bank milik swasta nasional, bank milik pemerintah daerah, dan bank milik swasta asing. Jumlah bank milik pemerintah berjumlah 4 unit, kemudian bank milik pemerintah daerah ada 1 unit, bank milik swasta nasional ada 30 unit, dan bank milik swasta asing ada 3 unit.
Fasilitas hotel juga menunjang perkembangan perekonomian di Kota Surakarta. Hotel ini akan memfasilitasi pengunjung dari luar kota yang akan melakukan kegiatan bisnis, wisata dan lain-lain. Jumlah hotel di Kota Surakarta saat ini adalah sebanyak 4.533 unit. Jumlah paling banyak adalah hotel melati yaitu sejumlah 107 hotel dengan total kamar 2.262 buah.
(4)
terhadap sanitasi layak, tahun 2011 mencapai angka 13,45 persen dan meningkat menjadi 13,62 persen pada tahun 2012.
c.Iklim Berinvestasi 1)Angka Kriminalitas
Sebagai kota besar, Surakarta tentu tidak lepas dari permasalahan sosial yang harus dihadapi. Salah satu permasalahan yang harus diminimalisir adalah angka kejahatan. Kejadian kriminalitas yang terjadi selama tahun 2013 kondisinya meningkat daripada tahun sebelumnya. Jika pada tahun 2012 jumlah kejadian kriminalitas hanya 115 kasus, maka pada tahun 2013 jumlahnya mencapai 217 kasus. Adapun kasus yang tertangani pada tahun 2013 baru sebanyak 87 kasus atau hanya 40,1 persen saja.
2)Perijinan
Pelayanan perijinan dilayani oleh Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu. Jenis ijin yang dilayani yaitu pendaftaran penanaman modal, ijin prinsip penanaman modal, ijin usaha penanaman modal, tanda daftar perusahaan, dan surat ijin usaha perdagangan.
B. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang termasuk dalam usia produktif (15-64 tahun) yang bekerja di Kota Surakarta pada tahun 2012 paling banyak adalah lulusan SMA, namun trendnya menurun dalam 5 tahun terakhir. Kelompok usia yang trendnya menurun selain lulusan SMA adalah penduduk dengan pendidikan SMP. Adapun yang trendnya meningkat yaitu penduduk lulusan SMK, SD, dan lulusan S1-S3. Sedangkan lulusan akademi trendnya stabil meskipun angka terakhir menunjukkan peningkatan. Rasio penduduk lulusan S1-S3 pada tahun 2012 masih rendah. Dari total penduduk yang berjumlah 500.171 jiwa, baru 5,84 persen yang berpendidikan S1-S3.
Sumber: BPS Kota Surakarta, 2013
(5)
Sumber Daya Manusia di Kota Surakarta cukup baik dengan tingginya usia produktif yang siap untuk bekerja. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk usia 15-64 pada tahun 2012 adalah 357.510 jiwa, yang jika dibandingkan dengan penduduk usia non produktifnya sebanyak 142.661 jiwa maka dapat diketahui bahwa rasio ketergantungan penduduk di Kota Surakarta adalah sebesar 39,9 persen.
C.Evaluasi Capaian Kinerja RKPD Tahun 2013 dan Evaluasi MDG’ s 1.Hasil Evaluasi RKPD Tahun 2013
Rata-rata realisasi kinerja kegiatan sampai dengan triwulan IV mencapai 83,88 persen (kategori tinggi), dan realisasi anggaran mencapai 74,42 persen (kategori sedang). Kondisi ini menunjukkan bahwa pencapaian kinerja maupun realisasi angggaran SKPD pada tahun 2013 tergolong cukup baik.
Prestasi kinerja kegiatan RKPD tahun 2013 dari sebanyak 33 urusan kewenangan wajib dan urusan kewenangan pilihan yang dilaksanakan oleh Kota Surakarta, terdapat sebanyak 17 urusan dengan kinerja kategori Sangat Tinggi, 12 urusan dengan kinerja kategori Tinggi, dan sebanyak 4 urusan kinerja kategori Sedang. Sementara itu prestasi realisasi anggaran sebanyak 9 urusan dengan realisasi anggaran kategori sangat tinggi, 17 urusan dengan realisasi anggaran kategori tinggi, 4 urusan dengan realisasi anggaran kategori Sedang, 3 urusan dengan realisasi anggaran kategori Rendah, dan 1 urusan dengan realisasi anggaran kategori Sangat Rendah. Perincian prestasi kinerja dan anggaran kegiatan RKPD tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.49.
Prestasi Kinerja dan Anggaran Kegiatan RKPD Tahun 2013 (Per Urusan)
No Urusan/Program
Persentase RealisasiCapaian Kinerja dan Anggaran
Renja SKPD yang dievaluasi 2013 (%)
Kategori Capaian Kinerja dan Anggaran
Renja SKPD yang dievaluasi 2013
K Rp K Rp
A Urusan Wajib
1 Pendidikan 86,15 77,42 T T
2 Kesehatan 98,14 87,45 ST T
3 Pekerjaan Umum 89,58 87,58 T T
4 Perumahan 78,95 74,13 T T
5 Penataan Ruang 85,99 75,87 T S
6 Perencanaan Pembangunan 92,66 84,26 ST T
7 Perhubungan 98,38 92,80 ST ST
8 Lingkungan Hidup 96,85 96,63 ST ST
9 Pertanahan 95,17 82,50 ST T
10 Kependudukan Dan Catatan Sipil
(6)
No Urusan/Program
Persentase RealisasiCapaian Kinerja dan Anggaran
Renja SKPD yang dievaluasi 2013 (%)
Kategori Capaian Kinerja dan Anggaran
Renja SKPD yang dievaluasi 2013
K Rp K Rp
15 Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
98,44 75,69 ST S
16 Penanaman Modal Daerah 85,46 77,70 T T
17 Kebudayaan 73,71 78,19 S T
18 Kepemudaan dan Olah Raga 93,82 91,17 ST ST 19 Kesatuan Bangsa dan Politik
Dalam Negeri
71,34 57,16 S R
20 Otda, Pem Umum, Adm Keu Dae, Perangkat Dae,
Kepegawaian dan Persandian
89,20 74,05 T S
21 Ketahanan Pangan 100,00 92,85 ST ST
22 Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
92,89 77,17 ST T
23 Statistik 77,78 98,79 T T
24 Kearsipan 72,82 76,67 S T
25 Komunikasi dan Informatika 100,00 93,26 T T
26 Perpustakaan 87,50 50,18 T SR
B Urusan Pilihan
1 Pertanian 100,00 91,84 ST ST
3 Energi dan Sumberdaya Mineral
100,00 62,69 ST R
4 Pariwisata 100,00 89,89 ST T
5 Kelautan dan Perikanan 100,00 94,29 ST ST
6 Perdagangan 91,67 94,49 ST ST
7 Industri 68,75 60,44 S R
8 Ketransmigrasian 100,00 99,75 ST ST
Rata-Rata 83,88 74,42 T S
Keterangan : ST : Sangat Tinggi T : Tinggi
S : Sedang R : Rendah
SR : Sangat Rendah
Adapun Evaluasi Pelaksanaan Program dan kegiatan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Surakarta sampai dengan Tahun 2013, sebagai berikut :