mekanisme pembentukan peraturan daerah d ccec5840

Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DAN
IMPLIKASI DIBATALKANNYA PERATURAN DAERAH
BAGI PROGRAM LEGISLASI DAERAH PROVINSI
DAN KABUPATEN/KOTA
(Mechanism of forming regional regulation rules and implication of canceled
regional regulation for legislation regency program of province and city)

Rakhmat Nopliardy
Fakultas Hukum Universitas Islam Kalimantan MAAB
Jalan Adhyaksa No. 2 Kayutangi Banjarmasin Kalimantan Selatan
E-mail: [email protected]
Abstract

Constitutionally, Article 18 Paragraph (6) of the 1945 Constitution of the State of
the Republic of Indonesia states that "Local government has the right to enact
regional regulations and other regulations to implement autonomy and assistance
tasks". Regional regulation as intended is prohibited against the public interest

and / or higher legislation ". If these signs are violated then the local regulation
may be canceled or requested to be canceled. In 2015, there aren't local
regulation is canceled for South Kalimantan Province or for Tabalong Regency.
However, several years earlier in Tabalong Regency there were several local
regulations that were canceled, namely Local Regulation No. 15 of 2004
concerning Trade Business License and Regional Regulation No. 16 of 2004
concerning Company Registration Certificate.
Keyword : Regional Regulation, Decentralitation, Legislation Regional Program

Abstrak
Secara konstitusional, Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang menyatakanbahwa “Pemerintahan daerah berhak
menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan
otonomin dan tugas pembantuan”. Perda sebagaimana dimaksud dilarang
bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi”. Jika rambu-rambu ini dilanggar maka perda dapat saja
dibatalkan atau dimintakan untuk dibatalkan. Di tahun 2015, tidak ada Perda yang
dibatalkan untuk Provinsi Kalimantan Selatan maupun untuk Kabupaten
Tabalong. Namun beberapa tahun sebelumnya di Kabupaten Tabalong terdapat
beberapa Perda yang dibatalkan, yakni Perda Nomor 15 Tahun 2004 tentang Surat

Izin Usaha Perdagangandan Perda Nomor 16 Tahun 2004 tentang Tanda Daftar
Perusahaan.
Kata kunci : Peraturan Daerah, Desentralisasi, Program Legislasi Daerah

87

Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

PENDAHULUAN

desentralisasi pada dasarnya menjadi

A. Latar Belakang Masalah

wewenang

Konsep desentralisasi dalam


dan

tanggung

jawab

daerah sepenuhnya.2
Penyelenggara

Undang-Undang Nomor 23 tahun

pemerintah

2014 tentang Pemerintahan Daerah

daerah dalam melaksanakan tugas,

adalah

wewenang, kewajiban, dan tanggung


penyerahan

urusan

pemerintah oleh pemerintah pusat

jawabnya

kepada

otonom.

kebijakan daerah yang dirumuskan

Desentralisasi pada implementasinya

antara lain melalui peraturan daerah.

adalah pembentukan badan-badan


Secara konstitusional pembentukan

yang terpisah dari pusat, dimana

perda memang diakui sebagai hak

badan-badan

pemerintahan

daaerah

perwakilan

lokal

dapat

menetapkan


daerah

dalam

memiliki kekuasaan formal untuk

mengatur dan melaksanakan urusan-

memutuskan tentang beragam isu

urusan rumahtangganya. Hal ini

publik.

dipertegas oleh Pasal 18 ayat (6)

Desentralisasi

sendiri


mengandung dua elemen pokok,

Undang-Undang

yaitu pembentukan daerah otonom

Republik Indonesia Tahun 1945 yang

dan penyerahan kewenangan secara

menyatakan bahwa “Pemerintahan

hukum dari pemerintah pusat ke

daerah berhak menetapkan peraturan

pemerintah daerah untuk mengatur,

daerah dan peraturan-peraturan lain


mengurus

dari

untuk melaksanakan otonomi dan

tertentu.

tugas pembantuan”. Hal tersebut

dalam

senada dengan penjelasan umum

negara kesatuan berarti memberikan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun

hak untuk mengatur dan mengurus


2014 tentang Pemerintahan Daerah,

kepentingan dan aspirasi masyarakat

antara

setempat.1

“Penyelenggara pemerintahan daerah

urusan

dan/atau

bagian

pemerintahan

Pelaksanaan


desentralisasi

Urusan

pemerintahan

yang telah diserahkan kepada daerah
dalam

rangka

pelaksanaan

dalam

lain

Dasar


Negara

mengemukakan:

melaksanakan

tugas,

asas
2

1

Agussalim Andi Gadjong, 2005.
Pemerintahan Daerah Kajian Politik dan
Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm. 76.

Bayu
Surianingrat,
1980,
Desentralisasi
dan
Dekosentrasi
Pemerintahan Di Indonesia Suatu Analisa,
Dewarucci Press, Jakarta, hlm. 13.

88

Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017

wewenang,

kewajiban,

dan

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

dengan

rencana

dan

ketentuan

tanggungjawabnya serta atas kuasa

perundang-undangan yang berlaku.

peraturan perundang-undangan yang

Namun

lebih

dipungkiri bahwa pembatalan Perda

tinggi

dapat

menetapkan

disisi

lain

dapat

kebijakan daerah yang dirumuskan

tersebut

antara lain dalam peraturan daerah,

berjalannya roda pemerintahan di

peraturan

daerah itu sendiri.

kepala

daerah,

dan

dimaksud

bertentangan

tidak

dengan

perundang-undangan

boleh

peraturan
yang

lebih

berpengaruh

Bertolak

ketentuan daerah lainnya. Kebijakan
daerah

tentu

tidak

idealnya
harus

dari

suatu
dibuat

bagi

hal

diatas,

peraturan

daerah

secara

terencana,

terpadu dan sistematis agar terhindar

tinggi dan kepentingan umum serta

dari

peraturan Daerah lain”. Sebagimana

untuk dibatalkan yang apabila terjadi

diatur dalam Pasal 136 ayat (4) UU

dapat mempengaruhi jalannya roda

No.

telah

pemerintahan suatu daerah. Namun

“perda

berdasarkan data yang peneliti dapat

sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dari Kantor Wilayah Kementerian

dilarang

32

Tahun

bahwa

menyebutkan

kepentingan

2004

pembatalan atau permintaan

bertentangan

dengan

Hukum dan Hak Asasi Manusia

umumd

an/atau

Kalimantan

Selatan,

bebarapa

peraturanperundang-undangan yang

kabupaten di Kalimantan Selatan

lebih tinggi”. Jika rambu-rambu ini

ternyata masih mengalami kesulitan

dilanggar maka perda dapat saja

untuk menghasilkan suatu rancangan

dibatalkan atau dimintakan untuk

peraturan daerah yang matang karena

dibatalkan.

kurangnya pemahaman Satuan Kerja

Adanya pembatalan terhadap

Perangkat

Daerah

(SKPD)

perda memang merupakan bentuk

pemerintah

pengawasan represif yang dilakukan

mekanisme dan teknis penyusunan

oleh

Prolegda. Kurangnya

pemerintah

pusat

kepada

di

daerah

di

beberapa

mengenai

pemahaman

pemerintah daerah untuk menjamin

SKPD

agar pemerintahan di daerah tersebut

daerah tersebut disebabkan karena

dapat berjalan dengan baik sesuai

tidak

adanya

pemerintah

Peraturan

Bupati

89

Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017

mengenai

tata

cara

penyusunan

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

Adapun

alasan-alasan

sehingga

Prolegda Pemerintah Daerah. Selain

desentralisasi ini dipandang sebagai

mengakibatkan kekurang pahaman

asas dan sekaligus dianut dalam

tersebut diatas, ketiadaan Peraturan

sistem

Bupati

pemerintahan

mengenai

penyusunan

tata

Prolegda

cara

Pemerintah

Daerah juga menjadi kendala untuk
menentukan

permasalahan

penyelenggaraan
daerah,

dikemukakan pendapat The Liang
Gie, sebagai berikut:4
a. Dilihat dari sudut politik

mana

yang lebih penting guna dijadikan

sebagai

prioritas untuk diwujudkan terlebih

kekuasaan,

dahulu

dibuatkan

dimaksudkan

berakibat

mencegah

kemudian

peraturannya,

sehingga

dapat

permainan
desentralisasi
untuk
penumpukan

Ranperda yang diusulkan menjadi

kekuasaan pada satu pihak

kurang tepat sasaran.

saja yang pada akhirnya dapat
menimbulkan tirani.

B. KAJIAN TEORITIS

b. Dalam

1. Desentralisasi
Adapun

pengertian

R.D.H Koesoemahatmadja adalah:

yang mengurus rumah tangganya

3

tindakan
untuk

dalam

pemerintahan

melatih

diri

mempergunakan

dan
dalam

c. Dari

sudut

organisatoris

daerah.

R. D. H. Koesoemahatmadja, 1979,
Pengantar Ke Arah Sistem Pemerintahan
Daerah Di Indonesia, Binacipta, Bandung,
hlm. 4.

hak-hak

demokrasi.

ini

dipandang sebagai ”asas” dalam
otonomi

sebagai

3

Dalam sistem pemerintahan
”desentralisasi”

dianggap

menarik rakyat ikut serta

dari pusat kepada daerah-daerah
sendiri (daerah-daerah otonom)”.

desentralisasi

pendemokrasian,

pelimpahan kekuasaan pemerintah

penyelenggaraan

politik,

penyelenggaraan

desentralisasi secara umum menurut

daerah,

bidang

alasan

teknis

pemerintahan,
mengadakan

4

The Liang Gie, 1968, Pertumbuhan
Pemerintahan Daerah di Negara Republik
Indonesia, Gunung Agung, Jakarta, hlm. 3541.

90

Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

pemerintahan

daerah

bagi daerah. Dilihat dari aspek

(desentralisasi)

adalah

pemberian

wewenang,

semata-mata untuk mencapai

desentralisasi

suatu

yang

wewenang kepada pemerintah daerah

efisien. Apa yang dianggap

untuk melaksanakan atau menangani

lebih utama untuk diurus oleh

urusan-urusan pemerintahan tertentu

pemerintah

sebagai urusan rumah tangga sendiri.

pemerintahan

setempat

pengurusannya

diserahkan

akan

maka

memberikan

Desentralisasi

merupakan

kepada daerah. Hal-hal yang

pelaksanaan dari konsep adanya

lebih tepat ditangan pusat

pemerintahan yang bersifat otonom

tetap di urus oleh pemerintah

yaitu kesatuan masyarakat hukum

pusat.

yang

d. Dari

sudut

kultural,

mempunyai

dan

supaya

masyarakat

sepenuhnya

dapat

ditumpahkan

kepada

kekhususan

daerah,

seperti

suatu

geografi,

daerah

tertentu yang berwenang mengatur

desentralisasi perlu diadakan
perhatian

batas

mengurus
setempat

kepentingan
menurut

prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat dalam ikatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.5

keadaan, penduduk, kegiatan
ekonomi, watak kebudayaan
atau

latar

2. Pembentukan
Daerah

belakang

Pengertian dari Pembentukan

sejarahnya.
e. Dari

sudut

kepentingan

pembangunan

ekonomi,

desentralisasi

diperlukan

karena

pemerintah

daerah

dapat lebih banyak

dan

secara langsung membantu
pembangunan tersebut.
Kebijakan
melahirkan

Peraturan

desentraliasi

kewenangan

otonomi

Peraturan perundang-undangan dapat
dilihat pada Pasal 1 Angka 1
Undang-Undang No. 12 Tahun 2011
tentang

Pembentukan

Perundang-undangan

Peraturan
yang

menyatakan “Pembentukan Peraturan
5

Helmi, 2008, Kedudukan Gubernur
Dalam Rangka Pengawasan Terhadap
Peraturan
Daerah
Kabupaten/Kota ,
Bandung: (Tesis) Program Pascasarjana
Universitas Padjadjaran, hlm. 37-38.

91

Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017

Perundang-undangan

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

adalah

Pembentukan Peraturan Perundang-

Perundang-

undangan. Asas-asas pembentukan

undangan yang mencakup tahapan

peraturan daerah dimaksud, yakni:

perencanaan,

kejelasan tujuan, kelembagaan atau

pembuatan

Peraturan

penyusunan,

pembahasan,

pengesahan

atau

penetapan, dan pengundangan”.

yang

tepat,

muatan,

dapat

dilaksanakan,

semata-mata

kedayagunaan dan kehasilgunaan,

memberi

kejelasan rumusan dan keterbukaan.

kemungkinan pengaturan masalah

Pentingnya asas-asas hukum dalam

yang sama secara berbeda untuk

pembentukan

daerah-daerah yang berbeda. Terkait

adalah untuk dapat melihat “benang

dengan hal tersebut maka keberadan

merah” dari sistem hukum positif

perda dalam otonomi daerah sangat

yang ditelusuri dan di teliti. Asas-

penting, sebab perda merupakan

asas hukum ini

konsekuensi logis dari wewenang

sebagai patokan bagi pembentukan

daerah

dan

undang-undang agar tidak melenceng

mengurus rumah tangganya sendiri.

dari cita hukum (rechtsidee) yang

Dengan demikian, perda merupakan

telah disepakati bersama.

bahwa

adalah

pembentuk

kesesuaian antara jenis dan materi

Salah satu alasan utama dari
desentralisasi

organ

desentralisasi

untuk

conditio

mengatur

sine

dalam

rangka melaksanakan kewenangan

C. METODE PENELITIAN
1. Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan

otonomi daerah.
Undang-Undang

No.

23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan
mengatur

asas-asas

pembentukan peraturan daerah dan
asas-asas materi muatan peraturan
daerah.
dilakukan

Pengaturan
juga

dapat dijadikan

quanon

(syaratmutlak/syaratabsolut)

Daerah

perundang-undangan

yang

dalam

sama

Undang-

Undang No. 12 Tahun 2011 tentang

penelitian yuridis normatif dengan
analisa kwalitatif. Diawali dengan
inventarisasi dan mempelajari data
kepustakaan, berupa bahan hukum
primer

(peraturan

perundang-

undangan), bahan hukum sekunder
(informasi-informasi

aktual

yang

diambil dari buku-buku literatur,

92

Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

media massa yang berkaitan dengan

melaksanakan Prolegda disesuaikan

permasalahan yang di angkat), bahan

dengan

hukum tersier (kamus) juga diperkuat

Peraturan Perundang-undangan serta

dengan data primer berupa hasi

implikasi dari pembatalan perda

temuan lapangan yang berkaitan

terhadap Program Legislasi Daerah

dengan mengetahui upaya tindak

di Kalimantan Selatan. Sebagian data

lanjut

baik

yang

dilakukan

oleh

mekanisme

primer

pembentukan

maupun

sekunder

Pemerintah Provinsi, Kabupaten atau

tersebut

Kota dalam melaksanakan Prolegda

instansi terkait dan media massa

disesuaikan

serta hasil observasi ke lapangan.

dengan

mekanisme

diperoleh

dari

instansi-

pembentukan Peraturan Perundangundangan

serta

implikasi

dari

pembatalan perda terhadap Program
Legislasi

Daerah

di

4. Teknik Pengumpulan Data
a. Studi Lapangan
Yaitu suatu penelitian yang

Kalimantan

ditujukan pada objek tertentu yang

Selatan.

dalam hal ini adalah mengenai
2. Penentuan Lokasi Penelitian
Lokasi

penelitian

pada

kesiapan

Pemerintah

Kabupaten/Kota

di

Provinsi,
Kalimantan

Kantor Pemerintah Daerah Provinsi

Selatan

Kalimantan Selatan, Kantor Wilayah

Prolegda sesuai dengan mekanisme

Kementerian

HAM

yang diamanatkan Undang-Undang

Kantor

Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Kabupaten

Pembentukan Peraturan Perundang-

Hukum

Kalimantan

dan

Selatan,

Pemerintah

Daerah

Tabalong.

dalam

implementasi

undangan.
b. Pengamatan (observasi)

3. Sumber Data
Data

yang

Yaitu suatu cara penelitian
dipergunakan

untuk penelitian ini adalah data yang
bersifat kuantitatif maupun kualitatif
yang berkaitan upaya tindak lanjut

atau pengumpulan data dengan jalan
mengadakan

pengamatan

secara

langsung pada objek-objek penelitian
yang merupakan sumber data untuk

yang dilakuka noleh Pemerintah
Provinsi,

Kabupaten/Kota

dalam

93

Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

mengumpulkankan data-data yang

diadakan

bernilai objektif.

menganalisa hal-hal sebagai berikut,

c. Wawancara (interview)

penelitian

untuk

yaitu:

Yaitu suatu cara penelitian

a. Menganalisa

bagaimana

atau pengumpulan data dengan jalan

kesiapan

Pemerintah

mengadakan wawancara langsung

Provinsi, Kabupaten/Kota di

dan pemberian quesioner kepada

Kalimantan

para responden atau pejabat yang

implementasi Prolegda sesuai

terkait secara langsung baik lisan

dengan

maupun tertulis untuk mendapatkan

diamanatkan Undang-Undang

data yang diperlukan. Pengamatan

Nomor

dan wawancara dilakukan terhadap

tentang

pejabat pada instansi yang terkait di

Peraturan

Provinsi

undangan;

Kalimantan

Selatan,

penelitian yang diambil secara acak

Selatan

mekanisme

12

b. Menganalisa

Tahun

dalam

yang

2011

Pembentukan
Perundang-

upaya

tindak

(non random sampling) dari pejabat

lanjut yang dilakukan oleh

pada instansi yang terkait di Provinsi

Pemerintah

Kalimantan Selatan.

Kabupaten/Kota

Provinsi,
dalam

menyusun Prolegda sesuai

d. Studi Kepustakaan
Yaitu suatu penelitian dengan

dengan

mekanisme

jalan membaca dan mempelajari

pembentukan

buku-buku

Perundang-undangan;

literatur,

jurnal-jurnal,

Peraturan

peraturan perundang-undangan serta

c. Menganalisa implikasi dari

karangan-karangan ilmiah lainnya

pembatalan perda terhadap

yang

program legislasi daerah di

ada

hubungannya

dengan

penelitian ini.

Kalimantan Selatan;

5. Teknik Analisis Data
Dari

data-data

dikumpulkan

baik

yang

kuantitatif

maupun

yang
bersifat
kualitatif,

94

Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

pelayanan, pemberdayaan dan peran
HASIL DAN PEMBAHASAN

serta masyarakat. Disamping itu,

A. Sinkronisasi

melalui

Mekanisme

Pembentukan
Daerah

Peraturan

Provinsi

Kabupaten/Kota

dan
dengan

Mekanisme

Pembentukan

Peraturan

Perundang-

Sebelum

Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia

daya saing dengan memperhatikan
prinsip

demokrasi,

permasalahan

pemerataan,

keadilan,

keistimewaan

dan

kekhususan

serta

dan

kerangka

potensi
daerah

Negara

dalam
Republik

Indonesia.
Orientasi terhadap pelayanan

Tahun 1945 dilakukan amandemen
perubahan,

luasdaerah

diharapkan mampu meningkatkan

keanekaragaman

undangan

atau

otonomi

masyarakat

di

dalam

Undang-

untuk

Undang Nomor 23 Tahun 2014

membentuk Perda tidak atau belum

tentang Pemerintahan Daerah juga

diatur. Baru setelah Undang-Undang

dicerminkan

Dasar Negara Republik Indonesia

urusan antar tingkat pemerintahan.

Tahun 1945 diamandemen diatur

Berkenaan dengan pembagian urusan

tentang kewenangan daerah dalam

antar tingkat pemerintahan terdapat

membentuk Perda. Sesuai dengan

pembagian

perintah Pasal 18 Undang-Undang

spesifik yakni, Pertama, urusan yang

Dasar Negara Republik Indonesia

sepenuhnya

Tahun1945, maka pemerintah daerah

pemerintah pusat (absolut). Urusan

berwenang

pemerintahan tersebut menyangkut

kewenangan

daerah

untuk

mengurus

mengatur

sendiri

dan

urusan

dalam

jenis

terjaminnya

pembagian

urusan

menjadi

kelangsungan

hidup

bangsa

dan tugas pembantuan. Pemberian

keseluruhan. Urusan pemerintahan di

otonomi

daerah

maksud meliputi politik luar negeri,

mempercepat

pertahanan, keamanan, moneter dan

kesejahteraan

fiskal nasional, yustisiserta agama.

diarahkan

kepada

untuk

terwujudnya
masyarakat

melalui

peningkatan

Kedua,

urusan

negara

urusan

pemerintahan menurut asas otonomi

luas

dan

secara

yang

secara

bersifat

95

Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

concurrent atau urusan yang dapat

urusan- urusan atas pertimbangan

dikelola bersama antara Pemerintah

pendapatan semata.6

Pusat dan Daerah provinsi dan

Daerah

berdasarkan

Daerah kabupaten/kota. Sedangkan

kewenangan yang dimilikinya berhak

Urusan pemerintahan umum adalah

menetapkan

urusan pemerintahan yang menjadi

sebagaimana yang terkandung di

kewenangan Presiden sebagai kepala

dalam Pasal 17 Ayat (1) bahwa

pemerintahan.

“Daerah

Selanjutya

berdasarkan

Kebijakan

berhak

kebijakan

Daerah

menetapkan

Daerah

untuk

kewenangan yang diberikan kepada

menyelenggarakan

daerah, maka diatur lebih lanjut

Pemerintahan

mengenai urusan pemerintah wajib

Kewenangan Daerah”. Agar dalam

dan

pilihan.

pembentukan Perda itu terarah dan

Urusan pemerintahn wajib ini terdiri

terencana dengan baik, pembentukan

atas

Perda

urusan

pemerintah

urusan

pemerintahan

yang

Urusan
yang

harus

menjadi

dimulai

dari

berkaitan dengan pelayanan dasar

perencanaan.

dan Urusan pemerintahan yang tidak

berencana, terpadu dan sistematis

berkaitan

serta didukung oleh cara dan metode

dengan

pelayanan

dasar.sehingga menjadi kewajiban

yang

bagi

mengikat

pemerintah

daerah

untuk

pasti

Disusun

dan

suatu

secara

standar

yang

lembaga

yang

menyediakan pelayanan yang prima

berwenang

kepada masyarakat. Oleh karena itu,

perundang-undangan. Untuk itu pula,

adanya

tersebut

pembentukan peraturan perundang-

dimaksudkan untuk menghindarkan

undangan perlu dituangkan dalam

daerah

sebuah Prolegda yang merupakan

yang

pengaturan

melakukan
kurang

kebutuhan
terperangkap

urusan-urusan

relevan

warganya
untuk

dengan

dan

instrumen

membuat

perencanaan

peraturan

program

tidak

pembentukan Perda Provinsi atau

melakukan

Perda Kabupaten/ Kota yang disusun

6

Kausar AS, Op.Cit, hlm. 4.

96

Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017

secara

terencana,

terpadu

dan

7

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

undangan yang lebih tinggi, rencana
pembangunan

sistematis.

daerah,

Dalam hal ini, terkait dengan

penyelenggaraan otonomi daerah dan

penyusunan Prolegda di Provinsi

tugas pembantuan dan juga aspirasi

Kalimantan

masyarakat daerah, maka antara

dalam

Selatan

jangka

dilaksanakan

waktu

1

(satu)

DewanPerwakilan

Rakyat

Daerah

prioritas

(DPRD) dan Pemerintah Provinsi

pembentukan Rancangan Peraturan

Kalimantan Selatan hendaknyasaling

Daerah (Raperda) Provinsi.Secara

bekerjasama

lebih rinci dapat digambarkan bahwa

kebersamaan dalam bingkai harmoni,

upaya tindak lanjut yang dilakukan

sehingga

di lingkungan Pemerintahan Provinsi

sesuai dengan yang diharapkan yang

Kalimantan

Selatan

dalam

mampu mengakomodir sebanyak-

penyusunan

Prolegda

Provinsi

banyaknya kepentingan dan aspirasi

Kalimantan Selatan didasarkan pada:

masyarakat di daerah serta terhindar

tahunberdasarkan

skala

a. perintah

peraturan

perundang-undangan

yang

b. rencana

yang

dihasilkan

dari cacat tersembunyi di dalamnya,
baik cacat yuridis maupun cacat

Untuk

pembangunan

penyusunan

daerah;
c. penyelenggaraan
dan

Prolegda

hal

Provinsi

tugas

Provinsi dan Pemerintah Daerah
Provinsi dikoordinasikan oleh DPRD

menghasilkan

Provinsi melalui alat kelengkapan
DPRD

Provinsi

yang

Perda yang baik yang selaras dengan

menangani

bidang

perintah

Selanjutnya,

jika

peraturan

dalam

Kalimantan Selatan antara DPRD

d. aspirasi masyarakat daerah.
dapat

itulah

otonomi

pembantuan; dan

Agar

Perda

semangat

meta-yuridis.

lebih tinggi;

daerah

dengan

perundang-

khusus
legislasi.

penyusunan

Prolegda Provinsi di lingkungan
7

Mega Novarina D.A, 2012, Dinamika
Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPRD Dalam
Pembentukan Program Legislasi Daerah,
Banjarmasin: Makalah Lembaga Perwakilan
Rakyat, hlm. 1.

DPRD Provinsi dikoordinasikan oleh
alat kelengkapan DPRD Provinsi
yang

khusus

menangani

bidang

97

Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017

legislasi, di lingkungan Pemerintah
Daerah

Provinsi

penyusunan

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

Daerah Kabupaten Tabalong
1) Penyusunan

Prolegda Provinsi dikoordinasikan

DPRD

oleh

Pemerintah

biro

hukum

dan

dapat

Prolegda

antara

Kabupaten

dan

DaerahKabupaten

mengikutsertakan instansi vertikal

dikoordinasikan

terkait. Namun dalam hal ini tidak

melalui alat kelengkapan DPRD

melibatkan masyarakat di dalamnya,
di manamasyarakat hanya dilibatkan
pada

saat

pembahasan

Raperda,

terkait dengan pembahasan materi
muatan Raperda tersebut.

Provinsi

DPRD

yang khusus menangani bidang
legislasi.
2) Jika

Penyusunan

Prolegda

kabupaten di lingkungan DPRD
Kabupaten

dikoordinasikan

oleh alat kelengkapan DPRD

Selanjutnya hasil penyusunan
Prolegda

oleh

yang

khusus

DPRD

menangani bidang legislasi, di

Provinsi Kalimantan Selatan dan

lingkungan Pemerintah Daerah

Pemerintah

Kabupaten

Kalimantan

antara

Kabupaten

Daerah
Selatan

Provinsi
yang

telah

disepakati bersama menjadi Prolegda
Provinsi dan ditetapkan di dalam
Rapat Paripurna DPRD Provinsidan
kemudian
Keputusan

di

tetapkan
DPRD

melalui
Provinsi

Kalimantan Selatan.
Proses penyusunan Prolegda

Penyusunan

ProlegdaKabupaten
dikoordinasikan
hukum

oleh

dan

mengikutsertakan

biro
dapat
instansi

vertikal terkait.
3) Tidak melibatkan masyarakat di
dalamnya, masyarakat hanya
dilibatkan

pada

pembahasan

saat

Raperda

terkait

pembahasan

materi

yang ada di Provinsi Kalimantan

dengan

Selatan ini juga serupa dengan proses

muatan raperda tersebut.

penyusunan Prolegda yang ada di

4) Prolegda

Kabupaten Tabalong. Berikut proses

Rapat

penyusunan Prolegda di Kabupaten

Kabupaten melalui Keputusan

Tabalong:

ditetapkan
Paripurna

dalam
DPRD

DPRD Kabupaten.

98

Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017

Selanjutnya, secara lebih rinci
dapat

digambarkan

proses

atau

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

sehingga

mampu

mengakomodir

kepentingan daerahnya dengan tidak

tahapan dalam penyusunan Prolegda

lupa

di Pemerintah Daerah Kabupaten

perundang-undangan yang ada di

Tabalong:

tingkat atas sebagai acuannya agar

Daerah Kabupaten Tabalong
1) Penyampaian Surat Edaran Bupati
ke

SKPD

untuk

menjadikan

peraturan

tidak menimbulkan pertentangan dan
tidak akan di batalkan nantinya.

penyusunan

Prolegda terkait Perda apa saja

B. Implikasi
Peraturan

yang diperlukan oleh SKPD;

dari

Pembatalan

Daerah

terhadap

2) Rekapitulasi Prolegda oleh SKPD;

Penyusunan Program Legislasi

3) Pengkajian usulan skala prioritas;

Daerah di Kalimantan Selatan

4) Penyampaian ke Balegda DPRD
Kabupaten;

luas diimplementasikan, eksistensi

5) Penetapan

Prolegda

kedalam

Keputusan DPRD.

ini merupakan hal yang penting, baik
tingkat

Selatan

Provinsi

Kalimantan

maupun

Kabupaten

Tabalong, karena Prolegda seperti
dikatakan

di

awal

merupakan

pedoman bagi rencana kegiatan yang
akan di lakukan oleh pemerintah
daerah setempat dalam satu tahun
anggaran yang akan datang, jugadari
segi

substansi

keberadaan
acuan

dapat

Prolegda

mengenai

dicermati
merupakan
apa

saja

sesungguhnya Perda yang diperlukan
oleh

daerah

yang

Perda sebagai salah satu sarana legal
atas kebijakan daerah merupakan

Keberadaan Prolegda dewasa

di

Sejak otonomi daerah yang

bersangkutan,

salah satu isu sentral dan menjadi
kontroversi

yang

berakhir.

Telah

kini

belum

berkali-kali

pemerintah pusat mempublikasikan
adanya Perda yang dianggap tidak
mampu

mewadahi

kepentingan

nasional, konteks sosial setempat,
bertentangan

dengan

perundang-undangan

peraturan
yang

lebih

tinggi dan kepentingan umum, serta
yang menurut banyak kalangan tidak
aspiratif, baik dari dimensi publik
maupun

dunia

usaha,

yang

padaakhirnyadirekomendasikan
untuk dibatalkan dan/atau direvisi.

99

Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

Perda demikian ini populer dengan

Kabupaten

sebutan “Perda Bermasalah” atau

beberapa Perda yang dibatalkan,

“Perda Tidak Aspiratif”.8

yakni Perda Nomor 15 Tahun 2004

Terdapat

rambu-rambu

tentang

Tabalong

Surat

terdapat

Izin

Usaha

hukum tertentu dari Undang-Undang

Perdagangan dan Perda Nomor 16

Nomor 23 Tahun 2014 yang harus

Tahun 2004 tentang Tanda Daftar

dipenuhi dalam pembentukan Perda,

Perusahaan.

yang jika rambu-rambu tersebut

Perda tersebut ditindaklanjuti oleh

dilanggar akan menyebabkan suatu

Kabupaten

perda

atau

perubahan, yaitu Perda Nomor 8

Rambu-

Tahun 2008 tentang Perubahan Atas

rambu tersebut termaktub dalam

Perda Nomor 15 Tahun 2004 tentang

Pasal 237 Ayat (1) Undang-Undang

Surat Izin Usaha Perdagangan, dan

Nomor

yang

Perda Nomor 9 Tahun 2009 tentang

berbunyi, “Azas pembentukan dan

Perubahan Atas Perda Nomor 16

materi muatan Perda berpedoman

Tahun 2004 tentang Tanda Daftar

pada ketentuan peraturan perundang-

Perusahaan.

bisa

dimintakan

dibatalkan
pembatalan.

23

Tahun

2014

dan

masyarakat

berkembang

dalam

sepanjang

tidak

Tabalong

Walaupun

undangan dan asas hukum yang
tumbuh

Selanjutnya,

kedua

dengan

dari

hasil

penelitian di tahun 2015 ini tidak ada
Perda yang di batalkan,

namun

bertentangan dengan prinsip Negara

dalam tataran praktis tidak tertutup

Kesatuan Republlik Indonesia.”9

kemungkinanadanya

Perda

yang

Di tahun 2015, tidak ada

belum sepenuhnya sesuai dengan

Perda yang dibatalkan untuk Provinsi

harapan masyarakat dan peraturan

Kalimantan Selatan maupun untuk

perundang-undangan yang berlaku.

Kabupaten

Hal

beberapa

Tabalong.
tahun

Namun

sebelumnya

di

inikemudian

berujung

pada

pembatalan Perda oleh Kementerian
Dalam

Negeri

dan

Mahkamah

8

Anis Ibrahim. 2008. Legislasi dan
Demokrasi (Interaksi dan Konfigurasi
Politik Hukum Dalam Pembentukan Hukum
di Daerah), In-Trans Publishing, Malang,
hlm. 13.
9
Ibid..

Agung. Dengan adanya Perda yang
dibatalkan tersebut secara signifikan
berpengaruh

terhadap

roda

100

Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

pemerintahan daerah. Namun bukan

a. Untuk

mengatasi

keadaan

berarti hal ini juga menghambat

luar biasa, keadaan konflik

Prolegda karena telah diantisipasi

atau bencana alam;
b. Akibat kerja sama dengan

oleh Pasal 38 Ayat (1) Undang-

pihak lain; dan

Undang Nomor 12 Tahun 2011 yang
secara

tegas

menyatakan

c. Keadaan

bahwa

tertentu

lainnya

memastikan

adanya

“Dalam Prolegda Provinsi dapat

yang

dimuat daftar kumulatif terbuka yang

urgensi atas suatu Raperda

terdiri atas:

Provinsi

Raperda

Kabupaten/ Kota yang dapat

a. Akibat putusan Mahkamah

disetujui bersama oleh alat

Agung; dan
b. Anggaran

maupun

Pendapatan

kelengkapan DPRD Provinsi

dan

Belanja DaerahProvinsi.

maupun DPRD Kabupaten/

Apa yang diatur di dalam

Kota yang khusus menangani

Pasal 38 Ayat (1) Undang-Undang

bidang legislasi

Nomor 12 Tahun 2011 ini juga

hukum.

berlaku pula secara mutatis mutandis

Walaupun

dan

biro

persoalan-

terhadap Prolegda Kabupaten/ Kota.

persoalan pembatalan Perda oleh

Selain

Prolegda

Mahkamah Agung yang kiranya

Provinsi dan Prolegda Kabupaten/

dapat menghambat Prolegda telah

Kota dimungkinkan dalam keadaan

diantisipasi

tertentu,

atau

perundang-undangan, sehingga tidak

DPRD

menghambat Prolegda yang telah di

dan

susun oleh pemerntah daerah, namun

dapat

yang menjadi persoalan sekarang ini

itu,

terhadap

DPRD

Gubernur

Provinsi

maupun

Kabupaten/
Bupati/Walikota

Kota
untuk

oleh

mengajukan Raperda Provinsi atau

dan

RaperdaKabupaten/ Kota di luar

Provinsi Kalimantan Selatan dan

Prolegda

Kabupaten Tabalong bukanlah soal

Provinsi

Kabupaten/ Kota:

dan

Prolegda

dihadapi

pembatalan,

oleh

peraturan

namun

Pemerintah

lebih

pada

mewujudkan atau melaksanakan apa
yang telah diatur dalam prolegda.

101

Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017

Selama ini, Prolegda yang
merupakan

pedoman

penyusunan

produk

bagi
hukum,

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

dari

biro

hukum

sangat

diperlukan

untuk

menindaklanjuti

substansi

khususnya Perda, belum mampu

dari Perda yang sesuai dan

dicapai

di

diperlukan oleh SKPD yang

Provinsi Kalimantan Selatan maupun

bersangkutan. Untuk itu perlu

Kabupaten

dijalin

seratuspersen,

Tabalong.

memang

baik

Hal

ini

mengindikasikan

ketidaksiapan

daerah

dalam

suatu

koordinasi di antara SKPD
yang ada di daerah dalam

melaksanakan Prolegda yang telah

proses

ditetapkan

perumusan

tersebut.

Beberapa

1. Ketidaksiapan SKPD dalam
Perda

Perda

dan
untuk

yang

dari segi substansi.
3. Terjadinya perubahan alokasi

untuk

anggaran

memperlancar tugas mereka

sehingga

di pemerintahan.

terhadap

diperlukan

perencaaan

meningkatkan kualitas Perda

kendala di lapangan, yaitu:

mengusulkan

bentuk

dari

APBD

berpengaruh
Prolegda.

Dana

2. SKPD terkait sesungguhnya

APBD yang ada di daerah

lebih mengetahui substansi

tentunya terbatas sehingga

dari

tidak mungkin diserap hanya

Perda

yang

mereka

perlukan sebagai pedoman

untuk

dalam

mendukung

pelaksanaan

tugas

pembentukan Perda semata.

Namun

karena

Untuk itulah padaakhirnya

sumber daya manusia yang

Perda yang dibentuk harus

paham hukum, yang ada di

disesuaikan lagi dengan skala

SKPD tersebut terbatas, maka

prioritas dan anggaran yang

halini turut mempengaruhi

tersedia.

mereka.

kemampuan instansi tersebut

4. Antara

legislatif

dan

dalam menterjemahkannya ke

eksekutif

dalam

kewenangan yang berbeda,

bahasa

hukum.

Disinilah sesunguhnya peran

sedangkan

memiliki

dalam

bidang

102

Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

legislasi ini jelas merupakan

mengkutsertakan

kewenangan

legislatif,

terkait”.

sehingga

selaku

eksekutif

tidak

mungkin

mengintervensi.

bisa
Karena

instansi

vertikal

Terlepas dari lemahnya garis
koordinasi

antara

Pemerintah

Provinsi

dan

Pemerintah

antara legislatif dan eksekutif

Kabupaten/Kota,

telah

urutan peraturanperundang-undangan

jelas

pembagian

mencermati

kewenangan masing-masing,

sebagaimana

maka pada akhirnya masing-

Undang Nomor 12 Tahun 2011,

masing pihak saling menahan

terkait jenis dan hierarki peraturan

diri untuk tidak mencampuri

perundang-undangan, terlihat bahwa

tugas dan tanggung jawab

sekarang ini Perda Provinsi berada di

masing-masing. Namun hal

atas Perda Kabupaten/Kota. Jadi

ini

pada

Pasal

7

tata

Undang-

akhirnya

justru

Perda Kabupaten/ Kota memiliki

pada

tidak

kedudukan di bawah Perda Provinsi.

berimbas

tercapainya Prolegda yang
telah di susun seluruhnya.
Selain permasalahan di atas,
hal lain yang juga menjadi persoalan
adalah koordinasi antara Pemerintah
Provinsi

dan

Pemerintah

Kabupaten/Kota. Di dalam peraturan
perundang-undangan

tidak

secara

jelas dan tegas mengatur tentang
halini,

terutama

penyusunan

Prolegda.

menyangkut
Di

dalam

Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 53 Tahun 2011 Pasal 10 Ayat
(2)

hanya

“Penyusunan

menyebutkan
Prolegda

bahwa
dapat

KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari analisis isu hukum yang
telah diuraikan di atas, peneliti
menarik

beberapa

kesimpulan

sebagai berikut:
1. Sebagai upaya tindak lanjut
dalam penyusunan Prolegda
oleh

Pemerintah

Kalimantan

Provinsi

Selatan,

Penyusunan

maka

Prolegda

Provinsi dikoordinasikan oleh
biro

hukum

dan

mengikutsertakan

dapat
instansi

vertikal terkait. Selanjutnya,

103

Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017

hasil penyusunan Prolegda
oleh

Pemerintah

Provinsi

dikoordinasikan

dengan

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

B. SARAN
1. Bahwa

hendaknya

dalam

menyusun Prolegda Provinsi

DPRD Provinsi Kalimantan

dan

Selatan, dansetelah tercapai

Kota

kesepakatan bersama menjadi

skala prioritas kepentingan

Prolegda

disesuaikan

dengan

maka

masyarakat

luas

dengan

dalam

Rapat

jugamemperhatikan

tata

DPRD

Provinsi

yang kemudian di tetapkan
melalui

Kabupaten/

Provinsi,

ditetapkan
Paripurna

Prolegda

Keputusan

DPRD

urutan peraturan perundangundangan;
2. Bahwa

Prolegda

Provinsi

Provinsi Kalimantan Selatan.

maupun

Kemudian proses penyusunan

Kabupaten/Kota yang telah di

yang

tetapkan tersebut agar mampu

ada

di

lingkungan

Pemerintah

Provinsi

dilaksanakan

Prolegda

sepenuhnya

Kalimantan Selatan ini secara

berdasarkan skala prioritas

mutatis

mutandis

yang ada.

berlaku

pada

juga
Prolegda

DAFTAR PUSTAKA

Kabupaten Tabalong;
2. Pembatalan

Perda

berpengaruh

terhadap

jalannya roda pemerintahan
daerah, namun bukan berarti
hal ini menghambat Prolegda
karena

hal

itu

telah

diantisipasi oleh Pasal 38
Ayat

(1)

Nomor

12

tentang
Peraturan

Undang-Undang
Tahun

2011

Pembentukan
Perundang-

Abdul Latief, 2005, Hukum dan
Peraturan
Kebijaksanaan
(beleidsregel)
Pada
Pemerintahan Daerah, UII
Press, Yogyakarta.
Agus Kusnadi, 2009, Bentuk dan
Ruang Lingkup Pengawasan
Pusat Terhadap Daerah
Dalam
Mewujudkan
Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Yang
Demokratis Menurut UUD
1945, Bandung (Disertasi)
Program Pascasarjana Unpad.
Agussalim Andi Gadjong, 2005,
Pemerintahan Daerah Kajian

Undangan.

104

Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

(Tesis) Program Pascasarjana
Unpad, Bandung.

Politik dan Hukum, Ghalia
Indonesia, Jakarta.

Amrah Muslimin, 1982, Aspek-Aspek
Hukum Otonomi Daerah,
Alumni, Bandung.

Dewi

Martiningsih,
2008,
Kewenangan
Pemerintah
Daerah Provinsi Jawa Barat
Dalam
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
Berdasarkan
UndangUndang Nomor 32 Tahun
2004 Tentang Pemerintahan
Daerah, Bandung: (Tesis)
Program Pascasarjana Unpad.

Donald

A
Rumokoy,
2001,
Perkembangan Tipe Negara
Hukum dan Peranan Hukum
Administrasi
Negara
di
Dalamnya terpetik dari buku
Dimensi-Dimensi
Hukum
Administrasi Negara. UII
Pres, Yogyakarta.

Anis Ibrahim, 2008, Legislasi dan
Demokrasi (Interaksi dan
Konfigurasi Politik Hukum
Dalam Pembentukan Hukum
di
Daerah),
In-Trans
Publishing, Malang.
Ateng Syafrudin, Masalah Hukum
Dalam
Pemerintahan
Daerah,
Makalah untuk
pendidikan non gelar untuk
anggota DPRD Tingkat II se
Jawa Barat di FISIP Unpad,
28 Desember 1992.
Ateng Syafruddin, 2006, Kapita
Selekta Hakikat Otonomi dan
Desentralisasi
Dalam
Pembangunan Daerah, Citra
Media , Yogyakarta.
Bagir Manan, Wewenang Provinsi,
Kabupaten, dan Kota dalam
Rangka Otonomi Daerah,
Makalah
Pada
Seminar
Nasional, Bandung: Fakultas
Hukum Unpad, 13 Mei 2000.
Bagir Manan, 2005, Menyongsong
Fajar Otonomi Daerah, Pusat
Studi Hukum Daerah, UII
Yogyakarta.
Bayu

Surianingrat,
1980,
Desentralisasi
dan
Dekosentrasi Pemerintahan
Di Indonesia Suatu Analisa,
Dewarucci Press, Jakarta.

Chrisdianto Eko Purnomo, 2008,
Pembatasan
Kekuasaan
Presiden Dalam Rangka
Mewujudkan Pemerintahan
Konstitusional Di Indonesia,

Hans Kelsen, 1973, General Theory
Of Law and State, Russel and
Russel, New York.
HAW

Widjaja,
2005,
Penyelenggaraan Otonomi Di
Indonesia, Raja Grafindo
Persada, Jakarta.

Helmi, 2008, Kedudukan Gubernur
Dalam Rangka Pengawasan
Terhadap Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota , Bandung,
(Tesis) Program Pascasarjana
Universitas Padjadjaran.
Hendarmin Ranadireksa, 2007, Visi
Bernegara
Arsitektur
Konstitusi
Demokratik
Mengapa Ada Negara Yang
Gagal
Melaksanakan
Demokrasi, Fokus media,
Bandung.
Irawan Soejito, 1990, Hubungan
Pemerintah
Pusat
dan

105

Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017

Pemerintah Daerah, Rineka,
Jakarta.

Jimly Asshiddiqie, 2007, PokokPokok Hukum Tata Negara
Indonesia Pasca Reformasi,
Bhuana
Ilmu
Populer,
Jakarta.

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

Kabupaten/Kota
Terhadap
Pengaturan Pajak Berkaitan
Dengan Kriteria Penetapan
Pajak
Daerah
Menurut
Undang-Undang
No.
34
Tahun
2000,
Bandung,
(Tesis) Program Pascasarjana
Unpad.

Josep Riwu Kaho, 2003, Prospek
Otonomi Daerah Di Negara
Republik Indonesia, Raja
Grafindo Persada, Jakarta.

Ni’matul Huda, 2010, Problematika
Pembatalan
Peraturan
Daerah, FH UII Press,
Yogyakarta.

Kausar AS, 2006, Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Di Era
Desentralisasi dan Kontribusi
DPRD
Terhadap
Pelaksanaan
Tata
Pemerintahan Yang Baik,
Riau: Makalah diskusi dalam
rangkaian acara rapat kerja
nasional asosiasi DPRD
Kabupaten seluruh Indonesia.

Ni’matul Huda dan R. Nazriyah,
2011, Teori dan Pengujian
Pertauran
PerundangUndangan, Nusa Media,
Bandung.

Lendy Siar, 2001, Pengaturan dan
Pelaksanaan
Pengawasan
Preventif
Terhadap
Peraturan Daerah, Bandung,
(Tesis) Program Pascasarjana
UNPAD.
Mega

Novarina
D.A,
2012,
Dinamika
Pelaksanaan
Fungsi
Legislasi
DPRD
Dalam
Pembentukan
Program Legislasi Daerah,
Banjarmasin,
makalah
Lembaga Perwakilan Rakyat.

Muhammad
Fauzan,
2005,
Hubungan Keuangan Antara
Pusat dan Daerah Dalam
Tata
Penyelenggaraan
Pemerintahan Di Indonesia,
Bandung, (Disertasi) Program
Pascasarjana UNPAD.
Muja’hidah, 2009,
Pemerintahan

Kewenangan

Ridwan
HR.,
2006,
Hukum
Administrasi Negara, Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
R. D. H. Koesoemahatmadja, 1979,
Pengantar Ke Arah Sistem
Pemerintahan Daerah Di
Indonesia,
Binacipta,
Bandung.
R. Joeniarto, 1982, Perkembangan
Pemerintahan Lokal, Alumni,
Bandung.
Sumali, 2002, Reduksi Kekuasaan
Eksekutif
di
Bidang
Peraturan
Pengganti
Undang-Undang
(Perpu).
UMM Press, Malang.
Suprin Na’a., 2003, Ruang Lingkup
Muatan
Materei
(Het
Onderwerp)
Peraturan
Daerah
Provinsi
dan
Kabupaten/Kota
Dalam
Rangka
Penyelenggaraan
Pemerintahan
Daerah.
Bandung: (Tesis) Program
Pascasarjana Unpad.

106

Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017

S.F

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

Marbun, 1997, Peradilan
Administrasi Negara dan
Upaya
Administratif
di
Indonesia,
Liberty,
Yogyakarta.

The Liang Gie, 1968, Pertumbuhan
Pemerintahan Daerah di
Negara Republik Indonesia,
Gunung Agung, Jakarta.
YohanesGolot Tuba Helan, 2006,
Implementasi
Prinsip
Demokrasi
Dalam
Pembentukan
Peraturan
Daerah Di Era Otonomi
Daerah, Bandung, (Disertasi)
Program Pascasarjana Unpad.

107

Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

108

Dokumen yang terkait

Anal isi s K or e sp on d e n si S e d e r h an a d an B e r gan d a P ad a B e n c an a Ala m K li m at ologi s d i P u lau Jaw a

0 27 14

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

Analisis pengaruh perubahan struktural terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesenjangan pendapatan daerah di Kabupaten Sidoarjo thun 2003-2009

2 46 21

I M P L E M E N T A S I P R O G R A M P E N Y A L U R A N B E R A S U N T U K K E L U A R G A M I S K I N ( R A S K I N ) D A L A M U P A Y A M E N I N G K A T K A N K E S E J A H T E R A A N M A S Y A R A K A T M I S K I N ( S t u d i D e s k r i p t i f

0 15 18

JAR AK AT AP P UL P A T E RHAD AP T E P I I N S I S AL GI GI I NSI S I VU S S E NT RA L P E RM AN E N RA HAN G AT AS P AD A S UB RA S DE UT ROM E L AY U ( T in j au an L ab or at o r is d an Radi ol ogis )

0 35 16

Analisis pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil badan usaha milik daerah terhadap pendapatan asli daerah Kota Tangerang (2003-2009)

19 136 149

Pentingnya interaksi edukatif pendidik (guru) dalam upaya pembentukan akhlak peserta didik di sekolah: study mata pelajaran akidah akhlak di MTS Miftahul Amal

0 25 0

Keabsahan praktik wakaf (studi kasus daerah Pebayuran KM 08 Kertasari-Pebayuran KAB.Bekasi-Jawa

1 43 117

Konsep kecerdasan ruhani guru dalam pembentukan karakter peserta didik menurut kajian tafsir Qs. 3/Ali-‘Imran: 159

9 101 103

1 Silabus Prakarya Kerajinan SMP Kls 8 d

2 70 15