Analisis Psikologis Tokoh Utama Dalam Novel “The Devil’s Whisper “Karya Miyuki Miyabe

BAB II
TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL THE DEVIL’S WHISPER
DAN KONSEP PSIKOANALISA SIGMUND FREUD

2.1

Definisi Novel
Sebutan novel berasal dari bahasa Itali, yaitu novella yang berarti ‘sebuah

barang baru yang kecil’, lalu diartikan sebagai ‘cerita pendek dalam bentuk prosa’.
Indonesia mengambil istilah novel dari bahasa Inggris novellet, artinya sebuah
karya prosa fiksi yang panjangnya cukup, tidak terlalu panjang namun juga tidak
terlalu pendek.
Prosa dalam pengertian kesusastraan juga disebut sebagai fiksi. Karya fiksi
menyarankan pada suatu karya yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan,
khayalan, sesuatu yang tidak ada, dan terjadi sungguh-sungguh sehingga tidak
perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata (Nurgiyantoro, 1995:2). Tokoh
peristiwa dan tempat yang disebut-sebut dalam fiksi adalah tokoh, peristiwa, dan
tempat yang bersifat imajiner.
Menurut Poerwadaminta (1996:694) novel adalah karangan prosa yang
panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang yang

dikelilinginya dan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Sedangkan menurut
Takeo dalam Pujiono (2002:3), novel merupakan sesuatu yang menggambarkan
kehidupan sehari-hari di dalam masyarakat meskipun kejadiannya tidak nyata.

23
Universitas Sumatera Utara

2.1.1 Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik atau unsur dalam adalah unsur yang ikut mempengaruhi
terciptanya karya sastra. Adapun unsur pembentuk yang dibangun oleh unsur
intrinsik sebagai berikut.

a.

Tema
Tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita. Tema cerita

menyangkut

segala


persoalan

kemanusiaan,

kekuasaan,

kasih

sayang,

kecemburuan, dsb. Untuk mengetahui tema suatu cerita, diperlukan apresiasi
menyeluruh terhadap berbagai unsur karangan. Tema jarang dituliskan secara
tersurat oleh pengarangnya. Untuk dapat merumuskan tema cerita fiksi, seorang
pembaca harus mengenali unsur-unsur intrinsik yang dipakai oleh pengarang
untuk mengembangkan cerita fiksinya.
Menurut Brooks (1952:820), tema adalah pandangan hidup yang tertentu
atau perasaan tertentu mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai tertentu yang
membentuk atau membangun dasar atau gagasan utama dari suatu karya sastra.
Istilah tema menurut Scharbach dalam Aminuddin (2000:91) berasal dari

bahasa latin yang berarti ‘tempat meletakkan suatu perangkat’. Disebut demikian
karena tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga
sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang
diciptakannya. Sebab itulah penyikapan terhadap tema yang diberikan
pengarangnya dengan pembaca umumnya terbalik. Seorang pengarang harus
memahami tema cerita yang akan dipaparkan sebelum melaksanakan proses
kreatif penciptaan, sementara pembaca baru dapat memahami tema bila mereka

24
Universitas Sumatera Utara

telah selesai memahami unsur-unsur signifikan yang menjadi media pemapar tema
tersebut.
Lebih lanjut, Brooks dalam Aminuddin (2000:92) mengatakan bahwa dalam
mengapresiasi tema suatu cerita, seorang apresiator harus memahami ilmu-ilmu
humanitas karena tema sebenarnya merupakan pendalaman dan hasil kontemplasi
pengarang yang berkaitan dengan masalah kemanusiaan serta masalah lain yang
bersifat universal. Tema dalam hal ini tidaklah berada di luar cerita, tetapi inklusif
di dalamnya. Akan tetapi, keberadaan tema meskipun inklusif di dalam cerita
tidaklah terumus dalam satu dua kalimat secara tersurat, tetapi tersebar di balik

keseluruhan unsur-unsur signifikan atau media pemapar prosa fiksi.
Dalam upaya pemahaman tema, pembaca perlu memperhatikan beberapa
langkah berikut.
1.

Memahami setting dalam prosa fiksi yang dibaca.

2.

Memahami penokohan dan perwatakan para pelaku dalam prosa fiksi yang
dibaca.

3.

Memahami suatu peristiwa, pokok pikiran serta tahapan peristiwa dalam
prosa fiksi yang dibaca.

4.

Memahami plot atau alur cerita dalam prosa fiksi yang dibaca.


5.

Menghubungkan pokok-pokok pikiran yang satu dengan yang lainnya yang
disimpulkan dari satuan-satuan peristiwa yang terpapar dalam suatu cerita.

6.

Menentukan

sikap

penyair

terhadap

pokok-pokok

pikiran


yang

ditampilkannya.
7.

Mengidentifikasi tujuan pengarang memaparkan ceritanya dengan bertolak
dari satuan pokok pikiran yang ditampilkannya.

25
Universitas Sumatera Utara

8.

Menafsirkan tema dalam cerita yang dibaca serta menyimpulkannya dalam
satu dua kalimat yang diharapkan merupakan ide dasar cerita yang
dipaparkan pengarangnya.
Berdasarkan pengertian di atas, tema yang diangkat dalam novel The

Devil’s Whisper ini adalah mengenai pengucilan dan balas dendam. Adanya
budaya malu membuat masyarakat Jepang tidak bisa menerima dengan baik

keluarga pelaku kriminal dan malah menjauhinya.

b. Alur (plot)
Alur adalah pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebabakibat. Pola pengembangan cerita novel tidak seragam. Jalan cerita suatu novel
terkadang berbelit-belit, penuh kejutan ataupun sederhana.
Menurut Aminuddin (2000:83), pengertian alur pada karya sastra adalah
rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin
suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita. Tahapan
peristiwa yang menjalin suatu cerita bisa berbentuk dalam rangkaian peristiwa
yang berbagai macam.
Sedangkan alur menurut Stanton dalam Nurgiyantoro (1995:13), adalah
cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan
secara sebab-akibat. Peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya
adalah segala keterangan, petunjuk, dan pengacuan yang berkaitan dengan ruang,
waktu dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra. Dari penjelasan
tersebut, alur merupakan keserasian antara waktu, tempat dan deskripsi suasana.

26
Universitas Sumatera Utara


Peristiwa-peristiwa cerita dimanifestasikan lewat perbuatan, tingkah laku, dan
sikap tokoh-tokoh dalam cerita.
Peristiwa, konflik dan klimaks merupakan tiga unsur yang sangat esensial
dalam pengembangan sebuah alur (plot) dalam cerita. Sebuah cerita menjadi
menarik karena adanya tiga unsur tersebut.
Menurut Luxemburg dkk (1984:50), peristiwa merupakan peralihan dari
satu keadaan ke keadaan yang lain. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat
dibedakan antara kalimat-kalimat tertentu yang menampilkan peristiwa dengan
yang tidak. Peristiwa yang ditampilkan dalam karya fiksi sangat banyak, maka
perlu dilakukan analisis peristiwa untuk menentukan peristiwa mana yang
berfungsi sebagai pendukung plot.
Konflik

mengacu

pada

pengertian

sesuatu


yang

bersifat

tidak

menyenangkan yang terjadi atau dialami oleh tokoh-tokoh cerita yang jika diberi
kebebasan untuk memilih maka mereka tidak akan memilih peristiwa itu
menimpanya.
Peristiwa dan konflik biasanya berkaitan erat dan dapat saling menyebabkan
terjadinya satu dengan yang lain, bahkan konflik pun hakikatnya merupakan
peristiwa. Ada peristiwa tertentu yang dapat menimbulkan konflik atau bahkan
sebaliknya. Bentuk konflik dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu konflik
fisik dan konflik batin.
Konflik fisik (eksternal) adalah konflik yang terjadi antara seorang tokoh
dengan sesuatu di luar dirinya, bisa dengan tokoh lain maupun dengan alam.
Sedangkan konflik batin (internal) adalah konflik yang terjadi di dalam hati, jiwa
seorang tokoh atau tokoh-tokoh dalam cerita. Jadi ia merupakan konflik yang


27
Universitas Sumatera Utara

dialami manusia dengan dirinya sendiri. Kedua konflik tersebut saling berkaitan
dan menyebabkan terjadinya satu dengan yang lain dan dapat terjadi secara
bersamaan.
Menurut Stanton (2007:16), klimaks adalah saat konflik telah mencapai
intensitas tertinggi dan saat itu merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari
kejadiannya. Klimaks utama sebuah cerita akan terdapat pada konflik utama dan
akan diperankan oleh tokoh-tokoh utama dalam cerita.
Di dalam karya sastra terdapat tiga alur, yaitu :
1.

Alur maju (progresif), adalah rangkaian cerita yang dimulai dari pengenalan
masalah, terjadinya konflik, klimaks dan penyelesaian masalah.

2.

Alur mundur (regresif), adalah rangkaian cerita yang dimulai dari
menampilkan konflik, kemudian pengenalan tokoh dan penyelesaian

masalah.

3.

Alur campuran, merupakan perpaduan antara alur maju dan alur mundur.

Alur cerita dalam novel The Devil’s Whisper adalah alur campuran. Pada
awal novel terdapat cerita tentang Mamoru setelah berumur 16 tahun. Pada cerita
selanjutnya terdapat adanya flashback, yaitu cerita saat Mamoru masih kecil dan
terjadinya kasus pencurian yang dilakukan oleh ayahnya, yang merupakan awal
dari penderitaan Mamoru. Adanya pergantian sudut pandang karakter membuat
novel ini cukup membingungkan bagi orang yang sulit untuk menghapal sekian
banyak nama tokoh dalam waktu singkat. Ditambah dengan alur ceritanya yang
sulit untuk ditebak, terdapat banyak kejutan di dalam beberapa bagian cerita.

28
Universitas Sumatera Utara

c.

Tokoh
Para tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki peranan yang berbeda-

beda. Seorang tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita disebut
dengan tokoh inti atau tokoh utama, sedangkan tokoh yang memiliki peranan
tidak penting karena permunculannya hanya melengkapi, melayani dan
mendukung pelaku utama disebut tokoh tambahan atau tokoh pembantu.
Dalam menentukan siapa tokoh utama dan tokoh pembantu dalam suatu
novel, pembaca dapat menentukannya dengan jalan melihat keseringan
permunculannya dalam suatu cerita. Selain lewat memahami peranan dan
keseringan permunculannya, dalam menentukan tokoh utama serta tokoh
pembantu dapat juga ditentukan lewat petunjuk yang diberikan oleh pengarangnya.
Tokoh utama umumnya merupakan tokoh yang sering diberi komentar dan
dibicarakan oleh pengarangnya, sedangkan tokoh tambahan hanya dibicarakan ala
kadarnya (Aminuddin, 2000:79-80).
Menurut Fananie (2000:86), tokoh tidak saja berfungsi untuk memainkan
cerita, tetapi juga berperan menyampaikan ide, motif, plot dan tema. Tokoh dalam
cerita memiliki karakter dan sifat-sifat yang sesuai dengan yang dimainkan.
Tokoh juga mempunyai posisi dalam sebuah cerita tergantung di mana ia
ditempatkan. Hal inilah yang disebut dengan penokohan.
Penokohan merupakan perwujudan dan pengembangan pada sebuah cerita.
Tanpa adanya tokoh, suatu cerita tidak dapat tersampaikan dengan baik.
Penokohan lebih luas istilahnya daripada tokoh dan perwatakan, karena
penokohan mencakup siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan dan bagaimana
penempatan dalam sebuah cerita sehingga mampu memberikan gambaran yang

29
Universitas Sumatera Utara

jelas kepada para pembaca. Penokohan dan karakterisasi perwatakan menunjuk
pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah
cerita (Nurgiyantoro, 1995:166).
Di dalam sebuah cerita biasanya terdapat dua jenis tokoh, yaitu tokoh utama
dan tokoh tambahan atau figuran. Tokoh utama adalah tokoh yang sering
diceritakan di dalam suatu cerita dan sangat menentukan perkembangan dari suatu
cerita tersebut. Sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh pendamping dari tokoh
utama yang biasanya hanya dimunculkan beberapa kali di dalam suatu cerita,
namun memiliki peranan penting sehingga membuat cerita menjadi lebih
berwarna. Antara tokoh utama dengan tokoh tambahan saling berkaitan erat
karena saling melengkapi. Jika di dalam suatu cerita hanya memiliki tokoh utama
saja atau tokoh tambahan saja, maka cerita tidak dapat tersampaikan dengan baik
bahkan cenderung membingungkan karena tidak adanya interaksi yang terjadi di
dalam cerita tersebut.
Dalam novel ini tokoh yang digunakan hanya tokoh utama bernama
Mamoru Kusaka yang memiliki masalah dalam kehidupannya menyangkut masa
lalunya.

2.1.2 Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik atau unsur luar adalah unsur yang berada di luar karya
sastra itu sendiri, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau
sistem organism karya sastra (Nurgiyantoro, 1995:23). Atau dengan kata lain
unsur ekstrinsik adalah unsur luar sastra yang ikut memengaruhi penciptaan karya
sastra.

30
Universitas Sumatera Utara

Unsur tersebut meliputi latar belakang pengarang, keyakinan dan pandangan
hidup pengarang, adat istiadat yang berlaku, persoalan sejarah, keadaan ekonomi,
situasi politik dan pengetahuan agama. Unsur ekstrinsik untuk setiap karya sastra
adalah sama. Unsur ini mencakup berbagai aspek kehidupan sosial yang
tampaknya menjadi latar belakang penyampaian amanat cerita dan tema. Selain
unsur-unsur yang datangnya dari luar diri pengarang, hal yang sudah ada dan
melekat pada kehidupan pengarang pun cukup besar pengaruhnya terhadap
terciptanya suatu karya sastra.

2.2

Setting Dalam Novel The Devil’s Whisper
Yang dimaksud dengan latar atau setting adalah penggambaran situasi,

tempat, dan waktu serta suasana terjadinya peristiwa (Aminuddin, 2000:94). Latar
atau setting yang disebut juga sebagai landasan tumpu, menyaran pada pengertian
tempat, hubungan, waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan, (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995:216).
Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting
untuk memberikan kesan realistis terhadap pembaca, menciptakan suasana
tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Pembaca dengan
demikian merasa dipermudah untuk menggunakan daya imajinasinya, di samping
memungkinkan untuk

berperan serta secara kritis

sehubungan

dengan

pengetahuannya tentang latar.
Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok yaitu tempat, waktu
dan sosial. Ketiga unsur tersebut walaupun masing-masing menawarkan
permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada

31
Universitas Sumatera Utara

kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya
(Nurgiyantoro, 1995:227).

a.

Latar Tempat
Latar tempat berhubungan dengan lokasi terjadinya peristiwa yang

diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan berupa
tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, ataupun lokasi tertentu tanpa
nama yang jelas. Penggunaan latar tempat dengan nama-nama tertentu haruslah
mencerminkan ataupun tidak bertentangan dengan sifat dan keadaan geografis
tempat yang bersangkutan. Deskripsi tempat secara teliti dan realistis ini penting
untuk memberikan kesan kepada pembaca bahwa seolah-olah hal yang diceritakan
itu sungguh-sungguh ada dan terjadi di tempat seperti yang terdapat dalam cerita.
Dalam hal ini, lokasi tempat berlangsungnya cerita dalam novel The Devil’s
Whisper adalah kota Tokyo di Jepang. Disebutkan bahwa tempat tinggal sang
tokoh utama terdapat kanal-kanal besar sebagai penghalang ketika sungai meluap
sewaktu diterjang angin topan.

b. Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi yang biasanya dihubungkan
dengan waktu faktual. Latar waktu juga harus dikaitkan dengan latar tempat dan
latar sosial karena pada kenyataannya memang saling berkaitan.
Digambarkan bahwa kisah dalam novel ini berlangsung pada musim dingin
pada tahun 1989.

32
Universitas Sumatera Utara

c.

Latar Sosial Budaya
Latar sosial berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di

suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial
masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks,
dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup,
cara bersikap, dan lain-lain. Di samping itu, latar sosial juga berhubungan dengan
status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya kalangan bawah, menengah, atau
atas.
Latar sosial dari tokoh utama dalam novel The Devil’s Whisper yaitu
Mamoru Kusaka yang berusia 16 tahun, berstatus sebagai pelajar SMA yang tidak
memiliki banyak teman karena pernah dikucilkan sewaktu ia kecil. Ia juga
berstatus sebagai karyawan paruh waktu di sebuah toko.
Di dalam novel ini pun memiliki latar budaya yang kuat, yaitu budaya malu
atau haji (恥). Bagi bangsa Jepang, keutamaan rasa malu sangat penting karena
merupakan akar dari kebajikan. Dan orang-orang yang tidak memiliki rasa malu
dianggap sebagai orang yang tidak mempunyai hati nurani yang bersih.
Itulah sebabnya mengapa Mamoru dan ibunya dikucilkan oleh masyarakat
sekitar ketika Toshio Kusaka ketahuan mencuri dana masyarakat sebesar 5 juta
yen. Masyarakat menganggap bahwa Toshio telah mempermalukan bukan hanya
dirinya dan keluarganya, melainkan juga seluruh masyarakat yang ada di sana,
sehingga dengan pengucilan terhadap Mamoru dan ibunya dianggap sebagai
bentuk balasan atau akibat dari perbuatan aib yang dilakukan oleh Toshio.

33
Universitas Sumatera Utara

2.3

Biografi Pengarang
Biografi merupakan uraian tentang kehidupan seseorang, baik orang itu

masih hidup ataupun sudah meninggal. Biografi berisi tentang perjalanan hidup
tokoh tersebut, kehidupan seorang tokoh, deskripsi kegiatan dan prestasi tokoh,
ekspresi tokoh serta pandangan tokoh tersebut.
Biografi dalam bahasa Indonesia berarti riwayat hidup seseorang. Dalam
biografi seorang tokoh biasanya banyak ditemukan suatu pelajaran yang dapat
dipakai dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari awal hidup sampai menjelang ajal
banyak hikmah yang dapat diambil.
Tujuan dari penulisan biografi ini adalah agar pembaca dan penulis dapat
mengetahui perjalanan hidup seorang tokoh yang ia baca, dapat meneladani dan
mengambil pelajaran dari seorang tokoh untuk dipakai dalam kehidupan seharihari, dapat memberikan sesuatu yang berharga pada diri penulis dan pembaca
setelah membacanya serta penulis dan pembaca dapat meniru cara bagaimana
tokoh tersebut sukses.
Miyuki Miyabe lahir pada 23 Desember 1960 di Tokyo. Ia mulai menulis
novel ketika berusia 23 tahun. Pada tahun 1984, saat ia masih bekerja di kantor
biro hokum, ia mengambil kelas menulis di sekolah Kodansha. Dari sanalah ia
memulai debutnya sebagai penulis novel.
The Devil’s Whisper merupakan karya kedua yang Miyabe tulis. Selain itu
ada lebih dari 40 buah novel yang telah ia hasilkan dan ia pun telah menerima
sejumlah penghargaan sastra, termasuk penghargaan tertinggi sastra populer di
Jepang, yaitu Naoki Prize. Buku-bukuya telah diterjemahkan ke dalam 15 bahasa,
termasuk Prancis, Denmark, Rusia, Yunani, Jerman, China, Korea dan Indonesia.

34
Universitas Sumatera Utara

Hampir sebagian besar buku-buku tersebut diangkat menjadi film layar
lebar, adaptasi film maupun serial televisi. Ada pula novelnya yang dibuat
menjadi serial manga dan serial video game.

2.4

Psikoanalisa Sigmund Freud

2.4.1 Psikoanalisa Sebagai Teori Kepribadian
Dalam

usahanya

menjelaskan

struktur

kejiwaan

manusia,

Freud

mengumpamakan jiwa manusia dengan sebuah gunung es di tengah laut. Yang
terlihat dari permukaan laut hanyalah bagian yang sangat kecil, yaitu bagian
puncaknya. Dalam hal jiwa seseorang maka yang terlihat dari luar hanyalah
sebagian kecil saja, yaitu alam kesadaran. Bagian terbesar dari jiwa seseorang
tidak terlihat dari luar dan ini merupakan alam ketidaksadaran. Antara kesadaran
dan ketidaksadaran terdapat suatu perbatasan yang disebut prakesadaran.
Dorongan-dorongan yang terdapat dalam alam prakesadaran ini sewaktu-waktu
dapat muncul kembali ke dalam kesadaran.
Sigmund Freud mendeskripsikan kepribadian menjadi tiga pokok bahasan,
yaitu sistem kepribadian, dinamika kepribadian dan perkembangan kepribadian.
Dalam hal ini penulis hanya membahas tentang sistem kepribadian.
Dalam kajian psikologi sastra mengungkapkan psikoanalisa kepribadian
yang dipandang meliputi tiga unsur kejiwaan, yaitu Id, Ego dan Super Ego. Ketiga
sistem kepribadian ini saling berkaitan antara satu dengan yang lain seruta
membentuk totalitas dan tingkah laku manusia yang tak lain merupakan produk
interaksi ketiganya.

35
Universitas Sumatera Utara

2.4.2 Sistem Kepribadian
Menurut Freud, sistem kepribadian memiliki tiga unsur penting, yaitu Id
(aspek biologis), Ego (aspek psikologis) dan Super Ego (aspek sosiologis).
a.

Id
Id adalah sistem kepribadian paling dasar, sistem yang di dalamnya terdapat

naluri-naluri bawaan. Id merupakan sebuah “reservoir” atau wadah dalam jiwa
seseorang yang berisikan dorongan-dorongan primitif yang disebut primitive
drives atau inner forces. Dorongan-dorongan primitif ini merupakan dorongandorongan yang menghendaki agar segera dipenuhi atau dilaksanakan. Kalau
dorongan ini dipenuhi dengan segera maka akan tercapai perasaan senang atau
puas. Id adalah sistem kepribadian asli yang dibawa sejak lahir.
Id berfungsi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle), yaitu
berusaha memeroleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Bagi Id, kenikmatan
adalah keadaan yang relative inaktif dan rasa sakit adalah tegangan atau
peningkatan energi yang mendambakan kepuasan. Bagi individu, tegangan itu
merupakan suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Untuk menghilangkan
ketegangan tersebut dan menggantinya dengan kenikmatan, Id memiliki
perlengkapan berupa dua macam proses.
Proses pertama yaitu tindakan-tindakan refleks (reflex action), adalah suatu
bentuk tindakan yang mekanisme kerjanya otomatis dan segera, serta ada pada
individu yang merupakan bawaan lahir. Tindakan refleks ini digunakan individu
untuk menangani pemuasan rangsang sederhana dan biasanya segera dapat
dilakukan. Contohnya refleks mengedipkan mata.

36
Universitas Sumatera Utara

Proses kedua yaitu proses primer, adalah suatu proses yang melibatkan
sejumlah reaksi psikologis yang rumit. Proses primer dilakukan dengan
membayangkan atau mengkhayalkan sesuatu yang dapat mengurangi atau
menghilangkan tegangan dan dipakai untuk menangani stimulus kompleks, seperti
seorang bayi yang lapar membayangkan makanan.
Proses membentuk gambaran objek yang dapat mengurangi tegangan
disebut pemenuhan hasrat (wish fulfillment), misalnya lamunan, mimpi dan
halusinasi psikotik. Tetapi bagaimanapun menurut prinsip realitas yang bersifat
objektif, proses primer dengan objek yang dihadirkannya itu tidak akan mampu
sungguh-sungguh mengurangi tegangan.
Id tidak mampu menilai atau membedakan mana yang benar dan mana yang
salah serta tidak tahu moral. Jadi harus dikembangkan jalan memperoleh khayalan
itu secara nyata yang memberi kepuasan tanpa menimbulkan ketegangan baru
khususnya masalah moral. Alasan inilah yang membuat Id memunculkan Ego.

b. Ego
Ego berkembang dari Id agar mampu menangani realita, sehingga Ego
beroperasi mengikuti prinsip realita. Ego berusaha memperoleh kepuasan yang
dituntut Id dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda kenikmatan
sampai ditemukan objek nyata yang dapat memuaskan kebutuhan.
Ego memiliki dua tugas utama. Yang pertama adalah memilih dorongan
mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Yang kedua adalah
menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan
tersedianya peluang yang resikonya minimal.

37
Universitas Sumatera Utara

Menurut Freud, Ego terbentuk pada struktur kepribadian individu sebagai
hasil kontak dengan dunia luar. Ego dalam menjalankan fungsinya tidak ditujukan
untuk menghambat pemuasan kebutuhan-kebutuhan yang berasal dari Id,
melainkan sebagai perantara dari tuntutan naluri dari satu pihak dengan keadaan
lingkungan pihak yang lain. Yang dihambat oleh Ego adalah pengungkapan
naluri-naluri yang tidak layak atau tidak bisa diterima oleh lingkungan. Jadi dalam
melaksanakan tugasnya, Ego harus menjaga benar bahwa pelaksanaan dorongan
ini tidak bertentangan dengan kenyataan dan tuntutan-tuntutan dari Super Ego.

c.

Super Ego
Super Ego adalah sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai atau aturan-

aturan yang menyangkut baik atau buruk, yang berisi kata hati seseorang. Kata
hati ini berhubungan dengan lingkungan sosial dan mempunyai nilai moral
sehingga merupakan kontrol atau sensor terhadap dorongan-dorongan yang datang
dari Id.
Menurut Freud, Super Ego terbentuk melalui internalisasi nilai dan aturan
oleh individu dari sejumlah figur yang berperan, berpengaruh atau berarti bagi
individu tersebut seperti orang tua dan guru. Adapun fungsi utama dari Super Ego
adalah :
a) Sebagai pengendali dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri Id agar
impuls-impuls tersebut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat
diterima oleh masyarakat.
b) Mengarahkan Ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral ketimbang
dengan kenyataan.

38
Universitas Sumatera Utara

c) Mendorong individu mencapai kesempurnaan.
Aktivitas Super Ego dalam diri individu, terutama apabila aktivitas ini
bertentangan atau terjadi konflik dengan Ego, akan muncul dalam bentuk emosiemosi tertentu seperti perasaan bersalah atau penyesalan. Bila Ego gagal menjaga
keseimbangan antara dorongan dari Id dan larangan dari Super Ego, maka
seseorang akan menderita konflik batin yang terus menerus dan konflik batin ini
akan menjadi dasar dalam penyakit kejiwaan.
Sikap tertentu dari individu seperti observasi diri, koreksi atau kritik diri
juga bersumber pada Super Ego. Id, Ego dan Super Ego membutuhkan energi
psikis untuk menjalankan fungsinya masing-masing.

39
Universitas Sumatera Utara