Analisis Psikologis Tokoh Utama Dalam Novel “The Devil’s Whisper “Karya Miyuki Miyabe

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Secara harfiah, kata sastra berasal dari bahasa Latin, yaitu littera yang
berarti ‘tulisan’. Bahasa Indonesia mengambil pengertian sastra dari Sansekerta
yang berarti ‘teks yang mengandung instruksi’. Sastra berkaitan erat dengan
ekspresi dan kegiatan penciptaan sehingga hasil karya sastra banyak mengandung
unsur kemanusiaan, antara lain : perasaan emosional, rasa kagum, solidaritas, dan
lain-lain.
Karya sastra pada dasarnya dibagi menjadi 2 macam, yakni karya sastra
yang bersifat fiksi dan karya sastra yang bersifat non fiksi. Karya sastra yang
bersifat fiksi berupa cerita pendek (cerpen), cerita rakyat, essai dan novel.
Sedangkan karya sastra yang bersifat non fiksi berupa drama, lagu dan puisi.
Novel berasal dari bahasa Itali novella yang berarti ‘sebuah barang baru
yang kecil’, lalu diartikan sebagai ‘cerita pendek dalam bentuk prosa’. Indonesia
mengambil istilah novel dari bahasa Inggris novellet, artinya sebuah karya prosa
fiksi yang panjangnya cukup, tidak terlalu panjang namun juga tidak terlalu

pendek.
Menurut Tarigan (1990:164) novel adalah suatu cerita prosa yang fiktif
dalam panjang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan
kehidupan yang nyata dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau. Hal
ini berarti di dalam sebuah novel menceritakan kisah nyata tentang suatu keadaan
yang terjadi dalam masayarakat.

9
Universitas Sumatera Utara

Sedangkan menurut Djacob Sumardjo (1999:11-12), novel merupakan genre
sastra yang berupa cerita, mudah dibaca dan dicerna. Novel juga kebanyakan
mengandung unsur suspense dalam alur ceritanya yang mudah menimbulkan
sikap penasaran bagi pembacanya. Jadi di dalam novel terdapat bahasa sastra yang
berusaha memengaruhi, membujuk dan akhirnya mengubah sikap pembaca.
Pada umumnya, setiap karya sastra memiliki dua unsur yang berpengaruh
dalam membangun karya sastra tersebut, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
Yang dimaksud dengan unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang secara langsung
membangun cerita, misalnya : latar, penokohan, plot, sudut pandang penceritaan,
dan lain-lain. Sedangkan yang dimaksud dengan unsur ekstrinsik adalah unsurunsur yang memengaruhi jalan cerita dalam sebuah karya sastra namun tidak

menjadi bagian di dalamnya, misalnya : agama, ekonomi, psikologi, sosial, dan
lain-lain.
Kedua unsur tersebut yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik terdapat
dalam novel. Unsur intrinsik dalam novel yang akan ditelaah adalah tokoh.
Aminuddin (2000:79) mengatakan bahwa tokoh adalah pelaku yang mengemban
peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu menjalin sebuah cerita.
Walaupun tokoh yang terdapat dalam sebuah karya sastra merupakan tokoh
ciptaan pengarang, ia tetap seorang tokoh yang hidup seperti manusia yang
memiliki akal, pikiran dan perasaan. Unsur ekstrinsik merupakan unsur yang
sangat berpengaruh dalam terbentuknya bangun cerita dari sebuah karya sastra.
Salah satunya adalah unsur psikologis.
Psikologis sebuah tokoh yang terdapat dalam suatu karya sastra fiksi
merupakan hak seorang pengarang untuk menampilkan bagaimana psikologis

10
Universitas Sumatera Utara

tokohnya sehingga terdapat keserasian dan kesesuaian antara tokoh dan jalan
cerita yang dibuat oleh si pengarang tersebut. Psikologis tokoh dapat kita lihat
dari karakter tokoh dalam cerita fiksi tersebut.

Secara harfiah, psikologi adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala
kejiwaan. Psikologi dari bahasa Yunani Kuno terbentuk dari kata psyche ‘jiwa’
dan logos ‘ilmu’, sehingga dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang jiwa atau mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental
itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada
manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan
proses atau kegiatannya, sehingga psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.
Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai
aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karya dalam
berkarya. Begitu pula pembaca, dalam menanggapi karya juga tak akan lupa dari
kejiwaan masing-masing (Kinayati, 2006:241).
Menurut Rene Wellek dan Austin Warren (1995:90) bahwa pendekatan
psikologi sastra dikaitkan dengan pengarang, proses kreatif, karya sastra, dan
pembaca. Meskipun demikian, pendekatan psikologis pada dasarnya berhubungan
dengan tiga gejala utama, yaitu pengarang, karya sastra, dan pembaca, dengan
pertimbangan bahwa pendekatan psikologis lebih banyak berhubungan dengan
pengarang dan karya sastra.
Karya sastra biasanya menggambarkan kehidupan sosial manusia. Karakter
tokohnya juga sama dengan karakter manusia di dunia nyata, sehingga karakter


11
Universitas Sumatera Utara

tokoh dalam karya sastra pasti memiliki masalah psikologis yang sama dengan
karakter manusia biasa.
Ada pula hubungan antara pengarang atau sastrawan dengan segala jenis
gejala psikologisnya, baik yang telah terlihat maupun terungkap kemudian di
dalam sebuah karya sastra. Dengan demikian, maka bisa dikatakan bahwa sastra
dan psikologi memiliki kaitan yang erat.
Psikoanalisa adalah wilayah kajian psikologi sastra. Teori psikoanalisa ini
dimunculkan pertama kali oleh Sigmund Freud. Dalam kajian psikologi sastra
akan berusaha diungkapkan psikoanalisa kepribadian yang dipandang meliputi
tiga unsur kejiwaan, yaitu Id, Ego dan Super Ego. Ketiga sistem kepribadian ini
saling berkaitan dan membentuk totalitas serta tingkah laku manusia yang tidak
lain merupakan produk interaksi ketiganya (Endraswara, 2003:101).
Hasil karya sastra berupa novel yang berhubungan dengan sistem
kepribadian Sigmund Freud salah satunya adalah novel berjudul “The Devil’s
Whisper” karangan Miyuki Miyabe. Miyuki Miyabe adalah seorang penulis
misteri


terkenal

di

Jepang.

Keunggulan

karya-karyanya

terletak

pada

penggambaran peristiwa yang detil dan karakter tokoh yang unik. Kebanyakan
novelnya merupakan fiksi dan sangat laris di pasaran.
Novel fiksi ini menceritakan tentang kisah hidup Mamoru Kusaka, seorang
remaja laki-laki yang masih berusia 16 tahun. Mamoru lahir dari sebuah keluarga
yang bahagia, hidup berkecukupan dengan kasih sayang yang melimpah dari

kedua orangtuanya.
Hidupnya berubah drastis sejak ayahnya yang menghilang, tuduhan tentang
ayahnya yang mencuri dana masyarakat sebesar 5 juta yen yang menyebabkan

12
Universitas Sumatera Utara

Mamoru dan ibunya dikucilkan oleh masyarakat. Hal itu terjadi ketika Mamoru
dan ibunya sedang melintasi jalan rumah beberapa warga, yang dengan sigap
langsung menutup pintu keras-keras dan berteriak mengucapkan kata-kata kasar.
Belum lagi keadaan dimana Mamoru berusaha mengikuti berbagai permainan
yang sedang dimainkan oleh anak-anak seusianya, misalnya bermain bola tetapi
tak ada seorang pun anak yang mengajaknya bermain. Ketika Mamoru asyik
bermain sendirian pun banyak anak-anak yang berlaku jahil. Pesawat kertas yang
diterbangkan Mamoru dirusak oleh anak-anak nakal tersebut. Namun hati nurani
Mamoru berhasil membujuk Mamoru untuk tidak membalas mereka. Ia lebih
memilih untuk diam saja dan membuat pesawat kertas yang baru.
Ketika ibunya meninggal,

Mamoru


yang

sudah

beranjak

remaja

memutuskan untuk tinggal dengan bibinya yang telah berkeluarga, terjadi sebuah
kasus dimana suami bibinya yang bernama Taizo Asano, berprofesi sebagai supir
taksi, menabrak seorang mahasiswi hingga tewas. Mamoru sangat yakin sang
paman tak bersalah. Taizo adalah satu-satunya supir taksi yang tak pernah
memiliki catatan pelanggaran lalu lintas sedikit pun. Sangat mustahil bagi
Mamoru melihat Taizo yang selalu berhati-hati itu bisa menabrak seorang gadis
dengan sangat fatal. Dia melakukan penyelidikan secara pribadi demi
membebaskan pamannya dari tuduhan polisi. Ia mendapati bahwa gadis yang
tertabrak taksi dan dua orang gadis lainnya yang “bunuh diri” berkaitan.
Ketiganya pernah terlibat dalam praktik penipuan. Mamoru terkejut ketika
menyadari bahwa ketiga wanita tersebut bunuh diri karena hipnotis dari salah satu

kerabat korban penipuan. Ketika mencari gadis keempat, Mamoru malah bertemu
dengan saksi mata penting dalam kasus pamannya. Saksi mata ini bernama Koichi

13
Universitas Sumatera Utara

Yoshitake. Mamoru mengira Yoshitake memang orang baik yang sayang pada
Mamoru, sampai akhirnya Mamoru tahu bahwa Yoshitake-lah yang menabrak
ayah Mamoru hingga tewas, tepat ketika ia ingin menyerahkan diri ke polisi
karena telah mencuri dana masyarakat.
Hal ini tentu saja berdampak terhadap kondisi psikologis Mamoru Kusaka.
Karena pengucilan dan perlakuan kasar dari masyarakat sekitar, Mamoru menjadi
anak yang kuper dan pemalu. Tetapi ia mampu mengatasi rasa takut akibat beban
psikologis yang secara tidak langsung disebabkan oleh perilaku orang-orang yang
mengucilkannya.
Dari uraian di atas, penulis memilih judul ‘Analisis Psikologis Tokoh Utama
dalam Novel “The Devil’s Whisper” Karya Miyuki Miyabe” karena penulis
tertarik untuk membahas psikologis tokoh utama dalam novel tersebut. Penulis
lebih memilih unsur psikologis sebagai pendekatan dalam penelitian ini, karena
pendekatan psikologis lebih menekankan pada penelitian tentang kejiwaan.

Penelitian ini ingin membahas lebih dalam unsur konflik dan kepribadian yang
merupakan bagian dari unsur kejiwaan sehingga penulis memilih pendekatan
psikologis daripada pendekatan lainnya. Selain itu, penulis juga merasa tertarik
karena kemampuan tokoh utama yang bisa bangkit dari keterpurukan dan hatinya
yang mulia bisa memaafkan orang-orang yang telah menyakitinya dan
keluarganya. Perbuatan Id dari tokoh cerita ada banyak di dalam novel ini dan
menjadi cermin bagi para pembaca. Hal ini akan dibahas lebih lanjut pada bab
selanjutnya.
1.2

Perumusan Masalah

14
Universitas Sumatera Utara

Novel yang berjudul The Devil’s Whisper karya Miyuki Miyabe ini
mengisahkan tentang Mamoru Kusaka sebagai tokoh utama yang digambarkan
sebagai anak yang pemalu karena dikucilkan oleh masyarakat tempat ia tinggal
saat ia masih kecil. Ayahnya yang bekerja sebagai asisten kepala keuangan
dituduh mencuri dana masyarakat sebesar 5 juta yen pada tahun 1989. Berbagai

tekanan batin dan kekerasan secara psikis membuat Mamoru merasa terbebani
secara psikologis.
Perasaan malu dan tertekan batin yang dirasakan oleh Mamoru
mengakibatkan sifatnya berubah dari anak yang periang menjadi anak yang
pemalu dan pendiam. Cara berpikirnya pun menjadi lebih dewasa dari usianya.
Pengucilan yang dialaminya sewaktu kecil bisa ia terima dengan lapang dada,
walaupun terasa sulit baginya. Pengucilan dirinya dari masyarakat sekitar tersebut
diakibatkan karena adanya rasa malu.
Adanya tekanan batin atau psikologis bagi Mamoru Kusaka adalah karena
perasaan malu akibat perbuatan ayahnya yang mencuri. Sehingga dari rasa malu
tersebut, muncul sikap Id yaitu ingin menyakiti teman masa kecilnya yang selalu
mengejek dan bersikap kasar terhadap Mamoru. Tokoh Kakek dalam novel ini
berperan sebagai Ego dimana Kakek selalu memberikan nasihat sehingga bisa
menekan hasrat Id. Sedangkan Super Ego juga berhasil mengalahkan Id karena
Mamoru akhirnya membuat keputusan untuk tidak membalas perlakuan kasar dari
teman-temannya.
Sebagai karya sastra, kisah Mamoru Kusaka ini menggambarkan kondisi
realitas tentang pengucilan oleh masyarakat terhadap keluarga pelaku suatu kasus.
Pengarangnya adalah orang Jepang yang tinggal di New York, Amerika Serikat,


15
Universitas Sumatera Utara

memiliki pandangan yang sudah terbuka dan menjunjung tinggi HAM. Pengarang
berusaha memberitahukan kepada para pembaca setianya bagaimana situasi dan
kondisi seorang anak yang dikucilkan oleh masyarakat sedari kecil. Selain itu,
pengarang juga ingin memberitahukan kepada pembacanya agar jangan
menghakimi seseorang dari perbuatan orangtua ataupun keluarganya. Walaupun
orangtuanya bertindak kriminal, belum tentu anaknya juga bertindak kriminal.
Kejahatan seseorang tidak bisa diteruskan kepada keturunannya.
Untuk memberikan arahan yang tepat, penulis membuat rumusan masalah
yang berguna untuk menyelesaikan masalah dengan baik. Permasalahan dalam
novel ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1) Bagaimana kondisi psikologis tokoh utama Mamoru Kusaka dalam novel
The Devil’s Whisper?
2) Bagaimana sikap dan perilaku Id, Ego dan Super Ego yang dilatarbelakangi
budaya malu yang diungkapkan oleh Miyuki Miyabe dalam novel The
Devil’s Whisper?

1.3

Ruang Lingkup Pembahasan

Agar masalah penelitian tidak terlalu luas dan berkembang jauh, maka
dalam penelitian ini penulis hanya membahas tentang masalah psikologis tokoh
utama dalam novel The Devil’s Whisper karya Miyuki Miyabe. Analisis lebih
difokuskan kepada penjelasan mengenai beban psikologis tokoh utama Mamoru
Kusaka yang diwujudkan dengan sikap dan tingkah laku yang berkaitan dengan Id,
Ego dan Super Ego yang dilatarbelakangi oleh budaya malu. Pembahasan lebih

16
Universitas Sumatera Utara

diarahkan kepada pengungkapan secara jelas mengenai sikap Id, Ego dan Super
Ego yang saling menekan dilakukan oleh tokoh utama di dalam novel ini.
Dan agar penulisan menjadi lebih jelas dan memperoleh akurasi data yang
tepat, maka sebelum bab pembahasan, penulis akan menjelaskan juga mengenai
definisi novel, setting novel, biografi pengarang dan psikoanalisa Sigmund Freud.

1.4

1.

Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

Tinjauan Pustaka
Abrams dalam Pradopo (2002:63) menyebutkan bahwa analisis dan

penafsiran tidak dapat dipisahkan secara mutlak sebab analisis itu merupakan
salah satu sarana penafsiran di samping paraphrase dan komentar. Analisis
dipisahkan dari penafsiran karena analisis merupakan sarana penafsiran yang
khusus, yang memerlukan uraian panjang lebar. Dengan analisis maka makna
karya sastra dapat ditafsirkan dengan lebih jelas sehingga karya sastra bisa
ditelaah dengan baik. Analisis dalam mengkritik karya sastra ada beberapa macam,
salah satunya adalah pendekatan psikologis.
Pendekatan psikologis adalah pendekatan yang bertolak dari asumsi bahwa
karya sastra selalu saja membahas tentang peristiwa kehidupan manusia. Manusia
senantiasa memerhatikan perilaku yang beragam. Bila ingin melihat dan mengenal
manusia lebih dalam dan lebih jauh, maka diperlukan psikologi. Di zaman
kemajuan teknologi seperti sekarang ini manusia mengalami konflik kejiwaan
yang bermula dari sikap kejiwaan tertentu yang bermuara pula ke permasalahan
kejiwaan (Semi, 1990:76).

17
Universitas Sumatera Utara

Unsur intrinsik yang sangat berperan dalam suatu karya sastra adalah tokoh.
Tokoh dalam sebuah karya sastra fiksi merupakan pelaku yang mengemban
peristiwa dalam cerita fiksi. Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai
pembawa dan penyampai pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin
disampaikan kepada pembaca.
Tokoh cerita menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1995:165), adalah
orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh
pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti
yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Dari
kutipan tersebut dapat diketahui bahwa antara seorang tokoh dengan kualitas
pribadinya berkaitan erat dalam penerimaan pembaca.
Nurgiyantoro (1995:166) berpendapat bahwa fiksi adalah suatu bentuk
karya kreatif, sehingga bagaimana seorang pengarang mewujudkan dan
mengembangkan tokoh-tokoh ceritanya juga tak terlepas dari kebebasan
kreativitasnya. Fiksi memiliki dan menawarkan model kehidupan seperti yang
disikapi dan dialami tokoh-tokoh cerita sesuai dengan pandangan pengarang
terhadap kehidupan itu sendiri. Oleh karena pengarang yang sengaja menciptakan
dunia dalam fiksi, ia memiliki kebebasan penuh untuk menampilkan berbagai
tokoh cerita sesuai dengan selera dan keinginannya, seperti bagaimana watak atau
karakternya, apapun status sosialnya maupun permasalahan yang dihadapi oleh
tokoh. Singkatnya, pengarang bebas untuk menampilkan dan memperlakukan
tokoh siapapun orangnya walaupun hal tersebut berbeda dengan dunianya sendiri
di dunia nyata.

18
Universitas Sumatera Utara

2.

Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan rancangan teori-teori yang berhubungan dengan

permasalahan teori yang mengacu pada penelitian. Pada kerangka teori ini semua
teori yang mengacu kepada objek yang dibahas akan dijelaskan secara terperinci.
Penjelasan tersebut dapat dijadikan sebagai landasan pemikiran dan titik acuan
dari masalah penelitian. Meneliti suatu karya sastra berarti harus menggunakan
salah satu teori sastra atau dapat juga dikatakan pendekatan sastra.
Dalam menganalisis suatu karya sastra diperlukan suatu teori pendekatan
yang berfungsi sebagai acuan penulis dalam menganalisis karya sastra tersebut.
Dalam penulisan ini, penulis menggunakan pendekatan psikologi sastra Sigmund
Freud dan pendekatan semiotika.
Roekhan dalam Aminuddin (1990:88-91) mengatakan bahwa psikologi
sastra adalah suatu kajian yang bersifat tekstual terhadap aspek psikologis sang
tokoh dalam karya sastra. Sebagaimana wawasan yang telah lama menjadi
pegangan umum dalam dunia sastra, psikologi sastra juga memandang bahwa
sastra merupakan hasil kreativitas pengarang yang menggunakan media bahasa,
yang diabdikan untuk kepentingan estetis. Karya sastra merupakan hasil ungkapan
kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya ternuansakan suasana
kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun suasana rasa atau emosi.
Teori psikoanalisa Freud membagi struktur kejiwaan manusia ke dalam Id,
Ego dan Super Ego. Freud mengatakan bahwa Id adalah berupa dorongandorongan, insting-insting, nafsu-nafsu dan semua dorongan yang mengarah
kepada pemuasan kesenangan. Ego adalah unsur kesadaran yang mampu
menghayati secara batiniah dan lahiriah, menampilkan akal budi dan pikiran,

19
Universitas Sumatera Utara

selalu siap menyesuaikan diri, dan mampu mengendalikan dorongan-dorongan.
Super Ego adalah berperan sebagai hati nurani yang mengontrol dan mengkritik
perbuatan diri sendiri.
Dengan menggunakan teori psikoanalisa Sigmund Freud tersebut maka
penulis dapat menganalisis psikologis tokoh utama Mamoru Kusaka dalam novel
The Devil’s Whisper yang berkaitan dengan struktur jiwa manusia, yaitu Id, Ego
dan Super Ego.
Untuk mengetahui adanya beban psikologis tokoh utama Mamoru Kusaka
dalam novel The Devil’s Whisper, penulis menggunakan teori semiotik. Pradopo
dkk (2001:71), menyatakan bahwa semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda.
Dalam pandangan semiotik yang berasal dari teori Saussure, bahasa merupakan
sebuah sistem tanda, dan sebagai suatu tanda, bahasa bersifat mewakili sesuatu
yang lain disebut makna (Nurgiyantoro, 1995:39).
Dengan teori ini, maka penulis akan menganalisa tanda-tanda atau
indeksikal perilaku tokoh utama yang memiliki tekanan batin, sehingga dengan
pendekatan semiotik ini penulis akan mengetahui dan menunjukkan masalah
psikologis yang dialami oleh tokoh utama Mamoru Kusaka berdasarkan teori
psikoanalisa Sigmund Freud.

1.5

1.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka

tujuan penelitian ini adalah :

20
Universitas Sumatera Utara

1) Untuk mendeskripsikan psikologis yang dialami oleh tokoh utama
berdasarkan teori kepribadian Sigmund Freud.
2) Untuk memberikan gambaran sikap dan perilaku Id, Ego dan Super Ego
yang dilatarbelakangi budaya malu yang diungkapkan oleh Miyuki Miyabe
dalam novel The Devil’s Whisper.

2.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :

1) Untuk menambah pengetahuan bagi peneliti dan masyarakat umum yang
ingin mengetahui mengenai psikologis tokoh dalam karya sastra fiksi.
2) Untuk membantu pembaca untuk lebih memahami isi cerita dalam novel
The Devil’s Whisper, terutama kondisi kejiwaan tokoh utama dan konflik
yang dihadapi berdasarkan psikologi dan sastra.

1.6

Metode Penelitian

Menurut Joko Subagyo (1997:1), metode merupakan jalan yang berkaitan
dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya,
sehingga dapat memahami objek sasaran yang dikehendaki dalam upaya mencapai
sasaran atau tujuan pemecahan permasalahan.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif.
Koentjaraningrat (1976:30) mengatakan bahwa penelitian yang bersifat deskriptif
yaitu memberikan gambaran secermat mungkin mengenai suatu individu, gejala,
keadaan, atau kelompok tertentu.

21
Universitas Sumatera Utara

Penulis menguraikan dan menjelaskan secara cermat mengenai masalahmasalah yang terdapat dalam novel ini dengan menggunakan beberapa teori yang
ada. Teori-teori tersebut adalah teori psikologis khususnya teori psikoanalisa
Sigmund Freud dan teori semiotika.
Sementara itu, teknik penulisan yang penulis gunakan untuk mengumpulkan
data adalah metode Library Research (studi kepustakaan). Menurut Nawawi
(1991:133), studi kepustakaan adalah suatu metode penulisan penelitian yang
mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, di antaranya adalah buku-buku,
hasil penelitian baik yang ilmiah seperti skripsi, tesis ataupun non ilmiah yang
berhubungan dengan masalah pencarian dan pengumpulan data yang diperlukan
dalam proses penulisan penelitian tersebut. Penulis juga melakukan penelusuran
data melalui internet seperti blog yang membahas mengenai masalah yang
berkaitan dengan judul proposal ini. Sumber utama penelitian ini adalah novel
The Devil’s Whisper karangan Miyuki Miyabe. Setelah penulis mengumpulkan
data-data tersebut, maka penulis kemudian membaca dan menganalisis berbagai
masalah yang ada dengan teori-teori yang berhubungan dengan penulisan ini.

22
Universitas Sumatera Utara