Peran Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Sebagai Regulator Dalam Meningkatkan Daya Saing Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Terhadap Pemberian Kredit Kepada Masyarakat

BAB II
PENGATURAN PEMBERIAN KREDIT MELALUI PERBANKAN
A.

Pengertian Kredit
Secara etimologis, istilah kredit berasal dari bahasa Latin, yaitu credere,

yang berarti kepercayaan. Misalkan, seorang nasabah debitur yang memperoleh
kredit dari bank adalah tentu seseorang yang mendapat kepercayaan dari bank.
Hal ini menunjukkan bahwa yang menjadi dasar pemberian kredit oleh bank
kepada nasabah debitur adalah kepercayaan. 26
Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa salah satu pengertian
kredit adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara
mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh
bank atau badan lain. 27 Amin Rajab Batubara menjelaskan bahwa kredit adalah
suatu pemberian prestasi yang balas prestasinya (kontra prestasi) akan terjadi
pada suatu waktu dihari yang akan datang. 28
Molenaar (dalam buku “kredeot” Tjeenk Willink Zwolle 1878) yang
dikutip Mariam Darus Badrulzaman dalam buku Aneka Hukum Bisnis,
mengemukakan bahwa kredit adalah meminjamkan benda pada peminjam
dengan kepercayaan bahwa benda itu akan dikembalikan dikemudian hari

kepada pihak yang meminjamkan. Kemudian defenisi tersebut dikembangkan

26

Hermansyah, Op.Cit., hlm.55.
W. JS Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia Modern ( Jakarta: Balai Pustaka,
2008), hlm.45.
28
Ismail, Op.Cit., hlm.55.
27

19
Universitas Sumatera Utara

20

bahwa jenis kredit mencakup : 29 Kredit berupa uang yang kemudian hari
dikembalikan dalam bentuk uang;
1.


Kredit berupa uang yang kemudian hari dikembalikan dalam bentuk barang;

2.

Kredit dalam bentuk barang yang kemudian hari dikembalikan dalam bentuk
uang; dan

3.

Kredit dalam bentuk barang yang di kemudian hari dikembalikan dalam
bentuk barang.
Secara sederhana, kredit merupakan penyaluran dana pihak yang

memerlukan dana. Penyaluran dana tersebut didasarkan pada kepercayaan yang
diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. 30 Dalam Undang-Undang
Perbankan Pasal 1 butir 11 menyatakan bahwa :
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang meminjam untuk
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian

bunga.
Kredit dalam Bahasa Belanda disebut vertrouwen, dalam bahasa Inggris
disebut trust or believe, faith. 31 Dalam kamus istilah keuangan dan perbankan
dikatakan kredit/pinjaman adalah pendayagunaan uang dalam waktu tertentu
oleh orang atau lainnya yang diperkenankan/diizinkan yang akan dikembalikan
memakai uang tambahan atau bunga sebagai pengembalian atas pemakaian uang
tersebut. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat
disamakan dengan itu berdasarkan perjanjian pinjam meminjam antara bank

29

Sutarno, Op.Cit., hlm.95.
Ismail, Op.Cit., hlm.93.
31
Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2003), hlm.236.
30

Universitas Sumatera Utara


21

dengan pihak lain. Pihak peminjam berkewajiban melunasi setelah dalam jangka
waktu yang ditetapkan dalam perjanjian. Black Law Dictionary memberi
pengertian bahwa kredit adalah : “The ability of businessman to borrow money
or obtain goods on time in consequence of the favourable opinion. Opinion held
by the particular lender, as to his solvency and reliability”. 32
Kredit dalam arti bisnis mengandung unsur meminjam, yang dalam
bahasa Inggris disebut dengan loan. Kata “loan” itu sendiri berarti sesuatu yang
dipinjamkan khususnya sejumlah uang. 33 Sedangkan implementasinya dalam
dunia bisnis kata “loan” itu adalah sesuatu yang diberikan atau dipinjamkan atau
yang diberikan kepada seseorang untuk dipakainya selama suatu jangka waktu
tertentu, tanpa kompensasi atau biaya/ongkos. Saat ini, “loan” itu biasanya
diartikan sebagai sesuatu yang berharga, seperti uang yang dipinjamkan selama
jangka waktu tertentu. 34
Pengertian kredit dalam aspek hukum adalah menyerahkan secara
sukarela sejumlah uang untuk dipergunakan secara bebas oleh penerima kredit.
Penerima kredit berhak mempergunakan pinjaman itu untuk keuntungannya
dengan kewajiban mengembalikan jumlah pinjaman itu di belakang hari. 35
Sudarsono dalam kamus hukum menyebutkan istilah kredit yaitu : 36

a. Cara menjual barang dengan pembayaran tidak secara tunai, cara
menjual barang dengan cara pembayaran ditangguhkan atau diangsur.
32

H. Moehamad Tjoekam, Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersil (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1999), hlm.11.
33
Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern Berdasarkan Undang-Undang Tahun 1998
(Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1999), hlm.6.
34
Ibid.
35
Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank (Jakarta: Alumni, 1978), hlm.21.
36
Sudarsono, Kamus Hukum (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm.232.

Universitas Sumatera Utara

22


b. Pinjaman oleh seseorang atau badan hukum sampai batas jumlah
tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain.
Berdasarkan pengertian kredit tersebut, maka elemen-elemen kredit
antara lain : 37
a. Kredit mempunyai arti khusus yaitu meminjamkan uang.
b. Penyedia/pemberian uang arti khusus terjadi di dunia perbankan.
c. Berdasarkan perjanjian pinjam meminjam sebagai acuan dari
perjanjian kredit.
d. Adanya prestasi dari pihak peminjam untuk mengembalikan utang
disertai dengan jumlah bunga atau imbalan.
Pengertian kredit diatas mengandung unsur-unsur dalam kredit yaitu : 38
a. Ada

pihak

yang

bersedia

dan


mempunyai

kelebihan

uang/dana/barang/jasa tersebut sesuai syarat-syarat yang ditentukan
pihak ini disebut dengan “kreditur”.
b. Ada pihak yang membutuhkan dana dan mengajukan permohonan
untuk memperoleh uang/dana/jasa tersebut dengan syarat-syarat yang
diinginkannya.
Pihak ini disebut “debitur” atau penerima kredit. Pemberi kredit dalam
keadaan atau posisi yang lebih kuat sehingga lebih memperhatikan unsur-unsur.
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit
adalah sebagai berikut : 39

37

Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan (Bandung : Penerbit Mandar Maju, 2000),

hlm.90.

38
39

Ibid.
Ismail, Op.Cit., hlm.94.

Universitas Sumatera Utara

23

a. Kreditur
Kreditur merupakan pihak yang memberikan kredit atau pinjaman
kepada pihak lain yang akan mendapat pinjaman. Pihak tersebut bisa
perorangan atau individu ataupun badan usaha. Bank yang
memberikan kredit kepada pihak peminjam merupakan kreditur.
b. Debitur
Debitur merupakan pihak yang membutuhkan dana, atau pihak yang
mendapat pinjaman dari pihak lain.
c. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan suatu keyakinan lagi si pemberi kredit bahwa

kredit yang diberikan (baik berupa uang, barang atau jasa) benar-benar
diterima kembali di masa yang akan datang sesuai jangka waktu
kredit. Kepercayaan diberikan oleh bank sebagai dasar utama yang
melandasi mengapa suatu kredit berani dikucurkan. 40 Oleh karena itu,
sebelum

kredit

dikucurkan

harus

dilakukan

penelitian

dan

penyelidikan lebih dulu secara mendalam tentang nasabah, baik secara
interen maupun eksteren. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi

pemohon kredit sekarang dan masa lalu, untuk menilai kesungguhan
dan etika baik nasabah terhadap bank. Berdasarkan analisis yang
dilakukan terhadap permohonan kredit bank yakni kredit yang akan
diberikan itu dapat dikembalikan sesuai dengan persyaratan yang
disepakati bersama.
40

Zainal Asikin, Pokok-Pokok Hukum Perbankan di Indonesia (Jakarta: PT Rajawali
Pers, 1995), hlm.56.

Universitas Sumatera Utara

24

d. Kesepakatan
Disamping unsur percaya di dalam kredit juga mengandung unsur
kesepakatan antara di pemberi kredit dengan si penerima kredit.
Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masingmasing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.
Kesepakatan ini kemudian dituangkan dalam akad kredit dan
ditandatangani kedua belah pihak sebelum kredit dikucurkan.

e. Jangka waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu. Jangka
waktu ini mencakup

masa pengembalian

kredit

yang telah

disepakati. 41 Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pandek (di
bawah satu tahun), jangka menengah (di antara satu sampai tiga
tahun), dan jangka panjang (di atas tiga tahun). Jangka waktu
merupakan batas waktu pengembalian angsuran kredit yang sudah
disepakati kedua belah pihak. Untuk kondisi tertentu, jangka waktu ini
dapat diperpanjang oleh si penerima kredit sesuai dengan kebutuhan. 42
f. Perjanjian
Perjanjian merupakan suatu kontrak atau kesepakatan yang dilakukan
antara bank atau kreditur dengan pihak peminjam yang disebut dengan
debitur. 43

41

H Malayu Hasibuan, Dasar-dasar Perbankan (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm.90.
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm.114.
43
Ismail, Op.Cit., hlm.95.

42

Universitas Sumatera Utara

25

g. Risiko
Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian kredit akan
memungkinkan suatu risiko tidak tertagihnya atau macetnya
pemberian suatu kredit bank. Semakin panjang suatu jangka waktu
kredit, maka semakin besar risikonya demikian pula sebaliknya.
Risiko ini menjadi tanggung jawab bank, baik risiko yang disengaja
oleh nasabah maupun risiko yang tidak disengaja oleh nasabah,
misalnya karena kejadian tertentu seperti bencana alam atau
bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya,
sehingga

nasabah

tidak

mampu

lagi

melunasi

kredit

yang

diperolehnya.
h. Balas Jasa
Bagi bank, balas jasa merupakan keuntungan atau pendapatan atas
pemberian suatu kredit. Dalam bank jenis konvensional, balas jasa
dikenal dengan nama bunga bank. Disamping balas jasa dalam bentuk
bunga bank, juga ada membebankan nasabah akan biaya administrasi
kredit yang juga merupakan keuntungan bank. Bagi bank yang
berdasarkan prinsip syariah, balas jasanya ditentukan dengan cara bagi
hasil. 44 Setiap pemberian kredit selalu disertai dengan imbalan jasa
berupa uang atau yang wajib dibayarkan oleh calon debitur, dan ini
merupakan keuntungan yang diterima oleh bank. 45

44

Kasmir, Op.Cit., hlm.115.
Abdul Kadir Muhammad dan Rilda Murniati, Lembaga Keuangan dan Pembiayaan
(Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2000), hlm.59.
45

Universitas Sumatera Utara

26

i. Agunan
Setiap kredit yang akan diberikan harus selalu disertai dengan barang
yang berfungsi sebagai jaminan bahwa kredit yang akan diterima
calon debitur pasti akan dilunasi oleh debitur, dan ini akan
meningkatkan kepercayaan kepada pihak bank. 46 Oleh karena itu,
dalam perjanjian kredit saat adanya kesepakatan atau persetujuan dari
kedua belah pihak (bank dan nasabah debitur) telah menimbulkan
hubungan hukum atau menimbulkan hak dan kewajiban dari masingmasing pihak sesuai kesepakatan yang telah mereka sepakati. Bank
sebagai kreditur berkewajiban untuk memberikan kredit sesuai dengan
jumlah yang disetujui, dan atas prestasinya tersebut bank berhak untuk
memperoleh pelunasan kredit dan bunga dari debitur sebagai
kontraprestasinya. 47
Bank dalam memberikan fasilitas kredit tentu ada fungsi dan manfaat
yang diberikan dalam kredit tersebut. Pada dasarnya, fungsi kredit ialah
merupakan pelayanan kepada masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya untuk
meningkatkan usahanya. 48 Masyarakat yang dimaksud dalam hal ini adalah
merupakan individu, pengusaha, lembaga dan badan usaha yang membutuhkan
dana. Kredit berfungsi membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya
melalui penyaluran dana yang diberikan oleh bank.

46

Sutarno, Op.Cit., hlm.135.
Hermansyah, Op.Cit., hlm.58.
48
Kasmir, Op.Cit., hlm.96.

47

Universitas Sumatera Utara

27

B.

Jenis-Jenis Kredit
Beragamnya jenis usaha, menyebabkan beragam pula kebutuhan akan

dana. 49 Dalam praktiknya, kredit yang diberikan bank umum dan bank
perkreditan rakyat untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara umum
kredit dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain : 50
1.

Kredit dilihat dari tujuan penggunaan
a. Kredit investasi
Kredit investasi merupakan kredit yang diberikan oleh bank kepada
debitur untuk pengadaan barang-barang modal (aktiva tetap) yang
mempunyai nilai ekonomis lebih dari satu tahun. Secara umum, kredit
investasi ini ditujukan untuk pendirian perusahaan baru atau proyek baru,
maupun proyek pengembangan, modernisasi mesin dan peralatan,
pembelian kendaraan yang digunakan untuk kelancaran usaha, dan
perluasan perusahaan. Kredit investasi ini nominalnya besar, maka pada
umumnya jangka waktunya lebih dari satu tahun; jangka menengah dan
panjang.
b. Kredit modal kerja
Kredit ini merupakan kredit yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
modal kerja yang biasanya habis dalam satu siklus usaha. Kredit modal
kerja ini biasanya diberikan dalam jangka pendek yaitu satu tahun
lamanya. Kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, biaya

49
50

M.Bahsan, Op.Cit., hlm.37.
Zainal Asikin, Op.Cit., hlm.77

Universitas Sumatera Utara

28

upah, untuk menutup piutang dagang, pembelian barang dagangan dan
kebutuhan dana lain yang sifatnya hanya digunakan selama satu tahun.
c. Kredit konsumtif
Kredit konsumtif merupakan kredit yang diberikan kepada nasabah untuk
membeli barang dan jasa untuk keperluan pribadi dan tidak untuk
digunakan untuk keperluan usaha.
2.

Kredit dilihat dari jangka waktunya
a. Kredit jangka pendek
Kredit jangka pendek merupakan kredit yang diberikan dengan jangka
waktu maksimal satu tahun. Kredit tersebut biasanya diberikan oleh bank
untuk membiayai modal kerja perusahaan yang mempunyai siklus usaha
dalam satu tahun.
b. Kredit jangka menengah
Kredit ini diberikan dengan jangka waktu antara satu tahun sampai tiga
tahun. Kredit ini dapat diberikan untuk ketiga jenis kredit yaitu kredit
modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumtif. Kredit modal kerja
pada umumnya memiliki jangka waktu satu tahun, akan tetapi apabila
nilai kreditnya besar maka bisa diberikan sampai dengan tiga tahun.
c. Kredit jangka panjang
Kredit yang jangka waktunya lebih dari tiga tahun. Kredit ini diberikan
untuk kredit investasi, misalnya untuk pembelian gedung, pembangunan

Universitas Sumatera Utara

29

proyek, pengadaan mesin dan peralatan lain-lain yang nominalnya besar
serta kredit konsumtif yang nilainya besar, misalnya KPR. 51
3.

Kredit dilihat dari cara penarikannya
a. Kredit sekaligus
Kredit sekaligus bisa disebut dengan afloped credit yaitu kredit yang
dicairkan sekaligus sesusai dengan plafon kredit yang disetujui, kredit
tersebut dapat dicairkan secara tunai maupun non tunai yaitu melalui
pemindahbukuan.
b. Kredit bertahap
Kredit yang pencairannya tidak sekaligus, akan tetapi dilakukan secara
bertahap 2, 3, sampai 4 kali pencairan dalam masa kredit. Pencairannya
disesuaikan dengan dana yang dibutuhkan oleh debitur. Kredit ini cocok
untuk investasi pembangunan, sehingga bank akan mencairkannya sesuai
dengan pembayaran proyek.
c. Kredit rekening Koran
Kredit ini merupakan kredit yang penyediaan dananya dilakukan melalui
pemindahbukuan. Bank akan memindahkan kredit tersebut kedalam
rekening giro nasabah, sedangkan penarikannya dilakukan dengan
menggunakan sarana berupa cek, bilyet giro atau surat pemindahbukuan
lainnya. Kredit ini dapat ditarik setiap saat dan juga dapat
mengembalikan kredit ini setiap saat serta dapat dilakukan berulangulang, sehingga disebut rekening Koran. Dalam kredit rekening Koran,

51

Ismail, Op.Cit., hlm.102.

Universitas Sumatera Utara

30

biasanya bank memberikan fasilitas overdraft (cerukan) kepada nasabah
tertentu. Debitur diberi fasilitas untuk dapat menarik dana melalui
rekening gironya yang melebihi saldo rekening giro yang tersedia. Kredit
rekening koran ini akan menguntungkan bagi bank maupun debitur.
Keuntungan bagi debitur adalah debitur hanya membayar bunga sebesar
presentase tertentu dikalikan dengan kredit yang telah ditarik, sehingga
beban bunga nasabah menjadi lebih kecil dan efisien. 52
4.

Kredit dilihat dari sektor usaha
a. Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor
perkebunan atau pertanian. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka
pendek atau jangka panjang.
b. Kredit peternakan, merupakan kredit yang diberikan untuk sektor
peternakan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk jangka
pendek misalnya peternakan ayam dan jangka panjang ternak kambing
atau ternak sapi.
c. Kredit industri, merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai
industri, baik industri kecil, industri menengah atau industri besar.
d. Kredit pertambangan, merupakan kredit yang diberikan kepada usaha
tambang. Jenis usaha tambang yang dibiayainya biasanya dalam jangka
panjang, seperti tambang emas, minyak atau timah.

52

Ibid., hlm.103-104.

Universitas Sumatera Utara

31

e. Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membangun
sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para
mahasiswa.
f. Kredit profesi, merupakan kredit yang diberikan kepada para kalangan
professional seperti dosen, dokter atau pengacara.
g. Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau
pembelian perumahan dan biasanya berjangka panjang.
h. Dan sektor-sektor lainnya. 53
5.

Kredit dilihat dari jumlahnya
a. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Kredit Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan kredit yang
diberikan kepada pengusaha dengan usaha kecil. Misalnya kredit yang
diberikan bank kepada pengusaha tempe, pengusaha tahu dan lainnya.
b. Kredit Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
Kredit Usaha Kecil dan Menengah (UKM) adalah kredit yang diberikan
kepada pengusaha dengan batasan antara Rp.50.000.000,00 dan tidak
melebihi Rp.350.000.000,00. UKM sudah memiliki modal yang cukup
serta administrasi yang lebih baik dibanding dengan UMKM, sehingga
bank juga dapat memenuhi permohonan kreditnya.

6.

Kredit dilihat dari segi jaminan
a. Kredit dengan jaminan

53

Kasmir, Op.Cit., hlm.123.

Universitas Sumatera Utara

32

Kredit dengan jaminan merupakan jenis kredit yang didukung dengan
jaminan (agunan). Kredit dengan jaminan ini dapat digolongkan menjadi
jaminan perorangan, benda berwujud dan benda tidak berwujud.
b. Kredit tanpa jaminan
Kredit yang diberikan kepada debitur tanpa didukung dengan adanya
jaminan. Kredit tersebut diberikan atas dasar kepercayaan yang diberikan
oleh bank kepada debitur. Kredit tanpa jaminan ini risikonya tinggi
karena tidak ada pengaman yang dimiliki oleh bank apabila debitur
wanprestasi. Bank dapat memberikan kredit tersebut kepada debitur yang
dapat diyakini bahwa debitur tersebut dapat membayar pinjamannya
dengan lancar. Bank akan menderita apabila debitur tidak dapat
membayar pinjamannya. Bank tidak memiliki sumber pelunasan kedua
karena bank tidak memiliki jaminan yang dapat dijual.
C.

Prinsip-prinsip Pemberian Kredit
Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan, bank harus merasa yakin bahwa

kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh
dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan. Penilaian kredit
oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan
tentang nasabahnya, seperti melalui prosedur penilaian yang benar. 54 Untuk
mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya, bank harus melaksanakan analisa
kredit. Analisa kredit yaitu membahas aspek-aspek yang mempengaruhi kegiatan

54

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm.95.

Universitas Sumatera Utara

33

usaha yang secara detail dan secara kritis, maka ada beberapa langkah yang
harus dilakukan yaitu : 55

1. Pemilihan pendekatan (approach) yang akan dipakai dalam melaksanakan
analisa kredit itu sendiri.

2. Proses pengumpulan informasi yang lengkap yang akan diperlukan dalam
kegiatan suatu analisa kredit.

3. Penentuan titik kritis suatu proyek.
Dalam melakukan penilaian kriteria-kriteria serta aspek penilaiannya
tetap sama. Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan sudah menjadi
standar penilaian setiap bank. Biasanya kriteria penilaian yang harus dilakukan
oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan
dilakukan dengan analisis 5 C dan 7 P, yaitu : 56
a. Character
Suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan
diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar
belakang si nasabah baik yang berifat latar belakang pekerjaan maupun
yang bersifat pribadi seperti : cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya,
keadaan keluarga, hoby dan social standing-nya. Ini semua merupakan
ukuran “kemauan” membayar.
b. Capacity
Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang
dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur
dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan
pemerintah. Begitu pula dengan kemampuannya dalam menjalankan
usahanya selama ini. Pada akhirnya akan terlihat “kemampuannya”
dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.
c. Capital
Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat laporan
keuangan (neraca dan laporan rugi laba) dengan melakukan pengukuran
seperti dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan ukuran lainnya.
55

Tinjauan Pustaka, https://ndrabanget.wordpress.com/skripsi/bab-ii-tinjauan-pustaka
(diakses tanggal 11 Februari 2016)
56
Kasmir, Op.Cit., hlm.96

Universitas Sumatera Utara

34

Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada
sekarang ini.
d. Collateral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik
maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang
diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya sehingga jika terjadi
suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan
secepat mungkin.
e. Condition
Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan politik
sekarang dan di masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing,
serta prospek usaha dari sektor yang ia jalankan. Penilaian prospek
bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek
yang baik sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.
Kemudian penilaian kredit dengan metode analisis 7 P adalah sebagai
berikut :
a. Personality
Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya
sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap,
emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu
masalah.
b. Party
Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau
golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta
karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu
dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.
c. Purpose
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit,
termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan
kredit dapat bermacam-macam. Sebagai contoh apakah untuk modal
kerja atau investasi, konsumtif atau produktif, dan lain sebagainya.
d. Prospect
Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang
menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek
atau sebaliknya. Hal ini penting mengikat jika suatu fasilitas kredit yang
dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi, tetapi
juga nasabah.
e. Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang
telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian
kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur, akan semakin baik.
Dengan demikian, jika salah satu usahanya merugikan dapat ditutupi oleh
sektor lainnya.

Universitas Sumatera Utara

35

f. Profitability
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.
Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau
akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan
diperolehnya.
g. Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaganya agar usaha dan jaminan
mendapat perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau
orang atau jaminan asuransi.
D. Perjanjian Kredit Bank
Ada bermacam-macam pengaturan mengenai perjanjian, baik yang telah
diatur

secara

khusus

dalam

Kitab

Undang-Undang

Hukum

Perdata

(KUHPerdata) yang disebut dengan perjanjian khusus atau perjanjian bernama
serta perjanjian bernama diluar KUHPerdata. 57 Perjanjian bernama yang diatur
dalam KUHPerdata antara lain perjanjian jual beli, tukar menukar, sewa
menyewa, persekutuan, penitipan barang, hibah dan lain-lain. Namun dalam
perkembangannya, ada perjanjian bernama diluar KUHPerdata yang berlaku di
dalam kehidupan masyarakat, antara lain perjanjian sewa beli atau leasing,
perjanjian kredit, perjanjian distributor dan lain-lain.
Subekti menyatakan bahwa perjanjian adalah suatu peritiwa dimana
seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji
untuk melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa ini timbullah hubungan hukum
antara dua pihak yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu melahirkan suatu
perikatan antara dua pihak atau lebih yang membuatnya. Dari segi bentuknya,
perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan atau kalimat-kalimat yang

57

Sutarno, Op.Cit., hlm.68.

Universitas Sumatera Utara

36

mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau dibuat dalam
tulisan oleh para pihak yang membuat perjanjian. 58
Untuk membuat suatu perjanjian, harus memenuhi syarat-syarat supaya
perjanjian diakui dan mengikat para pihak yang membuatnya. Pasal 1320
KUHPerdata menentukan bahwa syarat-syarat untuk sahnya suatu perjanjian
diperlukan empat syarat, yaitu :
1.

sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

2.

cakap untuk membuat suatu perjanjian;

3.

mengenai hal atau objek tertentu;

4.

suatu sebab (causa) yang halal.
Untuk pertama dan kedua disebut syarat subjektif, karena menyangkut

orang atau pihak-pihak yang membuat perjanjian. Orang-orang atau pihak-pihak
ini sebagai subjek yang membuat suatu perjanjian. Sedangkan syarat ketiga dan
keempat disebut syarat objektif, karena menyangkut mengenai objek yang
diperjanjikan oleh orang-orang atau subjek yang membuat perjanjian. Beberapa
sarjana hukum berpendapat bahwa perjanjian kredit dikuasai oleh ketentuanketentuan KUHPerdata Bab XIII Buku III karena perjanjian kredit mirip dengan
perjanjian pinjam meminjam uang menurut KUHPerdata Pasal 1754 yang
berbunyi “Pinjam meminjam adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang
satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang

58

Ibid., hlm.74.

Universitas Sumatera Utara

37

yang habis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang terakhir ini akan
mengembalikan sejumlah yang sama dari jenis dan mutu yang sama pula”. 59
Perjanjian kredit bank adalah perjanjian pokok (prinsipil) yang bersifat
riil. Arti riil ialah bahwa terjadinya perjanjian kredit ditentukan oleh penyerahan
uang oleh bank kepada nasabah atau debitur. 60 Sebagai perjanjian prinsipil, maka
perjanjian jaminan adalah accecoir nya. Ada dan berakhirnya perjanjian jaminan
bergantung pada perjanjian pokok. Perjanjian kredit merupakan ikatan atau bukti
tertulis antara bank dengan debitur sehingga harus disusun dan dibuat
sedemikian rupa agar setiap orang mudah untuk mengetahui bahwa perjanjian
yang dibuat itu merupakan perjanjian kredit. Perjanjian kredit termasuk salah
satu jenis atau bentuk akta yang dibuat sebagai alat bukti.
Bentuk perjanjian kredit dalam praktiknya ada dua, yaitu : 61
a. Perjanjian kredit yang dibuat di bawah tangan dinamakan akta di bawah
tangan, artinya perjanjian yang disiapkan dan dibuat sendiri oleh bank
kemudian

ditawarkan

kepada

debitur

untuk

disepakati.

Untuk

menyiapkan formulir perjanjian dalam bentuk standard (standaardform)
yang isi, syarat-syarat dan ketentuannya disiapkan terlebih dahulu secara
lengkap. Bentuk perjanjian kredit yang dibuat sendiri oleh bank tersebut
termasuk jenis akta di bawah tangan. Dalam rangka penandatanganan
perjanjian kredit, formulir perjanjian kredit yang isinya sudah disiapkan
bank kemudian disodorkan kepada setiap calon-calon debitur untuk

59

Ibid., hlm.96.
Hermansyah, Op.Cit., hlm.67.
61
Perjanjian Kredit, https://arihaz99.wordpress.com/2012/03/28/perjanjian-kredit (diakses
tanggal 11 Februari 2016)
60

Universitas Sumatera Utara

38

diketahui dan dipahami mengenai syarat-syarat dan ketentuan pemberian
kredit tersebut. Syarat-syarat dan ketentuan dalam formulir perjanjian
kredit

tidak

pernah

diperbincangkan

atau

dirundingkan

atau

dinegosiasikan dengan calon debitur. Calon debitur mau tidak mau
dengan terpaksa atau sukarela harus menerima semua persyaratan yang
tercantum dalam formulir perjanjian kredit. Seandainya calon debitur
melakukan protes atau tidak setuju terhadap pasal-pasal tertentu yang
tercantum dalam formulir perjanjian kredit, maka kreditur tidak akan
menerima protes tersebut karena isi perjanjian memang sudah disiapkan
dalam bentuk cetakan oleh lembaga bank itu sehingga bagi petugas bank
pun tidak bisa menanggapi usulan calon debitur. 62
b. Perjanjian kredit yang dibuat dengan akta otentik atau notariil adalah akta
yang di dalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang yang dibuat
oleh/atau di hadapan pegawai yang berkuasa (pegawai umum) untuk itu,
di tempat dimana akta dibuatnya. Yang dimaksud dengan pegawai umum
antara lain notaris, PPAT, pegawai KUA dan lainnya. Yang menyiapkan
dan membuat perjanjian ini adalah seorang notaris, namun dalam praktek
semua syarat dan ketentuan perjanjian kredit disiapkan dalam praktek
kemudian diberikan kepada Notaris untuk dirumuskan dalam akta
notariil.

Memang

notaris

dalam

membuat

perjanjian

hanyalah

merumuskan apa yang diinginkan para pihak dalam bentuk akta notariil
atau akta otentik. Perjanjian kredit yang dibuat dalam bentuk akta notariil

62

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

39

atau akta otentik biasanya untuk pemberian kredit dalam jumlah yang
besar dengan jangka waktu menengah atau panjang, seperti kredit
investasi, kredit modal kerja, kredit sindikasi (kredit yang diberikan lebih
dari satu kreditur atau lebih dari suatu bank). 63
Perjanjian kredit yang telah ditandatangani oleh para pihak, baik yang
berbentuk akta di bawah tangan (dibuat para pihak sendiri) atau dalam bentuk
akta otentik (dibuat oleh dan dihadapan Notaris), mempunyai fungsi-fungsi
sebagai berikut : 64
a. Perjanjian kredit sebagai alat bukti bagi kreditur dan debitur yang
membuktikan adanya hak dan kewajiban timbal balik antara bank sebagai
kreditur dan debitur. Hak debitur adalah menerima pinjaman dan
menggunakan sesuai tujuannya dan kewajiban debitur mengembalikan
hutang tersebut baik pokok dan bunga sesuai waktu yang ditentukan. Hak
kreditur adalah untuk mendapatkan pembayaran bunga dan kewajiban
kreditur adalah untuk meminjamkan sejumlah uang kepada debitur, dan
kreditur berhak menerima pembayaran kembali pokok dan bunga.
b. Perjanjian kredit dapat digunakan sebagai alat atau sarana pemantauan
atau pengawasan kredit yang sudah diberikan, karena perjanjian kredit
berisi syarat dan ketentuan dalam pemberian kredit dan pengembalian
kredit. Untuk mencairkan kredit dan penggunaan kredit dapat dipantau
dari ketentuan perjanjian kredit.

63

Sutarno, Op.Cit., hlm.101.
H.P Panggabean, Praktik Standard Contract (Perjanjian baku) dalam Perjanjian Kredit
Perbankan ( Bandung: Alumni, 2012), hlm.58.
64

Universitas Sumatera Utara

40

c. Perjanjian kredit merupakan perjanjian pokok yang menjadi dasar dari
perjanjian ikatannya yaitu perjanjian pengikatan jaminan. Pemberian
kredit pada umumnya dijamin dengan benda-benda bergerak atau benda
tidak bergerak milik debitur atau pihak ketiga yang harus dilakukan
pengikatan jaminan.
d. Perjanjian kredit hanya sebagai alat bukti yang membuktikan adanya
hutang debitur artinya pernjanjian kredit tidak mempunyai kekuatan
eksekutorial atau tidak memberikan kekuasaan langsung kepada bank
atau kreditur untuk mengeksekusi barang jaminan apabila debitur tidak
mampu melunasi hutangnya.
E. Tata Cara Pemberian Kredit menurut Undang-Undang Perbankan
Dalam hal pemberian kredit, bank tidak boleh mengabulkan permintaan
kredit nasabah yang ingin meminjam uang secara cuma-cuma, pihak dari bank
harus melakukan prosedur dalam pemberian kredit. Prosedur pemberian kredit
maksudnya adalah tahap-tahap yang harus dilalui sebelum sesuatu kredit
diputuskan untuk dikucurkan. Tujuannya adalah untuk mempermudah bank
dalam menilai kelayakan suatu permohonan kredit. 65
Prosedur pemberian dan penilaian kredit oleh dunia perbankan secara
umum antarbank yang satu dengan bank yang lain tidak jauh berbeda. Yang
menjadi perbedaan mungkin hanya terletak dari prosedur dan persyaratan yang
ditetapkannya dengan pertimbangan masing-masing. 66 Prosedur pemberian
kredit secara umum dapat dibedakan antara pinjaman perseorangan dengan
65
66

Kasmir, Op.Cit., hlm.143.
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

41

pinjaman oleh suatu badan hukum, kemudian dapat pula ditinjau dari segi
tujuannya apakah untuk konsumtif atau produktif.
Persyaratan bagi debitur dan tata cara dalam pemberian kredit atau
pembiayaan sebagaimana diatur dalam Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia
No.14/26/DKBU tanggal 19 Desember 2012 Perihal Standar Kebijakan
Perkreditan adalah sebagai berikut :
1.

Pengajuan berkas
Dalam hal ini pemohon kredit mengajukan permohonan kredit yang
dituangkan dalam suatu proposal. Kemudian dilampiri dengan berkas-berkas
lainnya yang dibutuhkan. Pengajuan proposal hendaknya berisi :
a. Latar belakang perusahaan seperti riwayat hidup singkat perusahaan,
jenis bidang usaha, identitas perusahaan, nama pengurus berikut
pengetahuan dan pendidikannya, perkembangan perusahan serta relasinya
dengan pihak-pihak pemerintah dan swasta.
b. Maksud dan tujuan, apakah untuk memperbesar omset penjualan atau
meningkatkan

kapasitas

produksi

atau

mendirikan

pabrik

baru

(perluasan) serta tujuan lainnya.
c. Besarnya kredit dan jangka waktu yang dalam hal ini ditentukan oleh
pemohon besarnya jumlah kredit yang ingin diperoleh dan jangka waktu
kreditnya. Penilaian kelayakan besarnya kredit dan jangka waktunya
dapat kita lihat dari cash flow serta laporan keuangan (neraca dan laporan
rugi laba) tiga tahun terakhir. Jika dari hasil analisis tidak sesuai dengan
permohonan, maka pihak bank tetap berpedoman terhadap hasil analisis

Universitas Sumatera Utara

42

mereka dalam memutuskan jumlah kredit dan jangka waktu kredit yang
layak diberikan kepada si pemohon.
d. Cara pemohon mengembalikan kredit, maksudnya dijelaskan secara rinci
cara-cara nasabah dalam mengembalikan kreditnya, apakah dari hasil
penjualan atau cara lainnya.
e. Jaminan kredit yang merupakan jaminan untuk menutupi segala risiko
terhadap kemungkinan macetnya suatu kredit baik yang ada unsur
kesengajaan atau tidak. Penilaian jaminan kredit haruslah teliti jangan
sampai terjadi sengketa, palsu dan sebagainya. Selanjutnya proposal ini
dilampiri dengan berkas-berkas yang telah dipersyaratkan seperti :
1) Akte notaris
Dipergunakan untuk perusahaan yang berbentuk PT (Perseroan
Terbatas) atau yayasan.
2) TDP (Tanda Daftar Perusahaan)
Merupakan tanda daftar perusahaan yang dikeluarkan oleh departemen
perindustrian dan perdagangan dan biasanya berlaku lima tahun, jika
habis dapat diperpanjang kembali.
3) NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
Nomor Pokok Wajib Pajak, dimana sekarang ini setiap pemberian
kredit terus dipantau oleh Bank Indonesia adalah NPWP-nya.
4) Neraca dan laporan rugi laba tiga tahun terakhir
5) Bukti diri dari pimpinan perusahaan
6) Fotocopy sertifikat jaminan

Universitas Sumatera Utara

43

2.

Penyelidikan berkas pinjaman
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah
lengkap sesuai persyaratan dan sudah benar. Jika menurut pihak perbankan
belum lengkap atau cukup, maka nasabah diminta untuk segera
melengkapinya dan apabila sampai batas tertentu nasabah tidak sanggup
melengkapi kekurangan tersebut, maka sebaiknya permohonan kredit
dibatalkan saja.

3.

Wawancara I
Merupakan

penyidikan

kepada

calon

peminjam

dengan

langsung

berhadapan dengan calon peminjam, untuk meyakinkan apakah berkasberkas tersebut sesuai dan lengkap seperti dengan yang bank inginkan.
Wawancara ini juga untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah
yang sebenarnya. Hendaknya dalam wawancara ini dibuat serileks mungkin
sehingga diharapkan hasil wawancara akan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.
4.

On the spot
Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau berbagai
objek yang akan dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian hasil on the spot
dicocokkan dengan hasil wawancara I. Pada saat melakukan on the spot
hendaknya jangan diberi tahu kepada nasabah. Sehingga apa yang kita lihat
di lapangan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

5.

Wawancara II

Universitas Sumatera Utara

44

Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangankekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot di lapangan. Catatan
yang ada pada permohonan dan pada saat wawancara I dicocokkan dengan
pada saat on the spot apakah ada kesesuaian dan mengandung suatu
kebenaran.
6.

Keputusan kredit
Keputusan kredit dalam hal ini adalah menentukan apakah kredit akan
diberikan atau ditolak, jika diterima, maka dipersiapkan administrasinya,
biasanya keputusan kredit yang akan mencakup :
a. Jumlah uang yang diterima
b. Jangka waktu kredit dan biaya-biaya yang harus dibayar
Keputusan kredit biasanya merupakan keputusan tim. Begitu pula bagi
kredit yang ditolak, maka hendaknya dikirim surat penolakan sesuai
dengan alasannya masing-masing.

7.

Penandatanganan akad kredit/ perjanjian lainnya
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit, maka sebelum
kredit dicairkan terlebih dahulu calon nasabah menandatangani akad kredit,
mengikat jaminan dengan hipotek dan surat perjanjian atau pernyataan yang
dianggap perlu. Penandatanganan dilaksanakan :
a. Antara bank dengan debitur secara langsung atau
b. dengan melalui notaris.
c. Realisasi kredit

Universitas Sumatera Utara

45

8.

Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang
diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang
berangkutan.

9.

Penyaluran/penarikan dana
Adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari
pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan kredit,
yaitu:
a. Sekaligus atau
b. secara bertahap
Permohonan kredit beserta lampiran-lampirannya tersebut merupakan

sumber informasi untuk melakukan analisis. Maksud analisis dan/atau
perubahan-perubahannya adalah untuk menganalisa semua faktor yang berkaitan
dengan permohonan kredit dan untuk menilai sejauh mana hal tersebut
beralasan/layak dibiayai, memiliki keabsahan hukum dan sesuai dengan praktek
perbankan yang sehat. Analisis kredit dikelompokkan menjadi dua, yakni : 67
a. Analisis kualitatif
Merupakan analisa terhadap kondisi-kondisi non angka yang tidak
tercermin

dalam

laporan

keuangan,

meliputi

analisis

terhadap

manajemen, teknis, pemasaran, hukum jaminan dan sosial ekonomi.

67

M.Bahsan, Op.Cit., hlm.82

Universitas Sumatera Utara

46

b. Analisis kuantitatif
Merupakan analisa terhadap kondisi keuangan debitur yang bertujuan
agar mendapat gambaran secara kuantitatif mengenai kondisi keuangan
debitur dimasa lalu, saat ini dan proyeknya dimasa yang akan datang.
Pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank
wajib memperhatikan hal-hal sebagaimana ditentukan dalam Pasal 8 ayat (1) dan
(2) UU Perbankan, yaitu : 68
Ayat (1) :
“Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah, bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan
analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta
kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau
mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang
diperjanjikan”.
Ayat (2) :
“Bank umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan
dan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia”.
Penerapan prinsip kehati-hatian dalam perjanjian kredit yang dilakukan
bank adalah dalam proses penilaian dan keputusan kredit. Setiap pemberian
kredit yang diajukan oleh calon debitur harus segera diproses melalui penilaian
dan selanjutnya diberikan keputusannya oleh bank. Penilaian diwujudkan dalam
pembuatan analisis kredit. Semua pemberian kredit harus disertai dengan analisis
kredit yang memenuhi ketentuan peraturan intern masing-masing bank. Analisis
kredit memuat tentang penilaian berbagai aspek yang berkaitan dengan calon
debitur, yaitu aspek-aspek hukum, teknis produksi, pemasaran, keuangan,
manajemen dan organisasi, serta rasio ekonomi. Analisis kredit dilakukan oleh
bank berdasarkan pedoman dan prosedur tertulis yang ditetapkan sebagai
peraturan intern bank.

68

Hermansyah, Op.Cit., hlm.62.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999.

0 84 124

Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sebagai Regulator dan Pengawas Kegiatan Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal

6 110 111

Peran Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Sebagai Regulator Dalam Meningkatkan Daya Saing Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Terhadap Pemberian Kredit Kepada Masyarakat

0 18 116

Tinjauan Yuridis Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Transformasi Badan Kredit Desa yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat

2 35 113

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT OLEH PERUSAHAANDAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) BANK PASAR PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT OLEH PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) BANK PASAR KABUPATEN SUKOHARJO.

0 2 11

Matriks RPOJK Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan BPR BPRS 061216

0 1 31

Peran Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Sebagai Regulator Dalam Meningkatkan Daya Saing Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Terhadap Pemberian Kredit Kepada Masyarakat

1 3 7

Peran Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Sebagai Regulator Dalam Meningkatkan Daya Saing Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Terhadap Pemberian Kredit Kepada Masyarakat

0 0 1

Peran Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Sebagai Regulator Dalam Meningkatkan Daya Saing Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Terhadap Pemberian Kredit Kepada Masyarakat

0 0 18

Peran Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Sebagai Regulator Dalam Meningkatkan Daya Saing Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Terhadap Pemberian Kredit Kepada Masyarakat

0 0 5