ANALISIS HUKUM LINGKUNGAN DAN ID

ANALISIS KASUS “PENELANTARAN SITUS BERSEJARAH DI UNGARAN
HINGGA MENIMBULKAN KERUSAKAN BERDASARKAN PERSPEKTIF HUKUM
LINGKUNGAN”
RIDHO DWIKY TASTAMA

8111416334

DODOTASTAMA@STUDENTS.UNNES.AC.ID
Abstrak
Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman suku, budaya,
ras, agama, dan etnis. Maka dari itu banyak sekali kesenian-kesenian atau
kebudayaan-kebudayaan tertentu, sxeperti misalnya terdapatnya patu-patung
atau candi-candi di datarann tinggi di beberapa tempat di Indonesia contohnya di
Ungaran. Karena dalama kepercayaan Buddha mempercaayai bahwa dataran
tinggi adalah tempat di mana dewa-dewa bersemayam, jadi para umat Buddah
membangun candi-candi di dataran tinggi dengan tujuan untuk lebih dekat
dengan dewanya pada saat beribadah. Indonesia merupakan negara yang kaya
akan sumber daya alam dan sumber daya manusia, secara pertemuan geologis
Indonesia merupakan tempat pertemuan antara tiga lempeng utama:Lempeng
Eurasia , lempeng indo-australia dan lempeng pasifik . karena pertemuan ketiga
lempeng itulah Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati ditambah jumlah

penduduk Indonesia terbesar ke 5 di dunia dan akan menjadi terbesar kedua di
dunia tahun 2045. Jumlah SDA dan SDM manusia yang begitu melimpah ternyata
menimbulkan banyak peradaban dari generasi ke generasi. Hasil peradaban
tersebut seperti candi,artefak dan lain-lain. Ternyata peradaban yang baru dan
lebih modern malah merusak lingkungan. Hal itu tentu tidak dibenarkan dalam
Declaration Of Stockholm dan Undang-undang karena dapat menyebabkan
penelantaran dan kerusakan lingkungan.maka sebab itu rawat dan lestarikan
Indonesia ini.
Kata Kunci:Indonesia, Declaration Of Stockholm, Undang-Undang
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara yang memiliki julukan Gemah Ripah Loh
Jinawi
yang artinya Indonesia sangat kaya akan Sumber Daya Alam
dan Sumber Daya Manusia, sehingga Indonesia dapat menarik negaranegara lain untuk ikut berpartisipasi dalam perdagangan dengan adanya
jalur sutra hingga sampai ke tanah jawa dan Kebudayaan Jawa asli
berbentuk animisme dan dinamisme.
Jawa tengah khususnya memiliki candi-candi yang sangat megah
bahkan
mendapatkan pengakuan dari UNESCO sebagai warisan di dunia yaitu

Candi Brorobudur
yang berada di Magelang. Namun berbicara candi yang

terkenal bukan hanya Borobudur
saja tetapi ada candi lainnya yaitu candi
Prambanan dan candi Gedong Songo yang berada
di kaki gunung Ungaran.
Lalu yang membedakan antara candi-candi di wilayah Indonesia salah
satunya
adalah Ciri-ciri ragam Jawa Tengah ialah bentuk bangunan-nya
tambun,atasnyaberundakundak,puncak berbentuk ratna atau stupa,
gawang pintu dan
relung
berhias
Kalamakara,
reliefnya
timbul
agaktinggiberlukiskan naturalis, letakcandi di tengah halaman, menghadap ke
timur, dan terbuat dari batu andesit. Ciri ciri ragam Jawa
Timur, ialah: bentuk

bangunan ramping, atapnya merupakan
perpaduan tingkatan, puncak berbentuk kubus, makara tidak ada, relief
timbulsedikit
dengan lukisan simbolis menyerupai wayang kulit,letak candi
dibelakang halaman,menghadap ke barat,kebanyakan terbuat dari bata. 1
Kekayaan nenek moyang dahulu bukanlah hanya harta semata tetapi
pada kekayaan filosofisnya yang tinggi, itu mengapa ketika pada masa
kerajaan mereka membangun tempat persemayaman terakhir raja yang
berupa candi, mereka membangun candi biasanya berada pada kaki
gunung bahkan di gunung supaya sang raja tersebut lebih dekat kepada
Sang Pencipta, yang hebat adalah mereka membangun dengan belum
ditemukannya teknologi seperti semen, alat bor dan lain-lain, itu karena
mereka membangun dengan hati bukan dengan uang semata, yang mereka
bangun bukan hanya candi-candi seperti Borobudur atau mendut saja.
Tetapi masih banyak candi lain yang mungkin belum ditemukan bahkan
rusak.
Kerusakannya disebabkan oleh beberapa factor ada factor alam da
nada factor buatan seperti manusia. Tapi factor manusialah merupakan
penyebab kerusakan lingkungan yang ada, namun kita sebagai generasi
modern telah mengingkari dari peran kita sebagai perawat alam kerusakan

akibat manusia disebabkan oleh2
1. Kronis, dimana kerusakan berlangsung secar progresif tetapi lambat
2. Kejutan/akut, bkerusakan mendadak dan berat, disebabkan karena
kecelakaan
3. Berbahaya, dengan kerugian biologis berat dan dalam hal ada radioaktif
terjadi kerusakan karena radioaktif.
Hukum Lingkungan adalah hukum lingkungan memiliki pengertian
keseluruhan peraturan yang mengatur entang tingkah laku orang tentang
apa yang seharusnya dilakukan terhadap lignkungan, yang pelaksanaan
peraturan tersebut dapat dipaksakan dengan suatu sanksi oleh pihak
berwenang.3
2. Kronologi Kasus
1 Ibid 20
2 Abdurrahman, Pengantar Hukum Lingkungan Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm.99.
3 R.M. Gatot P.Soemartono, 1996, Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.45.

Situs bersejarah di Desa Pegersari Kecamatan Bergas dibiarkan
tegeletak tak terurus di pematang sawah warga. Diketahui ternyata
berjumlah dua situs bersejarah yaitu Yoni dan Lapik Arca. Situs bersejarah
yang diduga peninggalan Kerajaan Mataram Kuno tersebut sebenarnya

sudah lama diketahui warga setempat, tetapi sayngnya warga tersebut
bersikap untuk pasif dan membiarkan situs tersebut apa adanya. Melihat
dari sejarahnya. Lapik Arca merupakan sebuah landasan tempat
bersemayamnyasebuah arca atau patung yang disucikan dengan ukuran 80
kali 70 sentimeter.
Sedangkan Yoni merupakan lambang sebuah kesuburan atau
perwujudan dari salah satu istri Dewa Siwa yaitu Dewi Uma. Melihat hal itu
belum ada langkah nyata dari pemerintah malah yang begitu gencar adalah
komunitas sejarah karena kejadian tersebut menambahpanjang daftar situs
di Semarang yang mengalami pembiaran dan kerusakan. Bahkan yang lebih
fatalnya lagi kolektor bebas dalam hal menjual kekayaan asli Indonesia ke
Luar Negeri dengan harga tinggi. Tentu itulah pemasalahan yang terjadi jadi
selama ini asset kita hilang bukan karena dicuri tetapi karena selama ini kita
tidak mau menjaga asset kita, baru setelah ada berita heboh kita baru
bergelora untuk menyatakan itu adalah milik kita.
3. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Penegakan Hukum Lingkungan Berdasarkan
penelantaran situs bersejarah di wilayah kabupaten Ungaran?

kasus


2. Bagaimana langkah kedepan untuk menghadapi masalah lingkungan
yang berdampak pada rusaknya peninggalan bersejarah?
PEMBAHASAN
1.Upaya Penegakan Berbasis Hukum LIngkungan
Di dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 telah dinyatakan
dalam hal pengelolaan lingkungan hidup telah dibuka bagi siapa saja
yang ingin menegakkan hukum lingkungan karena sudah terdapat ruang
dan instrument hukum. Penegakkan hukum lingkungan dapat dilakukan
dengan beberapa alternative penyelesaian, baik melalui jalur pengadilan
ataupun jalur luar pengadilan. Penegakkkan hukum lingkungan dapat
dilakukan dari segi hukum perdata, hukum administrasi dan hukum
pidana.4 Berdasarkan kasus tersebut akan diuraikan cara penyelesaian
kasus hukum tersebut, antara lain:

4 Muhammad , Ewin, 2011 , HukumLingkungan Dalam Sistem Kebijakaksanaan Pembangunan
LIngkungan Hidup, PT Rafika Aditama, Bandung, hlm.90.

a.


Jalur Pengadilan: Dalam ketentuan tentang lingkungan hidup
yang terdapat dalam pasal 84 sampai 92 UUPLH 5 bahwa
penyelesaian sengketa dapat dilakukan di dalam pengadilan atau di
luar pengadilan tergantung dari kesepakatan masing-masing. Jika
menggunakan jalur pengadilan maka kesepakatan yang akan
dicapai adalah tercapainya ganti rugi, ganti rugi dalam hal ini
adalah apabila dalam kasus ini adalah arca dan peninggalan sejarah
lainnnya rusak dan tidak adanya upaya yang dilakukan oleh
pemerintah untuk melakukan upaya menyelamatkan aset
peninggalan sejarah, dalam hal ini Komunitas Pecinta Sejarah dapat
melakukan gugatan kepada pemerintah
melalui pengadilan, penyelesaian kasus lingkungan melalui proses
pengadilan adalah cara terakhir yang dapat dilakukan setelah
kesepakatan melalui jalur musyawarah tidak berhasil. Hal ini juga
tercantum dalam penjelasan pasal 20 ayat (2) UULH bahwa
bilamana tim yang terdiri atas pihak penderita atau kuasanya, dan
unsur pemerintah tidak mencapai kata sepakat dalam batas waktu
tertentu, maka penyelesaiannya dilakukan melalui pengadilan
negeri, keputusan hakim terutama dalam kasus pidana karena
adanya unsur kesengajaan terhadap hal tertentu. Implementasi

penegakan hukum dalamdalam ini aset sejarah dan kasus yang
terjadi di kabupaten ungaran ini bukan yang pertama kali saja
Menurut laporan komunitas Pecinta Sejarah itu bukanlah hal yang
pertama kali.

Keputusan hakim terutama dalam kasus Pidana diharapkan akan sangat
berpengaruh dalam rangka mengefekkan sanksi, baik fungsi preventive atau
represif.
b.

Jalur Musyawarah: Penyelesaian di luar pengadilan atau jalur
musyawarah ini dilakukan secara sukarela oleh para pihak yang
bersengketa, dimaksudkan penyelesaian kasus lingkungan tanpa
melalui putusan pengadilan. Sistem penyelesaian kasus lingkungan
melalui jalur musyawarah ini diprioritaskan untuk mengkaji
pemanfaatan mediasi lingkungan (environmental mediation}6

Akibat adanya pembiaran terhadap situs bersejarah yang sengaja
dibiarkan dan tidak mendapatkan respon dari pemerinta membuat
banyaknya peninggalan sejarah bangsa Indonesia menjadi rusak ataupun

jika tidak rusak maka akan berada didalam genggaman kolektor. Disini juga
diperlukan tindakan tegas yang dilakukan oleh kepolisian tentang
pelarangan penjarahan terhadap situs bersejarah. Karena walau
bagaimanapun situs tersebut akan menjadi warisan anak cucu kita dan dari
generasi ke generasi.
5 Ibid hal 90
6 Harry Agung Arifianto, “Penerapan Sanksi Administrasi
Akibat Pencemaran Lingkungan Hidup
(Studi Kasus di C V Slamet widodo Semarang)”, Unne Law Journal, Vol 1,. April , 2016,hlm.25

2. Cara Merawat Lingkungan Dan Melindungi Aset Sejarah
Menurut Undang-undang Nomor 23 tahun 2007 tentang pengelolaan
lingkingan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan
kesatuan mahluk hidup yang di dalamnyamanusia dan perilakunya yang
melangsungkan kehidupan dan kesejahteraan mahlk hidup lainnya. 7 Unsurunsur lingkunganhidup dibedakan menjadi tiga yaitu:
A .Unsur Hayati(biotik): yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari
makhluk hidup lainnya seperti manusia, tumbuhan, hewan dan jasad renik
B. Unsur Sosial Budaya: Yaitu Lingkungan dan budaya yang dibuat manusia
dari system nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk social
C. Unsur fisik: yaitu unsur-unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda

tak hidup seperti air, udara, dan tanah.
Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak
dapat dihindari lagi. Filsafat tentang kehidupan yang menyatu dan
berdampingan dengan alam, biasa disebut sebagai naturalisme berubah
menjadi antroposentrisme. Filsafat tersebut luntur terganti dengan
manusia sebagai pengendali utama alam, bukan lagi manusia yang
menyesuaikan diri dengan alam dan lingkungan. Keadaan tersebut telah
berubah, alam dan lingkungan diolah sedemikian rupa untuk mengikuti
kehendak dan memenuhi kebutuhan hidup manusia. Berdasarkan hasil
observasi dan interview,beberapa masyarakat yang mengeksploitasi alam
untuk memenuhi hasrat kemapanan ekonomi, dan dengan dalih untuk
menyukseskan program pembangunan.8
Kearifan lokal merupakan bagian dari masyarakat untuk bertahan
hidup sesuai dengan kondisi lingkungan, sesuai dengan kebutuhan, dan
kepercayaan yang telah berakar dan sulit untuk dihilangkan, begitu pula
Sumarmi dan Amirudin (2014) menjelaskan bahwa kearifan lokal
merupakan pengetahuan lokal yang digunakan oleh masyarakat untuk
bertahan hidup dalam suatu lingkungan yang menyatu dengan sistem
kepercayaan, norma, budaya dan diekspresikan dalam tradisi dan mitos
yang dianut dalam jangka waktu yang lama.

Fungsi kearifan lokal adalah sebagai berikut. Pertama, Sebagai
penanda identitas sebuah komunitas. Kedua, sebagai elemen perekat
(aspek kohesif) lintas warga, lintas agama dan kepercayaan. Ketiga,
kearifan lokal memberikan warna kebersamaan bagi sebuah komunitas.
7 Ibid hal 24
8. Rohana Sufia, Sumarmi, Ach. Amirudin, “KEARIFAN LOKAL DALAM
MELESTARIKAN LINGKUNGAN HIDUP
(STUDI KASUS MASYARAKAT ADAT DESA KEMIREN KECAMATAN
BANYUWANGI)”, Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol 1,, April , 2016,hlm.54.

GLAGAH

KABUPATEN

Keempat, mengubah pola pikir dan hubungan timbal balik individu dan
kelompok dengan meletakkannya di atas common ground/ kebudayaan
yang dimiliki. Kelima, mendorong terbangunnya kebersamaan, apresiasi
sekaligus sebagai sebuah mekanisme bersama untuk menepis berbagai
kemungkinan yang meredusir, bahkan merusak, solidaritas komunal, yang
dipercayai berasal dan tumbuh di atas kesadaran bersama, dari sebuah
komunitas terintegrasi (Sumarmi dan Amirudin, 2014) 9 Kearifan lokal
merupakan wujud dari perilaku komunitas atau masyarakat tertentu
sehingga dapat hidup berdampingan alam/ lingkungan tanpa harus
merusaknya. Prawiladilaga menguraikan bahwa kearifan lokal merupakan
suatu kegiatan unggulan dalam masayarakat tertentu, keunggulan
tersebut tidak selalu berwujud dan kebendaan, sering kali di dalamnya
terkandung unsur kepercayaan atau agama, adat istiadat dan budaya atau
nilai-nilai lain yang bermanfaat seperti untuk kesehatan, pertanian,
pengairan, dan sebagainya. Merujuk pengertian tersebut dapat dijelaskan
pula bahwa kearifan lokal sudah mengakar, bersifat mendasar, dan telah
menjadi wujud perilaku dari suatu warga masyarakat guna mengelola dan
menjaga lingkungan dengan bijaksana.
Tercatat sekitar 80% penduduk bumi memiliki kearifan lokal (Keraf,
2010). Keadaan tersebut dapat dijadikan rujukan untuk hidup dan bertahan
lebih lama sebagai jawaban untuk kehidupan modern. Kehidupan modern
saat ini memiliki kegiatan eksploitasi alam dengan intensitas yang tinggi,
merupakan tanda kerusakan lingkungan/alam juga bertambah luas.
Kemajuan teknologi tidak menjamin suatu negara/daerah untuk lebih
bertanggung jawab terhadap lingkungan. Namun, pola pikir dan gaya
hidup masyarakat memiliki peran penting dalam menjaga dan
melestarikan lingkunganNamun yang perlu disadari bahwa tindakan
pembiaran yang dialkukan dimasyarakat tentang penemuan sebuah
peninggalan sejarah harusnya segera ditanggapi dengan cepat oleh
pemerintah. Langkah-langkah ke depan yang perlu dilakuan adalah:
1. Memberikan Sosialisasi kepada masyarakat apabila menemukan sesuatu
aset sejarah di daerahnya
2. Penegakan Hukum Lingkungan dapat berupa Administratif, Perdata
maupun
Pidana
3. Melarang penjualan aset sejarah kepada kolektor
4. Membuat museum yang tidak membosankan
5. Apabila di daerah tersebut ditemukan potensi wisata maka kembangkan
menjadi
daerah wisata.
9 Ibid hal 54

Dan mari kita ingat kembali isi dari Declaration Of Stockholm pasal !3
yaitu: Guna mencapai pengelolaan sumber daa alam yang lebih rasional
dan untuk memperbaiki lingkungan, negara harus melakukan pendekatan
integral dan koordinatif dengan perencanaan pembangunan negara yang
bersangkutan sehingga menjamin pembangunan negara sesuai dengan
kebutuhan untuk melindungi dan memperbaiki lingkungan untuk
keuntungan mereka sendiri. Oleh karena itu maka pembangunan harus
sejalan dengan alam.
KESIMPULAN
Penelantaran terhadap situs-situs bersejarah merupakan tindakan
yang tidak dapat dibenarkan. Indonesia merupakan negara yang kaya akan
warisan sejarah. Banyak negara lain yang iri karena kekayaan budaya yang
ada di Indonesia.Hukum Lingkungan lahir dan sejalan dengan kesadaran
manusia terhadap lingkungannya. Manusia terlalu sombong engan teori
antroposentrisnya, yang harus kita sadari bahwa kita adalah perawat
sekaligus penjaga bumi ini, pembangunan dan teknologi boleh sangat maju
tetapi jika kita mengabaikan hal-hal sekitar yang terjadi kita juga akan
mengalami kerugian.
Pemerintah harus mampu membuat kebijakan yang melindungi
potensi-potensi dan aset-aset bersejarah yang ada. Pemerintah harus
membuat masyarakat mencintai sejarah aslinya dan mampu menggerakkan
masyarakat di era modern ini untuk cinta terhadap lingkungannya. Jangan
sampai aset-aset asli Indonesia lari ke luar negeri atau bahkan berada di
tangan para kolektor da nada di pasar gelap.

Daftar Pustaka
Abdurrahman,2004. Pengantar Hukum Lingkungan Indonesia, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung

Arifianto ,Harry Agung , “Penerapan Sanksi Administrasi Akibat Pencemaran
Lingkungan Hidup (Studi Kasus di C V Slamet widodo Semarang)”,
Unnes Law Journal, Vol 1,. Januari , 2016 Declaration Of Stockholm
Rohana Sufia, Sumarmi, Ach. Amirudin, “KEARIFAN LOKAL DALAM MELESTARIKAN
LINGKUNGAN HIDUP (STUDI KASUS MASYARAKAT ADAT DESA
KEMIREN KECAMATAN GLAGAH KABUPATEN BANYUWANGI)”, Jurnal
Ilmu Pendidikan, Vol 1,, April , 2016
Soemartono,R.M. Gatot , 1996, Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar Grafika,
Jakarta
Undang_Undang Dasar Negara 1945
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009

LAMPIRAN