Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Culture Shock dan Adaptasi Budaya Mahasiswa Timor Leste di Universitas Kristen Satya Wacana T2 912013013 BAB II

BAB II
TELAAH PUSTAKA

2.1

Konsep Culture Shock

2.1.1 Definisi Culture Shock
Culture shock mengacu pada reaksi psikologis
yang

dialami

individu

karena

berada

ditengah


budaya yang berbeda dengan budayanya sendiri.
Kebanyakan individu mengalaminya bila memasuki
budaya yang baru dan berbeda.
Arti kata budaya secara terminologis adalah
suatu hasil dari budi dan atau daya, cipta, karya,
karsa, pikiran dan adat istiadat manusia secara
sadar maupun tidak, dapat diterima sebagai suatu
perilaku yang beradap. Swenee dan Mc. Ferlin
(2002), budaya secara ideal mengkomunikasikan
secara

jelas

pesan-pesan

tentang

bagaimana

melakukan suatu tindakan, berperilaku di sekitar

sini (how we do things around here).

15

Dari pemikiran diatas dapat diinterpretasikan
bahwa

budaya

memberikan

arahan

mengenai

bagaimana seseorang harus berperilaku, bersikap
dan bertindak dalam suatu komunitas. Kata “here”
mengacu pada suatu komunitas tertentu, baik itu
berbentuk organisasi perusahaan atau masyarakat.
Budaya mengikat anggota kelompok masyarakat

menjadi

suatu

menciptakan

kesatuan

pandangan

yang

keseragaman

berperilaku

atau

bertindak.
Berdasarkan berbagai pengertian yang telah

dikemukakan

tersebut

dapat

dinyatakan

bahwa

budaya merupakan cara hidup termasuk didalamnya
cara berpikir, bertindak, dan sebagainya dalam suatu
komunitas tertentu, baik dalam bentuk organisasi
perusahaan

maupun

masyarakat,

sehingga


membedakan suatu komunitas dengan yang lainya.
Dengan

adanya

memungkinkan

perbedaan

individu

yang

seperti
datang

ini,
disuatu


16

lingkungan

dalam

jangka

waktu

tertentu

yang

memiliki latar belakang budaya yang berbeda akan
mengalami gegar budaya atau culture shock (Andrea
L. dan Dennis dalam Liliweri, 2003:12)
Sebagian dari culture shock ini timbul karena
perasaan terasing dan berbeda dari yang lain. Bila
individu kurang mengenal kultur serta kebiasaan

masyarakat yang baru, maka individu tidak dapat
berinteraksi

secara

menemukan

bahwa

efektif.
dalam

Indrianie,

(2012)

prakteknya

banyak


mahasiswa kembali lebih awal ke negara asalnya
dikarenakan

kegagalan

dari

mahasiswa

dalam

menyesuaikan diri dengan budaya tuan rumah.
Mulyana dan Rahmat, 2003 (Oberg 1960)
menemukan bahwa culture shock adalah suatu
penyakit atau gejala yang berhubungan dengan aksi
yang diderita oleh individu atau group yang secara
tiba-tiba harus berpindah ke sebuah lingkungan
baru yang berbeda dengan lingkungan asalnya.

17


Adler,(2002) mengungkapkan bahwa culture shock
adalah goncangan yang dialami oleh individu ketika
keluar dari lingkungan asalnya. Oberg 1960 (dalam
Ward, dkk., 2001) ada enam aspek dari culture shock,
yaitu:
1.

2.

3.
4.

5.

6.

Dari
disimpulkan


Ketegangan
karena
adanya
usaha untuk beradaptasi secara
psikis.
Perasaan
kehilangan
dan
kekurangan keluarga, teman,
status, dan kepemilikan.
Penolakan terhadap dan dari
orang-orang di lingkungan baru
Adanya kebingungan mengenai
peran, harapan terhadap peran
tersebut, nilai yang dianut,
perasaan, dan identitas diri.
Tidak
menyukai
adanya
perbedaan bahasa, kebiasaaan,

nilai atau norma, sopan-santun
di daerah asal dengan daerah
baru.
Perasaan tidak berdaya yang
disebabkan
oleh
ketidakmampuan menyesuaikan
diri dengan lingkungan baru.

berbagai
bahwa

defenisi
culture

diatas,

shock

dapat

memberikan

18

dampak negatif berupa ketidaknyaman fisik dan
emosional yang di alami individu ketika datang dan
tinggal di negara lain atau disuatu tempat yang
berbeda dari tempat asalnya.

2.1.2 Dampak Negatif Culture Shock
Dalam buku communication acrooss culture
disebutkan

bahwa

culture

shock

memberikan

implikasi negatif berupa penyakit fisik seperti sakit
kepala, sakit perut, stress, ketidak cocokan sikap
sehingga
sikap

membinggungkan

dalam

kesendirian,

perilaku,
depresi,

signifikan,

dan

perbedaan

budaya

untuk

serta

perasaan-perasaan

perubahan

kehidupan
dan

memutuskan

yang

bahasa,

mood

yang

aneh

karena

diakses

dalam

https://www.google.com/?gws_rd=ssl#q=proses+dan
+dinamika+dalam+menghadapi+culture+shock
tanggal

3

Februari

2015

pukul

11.30.

pada
Untuk

19

mengindari implikasi yang negatif adaptasi perlu
untuk dilakukan.

2.2

Konsep Adaptasi

2.2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu telah menemukan bahwa
individu yang datang ke lingkungan yang baru akan
melakukan
adaptasi

penyesuaian
yang

disebut

terhadap

tiga

in-country

dimensi

adjustment

diantaranya work adjustment, general adjustment dan
interaction adjustment (Hill, 2002; Vance and Paik,
2006). Selanjutnya Oberg., 1960 (dalam ward, dkk.,
2001);

menemukan

bahwa

ketika

individu

melakukan penyesuaian terhadap ke tiga dimensi
diatas maka individu akan mengalami 4 tahap dalam
adaptasi yaitu: honeymoon, culture shock, recovery
dan adjustment yang disebut “the U curve theory of
adjustment”.

20

Hal

yang

sama

juga

diungkapkan

oleh

Tanggulungan (2009) bahwa para mahasiswa asing
yang tinggal di Indonesia (Salatiga) juga melakukan
penyesuaian terhadap tiga dimensi adaptasi yaitu :
work adjustment, interaction adjustment dan general
adjusment. Dalam melakukan penyesuaian terhadap
ketiga dimensi individu telah mengalami empat tahap
adaptasi

yaitu

tahap

honeymoon,

cultur

shock,

recovery, dan adjustment.

2.2.2 Definisi Adaptasi Budaya
Gudykunst,

(2002)

adaptasi

budaya

merupakan suatu proses panjang untuk memperoleh
kenyamanan ketika berada dalam suatu lingkungan
yang

baru.

Harris,

(1979)

menyatakan

bahwa

seseorang yang memiliki kemampuan individu akan
lebih mudah beradaptasi dan berinteraksi secara
efektif dengan orang lain disekitarnya yang berbeda
kebudayaannya.

21

Hal ini sejalan dengan Suparlan, (2004) menjelaskan

adaptasi

dilakukan

untuk

memenuhi

kebutuhan sosial atau sekunder (berkomunikasi
dengan sesama, pendidikan, kontrol sosial, dan
sebagainya)

dan

untuk

dapat

melangsungkan

kehidupannya. Alasan individu melakukan adaptasi
untuk

memenuhi

syarat

dasar

kejiwaan

atau

kebutuhan adab (kemanusiaan) untuk kenyamanan
diri individu dan ini merupakan strategi agar dapat
diterima oleh lingkungan yang baru. Novera, (2004)
menemuan bahwa kunci keberhasilan belajar bagi
mahasiswa

internasional

adalah

adaptasi

(penyesuaian).

2.2.3 Tahapan Adaptasi Budaya
Oberg,

1960

(Ward,

dkk

2001)

yang

menyatakan bahwa ada 4 tahap proses adaptasi yang
akan dialami oleh setiap individu yaitu honeymoon,
culture shock, recovery and adjustment.

22

Positif Mood

Mood Changes

Negatif Mood
Honeymoon Culture shock

Recovery

Adjustment

Phases of Adaptation

Gambar 2. 2.3 Tahapan Adaptasi Budaya
Sumber : Oberg, 1960 (dalam Ward, dkk., 2001)

Adapun tahapan ini dimulai dari tahap bulan
madu (honeymoon) dalam waktu beberapa hari atau
minggu yang ditandai dengan perasaan terpesona,
antusias,

senang,

adanya

hubungan

yang

baik

dengan tuan rumah (host country). Lalu tingkat krisis
yang disebut culture shock, tahap ini dimulai jika
individu atau group tersebut telah menetap dalam
waktu

yang

lama.

Terdapat

bermacam-macam

kesulitan untuk dapat hidup ditempat yang baru
seperti kesulitan bekerja secara optimal, tidak dapat
mengekspresikan perasaannya dalam bahasa lisan
23

(bahasa verbal) yang benar, kesulitan dalam bergaul
karena persoalan bahasa, adanya nilai-nilai yang
berbenturan dengan kepercayaan atau kebiasaan
yang

dianut.

Tingkat

berikutnya

adalah

tahap

penyembuhan (recovery), dalam tahap ini krisis
dapat dipecahkan jika sudah menguasai bahasa,
budaya tuan rumah yang bersangkutan. Tingkat
yang

terakhir

adalah

penyesuaian

(adjustment),

individu mulai menikmati dan menerima lingkungan
atau budaya tersebut meskipun masih mengalami
sedikit ketegangan dan kecemasan. Tahapan yang
terakir

individu

sudah

mulai

beradaptasi

dan

bersahabat dengan lingkungan yang baru. Lamanya
seseorang mengalami fase culture shock hingga ia
dapat beradaptasi disebabkan oleh beberapa hal
seperti sifat, dukungan orang lain, atau minimnya
motivasi dari individu tersebut. Levine dan Adelman,
(1993) menemukan bahwa setiap orang mengalami

24

fase culture shock yang berbeda-beda maka strategi
adaptasi harus diperhatikan oleh setiap individu.

2.2.4 Strategi Adaptasi
Riady, (2004) strategi-strategi dalam proses
adaptasi sangat penting bagi individu yang menemui
lingkungan baru, baik lingkungan alam maupun
lingkungan

sosial.

Salah

satu

bentuk

strategi

adaptasi individual adalah penyesuaian antisipatif
(anticipatory adjustment) dan belajar secara otodidak
(self

efficacy),

yang

berlandaskan

pada

strategi

adaptasi budaya menurut Herbert 1984, (dalam
Riyandhiani 2013) dimulai dengan tahap persiapan
(Preparatory

Stage),

pada

tahapan

ini

individu

melakukan persiapan sebelum berangkat,
mencari

informasi

tentang

daerah

tujuan

yaitu
dari

berbagai literatur seperti, internet dan orang-orang
terdekat yang memiliki pengalaman tentang daerah
yang

dituju.

Tujuan

dari

kegiatan

yang

25

dimaksudkan adalah untuk mengenali lingkungan
sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman
diri. Tahap yang kedua yaitu tahap meniru dalam hal
bertindak

(Play

Stage),

individu

mulai

meniru

kebiasaan atau cara hidup masyarakat yang ada
disekitarnya. Tahap yang ketiga yaitu siap dalam
bertindak (game stage), individu suda mempunyai
kemampuan dalam hal menempatkan diri dalam
sebuah lingkungan, dan menyadari tentang apa yang
hendak dilakukan, dan tentunya tidak berbenturan
dengan norma yang berlaku. Pada tahap ini lawan
beriteraksi

semakin

banyak

dan

hubungannya

semakin kompleks. Individu mulai berhubungan
dengan masyarakat sebaya di luar lingkunganya.
Peraturan-peraturan yang berlaku diluar lingkungan
asalnya

secara

bertahap

juga

mulai

dipahami.

Bersamaan dengan itu, individu mulai menyadari
bahwa ada norma tertentu yang berlaku diluar
lingkungan asalnya. Tahap yang keempat yaitu

26

penerimaan norma kolektif (generalized stage), pada
tahap ini individu suda dianggap dewasa. individu
suda dapat menempatkan dirinya pada masyrakta
secara

luas.

Dengan

kata

lain

individu

dapat

bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang
yang

berinteraksi

dengannya

tapi

juga

dengan

masyarakat luas dalam rangka mengatsi culture
shock yang berkepanjangan .

27

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Adaptasi Budaya Para Ekspatriat di Timor Leste

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Adaptasi Budaya Para Ekspatriat di Timor Leste T2 912010015 BAB I

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Adaptasi Budaya Para Ekspatriat di Timor Leste T2 912010015 BAB II

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Adaptasi Budaya Para Ekspatriat di Timor Leste T2 912010015 BAB IV

0 1 52

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Adaptasi Budaya Para Ekspatriat di Timor Leste T2 912010015 BAB V

0 1 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Culture Shock dan Adaptasi Budaya Mahasiswa Timor Leste di Universitas Kristen Satya Wacana T2 912013013 BAB I

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Culture Shock dan Adaptasi Budaya Mahasiswa Timor Leste di Universitas Kristen Satya Wacana T2 912013013 BAB IV

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Culture Shock dan Adaptasi Budaya Mahasiswa Timor Leste di Universitas Kristen Satya Wacana T2 912013013 BAB V

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Culture Shock dan Adaptasi Budaya Mahasiswa Timor Leste di Universitas Kristen Satya Wacana

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Culture Shock dan Adaptasi Budaya Mahasiswa Timor Leste di Universitas Kristen Satya Wacana

0 0 2