Pelakasanaan Perjanjian Kredit Bank Dengan Jaminan Kredit Yang Hanya Diikuti Dengan Pembuatan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) Chapter III V

BAB III
PERJANJIAN KREDIT YANG MENGALAMI KREDIT MACET PADA
SAAT SURAT KUASA MEMEBANKAN HAK TANGGUNGAN TERSEBUT
JUGA SUDAH LEWAT MASA BERLAKUNYA

A. Pelaksaaan Perjanjian Kredit Dalam Bank.
1.

Pengertian Tentang Perjanjian
Pengertian perjanjian menurut Profesor Subekti yaitu: suatu peristiwa dimana

seorang berjanji kepada orang lain atau dua orang saling berjanji untuk melaksanakan
sesuatu hal. Dari peristiwa ini, timbulah suatu hubungan antara dua orang tersebut
yang dinamakan perikatan. Perjanjian menerbitkan perikatan antara dua orang yang
membuatnya. Perikatan adalah hubungan hukum antara dua pihak, dimana pihak
yang satu berhak menuntut sesuatu dari pihak yang lain, dan pihak yang lain
berkewajiban memenuhi tuntutan tersebut.100 Definisi mengenai perjanjian terdapat
dalam Pasal 1313 KUHPerdata :
“ Suatu Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau
lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.


100

R. Subekti, Hukum Perjanjian, Cetakan ke-21, (Jakarta: PT.Intermasa, 2005), hal.1.

Universitas Sumatera Utara

Sesuai ketentuan Pasal 1233 KUHPerdata, perjanjian timbul karena:101
1.

Persetujuan (Overeenkomst).
Persetujuan atau overeenkomst berarti suatu tindakan atau perbuatan seseorang

atau lebih yang mengikatkan diri kepada seseorang lain atau lebih (Pasal 1313
KUHPerdata). Tindakan atau perbuatan yang menciptakan persetujuan itu berisi
“pernyataan kehendak” (Wils Verklaring) antara para pihak. Dengan demikian
persetujuan tidak lain dari pada “persesuaian kehendak” antar para pihak. Perbuatan
yang disebut didalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah perbuatan hukum, hal ini
disebabkan tidak semua perbuatan mempunyai akibat hukum.
2. Undang-Undang.
Perjanjian yang lahir dari undang-undang diatur dalam Pasal 1352 KUHPerdata,

yang berbunyi:
a. Semata-mata dari undang-undang saja (yang timbul oleh hubungan kekeluargaan),
misalnya kewajiban alimentasi yaitu suatu kewajiban untuk menyantuni orang
tuanya (memberi nafkah) sesuai Pasal 298 KUHPerdata;
b. Dari undang-undang sebagai perbuatan manusia. Sesuai dengan ketentuan Pasal
1353 KUHPerdata dapat dibedakan persetujuan yang timbul dari perbuatan
manusia:
(1) Yang sesuai dengan hukum atau perbuatan yang rechtmatige, misalnya dalam
hal seseorang melakukan suatu pembayaran yang tidak diwajibkan (Pasal

101

M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, cet ke-2, (Bandung, Alumni, 1986), hal

20.

Universitas Sumatera Utara

1359 KUHPerdata), atau jika seseorang dengan sukarela dan dengan tidak
diminta, mengurus kepentingan-kepentingan orang lain (zaakwarneming

dalam Pasal 1354 KUHPerdata).
(2) Karena perbuatan yang bertentangan dengan hukum (onrechtmatige daad)
yang diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata.
Suatu perjanjian dapat disebut sebagai suatu perjanjian yang sah ketika telah
memenuhi syarat-syarat perjanjian. Syarat-syarat tersebut diatur dalam Pasal 1320
KUHPerdata yang berbunyi:102 Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat
syarat:
a. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya;
b. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian;
c. Suatu hal tertentu;
d. Suatu sebab yang halal.
Dalam perkembangan doktrin ilmu hukum dikenal adanya tiga unsur
perjanjian, yaitu:103
1. Unsur Esensialia
Unsur ini dalam perjanjian mewakili ketentuan-ketentuan berupa prestasiprestasi yang wajib dilakukan oleh salah satu atau lebih pihak, yang mencerminkan
sifat dari perjanjian tersebut, yang membedakannya secara prinsip dari jenis
perjanjian lainnya. Unsur ini pada umumnya dipergunakan dalam memberikan
102

Pasal 1320 BW

Kartini Mulyadi dan Gunawan Wijaya, Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian, ed.1, cet.2,
(Jakarta:Raja Grafindo Perkasa, 2004), hal. 84
103

Universitas Sumatera Utara

rumusan, definisi atau pengertian dari suatu perjanjian, misalnya perjanjian jual beli
yang dibedakan dari perjanjian tukar menukar.

2. Unsur Naturalia
Unsur naturalia adalah unsur yang pasti ada dalam suatu perjanjian tertentu,
setelah unsur esensialianya diketahui secara pasti. Misalnya dalam perjanjian yang
mengandung esensialia jual beli, pasti akan terdapat unsur naturalia berupa kewajiban
dari penjual untuk menanggung kebendaan yang dijual cacat-cacat tersembunyi.
Ketentuan ini tidak dapat oleh para pihak, karena sifat dari jual beli menghendaki
yang demikian.

3. Unsur Aksidentalia
Unsur ini adalah unsur pelengkap dalam suatu perjanjian yang merupakan
ketentuan-ketentuan yang dapat diatur secara menyimpang oleh para pihak, sesuai

dengan kehendak para pihak, yang merupakan persyaratan khusus yang ditentukan
secara bersama-sama oleh para pihak. Dengan demikian, maka unsur ini pada
hakekatnya bukan merupakan suatu bentuk prestasi yang harus dilakukan atau
dipenuhi oleh para pihak.

2. Pengertian Tentang Perjanjian Kredit
Perjanjian kredit merupakan perjanjian konsensuil antara debitur dengan
kreditur (dalam hal ini Bank) yang melahirkan hubungan hutang piutang, dimana

Universitas Sumatera Utara

debitur berkewajiban membayar kembali pinjaman yang diberikan oleh kreditur,
dengan berdasarkan syarat dan kondisi yang telah disepakati oleh para pihak.104
Pengertian perihal mengenai perjanjian kredit tidak secara khusus terdapat dalam
KUHPerdata, tetapi dalam melaksankan suatu perjanjian diperlukannya untuk
menyatakan bahwa sahnya perjanjian terrsebut, yang dimana hal tersebut terdapat
dalam Pasal 1320 KUHPerdata: “Untuk sahnya perjanjian-perjanjian diperlukan
empat syarat: 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, 2. Kecakapan untuk
membuat suatu perikatan, 3. Suatu hal tertentu, 4.Suatu sebab yang halal.
Menurut Ketentuan Intruksi Presidium Kabinet Nomor 15/EK/IN/10/1966

tanggal 3 Oktober 1996 juncto SEB. Unit 1 No.25/539/UPK/Pemb. Tanggal 20
Oktober 1966 dan Instruksi Presidium Kabinet Ampera No.10/EK/IN/2/1967 tanggal
6 Februari 1967, yang menetukan bahwa dalam memberikan kredit dalam bentuk
apapun bank – bank wajib mempergunakan /membuat akad perjanjian kredit.
ST Remy Sjahdeini menyatakan, dengan menyebutkan ketentuan – ketentuan itu
bahwa bank wajib mempergunakan/membuat akad perjanjian kredit,maka dunia
perbankan telah menafsirkan bahwa perjanjian kredit bank harus dilaksanakan secara
tertulis.105

104

Legal
Banking,
Perjanjian
Kredit
dan
Pengakuan
Hutang
https://
legalbanking.wordpress.com/ materi-hukum/perjanjian-kredit-dan-pengakuan-hutang/ diakses tanggal

28 Juli 2015.
105
Hak
Kreditur
Atas
SKMHT
Terhadap
Tanah
Belum
Bersetifikat,
http://gamas09.blogspot.co.id/2009/03/ hak-kreditur-atas-skmht-terhadap-tanah.html, diakses tanggal
25 Agustus 2015

Universitas Sumatera Utara

Dalam praktek perbankan di Indonesia, bank-bank membuat perjanjian kredit
dengan 2 (dua) bentuk atau cara yaitu , perjanjian kredit berupa akta di bawah tangan.
dan Perjanjian kredit berupa akta notaris. Perjanjian kredit yang dibuat baik dengan
akta di bawah tangan maupun akta notaris, pada umumnya dibuat dengan bentuk
perjanjian baku yaitu dengan cara kedua belah pihak, yaitu pihak bank dan pihak

nasabah, menandatangani suatu perjanjian yang sebelumnya telah dipersiapkan isi
atau klausul-klausulnya oleh bank dalam suatu formulir tercetak. Dalam hal
perjanjian kredit bank dibuat dengan Akta Notaris, maka bank akan meminta notaris
berpedoman kepada model perjanjian kredit dari bank yang bersangkutan. Notaris
diminta untuk memedomani klausaul-klausul dari model perjanjian kredit bank yang
bersangkutan.106
Perjanjian kredit merupakan ikatan atau alat bukti tertulis antara kreditur dengan
debitur sehingga harus disusun dan dibuat sedemikian rupa agar setiap orang mudah
untuk mengetahui bahwa perjanjian yang dibuat itu merupakan perjanjian kredit.
Dilihat dari pembuatannya, suatu perjanjian kredit dapat digolongkan menjadi:107
a. Perjanjian kredit di bawah tangan.
Dinamakan akta di bawah tangan artinya perjanjian yang disiapkan dan dibuat
sendiri oleh kreditur kemudian ditawarkan kepada debitur untuk disepakati. Untuk
mempermudah dan mempercepat kerja bank, biasanya bank sudah menyiapkan
formulir perjanjian dalam bentuk standard (standarform) yang isi, syarat-syarat dan
106

ibid
Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, (Bandung : Citra Aditya Bakti,
1991), hal 28.

107

Universitas Sumatera Utara

ketentuannya disiapkan terlebih dahulu secara lengkap. Bentuk perjanjian kredit yang
dibuat sendiri oleh bank tersebut termasuk jenis akta di bawah tangan. Dalam rangka
penandatanganan perjanjian kredit,formulir perjanjian kredit yang isinya sudah
disiapkan bank kemudian diberikan kepada setiap calon-calon debitur untuk diketahui
dan dipahami mengenai syarat-syarat dan ketentuan pemberian kredit tersebut
Perjanjian Kredit Di bawah tangan ini terdiri dari:108
1. Perjanjian Kredit Di bawah tangan biasa;
2. Perjanjian Kredit Di bawah tangan yang dicatatkan di Kantor Notaris
(Waarmerking);
3. Perjanjian Kredit Di bawah tangan yang ditandatangani di hadapan Notaris
namun bukan merupakan akta notarial (legalisasi).
b. Perjanjian Kredit Notariil
Perjanjian ini disiapkan dan dibuat oleh seorang notaris namun dalam praktik
semua syarat dan ketentuan perjanjian kredit disiapkan bank kemudian diberikan
kepada notaris untuk dirumuskan dalam akta notariil. Memang notaris dalam
membuat perjanjian hanyalah merumuskan apa yang diinginkan para pihak dalam

bentuk akta notariil atau akta otentik. Perjanjian kredit yang dibuat dalam bentuk akta
notariil atau akta otentik biasanya untuk pemberian kredit dalam jumlah yang besar
dengan jangka waktu menengah atau panjang, seperti kredit investasi, kredit modal

108

Legal
Banking,
Perjanjian
Kredit
dan
Pengakuan
Hutang
https://
legalbanking.wordpress.com/ materi-hukum/perjanjian-kredit-dan-pengakuan-hutang/ diakses tanggal
25 Agustus 2015.

Universitas Sumatera Utara

kerja, kredit sindikasi (kredit yang diberikan lebih dari satu kreditur atau lebih dari

satu bank).
Setiap kredit yang telah disetujui wajib dituangkan dalam perjanjian kredit
(akad kredit) secara tertulis. Bentuk, format dan isi perjanjian kredit paling kurang
:109
a. memenuhi keabsahan dan persyaratan hukum yang dapat melindungi
kepentingan BPR dan debitur.
b.

memuat jumlah, jangka waktu, suku bunga, tujuan penggunaan, tatacara
pembayaran kembali kredit serta persyaratan-persyaratan kredit lainnya
sebagaimana ditetapkan dalam keputusan persetujuan kredit dimaksud.

c. perjanjian kredit minimum dibuat dalam rangkap 2 (dua) dan salah satunya
disampaikan kepada debitur.

3. Landasan Umum Pemberian Kredit
Istilah kredit berasal dari bahasa Latin yaitu “credere” (“credo” dan
“creditum”) yang kesemuanya berarti kepercayaan. Bahwa dapat dikatakan dalam
hubungan ini, kreditur atau pihak yang memberikan kredit (bank) dalam hubungan
perkreditan dengan debitur (nasabah penerima kredit) mempunyai kepercayaan

109

Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No.14/ 26 /DKBU Tanggal 19 September 2012
Perihal : Pedoman Kebijakan dan Prosedur Perkreditan Bagi Bank Perkreditan Rakyat

Universitas Sumatera Utara

bahwa debitur dalam waktu dan dengan syarat-syarat yang telah disetujui bersama
dapat mengembalikan kredit yang bersangkutan.110
Pengertian formal mengenai kredit perbankan di Indonesia terdapat dalam
ketentuan Pasal 1 ayat (11) UUP Indonesia 1992/1998. Undang-undang tersebut
menerapkan :”Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajbkan pihak peminjam untuk melunasi utangkanya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.”111
Berdasarkan pengertian kredit yang diterapkan oleh undang-undang
sebagaimana tersebut diatas, suatu pinjam-meminjam uang akan digolongkan sebagai
kredit perbankan sepanjang memenuhi usur-unsur sebagai berikut:112
a.

Adanya penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
penyediaan uang.
Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan penyediaan
uang tersebut dilakukan oleh bank. Bank adalah pihak penyedia dana dengan
menyetujui pemberian sejumlah dana yang kemudian disebut sebagai jumlah
kredit atau plafon kredit. Sementara tagihan yang dapat dipersamakan dengan
penyediaan uang dalam praktik perbankan misalnya berupa pemberian

110

Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, (Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama, 2001). hal. 236.
111
M.Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada,2012), hal 76.
112
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

(penerbitan) garansi bank dan penyediaan fasilitas dana untuk pembukaan letter
of credit (LC).
b.

Adanya persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan
pihak lain.
Persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam merupakan dasar dari
penyediaan uang atau tagihan yang dadpat dipersamakan dengan penyediaan
uang tersebut. Perjanjian kredit sebagai salah satu jenis perjanjian, tunduk kepada
ketentuan hukum perikatan dalam hukum positif di Indonesia. Pengaturan
tentang perjanjian tedapat dalam ketentuan-ketentuan KUH Perdata, Buku Ketiga
tentang Perikatan, dan ketentuan Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen.
Perjanjian pinjam-meminjam uang antara bank dengan debitur lazim disebut
perjanjian kredit, surat perjanjian kredit, akad kredit, dan sebutn lain yang hampir
sejenis. Perjanjian kredit yang dibuat secara sah sesuai dengan ketentuan hukum
yang berlaku (antara lain memenuhi ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata)
merupakan Undang-Undang bagi bank dan debitur. Ketentuan Pasal 1338 KUH
Perdata menetapkan suatu perjanjian yang sah berlaku sebagai undang-undang
bagi pihak yang berjanji.

c.

Adanya kewajiban melunasi utang.
Pinjam-meminjam uang adalah suatu utang bagi peminjam. Peminjam wajib
melunasinya sesuai dengan yang diperjanjiakan. Pemberian kredit oleh bank
kepada debitur adalah suatu pinjaman uang, dan debitur wajib melakukan

Universitas Sumatera Utara

pembayaran pelunasan kredit sesuai dengan jadwal pembayaran yang telah
disepakatinya, yang biasanya terdapat dalam ketentuan perjanjian kredit. Dengan
demikian, kredit perbankan bukan suatu bantuan dana bank yang diberikan
secara cuma-cuma. Kredit perbankan adalah suatau utang yang harus dibayar
kembali oleh debitur.
d.

Adanya jangka waktu tertentu.
Pemberian kredit terkait dengan suatu jangka tertentu. Jangka waktu tersebut
ditetapkan pada perjanjian kredit yang dibuat bank dengan debitur. Jangka waktu
yang ditetapkan merupakan batas waktu kewajiban bank untuk menyediakan
dana pinjaman dan menunjukkan kesempataan dilunasinya kredit.

e.

Adanya pemberian bunga kredit.
Terhadap suatu kredit sebagai salah satu bentuk pinjaman uang ditetapkan
adanya pemberian bunga. Bank menetapkan suku bunga atas pinjaman uang yang
diberikannya. Suku bunga merupakan harga atas uang yang dipinjamkan dan
disetujui bank kepada debitur.
Terhadap kelima unsur-unsur tesebut terdapat dalam pengertian kredit

sebagaimana dapat diketahui bahwa harus dipenuhi bagi suatu pinjaman uang untuk
dapat disebut sebagai kredit di dalam bidang perbankan. Pemberian fasilitas kredit
oleh bank idealnya mendasarkan pada faktor financial, yang mencakup terhadap tiga
pilar, yakni prospek usaha, kinerja, dan kemampuan calon debitur. Sebelum
melakukan perjanjian kredit tersebut harus adanya suatu prinsip kehati-haatian yang
biasanya diperhatikan oleh pihak Bank.

Universitas Sumatera Utara

Prinsip kehati-hatian ini oleh berbagai pihak telah banyak dikemukakan,
sebagai upaya untuk merumuskan peryaratanatau asas-asas yang sehat dalam suatu
pemberian kredit. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam pemberian kredit
adalah prinsip 5C yang meliputi: 113
1.Character (Watak/kepribadian)
Character atau watak dari calon peminjam merupakan salah satu
pertimbangan yang terpenting dalam pemberian kredit yaitu sifat-sifat calon debitur
baik perusahaan maupun perorangan yang tercermin dalam kemauan (willingness)
dimana bank harus yakin bahwa calon peminjam termasuk orang yang bertingkah
laku baik, dalam arti selalu memegang teguh janjinya, selalu berusaha dan bersedia
melunasi hutang-hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan

2.Capacity (Kemampuan)
Yaitu

kemampuan

mengkombinasikan

faktor-faktor

sumber

daya,

memproduksi barang/jasa yang dibutuhkan masyarakat dan menghasilkan pendapatan
dalam cakupan kemampuan calon debitur untuk mengkalkulasi/menghitung
penghasilan sebagai gambaran kemampuan debitur untuk melunasi kredit. Faktor
kemampuan ini sangat penting artinya mengingat bahwa kemampuan inilah yang
menentukan besar kecilnya pendapatan atau penghasilan suatu perusahaan dimasa
yang akan datang.
113

Rachmat Firdaus, Teori dan Analisa Kredit Serta Ketentuan-Ketentuan Tentang Beberapa
Jenis Kredit,(Bandung: Purna Sarana Lingga Utama, 1985), hal 3.

Universitas Sumatera Utara

3.Capital (Modal)
Yaitu analisa modal untuk dapat menggambarkan struktur capital. Dengan
demikian bank dapat melihat besar kecil rasa tanggung jawab calon debitur. Modal
terdiri dari modal saham, pinjaman bank dan pihak ketiga lainnya. Hal ini dapat
dilihat dari neraca dan bukti-bukti akuntansi lainnya. Asas Capital atau modal ini
menyangkut beberapa banyak dan bagaimana struktur modal yang telah dimiliki oleh
calon peminjam.

4.Condition of Economy (kondisi perekonomian)
Merupakan analisis terhadap suatu keadaan/kondisi yang dapat diantisipasi
dampaknya atas jalannya kegiatan usaha debitur. Oleh sebab-sebab perkembangan
ekonomi moneter, keuangan/perbankan dan berbagai kebijaksanaan nasional. Asas
kondisi dan situasi ekonomi perlu diperhatikan dalam pertimbangan pemberian kredit
terutama dalam hubungannya dengan keadaan usaha calon peminjam, dimana Bank
harus mengetahui keadaan ekonomi pada saat tersebut yang berpengaruh dan
berkaitan langsung dengan usaha calon debitur dan prospeknya dimasa mendatang.

5.Collateral (jaminan atau agunan)
Yaitu analisa terhadap jaminan kredit untuk meyakinkan bank atas
kesanggupan debitur dalam melunasi kreditnya. Jaminan dapat berupa jaminan pokok
dan jaminan yang dibiayai dengan kredit dan jaminan tambahan yang merupakan
jaminan selain jaminan pokok. Agunan merupakan hal yang sangat penting dalam

Universitas Sumatera Utara

setiap pemberian kredit. Karena itu, bahkan Undang-undang mensyaratkan bahwa
agunan itu mesti ada dalam setiap pemberian kredit.

4. Jaminan Yang Digunakan Dalam Perjanjian Kredit
Sebagaimana objek jaminan utang yang lazim digunakan dalam suatu utangpiutang, secara umum kredit perbankan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok,
yaitu:114
a. Barang Bergerak
Barang bergerak yang berupa barang berwujud, misalnya adalah sangat
banyak jenisnya walaupun masih dapat dibedakan menjadi beberapa subkelompok,
antara lain berupa barang perhiasan, surat berharga, kendaraan bermotor,
perlengkapan rumah tangga, perlengkapan kantor, alat berat, alat transportasi laut
dan sungai, alat transportasi udara, barang persediaan, barang dagangan, dan
sebagainya.
b. Barang Tidak Bergerak.
Barang tidak bergerak dapat berupa tanah dan benda-benda yang berkaitan
(melekat) dengan tanah, seperti rumah tinggal, gedung kator, gudang, hotel, dan
sebagainya. Barang tidak berwujud dapat berupa tagihan, pitang, dan sejenisnya
(tetapi untuk surat yang mempuya harga mungkin masih perlu penegasan apakah
termasuk sebagai barang berwujud atau barang tidak berwjud misalnya saldo

114

M.Bahsan, Op.Cit, hal 108.

Universitas Sumatera Utara

tabungan dan saldo giro yang seharusnya dibedakan dari bilyet deposito atau
sertifikat deposito).
c. Jaminan Perorangan.
Penanggungan utang dapat berupa jaminan pribadi (personal guaranty) dan
jaminan perusahaan (company/corporate/guaranty). Personal guarantee atau yang
disebut juga dengan jaminan pribadi terhadap pemenuhan kewajiban dalam suatu
fasilitas kredit diberikan terhadap seseorang yang mengikatkan dirinya didalam
suatu perjanjian kredit untuk turut serta menjaminkan harta-harta pribadinya
sebagai pelunasan kredit bilamana terjadi suatu peristiwa gagal bayar. Sedangkan
corporate guarantee adalah115 bentuk penjaminan dari suatu institusi (badan
hukum perusahaan) kepada bank atas kredit yang dikucurkan oleh bank kepada
nasabahnya. Tentunya perusahaan yang memberikan jaminan tersebut telah
mengenal dengan baik nasabah yang menerima kredit dari bank, sehingga atas
kegagalan pelunasan kredit nasabah akan menjadi tanggungan perusahaan yang
menjaminnya .
Berdasarkan peraturan perundang-unndangan yang mengatur atau berkaitan
dengan masing-masing barang yang ditetapkan sebagai objek jaminan kredit akan
dapat dinilai berbagai hal tentang barang yang bersangkutan. Tanah yang diajukan
oleh calon peminjam (debitur) sebagai jaminan kredit terlebih dahulu dinilai

115

Perdangangan umum barang dan
pengertian.html, diakses tanggal 16 Oktober 2015

jasa

http://bataviapakuan.com/article/53640/

Universitas Sumatera Utara

berdasarkan ketentuan UUPA. Undang-undang tersebut mengatur antara lain tentang
berbagai hak yang dapat diberikan atas tanah.
Beberapa hak atas tanah yang termasuk sebagai tanah yang sudah terdaftar
sehingga mempunyai sertifikat adalah berupa Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak
Guna Usaha, dan Hak Pakai. Secara umum objek yang dapat diterima sebagai
jaminan kredit di bank adalah :116
a. Tanah : SHM, Letter C, Sertifikat Sarusun, Sertifikat Hak Pakai, SHGB, Peto
Girik,tanah sawah produktif, tanah kosong,tanah kebun produktif .
b. Tanah & Bangunan : SHM, Letter C, Sertifikat Sarusun, Sertifikat Hak Pakai,
Petok D, HPTU/SIPTU, rumah tinggal, ruko, apartemen, toko, pabrik .
c. Kendaraan Bermotor (Roda Dua & Roda Empat) : BPKB (Bukti Pemilik
Kendaraan Bermotor), Mobil ,Sepeda Motor.
d. KIOS/Los/Lapak : SHPTU, Surat Ijin Penggunaan KIOS atau Dokumen
Kepemilikan KIOS Lainnya
e. Deposito : Bilyet Deposito

116

Objek
Jaminan
Kredit
dan
Perjanjian
http://www.utangpiutang.com/2015/02/objek-jaminan-kredit-perjanjian.html,
Agustus 2015

Penjamin
Kredit
diakses tanggal 25

Universitas Sumatera Utara

5. Pelaksanaan Perjanjian Kredit
Sebelum penandatanganan perjanjian kredit dan sebelum suatu kredit dapat
dicairkan debitur biasanya disyaratkan untuk menyerahkan beberapa dokumen –
dokumen atau data yang dianggap penting oleh Bank antara lain:117
a.

Dokumen-dokumen perusahaan/Identitas Debitur.

b.

Asli surat kuasa.

c.

Salinan surat izin usaha perdagangan dan/atau surat-surat izin lainnya.

d.

Asli bukti-bukti hak kepemilikan atas Jaminan

e.

Invoice/Daftar tagihan-tagihan/dokumen lain yang sejenis yang mencantumkan
ketentuan bahwa pembayaran melalui rekening Debitur yang ada di Bank.

f.

Semua Perjanjian Jaminan telah ditanda tangani dan dalam bentuk dan isi yang
disetujui Bank.
Debitur tidak sedang dalam keadaan lalai berdasarkan ketentuan-ketentuan

yang termasuk dalam Perjanjian ini atau berdasarkan sebab lain sesuai pertimbangan
baik bank. Dalam pelaksanaan pemberian kredit bank harus memberikan batasanbatasan yang harus dipenuhi oleh debitur (Affirmative Covenant) selama dalam masa
pemberian kredit. Ada beberapa covenant standard yang biasanya wajib dicantumkan
dalam perjanjian kredit antara lain adalah:118
a.

Menggunakan fasilitas kredit seperti yang dipersyaratkan;

117

Legal
Banking,
Perjanjian
Kredit
dan
Pengakuan
Hutang
https://legalbanking.wordpress.com/ materi-hukum/perjanjian-kredit- dan-pengakuan-hutang/, diakses
tanggal 16 Oktober 2015.
118
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

b.

Mengasuransikan seluruh barang-barang yang dijadikan jaminan/agunan fasilitas
kredit;

c.

Memberikan ijin kepada bank atau petugas-petugas yang diberi kuasa oleh bank
untuk: (a) melakukan pemeriksaan (audit) terhadap buku-buku, catatan-catatan
dan administrasi debitur serta memeriksa keadaan barang-barang jaminan, dan
(b) melakukan peninjauan ke dalam proyek, bangunan-bangunan lain dan kantorkantor yang digunakan debitur;

d.

Memberikan segala informasi/keterangan/data-data (seperti, namun tidak terbatas
pada laporan keuangan debitur): (a) segala sesuatu sehubungan dengan keuangan
dan usaha debitur, (b) bilamana terjadi keadaan yang dapat mempengaruhi
keadaan usaha atau keuangan debitur, setiap waktu, baik diminta maupun tidak
diminta oleh bank;

e.

Menyerahkan data yang diminta oleh bank dalam rangka pengawasan pemberian
kredit yaitu, antara lain namun tidak terbatas pada Laporan keuangan, laporan
inventory, daftar tagihan dan lain-lain.
Hasil dari suatu analisis kredit adalah adanya usulan apakah permohonan

debitur tersebut disetujui atau tidak. Jika permohonn debitur/calon debitur tersebut
disetujui, maka dalam analisis kredit tersebut dituangkan dalam usulan berisis
mengenai pokok-pokok dari fasilitas kredit yang disetujui yang nantinya akan
disampaikan kepada nasabah/debitur/calon debitur dalam bentuk Surat Putusan
Perjanjian Kredit (SPPK).

Universitas Sumatera Utara

Pada saat pelaksanaan perjanjian kredit, dihadiri oleh pihak banknya yang
menangani bagian perkreditan, pihak yang akan melakukan pinjaman dalam hal ini
adalah debiturnya, beserta Notaris, dan juga saksi-saksi. Notaris membacakan akta
perjanjian kredit yang dibuat berdasarkan SPPK atau yang biasa disebut juga OL
(Offering Letter) yang berisikan mengenai jangka waktu pinjaman debitur,
plafondnya, besar pinjamannya, asuransinya, dan lain sebagainya yang sebelumnya
juga sudah diketahui oleh debitur. Setelah pembacaan akta perjanjian kredit, maka
Notaris akan menanyakan apakah debitur sudah memahami secara keselurahan
mengenai isi dari akta perjanjian kredit tersebut, atau adakah yang perlu ditambah
atau dikurangi. Setelah semuanya selesai dibacakan, maka akan ditandatngani lah
akta perjanjian kredit tersebut.
Berdasarkan dari asas yang digunakan yakni adalah asas keseimbangan
menurut Kranenburg dimana yang dimaksud dengan asas keseimbangan dalam hal ini
adalah suatu asas yang dimaksudkan untuk menyelaraskan pranata-pranata hukum
dan asas-asas pokok hukum perjanjian yang terdapat di dalam KUHPerdata. Dengan
menunjuk dasar bagi keseimbangan dan keserasian dalam perjanjian tertuang didalam
Pasal 1320 KUHPerdata, hanya apabila dalam keadaan in concerto ada keseimbangan
dan keserasian maka tercapailah kesepakatan atau consensus yang sah antara pihak
debitur dengan pihak krediturnya. 119

119

Asas Keseimbangan Dalam Hukum Perjanjian,http://irmiawanfridlis. blogspot
.co.id/2012/10/asas-keseimbangan-dalam- hukum-perjanjian.html, diakses tanggal 10 September 2015

Universitas Sumatera Utara

Asas keseimbangan ini bertujuan untuk memberitahukan bahwa kedudukan
kreditur yang kuat diimbangi dengan kewajibannya untuk memperhatikan itikad baik
sehingga kedudukan kreditur dan debitur seimbang. Tujuan dari asas keseimbangan
adalah hasil akhir yang menempatkan posisi para pihak seimbang (equal) dalam
menentukan hak dan kewajibannya.120 Asas keseimbangan dilandaskan pada upaya
mencapai suatu keadaan seimbang yang sebagai akibat darinya harus memunculkan
pengalihan kekayaan secara absah. Dengan demikian bahwa bentuk ideal dari sebuah
perjanjian adalah adanya bentuk kepantasan dalam menempatkan posisi masing –
masing pihak untuk menempatkan dirinya didalam sebuah kontrak. Karena dengan
terciptanya keadaan yang seimbang dimana tidak ada satu pihak pun yang posisisnya
lebih tinggi dan menghasilkan hak serta kewajiban yang seimbang membuat
perjanjian tersebut bisa sejalan.
Sejalan terhadap pengertian tersebut bahwasanya setiap perjanjian didasari
dengan adanya kesepakatan yang kemudian dijalankan sesuai dengan tujuan luhur
yang mengahasilkan tujuan akhir berupa keseimbangan diantara kedua belah pihak
dalam perjanjian untuk mecapai tujuan perjanjian tersebut. Dalam sebuah pengertian
dimana didalam sebuah perjanjian pada dasarnya seseorang tidak ada yang secara
sukarela dalam mengikatkan dirinya kedalam sebuah perjanjian tanpa adanya imbalan
yang akan didapatkannya. Hal tersebut merupakan sebuah pengertian wajar dimana
sebuah perjanjian didasari atas alasan timbal balik diantara kedua belah pihak yang
bersepakat untuk mengikatkan dirinya.
120

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Dalam sebuah perjanjian pastilah dilengkapi oleh dasar kehendak oleh mereka
yang ingin melakukan pengikatan diri didalam perjanjian sebagaimana yang
dimaksudkan. Selain kehendak tentunya ada bentuk kepercayaan dimana menjadi
sesuatu hal yang tidak mungkin seseorang melakukan pengikatan diri tanpa nilai –
nilai kepercayaan dan tanpa adanya pernyataan tentang apa yang akan dijadikan objek
didalam perjanjian tersebut. Nilai – nilai tersebut merupakan sebuah kepastian yang
merupakan bentuk ketentuan yang menggariskan tentang isi dan muatan yang
menjadi pokok dalam perjanjian tersebut.

B. Perjanjian Kredit Yang Mengalami Kredit Macet
1. Pengertian Kredit Macet
Istilah kredit macet umumnya muncul setelah pihak debitur macet dan gagal
melakukan pelunasan kredit sesuai dengan yang diperjanjikan. Di dalam Surat
Keputusan Direksi Bank Indonesia No.30/267/KEP/DIR jo Surat Edaran Bank
Indonesia No.30/16/UPPB tanggal 27 Februari 1998 tentang Kualitas Aktiva
Produktif ditetapkan secara tegas penggolongan kualitas kredit, yaitu :
a. Lancar (pass), apabila memenuhi kriteria :
1) Pembayaran angsuran pokok dan atau bunga tepat waktu, dan
2) Memiliki mutasi rekening yang aktif, atau
3) Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral)
b. Dalam perhatian khusus (special mention), apabila memenuhi kriteria :

Universitas Sumatera Utara

1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang belum melampaui 90
hari, atau
2) Kadang-kadang dapat cerukan, atau
3) Mutasi rekening relatif aktif, atau
4) Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan, atau
5) Didukung oleh pinjaman baru
c. Kurang lancar (substandard), apabila memenuhi kriteria :
1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 90
hari, atau
2) Terjadi cerukan, atau
3) Frekuensi rekening relatif rendah, atau
4) Terjadi pelanggaran kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari, atau
5) Terdapat indikasi masalah keuangan debiur, atau
6) Dokumentasi pinjaman lemah
d. Diragukan (doubtful), apabila memenuhi kriteria :
1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 90
hari, atau
2) Terjadi cerukan yang bersifat permanen, atau
3) Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari, atau
4) Terjadi kapitalisasi bunga, atau
5)Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun
pengikatan jaminan

Universitas Sumatera Utara

e. Macet (loss), apabila memenuhi kriteria :
1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270
hari, atau
2) Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru, atau
3) Dari segi hukum kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar.
Namun dalam keadaan tertentu selanjutnya, suatu kredit memenuhi kriteria
lancar (pass), dalam perhatian khusus (special mention), kurang lancar (substandard),
dan diragukan (doubtful), apabila menurut penilaian keadaan usaha peminjam
diperkirakan

tidak

mampu

untuk

mengembalikan

sebagian

atau

seluruh

kewajibannya, maka kredit tersebut digolongkan pada kualitas yang lebih rendah atas
dasar penilaian yang berpedoman pada indikator tambahan sebagaimana terdapat
pada lampiran 1 (satu) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.30/267/DIR
tanggal 27 Februari 1998 tentang Kualitas Aktiva Produktif.

2. Faktor Penyebab Munculnya Kredit Macet
Penyebab lahirnya kredit macet setidak-tidaknya disebabkan oleh dua hal,
yaitu kondisi internal dan eksternal. Secara internal masih banyak pejabat bank yang
bertindak dengan tidak mematuhi Undang-Undang Perbankan dan management bank.
Sedangkan secara eksternal dapat disebabkan oleh perubahan kebilakan moneter dan

Universitas Sumatera Utara

kondisi perekonomian bangsa.121 Terjadinya suatu tindakan kredit macet dalam
perjanjian kredit bank tidak terjadi begitu saja, kredit macet bisa ditumbulkan oleh
karena adanya beberapa hal, berikut adalah hal-hal yang menyebabkan timbulanya
kredit macet yang merupakan kesalahan dari pihak bank atau krediturnya:122
1. Keteledoran bank mematuhi peraturan pemberian kredit yang telah digariskan;
2. Terlalu mudah memberikan kredit, yang disebabkan karena tidak ada patokan
yang jelas tentang standar kelayakan permintaan kredit yang diajukan;
3. Konsentrasi dana kredit pada sekelompok debitur atau sektor usaha yang beresiko
tinggi;
4. Kurang memadainya jumlah eksekutif dan staf bagian kredit yang berpengalaman;
5. Lemahnya bimbingan dan pengawasan pimpinan kepada para eksekutif dan staf
bagian kredit;
6. Jumlah pemberian kredit yang melampaui batas kemampuan bank;
7. Lemahnya kemampuan bank mendeteksi kemungkinan timbulnya kredit
bermasalah, termasuk mendeteksi arah perkembangan arus kas (cash flow) debitur
lama;
Sedang faktor-faktor penyebab kredit macet yang diakibatkan karena
kesalahan pihak debitur antara lain:

121

Tan Kamello, Penyelesaian Kredit Macet Dengan Eksekusi Jaminan, Makalah Dalam
Seminar Nasional Perspektif Notaris Sebagai Pejabat Lelang, Diselenggarakan Oleh Sekolah Pasca
Sarjana Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan 14 April 2007 hal 4.
122
Pengertian kredit macet, Penyebab dan Cara Penyelesaian kredit macet,
http://abg01.blogspot.com/2014/08/pengertian-kredit-macet-penyebab-dan.html diakses tanggal 31
Agustus. 2015

Universitas Sumatera Utara

1.

Menurunnya kondisi usaha bisnis perusahaan, yang disebabkan merosotnya
kondisi ekonomi umum dan/atau bidang usaha dimana mereka beroperasi:

2.

Adanya salah urus dalam pengelolaan usaha bisnis perusahaan, atau karena
kurang berpengalaman dalam bidang usaha yang mereka tangani;

3.

Problem keluarga, misalnya perceraian, kematian, sakit yang berkepanjangan,
atau pemborosan dana oleh salah satu atau beberapa orang anggota keluarga
debitur;

4.

Kegagalan debitur pada bidang usaha atau perusahaan mereka yang lain;

5.

Kesulitan likuiditas keuangan yang serius;

6.

Munculnya kejadian di luar kekuasaan debitur, misalnya perang dan bencana
alam;

7.

Watak buruk debitur (yang dari semula memang telah merencanakan tidak akan
mengembalikan kredit).

3. Upaya Untuk Mencegah Terjadinya Kredit Macet
Upaya hukum yang dapat dilakukan dalam penyelamatan kredit macet dapat
dilihat didalam Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 23/12/BPPP tanggal 28
Februari 1991 tentang beberapa kebijakan yaitu:123
1. Melalui rescheduling (penjadwalan kembali);

123

Zainal Asikin, Pokok-Pokok Hukum Perbankan Indonesia,( Jakarta : RajaGrafindoPersada,
1995), hal 65.

Universitas Sumatera Utara

Yaitu suatu upaya untuk melakukan perubahan terhadap beberapa syarat
perjanjian kredit yang berkenaan dengan jadwal pembayaran kembali. Jangka waktu
kredit termasuk masa tenggang (grace period), termasuk perubahan jumlah angsuran,
bila perlu dengan penambahan kredit. Dengan penjadwalan kembali pelunasan kredit,
bank memberi kelonggaran kepada debitur untuk membayar hutangnya yang telah
jatuh tempo, dengan jalan menunda tanggal jatuh tempo tersebut.
Apabila pelunasan kredit dilakukan dengan cara mengangsur, dapat juga bank
menyusun jadwal baru angsuran kredit untuk meringankan kewajiban kreditur dalam
melaksanakannya. Jumlah pembayaran kembali tiap angsuran dapat disesuaikan
dengan perkembangan likuiditas keuangan (cash ending balance) debitur. Dengan
demikian diharapkan debitur mampu melunasi kredit yang tertunggak tanpa harus
mengorbankan kelancaran operasi bisnis perusahaan mereka.
Upaya penyelamatan kredit dengan jalan penjadwalan kembali pelunasan
kredit terutama dilakukan apabila debitur tidak dapat melunasi pembayaran kredit
atau angsuran kredit yang telah jatuh tempo, namun dari hasil evaluasi bank
mengetahui bahwa prospek kondisi keuangan debitur dimasa depan tidak
mengkhawatirkan. Dengan perkataan lain likuiditas yang dihadapi debitur sifatnya
hanya sementara. Waktu perpanjangan tanggal jatuh tempo dalam penjadwalan
kembali pelunasan kredit tidak boleh terlalu lama.
Perpanjangan tanggal jatuh tempo pelunasan kredit yang terlalu lama dapat
mengurangi tingkat keseriusan penanganan kredit bermasalah. Debitur merasa bahwa
Bank tidak mendesak mereka untuk mereka melunasi hutangnya. Sehingga mereka

Universitas Sumatera Utara

merasa tidak perlu tergesa-gesa mencari sumber dana pelunasan. Lebih berbahaya
lagi bila debitur merasa bahwa bank tidak serius mendesak mereka untuk segera
melunasi hutangnya. Ada kemungkinan debitur mempergunakan kelebihan uang yang
mereka peroleh selama masa penjadwalan kembali untuk mendanai keperluan lain
yang tidak ada hubungannya dengan pelunasan kredit.

2.Melalui reconditioning (persyaratan kembali).
Yaitu melakukan perubahan atas sebagian atau seluruh syarat-syarat
perjanjian yang tidak terbatas hanya kepada perubahan jadwal angsuran dan atau
jangka waktu kredit saja. Namun perubahan kredit tersebut tanpa memberikan
tambahan kredit atau tanpa melakukan konversi atasseluruh atau sebagian dari kredit
menjadi equity perusahaan.

3.Penataan Kembali (restructuring).
Yaitu upaya berupa melakukan perubahan syarat-syarat perjanjian kredit
berupa pemberian tambahan kredit, atau melakukan konversi atas seluruh atau
sebagian kredit menjadi perusahaan, yang dilakukan dengan atau tanpa rescheduling
dan atau reconditioning. Tujuan utama penataan kembali persyaratan kredit adalah
memperkuat posisi tawar menawar Bank dengan debitur. Dalam rangka penataan
kembali persyaratan kredit itu, isi perjanjian kredit ditinjau kembali dan bila perlu
ditambah atau dikurangi. Upaya penyelamatan kredit ini biasanya dilakukan seiring

Universitas Sumatera Utara

dengan upaya penjadwalan kembali pelunasan kredit. Agar tidak terjadi cacat hukum
dalam perjanjian kredit yang diperbaharui.
Restructuring atau biasanya di bank juga di sebut sebagai restrukturisasi,
restrukturisasi kredit adalah124 upaya perbaikan yang dilakukan bank dalam kegiatan
perkreditan

terhadap

debitur

yang

mengalami

kesulitan

untuk

memunhi

kewajibannya, yang dilakukan antara lain melalui:
a.

Penurunan suku bunga kredit

b.

Perpanjangan jangka waktu kredit

c.

Pengurangan tunggakan bunga kredit

d.

Pengurangan tunggakan pokok kredit

e.

Penambahan fasilitas kredit, dan atau

f.

Konveri kredit menjadi penyertaan modal sementara.

4. Suplesi (Penambahan nilai kredit)
Biasanya dilakukan apabila adanya penambahan fasilitas kredit yang
dilakukan oleh pihak debiturnya, hal ini biasanya dianjurkan oleh bagian AO
(Account Officer).

124

M.Bahsan, Op.Cit, hal 92

Universitas Sumatera Utara

C. Tindakan Wanprestasi dalam Perjanjian Kredit
1.

Konsep dan Bentuk Wanprestasi
Sebelum membahas mengenai bagaimana wanprestasi dalam suatu perjanjian

kredit itu, terlebih dahulu haruslah dipahami mengenai prestasi. Prestasi atau yang
dalam bahasa Inggris disebut juga dengan istilah “performance” dalam hukum
kontrak dimaksudkan sebagai suatu pelaksanaan hal-hal yang tertulis dalam suatu
kontrak oleh pihak yang telah mengikatkan diri untuk itu, pelaksanaan mana sesuai
dengan “term” dan “condition” sebagaimana disebutkan dalam kontrak yang
bersangkutan.125
Pengertian prestasi adalah sesuatu yang wajib dipenuhi oleh debitur dalam
setiap perikatan. Prestasi sama dengan objek perikatan. Dalam hukum perdata
kewajiban memenuhi prestasi selalu disertai jaminan harta kekayaan debitur. Dalam
Pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata dinyatakan bahwa semua harta kekayaan debitur
baik bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada,
menjadi jaminan pemenuhan hutangnya terhadap kreditur. Tetapi jaminan umum ini
dapat dibatasi dengan jaminan khusus berupa benda tertentu yang ditetapkan dalam
perjanjian antara pihak-pihak. 126

125

Munir Fuady, Hukum Kontrak (dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), (Bandung: Citra
Aditya Bakti, 1999), hal 87.
126
Prestasi dan Wanprestasi, http://sangkoeno.blogspot.com/2015/01/prestasi-danwanprestasi.html diakses tanggal 31 Agustus 2015

Universitas Sumatera Utara

Pasal 1131: “Segala kebendaan si berutang baik yang bergerak maupun yagn tidak
bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada dikemudian hari,
menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan.127
Pasal 1132: “Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersams-sama bagi semua orang
yang mengutangkan padanya, pendapatan penjualan benda-benda itu
dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar-kecilnya
piutang masing-masin, kecuali apabila di antara para berpiutang itu ada
alasan-alasan yang sah untuk didahulukan.”128
Berdasarkan Pasal 1234 KUHPerdata, wujud dari suatu prestasi itu terbagi
menjadi tiga, yakni:
a. Memberikan sesuatu
b. Untuk berbuat sesuatu, dan
c. Untuk tidak berbuat sesuatu
Sifat-sifat prestasi adalah sebagai berikut :129
a.

Harus sudah tertentu dan dapat ditentukan. Jika prestasi tidak tertentu atau tidak
ditentukan mengakibatkan perikatan batal (nietig).

b.

Harus mungkin, artinya prestasi itu dapat dipenuhi oleh debitur secara wajar
dengan segala usahanya. Jika tidak demikian perikatan batal (nietig).

c.

Harus diperbolehkan (halal), artinya tidak dilarang oleh undang-undang, tidak
bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum. Jika prestasi itu tidak
halal, perikatan batal (nietig).
127

Pasal 1131 BW
Pasal 1132 BW
129
Ibid, Prestasi dan Wanprestasi.
128

Universitas Sumatera Utara

d.

Harus ada manfaat bagi kreditur, artinya kreditur dapat menggunakan,
menikmati, dan mengambil hasilnya. Jika tidak demikian, perikatan dapat
dibatalkan (vernietigbaar).

e.

Terdiri dari satu perbuatan atau serentetan perbuatan. Jika prestasi terdiri dari
satu perbuatan dilakukan lebih dari satu, mengakibatkan pembatalan perikatan
(vernietigbaar).
Perkataan wanprestasi berasal dari bahasa Belanda, yang artinya prestasi

buruk, yang dapat berupa 4 (empat) macam :130
1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya
2. Melaksanakan apa yang dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana yang dijanjikan
3. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat
4. Melakukan sesuatu yang menurutperjanjian tidak boleh dilakukannya
Wanprestasi adalah suatu sikap dimana seseorang tidak memenuhi atau lalai
melaksanakan kewajiban sebagai mana yang telah ditentukan dalam perjanjian yang
dibuat antara kreditur dan debitur131. Pengertian Wanprestasi adalah tidak memenuhi
sesuatu yang diwajibkan sebagaimana yang telah ditetapkan oleh perikatan.132
Pengertian mengenai wanprestasi, sebagaimana terdapat dalam Pasal 1238
KUHperdata :
“Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan
sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya
130

R. Subekti, Hukum Perjanjian,(Jakarta: Pembimbing Masa,1963), hal 48 .
Abdul R Saliman, Esensi Hukum Bisnis Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2004), hal. 15
132
Prestasi dan Wanprestasi
http://sangkoeno.blogspot.com/2015/01/prestasi-danwanprestasi.html diakses tanggal 28 Agustus 2015.
131

Universitas Sumatera Utara

sendiri, ialah jika ia menerapkan, bahwa si berutang harus dianggap lalai
dengan lewatnya waktu yang ditentukan”.133
Wanprestasi ialah keadaan dimana salah satu pihak tidak melakukan kewajiban,
terlambat atau tidak sempurna melakukan kewajibannya. Keadaan cidera janji
berbeda dengan keadaan di luar kekuasaan atau kemampuan dari pihak yang tidak
dapat melaksanakan kewajibannya. Kemungkinan dapat atau tidak dapat diatasi
keadaan di luar kuasa/kemampuan harus diberitahukan dengan segera kepada pihak
lainnya dan bahwa telah dicoba untuk mengatasi keadaan tersebut sebatas masuk akal
sehingga tidak dapat digolongkan pada cidera janji. 134
Wanprestasi (breach of contract) adalah pelanggaran atau kegagalan untuk
melaksanakan ketentuan kontrak atau perjanjian yang mengikat secara hukum. Ada
dua jenis wanprestasi, yaitu wanprestasi total (total breach) dan wanprestasi parsial
(partial breach). Pada wanprestasi total, pelaksanaan kontrak sudah tidak mungkin
dilaksanakan, sedangkan pada wanprestasi parsial pelaksanaan kontrak masih
mungkin. Macam-macam bentuk keadaan wanprestasi:135
1.

Tidak terpenuhinya prestasi sama sekali.

2.

Ada prestasi, tetapi tidak sesuai dengan harapan.

3.

Memenuhi prestasi, tetapi tidak tepat waktunya (terlambat) dari waktu yang telah
dijanjikan.

133

Pasal 1238 BW
Herlien Budiono, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan,(Bandung:
Citra Aditya Bakti, 2010) hal. 258-259
135
Wanprestasi, http://kamusbisnis.com/arti/wanprestasi/, diakses tanggal 20 Oktober 2015.
134

Universitas Sumatera Utara

4. Melakukan sesuatu yang menurut perikatan/perjanjian tidak boleh dilakukan,
demi tercapainya suatu prestasi.
Seorang debitur baru dikatakan wanprestasi apabila dia telah diberikan somasi
dan pengadilanlah yang akan memutuskan, apakah debitur wanprestasi atau tidak.

2.

Sebab-Sebab Timbulnya Wanprestasi Dan Akibat Hukumnya
Faktor yang penyebab wanprestasi ada dua, yaitu :136

a. Karena kesalahan debitur, baik yang disengaja maupun karena kelalaian.
b. Karena keadaan memaksa (evermacht), force majeure, jadi di luar kemampuan
debitur. Debitur tidak bersalah.
Untuk menentukan dalam keadaan bagaimana debitur dikatakan wanprestasi, ada
tiga keadaan yaitu :
a. Debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali,
b. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak baik atau keliru,
c. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak tepat waktu atau terlambat.
Akibat hukum dari debitur yang telah melakukan wanprestasi adalah hukuman
atau sanksi berupa:137
a. Debitur wajib membayar ganti kerugian yang telah diderita oleh kreditur (Pasal
1243 KUHPerdata).

136
137

Op.Cit, Prestasi dan Wanprestasi.
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

b. Apabila perikatan timbal balik, kreditur dapat menuntut pembatalan perikatan
melalui Hakim (Pasal 1266 KUHPerdata).
c. Dalam perikatan untuk memberikan sesuatu, resiko beralih kepada debitur sejak
terjadi wanprestasi (Pasal 1237 ayat (2) KUHPerdata).
d. Debitur wajib memenuhi perikatan jika masih dapat dilakukan atau pembatalan
disertai pembayaran ganti kerugian (Pasal 1267 KUHPerdata).
e. Debitur wajib membayar biaya perkara, jika diperkarakan di Pengadilan Negeri dan
debitur dinyatakan bersalah.

3. Terjadinya Tindakan Wanprestasi Yang Hanya Berlandaskan Surat Kuasa
Membebankan Hak Tanggungan.
Kredit macet adalah termasuk suatu tindakan wanprestasi, karena kredit macet
dapat terjadi apabila debitur tidak mampu melaksanakan prestasinya sesuai jangka
waktu yang telah ditentukan dalam perjanjian. Sebagaimana yang sudah ada
ditetapkan dalam SPPK yang dimana didalamnya tertera hal-hal yang akan menjadi
pokok dalam perjanjian kredit untuk dilaksanakan, yang dimana ternyata debitur tidak
dapat memenuhi perjanjian dalam dalam SPPK yang telah disetujuinya sebelumnya,
hinggal timbulah suatu tindakan kredit macet yang dimana adalah termasuk tindakan
wanprestasi.
Terhadap perjanjian kredit yang hanya berlandaskan SKMHT saja sulit untuk
dikemudian hari untuk di eksekusikan atau untuk dilelang, karena tidak adanya

Universitas Sumatera Utara

peningkatan ke APHT hingga tidak adanya suatu hak tanggungan atau sertifikat yang
muncul untuk dapat dilelangkan.
Apabila hanya diikuti dengan SKMHT dan tidak dilanjuti dengan pembuatan
APHT tentunya nanti tidak dapat dilelang, karena jaminan kredit bank hanya
dilakukan berdasarkan SKMHT saja. Bisa dilakukannya tindakan pengeksekusian
apabila diikuti dengan APHT, karena yang dapat dieksekusi atau dilelang ke Balai
Lelang adalah hak tanggunan yang sudah berbentuk sertifikat yang sudah didaftarkan
ke BPN.
Seperti yang dapat diketahui bahwa perjanjian kredit yang hanya diikuti
dengan pembuatan SKMHT biasanya karena adanya hal-hal tertentu, biasanya
masyarakat yang hanya melakukan pinjaman sebesar Rp.50.000.000,- (lima puluh
juta rupiah), biasanya dilakukan oleh masyarakat menengah ke bawah. Sehingga
apabila terjadinya tindakan wanprestasi dalam hal ini tentu bank yang akan dirugikan,
masyarakat menengah kebawah tersebut tidak memiliki biaya tentunya untuk
meningkatkan ke APHT, yang dimana untuk peningkatan ke APHT untuk dapat
keluarnya sertifikat yang dapat digunakan untuk dilelang nanti karena adanya
wanprestasi. Biasanya bank akan membantu untuk penyelesaian wanprestasi ini,
biasanya dilakukan secara kekeluargaan.138
Secara kekeluargaan ini maksudnya juga bisa melalui bantuan dari pihak
bank, kemungkinan pihak bank akan mencari masyarakat lain yang mau membeli
rumah atau jaminan kredit yang akan dilelangkan tersebut, secara kekeluargaan
melalui perjanjian dibawah tangan, tidak dilakukan melalui Balai Lelang karena tidak
adanya sertifikat yang timbul, hanya adanya SKMHT saja.139
Jika debitur wanpretasi sedangkan kreditur hanya memegang dan menyimpan
SKMHT maka upaya yang dapat dilakukan adalah:140
138

Berdasarkan hasil wawancara dengan Notaris Henny Triana Barus,SH
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Aidil pegawai Bank BRI unit setia budi
bagian adminstrasi kredit
140
Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan, KEKUATAN MENGIKAT SURAT KUASA
MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN DALAM PERJANJIAN UTANG PIUTANG MENURUT
UU NO 4 TAHUN 1996 Ahmaturrahman, Sri Turatmiyah Universitas Sriwijaya, Palembang
139

Universitas Sumatera Utara

a. Kreditur meminta kepada debitur agar segera dibuatkan APHT kemudian
mendaftarkan ke Kantor Pendaftaran Tanah setempat.
b. Perjanjian kredit yang diperbolehkan hanya dibuat SKMHT hanya perjanjian kredit
di bawah 50 (lima puluh) Juta Rupiah. Kredit dengan besaran di atas 50 (lima
puluh) juta harus dan wajib dibuat APHT yang didaftarkan sehingga kreditur
sudah mendapat kepastian dan perlindungan hukum dari APHT yang didaftarkan
karena mempunyai “kekuatan eksekutorial”.
c. Jika debitur wanprestasi maka, berdasarkan sertifikat Hak Tanggungan tersebut,
maka kreditur pemegang hak tanggungan mempunyai kekuatan eksekutorial untuk
menjual benda objek jaminan dengan “pelelangan umum:.
Perjanjian kredit dengan jaminan Hak Tanggungan akan berakhir atau
utangnya akan lunas dengan cara:141
a. Perjanjian utang akan berakhir dengan dilaksanakannya atau di eksekusinya
perjanjian utang piutang itu dengan dilunasinya utang atau dipenuhinya prestasi
secara suka rela oleh debitur. Dalam hal ini tidak terjadi wanprestasi.
b. Apabila terjadi wanpretasi maka kreditur dapat mengadakan parate eksekusi
dengan menjual lelang barang yan

Dokumen yang terkait

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT) SEBAGAI JAMINAN KREDIT Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) sebagai Jaminan Kredit(Studi Kasus di Bank BRI Cabang Sragen Unit Sepat).

0 2 19

PELAKSANAAN SURAT KUASA DALAM MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT) KEPADA BANK SEBAGAI JAMINAN KREDIT PADA BANK NAGARI CABANG UTAMA PADANG.

0 0 6

KEKUATAN HUKUM SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK.

0 14 55

penyelesaian hukum bagi bank atas kredit macet dengan jaminan tanah menggunakan surat kuasa membebankan hak tanggungan (SKMHT).

0 0 1

Pelakasanaan Perjanjian Kredit Bank Dengan Jaminan Kredit Yang Hanya Diikuti Dengan Pembuatan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT)

0 0 19

Pelakasanaan Perjanjian Kredit Bank Dengan Jaminan Kredit Yang Hanya Diikuti Dengan Pembuatan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT)

0 0 2

Pelakasanaan Perjanjian Kredit Bank Dengan Jaminan Kredit Yang Hanya Diikuti Dengan Pembuatan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT)

0 0 27

Pelakasanaan Perjanjian Kredit Bank Dengan Jaminan Kredit Yang Hanya Diikuti Dengan Pembuatan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT)

0 0 38

Pelakasanaan Perjanjian Kredit Bank Dengan Jaminan Kredit Yang Hanya Diikuti Dengan Pembuatan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT)

0 0 7

Tinjauan Yuridis Terhadap Pembuatan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan dalam Hal Take Over Kredit Jual Beli Antar Bank Chapter III V

0 0 46