Analisis Psikologis Tokoh Utama Masako Dalam Novel “Princess Masako” Karya Benn Hils.

(1)

ANALIS BENN HI NI OKE Skripsi Sumater

D

UN

SIS PSIKO “PRI ILS NO SA

RU MASA

i ini diajuka ra Utara Me

DEPAR

FAK

NIVER

OLOGIS TO INCESS M AKUHIN N AKO TO IU

an kepada P edan untuk m

bida EKA

RTEM

KULTA

RSITA

OKOH UT MASAKO” K NO "PRINC U SHUUJIN BUNSE SKRIP Panitia Ujian melengkapi ang Ilmu Sas

OLEH A PUTRI G

0707080

MEN SA

AS ILM

AS SUM

MEDA

201

TAMA MAS KARYA B CESS MAS NKOU NO EKI PSI

n Fakultas I i salah satu stra Jepang H : GINTING 033

ASTRA

MU BU

MATER

AN

1

SAKO DAL ENN HILS SAKO" NO SHINRIG Ilmu Buday syarat ujian

A JEPA

UDAYA

RA UT

LAM NOV S O SHOUSE GAKUTEK ya Universit n sarjana dal

ANG

A

TARA

VEL ETSU INA as lam


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasihnya sampai saat ini penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini adalah langkah awal bagi penulis untuk melanjutkan perjalanan hidup menuju cita-cita yang sudah dirangkai demi masa depan yang baik. Dan tentunya juga dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu sastra ke depannya.

Skripsi yang berjudul “ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA MASAKO DALAM NOVEL “PRINCESS MASAKO” KARYA BENN HILS” ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana pada jurusan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Syahron Lubis, M.A.,selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum, selaku Ketua Program Studi S-1 Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai Dosen Pembimbing I serta sebagai Dosen Penasehat Akademik yang telah banyak memberi arahan dan waktu untuk penulisan skripsi ini.

3. Bapak Muhammad Pujiono, S.S, M.Hum.,sebagai Dosen Pembimbing II yang telah memberi masukan dan berkenan memberi waktu kepada penulis dalam skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Program Studi Sastra Jepang USU yang telah mengajarkan ilmu dan pengetahuan Sastra Jepang.

5. Kedua orang tuaku, Bapak Henri Ginting dan Ibu Mariani Sinulingga, yang telah membesarkan dan mendukung seluruh perjalanan hidup saya sampai saat


(3)

ini. Semua pengorbanan yang tidak akan terbalaskan sampai kapan pun. Skripsi ini kupersembahkan untuk kalian sebagai langkah awal untuk mengejar mimpi untuk masa depan yang pasti lebih baik untuk kita semua. Bujur melala, Tuhan simasu-masu.

6. Kedua adikku Chandra Keriahenta Ginting dan Daniel Ginting yang selalu mendukung dan mendoakan serta menjadi motivasi untukku menggapai cita-cita yang luar biasa. Skripsi ini juga kupersembahkan untuk kalian sebagai motivasi untuk tetap berjuang menggapai cita-cita.

7. Bibik Elishabet Ginting yang juga telah ikut membesarkan dan mendukung perjalanan hidupku.

8. Teman-teman di Departemen Sastra Jepang terutama stambuk 2007, Rani (sobat tempatku merangkai mimpi dan khayalan), Wika, Remi, Kristin, Trya, Adji, Ade, Yuni, Rizayu, Veni, dan semua yang tidak bisa disebutkan satu per satu serta senpai dan kohai. Kepada anak kos Bidan Vina, Fika, Capung, Evi, Ria, Kia, Ima, Puja, Happy, dan semuanya, terima kasih buat pinjaman laptopnya. Dan juga seseorang di sana yang lama mendukung dan menemaniku di masa perkuliahan. Skripsi ini juga kupersembahkan untuk kalian semuanya.

9. Tim pelayan di runggun GBKP Kabanjahe Kota atas doa dan dukungannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun pada skripsi ini agar bermanfaat untuk pengembangan Ilmu Sastra ke depannya.


(4)

Akhir kata, penulis berharap kiranya skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri, pembaca dan pengembangan Ilmu dalam bidang Sastra Jepang.

Medan, 21 September 2011

Penulis


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……… i

DAFTAR ISI ……… ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2. Rumusan Masalah ……… 5

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan ……… 6

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ……… 6

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……… 10

1.6. Metode Penelitian ……… 11

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL PRINCESS MASAKO, TOKOH MASAKO, DAN TEORI KOGNISI DEPRESI AARON BECK 2.1. Setting Novel Princess Masako ……… 12


(6)

2.3.Tatanan Kehidupan Kekaisaran Jepang ……… 19

2.4. Kognisi Depresi Aaron Beck ……… 21

BAB III ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH MASAKO 3.1. Ringkasan Cerita ……… 28

3.2. Analisis Psikologis Tokoh Masako ……… 33

3.2.1. Kehidupan Masako di Istana Kekaisaran Jepang ……… 33

3.2.2. Tekanan dan Tuntutan yang Dialami Masako ……… 39

3.2.3. Analisis Kognisi Depresi Aaron Beck ……… 48

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan ……… 61

4.2. Saran ……… 62

DAFTAR PUSTAKA ……… 63


(7)

ABSTRAK

Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dan menggunakan bahasa sebagai medianya. Artinya, karya sastra akan selalu dekat dengan kehidupan manusia dengan bahasa sebagai media penyampaiannya.

Novel sebagai salah satu karya sastra fiksi memiliki dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik dalam novel yang akan ditelaah adalah tokoh. Walaupun tokoh yang terdapat dalam sebuah karya sastra merupakan tokoh ciptaan pengarang, ia tetap seorang tokoh yang hidup secara wajar sebagaimana kehidupan manusia yang terdiri dari darah dan daging, yang mempunyai pikiran dan perasaan. Sedangkan unsur ekstrinsik merupakan unsur yang berpengaruh besar dalam terbentuknya bangun cerita dari suatu karya sastra. Salah satunya adalah unsur psikologis.

Psikologis tokoh yang terdapat dalam karya sastra fiksi merupakan hak seorang pengarang untuk menampilkan bagaimana psikologis tokohnya sehingga terdapat keserasian dan kesesuaian antara tokoh dan jalan cerita yang dibuat oleh pengarang tersebut. Psikologis tokoh dapat kita lihat dari karakter tokoh di dalam cerita fiksi tersebut.

Pada skripsi ini penulis menganalisis sisi psikologis dari tokoh utama pada novel “Princes Masako” karya Benn Hills. Novel “Princess Masako” diangkat dari kisah nyata yang kemudian ditulis kembali oleh pengarang dalam bentuk cerita. Novel ini bercerita tentang kehidupan seorang wanita karir yang bernama Masako Owada yang akhirnya menikah dengan Naruhito yang merupakan putra mahkota Kaisar Jepang saat ini. Dalam pernikahannya Masako mengalami penyesuaian


(8)

yang berat karena kebiasaan di istana yang jauh berbeda dengan kehidupannya sebelumnya. Hingga akhirnya Masako diberitakan mengalami “gangguan penyesuain”. Akan tetapi pada novel ini juga disebutkan bahwa sebenarnya Masako hanyalah mengalami depresi. Untuk mengetahui lebih dalam penulis menganalisis sisi psikologis tokoh utama pada novel ini dengan judul “Anilisis psikologis tokoh utama Masako pada novel ‘Princess Masako’ karya Benn Hils”.

Dalam menganalisis novel ini, penulis menggunakan teori analisa depresi dari Aaron Beck yaitu teori kognisi depresif. Teori kognisi depresi adalah teori yang menyatakan bahwa depresi dapat terjadi pada seseorang melalui cara berpikir yang negatif terhadap diri sendiri, dunia dan masa depan. Penulis menganalisis apa saja hal-hal ataupun kondisi yang mendukung terjadinya depresi pada tokoh utama melalui cuplikan-cuplikan pada novel.

Setelah melakukan analisis psikologis pada tokoh utama dengan menggunakan teori kognisi depresif dari Aaron Beck, penulis menemukan bahwa Masako mengalami depresi. Banyak orang beranggapan bahwa pikiran yang sedih lebih merupakan akibat dari penyebab suatu depresi. Namun, telah dikemukakan bahwa cara berpikir negatif terhadap disi sendiri, dunia, dan nasa depan itu sendiri yang merupakan penyebab utama depresi, atau yang memperburuk keadaan dan memelihara kondisi tersebut. Jadi, seseorang yang mempunyai pandangan negatif terhadap dirinya, dunia, dan masa depan kemungkinan lebih mudah menderita penyakit depresi daripada orang yang mempunyai pandangan lebih positif.

Pada kasus Masako, ia kehilangan perspektif dalam hidupnya. Terhadap dirinya sendiri, Masako merasa telah gagal menjalankan peran pentingnya di istana timur, yaitu memperoleh seorang putra yang akan menjadi ahli waris


(9)

kekaisaran. Hal ini disebabkan karena dari awal pernikahannya, para anggota keluarga istana termasuk para kunaicho, sangat berharap agar Masako dapat memiliki anak laki-laki sebagai penerus kekaisaran karena pangeran Akishino adik dari Naruhito yang menikah mendahului Naruhito belum memiliki anak laki-laki. Jadi pada saat itu, untuk mendapatkan ahli waris dibebankan kepada Masako dan Naruhito.

Terhadap lingkungannya, Masako merasa para kunaicho dan anggota keluarga lainnya di istana terlalu menuntut banyak terhadap dirinya. Salah satunya adalah mendapatkan seorang putra yang akan menjadi ahli waris. Pada usianya yang tidak produktif lagi, saat itu Masako butuh waktu lama untuk memiliki anak. Dan juga pernah mengalami keguguran. Hingga proses bayi tabung pun ia jalani demi memperoleh seorang ahli waris. Hingga akhirnya memiliki seorang putri yang tetap saja tidak bisa menjadi ahli waris, karena hanya anak laki-laki yg akan menjadi penerus kekaisaran. Meskipun demikian, tuntutan terus-menerus diterima Masako dari orang-orang di lingkungannya. Hal ini membuat Masako mengalami depresi dan akhirnya memperlihatkan sikap-sikap memberontak terhadap orang-orang di istana.

Terhadap masa depan, Masako tetap merasa tidak ada akhir yang bahagia pada cerita hidupnya. Tak ada hal di istana yang dapat diubah olehnya sesuai dengan cita-citanya terdahulu seperti memberi sedikit perubahan pada kebiasaan istana kekaisaran yang kuno dan kaku. Karena pada kenyataannya Masako hanya akan tetap menjadi boneka dalam istana yang harus turut pada semua aturan yang ada. Semua ilmu dan pengaruh yang ia miliki sebelum menjadi bagian istana timur tidak berarti apa-apa untuk masa depannya kelak. Karena seumur hidupnya


(10)

Masako harus menjalankan aturan yang telah ada di istana Kekaisaran jepang. Hal ini membuat Masako tertekan dan tidak berharap sesuatu yang lebih baik akan terjadi pada masa depannya hingga memicu munculnya depresi yang dialaminya.

Banyak hal penting dan menarik yang penulis ketahui dari novel Pricess Masako. Seperti kehidupan di Istana timur dan sisi psikologis di dalamnya. Banyak hal-hal yang tidak terungkap di publik tetapi ditulis dalam novel ini. Satu hal yang penulis dapatkan setelah menganalisis novel ini adalah “kita akan hidup lebih bahagia jika menjalankan kata hati dan bukan mengorbankan hidup kita untuk orang lain”. Dengan demikian penulis berharap skripsi ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi pembaca untuk hidup yang lebih baik ke depannya.


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa kesusastraan, standar kesusastraan yang dimaksud adalah penggunaan kata-kata yang indah, gaya bahasa serta gaya cerita yang menarik (Zainuddin, 1992 : 99), sedangkan menurut Semi dalam (http://asemmanis.wordpress.com/2009/10/03/pengertian-sastra-secara-umum-dan-menurut-para-ahli/) Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai medianya. Artinya, karya sastra akan selalu dekat dengan kehidupan manusia dengan bahasa sebagai media penyampaiannya.

Menurut Aminuddin (2000 : 66), fiksi adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita. Dapat dikatakan bahwa sebuah karya sastra adalah replika kehidupan nyata. Walaupun berbentuk fiksi, misalnya cerpen, novel, dan drama, persoalan yang disodorkan oleh pengarang tak terlepas dari pengalaman kehidupan nyata sehari-hari. Hanya saja dalam penyampaiannya, pengarang sering mengemasnya dengan gaya yang berbeda-beda dan syarat pesan moral bagi kehidupan manusia.


(12)

Menurut Moeliono (1988 : 618) dijelaskan bahwa novel merupakan karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa di dalam suatu novel terdapat suatu kesatuan yang utuh yang mampu menampilkan cerita yang menarik dan mendalam dengan memaparkan secara detail isi dari suatu cerita.

Novel sebagai salah satu karya sastra fiksi memiliki dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik dalam novel yang akan ditelaah adalah tokoh. Aminuddin (2000 : 79), mengatakan bahwa tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin sebuah cerita. Walaupun tokoh yang terdapat dalam sebuah karya sastra merupakan tokoh ciptaan pengarang, ia tetap seorang tokoh yang hidup secara wajar sebagaimana kehidupan manusia yang terdiri dari darah dan daging, yang mempunyai pikiran dan perasaan. Unsur ekstrinsik merupakan unsur yang berpengaruh besar dalam terbentuknya bangun cerita dari suatu karya sastra. Salah satunya adalah unsur psikologis.

Psikologis tokoh yang terdapat dalam karya sastra fiksi merupakan hak seorang pengarang untuk menampilkan bagaimana psikologis tokohnya sehingga terdapat keserasian dan kesesuaian antara tokoh dan jalan cerita yang dibuat oleh pengarang tersebut. Psikologis tokoh dapat kita lihat dari karakter tokoh di dalam cerita fiksi tersebut.

Novel sebagai bagian bentuk sastra, merupakan jagad realita yang di dalamnya terjadi peristiwa dan perilaku yang dialami dan diperbuat manusia (tokoh). Realita sosial, realita psikologis, realita religius merupakan tema-tema


(13)

yang sering kita dengar ketika seseorang menjadikan novel sebagai realita kehidupan. Secara spesifik realita psikologis sebagai misal, adalah kehadiran fenomena kejiwaan tertentu yang dialami oleh tokoh utama ketika merespons atau bereaksi terhadap diri dan lingkungan. Sebagai contoh gejala yang penulis temukan pada tokoh utama novel “PRINCESS MASAKO” yang bernama Masako. Novel ini adalah cerita tentang kehidupan nyata putri mahkota kekaisaran Jepang yang merupakan istri dari putra mahkota Naruhito. Masako adalah rakyat biasa yang akhirnya dipinang oleh putra mahkota kaisar Jepang. Banyak sekali penyesuian yang harus dijalani masako ketika menjadi anggota keluarga istana yang baru. Ditambah lagi masako merupakan wanita Jepang yang sudah lama tinggal di luar negri karena ayahnya adalah seorang diplomat. Selain itu masako juga lama mengecap pendidikan di luar negri. Dan setelah menerima pinangan dari sang pangeran ia harus hidup mengikuti semua aturan istana yang penuh dengan peraturan kuno yang sangat kaku. Padahal Masako adalah seorang wanita yang bebas. Keberadaan Masako di istana saat telah menjadi putri mahkota menimbulkan reaksi dari berbagai pihak dan hal ini membuat sang putri tertekan sehingga mengalami gangguan secara psikologis.

Dalam novel ini tokoh utama cerita rela mengubah semua tata cara kehidupannya yang awalnya seorang wanita karier sukses yang merupakan wanita jepang yang sangat modern harus berubah menjadi wanita kuno yang harus tunduk pada semua peraturan istana yang sangat kaku demi mengabdi kepada sang suami Pangeran Naruhito. Pilihan yang benar-benar membuat Masako harus meninggalkan semua mimpi dan karier yang sudah dicapai dengan susah payah. Akan tetapi dia tetap menjalaninya walaupun harus mengalami hambatan dalam


(14)

penyesuaian dirinya di istana timur. Selain itu banyak tekanan-tekanan yang diterima tokoh utama dari lingkungan barunya sehingga timbul tingkah laku yang tidak biasa sehingga memberi dampak terhadap anggota keluarga istana, pejabat istana, serta juga masyarakat Jepang sendiri. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk menganalisis dan membahas novel ini lebih dalam lagi.

Novel Princess Masako adalah novel yang menceritakan tentang kehidupan Putri Masako dan seluruh anggota istana secara terbuka atau dapat dikatakan blak-blakan. Hal ini membuat novel Princess Masako dilarang terbit di Jepang. Karena tokoh-tokoh dalam novel tersebut merupakan orang-orang yang sangat dihormati oleh masyarakat Jepang dan tidak layak jika kehidupan pribadi mereka yang kurang baik dibicarakan di depan umum secara terbuka.

Novel Princess Masako ditulis oleh seorang pemuka jurnalis investigasi asal Australia yang bernama Ben Hills. Awalnya ditulis dalam bahasa inggris dan kemudian diterjemahkan ke berbagai bahasa di dunia. Pengarang menulis novel ini dengan mewawancarai orang-orang yang dekat dengan anggota keluarga istana dan juga mengumpulkan berbagai informasi dari koran maupun majalah yang memuat berita tentang kehidupan istana. Suatu karya yang kontroversial namun diminati oleh pembacanya di berbagai belahan dunia sehingga menjadi salah satu novel international bestseller. Dalam novel ini juga digambarkan bagaimana tatanan kehidupan rumah tangga kekaisaran yang sangat penting untuk menambah wawasan penulis dan pembaca tentang kebudayaan Jepang. Oleh karena itu penulis menganggap hal ini penting untuk dibahas di dalam skripsi ini dengan melihat dari sisi psikologis tokoh utama dengan judul “ Analisis Psikologis Tokoh Utama Masako Dalam Novel ‘Princess Masako’ karya Benn Hills”.


(15)

1.2. Perumusan Masalah

Kehidupan seorang wanita karier seperti Masako berbeda jauh dengan kehidupan seorang putra mahkota Kaisar Jepang. Sekalipun Masako adalah wanita cerdas dan berpendidikan tinggi, namun kehidupan di istana merupakan kehidupan yang asing bagi Masako. Perbedaan yang sangat jauh antara kehidupan seorang rakyat biasa dan seorang anggota kekaisaran inilah yang menjadi penyebab utama terjadinya beberapa kesenjangan antara Masako dan anggota keluarga kerajaan.

Kesenjangan-kesenjangan yang terjadi antara Masako dengan anggota keluarga kerajaan mengakibatkan banyak tekanan yang dihadapi Masako. Tekanan demi tekanan yang Masako terima membuatnya mengalami gangguan secara psikologis sehingga membuatnya tidak dapat beraktivitas seperti biasanya. Pada penelitian akan dipaparkanpenyebab Masako mengalami gangguan secara psikologis dan gangguan psikologis apa yang dialami oleh Masako.

Dalam bentuk pertanyaan permasalahan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Apa penyebab Masako sebagai tokoh utama dalam novel mengalami

gangguan secara psikologis?

2. Gangguan psikologis apa yang dialami Masako yang diungkapkan oleh Ben Hills sebagai pengarang?


(16)

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan

Analisis ini difokuskan kepada bagaimana kondisi psikologis Masako sebagai tokoh utama pada novel yang mengalami gangguan psikologis saat menjalani penyesuaian diri di istana timur. Pemahaman terhadap gangguan psikologis ini dilakukan penulis dengan menggunakan pendekatan psikologis khususnya teori kognisi depresi Aaron Beck sebagai acuan penelitian ke depannya.

Sebelum melakukan kajian atau telaah psikologis terhadap tokoh utama dalam novel “Princess Masako”. Penulis terlebih dahulu memaparkan beberapa bagian yang merupakan unsur penting dalam novel tersebut, yaitu : setting novel “Princess Masako”, realitas kehidupan Masako sebagai tokoh utama, tatanan kehidupan Kekaisaran Jepang dan teori kognisi depresi Aaron Beck.

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1.4.1. Tinjauan Pustaka

Salah satu unsur intrinsik yang sangat berperan dalam karya sastra fiksi adalah tokoh. Tokoh dalam sebuah karya sastra fiksi merupakan pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi. Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca.

Tokoh cerita menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (1995 : 165), adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Dari kutipan


(17)

tersebut dapat diketahui bahwa antara seorang tokoh dengan kualitas pribadinya erat berkaitan dalam penerimaan pembaca.

Nurgiyantoro (1995 : 166), mengatakan bahwa fiksi adalah suatu bentuk karya kreatif, maka bagaimana pengarang mewujudkan dan mengembangkan toko-tokoh cerita pun tak lepas dari kebebasan kreatifitasnya. Fiksi memiliki dan menawarkan model kehidupan seperti yang disikapi dan dialami tokoh-tokoh cerita sesuai dengan pandangan pengarang terhadap kehidupan itu sendiri. Oleh karena pengarang yang sengaja menciptakan dunia dalam fiksi, ia mempunyai kebebasan penuh untuk menampilkan tokoh-tokoh cerita sesuai dengan seleranya, siapa pun orangnya, apa pun status sosialnya, bagaimanapun perwatakannya dan permasalahan apapun yang dihadapinya. Singkatnya pengarang bebas untuk menampilkan dan memperlakukan tokoh siapapun dia walau hal itu berbeda dengan dunianya sendiri di dunia nyata.

Tokoh cerita dalam karya fiksi sama seperti halnya manusia dalam kehidupan sehari-hari di sekitar kita, selalu memiliki watak-watak tertentu. Aminuddin (2000 : 80), mengatakan bahwa dalam upaya memahami watak seorang tokoh, pembaca dapat menelusurinya lewat :

a. Tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya.

b. Gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan hidupnya maupun cara berpakaian.

c. Menunjukkan bagaimana perilakunya.

d. Melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya sendiri. e. Memahami bagaimana jalan pikirannya.


(18)

g. Melihat begaimana tokoh lain berbincang dengannya.

h. Melihat bagaimana tokoh-tokoh yang lain itu memberikan reaksi terhadapnya, dan

i. Melihat bagaimana tokoh itu dalam mereaksi tokoh yang lainnya.

Setelah memahami watak tokoh dalam karya sastra fiksi, kita dapat memahami bagaimana seorang pengarang menampilkan tokoh tersebut dalam karya sastranya.

Watak seorang tokoh dapat menggambarkan psikologis diri tokoh tersebut. Walupun psikologis bukan merupakan unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra, tapi keberadaan unsur ekstrinsik ini sangat mempengaruhi isi cerita dari karya sastra fiksi tersebut. Dalam uraian pengertian gangguan jiwa (dalam http://www.e-psikologi.com/epsi/klinis_detail.asp?=162) ada beberapa pendapat dari ahli psikologi. Diantaranya salah satu defenisi gangguan jiwa dikemukakan oleh Frederick H. Kanfer dan Arnold P. Goldstein. Menurut kedua ahli tersebut gangguan jiwa adalah kesulitan yang dihadapi oleh seseorang karena hubungannya dengan orang lain, kesulitan tentang persepsinya tentang kehidupan dan sikapnya terhadap dirinya sendiri.

Gangguan jiwa erat hubungannya dengan tekanan-tekanan batin, konflik-konflik pribadi, dan komplek-komplek terdesak dalam diri manusia. Tekanan-tekanan batin dan konflik-konflik pribadi itu sering sangat mengganggu ketenangan hidup seseorang dan sering kali menjadi pusat pengganggu bagi ketenangan hidup.

Di dalam novel Princess Masako karya Ben Hills dapat dilihat bahwa kehidupan seorang Masako sebagai tokoh utama terguncang akibat penyesuaian


(19)

berat yang ia alami pada lingkungan barunya. Harus tunduk pada semua aturan protokoler istana dan menghentikan seluruh karier yang telah dicapai adalah hal yang sangat sulit dijalani oleh Masako. Ditambah lagi banyaknya tuntutan pihak istana yang ditujukan pada dirinya yang membuat hidup Masako berubah total setelah menjadi putri mahkota kekaisaran Jepang. Kehidupan baru yang jauh berbeda dengan kehidupan Masako sebelum menjadi putri mahkota, membuat dia mengalami gangguan secara psikologis dalam penyesuaian dirinya di istana timur.

1.4.2. Kerangka Teori

Dalam menganalisis sebuah karya sastra diperlukan sebuah teori pendekatan yang berfungsi sebagai acuan penulis dalam menganalisis karya sastra tersebut. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan semiotika dan pendekatan psikologis dalam hal ini menggunakan teori kognisi depresif Aaron Beck.

Pradopo dkk (2001 : 71) menyatakan bahwa semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Pada pandangan semiotik yang berasal dari teori Saussure dalam Nurgiyantoro (1995:39), bahasa merupakan sebuah sistem tanda, dan sebagai suatu tanda bahasa bersifat mewakili sesuatu yang lain yang disebut makna.

Penulis menggunakan pendekatan semiotika dalam menganalisis karena untuk mengetahui adanya bebagai tekanan dari lingkungan baru Masako yang berdampak pada psikologis tokoh utama tersebut, dapat dilihat dari bahasa-bahasa yang berperan sebagai tanda untuk menunjukkan adanya gangguan psikologis yang dialami Masako. Setelah ditemukan tanda yang menunjukkan psikologis tokoh tersebut, penulis melakukan analisis dengan pendekatan psikologis khususnya teori kognisi depresi dari Aaron Beck.


(20)

Teori kognisi depresi Aaron Beck dalam Wilkinson (1995 : 35) menggambarkan bahwa rasa sedih yang berlebihan, memperburuk keadaan serta memelihara kondisi kesedihan tersebut merupakan penyebab utama depresi. Dapat dikatakan bahwa seseorang yang memiliki pandangan negatif terhadap dirinya, dunia, dan masa depan, kemungkinan lebih mudah menderita penyakit depresi daripada orang yang memiliki pandangan lebih positif.

Dengan menggunakan teori kognisi depresi Aaron Beck tersebut penulis dapat menganalisis tokoh Masako dalam novel Princess Masako yang mengalami gangguan secara psikologis. Kehidupan baru Masako yang berbeda jauh dengan kehidupan sebelumnya adalah yang menjadi titik awal yang menyebabkan terjadinya gangguan psikologis pada diri Masako. Ditambah lagi banyak keadaan yang tidak sesuai dengan cita-cita Masako terjadi setelah dia menjadi anggota keluarga istana. Situasi-situasi berat yang dihadapi Masako dalam penyesuain dirinya akan dipaparkan dan dianalisis penulis dengan menggunakan teori kognisi depresi yang akan dipaparkan dalam Bab II.

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan penyebab gangguan psikologis yang dialami oleh tokoh utama yaitu Masako.

2. Mengungkapkan gangguan psikologis apa yang dialami Masako yang diungkap di dalam novel.


(21)

1.5.2. Manfaat Penelitian

1. Untuk menambah wawasan penulis maupun pembaca mengenai psikologi tokoh dalam karya sastra.

2. Bagi penulis dan pembaca melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan mengenal lebih dekat keluarga kekaisaran Jepang.

3. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa Jurusan Sastra Jepang sebagai referensi tentang analisis novel.

1.6. Metode Penelitian

Metode yang digunakan peneliti dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif. Koentjaraningrat (1976:30), mengatakan bahwa penelitian yang bersikap deskriptif yaitu memberi gambaran yang secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu.

Dalam penelitian ini penulis menguraikan dan menjelaskan secermat mungkin masalah-masalah yang terdapat dalam novel Princess Masako karangan Ben Hills dengan menggunakan teori-teori yang sudah ada. Teori-teori tersebut adalah teori semiotika dan teori psikologis khususnya teori kognisi depresi Aaron Beck.

Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan metode studi kepustakaan (library research), adapun teknik pengumpulan data tersebut dilakukan dengan cara mengumpulkan buku-buku atau referensi yang berhubungan dengan penelitian ini, kemudian membaca dan menganalisis masalah-masalah yang ada dengan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini.


(22)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL PRINCESS

MASAKO, TOKOH MASAKO, DAN TEORI KOGNISI

DEPRESI AARON BECK

2.1. Setting Novel Princess Masako

Latar atau setting yang disebut juga sebagai landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hiubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan ( Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995 : 216 ).

Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis terhadap pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Pembaca dengan demikian merasa dipermudah untuk menggunakan daya imajinasinya, di samping memungkinkan untuk berperan serta secara kritis sehubungan dengan pengetahuannya tentang latar.

Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok yaitu tempat, waktu, dan sosial. ketiga unsur itu walau masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya ( Nurgiyantoro, 1995 : 227).


(23)

a. Latar Tempat

Latar tempat berhubungan dengan lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, ataupun lokasi tertentu tanpa nama jelas. Penggunaan latar tempat dengan nama-nama tertentu haruslah mencerminkan ataupun tidak bertentangan dengan sifat dan keadaan geografis tempat yang bersangkutan. Deskripsi tempat secara teliti dan realistis ini penting untuk memberi kesan kepada pembaca bahwa seolah-olah hal yang diceritakan itu sungguh-sungguh ada dan terjadi di tempat seperti yang terdapat dalam cerita.

Cuplikan halaman ix

Tak ada yang lebih terselubung dalam dongeng dan misteri melebihi keluarga Kaisar Jepang. Lingkungan istana dinasti kekaisaran dunia yang terakhir dan berkuasa paling lama ini adalah sarang rumor dan prasangka, konspirasi dan intrik, hanya tampak oleh dunia luar melalui layar shoji tembus pandang milik istana layaknya sebuah pertunjukan wayang kulit. “Di luar pagar istana” adalah negeri lain dan zona waktu lain yang dihantui sejarahnya sendiri, tempat para perawan melangsungkan upacara kuno pada malam hari di kuil-kuil rahasia, dan orang luar nyaris tak pernah diizinkan masuk.

Dari cuplikan di atas digambarkan bahwa latar tempat pada cerita “Princess Masako” berada pada lingkungan istana kekaisaran Jepang yang merupakan tempat tinggal dari orang nomor satu di Jepang beserta keluarganya. Tempat yang tertutup untuk masyarakat luar dan memiliki tata cara kehidupan


(24)

yang sangat berbeda dengan orang-orang yang hidup di luarnya. Di tengah negara Jepang sangat identik dengan kecanggihan teknologinya, namun istana ini merupakan tempat masih berjalannya upacara-upacara kuno yang pernah ada di Jepang.

b. Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu factual. Latar waktu juga harus dikaitkan dengan latar tempat dan latar sosial karena pada kenyataanya memang saling berkaitan.

Cuplikan halaman 1

Para pria berpakaian hitam menjemputnya pukul 06.30, pada suatu pagi yang muram di Tokyo, nyaris bukan awal yang menguntungkan untuk hari yang seharusnya menjadi hari paling membahagiakan dalam kehidupan seorang gadis. Para dewa pun tidak tersenyum. Itu musim tsuyu, “hujan buah plum”, bersamaan dengan pemasakan buah yang telah tiba lebih awal, seperti yang diingat orang di musim panas ini

.

Cuplikan halaman 2

Namun di suatu pagi pada Juni 1993, tempat itu menjadi pusat perhatian para media Jepang. Berkerumun hingga memenuhi area parker di sebelah rumah, mengenakan jaket hujan berkerudung dan berjaga-jaga semalam suntuk dengan susah payah bersama lensa dan mikrofon mereka.


(25)

Berdasarkan cuplikan pada novel, digambarkan bahwa kisah ini berlangsung pada pagi hari di musim tsuyu pada musim panas, tepatnya pada bulan Juni 1993. Pagi yang mencekam dan merupakan pusat perhatian khalayak ramai.

c. Latar sosial

Latar sosial berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks, dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara bersikap dan lain-lain. Di samping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkuatan, misalnya kalangan bawah, menengah, atau atas.

Cuplikan halaman 4

Begitu melangkahkan kaki ke dalam lingkaran istana, ia akan memasuki dunia protokoler yang tertutup dan ketat, dan menjalani ritual agama- sebuah lingkungan kerajaan abad pertengahan yang di dalamnya ia harus selalu membungkuk dengan sudut tepat 60 derajat-kapan saja ia bertemu para ipar dan kepada suaminya (terutama di hadapan publik) yang dikenal sebagai “Tuan Istana Timur”. Satu-satunya peran dalam hidupnya adalah peran seorang pasangan yang patuh dan sungguh-sungguh, yang selalu berjalan tiga langkah di belakang sang suami. Tugas satu-satunya adalah menghasilkan seorang putra


(26)

yang akan menjadi ahli waris tahta Kekaisaran Bunga Krisan. Setiap langkahnya akan dimonitor, setiap kata-kata yang diucapkan bagi publik disortir para pria berbaju hitam, pejabat kunaicho, Pengurus Rumah Tangga Kekaisaran, sebuah birokrasi yang mengurus dan mengendalikan kehidupan keluarga Kekaisaran Jepang.

Latar sosial dari kisah pada novel “Princess Masako” terjadi pada kalangan atas atau kalangan bangsawan di Jepang. Adapun interaksi sosial yang terjadi yaitu antara anggota keluarga Kekaisaran Jepang, para pejabat kunaicho, dan pengurus rumah tangga istana. Diceritakan Masako yang bukan dari kalangan bangsawan Jepang, kini harus masuk dan menyesuaikan diri ke dalam keluarga kekaisaran yang kaku dan merupakan dunia protokoler. Kini semua tingkah laku dan kegiatannya sehari-hari diatur oleh para pengurus rumah tangga kekaisaran. Jauh berbeda dari kehidupannya sebelum menikah dengan Putra Mahkota Kekaisaran Jepang.

2.2. Realitas Kehidupan Masako

Masako Owada adalah putri sulung dari Hisashi Owada, seorang diplomat senior dan juga merupakan Presiden Mahkamah Internasional. Ia memiliki saudara kembar bernama Setsuko-san dan Reiko-san. Ketika berumur dua tahun Masako dan keluarganya tinggal di Moskow, dan disana ia menyelesaikan pendidikan TK nya. Setelah kembali ke Jepang Masako melanjutkan pendidikannya di sebuah sekolah swasta bernama Denenchofu Futaba. Di sekolah ini ia belajar di sekolah dasar sampai tahun kedua sekolah menengah. Mengikuti


(27)

tugas sang ayah yang berpindah-pindah tugas, Masako dan keluarganya pun pindah ke Amerika Serikat ketika ayahnya Hisashi menjadi professor tamu di Harvard University dan wakil duta besar untuk Amerika Serikat.

Masako mendapat gelar Bachelor of Arts magna cum laude di bidang ekonomi dari Harvard University dan tidak menyelesaikan tesisnya untuk gelar master pada jurusan hubungan internasional di Oxford University. Dia juga pernah belajar di Universitas Tokyo dalam persiapan untuk ujian masuk di Kementerian Luar Negeri Jepang. Wanita cerdas ini juga fasih berbahasa Jepang, Inggris dan Perancis, serta dikatakan standar berbicara dalam bahasa Jerman, Rusia, dan Spanyol.

Masako dipekerjakan di Departemen Luar Negeri Jepang dan menjabat sebagai Direktur Umum dan Wakil Menteri Prospektif. Selama karirnya ia bertemu banyak pemimpin dunia, seperti Presiden AS Bill Clinton dan Presiden Rusia Boris Yeltsin. Dia juga mengambil bagian sebagai penerjemah dalam negosiasi dengan Amerika Serikat tentang superkonduktor.

Pada juni 1993 Pangeran Naruhito pun melamar Masako untuk menjadi istrinya. Rakyat Jepang pun saat itu bahagia mendengar kabar tersebut, hingga akhirnya mereka menikah. Namun satu dekade berikutnya cerita indah itu berubah. Pada saat menginjak umur 42 thn Masako diberitakan mengalami gangguan penyesuian. Banyak pula yang berspekulasi bahwa hal ini terjadi pada Masako akibat dari tekanan pihak istana yang menuntutnya melahirkan seorang putra, ditambah lagi penyesuaian dirinya yang berat di istana timur.

Berikut adalah cuplikan perkataan Masako di media pada (http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/3939179.stm) :


(28)

“ At times I experience hardship in trying to find the proper point of balance between traditional things and my own personality” Princess Masako, 1996. “ Pada saat ini saya mengalami kesulitan dalam mencoba untuk menemukan titik keseimbanagan yang tepat antara hal-hal tradisional dan kepribadian saya sendiri ” Putri Masako, 1996.

Butuh waktu lima tahun bagi Masako untuk dapat mengandung, meskipun akhirnya ia dikabarkan mengalami keguguran. Dan setelah menjalani perawatan kesuburan, Masako pun melahirkan seorang putri yang dinamai Aiko. Tapi kelahiran Aiko tidak cukup bagi pihak istana karena kerajaan masih membutuhkan keturunan laki-laki sebagai pewaris tahta kerajaan. Kepala badan imperial, Toshio Yuasa, meminta Naruhito dan Masako agar kembali memiliki anak.

Terlepas dari semua tuntutan yang ditujukan terhadap Masako, dikabarkan juga Masako memiliki hubungan buruk dengan mertuanya. Meskipun Masako memiliki latar belakang yang sama dengan Ratu Michiko. Ratu pun yang memiliki latar belakang sebagai rakyat biasa dikabarkan mengalami mengalami depresi pada tahun 1960-an.

Di depan publik, Masako tersenyum berjalan beberapa langkah di belakang suaminya dan bertemu dengan beberapa pejabat di sebuah acara. Namun ia tetap ditemani oleh seorang perawat. Pengurus rumah tangga istana mengatakan keterlibatan Masako menghadiri acara tersebut, bukan berarti putri akan melaksanakan tugasnya secara aktif. Segalanya akan tergantung pada kondisi sang putri. Masako telah meninggalkan karir diplomatiknya ketika ia setuju menikah dengan Naruhito. Mereka kini memiliki seorang anak yaitu Putri Aiko, akan tetapi


(29)

di bawah hukum ahli waris kekaisaran hanya laki-laki yang diizinkan naik Tahta Krisan. Krisis suksesi adalah hal yang paling serius di Jepang pada abad ini, dan telah memaksa pemerintah untuk mempertimbangkan perubahan hukum suksesi laki-laki saja. Akan tetapi krisis ini berakhir saat Pangeran Akishino adik dari Pangeran Naruhito telah dikaruniai seorang putra yang merupakan anak ketiga dari perkawinan Pangeran Akishino.

2.3. Tatanan Kehidupan Kekaisaran Jepang

Kaisar Jepang, menurut konstitusi Jepang merupakan “simbol negara dan kesatuan rakyat” dengan fungsi sebagai kepala negara. Kaisar disebut “Tenno” dalam Bahasa Jepang yang secara harafiah berarti “kedaulatan surgawi”. Kaisar adalah kepala keluarga Kekaisaran Jepang. Kaisar juga merupakan otoritas tertinggi dalam Agama Shinto. Tahun 1947 konstitusi Jepang tidak menggunakan istilah kepala negara tetapi mengacu kepada kaisar sebagai “simbol negara dan kesatuan rakyat”. Hal ini menetapkan kaisar sebagai tokoh seremonial di bawah bentuk monarki konstitusional. Dalam peran ganda sebagai kepala agama dan kepala negara.

Rumah Kekaisaran Jepang adalah monarki turun-temurun yang tertua di dunia. Dalam Nihon Shoki, sebuah buku sejarah Jepang, dikatakan bahwa Kekaisaran Jepang didirikan pada 660 SM oleh Kaisar Jimmu. Kaisar saat ini adalah Kaisar Akihito, yang telah berada di Tahta Krisan sejak ayahnya Kaisar Showa (Hirohito) meninggal pada tahun 1989.

Tugas kaisar “dalam urusan negara” (bukan pemerintahan) ditetapkan pada pasal 7 dari konstitusi adalah sebagai berikut:


(30)

1. Berlakunya amandemen konstitusi, hukum, perintah kabinet dan perjanjian.

2. Pemanggilan Diet. 3. Pembubaran DPR.

4. Proklamasi pemilihan umum anggota Diet.

5. Pengesahan dari pengangkatan dan pemberhentian Menteri Negara dan pejabat lain sebagaimana ditentukan oleh hukum, dan kekuatan penuh serta kepercayaan dari Duta Besar dan Menteri.

6. Pengesahan dari amnesti umum dan khusus, pergantian hukuman, penangguhan hukuman, dan pemulihan hak.

7. Pemberian penghargaan.

8. Pengesahan dari instrument ratifikasi dan dokumen diplomatik lainnya sebagaimana diatur oleh hukum.

9. Menerima duta besar asing dan menteri. 10. Kinerja fungsi seremonial.

Dinasti kekaisaran Jepang menganut poligami, sebuah praktik yang berakhir pada periode Tasho (1912-1926). Selain permaisuri, kaisar diperbolehkan mengambil “selir” dari berbagai derajat hirarkis. Dari perlakuan poligami tersebut para anggota kekaisaran dapat memperoleh lebih banyak keturunan, dan diakui sebagai pewaris tahta kekaisaran. Dari delapan Tenno yang berjenis kelamin perempuan, beberapa dari mereka tidak menikah atau melahirkan setelah naik tahta, dan yang lainnya telah menghasilkan anak sebelum pemerintahan mereka.


(31)

Secara historis, suksesi Tahta Krisan Jepang selalu diturunkan ke garis keturunan laki-laki dari keturunan kakaisaran walaupun ada juga beberapa diturunkan kepada anak perempuan. Begitu juga sekarang, suksesi sekarang diatur oleh undang-undang yang disahkan oleh Diet Jepang. Hukum saat ini mengecualikan perempuan dari suksesi.

Setelah kelahiran Putri Aiko, anak dari Naruhito, ada debat publik tentang amandemen Undang-Undang Rumah Tangga Kekaisaran saat ini untuk memungkinkan perempuan naik tahta. Pada Januari 2005 Perdana Menteri Juichiro Koizumi menunjuk panel khusus yang terdiri dari hakim, dosen, dan pegawai negeri sipil untuk mempelajari perubahan Undang-Undang Rumah Tangga Kekaisaran dan membuat rekomendasi kepada pemerintah. Pada 20 Januari 2006, Perdana Menteri Junichiro Koizumi berjanji untuk menyerahkan RUU yang memungkinkan perempuan untuk naik tahta agar suksesi tetap stabil. Namun tak lama setelah pengumuman bahwa Putri Kiko hamil anak ketiga, rencana tersebut ditangguhkan Koizumi. Pangeran Hisahito, putra dari Pangeran Akishino adalah kaisar yang akan naik tahta setelah Pangeran Naruhito.

2.4. Kognisi Depresi Aaron Beck

Manusia sebagai makhluk hidup yang berakal akan selalu menemukan masalah dalam hidupnya, dan semua masalah yang dihadapi memiliki jalan keluar. Dalam proses menemukan jalan keluar tersebut, seringkali manusia mengalami “depresi” yang tanpa disadari sering dialami dalam menjalani kehidupan sehari-hari.


(32)

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan ataupun suatu perasaan tidak ada harapan lagi. DR. Jonatan Trisna dalam Hadi Pranowo (2004:15) menyimpulkan bahwa depresi adalah suatu perasaan sendu atau sedih yang biasanya disertai dengan diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh. Mulai dari perasaan murung sedikit sampai pada keadaan tak berdaya.

Seorang psikiater bernama Enos D. Martin pada bukunya “What is Depression” dalam (Wilkinson 1995 : 24) menyebutkan ada tiga jenis depresi: 1. Normal Grief Reaction (rasa sedih sebagai reaksi normal atas suatu ‘kehilangan’). Jenis ini juga disebut depresi exogenous (depresi raktif). Depresi ini terjadi karena faktor dari dalam dirinya umumnya sebagai reaksi dari ‘kehilangan’ sesuatu atau seseorang. Misalnya: pensiun, kematian seseorang yang sangat dikasihi, dll.

2. Endogenous Depression. Penyebabnya dating dari dalam tetapi belum jelas. Bisa karena gangguan hormon, gangguan kimia dalam otak atau susunan syaraf. Sering dating secara bertahap (cyclical).

3. Neurotic depression (depresi yang neurotik). Depresi pada tahap ini terjadi bila depresi reaktif tidak terselesaikan secara baik dan tuntas. Depresi ini merupakan respon terhadap stress dan kecemasan yang telah ditimbun untuk waktu yang lama.

Dalam Hadi (2004 : 32) dikatakan untuk menemukan penyebab depresi kadang-kadang sulit sekali karena ada sejumlah penyebab dan mungkin beberapa


(33)

diantaranya bekerja pada saat yang sama. Namun dari sekian banyak penyebab dapatlah dirangkumkan sebagai berikut:

1. Karena kehilangan. Kehilangan merupakan faktor utama yang mendasari depresi. Archibald Hart menyebut empat macam kehilangan: pertama, kehilangan abstrak yaitu kehilangan harga diri, kasih sayang, harapan atau ambisi. Kedua, kehilangan suatu yang konkrit: rumah, mobil, potret, orang atau bahkan binatang kesayangan. Ketiga: kehilangan hal yang bersifat khayal: tanpa fakta mungkin tapi ia merasa tidak disukai atau dipergunjingkan orang. Keempat, kehilangan sesuatu yang belum tentu hilang: menunggu hasil tes kesehatan, menunggu hasil ujian, dll. 2. Reaksi terhadap stress. 85% depresi ditimbulkan oleh stress dalam hidup.

3. Terlalu lelah atau capek. Karena terjadi pengurasan tenaga baik secara fisik maupun emosi.

4. Gangguan atau serangan dari kuasa kegelapan. 5. Reaksi terhadap obat.

Pada umumnya penderita depresi dapat dikenali melalui beberapa gejala, misalnya:

1. Secara fisik mereka memiliki beberapa gangguan seperti: gerakan jadi lamban, tidur tidak nyenyak, nafsu makan jadi menurun atau bahkan meningkat, gairah seksual menurun bahkan bisa hilang sama sekali, dll. Pusing, mulut kering, jantung berdebar cepat biasanya biasanya menyertai penderita ini.

2. Kehilangan perspektif dalam hidupnya. Pandangannya terhadap hidup, pekerjaan dan keluarga menjadi kabur. Aaron Beck menggambarkan hal ini sebagai “tiga kognisi”. Pertama, terhadap dunia: cenderung melihat kekalahan,


(34)

kerugian dan penghinaan. Kedua, terhadap diri sendiri: menganggap diri kurang baik, tidak layak dan tidak berharga. Menganggap diri bercacat, tidak diingini, tidak berguna dan menolak diri. Ketiga, terhadap masa depan: penuh dengan kesukaran, frustasi dan kerugian.

3. Perasaan yang berubah-ubah dan sulit dikendalikan. Berbagai perasaan seperti putus asa, kehilangan harapan, sedih, cemas, rasa bersalah, apatis dan marah; sering muncul tak menentu dan menciptakan suasana hampa dan mati.

4. Beberapa gejala psikologis seperti kehilangan harga diri, menjauhkan diri dari masalah atau hidupnya sendiri bahkan menjadi peka secara berlebihan sering dialami oleh mereka yang mengalami depresi.

5. Pikiran dilusi. Pada depresi yang sangat parah muncul pikiran-pikiran dilusi yang bisa merugikan. Misalnya: “orang akan bunuh saya”,”seseorang akan meracuni saya”,dsb.

Dalam Wilkinson (1995 : 26) mengatakan banyak orang beranggapan bahwa pikiran yang sedih lebih merupakan akibat dari penyebab suatu depresi. Namun, baru-baru ini telah dikemukakan bahwa gagasan itu sendiri (kognisi depresif) yang merupakan penyebab utama depresi, atau yang memperburuk keadaan dan memelihara kondisi tersebut. Jadi, seseorang yang mempunyai pandangan negatif terhadap dirinya, dunia, dan masa depan kemungkinan lebih mudah menderita penyakit depresi daripada orang yang mempunyai pandangan lebih positif. Kognisi depresi dapat dibagi menjadi tiga bagian:

Pikiran misalnya, “saya gagal sebagai orang tua”.

Harapan misalnya, “saya tidak berbahagia kecuali semua orang menyukai saya”.


(35)

Distorsi misalnya, menarik kesimpulan tanpa ada bukti. “orang tidak suka berbicara dengan saya karena saya membosankan.” Memusatkan perhatian pada hal-hal kecil dan tidak memperhatikan aspek situasi yang penting. Menarik kesimpulan umum berdasarkan satu peristiwa saja. “pekerjaan saya tidak berguna karena bos saya pernah sekali mengeluh.” Menghubungkan peristiwa yang buruk dengan diri anda sendiri bilaman hal itu tidak dapat dibenarkan.

Dalam (http://www.scribd.com/doc/49313688/PENDEKATAN-TERAPI-KOGNITIF) dikatakan Aaron Beck (teoritis kognitif) juga menghubungkan pengembangan depresi dengan adopsi dari cara berfikir yang bias atau terdistorsi secara negatif di awal kehidupan. Konsep ini dikenal dengan istilah ’segi tiga kognitif dari depresi’ (cognitive triad of depression). Aspek dari segi tiga tersebut adalah:

a. Pandangan negatif tentang diri sendiri

Memandang sendiri sebagai tidak berharga, penuh kekurangan, tidak

adequate, tidak dapat dicintai, dan kurang memiliki keterampilan yang dibutuhkan

untuk mencapai kebahagiaan.

b. Pandangan negatif tentang lingkungan

Memandang lingkungan sebagai pemaksa tuntutan yang berlebihan dan/atau memberikan hambatan yang tidak mungkin diatasi sehingga terus-menerus menyebabkan kegagalan dan kehilangan.


(36)

Memandang masa depan tanpa harapan dan meyakini bahwa dirinya tidak mempunyai kekuatan untuk mengubah hal itu menjadi lebih baik. Pandangan orang ini terhadap masa depan hanyalah kegagalan dan kesedihan yang berkelanjutan serta kesulitan yang tidak pernah selesai.

Berbagai jenis distorsi kognitif yang diasosiasikan dengan depresi: a. Cara berfikir ”semua atau tidak sama sekali” (all or nothing thinking)

Memandang kejadian secara hitam-putih. Yang ada hanya benar-salah atau baik-buruk.

b. Generalisasi yang berlebihan

Mempercayai bahwa bila suatu peristiwa negatif terjadi, maka hal itu cenderung akan terjadi lagi pada situasi yang serupa di masa depan.

c. Filter mental

Berfokus hanya pada detail-detail negatif dari suatu peristiwa dan dengan sendirinya menolak unsur-unsur positif dari semua yang pernah dialami.

d. Mendiskualifikasikan hal-hal positif

Mengacu pada kecenderungan untuk memilih kalah dari kemenangan yang hampir terjadi dengan menetralisasi atau tidak mengakui pencapaian-pencapaian yang di raih.

e. Tergesa-gesa membuat kesimpulan

Membentuk interpretasi negatif mengenai suatu peristiwa meskipun kurang bukti.

f. Membesar-besarkan dan mengecilkan (catastrophic thinking)

Membesar-besarkan atau mengkatastrofikan mengacu pada kecenderungan untuk membuat gunung dari kerikil-kerikil, untuk membesar-besarkan pentingnya


(37)

peristiwa-peristiwa negatif ketakutan atau kesalahan. Mengecilkan adalah suatu tipe dari distorsi kognitif dimana seorang memandang rendah kebaikan-kebaikannya.

g. Penalaran emosional

Menginterpretasikan perasaan dan peristiwa berdasarkan emosi dan bukan pada pertimbangan-pertimbangan rasional berdasarkan bukti yang ada.

h. Pernyataan-pernyataan keharusan

Menciptakan perintah personal atau self-commandments (keharusan-keharusan atau semesti-semesti). Dengan menciptakan harapan yang tidak realistis (musterbation) dapat menyebabkan seseorang menjadi depresi saat gagal mencapainya.

i. Memberi label dan salah melabel

Meletakkan label negatif pada diri sendiri dan orang lain. j. Melakukan personalisasi

Kecenderungan untuk mengasumsikan bahwa diri kita bertanggung jawab atas masalah dan perilaku orang lain.

Berangkat dari teori Aaron Beck dan teori lain yang mendukung penelitian inilah penulis akan menganalisis kehidupan tokoh utama ”Masako” dalam novel ”Prinncess Masako”. Sehingga akan dapat dipaparkan apa penyebab Masako mengalami gangguan secara psikologis dan gangguan psikologis apa yang dialami ”Masako” yang diungkap oleh ”Benn Hils” sebagai pengarang dalam novel.


(38)

BAB III

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH MASAKO

3.1. Ringkasan Cerita

Novel Princess Masako mengisahkan tentang seorang gadis Jepang yang bernama Masako. Lahir pada 9 Desember 1963 dari keluarga yang sangat menjungjung tinggi pendidikan. Memiliki ayah yang sangat ambisius yaitu : Hisashi Owada dan ibunya seorang gadis rupawan yang bernama Yumiko Egashira, wanita kalangan atas yang merupakan anak Direktur Industrial Bank of Japan seorang bankir kaya di Jepang. Masako memiliki dua saudara kembar dan dia adalah anak tertua.

Wanita yang fasih berbahasa Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, Spanyol ini adalah wanita yang sangat pintar. Hal ini terbukti ketika ia mendapat predikat

magna cum laude dari Harvard University salah satu universitas terbaik di dunia.

Bekerja sebagai diplomat muda dan mempunyai karier besar di kementrian luar negri di Jepang.

Di sisi lain terjadi keresahan di kerajaan jepang yang dikuasai oleh Kaisar Akihito dan sang Ratu Michiko yang memiliki tiga orang anak yaitu Pangeran Naruhito, pangeran Akishino dan Putri Sayako. Pangeran Naruhito yang merupakan anak tertua yang akan menggantikan kaisar belum juga mendapat pasangan hidup yang cocok padahal saat itu pangeran sudah berumur. Mengingat para kaisar sebelumnya menikah pada usia muda, maka pihak istana pun mulai khawatir dan mendesak Naruhito supaya cepat menikah.


(39)

Berbagai cara digunakan para petugas istana dengan mencarikan jodoh untuk Naruhito yang tentu saja bukan dari kalangan biasa. Akan tetapi sebagian besar dari mereka wanita dari kalangan bangsawan menolak, karena dalam anggapan mereka itu sama saja meninggalkan semua karier dan kebebasan yang telah mereka peroleh. Sampai pada akhirnya para gadis keturunan bangsawan Jepang diundang makan malam ke istana agar pangeran Naruhito dapat memilih wanita yang disukainya. Pada saat itu seorang professor dari Harvard yang mengenal Masako dengan baik mencalonkan nama Masako agar ikut diundang. Meskipun menimbulkan sedikit protes dari para pejabat istana mengingat Masako bukan keturunan bangsawan, tetapi akhirnya namanya juga ikut ditulis pada daftar undangan meskipun pada bagian yang terakhir.

Para undangan pun telah hadir di istana dan Pangeran Naruhito pun keluar dengan senyuman di wajahnya. Ia berjalan dari satu meja ke meja lain tapi tampaknya belum menemukan wanita yang cocok. Sampai pada akhirnya Naruhito berhenti di depan meja tempat Masako duduk dan melihat senyuman dari seorang wanita yang cantik dan anggun. Naruhito pun berkenalan dengan Masako dan tampaknya pangeran begitu mengaguminya. Perkenalan pun terus berlanjut sampai sang Pangeran mengajaknya untuk kembali bertemu di lain kesempatan. Sejak saat perkenalan Masako dengan pangeran, masako terus diburu oleh para wartawan dan semua cerita dan seluk beluk hidupnya diekspos ke media. Hal ini membuat Masako sangat tidak nyaman.

Naruhito yang saat itu sepertinya sudah jatuh cinta kepada Masako terus menghubungi dan mengajak Masako bertemu kembali dengannya. Para pegawai istana pun mengatur jadwal dan tempat Naruhito bertemu dengan Masako. Di


(40)

kediaman resmi Naruhitolah mereka dapat bertemu kembali secara pribadi. Mereka bercerita tentang banyak hal termasuk saat indah Naruhito di universitas Oxford. Setelah pertemuan pertama secara pribadi beberapa bulan kemudian mereka bertemu kembali dan Naruhito benar-benar menunjukkan kekagumannya kepada Masako. Meskipun Masako tidak memenuhi kriteria untuk menjadi pendampingnya.

Beberapa waktu kemudian setelah perkenalan Masako dan Naruhito, Masako dinyatakan lulus di Oxford University pada jurusan hubungan internasional untuk gelar masternya. Hubungan dengan Naruhito pun kembali menjauh. Saat Masako melanjutkan pendidikannya di Oxford, Naruhito pun terus didesak untuk menikah. Tetapi sepertinya Sang pangeran sudah jatuh cinta kepada Masako dan hanya mau menikah dengan gadis cerdas itu.

Hingga pada suatu waktu Naruhito pun menyatakan kekagumannya kepada Masako dan memintanya untuk menjadi pendamping hidupnya. Masako pun meminta waktu untuk memikirkannya dan mulai berpikir keras karena jika ia menerima pinangan Naruhito, semua karier yang sudah ia capai harus ditinggalkan dan mengabdi kepada suaminya. Pada pertemuan berikutnya Masako pun menyatakan bahwa dia belum sanggup untuk memutuskan pinangan Naruhito. Yang merupakan kata halus untuk menolak sang pangeran. Akan tetapi pangeran terus bersikeras untuk menjadikan Masako menjadi pendampingnya. Sampai pada suatu saat Ratu Michiko sendirilah yang meminta Masako untuk menerima pinangan Naruhito. Dengan berjanji kepada keluarga Owada akan melindungi Masako. Pangeran Naruhito pun berjanji kepada Masako bahwa jika


(41)

ia mau menjadi pendamping pangeran, Ia akan menjadikan masako sebagai diplomat kerajaan dan menemani naruhito pada setiap perjalanannya ke luar negri.

Dan pada akhirnya setelah mengalami penolakan selama lebih dari tujuh tahun, Naruhito berhasil membujuk perempuan yang dicintainya untuk mengikat simpul itu. Masako Owada pun mengalah pada tekanan meskipun tidak begitu antusias. “jika aku memang dapat mendukungmu, dengan rendah hati akan kuterima,” adalah cara yang aneh ketika akhirnya ia menerima tawaran sang pangeran.

Pernikahan pun berlangsung. Perayaan pernikahan pun diadakan selama tiga hari berturut-turut, melibatkan lebih dari selusin tamu berbeda dimana kira-kira 2700 orang telah diundang. Setelah menikah Masako pun kini telah menjadi anggota keluarga istana yang berarti harus meninggalkan semua identitas dan karir serta menjalankan semua aturan rumah tangga istana.

Kehidupan Masako pun benar-benar berubah, Ia tidak diizinkan lagi sering berkunjung ke rumah orang tuanya, semua harus terlebih dahulu direncanakan oleh pengatur rumah tangga istana. Setiap kali Masako ingin pakaian baru, memotong rambut, menyetir, ingin bertemu teman atau berlibur, para pejabat istana harus memberi izin terlebih dahulu. Bahkan untuk mengunjungi Disneyland saja memerlukan 1000 orang petugas keamanan. Semua harus dilaksanakan menurut protokoler. Hal ini merupakan penyesuain yang berat bagi Masako.

Tekanan berat lainnya yang dialami Masako adalah karena setelah menikah Masako belum juga mengandung seorang bayi. Padahal kehadiran seorang anak di tengah-tengah keluarga mereka sangat diharapkan untuk meneruskan keturunan kaisar. Mengingat pada saat itu pangeran Akishino dan putri kiko sudah memiliki


(42)

dua putri dan tidak memperoleh putra untuk meneruskan keturunan kaisar. Dengan demikian jika Naruhito dan Masako tidak juga memiliki seorang anak, kekaisaran Jepang akan berakhir. Beban yang begitu berat ditambah lagi mereka menikah di usia yang tidak produktif lagi.

Enam tahun setelah perkawinannya berlangsung, kabar yang dinanti-nanti pun tiba. Masako diberitakan tengah mengandung seorang bayi. Akan tetapi kabar gembira ini tidak berlangsung lama, karena pada Januari tahun 2000 Masako mengalami keguguran dan harus kehilangan bayinya. Kini usia Masako mendekati 40 tahun, akan tetapi belum juga memperoleh sang ahli waris. Sampai akhirnya Masako dianjurkan untuk menjalani IVF ( in vitro fertilization ) atau yang biasa disebut bayi tabung. Proses ini pun membuahkan hasil, Masako pun mengandung dan rakyat Jepang pun begitu antusias mendengar kabar baik ini.

Waktu pun berlalu, sampai akhirnya Masako melahirkan seorang bayi perempuan. Hal ini tidak membuat Masako bebas dari tekanan. Karena bayi yang dilahirkannya adalah perempuan. Perdebatan pun muncul, akankah kekaisaran Jepang dipimpin oleh seorang kaisar wanita? Atau akan benar-benar berakhir? . hal ini membuat timbul tuntutan baru terhadap Masako, dimana dia dianjurkan kembali oleh para pejabat istana supaya kembali menjalani perawatan IVF agar memperoleh seorang putra. Masako mengalami gangguan secara psikologis, sehingga ia lama tidak muncul di muka publik. Masako harus menjalani pengobatan berminggu-minggu di rumah sakit dan juga dikirim ke rumah orangtunya untuk menjalani pemulihan. Tugas yang benar-benar membuat Masako harus kehilangan hidupnya yang dahulu penuh warna.


(43)

Selepas kabar mengenai Masako, ternyata kabar gembira pun datang dari Pangeran Akishino dan Putri Kiko. Akhirnya pasangan ini dikaruniai seorang anak laki-laki yang kelak menjadi kaisar penerus dari Naruhito. Lepaslah sudah beban yang dipikul oleh Naruhito dan Masako, akan tetapi bukan juga akhir yang gembira bagi Masako. Banyak pihak yang terus mengecamnya dan berpendapat seharusnya Naruhito menceraikannya karena Masako tidak pantas menjadi seorang ratu nantinya. Pernyataan ini dilatarbelakangi karena ia tidak bisa memberi penerus bagi kaisar. Masako begitu terpuruk dan jatuh sakit. Akan tetapi sang pangeran tetap membela dan tidak menceraikan wanita yang benar-benar dicintainya hingga saat ini.

3.2. Analisis Psikologis Tokoh Masako

3.2.1. Kehidupan Masako di Istana Kekaisaran Jepang

Lahir di keluarga seorang diplomat membuat Masako dididik di berbagai belahan dunia. Banyak kebudayaan luar seperti kebudayaan barat yang Masako kenal, begitu juga dengan karakter berbagai orang asing yang ia temui. Meskipun demikian kebudayaan Jepang masih sangat melekat pada dirinya. Itu dikarenakan orang tuanya tetap menanamkan budaya Jepang pada diri anak-anaknya. Berkat dididikan orang tuanya ia telah terbentuk menjadi seorang wanita yang luar biasa. Cerdas, berpendidikan, dan memiliki karier yang gemilang. Ia begitu menikmati kehidupannya sampai akhirnya ia dipersunting oleh Putra Mahkota Jepang yaitu “Naruhito”. Sudah bisa dipastikan kehidupannya akan jauh berbeda saat memasuki lingkungan istana. Dan berikut akan dibahas kehidupan Masako ketika telah menjadi anggota keluarga Kekaisaran Jepang yang dilihat dari teori


(44)

Archibald Hart, dimana dikatakan kehilangan merupakan faktor utama yang mendasari depresi sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab II. Akan ditelaah hal-hal apa saja yang mendasari sehingga akhirnya Masako mengalami depresi yang diungkap pada novel “Princess Masako”.

1. Masuk ke dunia protokoler yang jauh berbeda dengan kehidupannya sebelumnya.

Cuplikan halaman 4-5

Begitu melangkah kaki ke dalam lingkungan istana, ia akan memasuki dunia protokoler yang tertutup dan ketat, dan menjalani ritual agama –sebuah lingkungan kerajaan abad pertengahan yang di dalamnya ia harus selalu membungkuk dengan sudut tepat 60 derajat—kapan saja ia bertemu para ipar dan kepada suaminya (terutama di hadapan publik) yang dikenal sebagai “Tuan Istana Timur”. Satu-satunya peran dalam hidupnya adalah peran seorang pasangan yang patuh dan sungguh-sungguh, yang selalu berjalan tiga langkah di belakang sang suami. Tugas satu-satunya adalah menghasilkan seorang putra yang akan manjadi ahli waris tahta kekaisaran bunga krisan. Setiap langkahnya akan dimonitor, setiap kata-kata yang diucapkan bagi publik disortir para pria berpakaian hitam, pejabat Kunaicho, pengurus rumah tangga kekaisaran, sebuah birokrasi yang mengurus dan mengendalikan kehidupan keluarga kekaisaran Jepang.

Analisis :

Saat melangkahkan kaki ke dalam istana Kekaisaran Jepang, kehidupan seorang Masako berubah total. Masako akan memasuki dunia protokoler, dimana


(45)

setiap langkah dan sikapnya akan diatur oleh para kunaicho. Harus patuh terhadap semua aturan yang ada, dan selalu menjadi sorotan kamera wartawan saat berada di luar istana ataupun di depan publik.

Melalui cuplikan di atas bila dilihat dari teori Archibald Hart yang menyatakan kehilangan merupakan faktor utama penyebab depresi, maka dapat ditelaah bahwa ada sesuatu yang hilang dari kehidupan Masako saat melangkahkan kaki ke dalam istana. yaitu kehilangan sesuatu yang abstrak. Salah satunya adalah kehilangan karir yang sudah ia capai, karena seperti yang tertulis pada cuplikan, tugas satu-satunya Masako adalah menghasilkan seorang putra yang akan menjadi ahli waris tahta kekaisaran bunga krisan. Selain itu, Masako kehilangan kebebasan yang ia miliki pada kehidupannya sebelumnya. Seperti kebebasan mengeluarkan pendapat. Hal ini dikarenakan di dalam istana setiap langkahnya dimonitor dan setiap kata-kata yang diucapkan bagi publik disortir oleh para kunaicho.

2. Meninggalkan segala hal yang berbau modern dan tidak bisa mengunjungi orang tuanya secara bebas.

Cuplikan halaman 7

Sejak hari ini Masako bukan lagi bagian keluarga Owada karena namanya dihapus dari daftar nama keluarga begitu ia menjadi anggota keluarga Kaisar Jepang, Akihito yang merana, garis keturunan ke -125 dalam kekaisaran. Sebagai anggota keluarga kerajaan ia takkan mempunyai hak memilih dan takkan memiliki nama panggilan apa pun. Ia juga akan meninggalkan segala hal yang berbau modern: paspor, kartu kredit, asuransi kesehatan, atau mobil. Tidak akan


(46)

ada rekaman publik mengenai seluruh eksistensinya. Mungkin berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, jika ibu mertuanya telah meninggal, ia baru diizinkan mengunjungi keluarganya lagi.

Analisis :

Pada teori yang dikemukakan Archibald hart mengenai salah satu faktor utama yang mendasari depresi, yaitu kehilangan suatu yang konkrit. Pada cuplikan di atas dapat dianalisa bahwa Masako kehilangan sesuatu yang konkrit pada saat memasuki kekaisaran, yaitu kehilangan semua hal yang berbau modern seperti, paspor, kartu kredit, asuransi kesehatan, mobil dan lain-lain. Butuh waktu yang lama untuk terbiasa dengan hidup barunya mengingat ia adalah seorang wanita karier yang sangat dekat dengan semua hal yang berbau modern. Ditambah lagi Masako harus kehilangan sosok kedua orang tuanya karena selama berbulan-bulan ataupun bertahun-tahun, Masako tidak diizinkan bertemu keluarganya kecuali ibu mertuanya telah meninggal. Akan tetapi inilah pilihan hidupnya. Jadi pada kasus ini, Masako kehilangan dua hal yang merupakan sesuatu yang konkrit dalam hidupnya, yaitu semua hal atau fasilitas yang berbau modern dan sosok kedua orang tuanya. Dapat disimpulkan bahwa hal ini juga menjadi salah satu faktor yang mendasari depresi yang dialami Masako.

3. Setiap detail sikap dan tingkah lakunya harus sesuai dengan tata krama istana. Cuplikan halaman 21

Memandang arak-arakan yang tengah lewat, tampak jelas bagi saya bahwa pelajaran melambaikan tangan juga merupakan bagian dari pelatihan tata karma yang dijalani Masako, dimana sekarang ia melambai-lambaikan tangannya


(47)

dengan tata krama istana yang tepat, tersenyum dengan kehangatan dan martabat yang seimbang dan selalu berjalan tiga langkah di belakang suaminya.

Analisis :

Pada cuplikan di atas jelas terlihat bahwa semua sikap yang tunjukkan di depan publik harus sesuai dengan tata karma istana. Hingga hal-hal kecil seperti langkah dan senyum pun memiliki aturan yang ketat. Dapat dibayangkan betapa kakunya hidup yang Masako jalani setelah menjadi anggota keluarga istana. Dari cuplikan di atas menurut penulis, Masako kembali kehilangan sesuatu yang abstrak berdasarkan teori Archibald Hart. Sesuatu yang abstrak pada kasus ini adalah inisiatif. Hal ini terjadi karena hal-hal yang tadinya dilakukan secara refleks oleh Masako seperti tersenyum dan melambaikan tangan juga telah diatur oleh tata krama istana. Dengan sendirinya Masako akan hidup mengikuti semua tata karma yang ada, tanpa harus berpikir ataupun membuat inisiatif tentang semua yang ingin ia lakukan. Mengingat Masako sebelumnya adalah wanita karir yang begitu cerdas dan pastinya memiliki banyak inisiatif dalam kesehariannya, maka saat ia hanya bisa tunduk terhadap aturan yang ada dapat menjadi salah satu faktor yang mendasari timbulnya depresi yang dialami Masako.

4. Hidup layaknya boneka yang serba diatur oleh para pengurus rumah tangga istana.

Cuplikan halaman 27

Untuk menjamin kehidupan mereka, keluarga ini mempunyai 50 orang staf dan dayang-dayang, tukang masak, sopir, sekretaris, bahkan para dokter. Inilah para pejabat Kunaicho yang mulai hari ini akan memutuskan apa yang mereka


(48)

lakukan, dengan siapa mereka pergi, dan apa yang mereka ucapkan. Selamat datang di kehidupan barumu sebagai putri, Masako.

Analisis :

Meskipun memiliki tempat tinggal yang terpisah dari keluarga istana lainnya, tetap saja Masako tidak bisa mengendalikan rumah tangganya sendiri seperti para istri pada umunya. Hal ini dikarenakan mereka memiliki lima puluh orang staf dan dayang-dayang serta tukang masak, sopir, sekretaris, bahkan dokter. Dan apa yang dilakukan keluarga Masako esok harinya akan diputuskan oleh para pengurus rumah tangganya layaknya boneka di dalam sebuah istana. Dan hal ini bukan membuat hidup Masako akan membaik karena ia tinggal duduk dengan tenang dengan semua pelayanan yang telah tersedia, akan tetapi ia akan kehilangan kreatifitas dalam dirinya. Pada kasus ini, berdasarkan teori Archibalt Hart, Masako kembali kehilangan sesuatu yang abstrak dalam kehidupan barunya, yaitu inisiatif. Semua cita-cita dan ide bagi keluarga kecil Masako yang ada di benaknya, tidak dapat direalisasikan secara nyata. Karena semua telah diatur menurut aturan yang telah ditetapkan kekaisaran. Masako hanya bisa tunduk pada aturan yang telah ada. Hal ini juga menjadi salah satu faktor yang mendukung timbulnya depresi pada diri Masako.

5. Tidak hanya kegiatan sehari-hari, tetapi hal yang paling pribadi pun harus diketahui oleh para pengurus rumah tangga istana.

Cuplikan halaman 27-28

Di sore hari pada upacara perkawinannya, Masako tahu betapa ketatnya para penjaga akan berjaga di dalam sangkarnya. Mempelai laki-laki dan mempelai


(49)

wanita, paling tidak salah satu dari mereka, hampir bisa dipastikan belum pernah melakukan hubungan seksual, tidak akan diizinkan melakukan keintiman secara bebas di malam pertama mereka.

Analisis :

Tidak hanya kegiatan sehari-hari, tetapi hal paling pribadi yang dilakukan pengantin baru juga harus diketahui atau diatur oleh para kunaicho. Kehidupan yang sungguh ironis bagi seseorang yang bukan dibesarkan di lingkungan istana Kekaisaran Jepang. Dari cuplikan di atas dipastikan bahwa tidak ada sama sekali prilaku yang bisa dilakukan Masako dengan bebas termasuk hal-hal yang sangat pribadi. Maka berdasarkan teori Archibalt Hart, Masako kembali kehilangan sesuatu yang abstrak dalam hidupnya. Pada kasus ini Masako kehilangan “privasi” yang dulunya ia miliki dalam hidupnya. Karena segala hal yang ada dalam hidupnya harus diketahui oleh para kunaicho. Inilah kehidupan Masako di Istana Timur setelah menyandang gelar ”Putri Mahkota Jepang”. Kehidupan dengan kebiasaan-kebiasaan yang jauh berbeda dengan kehidupannya terdahulu.

3.2.2. Tekanan dan Tuntutan yang Diemban oleh Masako

Dipersunting oleh seorang putra mahkota, tentu Masako akan mengemban tugas yang berat. Banyak harapan keluarga istana maupun masyarakat dengan hadirnya Masako di keluarga kekaisaran. Begitu juga dengan Masako, ia memiliki harapan bisa membawa sedikit pembaharuan dengan kehadirannya di Istana Timur. Akan tetapi pada kenyataannya Masako tidak bisa berbuat apa-apa sesuai dengan keinginannya. Yang ada hanyalah tuntutan dan tekanan yang ditujukan


(50)

kepadanya. Berikut akan dijabarkan tekanan dan tuntutan yang diemban Masako di Istana Timur.

1. Setuju menikah dengan Pangeran Naruhito bukan karena cinta. Cuplikan halaman 194

Sekarang putra mahkota menemukan alasan untuk menghindari pertemuan dengan dengan mitra potensial apa pun, ujar Kamata. Ketika Shoichi Fujimori, seorang pejabat istana bertanya apa masalahnya, Naruhito menjawab ini bukan pertama kalinya, : “Aku melihat Owada-san masih belum menikah.” Namun karena lingkungan istana yang kaku, pesan itu tidak tersampaikan, baik kepada Pengurus Rumah Tangga Istana maupun orangtuanya. Pangeran menegaskan ia tidak tertarik dengan yang lain. Jika Masako tidak bisa menjadi miliknya, ia akan tetap menjadi bujangan, tidak peduli apa konsekuensinya. Dalam hal ini tampaknya ia memenangkan dukungan terpenting dari ibunya, yang sejak awal menganjurkan sang putra kesayangan untuk mengikuti bisikan hatinya. Dan karena terpaksa menerima sesuatu yang tidak bisa diacuhkan, Kunaicho dengan enggan akhirnya menyetujui.

Analisis :

Dari cuplikan di atas dapat dilihat bahwa Masako menerima pinangan sang putra mahkota bukan karena cinta melainkan pengabdian kepada Kaisar yang sangat dihormati oleh Masyarakat Jepang. Hal ini dikarenakan sang Putra Mahkota tidak akan mau menikah dengan wanita lain selain Masako, sedangkan umur Pangeran saat itu sudah tidak muda dibandingkan dengan para Kaisar sebelumnya yang pada umumnya menikah muda. Di sinilah ada tuntutan yang


(51)

dibebankan kepada Masako. Walaupun belum mampu mencintai pangeran, Ia dituntut untuk menerima pinangan tersebut demi menyelamatkan aib kekaisaran. Masako pun akhirnya setuju menikah dengan Naruhito meskipun dilatar belakangi pengabdian dan tuntutan yang ditujukan kepadanya.

Cuplikan halaman 44

Beberapa orang yang bekerja bersama-sama Hisashi mengatakan Hisashi itu memang benar-benar anak setan; brilian namun teramat dingin dan tertutup. Masako adalah anak laki-laki yang tidak pernah dimiliki ayahnya, namun sangat diharapkan. Apa pun yang dilakukan Masako, termasuk perkawinan itu, adalah untuk menyenangkan ayahnya. Masako memang memiliki ayah dengan ambisi yang sangat besar.

Analisis :

Ada dua pengabdian yang dilakukan oleh Masako dalam pernikahannya. Yang pertama adalah pengabdian terhadap pihak istana dan yang keduan kepada ayahnya Hishashi Owada. Hishashi adalah ayah yang sangat ambisius dan berharap banyak kepada putrinya Masako. Selama ini Masako selalu mengikuti keinginan dari ayahnya. Dan kali ini juga dalam menentukan pasangan hidupnya, Masako menuruti kata ayahnya yaitu menikah dengan Putra Mahkota. Pada cuplikan dikatakan bahwa Masako menyetujui pernikahan itu adalah untuk menyenangkan hati ayahnya. Dalam kasus ini yang menjadi tuntutan bagi Masako harus menuruti keinginan ayahnya yaitu menikah dengan putra mahkota Naruhito. Dari kedua alasan yang membuat Masako akhirnya menikah dengan naruhito pada cuplikan di atas, dapat ditelaah bahwa berdasarkan teori kognisi


(52)

depresi Aaron Beck, Masako telah kehilangan harapan dan ambisi dalam menentukan pasangan hidupnya. Terlihat dari cuplikan bahwa ia menikah bukan karena cinta melainkan karena tuntutan dari sang ayah Hishashi Owada dan dari pihak kekaisaran. Tidak terlihat sedikit pun bahwa Masako menyetujui pernikahannya karena dorongan dari dirinya sendiri. Namun, tindakan Masako pada kasus ini mengacu pada salah satu jenis distorsi kognitif yang telah dibahas sebelumnya pada bab II yaitu: mendiskualifikasikan hal-hal positif dalam hidupnya. Dimana Masako cenderung untuk memilih kalah dari kemenangan yang hampir terjadi atau tidak mengakui pencapaian yang ia raih. Dibuktikan dengan tindakan Masako yang hanya pasrah pada kondisi yang dihadapkan padanya dan meninggalkan semua karir yang telah ia capai untuk menikah dengan Naruhito.

2. Mendapat berbagai kritikan dari pihak istana atas kebiasaannya yang belum sesuai dengan tata karma Istana Timur.

Cuplikan halaman 22

Komentar Hamao yang sudah dua puluh tahun menjabat sebagai bendahara Istana Timur :Aku merasa ia sedikit tidak sopan. Di samping itu, ia terlalu banyak bicara, bahkan membicarakan hal-hal yang belum ditanyakan. Ia seperti orang Amerika—berjalan di depan pria sebab orang-orang barat mengatakan “ladies first” . Mungkin semua ini dapat diterima di Amerika, namun menurutku seharusnya ia berlaku lebih santun di Jepang.

Inilah kali terakhir bagi Masako diizinkan berbicara di depan publik selama beberapa tahun. Dan Kunaicho terus menerus menyebut-nyebut lelucon itu. Meskipun Masako marah atas kekasaran Hamao, ia tidak punya pilihan lain.


(53)

Daripada menunda perkawinan yang membawa noda tak tertahankan bagi keluarganya, lebih baik ia menghilangkan egonya dan belajar melakukan apa saja yang disyaratkan istana.

Analisis :

Saat Masako sudah setuju menikah dengan Naruhito, kritikan pun dilontarkan oleh seorang bendahara istana yang dengan gamblang menyebutkan bahwa Masako tidak sopan. Mengingat Masako adalah seorang diplomat, maka bisa dipastikan ia adalah orang yang suka berkomunikasi dan mengutarakan pendapat secara vokal. Namun kebiasaan ini dianggap tidak sopan oleh pihak istana. Ini adalah kritikan awal yang diterimanya saat akan memasuki Istana Timur. Melalui cuplikan terlihat bahwa ada tekanan yang ditujukan kepada Masako, yaitu ia tidak diizinkan untuk banyak berbicara seperti kebiasaannya sebelumnya.

Dari cuplikan di atas, bila ditelaah menggunakan kognisi depresi Aaron Beck, terdapat pemikiran Masako yang cenderung melihat kekalahan terhadap dunia. Hal ini terbukti dari cuplikan bahwa meskipun sebenarnya Masako marah dan tidak senang dengan pernyataan Hamao yang merupakan bendahara istana timur, tapi dikatakan bahwa Masako tidak punya pilihan lain. Jika dikaitkan ke dalam jenis distorsi kognitif, pada kasus ini Masako melakukan “personalisasi” yaitu, cenderung mengasumsikan bahwa dirinya bertanggung jawab atas masalah dan perilaku orang lain.

Menurut penulis, Masako cenderung berpikir bahwa ia tidak akan mungkin membela dirinya di hadapan publik karena pasti hanya akan menambah masalah baru dalam rencana perkawinannya, yang bisa dikatakan akan kalah


(54)

dengan komentar yang dilontarkan kunaicho tersebut. Akhirnya Masako tidak melakukan pembelaan sama sekali, melainkan hanya menghilangkan egonya dan belajar melakukan apa yang disyaratkan istana.

3. Diberi tugas untuk memperoleh seorang putra dari perkawinannya dengan Naruhito.

Cuplikan halaman 233

Akishino dan istrinya, Kiko, telah melahirkan dua anak, tahun 1991 dan 1994, namun keduanya adalah anak perempuan dan akan dikeluarkan dari istana ketika mereka menikah. Jadi harapan satu-satunya berada di pundak Naruhito dan Masako. Jika mereka tidak melahirkan seorang anak laki-laki, kecuali jika aturan telah diubah, dinasti Jepang akan berakhir.

Analisis :

Kaisar memiliki dua putra, yang pertama Naruhito dan yang kedua Akhisino. Pangeran Akishino menikah mendahului kakaknya Naruhito dan telah dikaruniai dua orang anak perempuan. Dengan kata lain sampai saat itu Kekaisaran Jepang belum memiliki seorang pewaris tahta. Oleh karena itu, tugas ini dibebankan kepada pasangan baru yaitu Naruhito dan Masako untuk memperoleh seorang putra, atau Kekaisaran Jepang akan berakhir jika aturan belum diubah. Tuntutan yang tidak mudah dipenuhi mengingat usia mereka sudah tidak tergolong produktif lagi. Akan tetapi Masako dan Naruhito harus menjalaninya.


(55)

Cuplikan halaman 236

Menurut orang dalam istana yang cukup berpengaruh, setiap bulan sejak perkawinannya putri telah dipanggil menghadap tahta. Menggunakan bahasa paling formal dan paling sopan, Kaisar menanyakan apakah ia masih mengalami menstruasi setiap bulan. Setiap kali ia harus membungkuk menahan rasa malu dan mengaku bahwa, sayang sekali, ia telah gagal mengandung seorang anak. Mereka juga mengatakan ia harus tetap berada di rumah sampai berhasil menunaikan tugasnya melahirkan ahli waris.

Analisis :

Sebagai seorang wanita yang normal, pasti Masako juga ingin memiliki seorang anak. Ditambah lagi keluarga dan semua orang di lingkungannya sedang menanti kelahiran anak dari pernikahannya dengan Pangeran Naruhito. Namun kehadiran seorang anak tidaklah dapat dipaksakan sesuai dengan kehendak manusia. Besarnya harapan kaisar dan ratu kepada Masako untuk mempunyai seorang anak laki-laki membuat Masako seperti dipaksa untuk segera memiliki anak. Tekanan tersebut digambarkan pada cuplikan di atas, dimana Masako setiap bulannya harus menghadap tahta dan ditanya langsung oleh kaisar apakah ia masih mengalami menstruasi. Dan ia juga harus mengaku bahwa ia telah gagal mengandung seorang anak. Kebiasaan ini juga tentunya menjadi sebuah tekanan yang berat bagi Masako di Istana Timur.

Dari cuplikan di atas bila ditelaah dengan menggunakan teori kognisi depresi Aaron Beck, pasti ada harapan besar dalam diri Masako untuk memiliki seorang putra. Akan tetapi akan muncul pemikiran menganggap diri kurang baik, tidak layak dan tidak berharga terhadap dirinya sendiri apabila harapan tersebut


(56)

tidak terwujud. Hal ini didukung dari cuplikan bahwa besar harapan pihak istana dan rakyat Jepang terhadap Masako. Karena jika Masako juga tidak bisa memberikan seorang putra, maka dinasti Jepang akan berakhir. Hal ini juga mendukung bahwa saat Masako akhirnya tidak mendapatkan seorang putra yang akan menjadi ahli waris, ia mengalami depresi dan memunculkan perilaku yang tidak biasa terhadap lingkungannya.

4. Setelah berhasil mengandung seorang anak, tetapi akhirnya mengalami keguguran, hingga akhirnya menjalani proses bayi tabung.

Cuplikan halaman 237

Pada januari 2000, Masako, dalam beberapa minggu kehamilannya, meminta rumah sakit “melakukan operasi untuk mengeluarkan janin (yang mati) dari anak yang belum dilahirkannya”, kata Dr Takashi Okai, ahli ilmu kebidanan dan ginaekologi di Rumah Sakit Aiiku, Tokyo.

Analisis :

Lama menanti kehamilannya, akhirnya Masako pun mengandung. Pihak keluarga pun sedikit lega mendengar kabar baik ini. Akan tetapi kehamilannya hanya bertahan beberapa minggu. Masako mengalami keguguran. Dan ia akan kembali kepada tugas awalnya yaitu memperoleh seorang putra pewaris tahta kekaisaran. Tuntutan berat yang belum juga usai dibebankan kepada Masako. Mengingat bahwa kehamilannya yang pertama juga membutuhkan penantian yang lama.


(57)

Cuplikan halaman 251

Maret 2001, ketika Masako mulai melakukan siklus perawatan kesuburan, janji bertemu dengan Tsutsumi secara resmi diumumkan. Kunaicho memandang miring “perawatan hormon” itu karena mempertimbangkan bahwa persiapan itu dibuat untuk kelahiran seorang anak yang nantinya akan menjadi kaisar bayi tabung pertama. Karena tak seorang pun bisa mempublikasikannya, paling tidak bukan di Jepang, dan juga tidak nantinya. Bahkan sampai saat ini muncul reaksi-reaksi dari suara tertawaan tertahan sampai pengingkaran, ketika disebut-sebut Masako mungkin anggota kerajaan pertama di Jepang –atau bahkan di dunia— yang menerima perawatan IVF.

Analisis :

Beberapa waktu setelah keguguran yang dialaminya, tersiar kabar bahwa Masako pun disarankan menggunakan cara bayi tabung untuk memperoleh seorang anak. Mengingat usia sang putri sudah bukan usia produktif lagi. Masako pun menjalani perawatan kesuburannya dan hal ini sangat dirahasiakan. Karena Masako merupakan anggota keluarga kekaisaran pertama yang menjalani proses bayi tabung. Akhirnya proses itu pun membuahkan hasil, Masako berhasil mendapatkan seorang anak. Akan tetapi tetap saja ia belum lepas dari tekanan, karena ia melahirkan seorang putri, yang tentu saja tetap tidak bisa menjadi pewaris tahta yang diharapkan selama ini.

Dari kedua cuplikan di atas terlihat begitu keras perjuangan masako untuk memperoleh seorang putra. Bahkan jalan bayi tabung pun ia jalani, semua ia lakukan hanyalah untuk mendapatkan sang ahli waris. Akan tetapi setelah mendapat seorang anak, tetap saja tugasnya seakan belum selesai karena Masako


(1)

harus pergi seorang diri. Dan perilaku aneh lainnya seperti membuat rusak suasana pesta ulang tahun kaisar karena mengeluh dengan masakan yang ada dan mengkritik semua juru masak yang bekerja pada pesta itu. Perilaku-perilaku aneh masako ini sesuai dengan gejala depresi pada bab II yaitu: Perasaan yang berubah-ubah dan sulit dikendalikan. Berbagai perasaan seperti putus asa, kehilangan harapan, sedih, cemas, rasa bersalah, apatis dan marah; sering muncul tak menentu dan menciptakan suasana hampa dan mati.

Cuplikan halaman 273:

Masako telah menerima terapi obat dan penyuluhan. Ia menderita dari apa yang disebut dengan tekiou shogai atau “gangguan penyesuaian”.

Pejabat-pejabat agen mencoba menghapus kisah tersebut dengan mengatakan putri baik-baik saja, seperti beberapa tahun yang lalu ketika mereka mengumumkan kepada public mengenai kanker “pancreas” Hirohito. Laporan tersebut “secara fakta tidak benar” dan “kasar”, mereka mengatakan hal tersebut adalah penggunaan kata sifat yang biasa dipakai orang Jepang untuk penyakit mental.

Analisis :

Dari cuplikan di atas dinyatakan setelah diperiksa oleh berbagai ahli, ternyata Putri Masako didiagnosa menderita “tekiou shogai” atau gangguan penyesuaian. Hal ini jugalah yang diberitakan ke publik oleh pihak istana. Akan


(2)

Cuplikan halaman 274:

”Mereka sering sekali memotretnya, dan dandanan yang ia kenakan tidak cukup menutupi seluruh noda di wajahnya. Dan anda lihat, berat badannya turun banyak. Ia benar-benar kelihatan tidak sehat”. Diagnosis tekiou shogai telah mengalihkan pernyataan yang tidak jujur, minimal sebagian, untuk melindungi keluarga kerajaan dari segala jenis “kontaminasi” penyakit mental.

Analisis:

Pernyataan yang dilontarkan pihak istana tampaknya berbeda dari kenyataan sesungguhnya. Dari cuplikan halaman 274 terlihat bahwa kenyataan bahwa Masako sebenarnya menderita depresi disembunyikan dari publik. Hal ini dilakukan sebagai pernyataan halus untuk melindungi keluarga kerajaan dari segala jenis “kontaminasi” penyakit mental.


(3)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Dari analisis yang telah dilakukan terhadap tokoh utama “Masako” dalam novel “Princess Masako” dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kehidupan Masako di Istana Timur yang jauh berbeda dengan kehidupannya terdahulu membuat Masako harus mengalami penyesuaian yang berat yang menjadi pemicu awal depresi yang dialami Masako.

2. Masako mengalami depresi akibat dari pemikiran negatif yang dibentuk oleh pemikirannya, yaitu pemikiran negatif terhadap dirinya sendiri, terhadap lingkungan, dan terhadap masa depannya. Dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Terhadap dirinya sendiri, Masako merasa telah gagal menjalankan peran pentingnya di istana timur, yaitu memperoleh seorang putra yang akan menjadi ahli waris kekaisaran.

b. Terhadap lingkungannya, Masako merasa para kunaicho dan anggota keluarga istana terlalu menuntut banyak terhadap dirinya. Meskipun Masako sudah berusaha keras supaya menjadi seseorang yang diinginkan keberadaannya. Tuntutan yang terus-menerus diterima Masako dari


(4)

c. Terhadap masa depan, dapat disimpulkan bahwa Masako tetap merasa tidak ada akhir yang bahagia pada cerita hidupnya. Tak ada hal di istana yang dapat diubah olehnya sesuai dengan cita-citanya terdahulu. Karena Masako hanya akan tetap menjadi boneka dalam istana yang harus tunduk pada semua aturan yang ada.

4.2. Saran

Novel Princess Masako adalah sebuah novel yang diangkat dari kisah nyata dan disusun kembali dalam bentuk cerita oleh pengarang. Banyak hal yang penting dan menarik yang penulis ketahui dari novel Pricess Masako. Seperti kehidupan di Istana timur dan sisi psikologis di dalamnya. Banyak hal-hal yang tidak terungkap di publik tetapi ditulis dalam novel ini. Satu hal yang penulis dapatkan setelah menganalisis novel ini adalah “kita akan hidup lebih bahagia jika menjalankan kata hati dan bukan mengorbankan hidup kita untuk orang lain”.

Penulis berharap skripsi ini dapat menjadi bahan referensi bagi pembacanya untuk menambah wawasan tentang kehidupan dan perkawinan di istana. Membuang anggapan bahwa kehidupan di istana penuh dengan kesenangan seperti yang ada dalam dongeng, serta menyadari betapa besarnya pengabdian masyarakat jepang terhadap orang-orang yang dihormati seperti kaisar. Sehingga skripsi ini berguna bagi hidup yang lebih baik ke depannya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2000. Pengantar Apresiasi Sastra, Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Badrun, Ahmad. 1983. Pengantar Ilmu Sastra (Teori Sastra), Surabaya: Usaha

Nasional.

Greg, Wilkinson. 1995. Depresi, Jakarta: Arcan.

Hadi, pranowo. 2004. Depresi dan Solusinya, Yogyakarta: Tugu Publisher.

Hills, Ben. 2006. Princess Masako. Jakarta: Pustaka.

Koentjaraningrat. 1976. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: UI Press.

Moelione, Anton M. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengakajian Fiksi. Yogyakarta: UGM Press.

Pradopo, Rahmat Djoko. 2001. Metodologi Penelitian Sastra, Yogyakarta:

Hinindita.

Zainuddin. 1992. Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia, Jakarta:


(6)

http://en.wikipedia.org/wiki/Crown_Princess_Masako

http://en.wikipedia.org/wiki/Emperor_of_Japan

http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/3939179.stm