Perbandingan Pembelajaran Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) dengan Pembelajaran Metode Resitasi (Penugasan) Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Geografi Kelas X di SMA Negeri 6 Sigi | Alberto | GeoTadulako 5824 19296 1 PB
PERBANDINGAN PEMBELAJARAN METODE PROBLEM SOLVING
(PEMECAHAN MASALAH) DENGAN PEMBELAJARAN METODE
RESITASI (PENUGASAN) TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATA
PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 6 SIGI
DONA ALBERTO
A 351 10 041
JURNAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN 2015
2
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
: Perbandingan Pembelajaran Metode Problem solving (Pemecahan masalah)
Judul
dengan Pembelajaran Metode Resitasi (penugasan) Terhadap Hasil Belajar
pada Mata Pelajaran Geografi Siswa Kelas X di SMA Negeri 6 Sigi
Penulis
: Dona Alberto
No. Stambuk
: A 351 10 041
Telah diperikasa dan disetujui untuk diterbitkan
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Anthonius Palimbong, M.Pd
Ika Listiqowati, S.Pd., M.Pd
Nip.19571002 198403 1 002
NIDN. 0902038606
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan IPS FKIP
Koordinator Program Studi
Pendidikan Geografi
Drs. Charles Kapile, M.Hum
Widyastuti, S.Si., M.Si
Nip. 19640104 199203 1 004
Nip. 19760505 200801 2 039
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E- Journal Geo- Tadulako UNTAD
3
ABSTRACT
Dona, Alberto.2015. The Comparison Between Problem Solving Learning Method (Problem
Solving) And Recitation Learning Method (Assigment) On Students Learning Outcomes In
Geography Subject Of Grade X At SMA Negeri 6 Sigi. Skripsi. Geography Education Study
Program. Social Education Department. Tadulako University. First Supervisor is Anthonius
Palimbong, and Second supervisor is Ika Listiqowati
The problem faced by SMA Negeri 6 Sigi was the implementation of the learning
method was monotonously, while the learning concept of geography is learning the natural
phenomenon in students’ environtment, it implied to the student learning outcomes that is not
maximum yet. This research was intended to know the difference the learning outcomes
between student who follow the problem solving learning method and student who follow
recitation method. Samples of this research were grade XB and XC students of SMA Negeri 6
Sigi. The sampling technique was purposive sampling. The research design was posttest only
control group design. The instrument in this research was learning outcome test and
observation sheet. The result of data analisys was learning outcomes of geography subject, in
experimental group got average value = 70 and control group average value = 53. According
to testing hypothesis, it is obtained the tcounted = 4.312, while for the ttable = 2.00. it means the
testing hypothesis is out of the H0 acceptance criteria. H0 is accepted if – 2.00 < t < 2.00 and
rejected on the other hand. It is obviously if tcounted = 4.312 is out of the H0. So H0 is rejected in
real level α = 0.05 with df = 40+38-2 = 76. So H1 accepted. This is showed if there is deffernce
the learning outcomes between students who followed problem solving learning method with
student who followed recitation learning method
Keyword: problem solving method, recitation, geography learning outcome.
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E- Journal Geo- Tadulako UNTAD
4
ABSTRAK
Dona, Alberto. 2015. Perbandingan Pembelajaran Metode Problem Solving (Pemecahan
Masalah) dengan Pembelajaran Metode Resitasi (Penugasan) Terhadap Hasil Belajar Siswa
pada Mata Pelajaran Geografi Kelas X di SMA Negeri 6 Sigi. Skripsi. Program Studi
Pendidikan Geografi. Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. FKIP Universitas
Tadulako. Pembimbing I Anthonius Palimbong, dan Pembimbing II Ika Listiqowati
Permasalahan yang dihadapi di SMA Negeri 6 Sigi adalah penerapan metode
pembelajaran yang monoton yaitu metode ceramah pada setiap pembelajaran geografi,
sedangkan konsep belajar geografi banyak mempelajari fenomena - fenomena alam yang ada
di sekitar siswa, hal ini berakibat pada hasil belajar siswa yang belum maksimum. Penelitian
bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa yang mengikuti pembelajaran
metode problem solving dan pembelajaran metode resitasi. Sampel dalam penelitian ini adalah
siswa kelas XB dan XC SMA Negeri 6 Sigi. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive
sampling. Desain penelitian yang digunakan adalah posttes only control group design.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar dan lembar observasi.
Hasil analisa data yang diperoleh adalah hasil belajar geografi, pada kelas eksperimen dengan
nilai rata – rata = 70 dan kelas kontrol dengan nilai rata – rata = 53. Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis diperoleh t hitung = 4,312, sedangkan untuk t tabel = 2,00. Hal ini berarti bahwa
hasil pengujian hipotesis berada diluar kriteria penerimaan H 0. Terima H0 jika -2,00 < t < 2,00
dan tolak H0 dalam hal lainnya. Jelas bahwa t hit = 4,312 berada diluar daerah H0. Jadi dengan
demikian H0 ditolak dalam taraf nyata α= 0,05 dengan dk =40+38-2= 76. Sehingga H1 diterima.
Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang mengikuti
pembelajaran metode problem solving dengan siswa yang mengikuti pembelajaran metode
resitasi
Kata kunci: Metode problem solving, resitasi, hasil belajar geografi
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E- Journal Geo- Tadulako UNTAD
5
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran atau pelatihan agar siswa secara aktif dapat mengembangkan potensi
dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat. Dalam Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
(Pasal 3), disebutkan bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan
yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu
menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan harus
menyentuh potensi nurani maupun potensi kompetensi peserta didik. Konsep pendidikan
tersebut terasa semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan
dunia kerja.
Keberhasilan proses pembelajaran dalam lembaga pendidikan dapat dilihat dari hasil
belajar yang dicapai oleh siswa. Keberhasilan pembelajaran di sekolah akan terwujud melalui
keberhasilan dalam proses belajar siswanya. Keberhasilan siswa dalam belajar dapat
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Menurut Slameto (2003 :
54 – 72) faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi digolongkan menjadi dua yaitu faktor
internal dan faktor eksternal peserta didik. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri
individu yang sedang belajar, faktor internal terdiri dari (1). Faktor jasmaniah (kesehatan dan
cacat tubuh), (2). Faktor psikologis (inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan
kesiapan), (3). Faktor kelelahan). Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar individu.
Faktor eksternal terdiri dari (1). Faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antara anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang
kebudayaan), (2). Faktor sekolah (metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa,
disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar belajar di atas ukuran, keadaan gedung,
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E- Journal Geo- Tadulako UNTAD
6
metode belajar dan tugas rumah), (3). Faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat,
media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
Faktor dari dalam maupun dari luar individu tersebut dapat mendukung keberhasilan
pembelajaran tetapi dapat pula menimbulkan hambatan keberhasilan pembelajaran. Hambatanhambatan dalam pembelajaran berakibat pada hasil belajar siswa yang tidak sesuai dengan yang
diharapkan, hal ini dapat terjadi salah satunya karena metode yang digunakan oleh guru dalam
pembelajaran. Oleh karena itu guru memiliki peranan dan tanggung jawab yang sangat besar
terhadap keberhasilan siswa khususnya pada mata pelajaran Geografi karena apapun yang
dilakukan guru di kelas mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar belajar siswa.
Permasalahan yang sering dihadapi siswa dalam proses pembelajaran yaitu metode
mengajar guru yang monoton dengan metode ceramah, sehingga tidak begitu memacu siswa
untuk lebih kritis dan aktif dalam proses pembelajaran karena dalam proses pembelajaran
seperti ini siswa kebanyakan hanya menerima apa yang diberikan oleh guru, sehingga inspirasi
dan pendapat siswa tidak diungkapkan oleh siswa karena tidak adanya kesempatan untuk
menyampaikannya. Maka dari itu guru dituntut untuk lebih mengikuti perkembangan akan
metode pembelajaran yang lebih menarik dan memotivasi siswa untuk lebih belajar mandiri,
aktif, dan berpikir kritis dalam proses pembelajaran.
Ada banyak masalah yang dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran khususnya
pada mata pelajaran geografi, salah satunya adalah guru bidang studi geografi harus lebih
banyak menguasai maeri pelajaran yang secara langsunga berkaitan dengan lingkungan dan
kehidupan siswa, hal seperti ini sangat jarang dilakukan oleh guru. Sehingga siswa sedikit
mengalami kesulitan dalam memahami materi yang diberikan oleh guru. Secara umum konsep
belajar pada mata pelajaran geografi berorientasi pada aspek spasial/ruang yang ada di muka
bumi ini, jadi secara tidak langsung geografi banyak mempelajari aspek-aspek yang ada
dipermukaan bumi yang meliputi hidrosfer, litosfer, atmosfer dan antroposfer semua aspek ini
hampir setiap hari dijumpai oleh siswa dalam kehidupannya, sehingga apabila guru lebih
kreatif dalam mengaitkan contoh dalam pelajaran dengan lingkungan belajar siswa maka secara
otomatis siswa akan lebih cepat memahami pelajaran yang diberikan oleh guru tersebut.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di SMA Negeri 6 Sigi didapatkan
Permasalahan belajar seperti yang diungkapkan tersebut, hal ini ditunjukan dengan respon
siswa dalam pembelajaran sangat kurang, siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran lebih
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E- Journal Geo- Tadulako UNTAD
7
cenderung diam/pasif, siswa cenderung ramai sendiri dan mengantuk, kemudian hasil belajar
yang didapatkan siswa kurang memuaskan hal ini disebabkan karena guru hanya ,menggunakan
metode pembelajaaran yang monoton yaitu ceramah, sehingga siswa merasa jenuh dalam
proses pembelajaran yang dapat mempengaruhi minat belajar siswa yang kemudian berdampak
pada hasil belajar siswa yang belum maksimal. Hal ini dapat dilihat dari nilai mata pelajaran
geografi yang sebagian besar mendapatkan nilai di bawah 70 yang tidak sesuai dengan kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yang direncanakan guru.
Salah satu metode pembelajaran yang baik untuk diterapkan dalam pembelajaran yang
sesuai dengan pelajaran geografi adalah metode pembelajaran problem solving (Pemecahan
masalah)
yaitu dimana pada metode pembelajaran ini siswa dihadapkan pada masalah –
masalah yang ada di dalam kehidupan manusia dan siswa dituntut untuk memecah
permasalahan tersebut, sehingga proses pembelajaran lebih menarik dan meningkatkan hasil
belajar siswa.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang mengikuti
pembelajaran metode Problem solving (Pemecahan masalah) dengan pembelajaran metode
resitasi (penugasan) pada mata pelajaran geografi siswa kelas X SMA Negeri 6 sigi?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran metode problem
solving (Pemecahan masalah) dengan pembelajaran metode resitasi (penugasan) pada mata
pelajaran geografi di kelas X SMA Negeri 6 Sigi.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: (1) siswa, memberikan
suasana baru dalam pembelajaran sehingga siswa lebih tertarik dalam belajar, dengan
memberikan kesempatan siswa untuk berpikir kritis dan lebih aktif dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas; (2) guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk
menentukan langkah dalam pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran
Geografi; (3) sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sekolah dalam rangka perbaikan
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E- Journal Geo- Tadulako UNTAD
8
pembelajaran; (4) peneliti,meningkatkan
pengetahuan peneliti tentang metode – metode
pembelajaran khususnya metode problem solving.
II.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen kuasi. Penelitian dilaksanakan di SMA
Negeri 6 Sigi yang beralamat di jalan Trans Palu-Napu, Desa Ampera, Kecamatan Palolo.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 1.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di SMA Negeri 6 Sigi yang
berjumlah 257 siswa. Sedangkan yang menjadi Sampel atau subjek penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas X B dan X C. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Purposive Sampling) yaitu dengan melihat
nilai rata-rata kelas yang relatif sama dalam prestasi belajar Geografi. Sampel ditentukan
berdasarkan rekomendasi guru. Kelas X B sebagai kelas eksperimen dan kelas X C sebagai
kelas kontrol.
Jenis data penelitian mencakup data primer yang bersumber langsung dari siswa dan data
sekunder yang bersumber dari guru Geografi di SMA Negeri 6 Sigi dengan teknik
pengumpulan data menggunakan tes hasil belajar. Pengujian hipotesis dilakukan dengan
menggunakan Uji statistic parametric (uji-t dua pihak dengan taraf signifikan α = 0,05)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini adalah hasil data tes akhir dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Setelah masing-masing kelas diberikan perlakuan yang berbeda, yang bertujuan untuk
mengukur hasil belajar siswa.
3.1.1. Analisis Statistik Deskriptif
1.
Data Hasil Tes Akhir (Post Test) Kelas Eksperimen
Nilai yang diperoleh siswa dari tes akhir yang dilakukan terhadap kelas eksperimen
yaitu diperoleh nilai tertinggi = 94, nilai terendah = 35, mean = 70, median= 71 modus = 89,5
dan standar deviasi = 16,804. Berikut rekapitulasi data tes akhir kelas eksperimen dapat dilihat
pada gambar 3.1.
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E- Journal Geo- Tadulako UNTAD
9
11
12
10
8
6
4
2
0
9
7
6
5
2
35-44
45-54
55-64
65-74
75-84
85-94
Frekuensi
Gambar 3.1 Grafik Hasil Tes Akhir Kelas Eksperimen
2.
Data Hasil Tes Akhir (post tes) Kelas Kontrol
Nilai yang diperoleh siswa dari tes akhir yang dilakukan terhadap kelas kontrol yaitu
diperoleh nilai tertinggi = 82, nilai terendah = 24, mean = 53, median= 52 modus = 48,5 dan
standar deviasi = 18,400. Berikut rekapitulasi data tes akhir kelas kontrol dapat dilihat pada
gambar 4.2.
12
10
10
8
7
6
6
6
6
4
3
2
0
24-33
34-43
44-53
54-63
64-73
Frekuensi
Gambar 3.2 Grafik Hasil Tes Akhir Kelas Kontrol
3.1.2. Analisis Statistik Inferensial
1.
Uji Persyaratan Analisis Data
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E- Journal Geo- Tadulako UNTAD
74-83
10
Ujinormalitas dilakukan untuk menguji data hasil tes pemahaman konsep terdistribusi
normal atau tidak. Setelah dilakukan perhitungan diperoleh data uji normalitas tes akhir kelas
eksperimen memiliki Xhitung = 5,75 dan pada kelas kontrol X hitung = 6,35. Kedua kelas memiliki
Xtabel = 7,81, dengan membandingkan harga X hitung dengan harga X tabel ternyata X hitung < Xtabel.
Maka
disimpulkan data tes akhir pada kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi
normal.
Kemudian uji homogenitas dilakukan untuk menguji homogenitas varians data tes hasil
belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan uji Barlet. Hasil uji
homogenitas tes akhir kelas eksperimen dan kontrol tes menunjukkan X hitung = 0,27 dan X tabel
= 3,84. Tampak bahwa Xhitung < Xtabel yang berarti bahwa data hasil belajar kedua kelas yang
dijadikan sampel adalah homogen (sama).
2.
Uji Hipotesis
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara hasil belajar yang diajarkan dengan
metode problem solving dengan metode resitasi maka dilakukan uji t (dua pihak). Berdasarkan
hasil uji-t pada tes akhir (post-tes), diperoleh t hitung = 4,312 dan t table = 2,00 dengan derajat
kebebasan 76. Kriteria penerimaan yakni terima H 0 jika –t(1-0,5α) < t < t(1-0,5α) pada taraf nyata α
= 0,05 dan dk = (n1 + n2 – 2) = 40 + 38 – 2 = 76 dan untuk harga t lainnya H0 di tolak. Dari
tabel distribusi t diperoleh harga t tab.(0,975)(76) = 2,00 sedangkan nilai t hit = 4,312. Hal ini berarti
harga thit berada dilaur daerah penerimaan H0. Sehingga H0 ditolak pada taraf nyata α= 0,05 dan
H1 diterima. Dengan demikian bahwa terdapat perbedaan hasil belajar geografi antara dua
kelas.
3.2. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan hasil belajar siswa melalui
pembelajaran metode problem solving dengan pembelajaran metode resitasi . untuk mengukur
hasil belajar siswa digunakan instrumen dalam bentuk tes, sebelum diberikan tes akhir (post
tes) siswa terlebih dahulu diberikan perlakuan berupa penyajian materi pelajaran dengan
menerapkan metode problem solving pada kelas eksperimen dan metode resitasi pada kelas
kontrol.
Setelah diberikan perlakuan pada kelas eksperimen dan kontrol kemudian dilakukan
tes akhir (post tes) diperoleh hasil analisis data dengan nilai rata – rata siswa kelas eksperimen
70, dan nilai rata – rata yang diperoleh siswa kelas kontrol 53. Ini menunjukkan bahwa hasil tes
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E- Journal Geo- Tadulako UNTAD
11
kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol, dari nilai rata – rata tersebut dapat dilihat
bahwa siswa yang mengikuti pembelajaran metode problem solving lebih menguasai materi
yang diajarkan dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran metode resitasi.
Hasil rata – rata tes akhir (post tes) siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol yang
homogen dan terdistribusi normal dilakukan uji hipotesis dan diperoleh t hitung = 4.31 dan ttabel =
2.00, dengan derajat kebebasan 76. Oleh karena itu t hitung berada diluar penerimaan H0 yaitu –
2.00 dan 2.00, maka H0 ditolak dan H1 diterima pada taraf nyata 0.05. artinya analisa data
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar menggunakan pembelajaran metode
problem solving dengan pembelajaran metode resitasi pokok bahasan Atmosfer pada siswa
kelas X SMA Negeri 6 Sigi
Adanya perbedaan hasil belajar geografi tersebut disebabkan oleh perbedaan metode
pembelajaran yang digunakan. Metode pembelajaran itu adalah metode problem solving untuk
kelas eksperimen dan metode resitasi untuk kelas kontrol. Pada metode problem solving ini
dapat menghidupkan suasana belajar karena siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran,
siswa diberikan tugas dalam bentuk permasalahan mengenai materi atmosfer yang disusun
dalam lembar kerja siswa (LKS), siswa dibagi kedalam beberapa kelompok untuk mengerjakan
masalah yang terdapat pada LKS, ,masing – masing anggota kelompok mempunyai peranan
dan tanggung jawab dalam pemecahan masalah tersebut, seperti ada yang mencatat,
mengumpulkan data, menyampaikan ide dan solusi untuk masalah tersebut, di sinilah dapat
dilihat bahwa adanya semangat dan peran aktif dari siswa untuk menyelesaikan masalah yang
diberikan oleh guru. Selain itu dengan menggunakan metode problem solving dalam
pembelajaran dapat menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna yang dapat meningkatkan
pemahaman konsep dan mengembangkan keterampilan berpikir siswa dalam proses pemecahan
masalah yang diberikan. Dalam proses belajar mengajar siswa dihadapkan pada masalah –
masalah yang ada hubungannya dengan materi, kemudian siswa dibantu untuk mengungkapkan
pendapatnyanya secara jelas mengenai permasalahan yang diberikan. Dalam metode problem
solving, siswa lebih banyak belajar dalam kelompok – kelompok yang bentuk, sehingga siswa
dapat belajar secara mandiri dan kooperatif bersama dengan teman kelompoknya dan
menghargai pendapat orang lain, dalam kelompok diberikan tugas masing – masing bagi
anggota kelompok, sehingga semua anggota kelompok dapat mengerjakan masalah yang
diberikan.
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E- Journal Geo- Tadulako UNTAD
12
Sedangkan pada pembelajaran metode resitasi, siswa belajar secara mandiri dengan
diberikan tugas – tugas berupa soal yang tersedia dibuku dan siswa diminta untuk membuat
resume mengenai materi yang dikerjakan. Pada pembelajaran metode resitasi tidak mengalami
perubahan belajar, dimana siswa hanya fokus dengan tugas yang diberikan, sehingga tidak
dapat mengembangkan pendapat dan pola pikir kritis dalam pembelajaran, hal ini berdampak
pada pola belajar siswa yang cenderung mencatat tanpa memahami materi – materi dan tugas –
tugas yang diberikan oleh guru. Didapatkan beberapa siswa yang hanya menyalin tugas dari
teman yang telah selesai mengerjakan, ini menunjukkan bahwa siswa tidak mau berusaha
secara mandiri untuk belajar dan mencari jawaban dari tugas – tugas yang diberikan.
Jadi, dalam hal ini memberikan informasi bahwa metode problem solving sangat baik
digunakan dalam pembelajaran, secara khusus pembelajaran geografi yang banyak mempelajari
tentang alam yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari – hari, sehingga membuat pelajaran
lebih bermakna dan menigkatkan hasil belajar. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi
Guru, bahwa dalam proses belajar mengajar guru harus terus berupaya menerapkan berbagai
metode yang dapat mengaktifkan siswa sehingga tujuan pembelajaran, khususnya pembelajaran
geografi dapat mencapai hasil yang memuaskan.
IV. Kesimpulan dan Saran
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisa data maka diambil kesimpulan bahwa,
terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang mengikuti pembelajaran metode problem
solving dengan siswa yang mengikuti pembelajaran metode resitasi. Hal ini dapat dilihat dari
skor rata – rata hasil belajar geografi siswa yang mengikuti pembelajaran metode problem
solving lebih tinggi yaitu 70 dibanding siswa yang mengikuti pembelajaran metode resitasi
yaitu 53, dan hasil hipotesis dimana t hitung = 4,312 sedangkan t tabel = 2,00. Dengan demikian
kriteria penerimaan H0 jika -2,00 < t < 2,00 dan tolak H0 dalam hal lainnya. Dengan demikian
H0 ditolak dalam taraf nyata (α = 0,05 dan dk = 76). Sehingga pasangan hipotesis alternative H1
diterima.
4.2. Saran
Saran-saran darihasil penelitian ini yang dapat dipertimbangkan, yaitu sebagai
berikut: (1) metode pembelajaran Problem Solving dapat dijadikan alternatif untuk memvariasi
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E- Journal Geo- Tadulako UNTAD
13
metdoe pembelajaran. Sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan membuat
pembelajaran lebih bermakna; (2) perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
keefektifan pembelajaran dengan metode problem solving dan metode resitasi.
V. Daftar pustaka
Arikunto,S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sudjana Nana. (2013). Dasar – dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo
Sukmadinata, N, S. (2009). Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E- Journal Geo- Tadulako UNTAD
14
Lampiran 1
Peta Lokasi Penelitian
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E- Journal Geo- Tadulako UNTAD
(PEMECAHAN MASALAH) DENGAN PEMBELAJARAN METODE
RESITASI (PENUGASAN) TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATA
PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 6 SIGI
DONA ALBERTO
A 351 10 041
JURNAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN 2015
2
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
: Perbandingan Pembelajaran Metode Problem solving (Pemecahan masalah)
Judul
dengan Pembelajaran Metode Resitasi (penugasan) Terhadap Hasil Belajar
pada Mata Pelajaran Geografi Siswa Kelas X di SMA Negeri 6 Sigi
Penulis
: Dona Alberto
No. Stambuk
: A 351 10 041
Telah diperikasa dan disetujui untuk diterbitkan
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Anthonius Palimbong, M.Pd
Ika Listiqowati, S.Pd., M.Pd
Nip.19571002 198403 1 002
NIDN. 0902038606
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan IPS FKIP
Koordinator Program Studi
Pendidikan Geografi
Drs. Charles Kapile, M.Hum
Widyastuti, S.Si., M.Si
Nip. 19640104 199203 1 004
Nip. 19760505 200801 2 039
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E- Journal Geo- Tadulako UNTAD
3
ABSTRACT
Dona, Alberto.2015. The Comparison Between Problem Solving Learning Method (Problem
Solving) And Recitation Learning Method (Assigment) On Students Learning Outcomes In
Geography Subject Of Grade X At SMA Negeri 6 Sigi. Skripsi. Geography Education Study
Program. Social Education Department. Tadulako University. First Supervisor is Anthonius
Palimbong, and Second supervisor is Ika Listiqowati
The problem faced by SMA Negeri 6 Sigi was the implementation of the learning
method was monotonously, while the learning concept of geography is learning the natural
phenomenon in students’ environtment, it implied to the student learning outcomes that is not
maximum yet. This research was intended to know the difference the learning outcomes
between student who follow the problem solving learning method and student who follow
recitation method. Samples of this research were grade XB and XC students of SMA Negeri 6
Sigi. The sampling technique was purposive sampling. The research design was posttest only
control group design. The instrument in this research was learning outcome test and
observation sheet. The result of data analisys was learning outcomes of geography subject, in
experimental group got average value = 70 and control group average value = 53. According
to testing hypothesis, it is obtained the tcounted = 4.312, while for the ttable = 2.00. it means the
testing hypothesis is out of the H0 acceptance criteria. H0 is accepted if – 2.00 < t < 2.00 and
rejected on the other hand. It is obviously if tcounted = 4.312 is out of the H0. So H0 is rejected in
real level α = 0.05 with df = 40+38-2 = 76. So H1 accepted. This is showed if there is deffernce
the learning outcomes between students who followed problem solving learning method with
student who followed recitation learning method
Keyword: problem solving method, recitation, geography learning outcome.
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E- Journal Geo- Tadulako UNTAD
4
ABSTRAK
Dona, Alberto. 2015. Perbandingan Pembelajaran Metode Problem Solving (Pemecahan
Masalah) dengan Pembelajaran Metode Resitasi (Penugasan) Terhadap Hasil Belajar Siswa
pada Mata Pelajaran Geografi Kelas X di SMA Negeri 6 Sigi. Skripsi. Program Studi
Pendidikan Geografi. Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. FKIP Universitas
Tadulako. Pembimbing I Anthonius Palimbong, dan Pembimbing II Ika Listiqowati
Permasalahan yang dihadapi di SMA Negeri 6 Sigi adalah penerapan metode
pembelajaran yang monoton yaitu metode ceramah pada setiap pembelajaran geografi,
sedangkan konsep belajar geografi banyak mempelajari fenomena - fenomena alam yang ada
di sekitar siswa, hal ini berakibat pada hasil belajar siswa yang belum maksimum. Penelitian
bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa yang mengikuti pembelajaran
metode problem solving dan pembelajaran metode resitasi. Sampel dalam penelitian ini adalah
siswa kelas XB dan XC SMA Negeri 6 Sigi. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive
sampling. Desain penelitian yang digunakan adalah posttes only control group design.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar dan lembar observasi.
Hasil analisa data yang diperoleh adalah hasil belajar geografi, pada kelas eksperimen dengan
nilai rata – rata = 70 dan kelas kontrol dengan nilai rata – rata = 53. Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis diperoleh t hitung = 4,312, sedangkan untuk t tabel = 2,00. Hal ini berarti bahwa
hasil pengujian hipotesis berada diluar kriteria penerimaan H 0. Terima H0 jika -2,00 < t < 2,00
dan tolak H0 dalam hal lainnya. Jelas bahwa t hit = 4,312 berada diluar daerah H0. Jadi dengan
demikian H0 ditolak dalam taraf nyata α= 0,05 dengan dk =40+38-2= 76. Sehingga H1 diterima.
Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang mengikuti
pembelajaran metode problem solving dengan siswa yang mengikuti pembelajaran metode
resitasi
Kata kunci: Metode problem solving, resitasi, hasil belajar geografi
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E- Journal Geo- Tadulako UNTAD
5
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran atau pelatihan agar siswa secara aktif dapat mengembangkan potensi
dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat. Dalam Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
(Pasal 3), disebutkan bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan
yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu
menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan harus
menyentuh potensi nurani maupun potensi kompetensi peserta didik. Konsep pendidikan
tersebut terasa semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan
dunia kerja.
Keberhasilan proses pembelajaran dalam lembaga pendidikan dapat dilihat dari hasil
belajar yang dicapai oleh siswa. Keberhasilan pembelajaran di sekolah akan terwujud melalui
keberhasilan dalam proses belajar siswanya. Keberhasilan siswa dalam belajar dapat
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Menurut Slameto (2003 :
54 – 72) faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi digolongkan menjadi dua yaitu faktor
internal dan faktor eksternal peserta didik. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri
individu yang sedang belajar, faktor internal terdiri dari (1). Faktor jasmaniah (kesehatan dan
cacat tubuh), (2). Faktor psikologis (inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan
kesiapan), (3). Faktor kelelahan). Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar individu.
Faktor eksternal terdiri dari (1). Faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antara anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang
kebudayaan), (2). Faktor sekolah (metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa,
disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar belajar di atas ukuran, keadaan gedung,
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E- Journal Geo- Tadulako UNTAD
6
metode belajar dan tugas rumah), (3). Faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat,
media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
Faktor dari dalam maupun dari luar individu tersebut dapat mendukung keberhasilan
pembelajaran tetapi dapat pula menimbulkan hambatan keberhasilan pembelajaran. Hambatanhambatan dalam pembelajaran berakibat pada hasil belajar siswa yang tidak sesuai dengan yang
diharapkan, hal ini dapat terjadi salah satunya karena metode yang digunakan oleh guru dalam
pembelajaran. Oleh karena itu guru memiliki peranan dan tanggung jawab yang sangat besar
terhadap keberhasilan siswa khususnya pada mata pelajaran Geografi karena apapun yang
dilakukan guru di kelas mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar belajar siswa.
Permasalahan yang sering dihadapi siswa dalam proses pembelajaran yaitu metode
mengajar guru yang monoton dengan metode ceramah, sehingga tidak begitu memacu siswa
untuk lebih kritis dan aktif dalam proses pembelajaran karena dalam proses pembelajaran
seperti ini siswa kebanyakan hanya menerima apa yang diberikan oleh guru, sehingga inspirasi
dan pendapat siswa tidak diungkapkan oleh siswa karena tidak adanya kesempatan untuk
menyampaikannya. Maka dari itu guru dituntut untuk lebih mengikuti perkembangan akan
metode pembelajaran yang lebih menarik dan memotivasi siswa untuk lebih belajar mandiri,
aktif, dan berpikir kritis dalam proses pembelajaran.
Ada banyak masalah yang dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran khususnya
pada mata pelajaran geografi, salah satunya adalah guru bidang studi geografi harus lebih
banyak menguasai maeri pelajaran yang secara langsunga berkaitan dengan lingkungan dan
kehidupan siswa, hal seperti ini sangat jarang dilakukan oleh guru. Sehingga siswa sedikit
mengalami kesulitan dalam memahami materi yang diberikan oleh guru. Secara umum konsep
belajar pada mata pelajaran geografi berorientasi pada aspek spasial/ruang yang ada di muka
bumi ini, jadi secara tidak langsung geografi banyak mempelajari aspek-aspek yang ada
dipermukaan bumi yang meliputi hidrosfer, litosfer, atmosfer dan antroposfer semua aspek ini
hampir setiap hari dijumpai oleh siswa dalam kehidupannya, sehingga apabila guru lebih
kreatif dalam mengaitkan contoh dalam pelajaran dengan lingkungan belajar siswa maka secara
otomatis siswa akan lebih cepat memahami pelajaran yang diberikan oleh guru tersebut.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di SMA Negeri 6 Sigi didapatkan
Permasalahan belajar seperti yang diungkapkan tersebut, hal ini ditunjukan dengan respon
siswa dalam pembelajaran sangat kurang, siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran lebih
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E- Journal Geo- Tadulako UNTAD
7
cenderung diam/pasif, siswa cenderung ramai sendiri dan mengantuk, kemudian hasil belajar
yang didapatkan siswa kurang memuaskan hal ini disebabkan karena guru hanya ,menggunakan
metode pembelajaaran yang monoton yaitu ceramah, sehingga siswa merasa jenuh dalam
proses pembelajaran yang dapat mempengaruhi minat belajar siswa yang kemudian berdampak
pada hasil belajar siswa yang belum maksimal. Hal ini dapat dilihat dari nilai mata pelajaran
geografi yang sebagian besar mendapatkan nilai di bawah 70 yang tidak sesuai dengan kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yang direncanakan guru.
Salah satu metode pembelajaran yang baik untuk diterapkan dalam pembelajaran yang
sesuai dengan pelajaran geografi adalah metode pembelajaran problem solving (Pemecahan
masalah)
yaitu dimana pada metode pembelajaran ini siswa dihadapkan pada masalah –
masalah yang ada di dalam kehidupan manusia dan siswa dituntut untuk memecah
permasalahan tersebut, sehingga proses pembelajaran lebih menarik dan meningkatkan hasil
belajar siswa.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang mengikuti
pembelajaran metode Problem solving (Pemecahan masalah) dengan pembelajaran metode
resitasi (penugasan) pada mata pelajaran geografi siswa kelas X SMA Negeri 6 sigi?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran metode problem
solving (Pemecahan masalah) dengan pembelajaran metode resitasi (penugasan) pada mata
pelajaran geografi di kelas X SMA Negeri 6 Sigi.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: (1) siswa, memberikan
suasana baru dalam pembelajaran sehingga siswa lebih tertarik dalam belajar, dengan
memberikan kesempatan siswa untuk berpikir kritis dan lebih aktif dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas; (2) guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk
menentukan langkah dalam pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran
Geografi; (3) sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sekolah dalam rangka perbaikan
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E- Journal Geo- Tadulako UNTAD
8
pembelajaran; (4) peneliti,meningkatkan
pengetahuan peneliti tentang metode – metode
pembelajaran khususnya metode problem solving.
II.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen kuasi. Penelitian dilaksanakan di SMA
Negeri 6 Sigi yang beralamat di jalan Trans Palu-Napu, Desa Ampera, Kecamatan Palolo.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 1.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di SMA Negeri 6 Sigi yang
berjumlah 257 siswa. Sedangkan yang menjadi Sampel atau subjek penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas X B dan X C. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Purposive Sampling) yaitu dengan melihat
nilai rata-rata kelas yang relatif sama dalam prestasi belajar Geografi. Sampel ditentukan
berdasarkan rekomendasi guru. Kelas X B sebagai kelas eksperimen dan kelas X C sebagai
kelas kontrol.
Jenis data penelitian mencakup data primer yang bersumber langsung dari siswa dan data
sekunder yang bersumber dari guru Geografi di SMA Negeri 6 Sigi dengan teknik
pengumpulan data menggunakan tes hasil belajar. Pengujian hipotesis dilakukan dengan
menggunakan Uji statistic parametric (uji-t dua pihak dengan taraf signifikan α = 0,05)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini adalah hasil data tes akhir dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Setelah masing-masing kelas diberikan perlakuan yang berbeda, yang bertujuan untuk
mengukur hasil belajar siswa.
3.1.1. Analisis Statistik Deskriptif
1.
Data Hasil Tes Akhir (Post Test) Kelas Eksperimen
Nilai yang diperoleh siswa dari tes akhir yang dilakukan terhadap kelas eksperimen
yaitu diperoleh nilai tertinggi = 94, nilai terendah = 35, mean = 70, median= 71 modus = 89,5
dan standar deviasi = 16,804. Berikut rekapitulasi data tes akhir kelas eksperimen dapat dilihat
pada gambar 3.1.
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E- Journal Geo- Tadulako UNTAD
9
11
12
10
8
6
4
2
0
9
7
6
5
2
35-44
45-54
55-64
65-74
75-84
85-94
Frekuensi
Gambar 3.1 Grafik Hasil Tes Akhir Kelas Eksperimen
2.
Data Hasil Tes Akhir (post tes) Kelas Kontrol
Nilai yang diperoleh siswa dari tes akhir yang dilakukan terhadap kelas kontrol yaitu
diperoleh nilai tertinggi = 82, nilai terendah = 24, mean = 53, median= 52 modus = 48,5 dan
standar deviasi = 18,400. Berikut rekapitulasi data tes akhir kelas kontrol dapat dilihat pada
gambar 4.2.
12
10
10
8
7
6
6
6
6
4
3
2
0
24-33
34-43
44-53
54-63
64-73
Frekuensi
Gambar 3.2 Grafik Hasil Tes Akhir Kelas Kontrol
3.1.2. Analisis Statistik Inferensial
1.
Uji Persyaratan Analisis Data
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E- Journal Geo- Tadulako UNTAD
74-83
10
Ujinormalitas dilakukan untuk menguji data hasil tes pemahaman konsep terdistribusi
normal atau tidak. Setelah dilakukan perhitungan diperoleh data uji normalitas tes akhir kelas
eksperimen memiliki Xhitung = 5,75 dan pada kelas kontrol X hitung = 6,35. Kedua kelas memiliki
Xtabel = 7,81, dengan membandingkan harga X hitung dengan harga X tabel ternyata X hitung < Xtabel.
Maka
disimpulkan data tes akhir pada kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi
normal.
Kemudian uji homogenitas dilakukan untuk menguji homogenitas varians data tes hasil
belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan uji Barlet. Hasil uji
homogenitas tes akhir kelas eksperimen dan kontrol tes menunjukkan X hitung = 0,27 dan X tabel
= 3,84. Tampak bahwa Xhitung < Xtabel yang berarti bahwa data hasil belajar kedua kelas yang
dijadikan sampel adalah homogen (sama).
2.
Uji Hipotesis
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara hasil belajar yang diajarkan dengan
metode problem solving dengan metode resitasi maka dilakukan uji t (dua pihak). Berdasarkan
hasil uji-t pada tes akhir (post-tes), diperoleh t hitung = 4,312 dan t table = 2,00 dengan derajat
kebebasan 76. Kriteria penerimaan yakni terima H 0 jika –t(1-0,5α) < t < t(1-0,5α) pada taraf nyata α
= 0,05 dan dk = (n1 + n2 – 2) = 40 + 38 – 2 = 76 dan untuk harga t lainnya H0 di tolak. Dari
tabel distribusi t diperoleh harga t tab.(0,975)(76) = 2,00 sedangkan nilai t hit = 4,312. Hal ini berarti
harga thit berada dilaur daerah penerimaan H0. Sehingga H0 ditolak pada taraf nyata α= 0,05 dan
H1 diterima. Dengan demikian bahwa terdapat perbedaan hasil belajar geografi antara dua
kelas.
3.2. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan hasil belajar siswa melalui
pembelajaran metode problem solving dengan pembelajaran metode resitasi . untuk mengukur
hasil belajar siswa digunakan instrumen dalam bentuk tes, sebelum diberikan tes akhir (post
tes) siswa terlebih dahulu diberikan perlakuan berupa penyajian materi pelajaran dengan
menerapkan metode problem solving pada kelas eksperimen dan metode resitasi pada kelas
kontrol.
Setelah diberikan perlakuan pada kelas eksperimen dan kontrol kemudian dilakukan
tes akhir (post tes) diperoleh hasil analisis data dengan nilai rata – rata siswa kelas eksperimen
70, dan nilai rata – rata yang diperoleh siswa kelas kontrol 53. Ini menunjukkan bahwa hasil tes
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E- Journal Geo- Tadulako UNTAD
11
kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol, dari nilai rata – rata tersebut dapat dilihat
bahwa siswa yang mengikuti pembelajaran metode problem solving lebih menguasai materi
yang diajarkan dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran metode resitasi.
Hasil rata – rata tes akhir (post tes) siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol yang
homogen dan terdistribusi normal dilakukan uji hipotesis dan diperoleh t hitung = 4.31 dan ttabel =
2.00, dengan derajat kebebasan 76. Oleh karena itu t hitung berada diluar penerimaan H0 yaitu –
2.00 dan 2.00, maka H0 ditolak dan H1 diterima pada taraf nyata 0.05. artinya analisa data
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar menggunakan pembelajaran metode
problem solving dengan pembelajaran metode resitasi pokok bahasan Atmosfer pada siswa
kelas X SMA Negeri 6 Sigi
Adanya perbedaan hasil belajar geografi tersebut disebabkan oleh perbedaan metode
pembelajaran yang digunakan. Metode pembelajaran itu adalah metode problem solving untuk
kelas eksperimen dan metode resitasi untuk kelas kontrol. Pada metode problem solving ini
dapat menghidupkan suasana belajar karena siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran,
siswa diberikan tugas dalam bentuk permasalahan mengenai materi atmosfer yang disusun
dalam lembar kerja siswa (LKS), siswa dibagi kedalam beberapa kelompok untuk mengerjakan
masalah yang terdapat pada LKS, ,masing – masing anggota kelompok mempunyai peranan
dan tanggung jawab dalam pemecahan masalah tersebut, seperti ada yang mencatat,
mengumpulkan data, menyampaikan ide dan solusi untuk masalah tersebut, di sinilah dapat
dilihat bahwa adanya semangat dan peran aktif dari siswa untuk menyelesaikan masalah yang
diberikan oleh guru. Selain itu dengan menggunakan metode problem solving dalam
pembelajaran dapat menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna yang dapat meningkatkan
pemahaman konsep dan mengembangkan keterampilan berpikir siswa dalam proses pemecahan
masalah yang diberikan. Dalam proses belajar mengajar siswa dihadapkan pada masalah –
masalah yang ada hubungannya dengan materi, kemudian siswa dibantu untuk mengungkapkan
pendapatnyanya secara jelas mengenai permasalahan yang diberikan. Dalam metode problem
solving, siswa lebih banyak belajar dalam kelompok – kelompok yang bentuk, sehingga siswa
dapat belajar secara mandiri dan kooperatif bersama dengan teman kelompoknya dan
menghargai pendapat orang lain, dalam kelompok diberikan tugas masing – masing bagi
anggota kelompok, sehingga semua anggota kelompok dapat mengerjakan masalah yang
diberikan.
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E- Journal Geo- Tadulako UNTAD
12
Sedangkan pada pembelajaran metode resitasi, siswa belajar secara mandiri dengan
diberikan tugas – tugas berupa soal yang tersedia dibuku dan siswa diminta untuk membuat
resume mengenai materi yang dikerjakan. Pada pembelajaran metode resitasi tidak mengalami
perubahan belajar, dimana siswa hanya fokus dengan tugas yang diberikan, sehingga tidak
dapat mengembangkan pendapat dan pola pikir kritis dalam pembelajaran, hal ini berdampak
pada pola belajar siswa yang cenderung mencatat tanpa memahami materi – materi dan tugas –
tugas yang diberikan oleh guru. Didapatkan beberapa siswa yang hanya menyalin tugas dari
teman yang telah selesai mengerjakan, ini menunjukkan bahwa siswa tidak mau berusaha
secara mandiri untuk belajar dan mencari jawaban dari tugas – tugas yang diberikan.
Jadi, dalam hal ini memberikan informasi bahwa metode problem solving sangat baik
digunakan dalam pembelajaran, secara khusus pembelajaran geografi yang banyak mempelajari
tentang alam yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari – hari, sehingga membuat pelajaran
lebih bermakna dan menigkatkan hasil belajar. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi
Guru, bahwa dalam proses belajar mengajar guru harus terus berupaya menerapkan berbagai
metode yang dapat mengaktifkan siswa sehingga tujuan pembelajaran, khususnya pembelajaran
geografi dapat mencapai hasil yang memuaskan.
IV. Kesimpulan dan Saran
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisa data maka diambil kesimpulan bahwa,
terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang mengikuti pembelajaran metode problem
solving dengan siswa yang mengikuti pembelajaran metode resitasi. Hal ini dapat dilihat dari
skor rata – rata hasil belajar geografi siswa yang mengikuti pembelajaran metode problem
solving lebih tinggi yaitu 70 dibanding siswa yang mengikuti pembelajaran metode resitasi
yaitu 53, dan hasil hipotesis dimana t hitung = 4,312 sedangkan t tabel = 2,00. Dengan demikian
kriteria penerimaan H0 jika -2,00 < t < 2,00 dan tolak H0 dalam hal lainnya. Dengan demikian
H0 ditolak dalam taraf nyata (α = 0,05 dan dk = 76). Sehingga pasangan hipotesis alternative H1
diterima.
4.2. Saran
Saran-saran darihasil penelitian ini yang dapat dipertimbangkan, yaitu sebagai
berikut: (1) metode pembelajaran Problem Solving dapat dijadikan alternatif untuk memvariasi
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E- Journal Geo- Tadulako UNTAD
13
metdoe pembelajaran. Sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan membuat
pembelajaran lebih bermakna; (2) perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
keefektifan pembelajaran dengan metode problem solving dan metode resitasi.
V. Daftar pustaka
Arikunto,S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sudjana Nana. (2013). Dasar – dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo
Sukmadinata, N, S. (2009). Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E- Journal Geo- Tadulako UNTAD
14
Lampiran 1
Peta Lokasi Penelitian
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi. P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E- Journal Geo- Tadulako UNTAD