Kehidupan Bangsawan Melayu Kesultanan Langkat Sebelum dan Sesudah Revolusi Sosial

BAB II
KAUM BANGSAWAN MELAYU LANGKAT

2.1

Masa Pemerintahan Kolonial Belanda
Kesultanan Langkat merupakan salah satu Kesultanan Melayu terbesar yang ada di

Sumatera Timur. Berdirinya Kesultanan Langkat berawal dari abad ke-16. Akan tetapi
eksistensiKesultanan Langkat dan adanya pemimpin yang disebut sultan baru ada sejak tahun
1840. Ketika itu, pengertian sultan tidak hanya sebagai pemimpin pemerintahan dan ulil
amri, tetapi juga sebagai pemimpin adat.16
Pada masa kepemimpinan Sultan Musa, kehidupan bangsawan di Kesultanan Langkat
masih sederhana. Istana yang terletak di Kota Pati (Tanjung Pura sekarang) masih berbentuk
rumah panggung berbahan dasar kayu papan. Istananya berhadapan dengan Sungai Batang
Durian yang terletak di belakang Mesjid Azizi. 17
Pada masa itu wilayah Kesultanan Langkat berada di antara Kesultanan Deli dan
Tamiang dengan batas-batas sebagai berikut :
Sebelah timur : berbatasan dengan Landschap Deli dan Serdang
Sebelah barat : berbatasan dengan Keresidenan Aceh
Sebelah utara dan selatan : berbatasan dengan Afdeeling Simalungun dan Tanah

Karo. 18
16

Budi Agustono. “Kehidupan Bangsawan Serdang 1887-1946”, dalam TesisS2 belum diterbitkan.
Yogyakarta : Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 1993, hlm. 30.
17

Zainal ArifinAka, Riwayat Tengku Amir Hamzah : Cinta Tergadai, Kasih Tak Sampai, Langkat :
Dewan Kesenian Langkat, 2002, hlm. 5.
18

Lihat Lampiran I

14
Universitas Sumatera Utara

Kontak pertama antara Kesultanan Langkat dengan Kolonialisme Belanda dimulai
ketika Sultan Musa berkuasa, yaitu setelah ditandatangani traktaat Siak. 19 Pada bulan
Februari 1862 Sultan Musa secara terang-terangan datang ke Siak untuk meminta bantuan
Belanda mengamankan wilayahnya dari pemberontakan-pemberontakan yang sering terjadi

di wilayahnya, serta ancaman dari Aceh. Oleh sebab itu, tidak mengherankan ketika E.
Netscher melakukan ekspedisi pertamanya ke Sumatera Timur dalam rangka mengikat
kerajaan-kerajaan di Sumatera Timur di bawah kekuasaan Belanda, di Langkat Netscher
tidak mendapat hambatan apapun. 20
Penaklukkan raja-raja Sumatera Timur itu oleh Netscher bersamaan dengan mulai
berkembangnya usaha onderneming yang dipelopori Nienhuys. Artinya, terjeratnya sultansultan Melayu di dalam kekuasaan kolonial, semakin mempermudah kaumplanters untuk
memperoleh tanah perkebunan itu. 21
Sama seperti wilayah Kesultanan Melayu Sumatera Timur lainnya, usaha perkebunan
ternyata memberi keuntungan bagi pihak kesultanan. Anggapan bahwa sultan sebagai

19

Traktaat Siak adalah perjanjian antara Belanda dengan Siak yang ditandatangani pada tanggal 1
Februari 1858. Salah satu isinya adalah Siak mengakui kedaulatan Belanda dan termasuk kerajaan-kerajaan
yang ada di pantai timur Sumatera, seperti Deli, Serdang, Langkat, Asahan, dan Tamiang.
20

Ekspedisi pertama dilakukan pada awal Agustus 1862. Ketika itu, Serdang dan Deli tidak mau
langsung menandatangani surat perjanjian dengan Belanda itu karena mereka tidak mau tunduk di bawah
kekuasaan Siak. AkhirnyaPemerintah Kolonial Belanda memenuhi permintaan mereka dengan menyingkirkan

kalimat yang mengakui kedaulatan Siak, dan sepenuhnya mengakui kedaulatan Belanda. Akan tetapi ekspedisi
pertama ini mengalami hambatan karena meskipun mereka sudah mengakui tetapi dalam prakteknya raja-raja
ini masih membangkang terhadap Belanda.
21

Langkat termasuk menjadi salah satu incaran kaum planters dalam rangka memperluas wilayah
onderneming. Kemudian usaha onderneming di Langkat baru dimulai sekitar tahun 1871. Pada tahun 1872 di
wilayah Deli sudah terdapat sekitar 13 onderneming sedangkan di Serdang dan Langkat terdapat 1
onderneming.Lihat, Mohammad Said, Kuli Kontrak Tempo Dulu : Dengan Derita dan Kemarahannya, Medan :
Percetakan Waspada, 1977, hlm. 44.

15
Universitas Sumatera Utara

pemilik tanah menyebabkan para pengusaha hanya berhubungan dengan sultan bila
membutuhkan tanah perkebunan. Untuk mendapatkan konsesi tanah perkebunan itu, para
pengusaha membayar uang sewa tanah pertahun kepada sultan sebagai ganti rugi. 22
Tanah yang subur dan hasil yang menguntungkan membuat investor asing berlombalomba mendirikan perkebunan disana. Sampai tahun 1875 sudah terdapat tujuhonderneming
di wilayah Langkat. 23 Semakin tinggi keuntungan dari hasil perkebunan-perkebunan ini,
maka akan semakin tinggi pula pendapatan yang diperoleh oleh Sultan Langkat.

Menurut kaum planters mendapatkan konsesi-konsesi tanah dengan syarat-syarat
yang paling menguntungkan, dan menjalankan “uang pelicin” dan sistem sogok serta
persenan-persenan kepada elite Melayu jauh lebih murah dibandingkan membayar pajak
kepada pemerintah Kolonial Belanda. Untuk gubernemen, sultan-sultan ini bukan saja
menjadi dalih bagi kehadiran kekuasaannya, tetapi juga menjadi alat perantara yang murah
untuk menertibkan struktur sosial yang sangat kompleks dan bersifat otonomi sendiri-sendiri
dari suku-suku Batak. Selain itu, sultan-sultan ini dapat dijadikan tameng untuk menutupi
tindakan-tindakan gubernemen yang tidak menyenangkan rakyat. 24 Meskipun begitu,
kekuasaan Kolonial Belanda dengan sistem ekonomi perkebunannya telah meningkatkan
prestise dan kesejahteraan mereka sebagai golongan bangsawan. 25

22

Anthony Reid,Perjuangan Rakyat : Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera Timur, Jakarta :
Pustaka Sinar Harapan. 1987, hlm. 87-88.
23

Said, op.cit., hlm. 45.

24


Reid, loc.cit.

25

Suprayitno,Mencoba (Lagi) Menjadi Indonesia, Yogyakarta : Yayasan Untuk Indonesia, 2001, hlm.

21.

16
Universitas Sumatera Utara

Dari hasil kerjasama antara kaum planters dan Sultan Musa dalam konsesi
onderneming, Sultan Musa mampu membangun istana Darul Aman (1880) 26 yang cukup
megah menurut ukuran masa itu. Istana itu letaknya agak ke kota yaitu di sekitar Jalan Istana
(Jalan Amir Hamzah sekarang). Selain itu sultan mampu memiliki barang-barang mewah
yang terpajang di dalam ruangan istana.
Meskipun terdapat campur tangan politik Pemerintahan Kolonial Belanda di dalam
unsur pemerintahan kesultanan, tetapi Belanda masih memberikan keleluasaan terhadap
sultan agar kekuasaan pemerintahan Kesultanan Langkat berjalan sesuai dengat adat yang

berlaku selama ini. Dalam menjalankan pemerintahan di Kesultanan Langkat, sultan masih
tetap mempercayai keluarga dan kerabat dekatnya yang memiliki potensi dan dapat
dipercaya untuk menjalankan tugas tersebut. Misalnya, anak-laki-laki Sultan Musa yang
bernama Tengku Sulong yang diangkat menjadi wakil (luhak) Langkat Hulu (1884-1896),
dan Tengku Hamzah yang diangkat menjadi pangeran Langkat Hilir (1887-1899). Selain itu,
sultan juga merekomendasi golongan bangsawan untuk menduduki jabatan di kerapatan
(pengadilan) kesultanan dan perusahaan perkebunan asing. Dengan demikian sudah dapat
dipastikan orang-orang yang memiliki jabatan tinggi dalam tatanan birokrasi pemerintahan
kesultanan adalah golongan bangsawan.
Setelah Sultan Musa sudah tidak berkuasa lagi (1892), kekuasaan diwariskan kepada
anaknya, Tengku Abdul Azis. Di masa kepemimpinan Tengku Abdul Azis, Kesultanan
Langkat semakin berjaya. Hal ini disebabkan produksi minyak di Pangkalan Brandan

26

Lihat lampiran II.

17
Universitas Sumatera Utara


memperoleh hasil yang cukup memuaskan. 27Dari hasil produksi itu, sultan mendapat royalty
(hingga tahun 1936) yaitu 1 sen per 1 liter untuk Kesultanan Langkat dan 1 sen untuk pribadi
Sultan Langkat (konsesi kilang minyak N.I.A.M. dan Teluk Haru), dan royalty 0,5 sen per
liter untuk pribadi sultan dan 0,5 sen per liter untuk para pembesar kerajaan (Datuk Lepan
dan Datuk Besitang). 28 Maka tidak heran dari royalty itu sultan juga kembali membangun
Istana Darussalam dan mampu memiliki kapal tanker bernama SS Sultan van Langkat
(1897).29
Di samping itu, usaha-usaha perkebunan karet sebagai salah satu mata pencaharian
sebagian rakyat Langkat, juga berdampak pada pendapatan sultan. Menurut Tengku Rahil, 30
bahwa selain kaum planters yang memiliki perkebunan karet, rakyat Langkat ketika itu juga
ada yang menanam karet sebagai milik pribadi. Biasanya hasil getah karet itu mereka jual ke
pengepul atau jual langsung ke Malaysia.Kemudian Pemerintah Belanda melalui Sultan
Langkat melarang rakyat Langkat menjual karet ini langsung ke Malaysia karena produksi
akan tersaingi yang dapat menyebabkan harga karet rendah. Sebagai imbalannya Pemerintah
Kolonial menggantikannya dengan imbalan berupa kupon (sebagai ganti uang).Usaha ini
ternyata berhasil. Dari usahanya itu, sultan juga mendapat bonus. Beragam pendapatan yang

27

Izin konsesi untuk mengusahakan sumber minyak di Pangkalan Brandan diberikan oleh Sultan Musa

kepada Aeilko J. Zijlker pada tanggal 8 Agustus 1883. Perusahaan minyak pertama yang didirikan adalah de
Koninklijke pada tahun 1890. Perusahaan minyak itu mulai berproduksi sejak Maret 1892.
28

Tuanku Luckman Sinar,Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera Timur,Tanpa Kota
Terbit : Tanpa Penerbit, Tanpa Tahun Terbit, hlm. 244.
29

Djohar Arifin Husin. Sejarah Kesultanan Langkat. Medan: Yayasan Bangun Langkat Sejahtera,
2013, hlm. 73. Untuk mengetahui bangunan Istana Darussalam lihat lampiran III.
30

Wawancara, dengan Tengku Rahil, Tanjung Pura, 28 Mei 2014.

18
Universitas Sumatera Utara

diperoleh mengakibatkan sultan mampu membangun Mesjid Azizi yang cukup megah dan
Makhtab Jamiyatul Mahmudiyah. Hal ini menunjukkan tidak hanya sultan yang kaya tetapi
rakyatnya pun juga memperoleh kesejahteraan. Bagi rakyat yang tidak mampu, mereka akan

mendapatkan satu kaleng minyak secara gratis dari sultan.
Hubungan sultan dengan Belanda serta kedudukannya sebagai seorang bangsawan
membuka perubahan terhadap pola hidup bangsawan dan anak-anaknya yang tidak hanya
dihormati oleh rakyat, tetapi mendapatkan perlakuan istimewa dari Kolonial Belanda. Ketika
itu, anak-anak bangsawan diberi kesempatan bersekolah di sekolah berbahasa Belanda atau
Hollandsch Inlandsche School (HIS). Biasanya hanya kaum ambtenaar Belanda dan
golongan bangsawan serta pengusaha kaya yang mampu menyekolahkan anak-anaknya di
sekolah tersebut.Setelah tamat, anak-anak bangsawan itu diizinkan untuk memperoleh
pendidikan tahap selanjutnya. Bagi anak-anak sultan yang ingin melanjutkan sekolah ke
Jawa atau luar negeri, mereka akan mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Kolonial
Belanda. 31 Bagi anak-anak bangsawan yang tidak melanjutkan pendidikannya, maka mereka
bisa menjadi pegawai di kantor pemerintahan Belanda.
Dalam kehidupan sosial golongan bangsawan, di Tanjung Pura terdapat gedung
bangsawan club. Gedung ini terletak di sekitar stasiun kereta api Tanjung Pura.Gedung ini
didirikan khusus untuk tempat berkumpulnya para anak-anak bangsawan. Di sini mereka

31

Menurut penuturan Tengku Mochtar Azis, pada tahun 1934 beliau dikirim ayahnya untuk
melanjutkan pendidikan di Mekkah. Menurut beliau, biaya pendidikannya tidak diberikan oleh ayahnya

melainkan dari Pemerintah Kolonial Belanda. Wawancara, Tengku Luckman Sinar dengan Tengku Mochtar
Azis, Medan, 22 Juli 1983.

19
Universitas Sumatera Utara

biasanya melakukan permainan olahraga seperti bulu tangkis, catur, bola sodok (bilyard), dan
sebagainya. 32 Meskipun terdapat bangsawan club banyak juga anak-anak bangsawan
Langkat yang senang menyatu dengan rakyat biasa. Walaupun ada bangsawanclub, tetapi
bukan berarti ada jarak pemisah antara rakyat dengan bangsawan.
Sultan Musa dan Sultan Abdul Azis dikenal rakyat sebagai sultan yang baik hati dan
bijaksana. Berdasarkan cerita Tengku Chalizar Sulong, yang memperoleh cerita dari ayahnya
Tengku Muhammad Chalid (Kejuruan Stabat), bahwa di masa pemerintahan kedua sultan
tersebut, rakyat hormat dan menyayangi sultannya. Hubungan yang baik antara keduanya
membuat Kesultanan Langkat sejahtera.
“Setiap Hari Raya Idul Fitri, ayah patik dipanggil oleh Sultan Abdul Azis
naik ke istana. Ayah patik dan rakyat duduk bersila di lantai dan makan
bersama. Tutur katanya lembut dan beliau tidak mau dipanggil tengku atau
sultan. Beliau senang dipanggil uwak atau panggilan Melayu lainnya”. 33


Menurut Tengku Sulong, pada masa Kolonial Belanda situasi di Langkat ketika itu
aman. Hubungan antara sultan dan bangsawan Melayu dengan etnis pendatang terjalin
cukup baik. Sultan pun mengizinkan rakyat, baik penduduk maupun pendatang untuk
memperoleh tanah. Mereka boleh menggarap tanah semampunya dan membayar pajak
apabila telah memperoleh hasil. 34

32

Wawancara, dengan Tengku Rahil, Tanjung Pura, 28 Mei 2014.

33

Wawancara, Tengku Luckman Sinar dengan Tengku Sulong Chalizar, Stabat, 18 Juni 1983.

34

Ibid.

20
Universitas Sumatera Utara

Pada tahun 1926 kekuasaan Sultan Abdul Azis digantikan oleh anaknya Tengku
Mahmud.

35

Sumber pendapatan Kesultanan Langkat semakin meningkat akibat

meningkatnya produksi perkebunan dan minyak. Kekayaan dan royalty yang diperoleh
semakin ditonjolkan oleh Sultan Mahmud dengan membeli barang-barang mewah, seperti
mobil mewah, perhiasan, perabotan impor. Sampai tahun 1933 sultan telah memiliki 13
mobil dan beliau adalah salah satu dari beberapa orang di Sumatera Timur yang mengendarai
mobil Buick yang mahal ketika menghadiri pertemuan. 36
Gaya hidup mewah ini perlahan-lahan membuat jarak pemisah antara sultan dengan
rakyat. Sultan Mahmud sudah jarang memperlihatkan diri kepada rakyat sehingga rakyat
tidak begitu mengenal sultan. Hal ini berdasarkan pengalaman pribadi Tengku Sulong
Chalizar. Tengku Sulong Chalizar mengatakan selama kepemimpinan Sultan Mahmud belum
pernah bertatapan langsung dengan sultan. Suatu ketika, di saat ada pertemuan sultan dengan
para pejabat kesultanan di Binjai, beliau ikut dengan ayahnya. Beliau hanya mendengar
bahwa Sultan Mahmud memiliki tubuh pendek dan putih. Sesampainya disana beliau melihat
orang yang memiliki ciri-ciri tersebut. Beliau langsung mengangkat tangan untuk melakukan
tabik/penghormatan. Ternyata beliau salah karena orang yang dimaksud bukanlah sultan. 37
Gaya hidup mewah dan kekuasaan Sultan Langkat juga membuat golongan elite
modern merasa tidak senang. Sikap awal yang dilakukan adalah dengan melakukan protes.

35
36
37

Foto Sultan Mahmud, lihat lampiran IV.
Reid, op.cit., hlm. 89.

Wawancara, Tengku Luckman Sinar dengan Tengku Sulong Chalizar, Stabat, 18 Juni 1983.

21
Universitas Sumatera Utara

Akan tetapi masa itu sikap protes pun bungkam karena tidak ada dukungan dari rakyat.
Rakyat Langkat sendiri merasa hal itu bukanlah sesuatu yang patut dikeluhkan karena
kekayaan yang diperoleh sultan juga dinikmati dan telah mampu mensejahterahkan rakyat. 38
Pendapat ini dibenarkan oleh Jalilah Yahya yang berasal dari golongan Melayu biasa.
Beliau pernah tinggal selama 4 tahun di istana, dari tahun 1938 hingga tahun 1941. Jalilah
Yahya merupakan cucu dari almarhum Syech Abdul Wahab Rokan yang telah menjadi anak
yatim sejak masih berumur 4 tahun. Beliau bercerita bahwa Sultan Mahmud meminta
kepadanya untuk tinggal di istana sambil bersekolah dan mengajar di Jamiyatul
Mahmudiyah. Beliau menambahkan bahwa penghuni istana sangat banyak karena selain
keluarganya, sultan senang memelihara anak yatim piatu dan anak-anak dari kerabatnya
untuk disekolahkan. Selama di istana, beliau hidup bersama keluarga yang baru menikah
yaitu Tengku Amir Hamzah dan Tengku Kamaliah. Keluarga sultan sangat baik kepadanya.
Menurutnya Tengku Amir Hamzah adalah orang yang cerdas. Beliau sering melihat di ruang
kerja Tengku Amir Hamzah dipenuhi dengan buku-buku. 39
Gaya hidup mewah ternyata menjadi masalah bagi Sultan Langkat, terutama terjadi
krisis ekonomi dunia (1930) yang mengakibatkan melemahnya perekonomian di Hindia
Belanda. Hal ini juga berdampak berkurangnya hasil produksi perkebunan dan
mempengaruhi keuangan sultan. Para sultan yang sudah terbiasa hidup mewah dan
persaingan prestise (kehormatan) tidak peka terhadap situasi ini, sehingga untuk menutupi
38

Ibid.

39

Wawancara, dengan Jalilah Yahya, Stabat, 7 Mei 2014.

22
Universitas Sumatera Utara

kebiasaan hidup mewah, mereka terlibat dalam masalah utang kepada para rentenir atau ceti
orang India. 40 Utang yang banyak membuat Pemerintah Kolonial Belanda bersikap tegas
untuk tidak lagi memanjakan mereka.
Masalah utang tidak hanya membuat pemerintah kolonial gusar, sultan juga semakin
gelisah untuk membayarnya. Pejabat Pemerintah Kolonial Belanda yang marah segera
mengambil tindakan tegas. Pada tahun 1934-1935, Belanda mengambil alih urusan keuangan
pribadi Sultan Langkat, untuk menghindarkan semakin jatuhnya martabat sultan di mata
rakyat. 41 Pada tahun 1938 Sultan Mahmud menandatangani kontrak pembaharuan politik
dengan Belanda yang semakin membuat kekuasaan pemerintahan kesultanan semakin
terbatas. Kontrak yang terdiri dari 22 pasal itu berisi tentang penentuan wilayah kekuasaan
sultan, penggunaan tanah, penghasilan kesultanan, dan sebagainya. 42
Dalam kontrak ini ditetapkan bahwa penghasilan kesultanan, termasuk juga hasil izin
dan konsesi, hasil pajak dan ganti kerugian sebesar 64.150 gulden setahun. Ini menandakan
bahwa pendapatan sultan telah menurun dari 472,094 gulden pada tahun 1931 menjadi hanya
64.150 gulden pada tahun 1938. Dalam kontrak ini disebutkan jumlah penghasilan yang

40

Reid, op.cit., hlm. 97.

41

Pengambilan alih kekuasaan Sultan Mahmud jelas terlihat dalam kontrak perjanjian raja dengan
Belanda pada tahun 1938 dimana untuk menggunakan tanah perkebunan sepenuhnya harus mendapat izin dari
Pemerintah Kolonial Belanda. Hasil penghasilan sultan juga ditahan untuk pembayaran utang mereka. Lihat,
Het Governement van Nederland Indie en Het Zelfbestuur van Langkat, 1938, hlm. 17; Reid, op.cit., hlm. 98.
42

Salah satu isi pasal dari kontrak perjanjian itu adalah setiap pekerjaan pemerintah yang dilakukan
oleh pemerintah kerajaan di bawah pengawasan umum dari Gubernur Jenderal Belanda. Jika mempergunakan
tanah kesultanan untuk urusan komersial perkebunan, perlu adanya aturan dan izin dari Gubernur Jenderal
Hindia Belanda.

23
Universitas Sumatera Utara

harus dibayar oleh gubernemen berhubungan dengan hak-hak yang dahulu diperolehnya
harus dimasukkan ke dalam landschaps kas menurut pasal-pasal yang berlaku. 43 Jadi, dapat
disimpulkan bahwa kekuasaan pemerintahan Kesultanan Langkat sudah dikendalikan
sepenuhnya oleh Belanda dan tahun 1938 menunjukkan kekuasaan sultan mulai berkurang.
Sekitar tahun 1930-an hingga menjelang pendudukan Jepang, suasana pergerakan
politik menunjukkan arah yang jelas. Banyak para elite modern yang berasal dari berbagai
etnis menjadi promotor berdirinya partai-partai politik seperti Gerindo, Parindra, Partindo,
PNI, PKI. Organisasi politik ini lahir disebabkan oleh perlakuanpemerintah Kolonial
Belandaterhadap rakyat yang dianggap sebagai kebodohan dan penindasan.
Semakin banyaknya para elite modern bergabung ke dalam pergerakan politik
tersebut, elite modern yang berasal dari golongan bangsawan juga unjuk gigi untuk
menentang Belanda. Akan tetapi tindakan yang dilakukan mereka selalu dihalangi oleh adat
istana yang cukup membelenggu mereka. Akhirnya, perjuangan politik dari golongan
bangsawan Melayu harus terhenti di tengah jalan. Misalnya, Tengku Amir Hamzah yang
harus merelakan segala perjuangan yang telah ditempuhnya di Jawa akibat desakan Sultan
Langkat yang juga mendapat tekanan dari Pemerintah Kolonial Belanda.
Dalam suasana pergerakan politik itu, lahir pula organisasi yang beranggotakan
golongan bangsawan Melayu. Di Langkat, para bangsawan membentuk Bangsawan Langkat

43

Het Governement van Nederland Indie en Het Zelfbestuur van Langkat,op.cit., hlm. 22.

24
Universitas Sumatera Utara

Sejati. 44 Kemudian pada tahun 1938 dibentuk Persatuan Sumatera Timur (PST). 45 Tujuan
berdirinya PST adalah sebagai wadah untuk melihat kondisi sosial penduduk asli di Sumatera
Timur, sekaligus sebagai perlawanan atas dominasi etnis pendatang di Sumatera Timur.
Ternyata kehadiran penduduk pendatang untuk mengadu nasib dan kemudian berhasil
menimbulkan rasa tidak senang segelintir golongan bangsawan terhadap mereka. Pada
akhirnya organisasi ini tidak dapat bertahan lama karena tidak mendapat dukungan dari
kalangan masyarakat bawah dan para bangsawan yang terpelajar. 46
Pemerintah Kolonial Belanda menunjukkan sikap agresif untuk mematahkan
pergerakan partai-partai politik tersebut. Akan tetapi sejak tahun 1940 hingga tahun 1942,
kerusuhan yang disebabkan oleh kelompok pergerakan sering terjadi di Sumatera Timur dan
ditambah lagi dengan serangan dari Jepang sehingga kekuasaan Pemerintah Kolonial
Belanda tidak berkutik lagi.
2.2

Masa Pendudukan Jepang
Setelah memukul mundur Pemerintah Kolonial Belanda di Hindia Belanda, pada

tanggal 2 Maret 1942, tentara Jepang segera melanjutkan perjalanan ke Sumatera Timur
melalui Pantai Cermin dan Tanjung Tiram dan sebagian melalui Teluk Haru.
44

Bangsawan Langkat Sejati adalah organisasi yang didirikan oleh para bangsawan Melayu Langkat
sekitar tahun 1930-an. Hampir sama dengan organisasi Melayu lainnya, tujuan berdirinya Bangsawan Langkat
Sejati yaitu untuk mewadahi segala gagasan/pemikiran dan mampu menyelesaikan masalah yang terjadi di
sekitar lingkungan bangsawan Melayu Langkat.
45

PST adalah suatu organisasi yang didirikan oleh sekelompok elite modern yang terdiri dari etnis
Melayu. PST didirikan pada bulan April 1938 di Medan. Tokoh yang terkenal adalah adalah Abdul Wahab dan
Zahari, para guru yang telah menyadari akan keterbelakangnya para penduduk asli Sumatera Timur, baik dari
segi pendidikan maupun lainnya. Lihat, Reid, op.cit., hlm. 123.
46

Suprayitno, op.cit., hlm. 42-43.

25
Universitas Sumatera Utara

Pada tanggal 12 Maret 1942 tentara Jepang mendarat di Sumatera Timur. Tentara
Jepang mulai melakukan pendudukan ke berbagai daerah di Sumatera Timur. Sebelumnya,
Tentara Jepang yang telah mengetahui kondisi di Sumatera Timur telah mendengar bahwa
mereka tidak bisa masuk ke Langkat karena sebelum Belanda mundur ke Binjai, mereka
telah menghancurkan beberapa kantor pemerintahan dan beberapa jembatan yang ada di
Tanjung Pura untuk mempersulit gerakan Jepang yang datang dari Pangkalan Brandan.
Pengeboman ini dilakukan oleh “Stadwacht” atau tentara sukarela Hindia Belanda di bawah
pimpinan Tengku Harun Azis, adik Sultan Langkat. 47 Ternyata Kesultanan Langkat sudah
mengetahui bahwa Jepang akan datang. Golongan bangsawan dan Belanda sudah
bekerjasama untuk memperlambat pergerakan Jepang demi melindungi kedudukan mereka.
Pada tanggal 13 Maret 1942 tentara Jepang memutuskan mendirikan markas di Pangkalan
Brandan dan sekaligus ingin menguasai kilang minyak yang terdapat disana.
Pada tanggal 12 Maret 1942, ketika Jepang menduduki Sumatera Timur dibentuk
lembaga “Komite Indonesia” di Medan, dipimpin oleh Sugondo Kartoprodjo. Komite ini
bertujuan sebagai usaha menampilkan suatu front persatuan kaum pergerakan Indonesia
kepada Jepang dan juga untuk memperoleh kemerdekaan Indonesia melalui politik, sosial,
ekonomi dan agama. Anggota yang bergabung dalam komite ini terdiri dari organisasi Partai
Islam Indonesia (Parpindo) dan organisasi Islam lainnya. 48 Dr. Amir bergabung ke dalam
organisasi tersebut sebagai penasihat. Menurut dr. Amir selama bulan pertama pendudukan
47

Tengku M. Lah Husny, Revolusi Sosial di Sumatera Utara/Tapanuli Disertai Pangkal dan
Akibatnya, Medan : Badan Penerbit Husny, 1983, hlm. 3.
48

Reid, op.cit., hlm 157.

26
Universitas Sumatera Utara

Jepang, segala aktivitasnya sebagai dokter pskiater di rumah sakit Tanjung Pura diawasi. Hal
ini disebabkan latar belakang dr. Amir yang sangat dekat dengan Kesultanan Langkat dan
Belanda sehingga dianggap orang yang membahayakan Jepang. Lembaga Komite Indonesia
ini dianggap illegal oleh Jepang. 49Sikap Jepang yang awalnya tidak suka dengan dr. Amir,
akhirnya berubah melunak karena beliau berhubungan dengan Tsuno (penasehat politik
Gubernur Sumatera Nakashima).
Berdasarkan wawancara dengan Tengku Mochtar Azis (adik Sultan Langkat), setelah
Jepang berkuasa, beliau diperintahkan oleh Sultan Mahmud mewakili Kesultanan Langkat
untuk menghubungi komando militer Jepang di Pangkalan Brandan yang dipimpin oleh
Kapten Sakamoto. Awalnya Jepang menolak kedatangan Tengku Mochtar karena kedekatan
Tengku Mochtar dengan Belanda. Jepang menganggap Tengku Mochtar adalah kaki tangan
Belanda. Akan tetapi kecakapannya dalam berdiplomasi membuat beliau diterima oleh
tentara Jepang. Kapten Sakamoto memerintahkan kepada Tengku Mochtar dan Tengku
Temenggung Jafar untuk mengumpulkan semua pejabat pemerintahan Kesultanan Langkat di
Pangkalan Brandan pukul 10.00 WIB. Setelah semua pejabat pemerintahan berkumpul,
kemudian dibentuklah pemerintahan baru di bawah pimpinan Jepang. Jepang tetap
membiarkan jabatan-jabatan lama yang sudah berlaku di pemerintahan Kesultanan Langkat.

49

Lihat NEFIS Publicatie, De Rol Door Dr Amir Gespeeld In De Sociale Revolutie Ter Oostkust van
SumateraNo. 7 , Batavia tanggal 17-6-1946. Dan di ARA 1207 (Archief Algemeene Secretarie) Kist II, dossier
51.

27
Universitas Sumatera Utara

Untuk mengadili rakyat yang bersalah, kerapatan di Kesultanan Langkat tetap berjalan
seperti biasa. 50
Pada masa Jepang kondisi ekonomi di Sumatera Timur sudah tidak menentu.
Pemerintahan Jepang yang lebih terfokus terhadap pemerintahan dan persiapan perang, tidak
terlalu mementingkan warisan Belanda. Onderneming-onderneming dibiarkan menjadi
semak belukar. Onderneming yang masih menghasilkan sejak ditinggalkan Belanda, mereka
rawat dan hasilnya dijual. Selebihnya, tanah-tanah tersebut mereka bagi-bagikan kepada
penduduk yang datang dari berbagai daerah untuk ditanami bahan pangan untuk kepentingan
persiapan perang. 51
Peran sultan mulai merosot pada masa pendudukan Jepang. Perubahan yang terjadi
akibat kebijakan-kebijakan Pemerintah Jepang membuat martabat para sultan dan bangsawan
lain memudar di mata rakyat. Pada setiap upacara para sultan diperintahkan berdiri sejajar
dengan para pemimpin pergerakan politik sambil menyanyikan lagu kebangsaan Jepang.
Lebih menyedihkan lagi bahwa kaum bangsawan harus mengayunkan cangkul untuk
memberi contoh kepada rakyat tentang pertanian dan ikut dalam kegiatan gotong-royong. 52
Sultan dan golongan bangsawan diibaratkan boneka yang sewaktu-waktu diajak
bermain oleh pemiliknya ketika diperlukan. Hal ini juga dirasakan oleh segelintir bangsawan
di Langkat, diantaranya Tengku Amir Hamzah. Pada tahun 1943, Tengku Amir Hamzah
50
51
52

Wawancara, Tengku Luckman Sinar dengan Tengku Mochtar Azis, Medan, 22 Juli 1983.
Suprayitno, op.cit., hlm. 46-47.
Ibid., hlm. 49.

28
Universitas Sumatera Utara

pernah ditangkap oleh Jepang dan menjadi tawanan di kamp Lau Segala (Tanah Alas), dan
kemudian dipindahkan ke Belawan. Setelah bebas, Tengku Amir Hamzah diangkat menjadi
kepala bagian ekonomi pemerintahan Jepang di Binjai. Tugasnya adalah mengumpulkan
beras dan jagung untuk tentara Jepang. Pekerjaan ini merupakan pekerjaan terendah baginya
karena beliau merasa tidak lebih dari sebagai tukang timbang dan tukang sukat yang
menyediakan beras untuk Jepang di Langkat.53
Pendapat ini dibenarkan oleh Tengku Mochtar. Beliau diperintahkan oleh Jepang
untuk menyiapkan segala kebutuhan Jepang selama di Langkat termasuk bahan makanan
untuk tentara Jepang. Sultan pun menyetujui dan memerintahkan rakyatnya memberikan
beras kepada tentara Jepang. Sebagai ganti rugi atas pemberian beras oleh rakyat kepada
Jepang, sultan menggantikannya dalam bentuk uang. 54
Menurut Tengku Sulong Chalizar, rakyat ketika itu sangat menderita. Tanah-tanah
dikuasai oleh Jepang. Banyak tenaga rakyat yang dikerahkan untuk menjadi romusha.
Pemerintah Jepang memerintahkan pihak kesultanan untuk secara bergantian mengerahkan
tenaga penduduk kampung di Kesultanan Langkat sebagai wajib bekerja membangun sarana
bagi kepentingan Jepang. Tengku Sulong pernah melihat di pinggir jalan di Batu Lenggang
(Tanjung Beringin sekarang) banyak ditemukan kerangka manusia. Kerangka itu merupakan

53

Tengku M. Lah Husny, Biography Sejarah Pujangga dan Pahlawan Nasional Amir Hamzah, Medan
: Badan Penerbit Husny, 1976, hlm. 65-67.
54

Wawancara, Tengku Luckman Sinar dengan Tengku Mochtar Azis, Medan, 22 Juli 1983.

29
Universitas Sumatera Utara

kerangka tubuh rakyat yang menjadi romusha untuk membangun lapangan pesawat terbang
militer Jepang disitu. 55
Pada tahun 1943 Jepang membentuk satu badan yang disebut Badan Usaha
Membantu Perang Asia (BOMPA). Setelah beberapa kali terjadi pergantian kepemimpinan,
Gubernur Sumatera, Nakashima menunjuk Abdul Xarim MS dan dr. Amir untuk menjadi
ketua dan wakil BOMPA. Tugas badan ini adalah untuk pertahanan Jepang sekaligus
merekrut pemuda Indonesia bergabung ke dalam gyugun dan heiho. Selama di organisasi
tersebut dr. Amir bertemu dengan rekan organisasinya seperti Mr. Luat Siregar (Wakil Ketua
PKI), Djamaludin alias Nugroho (Redaktur Sumatera Shimbun). Nakashima juga menunjuk
dr. Amir menjadi anggota dewan penasihat residensi (Syu Sangi Kai)untuk wilayah Sumatera
Timur. 56
Di dalam kepemimpinan Abdul Xarim MS, BOMPA juga bertugas untuk
mengerahkan tenaga rakyat. Di setiap kecamatan di wilayah Langkat dibentuk badan ini
yang dipimpin oleh Tengku Abubakar Husni. Melalui badan ini Jepang mengerahkan tenaga
rakyat menjadi romusha untuk bekerja gotong-royong secara paksa di basis-basis tentara
fasisme Jepang, membangun benteng-benteng pertahanan, pembuatan jalan, parit-parit, dan
ada yang dikirim ke gunung Setan dan Blangkejeren untuk membuat jalan dari Aceh
55

Wawancara, Tengku Luckman Sinar dengan Tengku Sulong Chalizar, Stabat, 18 Juni 1983.

56

Syu Sangi Kai didirikan pada bulan November 1943, yang diketuai oleh Mangaradja Soeangkoepon
dan wakilnya Tengku Musa. Dewan ini terdiri dari 15 orang yang berasal dari golongan bangsawan dan tokoh
nasionalis. Pada awal tahun 1945 Soeangkoepon digantikan oleh Tengku Hafas dan bulan Maret 1945 jabatan
ketua diserahkan kepada Tengku Mansyur. Lihat NEFIS Publicatie, De Rol Door Dr Amir Gespeeld In De
Sociale Revolutie Ter Oostkust van SumateraNo. 7 , Batavia tanggal 17-6-1946. Dandi ARA 1207(Archief
Algemeene Secretarie) Kist II, dossier 51; Suprayitno, op.cit., hlm. 49-50.

30
Universitas Sumatera Utara

Tenggara sampai Takengon Biruen Aceh Utara. Selama disana mereka banyak meninggal
akibat penyakit dan kelaparan, serta ada meninggal karena kedinginan. 57 Ketika itu pakaian
yang terbuat dari goni merupakan pakaian kebesaran bagi rakyat karena harga kain sangat
mahal.
Kehidupan yang sulit pada masa Jepang juga dirasakan oleh penduduk Melayu di
Langkat. Menurut Musa Darus, ibunya pernah bercerita bahwa ketika melahirkannya mereka
tidak diizinkan oleh Jepang menggunakan lampu, sehingga ibunya harus berjuang
melahirkannya dengan penerangan lampu petromak seadanya.

58

Hal serupa juga

dikemukakan oleh Fachruddin Ray. Selama Jepang berkuasa, hampir semua sekolah di
Langkat ditutup termasuk Makhtab Jamiyatul Mahmudiyah dan Makhtab Jamiyatul
Khalidiyah. Sekolah-sekolah umum seperti H.I.S. atau Meisje School dibuka kembali,
sedangkan makhtab ditutup hingga Agresi Militer Belanda pertama. Murid-murid yang
bersekolah harus kembali ke kampung halaman masing-masing, sedangkan guru-guru
mencari pekerjaan lain. Ayahnya yang berprofesi sebagai guru di makhtab tersebut harus
berhenti mengajar dan berusaha menghidupi keluarga dengan bertani di sawah. 59
Pengalaman hidup masa pendudukan Jepang selama 3,5 tahun dirasakan lebih kejam
dan menyakitkan dibandingkan dijajah Belanda yang hampir mencapai 350 tahun. Akan

57

Nas Sebayang, dkk. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Indonesia di Langkat dan Binjai. LangkatBinjai : Team Redaksi Panitia Penyusun Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Indonesia. 1993, hlm. 85.
58

Wawancara, dengan Musa Darus, Tanjung Pura, 1 Agustus 2014.

59

Wawancara, dengan Fachruddin Ray, Stabat, 12 Februari 2014.

31
Universitas Sumatera Utara

tetapi perlu kita sadari bahwa setidaknya Jepang memberikan warisan positif kepada para
pemuda Indonesia mengenai sikap kepemimpinan dan kemiliteran, meskipun tujuan awalnya
untuk kepentingan Jepang. Adanya kewajiban militer menjadi bekal bagi para pemuda untuk
merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Pada tahun 1943 kebijakan wajib militer diberlakukan kepada para pemuda
Indonesia, termasuk di Langkat. Menurut Oka Rulam,setelah beliau putus sekolah akibat
sekolah-sekolah ditutup, beliau diperintahkan untuk wajib militer. Menurutnya, perintah
untuk mengikuti latihan kemiliteran dan kepemimpinan dikenakan jika di dalam satu
keluarga memiliki anak laki-laki yang telah cukup dewasa, dan memang waktu mengikuti
wajib militer beliau telah berusia 20 tahun. Beliau mengikuti latihan militer selama tiga bulan
di markas Kempetai (tentara Jepang) di Binjai. Selama di sana, beliau dan para pemuda
lainnya diajarkan latihan baris-berbaris dan menggunakan senjata. Setelah selesai, beliau
kembali ke kampung halamannya. 60
Diantara para pemuda yang telah menjalankan latihan militer, ada yang tertarik untuk
menjadi tentara rakyat yang disebut gyugun dan heiho. Hal ini diungkapkan oleh Zainudin
Hamid atau lebih sering dipanggil Rokyoto. Menurut beliau, setelah mengikuti latihan
militer, dibuka penerimaan calon tentara heiho. Beliau yang sangat menyukai olahraga dan
hobi menyanyi ini merasa tertarik dan akhirnya menjadi tentara heiho. Beliau pun juga aktif
dalam organisasi BOMPA. Selama terjun dalam organisasi ciptaan Jepang, ia mengenal

60

Wawancara, dengan Oka Rulam, Tanjung Pura, 25 Mei 2014.

32
Universitas Sumatera Utara

orang-orang berpengaruh di Sumatera Timur setelah Indonesia merdeka, seperti Ahmad
Tahir, Jamin Gintings, Abdul Xarim M.S, Tengku Ahmad Chairy. 61
Prosedur pembentukan gyugun dan heiho dimulai dengan memanggil para pemuda
yang telah selesai menjalani Sinen Renseisyo (latihan Pusat Latihan Pemuda dalam bidang
Administrasi dan Pimpinan). Pemanggilan dilakukan juga lewat penunjukkan kepala-kepala
kantor pemerintahan dan terutama lewat penunjukan para pemimpin yang berkesadaran
nasional yang berhimpun dalam BOMPA, untuk mendaftarkan diri sebagai calon-calon
perwira dan bintara gyugun. 62
Kepercayaan dan sedikit kebebasan yang diberikan oleh Jepang kepada para pemuda
Indonesia untuk bergabung dalam pergerakan politik prakarsa Jepang, membuat mereka
memanfaatkan kesempatan ini untuk melakukan gerakan bawah tanah melawan Jepang. Di
Sumatera Timur terdapat empat kelompok gerakan bawah tanah, yaitu gerakan bawah tanah
anti fasisme untuk kemerdekaan Indonesia, gerakan bawah tanah pro Belanda, gerakan
bawah tanah Cina peranakan, dan pendatang anti fasisme yang berhaluan nasionalis, dan
berhaluan kiri.Gerakan bawah tanah ini terdiri dari berbagai latar belakang, tujuan, dan cara
yang berbeda. 63

61
62

Wawancara, S.P. Dewi Murni dengan Rokyoto, Binjai, 12 Juni 1983.
Nas Sebayang, dkk, op.cit., hlm. 17.

63

Biro Sejarah Prima. Medan Area Mengisi Proklamasi. Jilid I, Medan : Badan Musyawarah Pejuang
Republik Indonesia Medan Area, 1976, hlm. 480-481.

33
Universitas Sumatera Utara

Gerakan bawah tanah ini mendapat sambutan hangat dari rakyat terutama para
pendatang, namun gerakan ini tidak mampu mematahkan pertahanan Jepang di Sumatera
Timur. Pada tahun 1944, situasi politik dan ekonomi di Sumatera Timur mengalami krisis.
Jepang yang terdesak oleh Perang Asia Timur Raya sibuk mempersiapkan sebanyakbanyaknya bahan logistik untuk tentara Jepang. Perkebunan yang masih berfungsi kembali
dihidupkan dan tanah-tanah dibagikan kepada rakyat yang mayoritas adalah pendatang di
Sumatera Timur. Kelompok pergerakan politik yang anti Belanda dan kaum feodal, terus
menyokong para pendatang mendapatkan tanah-tanah tersebut. Para tokoh pemimpin
kesultanan dan bangsawan serta penduduk Melayu merasa tidak senang tanah-tanah
perkebunan yang menjadi hak mereka direbut. Hal ini yang membuat konflik antara Melayu
dan non-Melayu semakin memanas.
Meledaknya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada tanggal 9 dan 14 Agustus
1945 merupakan titik awal berakhirnya pendudukan Jepang. Masyarakat di Utara Pulau
Sumatera belum mengetahui mengenai berita kekalahan Jepang tersebut dan belum
sepenuhnya bersiap untuk menerima kemerdekaan. Jepang hanya sebagian berhasil
menjembatani jurang perpecahan antara pejabat-pejabat kesultanan dan para tokoh
pergerakan untuk bisa menahan tekanan-tekanan yang akan datang. Semangat pengabdian
dan jiwa patriotisme yang tinggi yang ditempa Jepang dalam diri para pemuda, bersama
dengan penderitaan ekonomi yang telah menjatuhkan martabat sebagian besar bangsanya,

34
Universitas Sumatera Utara

sudah memberi bayangan bakal terjadinya ujian keras bagi apa yang masih tersisa dari
struktur sosial kesultanan yang tradisional. 64
2.3

Masa Kemerdekaan Indonesia
Suasana Sumatera Timur menjelang bulan-bulan terakhir kekalahan Jepang tidak

menentu. Jepang yang kemudian kalah berusaha menutupinya dengan melakukan penjagaan
ketat dan menyita radio-radio milik rakyat dan sejak tanggal 14 Agustus menutup Kantor
Berita Domei di Medan agar berita kekalahan itu tidak tersebar. Akan tetapi berkat usaha dan
semangat para pemuda, pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia merdeka. Di Jawa, seluruh
rakyat bersorak gembira menyambut kemerdekaan Indonesia, sementara berita kemerdekaan
itu belum sampai ke telinga rakyat Sumatera Timur karena terbatasnya komunikasi, hanya
beberapa tokoh pemuda, antara lain Ahmad Tahir, dr. Amir yang mendengar isu berita
kemerdekaan tersebut. Gubernur Sumatera Nakashima baru mengumumkan secara resmi
kekalahan Jepang di Medan pada tanggal 22 Agustus 1945.
Pada tanggal 23 Agustus 1945 T.M. Hasan, dr. Amir, dan Mr. Abbas berangkat ke
Batavia memenuhi panggilan untuk bergabung dalam sidang PPKI untuk mendukung dan
mengumumkan kemerdekaan Indonesia. Dalam momen itu, T.M. Hasan diangkat oleh Ir.
Soekarno sebagai gubernur Sumatera dan dr. Amir sebagai wakilnya. Ketika itu, dr. Amir

64

Reid, op.cit., hlm. 231.

35
Universitas Sumatera Utara

sempat merasa kecewa dengan keputusan Soekarno. Pada hari itu juga mereka kembali ke
Medan menggunakan pesawat militer Jepang. 65
Pada tanggal 25 Agustus 1945, dr. Mansyur sebagai ketua Syu sangi kai mengundang
sejumlah tokoh pergerakan, antara lain Abdul Xarim MS dan Mr. Joesoef dan para sultan di
Sumatera Timur di rumahnya di Jalan Raja Kota Maksum (Jalan Sisimangaraja, Yuki
Simpang Raya sekarang) untuk membicarakan masalah kemerdekaan tersebut. Semua
mempunyai kepentingan untuk mencegah terjadinya tindakan balas dendam dan mengadukan
“kolaborator-kolaborator” kepada sekutu yang bakal mendarat. Kelompok ini kemudian
mengedarkan suatu pengumuman yang menyerukan penduduk supaya tetap tenang. Sultan
Langkat dan dr. Mansyur juga telah membentuk panitia untuk menjelaskan kepada sekutu
mengapa setiap orang merasa perlu untuk bekerja sama dengan Jepang. Pertemuan ini oleh
sekelompok pemuda, seperti Abdul Xarim MS, menimbulkan kecurigaan dan menuduh
bahwa pihak kesultanan telah membentuk suatu Comite van Ontvangst, panitia untuk
menyambut kedatangan Belanda. 66
Situasi politik yang memanas membuat T.M. Hasan dan dr. Amir ragu untuk
mengumumkan berita kemerdekaan. Desas-desus sekutu akan segera mendarat di Sumatera
Timur, membuat para pemuda terus mendesaknya. Akhirnya pada tanggal 31 September,

65

NEFIS Publicatie, De Rol Door Dr Amir Gespeeld In De Sociale Revolutie Ter Oostkust van
Sumatera No. 7 , Batavia tanggal 17-6-1946. Dan di ARA 1207 (Archief Algemeene Secretarie) Kist II, dossier
51.
66

Reid, op.cit., hlm. 260-261.

36
Universitas Sumatera Utara

T.M. Hasan dalam rapat Barisan Pemuda Indonesia

67

di Gedung Taman Siswa

(Medan),memanggil seluruh tokoh pemuda,antara lain Ahmad Tahir dan Sugondo
Kartoprodjo, untuk memberitakan peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia.Pada tanggal
4 Oktober T.M. Hasan secara resmi memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, sekaligus
membentuk Pemerintahan Propinsi Sumatera di Medan. 68
Di Binjai dan Langkat, berita proklamasi kemerdekaan diterima tanggal 6 September
1945 pukul 13.00 WIB setelah selesai sholat Idul Fitri 1365 H. Pada hari itu juga, tokoh
ulama dan politisi, Ustadz H.A. Halim Hasan dan Ustadz A. Rahim Haitami memerintahkan
untuk mengibarkan bendera merah putih di Binjai. Tanggal 7 Oktober 1945, rakyat dari
segenap penjuru Kota Binjai berduyun-duyun berdatangan ke tanah lapang Binjai untuk
menghadiri dan menyaksikan pemasangan dan pengibaran bendera Merah Putih bahwa
Indonesia sudah merdeka. 69 Sebenarnya berita kemerdekaan telah diketahui oleh tokoh
pergerakan dan Sultan Langkat sekitar bulan Agustus, hanya saja belum disebarluaskan
kepada rakyat. Perlu diketahui bahwa di setiap daerah berita proklamasi diterima dalam
waktu yang berbeda-beda. Untuk di Medan sendiri baru secara resmi disebarluaskan sekitar
tanggal 31 September 1945. Hal ini disebabkan sikap T.M.Hasan yang kurang tegas
ditambah dr. Amir yang terang-terangan bersikap acuh (pro Belanda) mengakibatkan berita
proklamasi terlambat disampaikan di Medan. 70
67

Untuk mempersiapkan kekuatan militer dibentuklah Barisan Pemuda Indonesia (BPI) pada tanggal
23 September 1945 yang anggotanya terdiri dari para mantan gyugun dan heiho. Ibid., hlm. 268.
68

Suprayitno, op.cit., hlm 53-54.

69

Nas Sebayang, dkk, op.cit., hlm. 89-91.

70

Biro Sejarah Prima, op.cit., hlm. 101.

37
Universitas Sumatera Utara

Menurut Tengku Sulong, beberapa hari setelah Indonesia merdeka, Oka Ibrahim
datang ke kantor Kejuruan Stabat untuk menemui Tengku Muhammad Khalid. Dalam
percakapan itu, beliau mengatakan bahwa Indonesia telah merdeka. Beliau menyarankan
bahwa sudah tiba saatnya untuk menyerahkan kejuruan, melebur ke dalam Republik
Indonesia. Setelah itu, Tengku Khalid memerintahkan opas untuk mengibarkan bendera sang
merah putih di halaman kantor Kejuruan Stabat.71
Menjelang beberapa bulan terakhir tahun 1945, merupakan hal yang paling
membahagiakan dan melelahkan bagi tokoh pergerakan dan para pemuda. Di samping giat
menyebarluaskan berita kemerdekaan, mereka juga harus mempersiapkan kekuatan militer
dan mendirikan laskar-laskar rakyat untuk melawan Belanda. Bulan Oktober 1945 Tentara
Inggris yang memboncengi tentara Netherlands Indisch Civil Administration (NICA) telah
masuk ke Medan.
Para mantan gyugun dan heiho yang ditinggalkan oleh Jepang mulai dikumpulkan
kembali. Mereka dikumpulkan untuk merekrut para pemuda Indonesia menjadi Tentara
Keamanan Rakyat. 72 Selain itu, partai-partai politik juga mendirikan laskar-laskar rakyat
seperti Partai Sosialis Indonesia (PSI) dengan Pesindo, PKI dengan Barisan Merah, PNI

71

Wawancara, Tengku Luckman Sinar dengan Tengku Sulong Chalizar, Stabat, 18 Juni 1983.

72

Perjalanan militer dimulai dari Barisan Pemuda Indonesia (BPI) pada tanggal 23 September 1945.
Tidak berapa lama BPI berubah nama menjadi Barisan Keamanan Rakyat (BKR). Kemudian pada tanggal 5
Oktober 1945 berubah nama menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Akan tetapi di Medan TKR baru bisa
dibentuk pada tanggal 10 Oktober 1945. TKR kemudian berubah nama lagi menjadi Tentara Republik
Indonesia (TRI). Akhirnya pada tanggal 3 Juni 1947 oleh Presiden Soekarno TRI secara resmi berganti nama
menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) hingga sekarang. Reid., op.cit., hlm. 277.

38
Universitas Sumatera Utara

dengan Napindo dan Barisan Harimau Liar, Masyumi/Majelis Islam Tinggi (MIT) 73dengan
Hizbullah dan Sabilillah, Partai Kristen Indonesia (Parkindo) dengan Divisi Panah. Partaipartai dan laskar rakyat itu kemudian melebur ke dalam Persatuan Perjuangan (Volksfront). 74
Untuk memperkuat kedudukan, partai-partai membentuk cabang laskar rakyat di
setiap wilayah. Di Langkat, laskar rakyat tumbuh dengan suburnya. Tidak hanya para
pemuda yang menjadi anggota, tetapi para golongan bangsawan Langkat yang terpelajar juga
tertarik untuk berpartisipasi ke dalam laskar rakyat. Misalnya, Tengku Sulong Chalizar yang
bergabung ke dalam Pesindo cabang Stabat. Selama menjadi anggota Pesindo, beliau merasa
tidak cocok dengan misi yang diterapkan yang selalu menjelekkan kesultanan dan para
bangsawan Melayu. Akhirnya beliau memilih keluar dan bergabung dalam Persatuan Majelis
Islam Tinggi (MIT). Selama di MIT, beliau dipercaya mengorganisir Harimau Bampu
(Harib) yang merupakan pasukan inti dari Laskar Sabililah. 75

73

Majelis Islam Tinggi (MIT) merupakan organisasi Islam yang merupakan gabungan antara Partai
Muslimin Indonesia (Parmusi) dengan Muhammadiyah dan Jamiyatul Wasliyah. Pada awalnya organisasi Islam
Jamiyatul Wasliyah melahirkan sebuah kesatuan bersenjata pada tanggal 5 Desember 1945, dengan nama
Laskar Hisbullah. Kemudian laskar ini digabungkan dengan Sabilillah Parmusi. Setelah kongres Majelis Islam
Tinggi pada pertengahan bulan Januari 1946, diputuskan organisasi ini melebur menjadi Majelis Syura
Muslimin Indonesia (Masyumi). Laskar Sabilillah inipun dilebur menjadi Laskar Hizbullah kembali di bawah
naungan Masyumi . Cabang organisasi ini segera berdiri di Sumatera Timur dan terkuat adalah di Langkat.
Lihat, Hasan Basrie Z.T, Two Rivers Darah Juang 45, Medan : Panitia Anjangsana Pejuang RI Medan Area,
1984, hlm. 39.; Reid, op.cit., hlm. 298-299.
74

Rokyoto menjelaskan bahwa ketika itu banyak para pemuda Indonesia yang bergabung ke dalam
TKR dan laskar rakyat. Beliau sendiri bergabung ke dalam Pesindo cabang Binjai dan menjadi staf di markas
Pesindo. Banyak tokoh pergerakan yang menjadi anggota Pesindo. Pesindo merupakan laskar rakyat yang
diatur oleh Volksfront. Wawancara, S.P. Dewi Murni dengan Rokyoto, Binjai, 12 Juni 1983. Lihat juga, Nas
Sebayang, dkk, op.cit., hlm. 172-181.
75
Wawancara, Tengku Luckman Sinar dengan Tengku Sulong Chalizar, Stabat, 18 Juni 1983.

39
Universitas Sumatera Utara

Dalam suasana yang bergejolak, hati Sultan Langkat pun mulai sedikit tersentuh
untuk mempertahankan Kemerdekaan Indonesia. 76 Menurut catatan pegawai Belanda,
A.I.Spit dan V.D. Wal bahwa Sultan Langkat pada awal revolusi menyumbangkan uang
sebesar 100.000 gulden kepada T.M. Hasan untuk keperluan Pemerintahan Republik
Indonesia. Gubernur Sumatera, T.M. Hasan juga mempercayakan beberapa tokoh bangsawan
untuk memimpin di Sumatera Timur, seperti Tengku Amir Hamzah yang dilantik sebagai
Asisten Residen Langkat yang berkedudukan di Binjai. 77 Akan tetapi bagi tokoh pergerakan
seperti Abdul Xarim MS dan Mr. Luat Siregar, tindakan yang dilakukan para sultan ini hanya
tameng untuk menutupi dosa-dosa mereka sebagai kaum feodal dan untuk mencari muka
dihadapan rakyat Indonesia.

76
77

Lah Husny, op.cit., hlm. 68-69.
Ibid.

40
Universitas Sumatera Utara