Pelakasanaan Perjanjian Kredit Bank Dengan Jaminan Kredit Yang Hanya Diikuti Dengan Pembuatan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT)
ABSTRAK
PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT BANK DENGAN JAMINAN
KREDIT YANG HANYA DIIKUTI OLEH PEMBUATAN SURAT KUASA
MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT)
Perjanjian kredit merupakan suatu perjanjian konsensuil antara debitur (nasabah
bank) dengan kreditur (bank) yang melahirkan hubungan hutang piutang dengan
debitur yang berkewajiban membayar kembali pinjaman yang diberikan oleh kreditur
dengan berdasarkan syarat dan kondisi yang telah ditetapkan oleh para pihak.
Kegiatan perjanjian kredit biasanya dilakukan oleh masyarakat dengan tujuan adanya
untuk meminjam uang ke bank dengan memberikan suatu jaminan kepada bank, yang
dimana jaminan tersebut berguna bagi bank sebagai pegangannya bank, apabila
terjadi masalah dikemudian hari terhadap perjanjian kredit tersebut bank dapat
melakukan tindakan terhadap jaminan debiturnya, dalam hal ini maksudnya dapat
dilakukan lelang ataupun sita jaminan terhadap perjanjian kredit yang mengalami
suatu kendala. Terhadap perjanjian kredit yang hanya diikuti dengan pembuatan
SKMHT berlaku dengan syarat dan kondisi tertentu. Maksudnya dalam hal ini,
perjanjian kredit yang hanya diikuti dengan SKMHT adalah debitur yang melakukan
pinjaman kepada bank hanya sebesar Rp.50.000.000 (lima puluh juta rupiah), ataupun
terhadap perjanjian kredit yang hanya untuk kredit perumahan (KPR) saja.
Mengingat bahwa penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum dengan metode
pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian hukum doktriner yang mengacu kepada
norma-norma hukum yang terdapat di dalam perundang-undangan. Artinya dalam
penelitian ini yang dipergunakan adalah merujuk pada sumber hukum yakni
penelitian yang mengacu ada norma-norma yang terdapat dalam perangkat hukum,
maka penelitian ini menekankan kepada sumber-sumber bahan hukum primer, baik
berupa peraturan-peraturan maupun teori-teori hukum.
Perjanjian kredit bank yang hanya diikuti dengan pembuatan SKMHT tidak memiliki
kekuatan hukum yang kuat karena tidak adanya diikat dengan Hak Tanggungan
nantinya, karena pada dasarnya SKMHT hanyalah berupa lembaga kuasa bukan suatu
lembaga jaminan. Sehingga apabila dikemudian hari debitur terjadi kredit macet dan
perjanjian kredit hanya diikuti dengan SKMHT untuk melakukan pengeksekusiannya
adalah dengan melakukan gugatan secara perdata terhadap debitur dan meletakan sita
jaminan terhadap terhadap jaminan si debitur.
Kata Kunci: Perjanjian Kredit, SKMHT.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF BANK CREDIT AGREEMENT WITH
COLLATERAL WHICH IS APPROVED WITH THE MAKING OF
POWER OF ATTORNEY FOR HYPOTHECATION
Credit agreement is a consensual agreement between the debtor (bank customer) and
the creditor (bank) establishing debits and credits relationship that obliges the debtor
to pay back the loan given by the creditor under terms and conditions determined by
the stakeholders. Credit Agreement is usually carried out by the society with aim to
borrow some money from a bank by providing collateral, which gives security to the
bank, in case a problem emerges in the future upon the credit agreement, the bank
may take an action towards the collateral, meaning that the collateral can be sold by
auction or confiscated due to the credit agreement that experiences a problem.
Towards the credit agreement which is approved with the making of SKMHT (the
power of attorney for hypothecation), there are terms and conditions apply. It means
that, usually a credit agreement which is approved with the making of SKMHT is the
debtor who borrows 50,000,000 rupiahs (fifty million rupiahs) from a bank, or the
credit agreement for KPR (House Ownership Credit).
This research applied normative juridical legal research methodology, which is a
doctrinaire legal research referring to legal norms set in the legislation. This
research referred to legal sources, namely researches referring to norms in the set of
laws, thus this research emphasized on primary legal sources, either regulations or
legal theories.
Credit agreement which is approved with the making of SKMHT does not have strong
legal force due to the absence of legal bond with the mortgage in the future, because
basically SKMHT is only an authority granting, not a collateral granting. Therefore,
if in the future the debtor finds difficulty paying back the loan, the credit agreement
which was approved with the making of SKMHT can only be executed by issuing civil
complaint to the debtor and putting the debtor’s collateral into confiscation.
Keywords: Credit Agreement, SKMHT.
Universitas Sumatera Utara
PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT BANK DENGAN JAMINAN
KREDIT YANG HANYA DIIKUTI OLEH PEMBUATAN SURAT KUASA
MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT)
Perjanjian kredit merupakan suatu perjanjian konsensuil antara debitur (nasabah
bank) dengan kreditur (bank) yang melahirkan hubungan hutang piutang dengan
debitur yang berkewajiban membayar kembali pinjaman yang diberikan oleh kreditur
dengan berdasarkan syarat dan kondisi yang telah ditetapkan oleh para pihak.
Kegiatan perjanjian kredit biasanya dilakukan oleh masyarakat dengan tujuan adanya
untuk meminjam uang ke bank dengan memberikan suatu jaminan kepada bank, yang
dimana jaminan tersebut berguna bagi bank sebagai pegangannya bank, apabila
terjadi masalah dikemudian hari terhadap perjanjian kredit tersebut bank dapat
melakukan tindakan terhadap jaminan debiturnya, dalam hal ini maksudnya dapat
dilakukan lelang ataupun sita jaminan terhadap perjanjian kredit yang mengalami
suatu kendala. Terhadap perjanjian kredit yang hanya diikuti dengan pembuatan
SKMHT berlaku dengan syarat dan kondisi tertentu. Maksudnya dalam hal ini,
perjanjian kredit yang hanya diikuti dengan SKMHT adalah debitur yang melakukan
pinjaman kepada bank hanya sebesar Rp.50.000.000 (lima puluh juta rupiah), ataupun
terhadap perjanjian kredit yang hanya untuk kredit perumahan (KPR) saja.
Mengingat bahwa penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum dengan metode
pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian hukum doktriner yang mengacu kepada
norma-norma hukum yang terdapat di dalam perundang-undangan. Artinya dalam
penelitian ini yang dipergunakan adalah merujuk pada sumber hukum yakni
penelitian yang mengacu ada norma-norma yang terdapat dalam perangkat hukum,
maka penelitian ini menekankan kepada sumber-sumber bahan hukum primer, baik
berupa peraturan-peraturan maupun teori-teori hukum.
Perjanjian kredit bank yang hanya diikuti dengan pembuatan SKMHT tidak memiliki
kekuatan hukum yang kuat karena tidak adanya diikat dengan Hak Tanggungan
nantinya, karena pada dasarnya SKMHT hanyalah berupa lembaga kuasa bukan suatu
lembaga jaminan. Sehingga apabila dikemudian hari debitur terjadi kredit macet dan
perjanjian kredit hanya diikuti dengan SKMHT untuk melakukan pengeksekusiannya
adalah dengan melakukan gugatan secara perdata terhadap debitur dan meletakan sita
jaminan terhadap terhadap jaminan si debitur.
Kata Kunci: Perjanjian Kredit, SKMHT.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF BANK CREDIT AGREEMENT WITH
COLLATERAL WHICH IS APPROVED WITH THE MAKING OF
POWER OF ATTORNEY FOR HYPOTHECATION
Credit agreement is a consensual agreement between the debtor (bank customer) and
the creditor (bank) establishing debits and credits relationship that obliges the debtor
to pay back the loan given by the creditor under terms and conditions determined by
the stakeholders. Credit Agreement is usually carried out by the society with aim to
borrow some money from a bank by providing collateral, which gives security to the
bank, in case a problem emerges in the future upon the credit agreement, the bank
may take an action towards the collateral, meaning that the collateral can be sold by
auction or confiscated due to the credit agreement that experiences a problem.
Towards the credit agreement which is approved with the making of SKMHT (the
power of attorney for hypothecation), there are terms and conditions apply. It means
that, usually a credit agreement which is approved with the making of SKMHT is the
debtor who borrows 50,000,000 rupiahs (fifty million rupiahs) from a bank, or the
credit agreement for KPR (House Ownership Credit).
This research applied normative juridical legal research methodology, which is a
doctrinaire legal research referring to legal norms set in the legislation. This
research referred to legal sources, namely researches referring to norms in the set of
laws, thus this research emphasized on primary legal sources, either regulations or
legal theories.
Credit agreement which is approved with the making of SKMHT does not have strong
legal force due to the absence of legal bond with the mortgage in the future, because
basically SKMHT is only an authority granting, not a collateral granting. Therefore,
if in the future the debtor finds difficulty paying back the loan, the credit agreement
which was approved with the making of SKMHT can only be executed by issuing civil
complaint to the debtor and putting the debtor’s collateral into confiscation.
Keywords: Credit Agreement, SKMHT.
Universitas Sumatera Utara