Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anggaran Belanja Pemeliharaan SKPD pada Pemerintah Kota Tebing Tinggi Chapter III VI

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1

Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah gambaran keterkaitan variabel-variabel yang akan

diteliti yaitu variabel independen dan variabel dependen. Berdasarkan rumusan
masalah dan landasan teori, maka kerangka konsep yang akan diteliti ditunjukkan
pada Gambar 3.1.
Variabel Independen

Variabel Dependen

Realisasi Belanja
Modal
(X1)
Nilai Buku Aset
Tetap
(X2)


Anggaran Belanja
Pemeliharaan
(Y)

Realisasi Belanja
Pemeliharaan
(X3)

Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Pada kerangka konsep di atas terdapat tiga variabel independen yaitu
Realisasi Belanja Modal (X1), Nilai Buku Aset Tetap (X2), dan Realisasi Belanja
Pemeliharaan (X3) yang diduga akan mempengaruhi Anggaran Belanja
Pemeliharaan (Y) sebagai variabel dependen. Kerangka konsep menggambarkan
pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Berdasarkan
33

Universitas Sumatera Utara

34


teori dan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dapat diprediksi pengaruh
antar variabel dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Pengaruh

Realisasi

Belanja

Modal

terhadap

Anggaran

Belanja

Pemeliharaan
Belanja modal adalah pos anggaran yang menampung alokasi untuk
mengadakan/memperoleh suatu aset tetap dan kapitalisasi aset tetap. Dalam

perencanaan

jangka

panjang,

setiap

pengadaan

aset

tetap

harus

mempertimbangkan fungsi aset tetap tersebut selama masa manfaatnya. Aset
tetap merupakan aset berwujud yang usianya lebih dari satu tahun dan untuk
mempertahankan agar aset tetap tersebut dapat berfungsi dengan baik, wajib
dianggarkan belanja pemeliharaannya setiap tahun selama masa manfaatnya.

Diduga, semakin besar realisasi belanja modal maka pemerintah daerah harus
meningkatkan anggaran belanja pemeliharaan untuk dapat mempertahankan
aset tetap sebagai hasil dari realisasi belanja modal tersebut dalam kondisi
baik dan dapat dipergunakan. Dengan demikian, realisasi belanja modal
berpengaruh positif terhadap anggaran belanja pemeliharaan.
2. Pengaruh

Nilai

Buku

Aset

Tetap

terhadap

Anggaran

Belanja


Pemeliharaan
Nilai buku aset tetap menjadi acuan dalam mengalokasikan belanja
pemeliharaan aset tetap setiap tahunnya. Nilai buku aset tetap bertambah
karena adanya realisasi belanja modal atau perolehan aset tetap yang sah
lainnya namun di sisi lain pengurangan nilai buku aset tetap juga terjadi setiap
tahun oleh karena adanya penyusutan. Dalam menyusun anggaran belanja
pemeliharaan, nilai buku aset tetap sangat penting untuk dipertimbangkan

Universitas Sumatera Utara

35

mengingat nilai buku aset tetap merupakan nilai sisa manfaat suatu aset tetap.
Selain itu, penyajian nilai buku aset tetap di LKPD juga disandingkan dengan
kondisi aset tetap tersebut sehingga dengan melihat nilai buku dan kondisi
suatu aset tetap dapat ditentukan biaya pemeliharaan yang harus dialokasikan.
Namun bukan hanya aset tetap yang kondisinya kurang baik atau rusak yang
harus dianggarkan pemeliharaannya, melainkan seluruh aset tetap termasuk
yang baru diperoleh sebagai hasil realisasi belanja modal. Diduga semakin

besar nilai buku aset tetap maka anggaran belanja pemeliharaan akan semakin
besar. Dengan demikian, nilai buku aset tetap berpengaruh positif terhadap
anggaran belanja pemeliharaan.
3. Pengaruh Realisasi Belanja Pemeliharaan terhadap Anggaran Belanja
Pemeliharaan
Belanja pemeliharaan yang dianggarkan dan direalisasikan setiap tahun adalah
pemeliharaan rutin. Meskipun termasuk pemeliharaan rutin, penyusunan
anggaran belanja pemeliharaan suatu aset tetap setiap tahunnya harus
mempertimbangkan nilai dan kondisi suatu aset tetap di lapangan sehingga
dapat ditentukan berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk pemeliharaan aset
tetap tersebut. Selama aset tetap masih dapat dipergunakan jika dipelihara
dalam batas tertentu (tidak melebihi nilai perolehannya), sudah sewajarnya
pemerintah daerah mengalokasikan biaya pemeliharaannya. Realisasi belanja
pemeliharaan di tahun anggaran berjalan seharusnya menjadi bahan
pertimbangan dalam menentukan anggaran belanja pemeliharaan tahun
mendatang untuk menghindari alokasi pembebanan anggaran yang berulang
untuk suatu aset tetap dari tahun ke tahun. Jika pengecekan kondisi aset tetap

Universitas Sumatera Utara


36

di lapangan benar dilakukan dan dilaporkan dalam LKPD, realisasi belanja
pemeliharaan untuk aset tetap yang sama, tidak mungkin sama besar setiap
tahunnya

kecuali

untuk

jenis

pemeliharaan

rutin

tertentu.

Seiring


bertambahnya tahun, sudah sewajarnya aset tetap membutuhkan biaya
pemeliharaan yang semakin besar karena adanya penurunan nilai dan fungsi
aset tetap tersebut. Selain itu, adanya penambahan aset tetap juga seharusnya
menambah anggaran belanja pemeliharaan setiap tahunnya. Oleh karena itu,
dengan mempertimbangkan adanya pertambahan waktu, peneliti menduga
bahwa anggaran belanja pemeliharaan akan semakin besar dari tahun ke tahun.
Dengan demikian, realisasi belanja pemeliharaan berpengaruh positif terhadap
anggaran belanja pemeliharaan.
3.2

Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang

akan diuji kebenarannya melalui analisis data yang relevan. Berdasarkan rumusan
masalah, landasan teori, hasil penelitian terdahulu, dan kerangka konsep, maka
peneliti merumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
Realisasi belanja modal, nilai buku aset tetap, dan realisasi belanja
pemeliharaan berpengaruh positif secara simultan dan parsial terhadap
anggaran belanja pemeliharaan SKPD pada Pemerintah Kota Tebing Tinggi.


Universitas Sumatera Utara

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1

Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kausal yang bertujuan

untuk melihat hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Penelitian
ini mengidentifikasi pengaruh variabel-variabel independen yaitu realisasi belanja
modal, nilai buku aset tetap, dan realisasi belanja pemeliharaan terhadap anggaran
belanja pemeliharaan SKPD pada Pemerintah Kota Tebing Tinggi sebagai
variabel dependen dengan cara menganalisis dan menguji data kuantitatif.
Penelitian ini juga termasuk penelitian sensus karena seluruh anggota populasi
digunakan sebagai sampel penelitian.
4.2

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lingkungan Pemerintah Kota Tebing Tinggi,

Sumatera Utara. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai sejak bulan Desember
2015 sampai dengan Juni 2016, rincian jadwal penelitian dapat dilihat pada
Lampiran 1.
4.3

Populasi dan Sampel
Populasi sasaran dari penelitian ini adalah seluruh SKPD pada Pemerintah

Kota Tebing Tinggi yang datanya lengkap dan telah diaudit oleh BPK-RI.
Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik sampling jenuh (sensus) karena
seluruh anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2011). Hal ini
dilakukan karena jumlah anggota populasi kecil yaitu 28 SKPD dan peneliti ingin

37

Universitas Sumatera Utara

38


membuat generalisasi dengan tingkat kesalahan yang kecil. Daftar sampel
penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1.
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
4.4

Tabel 4.1 Daftar Sampel Penelitian
Nama SKPD
Sekretariat DPRD
Sekretariat Daerah
Dinas Pendidikan
Dinas Kesehatan
Dinas Pekerjaan Umum
Dinas Pendapatan
Dinas Pertanian
Dinas Perhubungan
Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Dinas Sosial dan Tenaga Kerja
Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Perindustrian dan
Perdagangan
Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata
Inspektorat
RSU Dr. H. Kumpulan Pane
Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan
Badan Pemberdayaan Masyarakatdan Pemerintahan Kelurahan
Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi
Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu
Kantor Ketahanan Pangan
Kantor Satuan Polisi Pamong Praja
Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
Kantor Camat Rambutan
Kantor Camat Padang Hulu
Kantor Camat Padang Hilir
Kantor Camat Tebing Tinggi Kota
Kantor Camat Bajenis
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi

dengan menggunakan data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan secara rutin
oleh instansi tertentu yang kemudian digunakan oleh peneliti (Lubis, 2012). Jenis
data yang diteliti adalah data panel, kombinasi antara data time series dan cross
section. Data untuk penelitian ini diperoleh dari Bagian Administrasi Keuangan

Universitas Sumatera Utara

39

Sekretariat Daerah yang menghimpun seluruh dokumen anggaran dan Laporan
Keuangan SKPD se-Kota Tebing Tinggi. Secara spesifik, data sekunder yang
digunakan yaitu:
1. Laporan Keuangan SKPD (untuk tahun 2013-2014 setelah diaudit oleh BPK):
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) tahun anggaran 2013-2015
b. Neraca tahun anggaran 2013-2015
2. Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran (DPPA-SKPD) yang telah
ditetapkan dengan peraturan daerah dan peraturan kepala daerah untuk tahun
anggaran 2014-2015
3. Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA-SKPD) yang telah ditetapkan dengan
peraturan daerah dan peraturan kepala daerah untuk tahun anggaran 2016
Pemerintah Kota Tebing Tinggi menerapkan penyusutan aset tetap sejak
tahun 2013 sehingga data yang digunakan untuk penelitian ini adalah Laporan
Keuangan SKPD sejak tahun 2013 serta dokumen anggaran SKPD sejak tahun
2014. Oleh karena itu, data yang dapat digunakan untuk penelitian ini hanya
tersedia selama tiga tahun sehingga jumlah observasi menjadi 28 SKPD x 3 tahun
observasi = 84 observasi.
4.5

Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk

apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014).
Berdasarkan hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain, maka
variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen dan
variabel dependen dengan menggunakan skala pengukuran rasio.

Universitas Sumatera Utara

40

4.5.1 Variabel Independen (X)
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Realisasi belanja modal (X1) merupakan realisasi pengeluaran yang digunakan
dalam rangka pembelian/pengadaan/pembangunan aset tetap berwujud dan
pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap yang memperpanjang
masa manfaat atau yang kemungkinan besar menambah manfaat ekonomis di
masa yang akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu produksi, atau
peningkatan standar kinerja yang nilainya ditambahkan/dikapitalisasi pada
nilai buku aset yang bersangkutan. Variabel ini diukur dengan cara
menghitung jumlah realisasi belanja modal dalam LRA SKPD tahun anggaran
2013-2015 dengan skala pengukuran rasio.
2. Nilai buku aset tetap (X2) merupakan nilai perolehan aset tetap setelah
dikurangi akumulasi penyusutannya. Variabel ini diukur dengan cara
menghitung jumlah seluruh nilai buku aset tetap dalam Neraca SKPD tahun
anggaran 2013-2015 dengan skala pengukuran rasio.
3. Realisasi belanja pemeliharaan (X3) merupakan realisasi pengeluaran yang
dimaksudkan untuk mempertahankan suatu aset tetap dalam kondisi normal
sehingga dapat digunakan sebagaimana mestinya. Variabel ini diukur dengan
cara menghitung jumlah realisasi belanja pemeliharaan dalam LRA SKPD
tahun anggaran 2013-2015 dengan skala pengukuran rasio.
4.5.2 Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah anggaran
belanja pemeliharaan (Y). Anggaran belanja pemeliharaan adalah anggaran
belanja yang dialokasikan untuk menjaga agar aset tetap senantiasa dalam kondisi

Universitas Sumatera Utara

41

siap digunakan sesuai dengan estimasi umur ekonomisnya. Variabel ini diukur
dengan cara menghitung jumlah anggaran belanja pemeliharaan dalam DPPASKPD untuk tahun anggaran 2014-2015 dan DPA-SKPD untuk tahun anggaran
2016 dengan skala pengukuran rasio.
Definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini secara ringkas
dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel
Definisi Operasional
Parameter
Variabel independen
Realisasi Belanja Merupakan realisasi
Modal (X1)
pengeluaran yang
digunakan dalam rangka
pembelian/pengadaan/
pembangunan aset tetap
berwujud dan
pengeluaran setelah
perolehan aset tetap
yang dikapitalisasi ke
nilai buku aset tetap
Nilai Buku Aset Merupakan hasil
Tetap (X2)
pengurangan nilai
perolehan aset tetap
dengan akumulasi
penyusutannya
Realisasi Belanja Merupakan realisasi
Pemeliharaan(X3) pengeluaran setelah
perolehan aset tetap
yang digunakan untuk
mempertahankan suatu
aset tetap dapat
digunakan sebagaimana
mestinya
Variabel dependen
Anggaran Belanja Merupakan anggaran
yang dialokasikan untuk
Pemeliharaan
(Y)
pemeliharaan aset tetap

Skala
Pengukuran

Jumlah realiasi belanja
modal dalam LRA
SKPD tahun anggaran
2013-2015

Rasio

Jumlah nilai buku aset
tetap dalam Neraca
SKPD tahun anggaran
2013-2015

Rasio

Jumlah realiasi belanja
pemeliharaan dalam
LRA SKPD tahun
anggaran 2013-2015

Rasio

Jumlah anggaran belanja
pemeliharaan dalam
DPPA-SKPD tahun
anggaran 2014-2015 dan
DPA-SKPD tahun
anggaran 2016

Rasio

Universitas Sumatera Utara

42

4.6

Metode Analisis Data
Metode analisis data untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah

analisis regresi linier berganda menggunakan aplikasi Statistical Package for
Social Science (SPSS) 22. Tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian

ini sebesar =0,05 atau 5% dengan pengujian hipotesis menggunakan metode
estimasi Ordinary Least Squares (OLS).
4.6.1 Statistik Deskriptif
Statistik

deskriptif

adalah

penerapan

metode

statistik

untuk

mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan menganalisis data kuantitatif secara
deskriptif. Hasil dari statistik deskriptif akan menunjukkan gambaran umum dan
karakteristik data yang diolah seperti nilai minimum, maximum, mean, standar
deviasi, dan lain-lain.
4.6.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada
analisis regresi linier berganda yang berbasis Ordinary Least Square (OLS). Uji
ini memberikan kepastian bahwa persamaan regresi yang akan diuji memiliki
ketepatan dalam estimasi, tidak bias, dan konsisten. Uji asumsi klasik pada
penelitian ini terdiri dari uji normalitas, multikolinieritas, heterokedastisitas, dan
autokorelasi.
4.6.2.1 Uji Normalitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,
variabel independen, variabel dependen, atau keduanya mempunyai distribusi
normal atau tidak. Suatu model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi

Universitas Sumatera Utara

43

data normal atau mendekati normal. Sebaiknya data yang digunakan dalam
penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal (Ghozali, 2013). Uji
normalitas dapat dilakukan dengan analisis grafik dan analisis statistik. Pada
analisis grafik, distribusi normal dapat dilihat dari histogram dan grafik normal pp plot. Histogram akan menunjukkan pola distribusi yang seimbang dan grafik
normal p-p-plot akan menunjukkan plotting data yang mendekati garis diagonal
untuk data yang berdistribusi normal sedangkan analisis statistik akan
menggunakan tabel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test untuk menentukan
normalitas distribusi residual. Jika sig atau p-value > 0,05 maka data berdistribusi
normal (Ghozali, 2013). Kriteria pengambilan keputusan dari uji KolmogorovSmirnov yaitu:
− jika signifikansi < 0,05 maka distribusi data tidak normal, sebaliknya
− jika signifikansi ≥ 0,05 maka distribusi data normal
4.6.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel independen. Jika terdapat atau terjadi korelasi,
maka dinamakan terdapat problem multikolinieritas (multiko). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (Santoso,
2001). Untuk mendeteksi apakah model regresi yang dipakai bebas dari
permasalahan multikolonieritas dapat dilihat dari besaran Variance Inflation
Factor (VIF). Kriteria pengambilan keputusan pada pengujian ini yaitu:
− jika VIF < 10 atau Tolerance ≥ 0,1 maka tidak terdapat persoalan
multikolonieritas di antara variabel independen. VIF = 1/Tolerance, jika VIF =
10 maka Tolerance = 1/10 = 0,1, sebaliknya

Universitas Sumatera Utara

44

− jika VIF ≥ 10 atau Tolerance < 0,1 maka terdapat persoalan multikolonieritas
di antara variabel independen
4.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi atau
terdapat perbedaan varians residual dari suatu periode pengamatan ke periode
pengamatan yang lain (Ghozali, 2013). Jika varians dari nilai residual dari satu
pengamatan

ke

pengamatan

yang

lain

tetap,

maka

disebut

dengan

homokedastisitas. Menurut Santoso (2010) model regresi yang baik adalah yang
homokedastis atau tidak terjadi heterokedastisitas. Salah satu cara atau metode
untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat
scatterplots antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dan residualnya
SRESID. Pada grafik scatterplot, sumbu X mewakili ZPRED dan sumbu Y
mewakili SRESID. Kriteria pengambilan keputusan pada pengujian ini menurut
Ghozali (2013) yaitu:
− jika membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas, sebaliknya
− jika titik-titik tersebut menyebar secara tidak teratur dengan pola tidak jelas
yang berada di atas dan di bawah nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heterokedastisitas
4.6.2.4 Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode sebelumnya. Uji ini dilakukan pada data time series.

Universitas Sumatera Utara

45

Seharusnya tidak boleh ada korelasi antara data observasi periode t dengan data
observasi sebelumnya (t-1). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Salah satu cara untuk mendeteksi gejala autokorelasi yaitu
menggunakan Uji Statistics Q: Box-Pierce dan Ljung Box. Uji Box-Pierce dan
Ljung Box dilakukan dengan melihat nilai signifikansi lag dari residual
pengamatan (by default SPSS menguji sampai lag 16) dan membandingkannya
dengan tingkat signifikansi α (0,05). Kriteria pengambilan keputusan pada
pengujian ini yaitu:
− jika lebih dari dua lag nilainya signifikan (< 0,05) maka dinyatakan terjadi
autokorelasi
− jika dua atau kurang dari dua lag nilainya signifikan (< 0,05) maka dinyatakan
tidak terjadi autokorelasi.
4.6.3 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh
semua variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis pada
penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Adapun bentuk
persamaan regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini
adalah:
Y = β0 + β1 Х1 + β2 Х2 + β3 Х3 + ɛ
Keterangan:
Y

= anggaran belanja pemeliharaan

β0

= konstanta

β1,β2, β3

= koefisien regresi

X1

= realisasi belanja modal

X2

= nilai buku aset tetap

X3

= realisasi belanja pemeliharaan

Universitas Sumatera Utara

46

Untuk melihat apakah hipotesis diterima atau ditolak maka digunakan uji F
(melihat pengaruh secara simultan) dan uji t (melihat pengaruh secara parsial).
4.6.3.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh
model (persamaan regresi) dapat menerangkan variasi variabel dependen
(Kuncoro, 2003). Nilai koefisien determinasi berada diantara nol dan satu (0 ≤ R2
≤ 1). Nilai R2 yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen dalam
model

memberikan

hampir

semua

informasi

yang

dibutuhkan

untuk

memprediksikan variasi variabel dependen, jika nilai R2 semakin kecil atau
mendekati nol, artinya variabel-variabel independen dalam model hampir tidak
memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen.
Kelemahan dalam penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap
jumlah variabel independen yang dipakai pada model. Setiap tambahan satu
2

variabel independen, maka nilai R pasti meningkat tidak peduli apakah variabel
tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen atau tidak.
Beberapa peneliti menyarankan untuk memakai nilai Adjusted R2 ketika
2

melakukan evaluasi terhadap model regresi terbaik. Berbeda dengan R , nilai
2

Adjusted R memiliki fluktasi/naik atau turun jika satu variabel independen
ditambahkan pada model (Ghozali, 2013).
4.6.3.2 Uji Statistik F
Uji ini dilakukan untuk melihat pengaruh seluruh variabel independen
secara simultan terhadap variabel dependen. Hipotesis untuk uji statistik F adalah

Universitas Sumatera Utara

47

realisasi belanja modal, nilai buku aset tetap, dan realisasi belanja pemeliharaan
secara simultan berpengaruh terhadap anggaran belanja pemeliharaan SKPD pada
Pemerintah Kota Tebing Tinggi.
a. Bentuk pengujian hipotesis:
Ho : β1 = β2 = β3 = 0,artinya: realisasi belanja modal, nilai buku aset tetap, dan
realisasi belanja pemeliharaan secara simultan tidak berpengaruh
signifikan terhadap anggaran belanja pemeliharaan,
Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠0 maka realisasi belanja modal, nilai buku aset tetap, dan
realisasi belanja pemeliharaan secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap anggaran belanja pemeliharaan
b. Kriteria pengambilan keputusan pada uji statistik F adalah:
− jika nilai F hitung ≤ F tabel dengan tingkat signifikansi sebesar α (0,05),
maka Ho diterima atau Ha ditolak (tidak berpengaruh), sebaliknya
− jika nilai F hitung > F tabel dengan tingkat signifikansi sebesar α (0,05),
maka Ho ditolak atau Ha diterima (berpengaruh).
4.6.3.3 Uji Statistik t
Uji ini dilakukan untuk melihat pengaruh masing-masing variabel
independen secara parsial terhadap variabel dependen.
a. Bentuk pengujian hipotesis:
Ho

: βi = 0 maka realisasi belanja modal, nilai buku aset tetap,dan realisasi
belanja pemeliharaan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
anggaran belanja pemeliharaan,

Universitas Sumatera Utara

48

Ha

: βi ≠ 0 maka realisasi belanja modal, nilai buku aset tetap, dan realisasi
belanja pemeliharaan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
anggaran belanja pemeliharaan

b. Kriteria pengambilan keputusan pada uji statistik t adalah:
− jika nilai t hitung ≤ t tabel dengan tingkat signifikansi sebesar α (0,05),
maka Ho diterima atau Ha ditolak (tidak berpengaruh), sebaliknya
− jika nilai t hitung > t tabel dengan tingkat signifikansi sebesar α (0,05),
maka Ho ditolak atau Ha diterima (berpengaruh).

Universitas Sumatera Utara

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1

Hasil Penelitian

5.1.1 Statistik Deskriptif
Sampel penelitian terdiri dari 28 (dua puluh delapan) SKPD sebagai cross
section dan tahun amatan penelitian selama 3 (tiga) tahun sebagai data time series
sehingga diperoleh 84 (delapan puluh empat) data observasi dengan statistik
deskriptif sebagai berikut:
Tabel 5.1 Statistik Deskriptif Data Penelitian
N Minimum Maximum
Mean
Anggaran Belanja
84
Pemeliharaan
Realisasi Belanja
84
Modal
Nilai Buku Aset
84
Tetap
Realisasi Belanja
84
Pemeliharaan
Valid N (listwise)
84
Sumber: hasil penelitian, 2016.

24.44

5347.19

28.28

92372.46

552.5076

Std.
Deviation
927.21120

5787.4708 17277.69633

127.89 568563.81 26488.7205 82630.94827
17.36

5676.67

490.1213

953.76860

Berdasarkan output statistik deskriptif data penelitian pada Tabel 5.1,
maka dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Anggaran Belanja Pemeliharaan (Y)
Anggaran Belanja Pemeliharaan (Y) terendah selama tahun 2014-2016 adalah
Rp24,44 juta di Kecamatan Padang Hulu pada tahun 2015 dan yang tertinggi
adalah Rp5.347,19 juta di Dinas Kebersihan dan Pertamanan pada tahun 2014.
Rata-rata Anggaran Belanja Pemeliharaan (Y) pada tahun anggaran 20142016 adalah Rp552,51 juta dengan tingkat penyimpangan standar sebesar

49

Universitas Sumatera Utara

50

Rp927,21 juta. Adanya kesenjangan ini disebabkan adanya perbedaan jumlah
aset tetap di setiap SKPD.
2. Realisasi Belanja Modal (X1)
Realisasi Belanja Modal (X1) terendah selama tahun 2013-2015 adalah
Rp28,28 juta di Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan
Kelurahan pada tahun 2015 dan yang tertinggi adalah Rp92.372,46 juta di
Dinas Pekerjaan Umum pada tahun 2015. Rata-rata Realisasi Belanja Modal
(X1) pada tahun anggaran 2013-2015 adalah Rp5.787,47 juta dengan tingkat
penyimpangan standar sebesar Rp17.277,7 juta. Adanya kesenjangan ini
disebabkan adanya perbedaan kebutuhan akan aset tetap di setiap SKPD.
3. Nilai Buku Aset Tetap (X2)
Nilai Buku Aset Tetap (X2) terendah selama tahun 2013-2015 adalah
Rp127,89 juta di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil pada tahun 2013
dan yang tertinggi adalah Rp568.563,81 juta di Dinas Pekerjaan Umum pada
tahun 2015. Rata-rata Nilai Buku Aset Tetap (X2) pada tahun anggaran 20132015 adalah Rp26.488,72 juta dengan tingkat penyimpangan standar sebesar
Rp82.630,95 juta. Adanya kesenjangan ini disebabkan adanya perbedaan
tugas pokok dan fungsi di setiap SKPD sehingga berpengaruh terhadap
kebutuhan aset tetap masing-masing SKPD.
4. Realisasi Belanja Pemeliharaan (X3)
Realisasi Belanja Pemeliharaan (X3) terendah selama tahun 2013-2015 adalah
Rp17,36 juta di Badan Penanggulangan Bencana Daerah pada tahun 2014 dan
yang tertinggi adalah Rp87.386,15 juta di Dinas Pekerjaan Umum pada tahun
2013. Rata-rata Realisasi Belanja Pemeliharaan (X3) pada tahun anggaran

Universitas Sumatera Utara

51

2013-2015 adalah Rp490,12 juta dengan tingkat penyimpangan standar
sebesar Rp953,77 juta. Adanya kesenjangan ini disebabkan adanya perbedaan
jumlah aset tetap yang membutuhkan pemeliharaan di setiap SKPD.
5.1.2 Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan uji statistik dengan analisis regresi linier berganda
yang berbasis Ordinary Least Square (OLS), langkah awal yang harus dilakukan
adalah pengujian asumsi klasik terhadap data yang akan diolah. Data yang akan
diolah pada penelitian ini adalah data panel sehingga uji asumsi klasik yang harus
dilakukan adalah uji normalitas, multikolinieritas, heterokedastisitas, dan
autokorelasi.
5.1.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual terdistribusi secara normal atau tidak. Pada
pengujian hipotesis di tahap selanjutnya, yaitu uji t dan uji F, mengasumsikan
bahwa nilai residual berdistribusi normal sehingga asumsi ini harus dipenuhi agar
uji statistik menjadi valid. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual
berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan analisis statistik.
1. Analisis Grafik
Grafik histogram pada Gambar 5.1 menggambarkan pola distribusi yang
menceng (skewness) ke kiri dan tidak seimbang. Hasil yang sama ditunjukkan
pada grafik normal p-p plot pada Gambar 5.2, terlihat titik-titik menyebar di
sekitar garis diagonal dan penyebarannya menjauhi garis diagonal. Kedua grafik
ini menunjukkan bahwa model regresi menyalahi asumsi normalitas.

Universitas Sumatera Utara

52

Gambar 5.1 Histogram

Gambar 5.2 Grafik Normal P-P Plot

Universitas Sumatera Utara

53

2. Analisis Statistik
Pada Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov
adalah 0,257 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena nilai asymp.sig (2tailed) < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data residual terdistribusi tidak
normal. Hasil analisis statistik konsisten dengan analisis grafik.
Tabel 5.2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

N
Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences

Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative

Test Statistic
Asymp. Sig. (2-tailed)
Sumber: hasil penelitian, 2016.

Unstandardized
Residual
84
.0000000
488.93795744
.257
.257
-.171
.257
.000c

5.1.2.2 Uji Multikolinieritas
Hasil perhitungan pada Tabel 5.3 menunjukkan bahwa tidak ada variabel
independen yang memiliki nilai Tolerance < 0,10 dan tidak ada variabel
independen yang memiliki nilai VIF > 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi.
Tabel 5.3 Hasil Uji Multikolinieritas
Model
Unstandardized Stand.
t
Sig.
Collinearity
Coefficients
Coeff.
Statistics
B
Std.
Beta
Tolerance VIF
Error
1 (Constant)
144.440 63.401
2.278 .025
Realisasi Belanja Modal
-.063
.009 -1.176 -6.926 .000
.121 8.291
Nilai Buku Aset Tetap
.010
.002
.899
5.736 .000
.141 7.073
Realisasi Belanja
1.032
.072 1.062 14.275 .000
.628 1.592
Pemeliharaan
a. Dependent Variable: Anggaran Belanja Pemeliharaan
Sumber: hasil penelitian, 2016.

Universitas Sumatera Utara

54

5.1.2.3 Uji Heterokedastisitas
Dari grafik plot pada Gambar 5.3 terlihat bahwa ada pola tertentu, titiktitik yang ada membentuk pola yang melebar kemudian menyempit sehingga
mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas.

Gambar 5.3 Scatterplot
5.1.2.4 Uji Autokorelasi
Pada Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa dari hasil perhitungan, enam belas lag
tidak ada yang bernilai signifikan. Kriteria ada tidaknya autokorelasi adalah jika
jumlah lag yang signifikan lebih dari dua, maka dikatakan terjadi autokorelasi.
Sebaliknya, jika lag yang bernilai signifikan dua atau kurang dari dua, maka
dikatakan tidak ada autokorelasi. Oleh karena tidak satu pun lag bernilai
signifikan, maka dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi.

Universitas Sumatera Utara

55

Tabel 5.4 Hasil Uji Autokorelasi Ljung Box
Lag Autocorrelation
Std.
Box-Ljung Statistic
Errora
Value df
Sig.b
1
-.011
.107
.010
1
.920
2
.057
.107
.293
2
.864
3
-.131
.106
1.822
3
.610
4
-.025
.105
1.879
4
.758
5
.022
.105
1.924
5
.859
6
-.002
.104
1.925
6
.926
7
-.135
.103
3.637
7
.821
8
-.131
.103
5.257
8
.730
9
.073
.102
5.768
9
.763
10
.057
.101
6.080 10
.808
11
-.150
.101
8.296 11
.687
12
-.094
.100
9.176 12
.688
13
-.071
.099
9.690 13
.719
14
.004
.098
9.691 14
.784
15
.072
.098 10.235 15
.805
16
-.045
.097 10.453 16
.842
a. The underlying process assumed is independence (white noise).
b. Based on the asymptotic chi-square approximation.
Sumber : hasil penelitian, 2016.
Setelah melakukan pengujian asumsi klasik terdapat dua uji yang tidak
terpenuhi pada model, yaitu uji normalitas dan heterokedastisitas. Untuk
memenuhi lolosnya uji asumsi klasik, maka seluruh variabel ditransformasikan ke
dalam bentuk Logaritma Natural (Ln) (Lampiran 8).
5.1.2.5 Uji Normalitas Setelah Transformasi
Uji normalitas setelah dilakukan transformasi data ke dalam bentuk Ln
dapat dilihat dari hasil analisis grafik dan analisis statistik berikut ini.
1. Analisis Grafik
Grafik histogram pada Gambar 5.4 menggambarkan pola distribusi yang
seimbang dan normal. Hasil yang sama ditunjukkan pada grafik normal p-p plot
pada Gambar 5.5, terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan
penyebarannya mendekati garis diagonal. Kedua grafik ini menunjukkan bahwa

Universitas Sumatera Utara

56

model regresi tidak menyalahi asumsi normalitas.

Gambar 5.4 Histogram Setelah Transformasi

Gambar 5.5 Grafik Normal P-P Plot Setelah Transformasi

Universitas Sumatera Utara

57

2. Analisis Statistik
Berdasarkan Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov
sebesar 0,090 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,086. Karena nilai asymp.sig
(2-tailed) > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Hasil
analisis statistik konsisten dengan analisis grafik.
Tabel 5.5 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Setelah Transformasi
Unstandardized
Residual
N
84
Normal Parametersa,b
Mean
.0000000
Std.
.80027770
Deviation
Most Extreme
Absolute
.090
Differences
Positive
.090
Negative
-.075
Test Statistic
.090
Asymp. Sig. (2-tailed)
.086c
Sumber : hasil penelitian, 2016.
5.1.2.6 Uji Multikolinieritas Setelah Transformasi
Hasil perhitungan pada Tabel 5.6 menunjukkan bahwa tidak ada variabel
independen yang memiliki nilai Tolerance < 0,10 dan tidak ada variabel
independen yang memiliki nilai VIF > 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi.
Tabel 5.6 Hasil Uji Multikolinieritas Setelah Transformasi
Model
Unstandardized Stand.
t
Sig.
Collinearity
Coefficients
Coeff.
Statistics
B
Std.
Beta
Tolerance VIF
Error
1 (Constant)
.896
.460
1.947 .055
Realisasi Belanja Modal
-.107
.078
-.150 -1.364 .176
.355 2.817
Nilai Buku Aset Tetap
.191
.085
.242 2.261 .026
.375 2.664
Realisasi Belanja
.703
.081
.746 8.692 .000
.585 1.708
Pemeliharaan
a. Dependent Variable: Anggaran Belanja Pemeliharaan
Sumber : hasil penelitian, 2016.

Universitas Sumatera Utara

58

5.1.2.7 Uji Heterokedastisitas Setelah Transformasi
Uji heterokedastisitas setelah dilakukan transformasi data ke dalam bentuk
Ln dapat dilihat pada Gambar 5.6. Grafik plot menunjukkan bahwa titik-titik
menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta
tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Jadi dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas dalam model regresi.

Gambar 5.6 Scatterplot Setelah Transformasi
5.1.2.8 Uji Autokorelasi Setelah Transformasi
Uji autokorelasi setelah dilakukan transformasi data ke dalam bentuk Ln
dapat dilihat pada Tabel 5.7. Dari hasil perhitungan pada Tabel 5.7, enam belas
lag tidak ada yang bernilai signifikan. Oleh karena, tidak satu pun lag bernilai
signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.

Universitas Sumatera Utara

59

Tabel 5.7 Hasil Uji Autokorelasi dengan Ljung Box Setelah Tranformasi
Lag Autocorrelation
Std.
Box-Ljung Statistic
Errora
Value
df
Sig.b
1
.168
.107
2.452
1
.117
2
.076
.107
2.965
2
.227
3
.026
.106
3.025
3
.388
4
.131
.105
4.586
4
.333
5
-.065
.105
4.972
5
.419
6
-.116
.104
6.211
6
.400
7
.020
.103
6.247
7
.511
8
-.024
.103
6.303
8
.613
9
-.040
.102
6.457
9
.693
10
-.026
.101
6.525
10
.769
11
.008
.101
6.531
11
.836
12
-.164
.100
9.237
12
.683
13
-.074
.099
9.790
13
.711
14
-.063
.098 10.198
14
.748
15
.069
.098 10.698
15
.774
16
-.126
.097 12.393
16
.716
a. The underlying process assumed is independence (white noise).
b. Based on the asymptotic chi-square approximation.
Sumber : hasil penelitian, 2016.
5.1.3 Pengujian Hipotesis
Setelah diketahui bahwa tidak ada uji asumsi klasik yang dilanggar, maka
pengujian hipotesis dengan analisis regresi linier berganda sudah dapat dilakukan.
Untuk melihat pengaruh seluruh variabel independen secara simultan digunakan
uji statistik F dan untuk melihat pengaruh masing-masing variabel independen
secara parsial digunakan uji statistik t.
5.1.3.1 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
2

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
(Ghozali, 2013).

Universitas Sumatera Utara

60

Model

R

Tabel 5.8 Koefisien Determinasi
R Square Adjusted R Square

Std. Error of the
Estimate
a
1
.809
.81514
.655
.642
a. Predictors: (Constant), Realisasi Belanja Pemeliharaan, Nilai Buku Aset
Tetap, Realisasi Belanja Modal
b. Dependent Variable: Anggaran Belanja Pemeliharaan
Sumber : hasil penelitian, 2016.
Dari Tabel 5.8 diketahui nilai R2 sebesar 65,5%. Namun kelemahan
mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel
independen yang dimasukkan ke dalam model sehingga banyak peneliti yang
menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted R2 untuk mengevaluasi model
regresi terbaik. Nilai adjusted R2 pada penelitian ini adalah 64,2% yang
mempunyai arti bahwa 64,2% perubahan dalam anggaran belanja pemeliharaan
mampu dijelaskan oleh variabel realisasi belanja modal, nilai buku aset tetap, dan
realisasi belanja pemeliharaan sedangkan sisanya sebesar 35,8% dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
5.1.3.2 Uji Statistik F
Hasil uji statistik F untuk melihat bagaimana pengaruh realisasi belanja
modal, nilai buku aset tetap, dan realisasi belanja pemeliharaan terhadap anggaran
belanja pemeliharaan secara simultan dapat dilihat pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9 Uji Statistik F
Sum of
Mean
Model
Squares
df
Square
F
Sig.
1
Regression
101.038
3
33.679
50.687
.000b
Residual
53.157
80
.664
Total
154.195
83
a. Dependent Variable: Anggaran Belanja Pemeliharaan
b. Predictors: (Constant), Realisasi Belanja Pemeliharaan, Nilai Buku Aset Tetap,
Realisasi Belanja Modal
Sumber : hasil penelitian, 2016.

Universitas Sumatera Utara

61

Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 5.9, diperoleh nilai F hitung =
50,687 > F tabel = 2,72 artinya berpengaruh dan nilai signifikansi F = 0,000 < α =
0,05 artinya signifikan, maka Ho ditolak atau hipotesis yang diajukan diterima.
Hal ini berarti semua variabel independen (realisasi belanja modal, nilai buku aset
tetap, dan realisasi belanja pemeliharaan) secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen (anggaran belanja pemeliharaan) pada tingkat
signifikansi α = 0,05.
5.1.3.3 Uji Statistik t
Hasil uji statistik untuk melihat bagaimana pengaruh realisasi belanja
modal, nilai buku aset tetap, dan realisasi belanja pemeliharaan terhadap anggaran
belanja pemeliharaan secara parsial dapat dilihat pada Tabel 5.10.
Tabel 5.10 Uji Statistik t
Model
Unstandardized Standardized
t
Sig.
Coefficients
Coeff.
B
Std.
Beta
Error
1 (Constant)
.896
.460
1.947 .055
Realisasi Belanja Modal
-.107
.078
-.150 -1.364 .176
Nilai Buku Aset Tetap
.191
.085
.242 2.261 .026
Realisasi Belanja
.703
.081
.746 8.692 .000
Pemeliharaan
a. Dependent Variable: Anggaran Belanja Pemeliharaan
Sumber : hasil penelitian, 2016.
Kriteria pengambilan keputusan menggunakan nilai t tabel = 1,99 dan
tingkat signifikansi α = 0,05. Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 5.10,
pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial terhadap variabel
dependen diuraikan sebagai berikut:
a. Variabel realisasi belanja modal (X1) memiliki nilai t hitung = -1,364 < t tabel
= 1,99 artinya tidak berpengaruh, tingkat signifikansi t = 0,176 > α = 0,05

Universitas Sumatera Utara

62

artinya tidak signifikan, dan koefisien regresi bernilai negatif sehingga dapat
disimpulkan bahwa Ho diterima atau hipotesis yang diajukan ditolak. Hal ini
berarti bahwa secara parsial, variabel X1 (Realisasi Belanja Modal) tidak
berpengaruh terhadap Y (Anggaran Belanja Pemeliharaan).
b. Variabel nilai buku aset tetap (X2) memiliki nilai t hitung = 2,261 > t tabel =
1,99 artinya berpengaruh, tingkat signifikansi t = 0,026 < α = 0,05 artinya
signifikan, dan koefisien regresi bernilai positif sehingga dapat disimpulkan
bahwa Ho ditolak atau hipotesis yang diajukan diterima. Hal ini berarti bahwa
secara parsial, variabel X2 (Nilai Buku Aset Tetap) berpengaruh positif
signifikan terhadap Y (Anggaran Belanja Pemeliharaan).
c. Variabel realisasi belanja pemeliharaan (X3) memiliki nilai t hitung = 8,692 >
t tabel = 1,99 artinya berpengaruh, tingkat signifikansi t = 0,000 < α = 0,05
artinya signifikan, dan koefisien regresi bernilai positif sehingga dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak atau hipotesis yang diajukan diterima. Hal ini
berarti bahwa secara parsial, variabel X3 (Realisasi Belanja Pemeliharaan)
berpengaruh positif signifikan terhadap Y (Anggaran Belanja Pemeliharaan).
5.1.3.4 Persamaan Regresi Hipotesis
Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis regresi linier
berganda yang dilakukan setelah memenuhi uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik
telah dipenuhi setelah data ditransformasi ke dalam bentuk Logaritma Natural
(Ln). Berdasarkan data pada Tabel 5.10 dapat diformulasikan persamaan regresi
antara variabel independen terhadap variabel dependen sebagai berikut:
Y = 0,896 – 0,107 X1 + 0,191 X2 + 0,703 X3

Universitas Sumatera Utara

63

Keterangan:
Y

= Anggaran Belanja Pemeliharaan

X1

= Realisasi Belanja Modal

X2

= Nilai Buku Aset Tetap

X3

= Realisasi Belanja Pemeliharaan
Dari setiap koefisien dari persamaan di atas dapat diinterpretasikan

beberapa hal sebagai berikut:
a. Konstanta sebesar 0,896 artinya jika variabel realisasi belanja modal, nilai
buku aset tetap, dan realisasi belanja pemeliharaan dianggap konstan, maka
anggaran belanja pemeliharaan sebesar Rp896.000,b. Koefisien regresi X1 -0,107 artinya setiap penambahan realisasi belanja modal
sebesar Rp1.000.000,- akan mengurangi anggaran belanja pemeliharaan
sebesar Rp107.000,c. Koefisien regresi X2 0,191 artinya setiap penambahan nilai buku aset tetap
sebesar Rp1.000.000,- akan menambah anggaran belanja pemeliharaan
sebesar Rp191.000,d. Koefisien regresi X3 0,703 artinya setiap penambahan realisasi belanja
pemeliharaan sebesar Rp1.000.000,- akan menambah anggaran belanja
pemeliharaan sebesar Rp703.000,Koefisien dari variabel independen nilai buku aset tetap dan realisasi
belanja pemeliharaan bernilai positif. Hal ini berarti bahwa pengaruh antara nilai
buku aset tetap dan realisasi belanja pemeliharaan terhadap anggaran belanja
pemeliharaan adalah positif, maka jika semakin tinggi/ besar nilai buku aset tetap
dan realisasi belanja pemeliharaan, maka anggaran belanja pemeliharaan SKPD
pada Pemerintah Kota Tebing Tinggi juga akan semakin tinggi/ besar.

Universitas Sumatera Utara

64

5.2

Pembahasan
Dari hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa secara simultan

realisasi belanja modal, nilai buku aset tetap, dan realisasi belanja pemeliharaan
berpengaruh signifikan terhadap anggaran belanja pemeliharan. Secara parsial,
variabel nilai buku aset tetap dan realisasi belanja pemeliharaan berpengaruh
positif signifikan terhadap anggaran belanja pemeliharaan, sedangkan realisasi
belanja modal tidak berpengaruh terhadap anggaran belanja pemeliharaan.
5.2.1 Pengaruh Realisasi Belanja Modal terhadap Anggaran Belanja
Pemeliharaan
Hasil uji t atas pengaruh variabel realisasi belanja modal terhadap variabel
anggaran belanja pemeliharaan menunjukkan bahwa realisasi belanja modal tidak
berpengaruh terhadap anggaran belanja pemeliharaan pada Pemerintah Kota
Tebing Tinggi. Bahkan nilai koefisien realisasi belanja modal bertanda negatif
sebesar -0,107 menunjukkan bahwa peningkatan realisasi belanja modal akan
menurunkan anggaran belanja pemeliharaan.
Hasil uji ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Abdullah dan Halim (2006) yang menyatakan bahwa alokasi untuk belanja modal
berasosiasi positif terhadap belanja pemeliharaan serta penelitian yang dilakukan
oleh Sidabutar dan Sinaga (2012) yang menyatakan bahwa belanja modal
memiliki pengaruh langsung yang positif dan signifikan terhadap belanja
pemeliharaan. Sebaliknya, penelitian Karo-Karo (2006) menemukan hasil yang
sejalan dengan penelitian ini bahwa alokasi belanja modal tidak diiringi dengan
pengalokasian anggaran yang sesuai untuk belanja operasional dan pemeliharaan.

Universitas Sumatera Utara

65

Dalam melakukan perencanaan dan penganggaran belanja, pemerintah
daerah wajib menempatkan kebutuhan masyarakat sebagai prioritas. Penambahan
aset tetap baru sebagai konsekuensi adanya realisasi belanja modal harus memiliki
kontribusi nyata terhadap pelayanan pada masyarakat. Dengan kata lain, fokus
belanja modal adalah sarana dan prasarana yang mendukung pelayanan kepada
masyarakat bukan kebutuhan pribadi aparatur pemerintah daerah. Selain
membangun sarana dan prasarana publik, pemerintah daerah juga harus
memastikan bahwa sarana dan prasarana tersebut dapat digunakan dan berfungsi
dengan baik dengan cara mengalokasikan biaya pemeliharaan selama masa
manfaat aset tetap tersebut.
Dalam konsep Multi-Term Expenditure Framework (MTEF) dinyatakan
bahwa kebijakan belanja modal harus memperhatikan kemanfaatan (usefulness)
dan kemampuan keuangan pemerintah daerah (budget capability) untuk
pengelolaan aset tersebut dalam jangka panjang (Allen dan Tommasi, 2001). Hal
ini menunjukkan bahwa realisasi belanja modal harus diiringi dengan
penambahan anggaran belanja pemeliharaan. Selain itu, realisasi belanja modal
yang

berakibat

langsung

terhadap

penambahan

aset

tetap

seharusnya

mempertimbangkan dan mempersiapkan biaya operasional dan pemeliharaan pada
masa yang akan datang agar aset tetap tersebut dapat tetap berdaya guna minimal
selama masa manfaatnya.
Kemungkinan tidak berpengaruhnya realisasi belanja modal terhadap
anggaran belanja pemeliharaan SKPD pada Pemerintah Kota Tebing Tinggi
disebabkan oleh adanya asumsi bahwa pembelian/pengadaan aset tetap baru pasti
dilengkapi dengan masa garansi minimal 1 (satu) tahun. Asumsi ini

Universitas Sumatera Utara

66

mengakibatkan realisasi belanja modal tidak akan diperhitungkan dalam alokasi
belanja pemeliharaan pada tahun berikutnya padahal masa garansi hanya
menjamin jenis kerusakan tertentu saja sehingga tetap perlu disediakan biaya
pemeliharaannya.
Secara teoritis realisasi belanja modal dan anggaran belanja pemeliharaan
memiliki hubungan erat, karena pemeliharaan hanya akan timbul pada aset tetap
yang diperoleh sebagai hasil realisasi belanja modal. Namun, realisasi belanja
modal bukanlah satu-satunya sumber penambahan aset tetap. Perlu diperhatikan
bahwa tidak semua aset tetap berasal dari realisasi APBN/APBD. Aset tetap juga
dapat diperoleh dari pihak lain seperti hibah dari instansi vertikal, pihak swasta,
dan masyarakat. Perolehan aset tetap dengan cara seperti ini tentu saja tidak
membebani APBN/APBD pada pos belanja modal, namun beban anggaran pada
pos belanja pemeliharaan tetap akan terbebani. Oleh karena itu, jika belanja
pemeliharaan dialokasikan tanpa adanya analisis standar belanja dan realisasi
belanja modal cenderung meningkat setiap tahunnya, maka akan semakin banyak
aset tetap yang tidak terpelihara karena ketidaktersediaan dana pemeliharaan.
Selain itu, adanya peraturan tentang kebijakan akuntansi pemerintah
daerah yang mengatur tentang komponen biaya perolehan aset tetap juga
berpengaruh terhadap alokasi belanja pemeliharaan dalam penyusunan anggaran.
Biaya perolehan aset tetap tidak hanya terdiri dari realisasi belanja modal (harga
beli) aset tetap tersebut tetapi seluruh biaya yang dapat diatribusikan secara
langsung seperti biaya perencanaan, lelang, persiapan tempat, pengiriman awal,
biaya simpan dan bongkar muat, biaya pemasangan (instalasi), biaya profesional
seperti arsitek, insinyur, dan biaya pengawasan, biaya konstruksi, serta biaya

Universitas Sumatera Utara

67

umum lainnya yang berhubungan dengan pengadaan sampai dengan aset tetap
tersebut dapat dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya. Biaya-biaya tersebut
seharusnya dianggarkan dalam pos belanja modal tetapi pada kenyataannya
sebagian besar SKPD masih menganggarkannya pada pos belanja barang dan jasa
dan akan bertambah seiring dengan peningkatan realisasi belanja modal. Besarnya
biaya untuk pengadaan suatu aset tetap baru yang mengikuti adanya realisasi
belanja

modal

akan

menekan

jumlah

alokasi

belanja

pemeliharaan.

Kecenderungannya adalah SKPD akan memilih untuk membeli aset tetap baru
daripada memelihara yang lama. Hal inilah yang membuat realisasi belanja modal
tidak berpengaruh bahkan berasosiasi negatif terhadap anggaran belanja
pemeliharaan.
5.2.2 Pengaruh Nilai Buku Aset Tetap terhadap Anggaran Belanja
Pemeliharaan
Hasil uji t atas pengaruh variabel nilai buku aset tetap terhadap variabel
anggaran belanja pemeliharaan menghasilkan nilai koefisien bertanda positif
sebesar 0,191. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan nilai buku aset tetap akan
menaikkan anggaran belanja pemeliharaan. Selanjutnya diperoleh juga tingkat
signifikansi sebesar 0,026 < 0,05 sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa nilai buku aset tetap berpengaruh positif signifikan terhadap
anggaran belanja pemeliharaan.
Hasil uji ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sidabutar
dan Sinaga (2012) yang menyatakan bahwa nilai aset tetap memiliki pengaruh
langsung yang positif dan signifikan terhadap belanja pemeliharaan serta
penelitian yang dilakukan oleh Purba (2013) yang menyatakan bahwa nilai aset

Universitas Sumatera Utara

68

tetap yang akan dipelihara berpengaruh secara signifikan terhadap anggaran
belanja pemeliharaan. Sebaliknya, penelitian Wuga (2012) menemukan hasil yang
bertentangan dengan penelitian ini bahwa nilai aset tetap (dikhususkan untuk
kendaraan dinas) tidak berpengaruh terhadap jumlah anggaran pemeliharaan
kendaraan dinas.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa alokasi belanja pemeliharaan
sudah mempertimbangkan nilai buku aset tetap. Belanja pemeliharaan merupakan
pengeluaran yang dialokasikan terhadap aset tetap tanpa menambah masa manfaat
aset tetap tersebut melainkan untuk menjaga agar aset tetap tersebut dalam kondisi
baik dan dapat dipergunakan dalam kegiatan operasional. Sejatinya nilai buku aset
tetap akan selalu berkurang dan mungkin bertambah setiap tahunnya.
Pengurangan nilai buku aset tetap disebabkan adanya penerapan penyusutan aset
tetap dengan metode garis lurus yang mengakibatkan setiap tahunnya nilai buku
aset tetap akan selalu berkurang selama masa manfaatnya. Di sisi lain, nilai buku
aset tetap akan bertambah seiring dengan adanya realisasi belanja modal dan
penambahan aset tetap lainnya yang bersumber dari luar APBD.
Pengalokasian belanja pemeliharaan yang mempertimbangkan nilai buku
aset tetap sejalan dengan ketentuan yang tercantum dalam Permendagri 17 Tahun
2007 bahwa pemeliharaan merupakan tindakan atau kegiatan agar semua barang
selalu dalam keadaan baik dan siap digunakan sehingga pelayanan kepada
masyarakat dapat dilakukan secara maksimal. SKPD pada Pemerintah Kota
Tebing Tinggi sudah melakukan hal ini yang dibuktikan dengan hasil pengujian
yang menunjukkan asosiasi positif dan signifikan antara nilai buku aset tetap
terhadap anggaran belanja pemeliharaan.

Universitas Sumatera Utara

69

5.2.3 Pengaruh Realisasi Belanja Pemeliharaan terhadap Anggaran
Belanja Pemeliharaan
Hasil uji t atas pengaruh variabel realisasi belanja pemeliharaan terhadap
variabel anggaran belanja pemeliharaan menghasilkan nilai koefisien bertanda
positif sebesar 0,703. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan realisasi belanja
pemeliharaan akan menaikkan anggaran belanja pemeliharaan. Selanjutnya
diperoleh juga tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 sehi