Treaty Room - Treaty

PENGATURAN DALAM BIDANG KEAMANAN
DI DAERAH - DAERAH

PERBATASAN

ANTARA
PEMERINTAH REPUBLIK

INDONESIA

DAN
PEMERINTAH MALAYSIA

1.

PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH MALAYSIA

menyatakan kegembiraannya , bahwa Pengaturan Dalam Bidang
Keamanan di Daerah Perbatasan yang telah ditandatangani
di Kuala Lumpur pada tanggal 6 April , Seribu Sembilan Ratus
Tujuh Puluh Dua , telah memberikan hasil - hasil bagi kepen tingan bersama kedua negara .


Kedua Pemerintah menyatakan

pula kepuasannya atas hubungan persahabatan serta kerjasama
yang erat antara Angkatan Perang dan Kepolisian kedua
Negara .
2.

SETELAH MENELAAH

keadaan keamanan pada umumnya dan

mencatat khususnya pembangunan dan stabilitas di wilayah
Perbatasan serta untuk menanggulangi perubahan - perubahan
situasi dan keadaan , kedua Pemerintah menganggap perlu untuk
me - revisi Pengaturan Dalam Bidang Keamanan tersebut di atas .

3.

ATAS KEHENDAK


untuk lebih meningkatkan dan memper-

kuat hubungan dan kerjasama yang telah ada antara kedua
Negara serta untuk memperoleh basil yang menyeluruh dan
praktis dalam mengatasi masalah - masalah keamanan disepanjang
Perbatasan Bersama Kedua Negara, maka kedua Pemerintah telah
setuju untuk menyusun suatu Pengaturan sebagai berikut

2

PASAL

I

Dalam Pengaturan ini kecual i isinya menentukan lain
(a)

"Pengej aran .. berarti penyusulan segera a tau


operasi - operas i pemutusan yang dilaksanakan di seberang perbatasan .
(b)

"Operasi Gabungan" berarti operasi yang di -

jal ankan oleh pasukan-pasukan kedua negara yang
bertindak bersama- sama untuk menyelesaikan missi
tunggal .
( c)

··satuan Keamanan ·· berarti anggota - anggota

militer dan polisi .
(d)

" Pengendalian Operasi " be rarti kekuasaan yang

diberikan kepada seorang Komandan dari satu Pihak
untuk memimpin satuan Pihak lain yang di tugaskan
bersamanya untuk menjalankan operasi tert entu

dengan maksud untuk penggunaan taktis saja dan
tidak termasuk pengendalian dalam bidang adminis trasi atau logistik .

Pengertian ini mempunyai arti

yang sama dengan "Kendali Operasi" .
(e)

"Daerah Perbatasan" berarti daerah daratan ,

laut dan udara di atasnya sepanjang Perbatasan
Bersama kedua Negara, yang batas luas daerahnya
disesuaikan dengan kebutuhan dan persetujuan kedua
negara .

3

PASAL
1.


II

Akan dibentuk suatu badan yang dinarnakan "Panitia

Urnurn Perbatasan" yang terdiri dari Ketua Bersarna dan tidak
lebih dari sepuluh orang anggota lainnya di rnasing-rnasing
Pihak seperti tercanturn dalarn Larnpiran, yang dapat diubah
setiap waktu berdasarkan persetujuan kedua belah Pihak.
2.

Ruang Lingkup Tugas Panitia Perbatasan adalah

sebagai berikut :
(a)

Mengadakan perternuan dan pernbicaraan tentang

tindakan-tindakan yang dapat diarnbil untuk rnenang gulangi ancarnan kornunis dan unsur-unsur lain yang
berhubungan dengan kearnanan di Daerah Perbatasan ;
dan

(b)

Mernbentuk Panitia tetap atau ad-hoc

guna

rneneropong tiap-tiap rnasalah yang dapat rnernpe ngaruhi

ketahanan dan stabilitas kearnanan di -

sepanjang

3.

Daerah Perbatasan .

Dalarn melaksanakan tugas-tugas tersebut,

Panitia


Urnurn Perbatasan dapat rnerurnuskan prosedur kerja untuk dipakai oleh Panitia Urnurn Perbatasan tersebut atau setiap
Panitia yang dibe ntuknya.

4.

Sernua keputusan yang diarnbil oleh Panitia Urnurn

Perbatasan akan disarnpaikan kepada kedua Pernerintah yang
bersangkutan untuk pelaksanaannya .

5.

Panitia Urnurn Perbatasan

イョ ・ ョ ァ。セォョ@

perternuan setidak -

tidaknya satu kali setiap tahun di Indonesia atau di
Malaysia be rganti- ganti.


Kedua Ketua Bersarna dapat be rternu

4
untuk rnernbicarakan dan rnernutuskan setiap rnasalah dalarn
rangka Pengaturan ini setiap waktu jika dikehendaki dan
keputusan dernikian adalah keputusan PUP .
6.

Hubungan antara Ketua - Ketua Bersarna dari Panitia

Urnurn Perbatasan dapat dilakukan secara langsung rnelalui
telegram atau surat dan hubungan serupa itu dilangsungkan
rnelalui saluran diplornatik .
PASAL

III

Untuk rnencapai efisiensi yang besar dalarn rnelaksana kan operasi - operasi kearnanan dan kegiatan- kegiatan lain
yang berhubungan dengan ketahanan dan stabilitas kearnanan

di Daerah Perbatasan disetujui pernbentukan

badan

atau

badan- badan koordinasi dengan ruang lingkup tugasnya oleh
Panitia Urnurn Perbatasan .
PASAL

IV

Untuk rnenjarnin rnengatasi ancarnan- ancarnan secara
lebih efisien terhadap stabilitas kearnanan disepanjang
Daerah Perbatasan, kedua Pihak setuju bahwa kegiatan kegiatan satuan - satuan kearnanan dapat rnelintasi perbatasan
dengan syarat sebagai berikut
(a)

Operasi Gabungan .


Satuan kearnanan dari salah

satu Negara diperbolehkan rnelintasi batas ke wilayah
negara lainnya sesuai dengan persyaratan dalarn
Pasal V.
(b)

Pengejaran .

Satuan-satuan Kearnanan dari salah

5
satu Nega ra diperbolehkan memasuki wilayah negara lain
unt uk kepe rluan pengejaran (Hot Pur suit) , dengan tunduk
pada syarat - syarat serta prosedur- prosedur yang disetujui
oleh Panitia Umum Perbatasan .
PASAL
1.

V


Pengendalian Operasi - operas i Gabungan adalah

sebagai berikut :
(a)

Apabila Operasi- operas i Gabungan dilaksanakan

di wi layah Indone sia , seorang perwira Indonesia
d i tunjuk sebagai komandan untuk mengendalikan
operasi - operasi itu .
(b)

Apabila Operasi - operasi Gabungan itu dilak -

sanakan di wilayah Malaysia , seorang perwira
Mal aysia di tunjuk sebagai komandan untuk mengen dalikan operasi - operasi itu .
2.

Operasi - operasi Gabungan biasanya tidak dilakukan

dalam jarak satu mil atau satu koma enam kilometer dari
batas luar kota atau kampung .

Dalam hal terdapat sebuah

rumah atau pondok , Operasi Gabungan tidak bole h dilaksana -

I

kan dalam batas luar rumah atau pondok itu .

3.

Operasi Gabungan biasanya dilakukan diluar batas

lima mil atau 8 km dari perbatasan bersama kedua negara .
Ketentuan ini berlaku untuk operasi darat, laut dan
udara .

6
4.

Sebelum Operasi Gabungan itu dilakukan , kedua

Komandan setempat mempersiapkan bersama Rencana Operasi
Gabungan dan menyerahkannya kepada penguasa-penguasa negara
masing- masing untuk mendapatkan persetujuan .

5.

Kelornpok - kelompok penghubung (Liaison) dari Negara

tuan rumah akan menyertai satuan - satuan dari negara lain
yang ikut serta dalam setiap Operasi Gabungan .
PASAL

VI

Semua operasi dilakukan sesuai dengan hukum dan
perundang - undangan negara yang bersangkutan dan sesuai
dengan Hukum Internasional .
PASAL

VII

Cara dan prosedur dari pelaksanaan operasi - operasi
keamanan yang meliputi matra darat , laut dan udara , di atur melalui prosedur yang disepakati bersama .
PASAL

VIII

Prosedur- prosedur komunikasi radio untuk menjamin
kerjasama yang lancar dalam operasi - operasi keamanan per batasan , dirumuskan bersama .

Perlengkapan - perlengkapan

komunikasi disediakan sebagaimana disetujui bersama .
PASAL

IX

Masing- masing Pihak pada Pengaturan ini bertanggung
jawab atas semua tuntutan terhadap kerusakan atas tanah

7
milik, atau atas korban - korban luka atau kematian sese orang atau orang- orang, sebagaimana akibat dari pada
operasi - operasi keamanan yang dilakukan didalam wilayah
masing- masing sesuai dengan Pengaturan ini .
PASAL
1.

X

Masing - masing Pihak Pengaturan ini biasanya ber -

tanggung jawab atas penyelenggaraan administrasi dan bantuan perbekalan logistik satuannya sendiri .
2.

Dalam keadaan- keadaan tertentu satu Pihak dapat

mengijinkan Pihak lain untuk memperoleh dan mengangkut
bahan-bahan logistik di dan melalui wilayahnya sesuai
prosedur - prosedur yang disepakati bersama .
PASAL

XI

Kedua Pihak akan mengadakan pertukaran intelijen
yang menyangkut masalah ancaman terhadap ketahanan dan
stabilitas keamanan di Daerah Perbatasan.
PASAL

XII

Jika timbul perbedaan pendapat dalam pelaksanaan
dan pemecahan persoalan- persoalan dalam Pengaturan ini,
masalahnya akan diajukan kepada Panitia Umum Perbatasan
untuk diputuskan.

Jika tidak tercapai keputusan dari

Panitia Umum Perbatasan, masalah itu disampaikan kepada
Pemerintah masing-masing yang akan berusaha menyelesaikan nya melalui saluran- saluran diplomatik dalam semangat per sahabatan dan kerjasama yang baik.

8
PASAL

XIII

Pengaturan ini serta Lampirannya , atas saran
Panitia Umum Perbatasan , dapat dirubah dengan persetujuan
kedua Pemerintah .
PASAL
1.

XIV

Pengaturan ini mulai berlaku pada hari penanda

tanganannya dan setelah itu , Pengaturan mengenai keamanan
di daerah- daerah perbatasan yang tercantum dalam paragrap
satu dari preambul Pengaturan ini , serta pengaturan
seternpat lainnya yang menyangkut daerah perbatasan sebelurnnya , dinyatakan batal
Dengan syarat bahwa setiap prosedur operasi yang
telah dirumuskan di bawah Pengaturan mengenai Kearnanan di Daerah - daerah Perbatasan yang tercanturn didalarn paragrap
satu dari Prearnbul Pengaturan ini akan terus berlaku hingga
saat dibatalkan oleh Panitia Umum Perbatasan .
2.

Pengaturan ini dapat diakhiri berlakunya baik ber -

dasarkan persetujuan bersama atau sesudah jangka waktu
enarn bulan sesudah pemberitahuan tertulis yang disampaikan
oleh pihak satu kepada yang lain .
PASAL

XV

Pengaturan ini dibuat dalam Bahasa Indonesia,
Bahasa Malaysia dan Bahasa Inggeris yang mempunyai kekuatan
hukurn yang sama .

Dalarn hal timbul perbedaan

interpretasi

dari ketiga naskah harus diselesaikan melalui perundingan .

9

SEBAGAI BUKTI yang bertandatangan di bawah ini
yang telah diberi kuasa penuh oleh Pemerintah masing-masing,
telah menandatangani Pengaturan ini.
DIBUAT di Yogyakarta pada tanggal 3 Desember tahun
seribu sembilan ratus delapan puluh empat .

Untuk Pemerintah

Untuk Pemerintah

Repub l ik. Indonesia

Malaysia
Signed

Signed

L .B. MOERDANI
Panglima Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia sebagai
Ketua Panitia Umum
Perbatasan ,
Indonesia

DATO '

セbin@

HITAM

Menteri Dalam Negeri
Ketua Pani tia Umum
Perbatasan , Malaysia

LAMPIRAN DARI PENGATURAN DALAM BIDANG
KEAMANAN DAERAH - DAERAH PERBATASAN ANTARA
PEMERINTAH REPUBLI K INDONESIA DAN
PEMERINTAH MALAYSIA
(

PASAL

II

)

KETUA DAN KEANGGOTAAN PANITIA UMUM
PERBATASAN

KE T UA
(1)

Pada setiap Persidangan Panitia Umum Perbatasan

Ketua Bersama dar i negara tuan rumah menjadi Pemimpin Sidang.
KEANGGOTAAN
(2)

Pani tia Umum Perbatasan terdiri dari seorang Ketua

setingkat Menteri;

untuk Indonesia Panglima Angkatan Ber -

senjata dan untuk Malaysia Menteri Dalam Negeri, dan tidak
lebih dari sepuluh orang anggota pada masing- masing pihak
yang ditunjuk sesuai keperluan.

(3)

Panitia Umum Perbatasan juga dapat mengikut

ウセイエ。ォョ@

tidak lebih dari enam orang sebagai peninjau pada setiap
persidangan .

(4)

Untuk setiap persidangan Panitia Umum Perbatasan ,

akan dibentuk Sekretariat Bersama yang terdiri dari
tidak lebih dari empat orang Pejabat dari masing- masing
pihak .

PERATURAN- PERATURAN
KESELAMATAN DI KAWASAN SEMPADAN
DIANTARA
KERAJAAN REPUBLIK

INDONESIA

DENG AN
KERAJAAN

1.

MALAYSIA

KERAJAAN REPUBLIK INDONESIA DAN KERJAAN MALAYSIA

adalah dengan sukac i tanya mengambil i ngatan
「。

ィ 。セ@

Per -

aturan- peraturan Kese l amatan di Kawasan - kawasan sempadan
yang telah ditandatangani di Kuala Lumpur pada Enam
April Seribu Sembil an Ratus Tujuh Puloh Dua, telah ber j a l an dengan memberi faedah bersama kepada kedua - dua
Negara.

Kedua - dua Kerajaan juga me ngamb i l ingatan dengan

puashatinya perhubungan persahabatan dan kerjasama yang
erat yang sedia ada diantara

Angkatan- angkatan Tentera

dan Polis kedua - dua Negara .
2.

SETELAH MENGKAJI kedudukan keselamatan pada

keseluruhannya, dan atas kesedaran betapa perlunya di laksanakan pembangunan sosio - ekonomi demi meningkatkan
kestabilan dan ketahanan di sepanjang perbatasan bersama
kedua negara , dan supaya perubahan kepada situasi dan
kedudukan dapat diatasi, maka kedua - dua Kerajaan telah
dapati perl u untuk menglangkaji Peraturan- peraturan
Keselamatan yang tersebut di atas.

3.

Dengan tujuan untuk memperbaiki dan memperteguh-

kan lagi perhubungan- p e rhubungan dan kerjasama yang
sedia ada diantara kedua - dua Negara , dan untuk mendapat -

I

2

kan kesan yang penuh dan praktik dalarn rnengendalikan
rnasalah-rnasalah keselarnatan disepanjang sernpadan bersarna
kedua negara, kedua - dua Kerajaan telah bersetuju untuk
rnernbuat Peraturan-peraturan yang berikut:PERKARA

I

Dalarn Peraturan - peraturan ini, rnelainkan, jika
kandungan ayatnya rnenghendaki rnakna yang lain :
(a)

"Pengejaran" ertinya operasi susulan

serta rnertaatau operasi rnenyekat yang dilancar kan diseberang sernpadan .
(b)

"Operasi Gabungan " ertinya suatu Operasi

yang dijalankan oleh pasukan kedu a - dua Negara
yang bertindak bersarna untuk rnencapai satu tujuan
yang tunggal .
(c)

" Pasukan - pasukan Keselarnatan" ertinya

anggota-anggota tentera dan polis .
(d)

" Pengawalan Operasi " ert inya kuasa yang

diberi kepada seorang pernerintah dari satu
pihak untuk rnengarah pasukan-pasukan dari pihak
yang satu lagi itu yang diuntukkan kepadanya
untuk Qperasi yang tertentu bagi rnaksud atau
kedudukan rnuslihat sahaja dan tidak terrnasuk
kawalan pentadbiran atau lojistik.

Pernbahasan

ini sarna ertinya dengan " Pengawalan Ope rasi:·

I

I I

3
(e)

"Kawasan-kawasan Sempadan .. ertinya kawasan

darat , laut dan ruang udara disepanjang sempadan
bersama kedua negara, dengan had sempadan tertakluk
kepada keperluan dan persetujuan kedua-dua buah
negara .
PERKARA
1.

II

Maka hendaklah ditubuhkan suatu Jawatankuasa 'Am

Sempadan yang mengandungi Pengerusi - pengerusi Bersama
dan tidak lebih daripada sepuluh orang ahli-ahli lain
bagi tiap-tiap satu pihak mengikut sebagaimana yang ditent u kan di Lampiran , yang mana boleh ditukar dari masa
ke semasa tertakluk kepada persetujuan kedua belah p ihak.
2.

Tugas - tugas bagi Jawatankuasa ' Am Sempadan hendak-

lah seperti berikut :
(a)

Untuk bermesyuarat, berjumpa dan berunding

b erkenaan langkah-langkah yang akan diambil
dengan tujuan untuk menghapuskan ancaman
Komunis disepanjang sempadan bersama kedua - dua
Negara dan apa-apa perkara lain yang berkaitan
dengan keselamatan; dan
(b)

Untuk menubuhkan jawatankuasa tetap atau

jawat ankuasa ad -hoc dengan apa-apa tugas bagi
maksud mengurus sebarang perkara tertentu yang
mungkin menjelas k estabi l an dan ketahanan
disepanjang Kawasan - kawasan Sempadan.

4
3.

Bagi menunaikan kewajipannya dibawah tugas-tugas

yang tersebut di atas , Jawatankuasa ' Am Sempadan boleh
membentuk perkara- perkara acara kerja yang akan diambil
oleh Jawatankuasa ' Am Sempadan atau sesuatu Jawatankuasa
yang ditubuhkan olehnya .

4.

Semua keputusan yang dibuat oleh Jawatankuasa 'Am

Sempadan hendaklah disampaikan kepada pihak-pihak berkuasa
negara yang berkenaan untuk pelaksanaan .

5.

Jawatankuasa ' Am Sempadan hendaklah mengadakan

mesyuaratnya sekurang- kurangnya satu kali setahun
bergilir - gilir antara Indonesia dan Malaysia.

Walaupun

begitu , jika difikirkan perlu, kedua Pengerusi/Ketua
Bersama Jawatankuasa ' Am Sempadan boleh berjumpa untuk
memutuskan apa jua perkara dalam lingkungan Jawatanku asa
' Am Sempadan, dan keputusan- keputusan yang dicapai dari
perjumpaan itu adalah keputusan dibuat oleh Sidang
Jawatankuasa ' Am Sempadan sebenar .

6.

Perhubungan terus melalui te l egram atau surat

boleh diadakan diantara Pengerusi - pengerusi Bersama
Jawatankuasa ' Am Sempadan dan Perhubungan itu hendaklah
biasanya disampaikan melalui saluran- saluran diplomatik .
PERKARA

III

Bagi maksud meningkatkan kesepatan yang lebih
t inggi dalarn melaksanakan operasi-operasi keselamatan
dan kegiatan- kegiatan tertentu dalam rangka memelihara
kestabilan dan ketahanan di Kawasan - kawasan Sempadan

5

bersama, adalah dipersetujui bahawa satu atau lebih badanbadan penyelaras yang sesuai, yang mempunyai bidang - bidang
tugas yang ditentukan, hendaklah ditubuhkan oleh Jawatankuasa 'Am Sempadan .
PERKARA

IV

Bagi maksud mempastikan kecekapan yang lebih bagi
menghapuskan ancaman- ancaman terhadap keselamatan
disepanjang Kawasan - kawasan Sempadan, kedua - dua pihak
dalam Peraturan-peraturan ini bersetuju bahawa tindakantindakan Pasukan-pasukan Keselamatan diseberang sempadan
hendaklah dibenarkan mengikut syarat - syarat yang
berikut :
(a)

Operasi Gabungan .

Pasukan- pasukan

Keselamatan dari salah satu Negara boleh dib e narkan

menyebe rangi sempadan masuk ke wilayah Negara

yang lain tertakluk kepada syarat - syarat yang ditetapkan dalam perkara V.
(b)

Pengejaran (Hot Pursuit).

Pasukan-pasukan

Keselamatan dari salah satu Negara boleh dibenar kan menyeberangi sempadan masuk kewilayah Negara
yang lain untuk maksud pengejaran, dengan syarat
bahawa pasukan- pasukan yang mengejar itu hendaklah
t e rtakluk kepada syarat - syarat dan pro sedurpro se dur yang aka n diper setujui oleh Jawa tankuas a
'Am Se mpadan .

6
PERKARA V
1.

Kawalan Operasi Gabungan hendaklah seperti berikut
(a)

Apabila Operasi - operasi Gabungan dilancarkan

diwilayah Indonesia , seorang pegawai Indonesia
hendaklah rnenjadi sebagai pemerintah untuk rnengawal
operasi - operasi itu ;
(b)

Apabila Operasi - operasi Gabungan dilancarkan

diwilayah Malaysia , seorang pegawai Mal aysia
hendaklah rnenjadi sebagai pemerintah untuk
rnengawal operasi - operasi itu .
2.

Operasi - operasi Gabungan daratan tidak boleh di -

jalankan di dalam kawasan satu batu

atau satu perpuluhan

e narn kilometer daripada sekeliling sebelah luar mana- mana
pekan atau kampong .

Berkenaan dentan rurnah atau pondok ,

Operasi Gabungan tidak bo l eh dijalankan dalarn kawasan
sekeliling rurnah atau pondok itu .

3.

Operasi Gabungan, biasanya tidak boleh dijalankan

lebih daripada had lirna batu atau lapan kilometer dari
sempadan bersama kedua - dua Negara .

Syarat ini hendaklah

diikuti selama melaksanakan Operasi Gabungan darat, laut
dan udara.

4.

Sebelurn suatu Operasi Gabungan dilancarkan, kedua -

dua Pernerintah Ternpatan hendaklah bersarna - sama menyediakan
satu Rancangan Operasi Gabungan dan rnengemukakan rancangan
tersebut kepada pihak - pihak berkuasa negara rnasing - rnasing
yang berkenaan untuk diluluskan .

7
5.

Pasukan-pasukan perhubungan dari

Negara tuan

rumah hendaklah mengikut bersama-sama pasukan- pasukan
negara yang lain yang mengambil bahagian dalam sesuatu
Operasi Gabungan.
PERKARA

VI

Semua Operasi yang dijalankan hendaklah mengikut
undang -undang dan peraturan - peraturan Negara masing -masing
dan menepati Undang-undang antarabangsa.
PERKARA

VII

Cara dan prosedur menjal an operasi keselamatan oleh
peraturan - peraturan darat , laut dan udara masing- masing
he ndaklah diaturkan mengikut acara tertentu yang akan
dipersetujui bersama .
PERKARA

VIII

Prosedur mengenai perhubungan radio untuk mempastikan kelicinan kerjasama dalam operasi - operasi
keselamatan disempadan hendaklah dibentuk bersama.
Alat-alat perhubungan hendaklah disediakan sebagaimana
dan dipersetujui oleh kedua - dua pihak.
PERKARA

IX

Tiap - tiap pihak dalam Peraturan- peraturan ini
hendaklah bertanggongjawab atas semua t untutan berkenaan
kerosakan-kerosakan terhadap tanah dan harta atau atas
kebencanaan atau kematian terhadap seorang atau orangorang yang disebabkan ol eh operasi - operasi kese lamatan

8
yang dijalankan dalam wilayah negara masing - masing mengikut Peraturan- peraturan ini .
PERKARA
1.

X

Tiap - tiap pihak dalam Peraturan- peraturan ini

hendaklah biasanya bertanggongjawab bagi mentadbir dan
mengadakan bantuan lojistik kepada pasukan- pasukan
sendiri .
2.

Dalam keadaan tertentu , tiap - tiap pihak boleh

membenarkan pihak yang satu lagi itu mendapatkan dan
mengangkut lojistik dalam dan melalui wilayahnya meng ikut syarat - syarat yang akan dipersetujui .
PERKARA

XI

Kedua - dua pihak hendaklah bertukar- tukar
perisikan berkaitan dengan apa- apa ancaman yang boleh
menjejas keselamatan dan kestabilan kawasan- kawasan
sempadan .
pERKARA

XII

Sekiranya timbul sesuatu perselisihan pendapat
dalam pelaksanaan dan penyelesaian perkara- perkara yang
tersebut dalam Peraturan - peraturan ini, masalah itu
hendaklah dirujukkan kepada Jawatankuasa ' Am Sempadan
untuk keputusan .

Sekiranya tiada

keputusan boleh

dicapai oleh Jawatankuasa ' Am Sempadan , masalah tersebut
hendaklah dikemukakan kepada Kerajaan masing-masing
yang akan berusaha menyelesaikannya melalui saluran saluran diplomatik biasa dengan semangat persahabatan

9
dan muhibah yang sebenar .
PERKARA XIII
Peraturan- peraturan ini dan Lampirannya bolehlah
diatas syor Jawatankuasa ' Am Sempadan , dipinda dengan
persetujuan kedua-dua Kerajaan .
PERKARA
1.

XIV

Peraturan- peraturan ini hendaklah mula berkuat -

kuasa pada tarikh ianya ditandatangani dan apabila ianya
mula berkuatkuasa , Peraturan- peraturan Keselamatan di
kawasan - kawasan Sempadan yang tersebut diperenggan satu
dalam Mukaddimah Peraturan- peraturan ini dan peraturanperaturan keselamatan tempatan yang lain berhubung dengan
kawasan- kawasan sempadan yang telah dipersetujui sebelum
tarikh ini, hendaklah terhenti daripada berkuatkuasa :
Dengan syarat bahawa apa- apa acara operasi yang
dibentuk dibawah

Peraturan- peraturan Keselamatan di

kawasan- kawasan Sempadan yang tersebut diperenggan satu
dalam Mukaddimah Peraturan- peraturan ini hendaklah t e rus
berjalan sehingga di tamatkan oleh Jawatankuasa ' Am
Sempadan .
2.

Peraturan- peraturan ini bolehlah ditamatkan sama

ada dengan persetujuan bersama atau setelah habis tempuh
enam bulan selepas satu notis bertulis bagi maksud itu
diberi oleh satu pihak kepada pihak yang satu lagi itu .

10

PERKARA

XV

Peraturan- peraturan ini ada l ah dibuat dal am
Bahasa Indones i a , Bahasa Ma l a ysia dan Bahasa
yang mempunyai n i laian yang sama .

Inggeri s

Apa- apa tafs i ran yang

berl ain an di antara tiga naskah itu h endaklah diselesai kan
secara perundingan .
PADA MENYAKSIKAN HAL DIATAS , yang bertan datangan
di bawah i ni yang di beri kuasa be r kenaan dengannya oleh
Kerajaan masing - masing telah menandatangan i Peraturanperaturan i n i.
Diperbuat di Yogyakarta pada Tiga Disember ,
Seribu Sembilan Ratus Lapan Puluh Empat .

Bagi Pihak Kerajaan
Republik

Indonesia

Signed

Bagi Pi hak Kerajaan
Mq.l aysia
Signed

L.B . MOERDANI

DATO ' MUSA BIN HITAM

Pangl ima Angka t an Bersenjata
sebagai Pengerusi
Jawatankuasa Am Sempadan
Indonesia

Menteri Dalam Negeri/
Pengerusi
Jawatankuasa Am Sempadan
Mal aysia

LAMPIRAN KEPADA PERATURAN - PERATURAN
KESELAMATAN
DI
KAWASAN - KAWASAN
SEMPADAN DIANTARA KERAJAAN REPUBLIK
INDONESIA DENGAN KERAJAAN MALAYSIA

PENGERUSIAN DAN KEANGGOTAAN
JAWATANKUASA ' AM SEMPADAN

PENGERUSI
(1)

Pada tiap - tiap satu mesyuarat Jawatankuasa 'Am

Sempadan , Pengerusi Bersama daripada Negara tuan rumah
hendaklah mempengerusikan mesyuarat itu .
KEANGGOTAAN
(2)

Jawatankuasa ' Am Sempadan hendaklah mengandungi

seorang Pengerusi Bersama yang bertaraf Menteri;
Indonesia .

untuk

Penglima Angkatan Bersenjata Republik

Indonesia, untuk Malaysia, Menteri Hal - Ehwal Dalam
Negeri;

dan tidak lebih daripada sepuluh orang ahli

bagi tiap - tiap satu pihak yang dilantik sesuai dengan
keperluan semasa .

(3)

Jawatankuasa ' Am Sempadan juga boleh membenarkan

tidak lebih daripada enam orang lain daripada tiap tiap satu pihak untuk hadir pada tiap - tiap satu mesyuarat .
(4)

Bagi maksud tiap - tiap satu mesyuarat Jawatankuasa

' Am Sempadan hendaklah

diadakan suatu Urusetia Bersama

yang dianggotai oleh tidak lebih daripada empat orang
pegawai daripada

tiap - tiap satu sebelah pihak .

SECURITY ARRANGEMENTS IN THE BORDER REGIONS
BETWEEN
THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
AND
THE GOVERNMENT OF MALAYSIA

1.

THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE

GOVERNMENT OF MALAYSIA are pleased to note that the
Security Arrangements in the Border Regions signed in
Kuala Lumpur on the 6th day of
Hundred and

April One Thousand Nine

Seventy Two have worked to the mutual benefit

of both Countries .

The two Governments also note with

satisfaction the exist ing close and frien dly relations and
co - operation between the Armed and Police Forces of both
Countries .
2.

HAVING REVIEWED the security situation in general

and having noted espec i al ly the need for social and economic
development to enc hance stability a nd resilience along the
common Border of the two Countries and in order to deal with
the changing situation and circumtances

the two Governments

deem it necessary to revise the aforesaid security
Arrangements .

3.

DESIROUS

of further improving and strengthening the

existing relations and cooperation between the two Countries
and in order to gain full and practical effect in dealing
with security problems along the common Border of the two
Countries , the Governments have agreed to enter into the
following Arrangements .

2

ARTICLE

I

In these Arrangements unless the context otherwise
requires:
(a)

··Hot Pursuit" means immediate follow up or

cut - off operations mounted across the border.
( b)

"Combined Operation" means an operation

conducted by forces of both countries acting
together for the accomplishment of a single mission.
(c)

"Security Forces" means mi l itary and police

personnel .
(d)

"Contro l of Operations" means the authority

granted to a commander of one party to direct the
forces of the other party assigned to him for a
specific operation for the purpose of tactical
deployment only and does not include administrative
or l ogistic control.

This expression shall have

the same meaning as "Operational Contro1 ··
(e)

" Border Regions " means land, sea and airspace

along the common border of both countries, the limit
of which shall be subject to the need and agreement
of both countries .

ARTICLE
1.

II

There shall be a General Border Committee consisting

of such Joint Chairman and not more than ten such othe r
members on each side as specified in the Anne x , which may
be chang ed from time to time subject to agreement by both
sides .

3
2.

The Terms of Reference of the General Border Com-

mittee shall be as follows :
(a)

To meet and confer on measures

which may be

a dopted with the view to e l iminate the Communist
threat a l ong the common border of the two Countries
and s u ch other matters pertaini ng to security in
the Border Regions;
(b)

and

To establish permanent or ad - hoc committee

with such terms of reference for the purpose of
looking into a n y particular matter which may affect
stability and resilience in the Border Regions.

3.

In discharging its duties under the above Terms of

Reference, the General Border

Committee may formulate

working procedural matters to be adopted by the General
Border Committee or any Committee established by it

4.

All decisions made by the General Border Committee

shall be conveyed to the national authorities concerned
for implementation.

5.

The General Border Committee shall hold its meeting

at least once a year a l ternately in Indonesia and Malaysia .
However both Joint Chairman may meet to confer and decide
on any matters within the framework of this Arrangement at
any time as they so wish , and that such decisions shall be
the decisions of the GBC.

4
6.

There may be direct communication by telegram or

letter between the Joint Chairman of the General Border
Committee and such communications shall normal ly be passed
through diplomatic channels.
ARTICLE
For the purpose of

III

enhancing greater efficiency in

the execution of security ope rations and such other
activities pertaining to stability and resilience in the
Border Region s , it is agreed that an appropriate coordinating body or bodies , with such terms of reference , shall be
established by the General Border Committee .
ARTICLE

IV

For the purpose of ensuring more efficient elimina tion of threats against security along the Border Regions, the
parties to these Arrangements agree that Security Forces
act ions across the border shall be allowed under the
following conditions :
(a)

Combined Operations.

e ither Country

The Security Forces of

shall be a llowed to cross the border

into the territory of the other country subj ect to
the conditions laid down in Article V.
(b)

Hot Pursuit .

The Security Forces of either

Country may be allowed to cross the border into the
territory of the other country for t h e purpose of

5
hot pursuit provided that the pursuing forces on
hot pursuit shall be subject to conditions and pro cedures to be agreed by the General Border
Committee .
ARTICLE
1.

V

The Co n trol of Combined Operations shall

be as

f ollows :
(a)

When Comb i ned Operations are moun ted in

I ndonesian territ ory,an Indonesian officer s h all
be the commander to control the operations;
(b)

When the Combined Operations are mounted in

Malaysian territory, a Malaysian officer shall be
the commander to contro l the operations.
2.

No Combined Land Operations shall normally be

carried out with in one mi l e or one point six kilometers
from the outer perimeter of any town or village . In the
case of any house or hut , no Combined Operations shall
be carried out within the per i meter area of such house or
hut .

3.

No Combined Operations shall no r mally be carried

out beyond the f i ve - mile or eight - kilometer limit from
the common border of both countries .

Such arrangement shall

apply when conducting combined l and, sea, and air
operations .

4.

Before a Combined Operation is mounted, both Local

Commanders shall jointly prepare a Combined Operational
Plan and submit such plan to the appropriate national
concerned authorities for approval .

6

5.

Liaison teams of the host Country shall accompany

the forces of the other Country participating in any
Combined Operation .
ARTICLE

VI

All operations carried out shall be in accordance
with the laws and the regulations of the respective
Countries and in conformity with International Law.
ARTICLE

VII

The mode and procedure of conducting security
operatio ns by the respective land, sea and air forces
shall be regulated through specific procedure whic h shall
be jointly agreed upon .
ARTICLE

VIII

Procedure on radio communications to ensure smooth
cooperation in the border security operations shall be
jointly

formulated .

Communication equipment shall be

provided as agreed upon by the two parties .
ARTICLE

IX

Each party to these Arrangements shall be respon sible for all claims for damage to land property or for
injury or death to any person or persons as a result of
security operations conducted in its respective national
territory in accordance with these Arrangements .

ANNEX TO THE SECURITY ARRANGEMENTS
IN THE BORDER REGIONS BETWEEN THE
GOVERNMENT OF THE REPUBLI C OF
INDONESIA AND THE GOVERNMENT
OF MALAYSIA
(ARTICLE

II)

CHAIRMANSHIP AND COMPOSITION OF THE
GENERAL BORDER COMMITTEE

CHAIRMAN
(1)
At each meeting of the General Border Committee
the Joint Chairman of the host Country shall chair the
meeting.
COMPOSITION
(2)
The General Border Committee shall consist of
one Joint Chairman of Ministerial Level; for Indonesia,
the Commander - in- Chief of the Armed Forces and f or
Malaysia, the Minister of Home Affairs; and not more
than ten other members on each side nominated as and
when required .

(3)
The General Border Committee may also allow not
more than six others from each side to be in attendance
at each meeting.
(4)
For the purpose of each General Border Committee
meeting, there shall be a Joint Secretariat consisting
of not more than four offic ials from each side .

7
ARTICLE
1.

X

Each Party to these Arrangements shall normally

be responsible for the administration and the provision
of logistic support to its own Forces.
2.

In certain circumstances each party may permit the

other party to obtain and transport logistics in and
through its territory according to terms and conditions
to be agreed upon .
ARTICLE

XI

Both parties shall exchange intell igence in respect
of any threat affecting security and stability in the
Border Regions .
ARTICLE

XII

If any difference of opinion arises on the execution
and solution of matters refer red to in these Arrangements,
the problem shal l be referred to the General Border
Committee for decision .
If no decision can be reached by the General Border Committee , such problem shall be submitted to the respective
Governments who shall endeavour to settle i t through usual
diplomatic channels in a true spirit of friendship and
goodwill .
ARTICLE

XIII

These Arrangements and the Annex may, on the recom mendation of the General Border Committee, be amende d by
agreement of the two Governments .

8

ARTICLE
1.

XIV

These Arrangements shall come into force on the

date of its signature and on its coming into force, the
Security Arrangements in the Border Regions referred to
in paragraph one of the Preamble of these Arrangements,
and other local security arrangements relating to the
Border Regions concluded prior to this date, shall cease
to have effect
Provided that any operational procedures formulated
under the Security Arrangements in the Border Regions
r eferred to in paragraph one of the Preamble of thes e
Arrangements shall continue to be operative until terminated by the General Border Committee.
2.

These Arrangements may be terminated either by

mutual agreement or at the expiry of six

months after a

written notice to the effect has been forwarded by one
party to the other.
ARTICLE

XV

These Arrangements are drawn up in Bahasa
Indonesia, Bahasa Malaysia
have equal value.

and English Language which

Any divergent

interpretation of the

three texts shall be settled by negotiation.
IN WITNESS WHEREOF the undersigned being
authorised thereto by the respective Governments have
signed these Arrangements.

I

I

8

ARTICLE
1.

XIV

These Arrangements shall come i nto force on the

date o f i ts signature and on its coming into force , the
Secu rity Arrangements in the Border Regions referred to
i n paragraph one o f the Preamb l e of these Arrangements ,
a n d other loca l security arrangements relating to the
Border Regions co n clu ded prior to this date, shall cease
to h ave effect
Provided that any operational ーイッ」・、オセウ@

formulated

under the Security Arrangements in the Border Regions
referred to in paragraph one of the Preamble of these
Arrangements shall continue to be operative unti l termi nated by the General Border Committee .
2.

These Arrangements may be terminated either by

mutual agreement or at t he expiry of six

months after a

writte n notice to the e f fect has been forwarded by one
party to the other .
ARTICLE

XV

These Arrangements are drawn up in Bahasa
Indonesia , Bahasa Malaysia
have equal va l ue .

and English Language which

Any divergent

interpretation of the

three texts shall be settled by negotiation .
IN WITNESS WHEREOF the undersigned being
authorised thereto by the respective Governments have
signed these Arrangements .

9

DONE

in Yogyakarta on the Third Day of December,

One Thousand Nine Hundred and Eighty Four.

For The Government Of

For The Government Of

The Republic of Indonesia

Malaysia

Signed

Signed

L.B . MOERDANI
Commander-in-Chief of the
Armed Forces as Chairman
General Borde r Committee,
Indonesia

DATO'

セbin@

HITAM

Minister of Home Affairs/
Chairman of the General
Border Committee,
Malaysia