Tinjauan Yuridis Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Transformasi Badan Kredit Desa yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat

(1)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Barth, James R. Guardians of Finance Making Regulation Work for Us. Cambridge: The MIT Press. 2012.

Budisantoso, Totok. Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat. 2014.

Fuady, Munir. Hukum Perbankan Modern. Jakarta: PT Citra Aditya Bakti. 1995. Djoni, S Gazali dan Rachmadi Usman.Hukum Perbankan. Jakarta: Sinar

Grafika.2010.

Hermansyah.Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Kencana. 2009. Kasmir.Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada. 2002.

Manurung, Mandala dan Pratama Rahardja.Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2004.

Mishkin, Frederic S. The Economics of Money, Banking Finance Market, Fifth Edition. Singapore: Addsison-Wasley. 1998.

Muhamad, Abdulkadir dan Rilda Murniati.Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, Edisi Revisi. Bandar Lampung: PT. Citra Aditya Bakti. 2004.

Otoritas Jasa Keuangan. Buku Saku Otoritas Jasa Keuangan. Jakarta: 2015. Ouintyn, Marc dan Michael W. Taylor.Regulatory and Supervisory Independence

and Financial Stabilitiy.IMF Working Paper. 2002.

Poerwadarminta.Kamus Besar Bahasa Indonesia, diolah kembali oleh Pusat Pembinaan Bahasa, Depdikbud. Jakarta: PN Balai Pustaka. 1984. Raz, Joseph. Concept of A Legal System, An Introduction to the Theory Of Legal


(2)

Sitompul, Zulkarnain. Lembaga Penjamin Simpanan. Jakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia. 2012.

Situmorang, M. Victor dan Juhir, Aspek Hukum Pengawasan Melekat dalam Lingkungan Aparatur Pemerintah. Jakarta: PT Rineka Cipta. 1998. Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas

Indonesia-Press. 1986.

Sutedi, Adrian. Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan. Jakarta: Raih Asa Sukses. 2004.

Widjanarto.Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. 2007.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Perbankan.

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pungutan oleh Otoritas Jasa Keuangan

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 20/POJK.03/2014 Tentang Bank

Perkreditan Rakyat. C. Jurnal Dan Majalah

Badan Kredit Desa. “Terhadap Perekonomian Desa Margoluwih Desa Sleman, Yogyakarta” (2014).

Badan Pengurus Pusat Asosiasi Badan Kredit Desa. “Gambaran Umum

Pengelolaan Operasional Badan Kredit Desa di Tengah Ketidakpastian Peraturan” Makalah disajikan pada Focus Group Discussion BKD. (Juni 2015)

Hasan, Hasbi. “Efektifitas Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan terhadap Lembaga Pebankan Syariah”, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 9 No. 3, Oktober 2012.


(3)

Kartodinoto, Tjahjo Oetomo. “Usaha Skala Mikro dan Kecil serta Keunggulan dan Alternatif Pembiayaannya Dalam Era Otonomi Daerah,” Makalah disampaikan dalam rangka memenuhi salah satu syarat persyaratan pendidikan Sekolah Staf dan Pimpinan Bank Indonesia “SESPIBI”, (Maret 2014).

Kiryanto, Ryan. OJK dan Kepentingannya, Kompas, (2013).

Khopiatuziadah.“Hubungan Kelembagaan Antar Pengawas Sektor Perbankan: Perspektif Undang-Undang Tentang Otoritas Jasa Keuangan,” Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 9, No. 3.(Oktober 2012).

Mochtar, Zainal Arifin. Dan Iwan Satriawan. Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 6. No. 3. (September 2009).

Nasution, Bismar. “OJK Sebagai Suatu Sistem Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi”, Medan: Makalah disampaikan pada Seminar tentang Keberadaan Otoritas Jasa Keuangan untuk mewujudkan perekenomian nasional yang berkelanjutan dan stabil. (November 2014).

Nasution, Bismar. “Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan: Kajian Terhadap Independensi dan Pengintegrasian

Pengawasan Lembaga Keuangan”, disampaikan pada Sosialisasi

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan Era Baru Pengawasan Sektor Jasa Keuangan yang Terintegrasi. Medan, (Juni).

Pakpahan, Rudy Hendra. “Akibat Hukum Dibentuk Lembaga Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Pengawas Lembaga Jasa Keuangan di Indonesia”, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 9, No. 3.(Oktober 2012).

Sitompul, Zulkarnain. “Konsepsi dan Transformasi Otoritas Jasa Keuangan”, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 9, No.3.(Oktober 2012).

Sri, Wiwin. “Independensi Otoritas Jasa Keuangan dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan”, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 9, No.3.(Oktober 2012).

Susila, Ikwan. Analisis Efisiensi Lembaga Keuangan Mikro. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 8, No.2. (2007).

Susilowati, Etty. “Aspek Hukum Transaksi Bisnis Pada Internal Banking”, Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan, Vol. 10, No.1. (2012).


(4)

Susilowati, Etty. “Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Badan Kredit Desa”, Makalah Disajikan Pada Focus Group Discusion Badan Kredit Desa. (12 Juni 2015)

Tim Penyusunan Rancangan Undang-Undang Tentang Otoritas Jasa Keuangan dan Persiapan Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan. “Naskah Akademik Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan” (Februari 2012).

D. Website

Mengawal Transformasi Badan Kredit Desa,

Independensi Otoritas Jasa Keuangan.

OJK Perkuat Tugas Penyidikan Tindak Pidana Sektor Jasa Keuangan,

pada tanggal 14 Agustus 2016 pada pukul 20.30 WIB).

Badan Kredit Des September 2016).

Analisis Yuridis Terhadap Status Hukum Bank Perkreditan Rakyat Eks Badan Kredit Desa dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014,

Bank Perkreditan Rakyat

http://hukum.student

journal.ub.ac.id/index.php/hukum/article/viewFile/1414/1268, (diakses pada 2 September 2016)

Bank Perkreditan Rakyat Pendukung Perekonomian Rakyat,

diakses pada sabtu, 23 Juli 2016 pukul 14.59).


(5)

BAB III

KEDUDUKAN BADAN KREDIT DESA YANG DIBERIKAN STATUS SEBAGAI BANK PERKREDITAN RAKYAT

A. Badan Kredit Desa

1. Pengertian Badan Kredit Desa

Berdirinya Badan Kredit Desa tidak dapat dipisahkan dari berdirinya AVB (Algemene Volkerediet Bank) yang kemudian menjadi Bank Rakyat Indonesia pada sekitar tahun 1896. Kehadirannya erat kaitannya dengan keadaan ekonomi pedesaan di Jawa yang memprihatinkan disebabkan oleh kegagalan panen secara luas akibat musim kemarau panjang, banjir dan serangan hama.Berdasarkan pengalaman pahit ini Asisten Residen Banyumas di Purwokwerto (De Wolf Van Westerrode) berusaha membentuk kelompok-kelompok swadaya masyarakat guna mengatasi keadaan, dengan cara membuat lumbung-lumbung desa untuk menanggulangi keadaan akibat musim paceklik yang sering terjadi terutama di Jawa dilaksanakan dengan prinsip Koperasi Reifeizen di Jerman yang prakteknya di Jawa dilaksanakan dengan prinsip Rembug Desa, dimana hal tersebut sudah biasa dilakukan oleh masyarakat di Jawa dengan prinsipnya gotong – royong.

Badan Kredit Desa adalah perusahaan milik desa yang beroperasi diwilayah desa yang diurus sebagai perusahaan tersendiri dan terpisah dari kekayaan lain milik desa yang bersangkutan.Ordonasi Badan Kredit Desa yang termuat dalam Staatblad 357 tahun 1929, Rijksblad No 9 tahun 1938 untuk daerah Kasultanan yang menyangkut Pengawasan, Mengurus dan Menjalankan tata


(6)

usaha, keuangan dan harta lainnya.Dalam perkembangannya Staatblad tersebut telah dicabut dan diganti dengan UU No 7/ tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10/ tahun 1998 pasal 58.70

Badan Kredit Desa sudah ada sejak zaman Belanda tahun 1895 dan merupakan cikal bakal terbentuknya Bank Perkreditan Rakyat.Badan Kredit Desa memberikan pinjaman kepada masyarakat dengan bunga yang rendah dan stabil serta tanpa jaminan dan sesuai kebutuhan masyarakat desa itu sendiri. Badan Kredit Desa Berbeda dengan Bank Perkreditan Rakyat yang apabila mengajukan pinjaman harus ada jaminan serta ada kisaran pinjaman yang berlaku. Hal ini Indonesia adalah salah satu negara yang 70% rakyatnya tinggal di pedesaan. Keadaan seperti ini menyadarkan bahwa fondasi perekonomian akan semakin kuat, apabila perekonomian rakyat diperkuat. Memperkuat perekonomian rakyat salah satunya dengan cara membangun lembaga keuangan pedesaan yang mampu menjadi perantara keuangan pedesaan. Lembaga keuangan pedesaan sudah ada sejak tahun 1825, dimana lembaga keuangan pedesaan itu disebut dengan Badan Kredit Desa .Badan Kredit Desa bertujuan untuk memberantas “sistem ijon”dan mempersempit gerak rentenir sehingga para petani, pegawai, dan buruh tidak meminjam uang kepada rentenir dengan bunga yang tinggi.Badan Kredit Desa merupakan perusahaan milik desa yang beroperasi di wilayah pedesaan yang berasal dari rakyat dan untuk rakyat itu sendiri.

70

Badan Kredit Des September 2016).


(7)

dijelaskan pada peraturan Bank Indonesia 8/26 pasal 72 bahwa Badan Kredit Desa dikecualikan dari peraturan Bank Perkreditan Rakyat.71

Badan Kredit Desa merupakan perusahaan milik desa yang beroperasi di wilayah pedesaan yang berasal dari rakyat dan untuk rakyat itu sendiri.Badan Kredit Desa sudah ada sejak zaman Belanda tahun 1895 dan merupakan cikal bakal terbentuknya Bank Perkreditan Rakyat.Badan Kredit Desa memberikan pinjaman kepada masyarakat dengan bunga yang rendah dan stabil serta tanpa jaminan dan sesuai kebutuhan masyarakat desa itu sendiri.Badan Kredit Desa Berbeda dengan Bank Perkreditan Rakyat yang apabila mengajukan pinjaman harus ada jaminan serta ada kisaran pinjaman yang berlaku.Hal ini dijelaskan pada peraturan Bank Indonesia 8/26 pasal 72 bahwa Badan Kredit Desa dikecualikan dari peraturan Bank Perkreditan Rakyat.72

a. Badan Kredit Desa merupakan cikal bakal terbentuknya BPR, dasar hukum yang mengatur Badan Kredit Desa ialah Staatsblad Nomor 357 tahun 1929 yang berisi Badan Kredit Desa perusahaan terpisah dan tidak Keberadaan Badan Kredit Desa di pedesaaan semakin penting, sejalan dengan meningkatnya kebutuhan pelayanan akan jasa-jasa lembaga keuangan bagi masyarakat pedesaan. Status Bank Perkreditan Rakyat baru diberikan kepada Badan Kredit Desa sejak dikeluarkannya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992, proses pemberian status Badan Kredit Desa menjadi Bank Perkreditan Rakyat diperoleh melalui tahapan berikut:

71 Wina Andini “Jurnal Pengaruh Badan Kredit Desa Terhadap Perekonomian Desa Margoluwih Desa Sleman,Yogyakarta” Bogor 2014, hlm. 6.

72


(8)

boleh digunakan untuk memenuhi kebutuhan desa, pinjaman hanya ke penduduk desa yang memerlukan, bunga tidak boleh lebih dari yang diperlukan untuk menutup biaya operasional, dimana membentuk modal dan cadangan, satu kali dalam tiga tahun sisa uang di luar keperluan harus disetorkan ke kas desa, uang kas yang tidak digunakan dalam operasional harus disimpan pada sentral kas, dan untuk menutup biaya keperluan bersama beberapa Badan Kredit Desa dibentuk dana usaha dari iuran tahunan Badan Kredit Desa.

b. Undang-undang nomor 14 Tahun 1967 pasal 41 ayat 1 yang berbunyi bank desa, lumbung desa, bank pasar, bank pegawai, dan bank-bank lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu yang pada saat mulai berlakunya Undang-undang ini telah ada, tetap menjalankan tugasnya dalam sistem perbankan berdasarkan Undang-undang ini.

c. Kepres Nomor 38 tahun 1988 pasal 1 yang berbunyi bank desa, lumbung desa, bank pasar, bank pegawai, dan bank lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan Undang-undang Nomor 14 tahun 1967 adalah bank perkreditan rakyat.

d. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1064/KMK.00/1988 tentang pendirian dan usaha Bank Perkreditan Rakyat.

e. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 pasal 58 yang berbunyi bank desa, lumbung desa, bank pasar, bank pegawai, lumbung pitih nagari (LPN), lembaga perkreditan desa (LPD), badan kredit desa (BKD), badan kredit kecamatan (BKK), kredit usaha rakyat kecil (KURK), lembaga perkreditan


(9)

kecamatan (LPK), dan badan karya produksi desa (BKPD) yang telah memperoleh izin usaha menteri keuangan diberikan status sebagai BPR sesuai tata cara yang diatur dalam peraturan pemerintah.

f. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 1992 pasal 19 ayat 1 yang berbunyi bank desa, lumbung desa, bank pasar, bank pegawai, LPN, LPD, BKD, BKK, KURK, LPK, BKPD yang telah memperoleh izin usaha menteri keuangan diberikan status sebagai BPR.

g. Peraturan Bank Indonesia (PBI) 8/26 tentang Kelembagaan BPR yang terdapat pada ketentuan penutup Pasal 72 berbunyi PBI ini tidak diberlakukan bagi BPR eks BKD yang didirikan berdasarkan Staasblad tahun 1929 Nomor 357.

Badan Kredit Desa yang selanjutnya disingkat BKD adalah Bank Desa, Lumbung Desa atau Badan Kredit Desa yang telah mendapat izin usaha dari Menteri Keuangan dan telah diberikan status sebagai Bank Perkreditan Rakyat oleh Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998.73

73 Pasal 1 Peraturan OJK No. 10 /POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Badan Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Badan Kredit Desa.

Badan Kredit Desa (BKD) merupakan tonggak sejarah berdirinya Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia.Diawali dengan berdirinya Lumbung Desa (LD) pada tahun 1897 oleh Kelompok Swadaya Masyarakat. Lumbung Desa dan Bank Desa inilah kemudian dikenal dengan nama Badan Kredit Desa (BKD), yang merupakan cikal bakal berdirinya Lembaga Perkreditan Kecil di Pedesaan atau sekarang lebih dikenal dengan istilah Lembaga Keuangan Mikro (Rudjito, 2003). Badan Kredit Desa


(10)

(BKD) merupakan tonggak sejarah berdirinya Lembaga keuangan Mikro di Indonesia.Diawali dengan berdirinya Lumbung Desa (LD) pada tahun 1897 oleh Kelompok Swadaya Masyarakat. Lumbung Desa dan Bank Desa inilah kemudian dikenal dengan nama Badan Kredit Desa (BKD), yang merupakan cikal bakal berdirinya Lembaga Perkreditan Kecil terdapat proses administratif formal yang menyulitkan, Sasarannya adalah masyarakat miskin dan pengusaha mikro, dimana jasa keuangan yang diberikan dapat disesuaikan dengan karakteristik kelompok sasaran tersebut, Menggunakan pendekatan kelompok, baik dengan ataupun tidak dengan sistem tanggung renteng yang mengedepankan pola hubungan kenal dekat sebagai landasan utama mengelola risiko, lingkup kegiatan LKM dapat mencakup pembiayaan kegatan ekonomi produktif maupun konsumtif, pendampingan dan pendidikan, kegiatan penghimpunan dan bentuk kegiatan lain yang dibutuhkan oleh pengusaha mikro dan masyarakat miskin. Selain sarat dengan potensi, perkemba-ngan BKD masih dihadapkan pada berbagai kendala baik yang bersifat internal maupun kondisi eksternal yang kurang kondusif.

Pemasalahan mendasar yang dirasakan sebagai kendala utama bagi berkembangnya BKD di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Masih rancunya definisi dari usaha mikro, kecil, dan menengah, sehinggaterjadi penafsiran yang berbeda antarakalangan perbankan dengan instansipemerintah terkait.

2. Belum adanya perlindungan hukum bagi usaha di bidang keuangan mikro, sehingga resiko kerugian yang diderita oleh nasabah sebagai akibat dari kelalaian dalam mengelola BKD masih belum cukup terlindungi. Demikian


(11)

pula resiko kerugian yang diderita oleh BKD belum dapat dipertanggungkan kepadapihak lain melalui mekanisme penjami-nan.

3. Belum adanya ketentuan hukum yang mengatur tentang lembaga penjaminansimpanan mengakibatkan LKM menjadi lembaga yang kurangmenarik bagi masyarakat yang ingin menempatkan simpanannya dalam BKD, sehingga mendorong BKD bertumpu pada sumber pembiayaanyang lebih mahal.

4. Tertutupnya ijin baru bagi pendirian lembaga penjaminan kredit dirasakan sebagai salah satu kendala bagi tumbuhnya LKM di berbagai daerah, meskipun di daerah tersebut terdapaT potensi dana yang cukup signifikan bagi pembentukan LKM.

5. Adanya larangan bagi Pemda untuk melakukan penjaminan hutang (PP 107 tahun 2001 pasal 10). Oleh karena itu perlu dipikirkan mengenai adanya langkah terobosan bagi pengembangan skema baru untuk penjaminan, misalnyamelalui revisi PP disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan.

6. Status kelembagaan BKD yang masih"menggantung", dimana BKD cenderung berstatus BPR tetapi belum sepenuhnya dapat dianggap sebagaiBPR, karena belum memenuhi persyaratan/kewajiban sebagai BPR.

Menurut Wijono, permasalahan eksternal yang dihadapi BKD adalah aspekkelembagaan, sedangkan permasalahan internal yang dihadapkan adalah menyangkut aspek operasional dan pemberdayaan usaha. Sebagian besar BKD masih terbatas kemam puannya karena masih tergantung kepada jumlah anggota/nasabah serta besaran modalsendiri.Kemampuan SDM BKD dalam


(12)

mengelola usaha sebagian besar juga masihterbatas, sehingga dalam jangka panjangakan mempengaruhi perkembangan BKD,bahkan bisa menjadi faktor penghambat yang cukup serius.74

Badan Kredit Desa merupakan salah satu penggerak perekonomian skala mikro, sehingga pada tahun 1971-1972 terbitlah Izin Kementerian Keuangan terkait mengenai Badan Usaha BKD.Izin badan usaha yang diberikan oleh Kementerian Keuangan sejumlah 5279 BKD.Sedangkan BKD sejumlah 175 BKD tidak memiliki izin dari Kementerian Keuangan namun memiliki izin dari Surat Depdagri No. 412.21/1502/BANGDES tgl 14 November 1991.75Berdasarkan pada ketentuan dalam pasal 4 UU Nomor 14 Tahun 1967, BKD tersebut dipersamakan status dan tugas sebagai dari BPR. Guna untuk memberikan kepastian terhadap BKD tersebut, sehingga lahirlah Keputusan Presiden Nomor 38 Tahun 1988 tentang Bank Perkreditan Rakyat dimana Lumbung Desa dan Bank Desa yang diberikan status Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan pada wilayah.Terkait mengenai status BKD sebagai BPR dipertegas kembali dalam KMK No.1064/KMK.00/1998 tentang Pendirian dan Usaha BPR, dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 1992 tentang BPR.76

2. Fungsi Badan Kredit Desa

74

Susila, Ikwan. 2007 Analisis Efesiensi Lembaga Keuangan Mikro, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 8, No. 2, hlm. 225.

75Analisis Yuridis Terhadap Status Hukum Bank Perkreditan Rakyat Eks Badan Kredit Desa dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, http://hukum.student journal.ub.ac.id/index.php/hukum/article/viewFile/1414/1268, (diakses pada 2 September 2016)

76

Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan, Otoritas Jasa Keuangan, Modul Transformasi Badan Kredit Desa Dan Tata Cara Pendirian Bank Perkreditan Rakyat, Jakarta, 2015, hlm. 5.


(13)

Fungsi utama Bank dalam suatu perekonomian adalah untuk memobilisasi dana masyarakat, dan secara tepat serta cepat menyalurkan dana tersebut kepada penggunaan atau investasi yang efektif dan efisien. Fungsi seperti itu dapat dikatakan sebagai “aliran darah” bagi perkrembangan perekonomian dan peningkatan standar taraf hidup.77

Disetiap negara, fungsi bank merupakan “jantung” dari pasar uang.Fungsi bank seperti itu sudah berjalan sejak abad pertengahan.Pada waktu it pihak penguasa telah memanfatkan kredit bank sebagai pengganti pajak untuk membiayai ambisi mereka.

Fungsi bank lainnya adalah sebagai lembaga penyedia instrumen pembayaran untuk barang dan jasa yang dapat dilakukan secara cepat, efisien dan aman. Fungsi ini akan berjalan apabila penjual dan pembeli barangdan jasa meyakini bahwa instrumen yang digunakan untuk pembayara tersebut akan diterima dan dibayar oleh semua pihak dalam suatu transaksi dan transaksi ikutannya. Tanpa adanya kepercayaan, maka fungsi dimaksud tidak akan berjalan.

78

a. Pemenuhan modal kerja bagi usaha kecil.

Sedangkan Fungsi Badan Kredit Desa menurut Otoritas Jasa Keuangan adalah:

b. Meningkatkan pendapatan atau taraf hidup.

c. Mendorong pembangunan ekonomi desa dan upaya pengentasan kemiskinan.

77 Lihat Frederic S. Mishkin, The Economics of Money, Banking Financial Markert, Fifth Edition, (Singapore: Addsison-Wasley, 1998), hlm 226, yang mangatakan bahwa bank memainkan peranan penting dalam menyalurkan dana dari nadabah kepada sektor-sektor produktif dan menjamin sistem keuangan berjalan dengan lancar dan efisien.

78 Zulkarnain Sitompul, Lembaga Penjamin Simpanan, (Jakarta:Universitas Indonesia-Press, 2012), hlm. 220.


(14)

d. Membatasi ruang gerak rentenir atau ijon. 3. Tujuan Badan Kredit Desa

Tujuan Badan Kredit Desa menurut Otoritas Jasa Keuangan adalah: a. Memudahkan akses permodalan.

b. Mendidik masyarakat agar gemar menabung.

c. Memberantas sistem ijon dan mempersempit gerak rentenir.

B. Bank Perkreditan Rakyat

1. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat

Perbankan di banyak negara pada umumnya tidak ditujukan untuk melayani masyarakat kecil. Tetapi letak perkantoran, struktur organisasi, program pendidikan,falsafah perusahaan, manajemen dan sistem administrasi, cara dan produser pelayanananya, semua ditujukkan untuk melayani orang-orang mapandan berada. Namun di Indonesia, sudah sejak lama ada sejenis bank yang khusus melayani masyarakat kecil, yaitu Bank Perkreditan Rakyat. Tugasnya memberikan bantuan kepada masyarakat kecil yang membutuhkan bantuan dana dari di pasar-pasar dan di desa- desa. Selain itu tugasnya menghimpun dana tabungan masyarakat berupa deposito berjangka.79

Dengan dikeluarkannya Pakto 1988, di indonesia terdapat dua jenis Bank Perkreditan Rakyat, yaitu Bank Perkreditan Rakyat gaya lama ( Bank Perkreditan Rakyat yang telah memperoleh izin sebelum Pakto 1988), dan Bank Perkreditan Rakyat gaya baru ( Bank Perkreditan Rakyat yang memperoleh izin usaha setelah

79


(15)

Pakto 1988). Bank Perkreditan Rakyat gaya lama ini terditi atas Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Lumbung Pitih Nagari, Lembaga Perkreditan Rakyat, Badan Kredit Desa, Badan Kredit Kecamatan, Kredit Usaha Rakyat Kecil, Lembaga Perkreditan Kecamatan, Bank Karya Produksi Desa dan Lembaga-lembaga lain yang dipersamakan dengan itu. Sesuai dengan ketentuan Pasal 41 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967, status dan tugas dari Bank Perkreditan Rakyat gaya lama ditetapkan dalam Undang-Undang. Namun sambil menunggu dikeluarkan Undang-Undang dimaksud, pengaturannya diadakan dalam Keputusan Presiden Nomor 38 Tahun 1988 tentang Bank Perkreditan Rakyat. Disebutkan bahwa bank-bank desa sebagaimana di atas semuanya menjadi Bank Perkreditan Rakyat.80

Dasar hukum Pendirian Bank Perkreditan Rakyat gaya lama ini adalah Staatsblad, Peraturan daerah, keputusan Gubernur masing-masing Provinsi. Pemilikannya bisa Pemerintah Daerah atau masyarakat setempat. Adapun bentuk hukumnya berupa Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah, Koperasi atau Maskapai Andil Indonesia, namun beberapa diantaranya bahkan masih belum memiliki badan hukum.81

Bank Perkreditan Rakyat merupakan salah satu jenis bank yang dikenal melayani golongan pengusaha mikro, kecil, dan menengah. Lokasi Bank Perkreditan Rakyat biasanya dekat dengan tempat masyarakat yang membutuhkan sehingga Bank Perkreditan Rakyat banyak dijumpai di setiap daerah yang tersebar di seluruh wilayah indonesia. Bank Perkreditan Rakyat merupakan lembaga

80 Djoni S.Gozali, Rachmadi Usman, Hukum Perbankan, (Jakarta: Sinar Grafika,2012). 81 Ibid.


(16)

perbankan resmi yang diatur berdasarkan pada Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan sebagaimana telah disempurnakan dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat sesuai dengan Undang-Undang tersebut adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensionalatau berdasarkan pada Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.82

Keberadaan Bank Perkreditan Rakyat dirasakan cukup strategis dalam menjembatani terwujudnya pemerataan pembangunan.Di samping itu Bank Perkreditan Rakyat juga sebagai lembaga keuangan mikro diharapkan dapat melayani kebutuhan danausaha mikro terutama yang belum dapat dijangkau oleh pembiayaan bank umum.83

Bank Perkreditan Rakyat adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.Kegiatan Bank Perkreditan Rakyat jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum karena Bank Perkreditan Rakyat dilarang menerima simpanan giro, kegiatan valas, dan perasuransian.84

82 Totok Budisantoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 3, (Jakarta:Salemba Empat, 2014).

83

Tjahjo Oetomo Kartodinoto “Usaha Skala Mikro dan Kecil serta Keunggulan dan Alternatif Pembiayaannya Dalam Era Otonomi Daerah,” (Makalah disampaikan dalam rangkamemenuhi salah satu persyaratan pendidikan Sekolah Staf dan Pimpinan Bank Indonesia“SESPIBI”, Jakarta, Maret 2004), hlm. 7.

Bank Perkreditan Rakyat merupakan salah satu pendukung perkembangan perekonomian Indonesia, terutama untuk kegiatanusaha mikro, kecil, dan menengah serta sektor informal.Peran Bank Perkreditan Rakyat dalam

84Bank Perkreditan Rakya


(17)

pemberian kredit bagi usaha mikro, kecil, dan menengah ini dapat membantu menciptakan lapangan pekerjaan, pemerataan pendapatan, dan pemerataan kesempatan berusaha di Indonesia.85

Lembaga perkreditan rakyat didirikan berawal dari keinginan untuk membantu para petani, pegawai, dan buruh untuk lepas dari jerat rentenir yang memberikan buna dengan kredit tinggi. Lembaga perkreditan rakyat muncul pada abad ke 19, ditandia dengan terbentuknya beberapa lembaga seperti Lumbung Desa, Bank Desa, Bank Tani, Bank Dagang Desa (Bank Pasar) pada zaman kolonial Belanda. Pada masa setelah kemerdekaan, pemerintah mendorong pendirian bank-bank di pedesaan yang bertujuan untuk memberikan pelayanan

Bank Pekreditan Rakyat yang merupakan bagian dari sistem Perbankan harus sehat dan dapat dipercaya oleh masyarakat supaya bisa berkontribusi maksimal dalam menggerakan perekonomian secara keseluruhan. Perkembangan usaha Bank Perkreditan Rakyat yang terus menunjukkan kinerja yang positif, didorong oleh tiga faktor utama yaitu kebijakan pemerintah yang memberikan peluang pendirian Bank Perkreditan Rakyat, deregulasi perbankan yang memperbesar ruang gerak Bank Perkreditan Rakyat dan besarnya kebutuhan masyarakat terutama di daerah pinggiran kota dan pedesaan terhadap jasa pelayanan perbankan. Kontribusi Bank Perkreditan Rakyat akan semakin nyata jika Bank Perkreditan Rakyat dalam kondisi sehat dan kuat. Penilaian kesehatan Bank Perkreditan Rakyat telah menjadi indikator pentingdalam upaya peningkatan kinerja bank.

85

Bank Perkreditan Rakyat Pendukung Perekonomian Rakyat

sabtu, 23 Juli 2016 pukul 14.59).


(18)

jasa keuangan kepada para pedagang pasar seperti Bank Pasar dan Bank Karya Produksi Desa (BKPD).Pada awal 1970-an. Pemerintah daerah mulai membentuk Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LKPD).86

Pada 1988, melalui keputusan Presiden RI No. 38, pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober 1988 (pakto 1988) yang menjadi momentum awal pendirian BPR-BPR baru.Bank-bank pasar yang telah terbentuk dikuhkukan menjadi Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan pada pakto 1988.Kebijakan tersebut memberikan kejelasan mengenai keberadaan dan kegiatan usaha Bank Perkreditan Rakyat. Sebagai langkah lanjutan dari Pakto 1988, pemerintah mengeluarkan beberapa ketentuan dalam bidang perbankan yang merupakan penyempurnasan ketentuan sebelumnya, yaitu: penyemurnaan Undang-Undang No. 14 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perbankan dengan mengeluarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Penyempurnaan lebih lanjut yang dituangkan dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998. Penyempurnaan sistem perbankan di Indonesia yang ditempuh dengan cara menyederhanakan jenis bank menjadi Bank Umum dan Bank Perkreditan rakyat serta memperjelas ruang lingkup dan batas kegiatan yang dapat diselenggarakan. Diharapkan dapat lebih meningkatkan perannya dalam pelaksanaan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi, dan stabilisasi nasional ke arah peningkatan tareif hidup rakyat banyak.87

Pada tahun pelaksanaanya, Undang-Undang No.7 Tahun 1992 didukung dengan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 1992 tentang Perbankan. Dalam

86 Totok Budisantoso, Op.Cit, hlm.196. 87 Ibid.


(19)

peraturan perundang-undangan tersebut memungkinkan Lembaga Keuangan bukan Bank yang telah memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan dapat menyesuaikan kegiatan usahanya sebagai bank, dan lembaga-lembaga keuangan kecil, seperti Bank Desa, Bank Pasar, Lumbung Desa, bank Pegawai, dan lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu dapat diberikan status sebagai Bank Perkreditan Rakyat dalam jangka waktu sampai dengan 31 Oktober 1997 dengan memenuhi persyaratan dan tata cara yang dtetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Bank Perkreditan Rakyat yang didirikan sesudah Pakto 1988 ataupu Lembaga Keuangan yang dikuhkukan menjadi Bank Perkreditan Rakyat sesuai dengan PP No. 71 tahun 1992, tunduk pada ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan Bank Indonesia sebagai otoritas pengawas bank.88

Sektor perbankan yang memiliki posisi strategis sebagai lembaga intermediasi dan penunjang sistem perbankan merupakan faktor yang sangat menentukan dalam proses penyesuaian kebijakan dalam bidang ekonomi dan keuangan dalam menghadapi tantangan perekonomian regional dan internasional. Sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan penyempurnaan terhadap sistem perbankan nasional yang bukan hanya mencakup upaya penyehatan bank secara individu melainkan juga penyehatan sistem perbankan secara menyeluruh.Upaya penyehatan perbankan nasional menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, bank-bank itu sendiri, dan masyarakat pengguna jasa bank.Adanya tanggung jawab bersama tersebut dapat membantu memelihara tingkat tingkat

88 Ibid.


(20)

kesehatan perbankan nasional sehingga dapat berperan secara maksimal dalam perekonomian nasional. Supaya proses pembinaan dan pengawasan bank dapat terlaksana secara efektif, kewenangan dan tanggung jawab mengenai perizinan bank yang semula berada pada Menteri Keuangan diahlikan kepada Pimpinan Bank Indonesia sehingga Bank Indonesia memiliki kewenangan dan tangung jawab yang utuh untuk menetapkan perizinan, pembinaan, dan pengawasan bank serta pengenaan sanksi terhadap bank yang tidak memenuhi peraturan perbankan yang berlaku.89

Dalam penjelasan pasal 33 UUD 1945 menyebutkan bahwa “dalam pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua di bawah pimpinan atau penilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang-seorang”, selanjutnya dalam pasal 33 UUD 1945 juga dikatakanbahwa “ Bumu dan air dan kekayaan alam yang terkandung dalam bumi adalah pokok-pokok kemakmuran rakyat”. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa dalam pasal 33 UUD 1945 beserta penjelasannya secara tegas melarang adanya penguasaan sumber daya alam di tangan orang-seseorang. Dengan kata lain monopoli, Dalam melaksanakan usahanya Bank Perkreditan Rakyat berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Demokrasi ekonomi adalah sistem ekonomi indonesia yang dijalankan sesuai dengan pasal 33 UUD 1945 yang memiliki 8 ciri positif sebagai pendukung dan 3 ciri negatif yang harus dihindari (free fight liberalism, etatisme, dan monopoli).

89Ibid, hlm. 197.


(21)

oligopoli, ataupun praktek kartel dalam bidang pengelolaan sumber daya alam bertentangan dengan prinsip Pasal 33 UUD 1945.90

Fungsi Bank Perkreditan Rakyat Secara lebih detail dapat diuraikan sebagai berikut :

2.Fungsi Bank Perkreditan Rakyat

Fungsi Bank Perkreditan Rakyat tidak hanya sekedar menyalurkan kredit kepada para pengusaha mikro, kecil, dan menengah, tetapi ada juga yang menerima simpanan dari masyarakat atau dengan kata lain berfungsi sebagai penghimpun dan penyalur dari masyarakat. Simpanan nasabah Bank Perkreditan Rakyat di jamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang berlaku sehingga bersifat aman.Pada mulanya tugas pokok BankPerkreditan Rakyat diarahkan untuk menunjang pertumbuhan dan modernisasi ekonomi pedesaan.Namun semakin bertumbuh kebutuhan masyarakat, tugas Bank Perkreditan Rakyat tidak hanya ditunjukan masyarakat pedesaan, tetapi juga mencakup pemberian jasa perbankan bagi masyarakat golongan ekonomi lemah di daerah perkotaan.Dalam penyaluran kredit terhadap masyarakat Bank Perkreditan Rakyat menggunakan prinsip 3T, yaitu Tepat Waktu, Tepat Jumlah, Tepat Sasaran. Hal tersebut dikarenakan proses kreditnya yang relatif cepat, persyaratan lebih sederhana dan sangat mengerti aka kebutuhan nasabah.

91

90 Ibid.


(22)

1. Memberi pelayanan perbankan kepada masyarakat yang sulit atau tidak memiliki akses ke abnk umum.

2. Membantu Pemerintah mendidik masyarakat dalam memahami pola nasional agar akselerasi pembangunan di sektor pedesaan dapat dipercepat.

3. Menciptakan pemerataan kesempatan berusaha terutama bagi masyarakat pedesaan.

Kegiatan Bank Perkreditan Rakyat jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum. Bank Perkreditan Rakyat dalam melakukan kegiatannya tidak sama dengan kegiatan yang dilakukan oleh bank konvensional (bank umum). Adapun bentuk kegiatan yang boleh dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat meliputi: Menghimpun dana dalam bentuk simpanan tabungan dan simpanan deposito. Menyalurkan pinjaman kepada masyarakat. Menyedikan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah.92

Peranan Bank Perkreditan Rakyat dalam perekonomian masyarakat dapat dilihat dari skala usahanya.Skala usaha Bank Perkreditan Rakyat adalah usaha kecil sehingga lebih memiliki kekuatan dalam hal likuiditas dibanding bank umum. Bank Perkreditan Rakyat lebih cenderung memberikan pinjaman jangka pendek kepada debiturnya, karena pinjaman tersebut mempunyai batas pelunasan yang relatif cepat dan dana yang diberikan juga minim. Bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan misalnya debitur ingkar janji terhadap kewajibannya maka risiko yang ditanggung oleh pihak bank relatif kecil.93

92

Manurung, Mandala dan Prathama Rahardja, Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004), hlm. 214.


(23)

Bentuk Badan Hukum Bank Perkreditan Rakyat sesuai dengan Undang-Undang No.10 Tahun 1998 dapat berupa :

1. Perusahaan Daerah (Badan Usaha Milik Daerah) 2. Koperasi

3. Perseroan Terbatas ( berupa saham atas nama)

4. Bentuk lain yang di tetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Kegiatan Usaha Bank Perkredita Rakyat meiliputi usaha untuh menghimpun dan menyalurkan dana dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Keuntungan Bank Perkreditan Rakyat diperoleh dari spread effect (selisih antara bunga pinjaman dan bunga pinjaman) dan pendapatan bunga. Kegiatan usaha yang dilakukan Bank Perkreditan Rakyat, antara lain sebagai berikut:

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

2. Memberikan kredit dalam bentuk Kredit Modal Kerja, Kredit Investasi, maupun Kredit Konsumsi.

3. Menyediakan pembiayaan dan penetapan dana berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Bank Perkreditan Rakyat yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah tidak diperkenalkan melaksanakan kegiatan secara konvensional. Demikian juga Bank Perkreditan Rakat yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional tidak diperkenalkan melakukan kegiatan berdasarkan pada prinsip syariah.


(24)

4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain. SBI adalah sertifikat yang ditawarkan Bank Indonesia kepada Bank Perkreditan Rakyat apabila Bank Perkreditan Rakyat mengalami over likuiditas.

3. Tujuan Bank Perkreditan Rakyat

Menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam usaha mencapai tujuannya Bank Perkreditan Rakyat mempunyai sasaran melayani keutuhan petani, nelayan, peternak, pedagang, pengusaha kecil, pegawai dan pensiunan, karena sasaran ini belum dapat terjangkau oleh bank umum sehingga dapat mewujudkan pemerataan layanan perbankan, pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan pendapatan, dan agar mereka tidak jatuh ke tangan para pelepas uang (rentenir dan pengijon).94

C. Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat

Bank Kredit Desa adalah salah satu lembaga yang dipersamakan dengan bank, alasannya karena Bank Kredit Desa memiliki fungsi dan potensi yang dominan dalam bidang keuangan, khususnya dalam keuangan bidang mikro, yakni desa. Pembangunan ekonomi skala desa merupakan salah satu fungsi dari berdirinya Badan Kredit Desa, sehingga tidak dipungkiri bahwa keberlangsungan

94Ibid, hlm. 197.


(25)

Badan Kredit Desa dari zaman sebelum kemerdekaan dan bahkan sampai saat ini masih digunakan dalam pembagunan ekonomi skala desa.

Bank Kredit Desa telah membantu menopang perekonomian masyarakat desa sejak tidak dapat terpisahkan, karena selain keberadaan Badan Kredit Desa yang telah berlangsung lama namun juga ditunjang akan kepercayaan masyarakat desa akan keberadaan Badan Kredit Desa. Kepercayaan merupakan aset perbankan yang sangat penting untuk dijaga guna meningkatkan efisiensi penggunaan bank, efisiensi intermediasi, dan efektifitas penggunaan sarana lalu lintas pembayaran.95

Undang-Undang Perbankan Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 menegaskan tentang konsep kepercayaan dalam dalam perbankan. Badan Kredit Desa merupakan salah satu bagian dari perbankan, hal ini karena Badan Kredit Desa memiliki kegiatan yang sama dengan perbankan yakni simpan pinjam. Sehingga Badan Kredit Desa dipersamakan dengan perbankan, berkolerasi dengan ketentuan diatas memberi sifat hubungan bankdan nasabah penyimpan dana sebagai hubungan kepercayaan (fiduciary relation) konsekuensi dari pengakuan hubungan kepercayaan ini adalah bahwa bank tidak boleh hanya memperlihatkan kepentingannya sendiri semata-mata, tetapi juga harus memperhatikan kepentingan nasabah penyimpanan dana. Mengenai hubungan bank dengan nasabah debitur juga merupakan hubungan kepercayaan karena bank hanya bersedia memberikan kredit kepada nasabah

95 Etty Susilowati, Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Badan Kredit Desa, Makalah Disajikan Pada Focus Group Discusion Badan Kredit Desa, Jakarta, 12 Juni 2015, hlm. 1.


(26)

debitur atas dasar kepercayaan bahwa nasabah debitur mampu dan mau membayar kembali kredit tersebut.96

Pentingnya akan kepercayaan masih terjalin sampai saat ini baik dengan berubahnya badan hukum Badan Kredit Desa menjadi Bank Perkreditan Rakyat eks Badan Kredit Desa, hal ini dikarenakan masyarakat desa mengenal Bank Perkreditan Rakyat eks Badan Kredit Desa masih sama dengan Badan Kredit Desa. Karena operasional dari sistem pembayaran masihlah sama dengan Badan Kredit Desa mengingat bahwa dalam praktek ini merupakan Bank Perkreditan Rakyat yang terkecualikan dari ketentuan pada aturan Bank Perkreditan Rakyat pada umumnya. 97

Untuk melindungi kepercayaan maka masyarakat desa (nasabah) perlu mendapat perlindungan agar kepercayaan masyarakat desa akan Bank Perkreditan Rakyat eks Badan Kredit Desa akan meningkat pula. Alasan utama pelindung hukum terhadap nasabah, diantaranya :98

1. Nasabah membutuhkan sarana untuk menyimpan dananya dan bertranstaksi dengan pihak lain melalui banknya dengan rasa aman.

2. Nasabah hanya memperhatikan hanya dari sisi kepentingannya, tidak menilai tentang keberadaan Bank sebagai lembaga.

3. Kepercayaan nasabah terhadap Banknya, telah meyakini kegiatan usaha lembaga Bank nya, sehingga nasabah seolah-olah telah memiliki informasi lengkap.

4. Bank harus selalu memperhatikan asas kehati-hatian dalam melaksanakan kewajibannya, dalam rangka melindungi kepentingan nasabahnya.

96Ibid.

97

Analisis Yuridis Terhadap Status Hukum Bank Perkreditan Rakyat Eks Badan Kredit Desa dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, agustus 2016 pukul 21.00)

98 Etty Susilowati, Aspek Hukum Transaksi Bisnis Pada Internal Banking, Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan, Volume 10 No. 1, 2012.


(27)

5. Kompeksitas kegiatan perbankan yang meluas pada produk keuangan lainnya tidak semata mata bergerak dalam usaha jasa perbankan yang konvensional, sehingga perlu mengantisipasi resiko perbankan yang tidak merugikan nasabah.

Perlindungan hukum kepada nasabah tentunya akan berdampak positif pada Bank Perkreditan Rakyat eks Bank Kredit Desa itu sendiri sekaligus pada peningkatan pembangunan ekonomi nasional. Semakin tinggi perlindungan hukum yang diberikan kepada nasabah, maka semakin tinggi pula kepercayaan nasabah pada bank Perkreditan Rakyat eks Badan Kredit Desa sehingga kegiatan simpan pinjam di Bank Perkreditan Rakyat Eks Bank Kredit Desa semakin dinikmati masyarakat desa. Apabila Bank Perkreditan Rakyat eks Badan Kredit Desa sudah tidak dipercayai lagi oleh masyarakat desa, maka eksistensi Bank Perkreditan Rakyat eks Badan Kredit Desa sebagai lembaga intermediasi akan hancur, karena hidup matinya Bank Perkeditan Rakyat eks Badan Kredit Desa tergantung pada tingkat kepercayaan masyarakat desa. Sehingga perlindungan hukum bagi nasabah merupakan suatu tuntutan yang tidak boleh diabaikan begitu saja.

Keberadaan kepastian suatu hukum juga dapat mempengaruhi terhadap kepercayaan masyarakat desa, walaupun saat ini keperadaan Badan Kredit Desa sudah berubah baik menjadi Bank Perkreditan Rakyat, PT Bank Perkreditan Rakyat, koperasi Badan Perkreditan Rakyat juga sangat mempengaruhi kepercayaan di masyarakat. Seperti yang dipaparkan oleh Badan Pengurus Pusat Asosiasi Badan Kredit Desa (BPP ABKD) yang menyatakan bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan maka merubah status Bank Kredit Desa Menjadi Bank Perkreditan Rakyat, namun Bank Perkreditan


(28)

Rakyat eks Badan Kredit Desa ini merupakan Bank Perkreditan rakyat yang dikecualikan dari ketentuan yang mengatur mengenai Bank Perkreditan Rakyat pada umumnya. Sampai saat ini tidak ada payung hukum dan peraturan perundang-undangan yang membahas mengenai Badan Kredit Desa, sehingga kondisi tersebut menyebabkan ketidakpastian pada Badan Kredit Desa.99

Permasalahan tersebut akan secara tidak langsung merusak stabilitas Bank Perkreditan Rakyat Eks Badan Kredit Desa dan kepercayaan dari masyarakat desa. Status hukum yang tidak ditunjang dari dalam peraturan pelaksanaan memberikan ketidakpastian hukum terhadap keberadaan Bannk Perkreditan Rakyat eks Badan Kredit Desa. Terutama terhadap masalah Badan Kredit Desa yang telah bertransformasi menjadi Bank Perkreditan Rakyat, walaupun operasional dan pemanfaatan Bank Perkreditan Rakyat tersebut masih sama dan selayaknya Badan Kredit Desa, namun nomenklatur sudah beruba menjadi Bank Perkreditan Rakyat. Selayaknya Bank Perkreditan Rakyat Eks Badan Kredit Desa tersebut harus tunduk pada ketentuan Undang-Undang Perusahaan Daerah serta tunduk pada Peraturan Perbankan.Namun Kembali pada kenyataan pada lapangan bahwa Bank Perkreditan Rakyat eks Badan Kredit Desa merupakan salah satu Bank Perkreditan Rakyat yang terkecualikan.

99 Badan Pengurus Pusat Asosiasi Badan Kredit Desa, Gambaran Umum Pengelolaan Operaional Badan Kredit Desa di Tengah Ketidakpastian Peraturan, Makalah disajikan pada Focus Group Discussion BKD, Jakarta, 12 Juni 2015, hlm 3.


(29)

BAB IV

PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN TERHADAP TRANSFORMASI BADAN KREDIT DESA YANG DIBERIKAN STATUS

SEBAGAI BANK PERKREDITAN RAKYAT

A. Konsekuensi Adanya Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat

Dalam rangka menciptakan sistem keuangan inklusif yang kuat dan tangguh, diperlukan lembaga keuangan yang mampu melayani masyarakat hingga lapisan masyarakat di pedesaan.Badan Kredit Desa sebagai salah satu jenis lembaga keuangan di Desa yang masih ada hingga saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam membantu perekonomian masyarakat desa.Peran penting dari Badan Kredit Desa tersebut perlu diperkuat melalui penataan kelembagaan dan pengawasan dalam suatu peraturan perundang-undangan.

Dalam Pasal 58 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 menyatakan bahwa Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Perkreditan Desa, Badan Kredit Desa, Badan Kredit Kecamatan, Kredit Usaha Rakyat Kecil, Lembaga Perkreditan Kecamatan, Bank Karya Produksi Desa, dan atau lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu diberikan status sebagai Bank Perkreditan Rakyat, dengan memenuhi persyaratan tata carayang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Selanjutnya dalam Pasal 19 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 1992 tentang Bank Perkreditan Rakyat menyatakan bahwa Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, LPN, LPD, BKD, BKK, KURK,


(30)

LPK, BKPD, dan atau lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu, yang telah memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan, dinyatakan menjadi Bank Perkreditan Rakyat. Dengan demikian saat ini terdapat Badan Kredit Desa dengan izin usaha dari Menteri Keuangan yang diberikan status sebagai Bank Perkreditan Rakyat. Namun dengan karekteristik operasional Badan Kredit Desa yang unik dan tidak sama dengan Bank Perkreditan Rakyat pada umumnya. Badan Kredit Desa yang diberikan status sebagai Bank Perkreditan Rakyat dikecualikan dari setiap peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi Bank Perkreditan Rakyat.100

Badan Kredit Desa yang berdasarkan pertimbangan tidak dapat memenuhi ketentuan Bank Perkreditan Rakyat dapat memilih untuk mengubah Kegiatan usaha menjadi LKM atau Badan usaha menjadi BUMDesa atau unit usaha BUMDesa.101

100

Penjelasan POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

101

Pasal 10 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

Badan Kredit Desa yang memilih untuk mengubah kegiatan usaha menjadi LKM atau badan usaha menjadi BUMDesa atau unit usaha BUMDesa wajib menyampaikan rencana tindak kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat 31 Desember 2016. Dalam hal Badan Kredit Desa memilih mengubah kegiatan usahanya menjadi LKM, rencana tindak memuat paling sedikit ialah pilihan kegiatan usaha atau badan badan usaha, pembentukan badan hukuum yang sesuai dengan kegiatan usaha, pengangkatan pengurus pengajuan permohonan izin usaha sebagai LKM dalam hal Badan Kredit Desa memilih untuk menjadi


(31)

LKM dan pengajuan permohonan pencabutan izin usaha sebagai Bank Perkreditan Rakyat. Badan Kredit Desa memilih mengubah badan usahanya menjadi BUMDesa atau unit usaha BUMDesa, rencana tindak paling sedikit rencana pendirian BUMDesa atau unit usaha BUMDesa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Perubahan kegiatan usaha atau badan usaha dilaksanakan oleh Badan Kredit Desa paling lambat tanggal 31 Desember 2019.Apabila Otoritas Jasa Keuangan memandang perlu, Otoritas Jasa Keuangan dapat meminta Badan Kredit Desa untuk melakukan revisi terhadap rencana rencana tindak yang disampaikan Badan Kredit Desa. Badan Kredit Desa atas inisiatf sendiri hanya dapat 1 (satu) kali merivisi rencana tindak dan disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat tanggal 31 Desember 2017, Badan Kredit Desa wajib melaksanakan rencana tindak paling lama tanggal 31 Desember 2019.102

Badan Kredit Desa yang memilih untuk mengubah kegiatan usaha atau badan usaha wajib menyampaikan laporan perkembangan realisasi rencana tindak kepada Otoritas Jasa Keuangan setiap 6 (enam) bulan sekali untuk periode yang berakhir pada tanggal 30 Juni dan 30 Desember. Laporan perkembangan realisasi rencana tindak tesebut dilakukan paling lambat tanggal 31 Juli 2017, sedangkan Laporan perkembangan realisasi rencana tindak dimana Badan Kredit Desa atas

102Pasal 10 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.


(32)

inisiatif sendiri hanya dapat 1 (satu) kali merivisi rencana tindak dilaksanakan untuk pertama kali paling lambat tanggal 31 Juli 2018.103

Badan Kredit Desa wajib menyampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan yaitu informasi mengenai keaktifan Badan Kredit Desa disertai bukti buktinya dan laporan keuangan Badan Kredit Desa secara triwulan selama 1 (satu) tahun untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2016, 30 Juni 2016, 30 September 2016, dan 31 Desember 2016 paling lambat 1 (satu) tahun setelah berlakunya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini. Badan Kredit Desa yang tidak menyampaikan informasi mengenai keaktifan Badan Kredit Desa dan Laporan triwulan selama 1 (satu) tahun dinyatakan sebagai Badan Kredit Desa yang tidak aktif beroperasi dan akan dicabut izin usaha oleh Ororitas Jasa Keuangan, pencabutan izin bagi Badan Kredit Desa dilakukan tanpa proses pemberesan, dan selanjutnya hak dan kewajiban Badan Kredit Desa menjadi tanggung jawab pemilik Badan Kredit Desa.104

Badan Kredit Desa yang memilih menjadi BUMDesa atau unit usaha BUMDesa wajib mengajukan permohonan pencabutan izin usaha sebagai Bank Perkreditan Rakyat kepada Otoritas Jasa Keuangan. Dalam hal permohonan pencabuta izin usaha sebagai Bank Perkreditan Rakyat disetujui okleh Otoritas Jasa Keuangan, maka Otoritas Jasa Keuangan mencabut izin usaha Badan Kredit Desa dan segala hak dan kewajiban Badan Kredit Desa beralih kepada BUMDesa

103Pasal 11 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

104Pasal 12 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.


(33)

atau unit usaha BUMDesa. Dalam hal Otoritas Jasa Keuangan telah mencabut izin usaha Badan Kredit Desa namun BUMDesa atau unit usaa BUMDesa belum terbentuk maka segala hak dan kewajiban Badan Kredit Desa menjadi tanggung jawab pemilik Badan Kredit Desa. Badan Kredit Desa yang Memilih menjadi LKM, wajib mengajukan permohonan pencabutan izin usaha sebagai Bank Perkreditan Rakyat kepada Otoritas Jasa Keuangan bersamaan dengan pengajuannan izin kegiatan usaha sebagai LKM, selanjutnya Otoritas Jasa Keuangan apabila menyetujui permohonan tersebut maka Otoritas Jasa Keuangan akan mencabut izin usaha Badan Kredit Desa, memberikan kegiatan usaha sebagai LKM dan segala hak dan kewajiba Badan Kredit Desa beralih kepada LKM.105

Badan Kredit Desa yang tidak memenuhi ketentuan Bank Perkreditan Rakyat atau tidak dapat melaksanakan rencana tindak paing lambat tanggal 31 Desember 2019 akan dicabut izin usahanya oleh Otoritas Jasa Keuangan diikuti dengan pemberesan Badan Kredit Desa, Badan Kredit Desa dapat mengajukan permohonan pencabutan izin usaha kepada Otoritas Jasa Keuangan atas inisiatif Badan Kredit Desa dan diikuti dengan pemberesan Badan Kredit Desa.106

Badan Kredit Desa dapat mengajukan permohonan pencabutan izin usaha kepada Otoritas Jasa Keuangan atas inisiatif Badan Kredit Desa, Dalam hal Permohonan pencabutan izin usaha disetujui, Otoritas Jasa Keuangan mencabut izin usaha Badan Kredit Desa dan diikuti dengan pemberesan Badan Kredit

105

Pasal 13 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

106Pasal 14 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.


(34)

Desa.107 Badan Kredit Desa yang telah dicabut izin usahanya sebagaimana dimaksud disebut sebagai “Badan Kredit Desa dalam pemberesan” dan mencantumkan frasa “(dalam pemberesan) setelah penulisan nama Badan Kredit Desa, sejak tanggal pencabutan izin usaha Badn Kredit Desa tidak diperbolehkan melakukan perbuatan hukum berkaitan dengan aset Badan Kredit, Kecuali untuk :108

1. Pembayaran gaji karyawan, Pelaksanaan Operasional, dan Dewan Pengawas yan belum dibayarkan

2. Pembiayaan biaya kantor

3. Pembayaran kewajiban Badan Kredit Desa kepada nasabah penyimpan dan aytau pihak ketiga

4. Hal-hal lain atas persetujuan Otoritas Jasa Keuangan.

Badan Kredit Desa yang telah dicabut izin usahanya juga tidak boleh melakukan pembayaran gaji kepada Dewan Pengawas Ex-Officio Kepala Desa. Badan Kredit Desa yang telah dicabut izin usahanya membentuk tim pemberesan paling lambat 3 (tiga) bulan sejak tanggal pencabutan izin usaha, apabila tim pemberesan tidak dapat terbentuk. Pemberesan Badan Kredit Desa menjadi tanggung jawab pemilik Badan Kredit Desa.109

107Pasal 15 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

108

Pasal 16 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

109Pasal 17 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.


(35)

Pelaksanaan Pemberesan Badan Kredit Desa dilakukan oleh tim pemberes, dengan terbentuknya tim pemberes ini wewenang dan tanggung jawab pengurusan Badan Kredit Desa dalam pemberesan menjadi tanggung jawab tim pemberes. Dalam menjalankan wewenang dan tanggung jawabnya.Tim pemeres mewakili Badan Kredit Desa dalam pemberesan. Sejak terbentuknya tim pemberes, pelaksanaan Operasional dan Dewan Pengawas Badan Kredit Desa menjadi non aktif, dan berkewajiban untuk setiap saat membantu memberikan data dan informasi yang diperlukan oleh tim pemberes.110

Pelaksanaan pemberesan Badan Kredit Desa dilaksanakan dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak tim pemberes dibentuk, dalam hal pemberesan tim pemberesan badan Kredit Desa tidak dapat diselesaikan dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan, pemberesan Badan Kredit Desa ditetapkan menjadi tanggung jawab pemilik Badan Kredit Desa.111 Dalam melaksanakan wewenang dan tanggung jawabnya tim pemberesan tidak diperbolehkan memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan tim pemberesan bertanggung jawab secara pribadi apabila dalam melakukan tugasnya melanggar ketentuan.112

110Pasal 18 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

111Pasal 19 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

112

Pasal 20 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.


(36)

1. Pencairan harta Badan Kredit Desa

2. Penagihan piutang kepada para nasabah debitur Badan Kredit Desa

3. Pembayaran kewajiban Badan Kredit Desa kepada penyimpan dana dan atau lainya dari hasil pencairan dan atau penagihan tersebut.113

Segala biaya yang berkaitan dengan dengan Pemberesan Badan Kredit Desa dan tercantum dalam Daftar Biaya pemberesan menjadi bebanharta kekayaan Badan Kredit Desa dalam pemberesan dikeluarkan terlebih dahulu dari setiap hasil pencairan yang bersangkutan.114

Tim Pemberesan menyusun neraca akhir Pemberesan Badan Kredit Desa untuk dilaporkan kepada pemilik Badan Kredit Desa paling lambat 1 (satu) bulan setelah pelaksanaan pemberesan, dalam hal neraca akhir pemberesan Badan Kredit Desa telah disetujui pemilik Badan Kredit Desa dan pemilik telah menerima pertanggung jawaban tim pemberesan, pemilik Badan Kredit Desa membubarkan tim pengawas, neraca akhir pemberesan Badan Kredit Desa juga dilaporkan kepada Otoritas Jasa Keuangan. Dalam hal neraca akhir Pemberesan Badan Kredit Desa tidak dapat diselesaikan dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal Tim Pemberesan dibentuk, seluruh hak dan

113Pasal 21 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

114Pasal 22 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.


(37)

kewajiban Badan Kredit Desa ditetapkan menjadi tangung jawab pemilik Badan Kredit Desa.115

B. Mekanisme Adanya Badan Kredit Desa yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat

Badan Kredit Desa wajib memenuhi ketentuan Bank Perkreditan Rakyat mencakup antar lain kelembagaan, prinsip kehati-hatian, pelaporan dan transparansi keuangan, serta penerapan standar akuntansi bagi Bank Perkreditan Rakyat Paling lambat tanggal 31 Desember 2019. Ketentuan kelembagaan sebagaimana dimaksud meliputi antara lain:116

1. Bentuk Badan hukum Bank Perkreditan Rakyat berupa Perseroan Terbatas, Koperasi, Perusahaan Umum Daerah atau Perusahaan Perseroan Daerah

2. Kewajiban Bank Perkreditan Rakyat untuk memiliki anggota Direksidan anggota Dewan Komisaris sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Ketentuan prinsip Kehati-hatian sebagaimana dimaksud meliputi antar lain: 1. Penerapan tata kelola

2. Penerapan menejemen waktu

3. Pemenuhan kewajiban penyediaan modal minimum dan modal inti 4. Kualitas aset produktif

5. Penerapan batas minimum pemberian kredit

Ketentuan pelaporan dan transparansi keuangan sebagaimana dimaksud meliputi antara lain, Laporan bulanan, Laporan rencana kerja dan realisasi rencana

115

Pasal 23 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

116Pasal 2 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.


(38)

kerja, Laporan pelaksanaan pengawasan oleh Dewan Komisaris, Laporan keuangan publikasi, Laporan keuangan tahunan.

Dalam rangka memenuhi seluruh ketentuan Bank Perkreditan Rakyat, Badan Kredit Desa wajib menyampaikan rencana tindak (action plan) kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat tanggal 31 Desember 2016. Rencana tindak tersebut paling sedikit memuat:117

1. Pembentukan badan hukum Perseroan Terbatas, Koperasi, Perusahaan Umum Daerah atau Perusahaan Perseroan Daerah.

2. Pengangkatan anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris 3. Pemenuhan modal inti Bank Perkreditan Rakyat

4. Permenuhan infrastruktur termasuk teknologi informasi untuk mendukung kegiatan operasional dan pelaporan dan

5. Hari kerja operasional

Otoritas Jasa Keuangan memandang perlu, Otoritas Jasa Keuangan dapat meminta Badan Kredit Desa untuk melakukan revisi terhadap rencana tindak yang disampaikan oleh Badan kredit Desa, Badan Kredit Desa wajib menyampaikan rencan tindak paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah Otoritas Jasa Keuangan menyampaikan permintaan revisi rencana tindak, batas waktu realisasi seluruh rencana tindak paling lambat tanggal 31 Desember 2019. Badan Kredit Desa wajib melaksanakan rencana tindak dan melaporkan perkembangan realisasi rencana tindak kepada Otoritas Jasa Keuangan setiap 6 (enam) bulan sekali untuk

117Pasal 3 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.


(39)

periode yang berakhir pada tanggal 30 juni dan 31 Desember, penyampaian laporan paling lambat pada akhir bulan berikutnya, laporan perkembangan realisasi rencana tindak dilakukan untuk pertama kali paling lambat tanggal 31 Juli 2017. Badan Kredit Desa atas inisiatif sendiri hanya dapat 1(satu) kali merevisi rencana tindak sebagaimana disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat tanggal 31 Desember 2017.Laporan perkrembangan realisasi rencana tindak dilakukan untuk pertama kali paling lambat pada tanggal 31 Juli 2018.

Dalam rangka melaksanakan rencana tindak pembentukan badab hukum Perseroan Terbatas, Koperasi, Perusahaan Umum Daerah atau Perusahaan Perseroan Daerah, Badan Kredit Desa harus membentuk badan hukum sesuai ketentuan yang mengatur kelembagaan Bank Perkreditan Rakyat dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. Dalam rangka melaksanakan rencana tindak pengangkatan anggota Direksi dan angota Dewan Komisaris Badan Kredit Desa harus mengangkat anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris sesuai ketentuan yang mengatur kelembagaan Bank Perkreditan Rakyat dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. Dalam rangka melaksanakan rencana tindak pemenuhan modal inti Bank Perkreditan Rakyat Bank Kredit Desa harus memenuhi modal inti minimum Bank Perkreditan Rakyat sebesar Rp. 6.000.000.000,00 (enam milyar rupiah) dengan ketentuan:

1. Bank Kredit Desa dengan modal inti kurang dari Rp. 3.000.000.000,00 (tiga milyar rupiah) wajib memenuhi modal inti minimum sebesar Rp. 3.000.000.000,00 (tiga milyar rupiah) paling lambat pada tanggal 31 Desember 2019.


(40)

2. Badan Kredit Desa wajib memenuhi modal inti minimum sebesar Rp. 6.000.000.000,00 (enam milyar rupiah) paling lambat tanggal 31 Desember 2024.

3. Badan Kredit Desa dengan modal inti paling sedikit sebesar Rp.3.000.000 (tiga milyar rupiah) namun kurang dari Rp. 6.000.000,00 (enam milyar rupiah), wajib memenuhi modal inti minimum sebesar Rp. 6.000.000.000,00 (enam milyar rupiah) paling lambat tanggal 31 Desember 2019.118

Dalam rangka memenuhi ketentuan Bank Perkreditan Rakyat, 1 (satu) Badan Kredit Desa atau lebih dapat melakukan penyatuan Badan Kredit Desa melalui proses penggabungan Badan Kredit Desa, 2 (dua) Badan Kredit Desa atau lebih dapat melakukan penyatuan Badan Kredit Desa melalui proses peleburan Badan Kredit Desa dan harus melibatkan Pemerintah Daerah. Penyatuan Badan Kredit Desa harus memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari Otoritas Jasa Keuangan, hak dan kewajiban yang timbul setelah penyatuan Badan Kredit Desa menjadi Bank Perkreditan Rakyat menjadi tangung jawab Bank Perkreditan Rakyat hasil penyatuan Badan Kredit Desa.119

Untuk memperoleh persetujuan penyatuan Badan Kredit Desa melalui proses penggabungan, ketua pelaksana operasional Badan Kredit Desa atau salah satu Badan Kredit Desa yang melakukan penyatuan Badan Kredit Desa harus mengajukan permohonan kepada Otoritas Jasa Keuangan sesuai dengan format yang akan diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan. Untuk memperoleh persetujuan penyatuan Badan Kredit Desa melalui proses peleburan. Ketua pelaksana operasional dari salah satu Badan Kredit Desa yang melakukan

118Pasal 4 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

119Pasal 5 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.


(41)

penyatuan Badan Kredit Desa harus mengajukan permohonan kepada Otoritas Jasa Keuangan sesuai dengan format yang akan diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan permohonan harus dilampiri dengan:120

1. Nama dan tempat kedudukan Badan Kredit Desa yang melakukan penyatuan Badan Kredit Desa.

2. Nama dan tempat kedudukan Bank Perkreditan Rakyat hasil Penyatuan Badan Kredit Desa

3. Nama pemegang saham atau pemilik, calon anggota direksi dan anggota dewan komisaris hasil penyatuan Badan Kredit Desa.

Persetujuan para pemilik Badan Kredit Desa yang melakukan penyatuan Badan Kredit Desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan rancangan neraca dan laba rugi setelah penyatuan Badan Kredit Desa sesuai dengan format yang akan diatur dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan. Otoritas Jasa Keuangan memberikan Persetujuan atau penolakan secara tertulis atas permohonan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga Puluh) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap.

Bank Perkreditan Rakyat hasil penyatuan Badan Kredit Desa wajib melaporkan pelaksanaan penyatuan Badan Kredit Desa kepada Otoritas Jasa Keuangan dengan dilampirkan paling sedikit:121

120Pasal 6 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

121Pasal 7 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.


(42)

1. Fotokopi anggaran dasar Bank Perkreditan Rakyat Bank Perkreditan Rakyat hasil Penyatuan Badan Kredt Desa yang telah disahkan oleh instansi yang berwenang

2. Susunan organisasi dan kepengurusan Bank Perkreditan Rakyat hasil Penyatuan Badan Kredit Desa, data Direksi dan Dewan Komisaris serta data pemegang saham atau pemilik Bank Perkreditan Rakyat hasil Penyatuan Badan Kredit Desa

3. Laporan neraca dan laba rugi Bank Perkreditan Rakyuat hasil penyatuan Badan Kredit Desa

4. Alamat lengkap Bank Perkreditan Rakyat hasil Penyatuan Badan Kredit Desa.

Laporan pelaksanan Penyatuan Badan Kredit Desa wajib disampaikan paling lambat 20(dua puluh) hari kerja setelah tanggal diterimanya pengesahan anggaran dasar dari nstasi yang berwenang, berdasarkan laporan pelaksanaan Penyatuan Badan Kredit Desa Otoritas Jasa Keuangan mencabut izin usaha Badan Kredit Desa yang melakukan Penyatuan Badan Kredit Desa melalui proses penggabungan Badan Kredit Desa atau Otoritas Jasa Keuangan mencabut izin usaha Badan Kredit Desa dan menerbitkan izin usaha Bank Perkreditan Rakyat yang baru hasil Penyatuan Badan Kredit Desa melalui proses peleburan Badan Kredit Desa. Laporan pelaksanaan Badan Kredit Desa mengacu pada format yang akan diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan.


(43)

Pemerintah Daerah dapat mengajukan rencana pengalihan Badan Kredit Desa sesuai dengan peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan, pengajuan rencana pengalihan Badan Kredit Desa dilampiri dengan:

1. Rancangan Pengalihan Badan Kredit Desa yang memuat paling sedikit:122 a. Nama dan tempat kedudukan Pemerintah Daerah yang akan mengambil

ahli Badan Kredit Desa

b. Jumlah dan nilai nominal aset dan kewajiban yang akan diambil alih beserta komposisi pemegang saham atau pemilik setelah dilakukan pengalihan Badan Kredit Desa

c. Rencana status kantor-kantor adan Kredit Desa hasil Pengalihan Badan Kredit Desa

2. persetujuan para pemuilik Badan Kredit Desa yang melakukan Pengalihan Badan Kredit Desa sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan 3. rancangan neraca dan laporan laba rugi setelah pengalihan Badan Kredit Desa.

Otoritas Jasa Keuangan memberikan persetujuan atau penolakan secara tertulis atas rencana Pengalihan Badan Kredit Desa dalam jangka waktu paling lama 20(dua puluh) hari kerja sejak pengajuan rencana Pengalihan Badan Kredit Desa diterima secara lengkap. Dalam hal rencana pengalihan Badan Kredit Desa disetujui oleh Otoritas Jasa Keuangan, Pemerintah Daerah melaksanakan proses pengalihan Badan Kredit Desa dilanjutkan dengan pengajuan permohonan izin

122

Pasal 8 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.


(44)

usaha Bank Perkreditan Rakyat yang dilampiri dengan bukti pemenuhan modal inti minimum. Pengajuan rencana Pengalihan Badan Kredit Desa mengacu pada format yang akan diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan.

Otoritas Jasa Keuangan memberikan persetujuan atau penolakan secara tertulis atas permohonan izin usaha Bank Perkreditan Rakyat dalam jangka waktu paling lama 30(tiga puluh) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap. Dalam persetujuan permohonan izin usaha Bank Perkreditan Rakyat diikuti pencabutan izin usaha Badan Kredit Desa yang diambil ahli.

C. Tinjauan Yuridis pengawasan Otoritas Jasa Keuangan terhadap Transformasi Badan Kredit Desa yang diberikan status sebagai Bank Perkreditan Rakyat

Meningkatkan pengawasan merupakan salah satu program pembangunan, yang dasar dan landasannya tidak berbeda dengan kegiatan-kegiatan pembangunan lainnya.Sehingga pengawasan adalah bahagian yang integral dari kegiatan pembangunan, dimana pengawasan harus dilaksanakan dengan efesiensi dan efektivitas, agar jangan pengawasan justru menimbulkan pemborosan. Istilah pengawasan dalam banyak hal sama artinya dengan kontrol.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata kontrol adalah pengawasan, pemeriksaan, mengontrol adalah mengawasi dan


(45)

memeriksa.123Lingkup pengawasan yang perlu dilakukan pengawasan terdiri dari tiga hal atau kombinasinya yaitu uang, barang dan orang.Demi terwujudnya penyelenggaraan dari Bank Perkreditan Eks Badan Kredit Desa yang efisien dan transparansi maka dibutuhkan suatu pengawasan.Sehingga dalam menjalankan atau menyelenggarakan birokrasi, tidak dapat berjalan dengan seimbang jika tidak adanya pengawasan.Pengawasan dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan terjadinya penyimpangan tugas pemerintahan sebagaimana dasar-dasarnya dalam konstitusi dan jabarannya yang diatur oleh undang undang atau untuk melakukan cross check atau pencocokan, apakah kegiatan tersebut telah sesuai dengan tolak ukur yang sudah ditentukan sebelumnya atau tidak. Sehingga pengawasan tidak hanya digunakan dalam melaksanakan kegiatan sesuai dengan peraturan namun juga sebagai tolak ukur keberhasilan dalam mencapai tujuan kegiatan.Dalam hal tujuan penyelenggaraan dari Bank Perkreditan Rakyat Eks Badan Kredit Desa adalah terlaksananya kegiatan simpan pinjam guna menunjang pembangunan perekonomian masyarakat Desa. Kegiatan Bank Perkreditan Rakyat Eks Badan Kredit Desa merupakan kegiatan dalam lingkup perekonomian, sehingga demi mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dibutuhkan suatu pengawasan baik intern ataupun ekstern.Selain menunjang transparansi dan akuntabilitas, pengawasan juga dibutuhkan dalam melindungi aset milik Bank Perkreditan Rakyat Eks Badan Kredit Desa.124

123

Poerwadarminta, W.J.S Kamus Besar Bahasa Indonesia, diolah kembali oleh Pusat Pembinaan Bahas, Depdikbud, PN Balai Pustaka Jakarta, 1984, hlm 521.

124

M. Situmorang, Viktor dan Juhir, Aspek Hukum Pengawasan Melekat dalam Lingkungan Aparatur Pemerintah, PT. Rineka Cipta,


(46)

Pengawasan Bank pada prinsipnya terbagi atas dua jenis, yaitu pengawasan dalam rangka mendorong bank-bank untuk ikut serta menunjang pertumbuhan ekonomi dan menjaga kestabilan moneter, dan pengawasan yang mendorong agar bank secara individual tetap sehat serta mampu memelihara kepentingan masyarakat dengan baik. Dengan demikian dapat dipahami bahwa sekalipun salah satu tujuan pengawasan bank adalah untuk menciptakan perbankan yang aman dan memelihara keamanan serta kepentingan masyarakat, tetapi tidak berarti otoritas pengawasharus memikul tanggung jawab atas semua keadaan dari setiap bank.125

125Op.cit Adrian Sutedi hal. 144.

Dalam rangka mewujudkan Otoritas Jasa Keuangan yang efektif dan tidak dijadikan lahan politik untuk untuk kepentingan pribadi atau kelompok, Otoritas Jasa Keuangann harus bisa mengakomodir fungsi pengawasan di dunia bank dan nonbank. Dengan demikian, dana yang dihimpun dari masyarakat tidak dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan sendiri, seperti kasus-kasus yang banyak terjadi pascareformasi.

Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan pada sebuah perekonomian memiliki keuanggulan dan kelemahan serta hambatan. Abrams dan Taylor dalam bukunya yang berjudul Issues in the Unification of Financial Sector Supervision” menjabarkan argumen yang mendukung dan tidak mendukung pembentukan lembaga pengawas yang menjaga sistem keuangan secara menyeluruh yaitu, perbankan, asuransi, dan pembiayaan.


(47)

Perkembangan konglomerasi keuangan memungkinkan sebuah induk perusahaan untuk memiliki beberapa institusi pada lembaga keuangan yang berbeda, hal tersebut menciptakan keterkaitan antar lembaga sehingga resiko antar lembaga juga akan terkait. Oleh karena itu, pengawasan harus menyeluruh (tidak parsial) untuk memungkinkan analisis rediko yang menyeluruh.Selain perkembangan konglomerasi, praktik arbitrasi peraturandilakukan oleh lembaga keuangan dengan menciptakan produk yang regulasi pengawasan lebih longgar, arbitrase peraturan merupakan praktik yang dilakukan oleh lembaga keuangan sehingga produk yang dihasilkan diawasi oleh otoritas yang regulasinya lebih longgar.Arbiterase peraturan juga menjadi salah satu penyalahgunaan yang muncul jika pengawasan sektor keuangan dilakukan secara parsial.

Lembaga keuangan cenderung memilih investasi pada instrumen yang diawasi oleh lembaga pengawas dengan penetapan aturan yang relatif tidak ketat.Hal tersebut mendorong kompetisi anatar lembaga pengawas untuk menarik lembaga keuangan.Pemnbentukan lembaga pengawas ditunjuk untuk meningkatkan netralitas persaingan antar lembaga pengawas.

Dengan berlakunya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini, Badan Kredit Desa yang diberikan status sebagai Bank Perkreditan Rakyat tidak akan dikecualikan dari setiap ketentuan yang berlaku bagi Bank Perkreditan Rakyat pada umumnya, namun demi menjaga keberlangsungan operasional Badan Kredit Desa yang memiliki peranan penting bagi perekonomian masyarakat desa, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini memberikan pilihan sebagai jalan keluar bagi Badan Kredit Desa yang tidak mampu memenuhi seluruh ketentuan bagi


(48)

Bank Perkreditan Rakyat dengan mengubah kegiatan usaha dan badan usaha menjadi kegiatan dan badan usaha selain Bank Perkreditan Rakyat, yaitu denga bertransformasi menjadi Lembaga Keuangan Mikro (LKM), menjadi Badan Usaha Milik Desa(BUMDesa) atau unit usaha dari BUMDesa yang sudah ada di desa dimana Badan Kredit Desa yang berkedudukan dan menjalankan kegiatan operasional. Ruang lingkup peraturan Otoritas Jasa Keuangan ii terbatas pada Badan Kredit Desa yang telah memperoleh izi dari Menteri Keuangan sehingga diberikan status sebagai Badan Perkreditan Rakyat oleh Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.126

Pengawasan Badan Kredit Desa dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan dalam rangka melakukan pengawasan Otoritas Jasa Keuangan berwenang melakukan pemeriksaan terhadap Badan Kredit Desa. Dalam melakukan pengawasan Otoritas Jasa Keuangan dapat melakukan kordinasi dengan instansi terkait antara lain Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dan Kementerian Dalam negeri.127

Dalam rangka pemeriksaan Badan Kredit Desa wajib memberikan antara lain:128 1. Keterangan dan data yang dimanta

126 Penjelasan POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat

127Pasal 39 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

128Pasal 40 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.


(49)

2. Kesempatan untuk melihat semua pembukan,dokumen, dan sarana fisik yang berkaitan dengan kegiatan usahanya

3. Hal-hal yang diperlukan

Otoritas Jasa Keuangan dapat menugaskan pihak lain untuk dan atas nama Otoritas Jasa Keuangan melaksanakan pemeriksaan, pihak lain yang melaksanakan pemeriksaan wajib merahasiakan keterangan dan data yang diperoleh, pihak lain yangditugaskan untuk melakukan pemeriksaan harus memenuhi persyaratan paling sedikit:

1. Bersedia untuk melaksanakan pemeriksaan Badan Kredit Desa sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini

2. Mempunyai penghetahuan dan pemahaman tentang operasional Badan Kredit Desa.

Pemeriksaan oleh pihak lain dapat dilakukan sendiri atau bersama-sama dengan pemeriksa dari Otoritas Jasa Keuangan, pengaturan mengenai penugasan pemeriksaan diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan.129

Pihak lain yang melaksananakan pemeriksaan Badan Kredit Desa wajib melaporkan hasil pemeriksaan Badan Kredit Desa kepada Otoritas Jasa Keuangan paing lambat 15 (lima belas) hari kerja setelah seluruh pemeriksaan selesai dilaksanakan. Otoritas jasa melakukan evaluasi atas pelaksanaan pemeriksaan Badan Kredit Desa yang telah dilakukan oleh pihak lain yang ditugaskan.130

129Pasal 41 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

130Pasal 42 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.


(50)

Badan Kredit Desa yang sudah berbadan hukum sebelum Peraturan Otoritas Jasa Keungan ini berlaku namun tidak sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dan atau ketentuan peraturan perundang-undangan lainya harus menyesuaikan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dan atau ketentuan peraturan perundang-undangan paling lambat 31 Desember 2019. 131

Pada saat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai berlaku Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/27/PBI/2004 tanggal 13 Desember 2004 tentang pelaksanaan Pengawasan Badan Kredit Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4460) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku, ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia dan Surat keputusan Direksi Bank Indonesdia mengenai Bank Perkreditan Rakyat beserta peraturan pelaksanaannya yang mengatur pengecualian Badan Kredit Desa dari Peraturan perundang-undangan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku sejak tanggal 31 Desember 2019.132

Pengawasan OJK terhadap transformasi Badan Kredit desa yang diberi status sebagai Bank Perkreditan Rakyat menurut peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini banyak kredit desa yang diberikan status sebagai Bank Perkreditan Rakyat tidak akan dikecualikan dari setiap ketentuan yang berlaku BPR (Bank Perkreditan Rakyat) pada umumnya.

131Pasal 48 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.

132

Pasal 51 POJK No. 10/POJK.03/2016 Tentang Pemenuhan Ketentuan BankPerkreditan Rakyat Dan Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat.


(51)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kedudukan Otoritas Jasa Keuangan sebagai pengawas kegiatan perbankan di indonesia diatur dalam Undang-Undang No.21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, di dalamnya dijelaskan bahwa tugas pengawasan terhadap Bank akan dilakukan oleh lembaga pengawas sektor jasa keuangan yang independen dan dibentuk dengan Undang-Undang. OJK sebagai lembaga independen bertugas mengatur dan mengawasi lembaga keuangan. Otoritas pengawas lembaga jasa keuangan membutuhkan independensi, baik dari pemerintahan maupun dari industri yang diawasi, sehingga tujuan OJK untuk memastikan keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel dapat tercapai. Secara umum, struktur regulasi yang independen dapat diukur dari beberapa faktor yaitu, independensi dari segi regulasi, independensi dari segi pengawasan, independensi dari segi institusi, independensi dari segi pembiayaan. Pengawasan Bank tersebut terbagi dua yaitu pengawasan makro yang dilakukan oleh Bank Indonesia sedangkan pengawasan mikro yang


(52)

mengawasi individual Bank Indonesia dilaksanakan oleh Otoritas Jasa Keuangan.

2. Kedudukan Badan Kredit Desa yang diberikan status sebagai Bank Perkreditan Rakyat diatur berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/POJK.03/2016. Badan Kredit Desa merupakan perusahaan milik desa yang beroperasi di wilayah pedesaan yang berasal dari rakyat dan untuk rakyat itu sendiri. Badan Kredit Desa adalah salah satu lembaga yang dipersamakan dengan bank, alasannya karena Badan Kredit Desa memiliki fungsi dan potensi yang dominan dalam bidang keuangan, khususnya dalam keuangan bidang mikro, yakni desa. Pembangunan ekonomi skala desa merupakan salah satu fungsi dari berdirinya Badan Kredit Desa. Badan Kredit yang telah mendapat izin usaha dari Menteri Keuangan dan telah diberikan status sebagai Bank Perkreditan Rakyat oleh Undang-Undang.

3. Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan terhadap transformasi Badan Kredit Desa yang diberikan status sebagai Bank Perkreditan Rakyat. Dengan Berlakunya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini, Badan Kredit Desa yang diberikan status sebagai Bank Perkreditan Rakyat tidak akan dikecualikan dari setiap ketentuan yang berlaku bagi Bank Perkreditan Rakyat. Pengawasan Badan Kredit Desa dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan dalam rangka melakukan pengawasan Otoritas Jasa Keuangan berwenang melakukan pemeriksaan terhadap Badan Kredit Desa. Dalam melakukan pengawasan Otoritas Jasa Keuangan dapat melakukan kordinasi dengan instansi terkait antara


(53)

lainKementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dan Kementerian Dalam negeri.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan yang diuraikan, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :

1. Negara harus memenuhi kebutuhan masyarakat terutama masyarakat yang tinggal di pedesaan terhadap pemenuhan jasa perbankan di pedesaan di tengah kemajuan teknologi dan zaman melalui Badan Kredit Desa yang merata di seluruh pelosok negeri Indonesia dan menjadi penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan Nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

2. Upaya OJK dengan mengeluarkan peraturan terkait Badan Kredit Desa yang diberikan status sebagai Bank Perkreditan Rakyat harus disertai dengan harmonisasi peraturan perundang-undangan dibidang perbankan agar tidak terjadi adanya tumpang tindih peraturan perundang-undangan di bidang perbankan.

3. Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan terhadap Transformasi Badan Kredit Desa menjadi Bank Perkreditan Rakyat dengan berkordinasi dengan instansi terkait antara lain Kementerian Desa,Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dan Kementerian Dalam Negeri harus dilakukan secara baik dan terarah.


(1)

C. Tugas dan Wewenang Otoritas Jasa Keuangan dalam Pengawasan

Perbankan ... 42

BAB III KEDUDUKAN BADAN KREDIT DESA YANG DIBERIKAN STATUS SEBAGAI BANK PERKREDITAN RAKYAT A. Badan Kredit Desa ... 49

1. Pengertian Badan Kredit Desa ... 49

2. Fungsi Badan Kredit Desa ... 56

3. Tujuan Badan Kredit Desa ... 58

B. Bank Perkreditan Rakyat... 58

1. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat ... 58

2. Fungsi Bank Perkreditan Rakyat ... 65

3. Tjuan Bank Perkreditan Rakyat ... 68

C. Badan Kredit Desa yang Diberikan Status sebagai Bank Perkreditan rakyat ... 68

BAB IV PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN TERHADAP TRANSFORMASI BADAN KREDIT DESA YANG DIBERIKAN STATUS SEBAGAI BANK PERKREDITAN RAKYAT A. Konsekuensi adanya Badan Kredit Desa yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat ... 73

B. Mekanisme Adanya Badan Kredit Desa yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat ... 81


(2)

C. Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan terhadap Transformasi Badan Kredit Desa yang diberikan status sebagai Bank Perkreditan Rakyat ... 88 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 96 B. Saran ... 98 DAFTAR PUSTAKA ... 100


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapakan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas kasih setiaNya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Judul skripsi ini adalah ”Tinjauan Yuridis Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Transformasi Badan Kredit Desa Yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat”. Dalam penulisan skripsi ini, Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan, namun dengan lapang dada penulis menerima kritikan dan saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak yang menaruh perhatian terhadap skripsi ini.

Demi terwujudnya penyelesaian dan penyusunan skripsi ini, Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang yelah banyak memberikan bantuan untuk memperoleh bahan-bahan yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. OK. Saidin, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(4)

4. Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Windha, S.H., M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Ramli Siregar, S.H., M.Hum., selaku Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

7. Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan serta memberikan masukan-masukan dalam penulisan skripsi ini.

8. Tri Murti Lubis, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan serta memberikan masukan-masukan dalam penulisan skripsi ini.

9. Dr.Mahmul Siregar, S.H., M.Hum., selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah banyak membantu Penulis dalam urusan perkuliahan selama menuntut ilmu di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

10. Seluruh Bapak/Ibu Dosen dan Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu serta mendidik dan membimbing Penulis selama mengikuti perkuliahan sampai Penulis dapat dapat menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dengan baik. Serta kepada seluruh Bapak/Ibu Staf Administrasi (Pegawai Tata Usaha) yang telah banyak membantu dan memberikan pelayanan terbaiknya sehingga Penulis dapat menyelesaikan urusan-urusan administrasi dengan baik.


(5)

11. Teristimewa kepada Orang Tua Penulis yaitu Rihcan Manurung dan Leni Raja Guk-Guk yang telah membesarkan dan mendidik penulis serta tidak pernah bosan untuk memberi dorongan semangat melalui setiap doa dan dukungan hingga Penulis dapat menyelesaikan Perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.

12. Yang tersayang kakak dan adik Penulis yaitu Ester Angelia Manurung dan Alexander Manurung yang telah banyak membantu, baik berupa semangat dan dukungan doa hingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

13. Kepada Kelompok Kecil Ku Lexine, Venia, Cindy, Ricat, Wilfrid, Samuel dan Wilfrid terima kasih telah menjadi saudara dan memberikan perhatihan dan cinta kasih yang tulus kepada Penulis.

14. Kepada Pemimpin Kelompok Kecil Ku Kastro Sitorus, terima kasih telah memberikan arti sebuah integritas di dalam kehidupan sehari-hari. Kiranya selalu diberkati.

15. Kepada Adik Kelompok Kecil Ku, David, Waristo, Herbert dan Adianto, yang selalu memberikan dukungan semangat serta doa kepada Penulis. 16. Kepada Pengurus Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia Komisariat

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, terima kasih telah mengajarkan kepada Penulis pentingnya sebuah tanggung jawab dan dukungan semangat kepada Penulis.

17. Kepada kader PERMAHI cabang Medan terima kasih atas dukungan semangat kepada Penulis.


(6)

18. Kepada Gemba, indah saragih, rumondang siagian, wilfrid tobing, samuel marpauang terima kasih untuk persahabatan yang kita jalani selama ini, semoga kedepannya kita sukses di level selanjutnya.

19. Kepada teman teman penulis stambuk 2012, Raphita ivone sihombing, stevia tambunan, tri septa, fredrick, tri oktober terima kasih telah membantu Penulis selama perkuliahan dan juga selama Penulis menyusun skripsi ini.

20. Kepada seluruh sahabat, teman, keluarga Penulis yang tidak dapat Penulis ucapkan, terima kasih atas dukungan, semangat dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi bahan masukan bagi kita semua.

Medan, Agustus 2016 Penulis


Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Terhadap Pengurangan Pungutan Oleh Otoritas Jasa Keuangan Sebagai Akibat dari Kepailitan

3 95 116

Peran Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Sebagai Regulator Dalam Meningkatkan Daya Saing Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Terhadap Pemberian Kredit Kepada Masyarakat

0 18 116

ANALISIS YURIDIS INDEPENDENSI OJK (OTORITAS JASA KEUANGAN) DALAM UPAYA PENGAWASAN BANK Analisis Yuridis Independensi Ojk (Otoritas Jasa Keuangan) Dalam Upaya Pengawasan Bank.

0 2 16

ANALISIS YURIDIS INDEPEDENSI OJK (OTORITAS JASA KEUANGAN) DALAM UPAYA PENGAWASAN BANK Analisis Yuridis Independensi Ojk (Otoritas Jasa Keuangan) Dalam Upaya Pengawasan Bank.

0 5 12

Tinjauan Yuridis Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Transformasi Badan Kredit Desa yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat

0 0 10

Tinjauan Yuridis Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Transformasi Badan Kredit Desa yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat

0 0 1

Tinjauan Yuridis Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Transformasi Badan Kredit Desa yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat

0 0 23

Tinjauan Yuridis Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Transformasi Badan Kredit Desa yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat

0 0 26

Tinjauan Yuridis Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Transformasi Badan Kredit Desa yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat

0 0 4

UPAYA OTORITAS JASA KEUANGAN SOLO DALAM MENJAGA EKSISTENSI BANK PERKREDITAN RAKYAT TERHADAP KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) - UNS Institutional Repository

0 0 15