Pemberian Kompos Ternak Babi dengan Dosis yang Berbeda Terhadap Produktivitas Hijauan Ruzi (Brachiaria Ruziziensis)dengan Interval Pemotongan yang Berbeda

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kebutuhan akanHijauan Makanan Ternak (HMT) merupakan salah satu
bahan pakan hijauan yang sangat diperlukan dan besar manfaatnya bagi
kehidupan dan kelangsungan populasi ternak. Salah satunya adalah rumput Ruzi
(Brachiaria ruziziensis).Rumput ruzi/kongo adalah salah satu jenis rumput
berumur panjang yang berasal dari Kongo, dan Kenya (Afrika Tropis), yang dapat
tumbuh baik pada hampir setiap jenis tanah dan pada ketinggian 0 - 1.000 m atau
lebih dengan curah hujan sekitar 1.000 mm/tahun. Rumput ruzi/kongo termasuk
dalam golongan rumput gembala ringan (domba dan kambing) karena kurang
tahan. Ciri – ciri rumput ruzi/kongo yakni tumbuh vertikal dan horizontal,
membentuk hamparan dan mencapai tinggi 60-120 cm. Rumput ruzi paling cocok
untuk daerah dengan iklim basah (1000 mm/t) tanpa musim kemarau atau dengan
musim kemarau yang pendek yaitu 3-4 bulan. Bagian batang yang menjalar
bersinggungan dengan tanah (stolon), pada setiap buku stolonnya bisa tumbuh
akar, bila kondisi memungkinkan.Perakarannya luas, tetapi dangkal, sehingga
kurang tahan injak dan renggutan.Batang berwarna merah tua keunguan dan
beruas pendek, sedang keadaan daunnya lebar dan berbulu halus, tanaman ini juga
responsif


terhadap

pemupukan

nitrogen.Rumput

ruzi/kongo

dapat

dikembangbiakkan dengan pols dan stek.
Bahan-bahan organik yaitu berupa dedaunan, jerami, alang-alang, rumput,
sisa-sisa ranting, kotoran ternak, urine ternak dan lain-lain.Salah satu bahan
organik yang dimaksud adalah kompos kotoran ternak babi. Kompos merupakan

1
Universitas Sumatera Utara

2


bahan organik yang telah mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi
antara mikroorganisme yang bekerja di dalamnya.Usaha ternak babi yang
dipelihara

di

pemukiman

penduduk

dapat

menimbulkan

permasalahan

lingkungan.Permasalahan yang utama terjadi adalah kesulitan pembuangan
limbah ternak babi yang dapat berupa kotoran ternak dan sisa - sisa pakan ternak
yang terbuang.Permasalahan lainnya yang terjadi setelah pembuangan limbah
sembarangan


yaitu

menimbulkan

pencemaran

lingkungan

yang

dapat

menyebabkan air sungai tercemar, mengakibatkan pendangkalan air sungai,
eutrofikasi, ph, munculnya bau karena adanya gas-gas pencemar yang dihasilkan
oleh limbah kotoran ternak sendiri (Subba, 1994).Jika kotoran ternak dibiarkan
terurai pada tanah tempat pembuangan kenaikan suhu penguraian dan perubahan
ph akan berdampak berbahaya bagi organisme sekitarnya (Blaine, 1994). Sisa
pakan yang terbuang didalam kandang yang tercampur dengan kotoran ternak
babi akanmengurangi pendapatan yang diperoleh karena pakan terbuang sia-sia

dan kurangnya memanfaatkan limbah tersebut. Apabila sisa pakan yang tercampur
dengan kotoran ternak babi berada didalam kandangternak akanmengakibatkan
berkembangnya bakteri serta menimbulkan penyakit ternak (Santa, dkk. 2011).
Pengolahan limbah kotoran babi perlu dilakukan untuk mengatasi dampak
negatif dari pencemaran yang ditimbulkan. Salah satu cara penanggulangannya
yaitu dengan teknik pengkomposan karena cara ini sangat praktis, biaya murah,
dapat dilakukan oleh setiap peternak karena teknologi yang digunakan sangat
sederhana. Di samping itu, kompos yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai pupuk
tanaman, karena kompos dapat meningkatkan kesuburan tanah.Selain itu,
penerapan teknologi terapan biogas dari kotoran babi memungkinkan untuk

Universitas Sumatera Utara

3

menghasilkan

energi

sekaligus


menurunkan

tingkat

polusi

udara.Untuk

pengolahan limbah cair, peternakan babi harus dilengkapi dengan unit pengolahan
limbah seperti septic tank dan pengolahan limbah khusus menjadi pupuk.Unit
pengolahan

limbah

harus

ada

agar


tidak

mengganggu

kepentingan

masyarakat.Pengabaian penyediaan unit pengolahan limbah sering memicu
konflik dengan masyarakat. Pengolahan limbah bisa langsung dilakukan di lokasi
kandang dengan proses pengomposan alami. Dalam pengomposan alami, kotoran
babi berupa feses dan urin tercampur merata dengan rumput/biomassa limbah
pertanian. Pengomposan terjadi akibat proses fermentasi yang merombak
senyawaan kompleks menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana berwujud
gas, cair, dan ampas padat. Proses fermentasi biasa ditandai dengan pelepasan
panas sehingga akan meningkatkan suhu dan lantai lebih hangat. Ampas padat
hasil perombakan pada proses fermentasi inilah yang disebut pupuk kompos.
Sifat fisik limbah babi dapat dianggap sebagai bahan padat (kurang dari 85
% air), semi padat atau cairan, tergantung dari konsistensinya dan kadar airnya.
Bila menggunakan alas tidur atau bahan padat lain. Limbah kaku dan tidak
mengalir dan dapatditangani dengan alat pengangkut biasa, seperti lantai berbilah

atau dengan alat semacamsekop.Limbah semi-padat (85-90 % air) sering sulit
ditangani karena mungkin terlalu padat untuk disedot dengan pompa, atau terlalu
encer untuk dikumpulkan dengan sekop.Oleh karena itu sistem manajemen
mungkin harus diubah, misalnya mengurangi ataumentiadakan serasah alas tidur
atau menambah air untuk mengencerkan limbah.
Struktur dan kesuburan tanah dapat diperbaiki dengan penggunaan
kompos.Umumnya pupuk kompos yang dimanfaatkan petani saat ini adalah

Universitas Sumatera Utara

4

kompos dari feses ternak termasuk kotoran padat feses babi.Akan tetapi
pembuatannya membutuhkan waktu yang cukup lama apabila tidak dibantu
dengan mikroorganisme biodekomposer.Agen dekomposer dapat digunakan untuk
mempercepat dan meningkatkan kualitas hasil pengomposan dan telah diproduksi
secara komersial, umumnya dalam bentuk konsorsium mikroorganisme yang
disebut dengan bioaktivator pengomposan atau biodekomposer.
Pembuatan kompos dengan menggunakan aktivator sudah banyak beredar
di pasaran diantaranya EM4 (Effective Microorganisms). Pada dasarnya aktivator

ini adalah mikroorganisme yang berada dalam cairan bahan penumbuh, apabila
cairan yang berisi mikroorganisme dilarutkan air dan dicampurkan kedalam bahan
yang akan dikomposkan maka dengan cepat mikroorganisme ini berkembang.
Pada dasarnya aktivator ini adalah mikroorganisme yang berada dalam cairan
bahan penumbuh, apabila cairan yang berisi mikroorganisme dilarutkan air dan
dicampurkan kedalam bahan yang akan dikomposkan maka dengan cepat
mikroorganisme ini berkembang dan mempercepat proses pengomposan.
Nilai produksi hijauan kaitannya dengan tingkat kesuburan tanah dan
umur pemotongan.Pemotongan sebagian maupun seluruh pucuk tanaman yang
berada diatas permukaan tanah, secara umum dapat dinyatakan sebagai intensitas
dan interval pemotongan.Pengaturan interval pemotongan sangat penting
menentukan produksi kemampuan tumbuh kembali (regrowth) tanaman tersebut,
agar dapat menghasilkan produksi hijauan pakan yang berkualitas tinggi secara
berkesinambungan.

Universitas Sumatera Utara

5

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis berkeinginan melakukan

penelitian mengenai pengaruh pemberian kompos ternak babi dengan dosis yang
berbeda terhadap produktivitas hijauan Ruzi (Brachiaria ruziziensis) dengan
interval pemotongan yang berbeda.

Tujuan Penelitian
Pemberian kompos ternak babi terhadap produksi hijauan (Pertumbuhan
Tinggi Tanaman, Produksi Segar, Jumlah Anakan) darihijauan Ruzi (Brachiaria
ruziziensis).

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk sumber informasi bagi masyarakat, petani,
dan peternak dalam mengatasi masalah pakan ternak dan memberikan nilai
tambah bagi peternak/petani dari hasil pengolahan dapat dimanfaatkan sebagai
sumber informasi bermanfaat di kalangan akademis, peneliti, praktisi, peternakan,
dan menjadi rekomendasi bagi petani peternak maupun penduduk.

Hipotesis Penelitian
Pemberian kompos ternak babi dapat meningkatkan produksi hijauan Ruzi
(Brachiaria ruziziensis) yang diukur dari tinggi tanaman, produksi bahan segar,
dan jumlah anakan.


Universitas Sumatera Utara