T1__ BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Perhatian Orang Tua dengan Perilaku Agresif Remaja Kelas XI di SMA Bhineka Karya 3 Boyolali Tahun Ajaran 20162017 T1 BAB II

BAB II
LANDASAN TEORI

1.1. Perilaku Agresi
1.1.1. DefinisiPerilaku Agresi
Menurut Buss (dalam Sarah, 2005) mendefinisikan perilaku agresif
sebagai suatu perilaku yang dilakukan secara sengaja yang dapat dilakukan
secara langsung atau tidak langsung (secara fisik dan verbal) yang
dimaksudkan untuk menyakiti makhluk hidup lain. Buss & Perry (1992)
mendefinisikan perilaku agresif sebagai suatu kecenderungan perilaku
yang dilakukan secara sengaja untuk menyakiti orang lain secara fisik dan
verbal, amarah dan permusuhan. Selanjutnya Buss & Werren (2000) juga
mengungkapkan

bahwa

bentuk-bentuk

dari

impuls


yang

dapat

menimbulkan tingkah laku agresif adalah kemarahan, emosi, sakit hati,
serta keinginan melukai atau merugikan orang lain.
Baron dan Richardson (dalam Krahe, 2005) mengemukakan agresi
merupakan segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau
melukai orang lain yang terdorong untuk menghindari perlakuan itu.Hal
senada juga diungkapkan oleh (Krahe, 2005) bahwa definisi agresi
disajikan berdasarkan fokusnya terhadap tiga aspek yaitu akibat
merugikan/menyakitkan, niat, dan harapan untuk merugikan, dan

10

keinginan orang yang menjadi sasaran agresi untuk menghindari stimuli
yang merugikan itu.
Buss (dalam Indarsih, 2003) mengemukakan manusia dalam kaitan
kehidupannya tidak terlepas dari perilaku agresif. Perilaku agresif sudah

mulai nampak sejak individu tersebut memasuki masa kanak-kanak.
Menurut Indarsih (2003) bentuk-bentuk perilaku agresif yang diarahkan ke
luar maupun ke dalam adalah merupakan gejala umum tingkah laku
agresif. Contoh perilaku diarahkan ke luar maupun ke dalam diri seseorang
seperti bertindak kasar sehingga menyakiti orang lain, berkelahi, membuat
onar di sekolah, mengolok-olok secara berlebihan, mengabaikan perintah
dan melanggar perintah. Sedangkan bentuk perilaku agresif yang diarahkan
ke dalam antara lain kecenderungan putus asa, dan rasa tidak aman
sehingga menarik diri dari kegiatan, cenderung tidak tertarik pada
kesenangan yang sifatnya berkelompok, apatis terhadap kegiatan sekolah
ataupun masyarakat.
Teori belajar mengungkapkan bahwa perilaku agresif merupakan
perilaku yang dilakukan serta memiliki tujuan untuk melukai korban,
dalam hal itu di dahului oleh observasi terhadap model (contoh agresi).
Motif utama perilaku agresif sendiri adalah keinginan untuk menyakiti
orang lain atau melukai orang lain yang tidak disadari yang tidak
memperdulikan realitas, tidak terpengaruh oleh waktu, tidak menyensor
diri sendiri dan bekerja atas dasar prinsip kesenangan serta amoral untuk
11


mengekspresikan

perasaan-perasaan

negatif

atau

keinginan

untuk

mengekspresikan perasaan-perasaan negatif .
Berdasarkan pendapat diatas, penulis merasa tertarik dengan
pendapat Buss & Perry sehingga penulis menyimpulkan perilaku agresif
dengan berdasarkan definisi yang dibuat oleh Buss & Perry (1992) bahwa
perilaku agresif adalah suatu kecenderungan perilaku yang dilakukan
secara sengaja untuk menyakiti orang lain secara fisik dan verbal, amarah
dan permusuhan.


1.1.2. Jenis-jenis perilaku Agresi
Secara umum Myers (dalam Sarwono, 2002) membagi agresi
sebagai berikut:
1. Agresi rasa benci atau agresi emosi (hostile aggression) adalah
perilaku agresi yang ditandai dengan emosi yang tinggi dan dilakukan
semata-mata sebagai pelampiasan keinginan untuk melukai atau
menyakiti.
2. Agresi instrumental adalah perilaku agresi yang dilakukan oleh
individu sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu.
Berkowitz (1995), membedakan agresi menurut sasarannya kedalam
duajenis, yaitu:
1. Agresi Instrumental, yaitu agresi yang dilakukan oleh individu
sebagai alat atau cara untukmencapai tujuan tertentu.

12

2. Agresi Impulsif, yaitu agresi yang dilakukan semata-mata sebagai
pelampiasan

keinginan


untukmelukai,

menyakiti

dan

juga

menimbulkan efek kerusakan, kematian pada korban.
Buss & Perry (1992), berpendapat bahwa ada empat bentuk pola agresi
yang biasa dilakukan oleh individu, yaitu :
1. Agresi fisik
Agresi yang dilakukan untuk melukai orang lain secara fisik, seperti
memukul, menendang dan lain-lain.
2. Agresi verbal
Agreesi yang dilakukan secara verbal kepada lawan, seperti
mengumpat, menyebarkan cerita yang tidak menyenangkan tentang
korban kepada orang lain, memaki, mengejek, membentak, dan
berdebat.


3. Agresi Benci
Agresi yang semata-mata dilakukan sebagai pelampiasan keinginan
untuk melukai, menyakiti atau agresi yang tanpa tujuan selain untuk
menimbulkan efek kerusakan, kesakitan atau kematian pada sasaran
atau korban.
4. Agresi instrumental
Agresi yang dilakukan oleh organisme atau individu sebagai alat atau
cara untuk mencapai tujuan tertentu.
13

1.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Agresi
Menurut Davidoff (dalam Mutadin, 2002)perilaku agresif remaja
dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1. Faktor Biologis
Ada beberapa faktor biologis yang mempengaruhi perilaku
agresif yaitu:
a. Gen
Tampaknya berpengaruh pada pembentukan sistem neural otak
yang mengatur perilaku agresi. Ada hubungan antara faktor genetik

atau keturunan terhadap perilaku agresif manusia.
b. Sistem otak
Sistem otak yang tidak terlibat dalam agresi ternyata dapat
memperkuat atau menghambat sirkuit neural yang mengendalikan
agresi.
c. Kimia darah
Kimia darah (khususnya hormon seks yang sebagian ditentukan
faktor keturunan) juga dapat mempengaruhi perilaku agresi. Pada
wanita yang sedang mengalami masa haid, kadar hormon kewanitaan
yaitu estrogendan progresteronmenurun jumlahnya akibatnya banyak
wanita

melaporkan

bahwa

perasaan

wanita


menjadi

mudah

tersinggung, gelisah, tegang dan bermusuhan. Selain itu banyak wanita

14

yang melakukan pelanggaran hukum (melakukan tindakan agresi) pada
saat berlangsungnya siklus haid ini.

2. Faktor lingkungan
Yang mempengaruhi perilaku agresif remaja yaitu:
a. Kemiskinan
Remaja yang besar dalam lingkungan kemiskinan, maka perilaku
agresi remaja secara alami mengalami penguatan. Hal yang sangat
menyedihkan adalah dengan berlarut-larut terjadinya krisis ekonomi
dan moniter yang menyebabkan pembengkakan kemiskinan yang
semakin tidak terkendali. Hal ini berarti potensi meledaknya tingkat
agresi semakin besar.

b. Anonimitas
Terlalu banyak rangsangan indra dan kognitif membuat dunia
menjadi sangat impersonal, artinya antara satu orang dengan orang lain
tidak lagi saling mengenal. Lebih jauh lagi, setiap individu cenderung
menjadi anonim (tidak mempunyai identitas diri). Jika seseorang
merasa anonim cenderung berperilaku semaunya sendiri, karena
merasa tidak terikat dengan norma masyarakat dan kurang bersimpati
dengan orang lain.

15

c. Suhu udara yang panas
Suhu suatu lingkungan yang tinggi memiliki dampak terhadap
tingkah laku sosial berupa peningkatan agresivitas. Pada tahun 1968,
US Riot Comision pernah melaporkan bahwa dalam musim panas,
rangkaian kerusuhan dan agresivitas massa lebih banyak terjadi di
Amerika Serikat dibandingkan dengan musim-musim lainnya.

3. Kesenjangan generasi
Adanya perbedaan atau jurang pemisah (gap) antara generasi anak

dengan orang tuanya dapat terlihat dalam bentuk hubungan komunikasi
yang semakin minimal dan seringkali tidak nyambung. Kegagalan
komunikasi antara orang tua dan anak diyakini sebagai salah satu
penyebab timbulnya perilaku agresi pada anak.

4. Amarah
Marah merupakan emosi yang memiliki ciri-ciri aktifitas system
saraf parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang
sangat kuat yang biasanya disebabkan karena adanya kesalahan yang
mungkin nyata-nyata salah atau mungkin tidak. Pada saat amarah ada
perasaan ingin menyerang, meninju, menghancurkan atau melempar
sesuatu dan biasanya timbul pikiran yang kejam. Bila hal tersebut
disalurkan maka terjadilah perilaku agresif.

16

5. Peran belajar model kekerasan
Menyaksikan adegan kekerasan dapat menyebabkan terjadinya
proses belajar peran model kekerasan dan hal ini menjadi sangat efektif
untuk terciptanya perilaku agresif.


6. Frustasi
Frustasi terjadi bila seseorang terhalang oleh sesuatu hal dalam
mencapai suatu tujuan, kebutuhan, keinginan, pengharapan atau
tindakan tertentu. Frustasi ini kemudian melahirkan agresi, karena
agresi bisa meringankan emosi negatif (Bushman, Baumeister, &
Philips, 2001 dalam Davidoff).

7. Proses pendisiplinan yang keliru
Pendidikan disiplin yang otoriter dengan penerapan yang keras
terutama dilakukan dengan memberikan hukuman fisik, dapat
menimbulkan berbagai pengaruh yang buruk bagi remaja. Pendidikan
disiplin seperti ini akan membuat remaja menjadi seorang penakut,
tidak ramah dengan orang lain, membenci orang yang memberi
hukuman, kehilangan spontanitas serta kehilangan inisiatif dan pada
akhirnya melampiaskan kemarahannya dalam bentuk agresi kepada
orang lain.
Menurut Willis (1981), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
agresif adalah sebagai berikut :
17

1. Kondisi pribadi anak
Adalah kondisi baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu ,
lemahnya kontrol diri terhadap lingkungan, kurang mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kurangnya dasar
keagamaan.
2. Kondisi lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga yang kurang memberi kasih sayang dan
perhatian sehingga anak mencarinya dalam kelompok sebaya,
keluarga yang lemah dan keluarga yang kurang harmonis.
3. Kondisi lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat yang kurang sehat, terbelakang pendidikan
pada masyarakat, kurangnya pengawasan terhadap anak jalanan,
pengaruh norma-norma baru yang ada diluar.
4. Kondisi lingkungan sekolah, seperti kurangnya perhatian guru.
(Pearche, 1987dalam Willis, 1981) menyatakan bahwa perilaku
agresif diperoleh dari belajar dengan perantara model dan akibat
timbal balik dengan keadaan sosialnya dan seseorang belajar
melakukan tindak agresi dengan melalui imitasi dan pemberian
penguat.

18

1.1.4. Aspek-Aspek Perilaku Agresif
Buss dan Perry (1992) mengemukakan bahwa ada tiga aspek untuk
mengukur kecenderungan perilaku agresif, diantaranya :
1. Agresi fisik dan verbal
Agresi fisik adalah perilaku yang bertujuan untuk menyerang,
melukai dan melanggar hak orang lain yang dilakukan secara fisik.
Sedangkan agresi verbal adalah perilaku yang bertujuan untuk
menyerang, melukai dan melanggar hak orang lain berupa perkataan atau
ucapan.
2. Kemarahan
Reaksi emosional akut ditimbulkan oleh sejumlah situasi yang
merangsang termasuk ancaman, agresi lahiriah, pengekangan diri,
serangan lisan, kekecewaan atau frustasi, dan dicirikan oleh reaksi darurat
pada sistem syaraf otonomik, khususnya oleh reaksi darurat pada bagian
simpatik, dan secara implikit disebabkan oleh reaksi serangan lahiriah,
baik yang bersifat somatik atau jasmaniah maupun yang verbal atau lisan.
3. Permusuhan
Kecenderungan

ingin

menimbulkan

kerugian,

kejahatan,

gangguan atau kerusakan pada orang-orang lain, kecenderungan
melontarkan rasa kemarahan pada orang lain.

19

1.2.

Perhatian Orang Tua
1.2.1. Pengertian Perhatian Orang Tua
Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil di dalam
masyarakat tetapi menempati kedudukan yang primer dan fundamental,
oleh sebab itu keluarga mempunyai peranan yang besar dan vital dalam
mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal
maupun tahap-tahap kritisnya. Keluarga yang gagal memberi cinta kasih
dan perhatian akan memupuk kebencian, rasa tidak aman dan tindak
kekerasan kepada anak-anaknya. Demikian pula jika keluarga tidak dapat
menciptakan suasana pendidikan, maka hal ini akan menyebabkan anakanak terperosok atau tersesat jalannya.
Seperti yang dikemukakan oleh Verbeek(1978)perhatian orang
tua merupakan hal yang penting, dalam hal ini perhatian diberikan oleh
orang tua yang dinyatakan dalam sikap-sikap terbuka atau terarah dan itu
pun dilakukan secara sadar. Memperhatikan berarti menolong seseorang
berkembang dan ini merupakan suatu proses, suatu cara menjalin relasi
dengan seseorang.
Menurut Crowd (dalam Mugiyati, 2003) bahwa memberikan
perhatian berarti memberi petunjuk pada pikiran-pikiran anak kearah ideide yang utama atau mendorong anak untuk mengatakan sesuatu dengan
keyakinan dan kenyataan yang ada.

20

Seperti yang diterangkan oleh Kartono (2000) bahwa keluarga
merupakan lembaga pertama dan utama dalam melaksanakan proses
sosialisasi dan sivilisasi pribadi anak. Dengan demikian perlu adanya
perhatian dari keluarga karena perhatian keluarga memberikan pengaruh
pada pembentukan watak dan kepribadian anak sertamenjadi unit sosial
terkecil yang memberikan fondasi primer bagi perkembangan anak,
sehingga dalam hal ini perhatian orang tua sangat diperlukan dalam
perkembangan anak.
Remaja tumbuh mulai dari keluarga dan dari orang tualah yang
dekat dengan anak. Dalam hal ini orang tua haruslah menjadi pemimpin
yang baik, yaitu pemimpin yang berada di muka, pemimpin yang berada
ditengah-tengah serta pemimpin yang mengawasi dari belakang. Dengan
bertindak sebagai pemimpin orang tua tidaklah hanya sebatas mengawasi,
tetapi remaja perlu adanya teladan, dorongan dan perhatian dari orang
tua.
Perhatian orang tua merupakan salah satu bagian terpenting dalam
proses perkembangan psikologis remaja dimana pada akhirnya juga akan
mempengaruhi perilaku remaja tersebut. Jadi perhatian orang tua perlu
ditunjukkan dengan respon-respon yang memuaskan karena hal itu dapat
merangsang remaja untuk berperilaku sesuai dengan norma-norma yang
berlaku (Mugiyati, 2003) dan sebaliknya akan menjadi masalah jika
perhatian itu ditunjukkan dengan respon-respon yang kurang memuaskan,
21

mencela atau mengancam pada anak yang melanggar standar moral yang
akibatnya anak merasa tidak aman, merasa kehilangan tempat berlindung
sehingga anak lebih suka kmelakukan hal-hal yang melanggar nilai-nilai
moral untuk menarik perhatian orang tua (Kartono, 1998).
Kartono (dalam Dewi, 2002) perhatian merupakan reaksi umum
dari organisme dan kesadaran yang menyebabkan bertambahnya aktifitas,
daya konsentrasi dan pembatasan. Suryabrata (2000) mengartikan
perhatian adalah pemusatan tenaga psikis yang tertuju pada satu objek,
juga banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas yang
dilakukan.

1.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perhatian Orang Tua
Menurut Ahmadi (1982) hal-hal yang mempengaruhi perhatian orang tua
antara lain
1. Pembawaan
Pembawaan merupakan tipe-tipe pribadi yang dimiliki oleh setiap
orang tua, tipe-tipe kepribadian yang berbeda pada orang tua akan
berbeda pula sikapnya dalam memberikan perhatian kepada anak.
2. Kebutuhan
Kebutuhan merupakan dorongan, sedangkan dorongan itu mempunyai
suatu tujuan yang harus dicurahkan.

22

3. Kewajiban
Kewajiban mengandung unsur tanggung jawab yang harus dipenuhi
oleh orang tua
4. Keadaan Jasmani
Tidak hanya kondisi psikologis tetapi kondisi fisiologis juga ikut
mempengaruhi perhatian orangtua, kondisi fisiologis yang tidak sehat
akan berpengaruh pada usaha orangtua dalam mencurahkan
perhatiannya.
5. Suasana Jiwa
Keadaan batin, perasaan atau pikiran yang sedang berlangsung yang
dapat mempengaruhi perhatian orangtua. Hal ini bisa bersifat
membantu atau sebaliknya bisa juga menghambat usaha orangtua
dalam memberi perhatian.
6. Suasana Sekitar
Merupakan suasana dalam keluarga itu sendiri, misalnya ada
ketegangan diantara anggota keluarga akan mempengaruhi perhatian
orang tua.

1.2.3. Aspek-aspek Perhatian Orang Tua terhadap Anak
Aspek-aspek perhatian orang tua terhadap anak menurut Kartono
(dalam Mugiyati, 2003) antara lain :

23

1. Memantau kegiatan anak
Orang tua memantau kegiatan anak baik didalam maupun diluar
rumah, agar dapat memahami apa saja yang dilakukan oleh anak.
2. Membangkitkan Semangat Belajar
Orang tua harus bisa memotivasi anak untuk rajin belajar, agar anak
dalam belajar juga semangat karena itu merupakan tugas dan
tanggungjawab anak sebagai siswa.
3. Pemenuhan Kebutuhan
Memenuhi kebutuhan anak baik secara materi maupun psikologis
merupakan suatu wujud dari perhatian orang tua.
4. Dorongan Kepada Anak untuk Memenuhi Peraturan
Orang tua harus sabar dalam mengarahkan anak-anaknya untuk
tidak melanggar aturan-aturan yang telah ada. Karena anak remaja
yang sedang mengalami pergolakan di dalam hatinya, biasanya
cenderung

ingin

melakukan

sesuatu

yang

belum

pernah

dilakukannya.
5. Memahami dan mengajak berkomunikasi
Hal ini sangat penting, karena dengan memahami dan mengajak
anak untuk berkomunikasi akan terjalin keakraban. Keakraban
dapat menjadikan saling mengerti danmemahami keinginan antara
orang tua dan anak.

24

1.3. Pengertian Remaja
Menurut Santrock (2002), remaja (adolescene) diartikan sebagai
masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang
mencakup perubahan kognitif dan sosial emosional.Selanjutnya Papalia &
Olds (dalam Santrock, 2002) berpendapat bahwa masa remaja merupakan
masa antara kanak-kanak dan dewasa dimulai pada usia 12 atau 13 tahun
dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal 20 tahun.

1.3.1. Tugas Perkembangan Remaja
Pikunas (dalam Agustiani, 2006) mengemukakan beberapa tugas
perkembangan yang penting pada tahap pertengahan dan akhir
remaja, yaitu :
1. Menerima bentuk tubuh orang dewasa yang dimiliki dan halhal yang berkaitan dengan fisiknya
2. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan figurfigur otoritas
3. Mengembangkan

keterampilan

dalam

komunikasi

interpersonal, belajar membina relasi dengan teman sebaya
dan orang dewasa, baik secara individu maupun dalam
kelompok
4. Menemukan model untuk identifikasi

25

5. Menerima diri sendiri dan mengandalkan kemampuan dan
sumber-sumber yang ada pada dirinya
6. Memperkuat kontrol diri berdasarkan nilai-nilai dan prinsipprinsip yang ada
7. Meninggalkan bentuk-bentuk reaksi dan penyesuaian yang
kekanak-kanakan.
Tugas

perkembangan

remaja

menurut

Havighurst

(dalam

Agustiani, 2006) adalah:
1. Mencapai relasi baru dan lebih matang bergaul dengan teman
seusia dari kedua jenis kelamin
2. Mencapai maskulinitas dan femininitas dari peran sosial
3. Menerima perubahan fisik dan menggunakannya secara efektif
4. Mencapai ketidaktergantungan emosional dari orang tua dan
orang dewasa lainnya
5. Menyiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga
6. Menyiapkan diri untuk karir ekonomi
7. Menemukan set dari nilai-nilai dan system etika sebagai
petunjuk dalam berperilaku mengembangkan ideologi
8. Mencapai dan diharapkan untuk memiliki tingkah laku sosial
secara bertanggung jawab

26

1.4.Hubungan Perhatian Orang Tua Dengan Perilaku Agresif Remaja
Secara umum tugas perkembangan masa remaja berkaitan dengan
diri sendiri dan juga lingkungan sosial yang dihadapinya. Remaja tidak
hanya akan mempertanyakan siapa dirinya tetapi juga harus menyesuaikan
diri dengan tuntutan-tuntutan lingkungan (dalam Agustiani 2006). Pada
masa-masa transisi seperti inilah banyak menimbulkan konflik, frustasi
dan tekanan-tekanan yang dapat memungkinkan remaja akan mudah
bertindak agresif.
Menurut Kartini Kartono (1992), anak-anak yang kurang
mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua akan merasa tidak
aman, merasa kehilangan tempat berlindung dan berpijak. Sehingga anak
akan mengembangkan reaksi kompensatoris negatif dalam bentuk dendam
dan sikap bermusuh terhadap dunia luar. Seperti contohnya melakukan
tindakan yang agresif untuk menarik perhatian dan mengganggu orang
tuanya.
Menurut Mugiyati (2003) bahwa dalam aspek perhatian orang tua
yang salah satunya adalah memahami dan mengajak berkomunikasi, hal
ini sangat penting karena hanya dengan memahami dan mengajak anak
untuk berkomunikasi akan terjalin keakraban. Jika kurang adanya
komunikasi antara orang tua dan anak, maka orang tua tidak akan tahu
dan tidak akan dapat memahami apa yang menjadi keinginan anaknya.

27

Hal ini bisa menimbulkan anak berperilaku agresif pada orang tua, orang
lain atau bahkan pada benda di sekelilingnya (Mugiyati, 2003).

1.5. Temuan Penelitian Yang Relevan
Ada berbagai macam penelitian yang relevan dengan penelitian
ini. Penelitian yang dilakukan oleh Karunianti, Korri, Eddy(2005) dengan
judul “Hubungan Interaksi Orang Tua dan Anak dengan Intensi Agresi
Pada Remaja Awal”. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada
hubungan yang signifikan antara tingkat interaksi orang tua dan anak
dengan intensi agresi pada remaja awal yang ditunjukkan dengan rxy
sebesar 0,60 dengan p>0,05. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak
ada hubungan yang signifikan antara interaksi orang tua dan anak dengan
intensi agresi.
Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Sholikah, Sholikah, (2007)
Hubungan Antara Pola Komunikasi Remaja Terhadap Orang Tua dengan
Perilaku Agresif remaja pada Pelajar di SMK Karya Nugroho Boyolali.
Dari hasil penelitian ini didapatkan p value = 0,011 (p value < 0,05). Hal
ini berartiterdapat hubungan yang signifikan antara pola komunikasi
remaja terhadap orangtua dengan perilaku agresif remaja pada pelajar
SMK Karya Nugraha Boyolali.
Penelitian R, Ester Lina (2006) ditunjukkan bahwa terdapat
hubungan negatif yang signifikan antara persepsi terhadap perhatian

28

orangtua dengan kecenderungan perilaku agresif pada remaja di SMP N
10 Salatiga dengan r=-0,245 dan p