Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Pan

ETIKA BISNIS SEBAGAI STRATEGI BISNIS
JANGKA PANJANG DALAM ERA BISNIS
GLOBAL DAN REVOLUSI TEKNOLOGI
INFORMASI
(Tinjauan Teori dan Aplikasi)
Oleh:
Gugyh Susandy & Deden Ramdhan
(Dosen Tetap STIESA)

Abstrak
Menjadi perusahaan yang menjalankan bisnis secara
berkelanjutan merupakan harapan perusahaan dewasa ini
mengingat tidak sedikit perusahaan yang harus mengakhiri
bisnisnya akibat kesalahan strategi. Dengan adanya gabungan
komponen struktur industri dan struktur pasar inilah telah
membentuk struktur persaingan. Dalam dinamika bisnis maka
tidak dapat dihindari akan muncul persaingan. Pada akhirnya
persaingan tersebut yang mendorong peranan Etika dalam
bisnis. Penelitian ini bertujuan untuk mengupas lebih jauh
dari sudut pandang teori dan aplikasi mengenai Etika Bisnis
sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang dalam Era Bisnis

Global dan Revolusi Teknologi Informasi.

Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era

Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi

35

1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Bisnis pada dasarnya adalah mengelola sesuatu agar
terus berjalan dengan baik. Wilayah kerja bisnis adalah dalam
lingkup masyarakat ekonomi. Bisnis sebagai bagian dari
entitas ekonomi memiliki fokus peranan dalam kegiatan
produksi dan menciptakan penawaran kepada pasar dimana
masyarakat melakukan kegiatan konsumsi. Bisnis adalah
suatu aktivitas yang dimulai dari memotret kebutuhan
masyarakat (society), memenuhi kebutuhan tersebut dengan
cara-cara tertentu agar mendapatkan keuntungan dari
transaksi pemenuhan kebutuhan. Dengan demikian,

perusahaan bisnis merupakan entitas ekonomi utama yang
digunakan orang dalam masyarakat ekonomi modern untuk
melaksanakan tugas memproduksi dan mendistribusikan
barang dan jasa.
Dalam bisnis diperlukan manajemen. Dengan
manajemen yang baik maka bisnis dapat berjalan sesuai
harapan. Manajemen memiliki peranan yang sentral dalam
menunjang berjalannya roda bisnis secara efektif dan efisien.
Manajemen juga berperan dalam proses pengambilan
keputusan yang agar lebih akurat, cepat dan tepat.
Manajemen pada dasarnya adalah ilmu yang membahas
pemanfaatan sumber daya dengan cara yang terbaik dalam
mencapai tujuan/sasaran. Manajemen juga diartikan sebagai
ilmu serta seni bekerja bersama atau melalui orang lain untuk
mencapai tujuan dengan menggunakan sumber daya yang
dimiliki organisasi secara optimal (efektif dan efisien).

36 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78

Dengan demikian, ilmu Manajemen adalah ilmu yang

memiliki peranan sentral yaitu bagaimana prinsip dan asas
ekonomi dapat diterapkan atau dibumikan dalam suatu entitas
ekonomi termasuk didalamnya perusahaan bisnis.
Ilmu ekonomi pada dasarnya memiliki tujuan untuk
menciptakan equilibrium (keseimbangan) antara kegiatan
produksi dan kegiatan konsumsi. Kegiatan produksi dalam
entitas organisasi bisnis akan menghasilkan suatu struktur
industri, demikian halnya juga kegiatan konsumsi akan
menghasilkan struktur pasar. Dengan adanya gabungan
komponen struktur industri dan struktur pasar inilah yang
membentuk struktur persaingan. Dengan demikian dalam
dinamika bisnis maka tidak dapat dihindari akan muncul
persaingan. Pada akhirnya persaingan tersebut yang
mendorong peranan Etika dalam bisnis.
Etika sebagai suatu ilmu adalah ilmu yang mendalami
standar moral perorangan dan standar moral masyarakat.
Ilmu Etika juga mempelajari bagaimana standar moral
tersebut
diaplikasikan
dalam

kehidupan
dengan
menggunakan penalaran yang logis. Sedangkan Etika bisnis
itu sendiri merupakan aplikasi pemahaman tentang standar
moral tentang baik dan benar yang diterapkan oleh
perusahaan bisnis. Ketika perusahaan bisnis telah
menetapkan tujuan bisnisnya sebagai tujuan jangka panjang
maka perusahaan bisnis tersebut harus berperilaku secara etis.
Menjalankan bisnis secara etis pada era industrialisasi global
saat ini menjadi pilihan utama sebagai strategi bisnis jangka
panjang. Diyakini pula bahwa strategi bisnis yang secara etis
Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era

Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi

37

dapat menciptakan keunggulan kompetitif bagi perusahaan
yang pada akhirnya dapat menghantarkan perusahaan
menjadi pemenang dalam persaingan.

Perusahaan bisnis paling modern yang paling
signifikan adalah korporasi. Sekarang ini organisasi korporasi
mendominasi ekonomi. Organisasi korporasi memunculkan
problem-problem besar bagi siapapun yang berusaha
menerapkan standar moral pada aktivitas bisnis. Sebagian
dari Organisasi korporasi masa kini merupakan perusahaan
multinasional. Karena beroperasi di sejumlah negara yang
berbeda korporasi multinasional menghadapi sejumlah
permasalahan Etika Bisnis yang layak mendapatkan
perhatian. Disamping itu, Teknologi mempunyai dampak
revolusioner terhadap bisnis dan masyarakat. Teknologi yang
berkembang di akhir dekade abad ke-20 mentransformasi
masyarakat dan bisnis dan menciptakan potensi problem etika
baru. Yang paling mencolok diantara perkembangan ini
adalah revolusi dalam bioteknologi dan apa yang sering
disebut teknologi informasi meliputi perkembangan
komputer, internet, komunikasi nirkabel, digitalisasi dan
lainnya.
Berdasarkan paparan diatas penulis tertarik melakukan
peninjauan lebih jauh dari sudut pandang teori dan aplikasi

mengenai “Etika Bisnis sebagai Strategi Bisnis Jangka
Panjang dalam Era Bisnis Global dan Revolusi Teknologi
Informasi”

38 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78

1.2 Identifikasi Masalah
Dapat di rumuskan masalah yang akan menjadi
pembahasan dalam makalah ini:
1. Bagaimana Etika, Etika Bisnis , Etika Masyarakat,
Dan Etika Global ?
2. Bagaimana Cara Pandang Organisasi Cybernetic
terhadap Etika Bisnis?
3. Bagaimana Kerangka Konseptual Etika Bisnis Dan
Perusahaan Meliputi Struktur, Proses Dan Kinerja ?
4. Bagaimana Dinamika Etika Bisnis Sebagai Fungsi
Waktu Dan Budaya Dalam Model Dan Kasus?
5. Bagaimana Standar Penalaran Moral ?
6. Bagaimana
Etika

Pengambilan
Keputusan
Diwujudkan Dalam Model Integratif Untuk Praktik
Bisnis?
7. Bagaimana Kinerja Etika Bisnis Diukur Dengan
Kerangka Konseptual?

2. Pembahasan
2.1 Etika, Etika Bisnis, Etika Masyarakat, dan Etika
Global
2.1.1 Pengertian Etika
Raymond Baumhart (1968) melakukan penelitian
klasik menanyai lebih dari 100 orang bisnis, apakah arti
Etika? Hasilnya adalah sebanyak 50% pebisnis
mendefinisikan etika sebagai “apa yang dikatakan perasaan
saya kepada diri saya bahwa hal itu benar,” sebanyak 25 %
mendefinisikan dalam istilah religius “apa yang sesuai
Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era

Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi


39

dengan kepercayaan religius saya,” sebanyak 18%
mendefinisikan sebagai “apa yang sesuai dengan peraturan
yang mulia”. Namun demikian perasaan sebetulnya dasar
yang tidak memadai untuk penilaian Etika (Velasquez:2005).
Mengawali pembahasan dalam bab ini, akan ditinjau
terlebih dahulu mengenai definisi atau pengertian Etika dari
pendapat beberapa pakar sebagai berikut:
Pendapat Wiley (1995) mengatakan : “Ethics is
concerned with moral obligation, responsibility and
social justice.”
Pendapat Harris (1995) mengatakan : “Ethics as ..that
which is to do with code of conduct which clarifies one’s
duty toward other human beings, even beyond whai is
required by law.”
Pendapat Walton (1977) dan Mauro (1987) mengatakan :
“Ethics is A critical analysis of human acts to determine
their rightness or wrongness in terms of two major

criteria : truth and justice.”
Etika menurut dalam kamus webster’s International
Dictionary makna yang pertama adalah : “prinsip tingkah
laku yang mengatur individu atau kelompok”.
Sedangkan makna yang kedua : Etika adalah “kajian
moralitas”.
Etika menurut Velasquez (2005) merupakan :

40 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78

“ilmu yang mendalami standar moral perorangan
dan standar moral masyarakat.”
“penelaahan standar moral-proses pemeriksaan
standar moral orang atau masyarakat untuk
menentukan apakah standar tersebut masuk akal
atau tidak untuk diterapkan dalam situasi dan
permasalahan konkret. Tujuan akhir standar
moral adalah mengembangkan bangunan standar
moral yang kita rasa masuk akal untuk dianutstandar yang telah kita pertimbangkan dan kita
putuskan secara cermat adalah standar yang benar

untuk kita terima dan terapkan pada pilihanpilihan yang mengisi hidup kita.”

2.1.2 Pengertian Etika Bisnis
Setelah sebelumnya telah dibahas pengertian Etika,
maka selanjutnya kita bahas pengertian dari Etika Bisnis dari
pendapat pakar sebagai berikut :
Walton (1977) mendefiniskan Etika Bisnis yaitu :
“Business ethics A range of criteria whereby human
actions are judge to include such things as societal
expectations; fair competition; the aesthetics of
advertising and the use of public relation; the
meaning of social responsibilities; reconcling
corporate behaviour at home behaviour abroad; the
extent of customer sovereignty; the relevance of
Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era

Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi

41


corporate size; the handling of communication, and
the like.”
Velasquez (2005) menyatakan bahwa :

“Etika bisnis merupakan studi standar moral dan
bagaimana standar itu diterapkan kedalam sistem dan
organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk
memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dan
diterapkan kepada orang-orang yang ada di dalam
organisasi. Studi ini tidak hanya mencakup analisa
norma moral dan nilai moral, namun juga berusaha
mengaplikasikan
kesimpulan-kesimpulan
analisis
tersebut ke beragam isntitusi, teknologi, transaksi,
aktivitas, dan usaha-usaha yang kita sebut bisnis.”

Preuss (2008) mengatakan bahwa :

“Business ethics is described as a part of a veritable
explosion of concept that aim to explain what the proper
role of business in society should be”
BE is the branch of ethics that examines ethical rules
and
principles
within
acommercial
context
(http://en.wikipedia.org/wiki/).
BE is the field of ethics that examines moral
contraversies related to the social responsibilities/of
business
practice,
in
any economic
system
(www.merriamwebster.com/dictionary).
42 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78

BE is the study of business situations, activities, and
decisions where issues of right and wrong are addressed
(Crane and Matten, 2003).

2.1.3 Sejarah Evolusi Etika Bisnis
Etika bisnis telah mengalami perkembangan dari dulu
sampai saat sekarang ini. Perkembangan etika bisnis dikenal
dengan istilah evolusi etika bisnis. Berikut ini pandangan dari
beberapa pakar mengenai hal ini.
De George (1987, hal 201) berpendapat bahwa :

“sejarah etika dalam bisnis adalah sejarah yang
panjang, seperti akan kembali pada sejarah bisnis
dimulai"
De George (1987, hal 203) selanjutnya mengatakan :

“tahun 1985 sebagai titik dalam sejarah bisnis
saat etika telah menjadi suatu disiplin akademis
meskipun masih dalam proses definisi"
Sebuah paper dengan judul “A longitudinal and
contextual analysis of media representation of business
ethics” ditulis oleh R. Barkemeyer, D. Holt, F. Figge dan G.
Napolitano yang dimuat dalam jurnal European Business
Review Vol. 22 No. 4 Tahun 2010 telah menyajikan sebuah
tabel The Business Ethics timeline .

Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era

Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi

43

Perkembangan Iklim etika bisnis dibagi kedalam
kurun 1960-an, 1970-an, 1980-an, 1990-an, dan 2000-an.
Begitu halnya juga dengan perkembangan dilema etika bisnis
di bagi kedalam kurun waktu yang sama. Dalam tabel
tersebut ditunjukkan bagaimana perubahan iklim etika bisnis
dan dilema etika bisnis dari satu kurun waktu ke kurun waktu
yang lainnya. Iklim etika pada tahun 1960-an adalah
kerusuhan sosial, sentimen anti perang. karyawan memiliki
hubungan yang berlawanan dengan manajemen, pergeseran
nilai dari loyalitas untuk sebuah perusahaan untuk setia
kepada cita-cita/idealisme, nilai-nilai yang sudah usang/tua
dikesampingkan. Dilema etika bisnis yang dihadapi pada
tahun 1960-an adalah masalah lingkungan, peningkatan
ketegangan antara karyawan dengan majikan, dominasi isuisu hak-hak sipil, kejujuran, perubahan etos kerja, selain itu
dilema etika bisnis adalah masalah mengenai penggunaan
narkoba/obat-obatan meningkat.
Iklim etika bisnis pada tahun 1970-an adalah
kontraktor utama industri pertahanan dan lainnya terlibat
skandal, ekonomi mengalami resesi, angka pengangguran
meningkat, terdapat perhatian yang tinggi terhadap
lingkungan, Masyarakat mendorong agar bisnis menjadi
akuntabel atas etika bisnis. Dilema etika bisnis yang dihadapi
adalah militansi karyawan (karyawan versus mentalitas
manajemen), permukaan hak asasi manusia (kerja paksa,
upah di bawah standar, praktek tidak aman). Beberapa
perusahaan memilih untuk menutup-nutupi bukan
menyelesaikan/menyikapi dilema yang ada dengan benar.

44 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78

Tabel 1. The Business Ethic Timeline

Pada kurun waktu 1980-an iklim etika bisnis yang
terjadi adalah kontrak sosial antara pengusaha dan karyawan
didefinisikan ulang, kontraktor bidang pertahanan
dituntut agar sesuai dengan aturan secara ketat, korporasi
melakukan restrukturisasi/penghematan, sikap tentang
Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era

Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi

45

kesetiaan kepada majikan yang terkikis, penekanan tentang
etika perawatan kesehatan. Dilema etika bisnis yang dihadapi
pada kurun 1980-an adalah suap dan praktek ilegal
kontraktor, menjajakan pengaruh, iklan yang menipu,
penipuan keuangan (skandal tabungan dan pinjaman), timbul
masalah transparansi.
Pada kurun waktu 1990-an iklim etika bisnis yang
terjadi yaitu ekspansi global membawa tantangan etika baru,
terdapat keprihatinan utama tentang pekerja dibawah umur
(anak), fasilitasi, pembayaran (suap), dan masalah
lingkungan. munculnya internet tantangan bagi batasanbatasan budaya. The Global Sullivan Prinsip diluncurkan
pada tahun 1999. Dilema etika bisnis yang muncul pada
tahun 1990-an Praktek kerja yang tidak aman di negara dunia
ketiga, peningkatan kewajiban perusahaan untuk kerusakan
terhadap individu manusia (perusahaan rokok, Dow Kimia,
dll), mismanajemen Keuangan dan penipuan.
Iklim etika bisnis pada tahun 2000-an adalah
pertumbuhan ekonomi belum pernah terjadi sebelumnya
diikuti oleh kegagalan aspek keuangan, isu-isu Etika
menghancurkan beberapa perusahaan high profile. Data
pribadi yang dikumpulkan dan dijual secara terbuka. Wabah
Hacker dan pencurian data
bisnis dan lembaga
pemerintahan. Tindakan teror dan agresi terjadi
secara internasional, Global Compact PBB mengadopsi 10
Prinsip Anti Korupsi pada tahun 2004, konvensi PBB perang
melawan Korupsi diadopsi oleh Majelis Umum PBB Oktober
tahun 2003.
46 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78

Dilema etika bisnis yang muncul pada kurun waktu
2000-an adalah kejahatan cyber. masalah privasi data (data
mining), salah urus Keuangan. korupsi Internasional,
hilangnya privasi - karyawan versus majikan, pencurian
kekayaan intelektual, Peran usaha dalam mempromosikan
pengembangan berkelanjutan.
Montes-y-Gomez et al (2001) menyajikan tabel yang
memuat beberapa kejadian pokok yang telah mempengaruhi
lingkungan etika bisnis secara detail dari tahun 1984 – 2007
sebagai berikut :

Tabel 2. Major ethical/environmental event 1984-2008.

Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era

Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi

47

R. Barkemeyer, D. Holt, F. Figge dan G. Napolitano
melakukan analisis longitudinal dan kontekstual etika bisnis
yang direpresentasikan oleh media koran. Sebanyak 62 koran
internasional di 21 negara dari tahun 1990 s.d 2008 menjadi
sampel penelitian bagi analisa longitudinal etika bisnis.
Hasilnya menunjukan sebagaimana gambar dibawah ini
Fokus analisa longitudinal ingin mengetahui sejauhmana
kemungkinan topik etika bisnis secara rata-rata muncul dalam
koran setiap bulannya. Topik etika bisnis nya diperluas
dengan tema lain yang terkait karena beberapa literatur
menyarankan etika bisnis terkait dengan the three pillars
sustainability yaitu the triple bottom line of economic,
environmental, and social responsibility.

Rumus perhitungan hits per news paper issue adalah :

Jika angka hit per issue misalnya sebesar 0,1 artinya
terdapat kemungkinan 10% rata-rata 1 artikel tentang etika
bisnis muncul koran dalam 1 bulan.

48 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78

Gambar 1. Longitudinal trends in coverage of businees ethics
and associates term.

Berdasarkan nilai hit per np issue terlihat ada nilai
yang signifikan dalam termin sustanaibility development ,
bahkan pada tahun antara tahun 2002 dan 2003 mencapai
level 0.7 artinya 70% kemungkinan rata-rata muncul 1 artikel
tentang istilah sustainability development atau dengan kata
lain 70 koran dari 100 koran per bulan. Hal ini berhubungan
dengan penyelenggaraan KTT Bumi di Johanesburg pada
tahun 2002.
Mengenai istilah etika bisnis itu sendiri dari tahun
1995 sampai dengan 2002 tetap konstan dibawah angka 0.06
artinya kurang dari 6 buah koran dari 100 koran perbulan
memuat artikel terkait etika bisnis. Pada tahun 1995 pernah
mencapai puncak hal ini terkait kontroversi The Bodyshop,
Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era

Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi

49

Harrods dan suap di lingkungan pemerintahan inggris. Pada
tahun 2002 pernah mencapai puncak terkait dengan Enron,
WorldCom, skandal Adelphia dan cakupan dari undangundang Sarbanes-Oxley dan difokuskan terutama di AS.

Gambar 2. Regional Coverages of business ethics

Berdasarkan grafik diatas, secara keseluruhan tedapat
cakupan yang tinggi di wilayah Afrika Selatan, namum masih
memunculkan bias karena data hanya selama 10 tahun. Di
Inggris pernah mencapai puncak pada tahun 1995 manakala
Isu suap di Inggris cukup berdampak pada cakupan media di
Asia Tenggara khususnya Hongkong yang terlibat skandal
tetapi tidak terlalu berdampak bagi cakupan media di AS,
Australia, Kanada. Mendekati akhir tahun 2008, cakupan
etika bisnis yang paling besar yaitu berturut-turut di: AS,
50 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78

Afrika Selatan, Inggris, Australia, Asia Tenggara, dan
Kanada.
Gambar 3. Comparison business ethics and associated
terms

Garis tren perbandingan cakupan media tentang istilah
Etika Bisnis dan CSR disajikan dalam Gambar 3 diatas.
Hasilnya menunjukan garis trens etika bisnis relatif konstan,
pada akhir 2008 di level 0.03. untuk garis tren CSR
menunjukan tren peningkatan, pada akhir 2008 berada pada
level 0.13.

Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era

Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi

51

2.1.4 Persepsi yang menyeluruh tentang isi dari Etika
Bisnis
Sebuah jurnal dengan judul Toward a holistical
perception of the content of business ethics yang ditulis oleh
Vojko Potocan dan Matjaz Mulej dimuat dalam Kybernetes
Vol. 38 No.3/4 2009, menyajikan bagan Kerangka Teoritis
Etika bagi Isi etika organisasi bisnis sebagai berikut:
Gambar 4. Ethics theory framework for BE Content

Para Filsuf pada hari ini biasa menggelompokkan
etika kedalam 3 area umum yaitu: metaethics, normative
ethics, dan applied ethics. Secara lebih detailnya dapat dilihat
dalam tulisan Ulrich (1997), Kagan (1998), Wilson (1998),
Ferrel et al (2007). Para filsuf juga mengembangkan
52 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78

sejumlah doktrin filosofis yang menjelaskan bagaimana
mengambil suatu pilihan yang terbaik bagi individu dan
masyarakat (Kohlberg, 1976; Shea , 1998; Singer , 1999;
Jennings, 2005; Trevino and Nelson , 2006). Doktrin filosofi
yang dimaksud adalah altuirsm, divine command ethics,
consequentialisme, Virtue ethics, social contract theory, dan
lainnya.
Prinsip-prinsip normatif yang penting beberapa
diantaranya adalah : personal benefit, social benefit, principle
of benevolence, principle of paternalism, principle of harm,
principle of honesty. (Ulrich, 1997; Velasquez, 2005; Potocan
and Mulej, 2007; Trevino and Nelson, 2006; etc.)
Modern theory and practice discuss ethics and/or BE
using (specific) bases of ethics, especially concerning applied
ethics, such as: ethics by cases (Shea, 1998; Jennings, 2005),
political virtues (Crick, 1982, 2002), situational ethics (Ross,
1995; Simons and Usher, 2000), descriptive ethics (Singer,
1999; Shaw, 2007), and the analytic view of ethics (Bostock,
2000; Simons and Usher, 2000; Bowie, 2002; etc.).

Selanjutnya Vojko Potocan dan Matjaz Mulej juga
menyajikan bagan faktor-faktor yang mempengaruhi etika
bisnis organisasi. Dijelaskan dalam bagan tersebut faktor
yang mempengaruhi ada 2 yaitu :
a. Faktor Umum yang terdiri dari (Economic, Industrial,
Historical and Culture dan Organizational). (Potocan,
2002, 2006; Potocan and Mulej, 2005, for details
concerning each general factor – but not in their synergy,
Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era

Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi

53

see for example, Cooper and Argyris, 2000; Daft, 2002;
Jennings, 2005; Stanwick and Stanwick, 2008; etc.)
b. Faktor Khusus meliputi (BE organization stakeholders,
Structural factor , content factor , dan VCEN
organization). (For details concerning each specific
factor – but not in their synergy, see for example, Cooper
and Argyris, 2000; Daft, 2002; Jennings, 2005; Stanwick
and Stanwick, 2008; etc.)

Gambar 5. Factors that influence on organizational Business
Ethics

Faktor khusus VCEN Organization artinya Value
(nilai), Culture (Budaya), Ethics (Etika) dan Norms (Norma)
yang dimiliki individu dan organisasi. Faktor khusus
54 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78

struktural meliputi; formalization, specialization, hierarchy of
authority, centralization, profesionalism dan rasio personnel
dan lainnya. Faktor khusus content organizational meliputi :
Technology, skills, size, objective and strategy, dan
environment.
2.1.5 Etika Masyarakat
Gail C. Furman menulis sebuah makalah dengan
judul “The ethic of community” yang dimuat dalam Journal
of Educational Administration Vol. 42 No.2 Tahun 2004
dengan bertujuan untuk mengusulkan konsep etika
masyarakat untuk melengkapi dan memperluas frame etika
lainnya yang digunakan dalam pendidikan. Etika masyarakat
melengkapi dan memperluas bingkai dikembangkan
oleh Starratt (1994) dan Shapiro dan Stefkovich (2001) dalam
fokus pada komunal dan bukan individu.
Mungkin kerangka etika yang paling dikenal umum
digunakan dalam pendidikan adalah kerangka tripartit yang
dikembangkan oleh Starratt (1994, 2003). Starratt mengklaim
bahwa tiga "etika" mendasari praktek etika: etika keadilan,
etika kritik, dan etika pelayanan. Furman mendefinisikan
etika masyarakat adalah :
“Etika komunitas didefinisikan sebagai tanggung
jawab moral untuk terlibat dalam proses komunal
sebagai pendidik mengejar tujuan moral dari
pekerjaan mereka dan mengatasi tantangan yang harus
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari”
Selanjutnya disajikan bagan dibawah ini:
Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era

Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi

55

Gambar 6. Ethical framework centered in the ethic of
community.

Etika keadilan mensyaratkan bahwa kita mengatur diri
kita dengan memperhatikan keadilan. Artinya, kita
memperlakukan satu sama lain menurut beberapa standar
keadilan yang seragam diterapkan ke semua kita hubungan
(Starratt, 1994, hal 49). Dengan kata lain, keadilan atau
perlakuan yang sama adalah nilai inti yang mendasari etika
keadilan: Ide dasar keadilan adalah bahwa masyarakat harus
menetapkan aturan yang adil bagi semua dan kemudian hidup
oleh aturan mereka (Noddings, 1999). Etika kritik diperlukan
karena tidak ada tatanan sosial yang netral. Tantangan etisnya
adalah membuat pengaturan sosial lebih responsif terhadap
hak asasi manusia bagi setiap warga negara (Starratt, 1994,
56 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78

hal 47).
Etika perawatan mutlak membutuhkan sikap
menghargai martabat dan nilai intrinsik setiap orang dan
keinginan untuk melihat bahwa orang-orang menikmati hidup
(Starratt, 2003, hal 145). Lebih lanjut, etika perawatan
berfokus pada tuntutan hubungan, bukan dari kontrak atau
sudut pandang legalistik, tetapi dari sudut pandang
menghargai dan cinta.

2.1.6 Etika Global
Sebuah paper ditulis oleh Anthony Howard dengan
judul A New Global Ethic dimuat dalam Jurnal of
Management Development Vol. 29 No. 5 Tahun 2010.
Tujuan penulisan paper tersebut untuk menggali potensi bagi
para pemimpin bisnis untuk melakukan kebaikan dengan cara
yang sepenuhnya terintegrasi dengan tujuan organisasi dan
tujuan pribadi mereka. Mengingat isu utama menghadapi
masyarakat, termasuk kerapuhan lingkungan, kerentanan
keuangan dan mengurangi pengaruh lembaga-lembaga
tradisional, mengusulkan perlunya etika global baru, dan
menyarankan bahwa para pemimpin perusahaan global
memiliki kesempatan khusus untuk membuat perbedaan
besar dalam mendorong etika.
Makalah tersebut mengidentifikasi tiga unsur kunci
yang sangat penting untuk kepemimpinan yang efektif:
a. untuk menguasai seni menjadi manusia,
b. untuk menguasai seni menjalankan sebuah perusahaan
yang sukses,

Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era

Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi

57

c. untuk menjadi pelayan kepada masyarakat dengan
mengembangkan etika global yang baru dalam lingkup
pengaruh mereka.

Kenyataan menunjukkan bahwa dunia kita saat ini
dan bisnis didalamnya mengalami ketidakpastian contoh
yang terkini mengenai krisis keuangan global, Ferguson
(2008) mengatakan ada 3 sebab kerentanan dunia ini :
(1) ketidakpastian dan tidak dapat diprediksinya masa depan;
(2) irasionalitas perilaku manusia dan kekeliruan pemikiran
manusia, dan
(3) dampak kekuatan-kekuatan evolusi sosial pada
perekonomian, yang mengarah pada kepunahan
organisasi
sebesar
10
%
per
tahun.
Antony Howard (2010) mengatakan :
“Kita perlu cara baru berpikir dan bertindak pada tingkat
global - sebuah etika global yang baru untuk abad 21.
Meningkatnya
kompleksitas,
ambiguitas
dan
interkoneksi di kehidupan abad 21 berarti bahwa kita
harus berpikir dan bertindak secara global, sedangkan
hidup lokal. Tidak ada lagi cukup untuk hanya bertindak
lokal dan berpikir global. Untuk memeluk suatu etika
global yang baru memerlukan adopsi terhadap suatu
perspektif/pandangan baru untuk dunia kita, lembaga
kita, hubungan kita dan diri kita sendiri, dalam arus nilainilai abadi manusia, mengenali tanggung jawab kita

58 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78

untuk planet ini, pada zaman ini, dan generasi yang
datang setelah kita. Perspektif ini mengakui kita tidak
dalam isolasi, baik sebagai manusia, negara atau
institusi, dan tidak dapat mengabaikan dampak dari
tindakan kita pada orang lain.”
Sebagai respon terhadap etika yang berlaku dari
keserakahan dan kepentingan pribadi, yang telah gagal
untuk memberikan dunia yang kita inginkan, sebuah etika
global baru akan mencakup sejumlah elemen. (Anthony
Howard,2010)
1. Sustainable (Keberlanjutan).
"Bisnis adalah masalah pelayanan manusia" kata Merril J.
Fernando, pendiri Dilmah Tea. Diakui pula adanya
kedalaman hubungan manusia antara bisnis dan dunia
(Fernando, 2009).
Etika keberlanjutan meliputi:
a. Keberlanjutan Bakat, bergerak di luar daya tarik, retensi
dan pengembangan bakat untuk menciptakan
lingkungan dan praktek-praktek yang menyegarkan dan
meningkatkan orang untuk hidup panjang dan sehat.
b. Keberlanjutan Organisasi, mengakui bahwa korporasi
merupakan bagian dari sistem sosial yang luas, dan
bahwa memiliki sebuah lembaga baik yang sukses
dalam jangka panjang tergantung pada keuangan
perusahaan yang memiliki dampak positif pada
masyarakat/sistem yang lebih luas.
Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era

Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi

59

c. Keberlanjutan Sosial, mengakui bahwa setiap orang
adalah bagian dari jaringan sosial, tidak peduli seberapa
berbeda, dan bahwa lembaga perlu untuk berkontribusi
pada pelestarian daripada pemisahan jaringan ini pada
tingkat lokal, nasional dan global. Kelompok usaha
dengan etika global yang baru menilai dampak
keputusan dan tindakan mereka di semua set hubungan
manusia, menjadi sangat hati-hati untuk memastikan apa
yang mereka lakukan memberikan kontribusi pada
kesejahteraan masyarakat yang lebih besar.
d. Keberlanjutan Global, yang mengakui bahwa kita
memiliki tapak yang memanjang di lingkungan,
komunitas bangsa-bangsa, dan mencapai ke bawah
berturut-turut melalui generasi.

2. Nilai-nilai Manusia yang tak lekang oleh waktu (Timeless
Human Values)
Ada seperangkat nilai-nilai universal diterima sebagai
nilai etis yang berkontribusi terhadap kesejahteraan
masyarakat, termasuk keadilan, kejujuran, kepercayaan,
menghormati hak hidup manusia, cinta, kebebasan, toleransi
(Kidder, 1995). Keberhasilan bisnis jangka panjang
tergantung pada penerapan nilai-nilai ini (Senge, 2008, hal
xiii).
Bisnis dan orang yang beroperasi dengan etika global
baru mengambil waktu untuk mengajukan pertanyaan
seperti:

60 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78

(1) Apakah kebenaran dari masalah ini? Apa fakta?
Apakah ini telah diungkapkan atau dibahas?
(2) Apa yang mesti dihargai / dinikmati / dirayakan dalam
situasi ini atau dengan orang ini?
(3) Apakah hal yang benar untuk dilakukan, cara yang
tepat untuk bertindak?
(4) Apakah tindakan ini adil untuk semua yang terlibat?
(5) Apakah kita bersikap jujur di sini, atau adalah sesuatu
yang telah ditutup-tutupi?
(6) Apakah kita mengajukan semua pertanyaan, atau ada
pertanyaan tertentu yang sedang dihindari?
(7) Apa yang kita lakukan untuk mendorong dan
melepaskan potensi manusia dan membantu orang
menjalani penuh kehidupan manusia?
(8) Apakah kita melakukan sesuatu (seperti upah rendah
atau jam panjang, misalnya) yang akan mengurangi
dari orang-orang hidup yang mampu hidup sepenuhnya
manusia?
(9) Apa yang kita lakukan yang memperlihatkan
kepedulian yang tulus dan kasih sayang untuk orang
yang kita sentuh melalui organisasi kita ?
(10) Apakah kita memperlakukan orang sebagai individu
dengan harapan dan impian, bakat dan keterampilan,
atau sebagai unit produksi ekonomi?
(11) Apakah kita melakukan apa saja yang menghalangi
orang memiliki kebebasan, termasuk kebebasan
pilihan, dan kesempatan untuk mengungkapkan
pendapat tanpa rasa takut?

Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era

Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi

61

(12) Apakah kita benar-benar toleran terhadap pandangan
orang lain, walau ketika itu berbeda dengan kita?

3. Keseluruhan sistem berfikir.
Sebuah etika global baru mengakui bahwa individu
tidak ada dalam isolasi, juga tidak ada perusahaan dalam
isolasi. Mereka ada sebagai bagian dari suatu sistem yang
lebih besar dan partisipasi mereka dalam sistem ini harus
menginformasikan
pemikiran,
walaupun
memiliki
konsekuensi negatif jangka pendek.

2.2 Business Cybernetics dan Etika Bisnis

In Kybernetes, Vol. 34 Nos. 9/10, pp. 1496-516
we published “Business cybernetics – aprovocative
suggestion” (Potocan et al., 2005).
Potocan defined that
BC is specializing in organizations and individuals as
so-called BSs emphasizing the so-called business
viewpoints rather than the natural and/or
technical/technological viewpoints of consideration of
features, events and processes comprised of real life.

Selanjutnya dalam paper lainnya Potocan dan Mulej
(2009) menggambarkan suatu konsep cara padang organisasi
62 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78

Bisnis Cybernetic terhadap isi dari Etika Bisnis sebagai
berikut :

Etika bisnis menjadi aspek yang dilibatkan dalam
proses Input, Transformasi dan Output perusahaan Bisnis
Cybernetics.

Selanjutnya, perlu diketahui juga bahwa prinsip-prinsip
etika yang dijadikan sebagai dasar analysis bagi
penetapan strategi manajemen.
Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era

Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi

63

2.3 Kerangka Konseptual Etika Bisnis dan Perusahaan
Meliputi Struktur, Proses Dan Kinerja

Pada pembahasan di sub-bab ini akan dipelajari
konsep teoritis etika bisnis dan perusahaan. Goran Svensson
dan Greg Wood (2011) menulis suatu paper yang bertujuan
untuk memperkenalkan dan menjelaskan suatu kerangka
kerja konseptual perusahaan dan etika bisnis di seluruh
organisasi dalam hal struktur etika, proses etis dan kinerja
etika.
Gambar 7. A conceptual frame work of corporate and
business ethics across organization: structure, processes and
performance.

64 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78

Berdasarkan bagan diatas dapat kita lihat bahwa
Struktur Etika terdiri dari :
a. Kode etik
Sebuah sub-bidang penting struktur etika dalam kerangka
konseptual etika organisasi perusahaan dan bisnis di
seluruh organisasi adalah kode etik. Sejak awal 1980-an,
sejumlah studi di bidang kode etik perusahaan telah
telah dilakukan di Amerika Serikat (misalnya Cressey dan
Moore, 1983; Chonko et al, 2003.) , di Inggris (misalnya
Le Jeune dan Webley, 1998), di Kanada (Lefebvre dan
Singh, 1992; Schwartz, 2002; Singh, 2006) di Swedia
(Svensson et al, 2004), di Australia (Kaye, 1992;. Farrell
dan Cobbin, 1996; Wood, 2000; Wood dan Callaghan,
Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era

Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi

65

2003). Studi kode etik telah juga dilakukan pada
perusahaan multinasional terbesar yang beroperasi di
berbagai yurisdiksi di dunia (Bethoux et al, 2007;. Singh
et al, 2005;. Wood et al, 2004.).
Studi telah menemukan bahwa memiliki kode etik
memberi dampak positif terhadap etika perilaku dan
perilaku organisasi (Adams et al, 2001;. Schwartz, 2001;
Wotruba et al, 2001). Stajkovic dan Luthans (1997)
melihat kode etik sebagai salah satu parameter penting
untuk mempengaruhi standar etika organisasi dan
individu. Berenbeim (2000) melihat kode etik sebagai
memiliki peran penting membuat organisasi menjadi
lebih etis.
b. Audit Etika
Sub-wilayah lain struktur etika dalam kerangka
konseptual etika organisasi perusahaan dan bisnis adalah
melakukan audit etika. Sejumlah penulis telah
menyarankan kebutuhan untuk menggabungkan audit
etika ke dalam proses suatu organisasi ( Crotts et al,
2005;. Laczniak dan Murphy, 1991; Murphy, 1988).
Garcia-Marza (2005) memandang audit etika sebagai
bagian tidak terpisahkan dari proses pengembangan
kepercayaan.

c. Etika ombudsman
Organisasi yang ditunjuk dalam posisi ini, agar individu
dalam organisasi yang memiliki perhatian yang tulus
66 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78

dapat merasa bebas untuk menyuarakan keprihatinan ini
ke arbiter mandiri (Crotts et al, 2005;. Laczniak dan
Murphy, 1991; Murphy, 1988).
d. Komite Etika
Pengembangan Komite etika merupakan struktur penting
direkomendasikan oleh sejumlah penulis (Pusat Etika
Bisnis, 1986; Wood, 2002). Komite Etika diyakini dapat
mendukung pengembangan, pengelolaan dan pemantauan
terhadap praktek bisnis yang etis.
e. Komite pelatihan etika
f. Dukungan bagi Whistle-blowers

Selanjutnya dari bagan diatas dapat diketahui bahwa
proses etika terdiri dari elemen-elemen sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Penilaian kinerja etika;
Pendidikan staf;
Membantu dalam perencanaan strategis;
Konsekuensi pelanggaran;
Komunikasi kode untuk pekerja organisasi;
Penyebaran kode untuk staf baru;
Penyebaran kode untuk pelanggan;
Penyebaran kode kepada pemasok;
Komunikasi kode kepada para pemangku kepentingan
lainnya;
j. Revisi kode

Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era

Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi

67

Sementara elemen dari kinerja etika adalah :
a. Memecahkan dilema etika;
b. Membantu garis bawah,
c. Efektivitas kode
.
Dinamika Etika Bisnis terhadap Fungsi Waktu
Dan Budaya Dalam Model

Goran svensson dan Greg wood (2003) menulis
makalah yang membahas etika bisnis haruslah dinamis
mengingat terdapat dua parameter waktu dan budaya. Etika
bisnis bisa diterima atau tidak karena perbedaan waktu dan
budaya. Oleh karena itu hal ini harus menjadi perhatian bagi
pelaku bisnis.

Dalam paper tersebut, dijelaskan hubungan antara budaya
dan waktu, seperti diilustrasikan dibawah ini:

Hubungan etika bisnis dengan budaya diilustrasikan dalam
bagan dibawah ini:

68 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78

Hubungan etika bisnis dengan waktu, diilustrasikan dalam
bagan dibawah ini:

Dinamika etika bisnis terhadap waktu dan budaya disajikan
dalam model umum:

Etika bisnis dalam penerapannya akan menghadapi
gap dengan pandangan pihak lain, seperti di ilustrasikan
dalam model dibawah ini :

Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era

Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi

69

Skenario yang akan terjadi pada posisi adanya gap
etika bisnis dengan pandangan pihak lain yaitu :

Berdasarkan
konstruksi
model-model
yang
sebelumnya maka tercipta sebuah model Dinamika Etika
70 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78

Bisnis terhadap waktu
sebagaimana berikut:

dan

budaya

di

gambarkan

2.4 Standar Penalaran Moral
Penelaran moral mengacu pada proses penalaran di
mana perilaku, institusi, atau kebijakan dinilai sesuai atau
melanggar standar moral. Penalaran moran selalu melibatkan
dua komponen mendasar, diantaranya :
a. Pemahaman tentang yang dituntut, dilarang, dinilai atau
disalahkanoleh standar moral yang masuk akal.
b. Bukti atau informasi yang menunjukkan bahwa orang,
kebijakan, institusi, atau perilaku tertentu mempunyai
ciri-ciri standar moral yang menuntut, melarang menilai,
atau menyalahkan.

Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era

Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi

71

Untuk menyingkap standar moral yang implisit yang
merupakan dasar penilaian moral seseorang, orang harus
melacak kembali penalaran moralnya ke dasar-dasarnya. Hal
ini dilakukan dengan menanyakan beberapa hal :
a. Standar informasi faktual apa yang diterima seseorang
sebagai bukti penilaian moral ini ?
b. Standar moral apakah yang diperlukan untuk
menghubungkan informasi faktual ini (secara logis)
dengan penilaian moral ?
Dalam menganalisis penalaran moral ada beragam
kriteria yang dilakukan para ahli etika untuk mengevaluasi
kelayakan penalaran moral, antara lain :
1. Yang paling utama, penalaran moral harus logis. Analisis
penalaran moral menuntut logika argumen yang
digunakan untuk menyusun penilaian moral telah diteliti
secara ketat, asumsi moral dan faktual yang tidak
dikatakan telah dibuat secara eksplisit, dan baik asumsi
maupun premis-premisnya diperlihatkan dan terbuka
terhadap kritik.
2. Bukti faktual yang dikutip untuk mendukung penilaian
harus akurat, relevan, dan lengkap.
3. Standar moral yang melibatkan penalaran moral
seseorang harus konsisten. Standar-standar itu harus
konsisten satu sama laindan dengan standar dan
keyakinan yang lainyang diyakiniseseorang. Inkonsistensi
antarstandar moral seseorang dapat disingkap dan

72 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78

dikoreksi dengan mencermati situasi di mana standar
moral tersebut menghadapi hal-hal yang bertentangan.

2.5 Etika Pengambilan Keputusan Diwujudkan Dalam
Model Integratif Untuk Praktik Bisnis

J.R.C. Pimentel , J.R. Kuntz dan Detelin S. Elenkov
menulis paper dengan judul “Ethical decision making an
Integrative Model for Business practice” yang dimuat dalam
Jurnal European Business Review Vol. 22 No.4 Tahun 2010,
menyajikan suatu model integratif seperti dibawah ini :

Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era

Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi

73

74 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78

2.6 Kinerja Etika Bisnis Diukur Dengan Kerangka
Konseptual
Goran svensson dan Greg Wood (2004) menulis
sebuah paper dengan judul “Proactive versus reactive
business ethics performance: a conceptual frame work of
profile analysis and case ilustration” dimuat dalam Jurnal
Corporate Governance Vol,4 No.2 Tahun 2004.
Menghasilkan model dan hasil analisa kasus sebagai mana
dibawah ini :

Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era

Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi

75

76 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78

DAFTAR PUSTAKA
Barkemeyer. R , Holt. D, Figge. F, and Napolitano. G, “A
Longitudinal And Contextual Analysis Of Media
Representation Of Business Ethics”, Journal
European Business Review, Vol. 22 No. 4 pp.377-396
Tahun 2010
Furman. C. Gail “The Ethics of Community” Journal of
Educational Administration, Vol. 42 No. 2 pp.215235 Tahun 2004
Howard. Anthony “Perspective On Practice: A New Global
Ethics” Journal of Management Development, Vol. 29
No. 5 pp. 506-517 Tahun 2010
Mauro. Nicholas, Natale. M. Samuel and Libertella. F.
Anthony, “personal values, business ethics and
strategic development”, Journal Cross Cultural
Management, Vol. 6 No. 2 pp.22-28 Tahun 1999
Pimentel, Kuntz and Elenkov, “Ethical decision-making an
integrative model for business practice”, Journal
European Review, Vol. 22 No. 4 pp.359-375 Tahun
2010
Potocan. Vojko and Mulej. Matlaz, “Toward A Holistical
Perception Of The Content Of Business Ethics”,
Journal Kybernetes, Vol. 38 No.3/4 pp.581-595
Tahun 2009
Etika Sebagai Strategi Bisnis Jangka Panjang Dalam Era

Bisnis Global dan Revolusi Teknologi Informasi

77

Prasad. Ajnesh “Toward A System Of Global Ethics In
International Business: A Rawlsian Manifesto”,
Journal Management Decision, Vol. 46 No. 8
pp.1166-1174 Tahun 2008
Schwartz. Mark “The business ethics of Management
Theory”, Journal of Management History, Vol. 13
No.1 pp.43-54 Tahun 2007
Svensson G, and Wood. G, “Proactive versus reactive
business ethics performance: a conceptual framework
of profile analysis and case illustrations”, Journal
Corporate Governance, Vol. 4 No.2 pp. 18-33 Tahun
2004
Velasquez G. Manuel “Etika Bisnis” Edisi 5 Penerbit ANDI
Yogyakarta Tahun 2005.

78 Dimensia Volume 12 Nomor 1, Maret 2015 : 35-78