Peran Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Sebagai Regulator Dalam Meningkatkan Daya Saing Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Terhadap Pemberian Kredit Kepada Masyarakat

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu
Negara. Hampir semua sektor usaha sangat membutuhkan bank sebagai mitra
dalam melakukan transaksi keuangan. 1 Semua sektor usaha maupun individu
saat ini dan masa yang akan datang tidak akan lepas dari sektor perbankan,
bahkan menjadi kebutuhan dalam menjalankan aktivitas keuangan dalam
mendukung kelancaran usaha. Peran bank bagi masyarakat individu maupun
masyarakat bisnis sangat penting bahkan bagi suatu Negara, karena bank sebagai
suatu lembaga yang sangat berperan dan berpengaruh dalam perekonomian suatu
Negara. 2
Negara-negara berkembang, seperti Indonesia dan negara di Asia lainnya,
khususnya wilayah pedesaan memiliki pemahaman tentang bank lebih sedikit
dibandingkan dengan masyarakat perkotaan. Masyarakat pedesaan masih
menganggap keberadaan bank hanya untuk kalangan tertentu. Sebagian
masyarakat hanya menganggap bank sebagai tempat menyimpan dan meminjam
uang. Bagi masyarakat di pedesaan, pemahaman tentang bank sangat minim
bahkan ada yang tidak tahu sama sekali tentang bank. Masyarakat desa bahkan
merasa takut berhubungan dengan bank, sehingga tidak banyak yang melakukan
transaksi keuangan di bank. Keterbatasan akan pengetahuan masyarakat terhadap


1

Ismail, Manajemen Perbankan: Dari teori menuju aplikasi (Jakarta: Kencana Media
Group, 2010), hlm.2.
2
Ibid.

1
Universitas Sumatera Utara

2

bank tersebut berdampak pada terhambatnya pertumbuhan bank di pedesaan,
sehingga menyebabkan lambatnya laju pertumbuhan ekonomi di pedesaan. 3
Masyarakat kota melihat bahwa peran bank sangat penting. Masyarakat
kota mengetahui bahwa keberadaan bank tidak hanya sebagai tempat meminjam
dan menyimpan uang, akan tetapi banyak aktivitas keuangan yang diperlukan
untuk mendukung kelancaran dalam melakukan transaksi. Masyarakat kota, baik
pengusaha maupun bukan pengusaha memerlukan keberadaan bank untuk

melaksanakan berbagai aktivitasnya. Masyarakat kota membutuhkan bank
sebagai mitra dalam melakukan berbagai macam aktivitas keuangan. Aktivitas
keuangan yang bisa ditawarkan oleh bank tidak terbatas pada aktivitas usaha,
akan tetapi banyak aktivitas layanan jasa lain yang dapat diberikan oleh bank
dalam melayani keperluan nasabah. 4
Bank mempunyai peran dalam menghimpun dana masyarakat, karena
bank merupakan lembaga yang dipercaya oleh masyarakat dari berbagai macam
kalangan dalam menempatkan dananya secara aman. 5 Masyarakat percaya
bahwa dana yang ditempatkan di bank keamanannya lebih terjamin dibanding
ditempatkan di lembaga lain. Di sisi lain bank berperan dalam memberikan
pinjaman kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan demikian bank
mempunyai peran dalam dua sisi, yaitu menghimpun dana yang berasal dari
masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat yang
membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan kedua fungsi
tersebut,

yaitu

menghimpun


dana

dari

masyarakat

dan

sekaligus

3

Ibid., hlm.3.
Djoni Gazali, Hukum Perbankan (Jakarta : Sinar Grafika, 2010), hlm.34.
5
Ismail, Op.Cit., hlm. 4.
4

Universitas Sumatera Utara


3

menyalurkannya, sehingga bank merupakan lembaga perantara keuangan bagi
masyarakat dengan cara menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya
kembali kepada masyarakat. 6
Perbankan merupakan salah satu sumber dana dalam bentuk perkreditan
bagi masyarakat perorangan atau badan usaha untuk memenuhi kebutuhan
konsumsinya atau untuk meningkatkan produksinya. 7 Perbankan sebagai suatu
lembaga keuangan kepercayaan masyarakat yang memegang peranan penting
dalam sistem perekonomian, sehingga dapat dikatakan bank merupakan urat nadi
dari sistem keuangan yang beraktivitas menerima simpanan dari masyarakat
dalam bentuk tabungan, giro, deposito dll, yang kemudian dana yang terkumpul
dari masyarakat tersebut disalurkan dalam bentuk kredit. 8
Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
(selanjutnya disebut UU Perbankan), bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Berikut ada 2 (dua) jenis bank dan pengertiannya :
1.


Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa lalu lintas pembayaran;

6

Djoni Gazali, Op.Cit.,hlm.35
Sutarno, Aspek-aspek Hukum Perkreditan pada Bank (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm.1.
8
Ismail, Op.Cit.,hlm.6.

7

Universitas Sumatera Utara

4

2.


Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa lalu lintas pembayaran.
Proses

pemberian

kredit

kepada

masyarakat

oleh

bank

harus

memperhatikan beberapa hal yang menyangkut tentang keselamatan dari bank

itu sendiri, karena kredit yang disalurkan kepada masyarakat tidak semua akan
berjalan dengan baik dan dapat menimbulkan masalah. 9
Kegiatan usaha yang dilakukan Badan Prekreditan Rakyat, antara lain :
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya

yang

dipersamakan dengan itu;
b. Memberikan kredit; dan
c. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),
deposito berjangka, sertifikat deposito dan/atau tabungan.
Dalam kegiatan pemberian kredit oleh BPR, ditetapkan Batas Maksimum
Pemberian Kredit (BMPK) oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai berikut :
a. BMPK untuk kredit dihitung berdasarkan baki debet kredit. BMPK
untuk Penempatan Dana Antar Bank pada BPR lain dihitung
berdasarkan nominal Penempatan Dana Antar Bank;
b. Untuk pihak yang tidak terkait dengan BPR :
Penyediaan dana kepada pihak tidak terkait dengan BPR ditetapkan
paling tinggi 20% dari modal BPR, sedangkan kepada satu kelompok

9

Gatot supramono, Perbankan dan Masalah Perkreditan (Jakarta: Djambatan, 1995),

hlm.56.

Universitas Sumatera Utara

5

peminjam tidak terkait ditetapkan paling tinggi 30% dari modal BPR.
Tidak termasuk dalam kelompok peminjam tidak terkait yaitu
penyediaan dana dengan pola kemitraan inti-plasma atau pola PHBK
dengan persyaratan sesuai ketentuan;
c. Untuk pihak yang terkait dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) :
Penyediaan dana kepada pihak terkait ditetapkan paling tinggi 10%
dari modal BPR dan penyediaan dana tersebut wajib mendaopatkan
persetujuan satu orang direksi dan satu orang komisaris;
d. Penempatan pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) lain :
Penempatan Dana Antar Bank kepada BPR lain yang merupakan

Pihak Tidak Terkait ditetapkan paling tinggi 20% dari modal BPR;
e. Penyediaan dana dalam bentuk kredit Penyediaan dana oleh BPR
dikategorikan sebagai Pelampauan BMPK apabila disebabkan oleh
hal-hal berikut:
1) Penurunan modal;
2) Penggabungan usaha, peleburan usaha, perubahan struktur
kepemilikan

dan/atau

kepengurusan

yang

menyebabkan

perubahan pihak terkait dan/atau kelompok peminjam; perubahan
ketentuan.
BPR yang melakukan pelanggaran ataupun pelampauan BMPK
diwajibkan menyampaikan action plan kepada Otoritas Jasa Keuangan dan

dikenakan sanksi penilaian tingkat kesehatan BPR sebagaimana diatur dalam
ketentuan yang berlaku. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa sumber dana

Universitas Sumatera Utara

6

perbankan yang disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit bukan dana
milik sendiri tetapi dana yang berasal dari masyarakat, sehingga penyalurannya
harus dilakukan dengan prinsip kehati-hatian melalui analisa kredit yang akurat
dan perjanjian yang sah dan memenuhi syarat hukum, pengikatan jaminan yang
bertujuan agar kredit yang disalurkan tersebut dapat kembali tepat pada
waktunya sesuai perjanjian kredit yang meliputi pinjaman pokok dan bunga. 10
Namun, masih banyak sekali masyarakat yang belum mengetahui tata cara untuk
dapat menerima kredit dari Bank Perkreditan Rakyat. Syarat yang dianggap
begitu rumit membuat masyarakat merasa tidak tertarik untuk melakukan
aktivitas keuangan di Bank khususnya Bank Perkreditan Rakyat. Kurangnya
sosialisasi yang dilakukan merupakan salah satu penyebab kurang dikenalnya
BPR ditengah-tengah masyarakat sehingga BPR juga belum bisa mendapatkan
kepercayaan dari masyarakat untuk melakukan kegiatan keuangan.

Sesuai dengan amanah yang tertulis dalam Undang- Undang Nomor 21 Tahun
2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut UU OJK), lembaga
OJK merupakan lembaga yang berwenang dalam membuat pengaturan terkait
dengan aktivitas perbankan salah satunya BPR. OJK diharapkan mampu menjadi
motor penggerak yang dapat meningkatkan keinginan masyarakat untuk
melakukan aktivitas keuangan di BPR.
B. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan Latar Belakang diatas, maka dapat ditarik suatu rumusan
masalah, yaitu:

10

Sutarno, Op.Cit., hlm.2.

Universitas Sumatera Utara

7

1.

Bagaimanakah pengaturan pemberian kredit melalui Perbankan?

2.

Bagaimana kewenangan Otoritas Jasa Keuangan dalam pengaturan dan
pengawasan pemberian kredit perbankan?

3.

Bagaimana peran Otoritas Jasa Keuangan dalam meningkatkan daya saing
pemberian kredit oleh Bank Perkreditan Rakyat?

C.
1.

Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui kedudukan kredit dalam peraturan perundangundangan di bidang Perbankan di Indonesia.
b. Untuk mengetahui keberadaan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebagai
salah satu bank yang ada di Indonesia.
c. Untuk mengetahui kewenangan lembaga Otoritas Jasa Keuangan sebagai
lembaga yang mengatur dan mengawasi kegiatan jasa keuangan di
Indonesia.

2.

Manfaat Penelitian
Disamping mempunyai tujuan, penulisan ini juga mempunyai manfaat

dari segi teoritis dan praktis, yaitu:
a. Kegunaan teoritis
Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan pemikiran dalam
rangka pengembangan ilmu hukum pada umumnya, perkembangan Hukum
Ekonomi dan khususnya dibidang perbankan yang berwenang memberikan
kredit kepada masyarakat serta dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 21

Universitas Sumatera Utara

8

Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan mengakibatkan sistem pengawasan
bank diambil alih oleh lembaga independen yang disebut dengan Otoritas Jasa
Keuangan, yang kemudian mempunyai wewenang mengatur dan mengawasi
kegiatan perbankan di Indonesia.
b. Secara praktis
Hasil penelitian ini akan menambah pengetahuan masyarakat pada
umumnya tentang bank, pengawasan dan pengaturannya. Bank mempunyai
peranan penting dalam menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk
kredit, maka dengan adanya tulisan ini diharapkan dapat meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap bank yang ada di Indonesia khususnya Bank
Perkreditan Rakyat (BPR)
D.

Keaslian Penulisan
Dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan

yang diperoleh, maka penulis menuangkan dalam sebuah skripsi yang berjudul
“PERAN OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) SEBAGAI REGULATOR
DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING BANK PERKREDITAN
RAKYAT

(BPR)

DALAM

PEMBERIAN

KREDIT

KEPADA

MASYARAKAT.”
Untuk mengetahui keaslian penulisan, sebelumnya dilakukan penelusuran
terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara. Hal ini dibenarkan oleh Pusat Dokumentasi dan Informasi
Hukum/ Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum melalui surat

Universitas Sumatera Utara

9

tertanggal 14 Januari 2016 yang menyatakan bahwa “tidak ada judul yang
sama’.
Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah murni hasil
pemikiran penulis yang didasarkan pada pengertian, teori – teori, dan aturan
hukum yang berlaku dan diperoleh dari referensi buku, media elektronik, dan
bantuan dari beberapa pihak, dalam rangka memenuhi tugas akhir dan memenuhi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara.
Apabila di kemudian hari terdapat judul yang sama atau sudah pernah
ditulis, maka penulis bertanggung jawab sepenuhnya.
E.

Tinjauan Kepustakaan

1. Bank
Pengertian Bank di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan (selanjutnya disebut
UU Perbankan) adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah
menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam
bentuk simpanan, seperti tabungan deposito, maupun giro dan menyalurkan dana
simpanan tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan baik dalam bentuk
kredit maupun bentuk-bentuk lainnya serta memberikan jasa-jasa dalam lalu
lintas pembayaran dan peredaran uang. Bank dalam kegiatan sehari-hari harus
mempunyai dana agar dapat menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk
kredit.

Universitas Sumatera Utara

10

Bank menghimpun dana masyarakat, kemudian menyalurkan dananya
kepada masyarakat dengan tujuan bahwa dengan adanya intermediasi ini maka
bank dapat mendorong peningkatan taraf hidup orang banyak. 11 Dengan
menyalurkan dana kepada masyarakat yang sedang membutuhkan melalui
pemberian kredit, misalnya kepada masyarakat bisnis, maka secara tidak
langsung akan memberikan pengaruh positif dalam peningkatan ekonomi
masyarakat banyak.
Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap
negara. Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi orang,
perseorangan, badan-badan usaha swasta, badan-badan usaha milik negara,
bahkan lembaga-lembaga pemerintahan menyimpan dana-dana yang dimilikinya.
Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani
kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi
semua sektor perekonomian. 12
Dilihat dari kegiatannya, bank terdiri dari bank umum dan bank
perkreditan rakyat. Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usahanya secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa lalu lintas pembayaran. Bank umum yang dikenal
masyarakat luas dapat juga disebut bank komersial, bank niaga, atau bank
dagang. Bank perkreditan rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan

11
12

Ismail, Op.Cit., hlm.3.
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia (Jakarta: Kencana, 2005), hlm.7.

Universitas Sumatera Utara

11

usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa lalu lintas pembayaran. 13
Bank memiliki fungsi sebagai agen pembangunan (agent of development)
dalam kaitannya dengan kredit yang diberikan untuk pembangunan. Bank
bertindak sebagai agent of truth yaitu kepercayaan baik dalam menghimpun dana
dan menyalurkan dana. Selain itu bagi masyarakat, bank juga sebagai badan
usaha yang tidaklah semata-mata mengejar keuntungan (profit oriented), tetapi
bank turut bertanggung jawab dalam pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Dalam hal ini bank juga memiliki
tanggung jawab sosial. 14
2. Kredit
Kata kredit berasal dari bahasa romawi yaitu credere yang artinya
“kepercayaan”. Bila dihubungkan dengan bank, maka terkandung pengertian
bahwa bank selaku kreditur percaya meminjamkan sejumlah uang kepada
nasabah atau debitur, karena debitur dapat dipercaya untuk membayar lunas
pinjamannya setelah jangka waktu yang telah ditentukan. 15
Pengertian kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu
pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji, pembayaran
akan dilaksanakan pada jangka waktu yang telah disepakati. 16 Pengertian kredit
yang lebih mapan untuk kegiatan perbankan di Indonesia telah dirumuskan

13

Komaruddin Sastradipoera, Strategi Manajemen Bisnis (Bandung: Kappa-Sigma,
2004), hlm.130.
14
Thomas Suyatno, Kelembagaan Perbankan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
1999), hlm.3.
15
Gatot Supramono, Op.Cit., hlm. 28.
16
Astiko, Manajemen Perkreditan (Yogyakarta: andi Offset, 1996), hlm.5.

Universitas Sumatera Utara

12

dalam Undang-Undang Pokok Perbankan No. 7 Tahun 1992 yang menyatakan
bahwa kriteria kredit adalah penyediaan uang/tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu berdasarkan persetujuan/kesepakatan pinjam meminjam antara pihak
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melaksanakan
dengan jumlah bunga sebagai imbalan.
Rumusan pengertian kredit menjelaskan bahwa kredit itu merupakan
pinjam meminjam uang antara bank sebagai kreditur dan nasabah sebagai
debitur. Dalam perjanjian ini bank sebagai pemberi kredit percaya terhadap
nasabahnya dalam jangka waktu yang disepakatinya akan dikembalikan
(dibayar) lunas. 17 Dan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu
pengertian kredit adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian
secara mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan
oleh bank atau badan lain.
Dalam melakukan pemberian kredit, bank umum maupun bank
perkreditan rakyat diawasi, diatur dan dilindungi oleh lembaga yang berwenang
atas itu. Dalam hal ini pengawasan dan pengaturan sangat penting karena dapat
menjadi tolak ukur dalam memberikan penilaian terhadap pekerjaan seseorang
dalam sebuah lembaga. Pengawasan dan pengaturan dalam sebuah lembaga
sangat dibutuhkan apabila lembaga tersebut ingin mencapai sebuah tujuan.
Menurut Winardi, pengawasan adalah semua aktivitas yang dilaksanakan
oleh pihak manajer dalam upaya memastikan bahwa hasil actual sesuai dengan

17

Gatot Supramono, Op.Cit., hlm. 78.

Universitas Sumatera Utara

13

hasil yang direncanakan. 18 Sedangkan menurut Basu Swasta, pengawasan
merupakan fungsi yang menjamin bahwa kegiatan – kegiatan dapat memberikan
hasil seperti yang diinginkan dan berhubungan dengan perbandingan antara
pelaksana aktual rencana, dan untuk langkah perbaikan terhadap penyimpangan
dan rencana yang berarti. 19
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian peraturan adalah
ketentuan yang mengikat warga kelompok masyarakat, dipakai sebagai panduan,
tatanan, dan kendalikan tingkah laku yang sesuai dan diterima oleh setiap warga
masyarakat yang harus menaati aturan yang berlaku; atau ukuran, kaidah yang
dipakai sebagai tolak ukur untuk menilai atau membandingkan sesuatu.20
Menurut Lydia Harlina Martono, pengaturan merupakan suatu tindakan yang
menjadi pedoman agar manusia hidup tertib dan teratur. Jika tidak ada
pengaturan yang dilakukan, maka manusia bisa bertindak sewenang – wenang,
tanpa kendali dan sulit diatur.
Jadi kesimpulannya, peraturan adalah suatu perjanjian yang telah dibuat
untuk kepentingan umum tentang apa saja yang boleh dilakukan dan tidak boleh
dilakukan. Dan pengaturan ialah suatu tindakan yang menjalankan peraturan
tersebut yang biasanya dilakukan oleh seseorang atau badan yang telah diberikan
kuasa atau wewenang untuk melaksanakannya. 21

18

Frengky Lady, “Pengawasan Perbankan oleh Otoritas Moneter, Studi Mengenai
Evaluasi Pemberian Kredit di PT BPR Artha Panggung,” (Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas
Muhamadyah Malang, 2008), hlm.29.
19
Ibid.
20
Peran Sistem Pengaturan, http://lilawatyy95.blogspot.co.id/2015/12/peran-sistempengaturan-good-governance.html (diakses tanggal 04 Februari 2016).
21
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

14

3. OJK
Otoritas Jasa Keuangan adalah sebuah lembaga yang bertugas untuk
mengawasi dan mengatur perbankan guna mengoptimalkan fungsi perbankan
sebagai lembaga kepercayaan masyarakat dalam kaitannya sebagai lembaga
penghimpun dan penyalur dana. Tujuan Otoritas Jasa Keuangan dibentuk antara
lain agar keseluruhan kegiatan didalam sektor jasa keuangan terselenggara secara
teratur, adil, transparan, dan akuntabel; mampu mewujudkan sistem keuangan
yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil serta mampu melindungi
kepentingan kepentingan konsumen dan masyarakat. 22 Disamping itu juga
pembentukan Otoritas Jasa Keuangan ini dilakukan agar Bank Indonesia fokus
kepada pengelolaan moneter dan tidak

perlu mengurusi pengawasan bank

karena bank merupakan sektor perekonomian. 23
F.

Metode Penulisan
Penelitian merupakan sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk

memperkuat, membina serta mengembangkan ilmu pengetahuan. Skripsi ini
sebagai hasil penelitian tentu dihasilkan dari penerapan metodologi penelitian
sebagai pertanggungjawaban ilmiah terhadap komunitas pengemban ilmu
hukum. 24

22

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
Keuangan, Bab I, Pasal 4.
23
Liputan Khusus, http://lipsus.kontan.co.id/v2/Otoritas Jasa Keuangan /read/86/selamatdatang-wasit-baru-industri-keuangan (diakses tanggal 05 Februari 2016).
24
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum Cet.Ketiga (Jakarta: Penerbit
Univeritas Indonesia (UI Press), 2005), hlm.3.

Universitas Sumatera Utara

15

1.

Jenis penelitian
Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian hukum normatif, yaitu

penelitian yang dilakukan berdasarkan perundang-undangan. 25 Perundangundangan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini antara lain UndangUndang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan , UndangUndang Nomor 7 Tahun 1992 jo Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana diubah terakhir
kali dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Bank Indonesia
(selanjutnya disebut UU BI) serta beberapa peraturan terkait lainnya.
Penelitian skripsi ini bersifat deskriptif, yaitu penelitian

yang

dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang keadaan yang menjadi objek
penelitian yakni Bank dan Otoritas Jasa Keuangan. Penulisan skripsi ini juga
menggunakan pendekatan yuridis yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara
meneliti bahan pustaka dan peraturan perundang-undangan serta literature
hukum yang berhubungan dengan permasalahan skripsi ini.
2.

Data penelitian
Data penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah data sekunder yang

terdiri dari:
a. Bahan hukum primer, yaitu : berbagai dokumen peraturan perundangundangan yang tertulis mengenai bank, kredit, dan Otoritas Jasa
Keuangan, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Undang-Undang Nomor 21

25

Ibid., hlm.12.

Universitas Sumatera Utara

16

Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan

dan Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana diubah terakhir kali dengan UndangUndang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Bank Indonesia serta peraturan
perundang-undangan yang lainnya yang terkait dengan bank.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang memiliki hubungan
dengan bahan hukum primer dan dapat digunakan untuk menganalisis
dan memahami bahan hukum primer yang ada. Seperti hasil seminar atau
makalah-makalah dari para pakar hukum, koran, majalah, serta sumbersumber lain yakni internet yang memiliki kaitan erat dengan
permasalahan yang dibahas.
c. Bahan hukum tersier, yaitu mencakup bahan hukum yang memberikan
petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder,
contohnya adalah kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif dan seterusnya.
3.

Teknik pengumpulan data
Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dikumpulkan dengan

melakukan penelitian kepustakaan atau yang lebih dikenal dengan studi
kepustakaan. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan data
yang terdapat dalam buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan,
majalah, surat kabar, hasil seminar dan sumber-sumber lain yang terkait dengan
masalah yang dibahas dalam skripsi ini. Hal ini ditempuh dengan melakukan
penelitian kepustakaan (library research), atau biasa dikenal dengan sebutan
studi kepustakaan, walaupun penelitian yang dimaksud tidak lepas pula dari

Universitas Sumatera Utara

17

sumber lain selain sumber kepustakaan, yakni penelitian terhadap bahan media
massa ataupun internet.
4.

Analisis data
Data yang diperoleh dari penelusuran kepustakaan, dianalisis dengan

deskriptif kualitatif. Metode deskriptif yaitu menggambarkan secara menyeluruh
tentang apa yang menjadi pokok permasalahan. Kualitatif yaitu metode analisa
data yang mengelompokkan dan meyeleksi data yang diperoleh menurut kualitas
dan kebenarannya kemudian dihubungkan dengan teori yang diperoleh dari
penelitian kepustakaan sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan yang
diajukan.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari V Bab yang masing-masing bab
memiliki sub-babnya tersendiri, yang secara garis besarnya diuraikan sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN, dalam bab ini diuraikan secara umum mengenai
keadaan-keadaan yang berhubungan dengan objek penelitian secara latar
belakang pemilihan judul, rumusan masalah, kegunaan penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II PENGATURAN PEMBERIAN KREDIT MELALUI PERBANKAN,
dalam bab ini menguraikan secara umum mengenai pengertian kredit, jenis
kredit, dasar pemberian kredit, ketentuan dan syarat pemberian kredit, serta
membahas mengenai tata cara pemberian kredit perbankan.

Universitas Sumatera Utara

18

BAB

III

KEWENANGAN

OTORITAS

JASA

KEUANGAN

dalam

PENGATURAN dan PENGAWASAN PEMBERIAN KREDIT PERBANKAN,
dalam bab ini menguraikan tentang latar belakang pembentukan Otoritas Jasa
Keuangan

sebagai sebuah lembaga yang bertugas untuk mengawasi dan

mengatur perbankan guna mengoptimalkan fungsi perbankan serta tugas dan
wewenang Otoritas Jasa Keuangan dalam hal pemberian kredit perbankan.
BAB IV Peran OTORITAS JASA KEUANGAN dalam PENINGKATAN
DAYA SAING PEMBERIAN KREDIT oleh BANK PERKREDITAN
RAKYAT, dalam bab ini berisi tentang peran Otoritas Jasa Keuangan dalam
peningkatan daya saing pemberian kredit oleh Bank Perkreditan Rakyat,
pemberian kredit oleh bank perkreditan rakyat serta perbandingan pemberian
kredit oleh bank umum dan bank perkreditan rakyat.
BAB V KESIMPULAN dan SARAN, dalam bab terakhir ini berisikan
kesimpulan yang dianbil oleh penulis terhadap bab-bab sebelumnya yang telah
diuraikan dan yang ditutup dengan mencoba memberikan saran-saran yang
penulis anggap perlu dari isi yang diuraikan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999.

0 84 124

Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sebagai Regulator dan Pengawas Kegiatan Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal

6 110 111

Peran Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Sebagai Regulator Dalam Meningkatkan Daya Saing Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Terhadap Pemberian Kredit Kepada Masyarakat

0 18 116

Tinjauan Yuridis Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Transformasi Badan Kredit Desa yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat

2 35 113

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT OLEH PERUSAHAANDAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) BANK PASAR PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT OLEH PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) BANK PASAR KABUPATEN SUKOHARJO.

0 2 11

Matriks RPOJK Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan BPR BPRS 061216

0 1 31

Peran Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Sebagai Regulator Dalam Meningkatkan Daya Saing Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Terhadap Pemberian Kredit Kepada Masyarakat

1 3 7

Peran Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Sebagai Regulator Dalam Meningkatkan Daya Saing Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Terhadap Pemberian Kredit Kepada Masyarakat

0 0 1

Peran Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Sebagai Regulator Dalam Meningkatkan Daya Saing Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Terhadap Pemberian Kredit Kepada Masyarakat

0 1 28

Peran Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Sebagai Regulator Dalam Meningkatkan Daya Saing Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Terhadap Pemberian Kredit Kepada Masyarakat

0 0 5