Hubungan Antar Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Obesitas Pada Balita di TK Yayasan pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Pada tahun 2013

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan

2.1.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo, 2007).

2.1.2. Proses yang Mempengaruhi Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Menurut (Notoatmodjo, 2007) pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas yang berbeda-beda. Sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru maka akan terjadi proses yang berkelanjutan dalam diri orang tersebut. Adapun proses itu adalah :

1. Awareness (kesadaran)

Yang mana orang tersebut terlebih dulu menyadari arti mengetahui terhadap rangsangan (objek).

2. Interest (ketertarikan),

Disini sudah adanya sikap k etertarikan subjek terhadap stimulus atau pun objek tersebut.

3. Evaluation ( menimbang-nimbang)

Apakah stimulus (objek) itu baik atau tidak terhadap dirinya. Dan ini berarti sikap responden sudah lebh baik lagi.


(2)

4. Trial (mencoba)

Melakukan sesuatu seperti apa yang diharapkan oleh stimulus (objek). 5. Adaption (beradaptasi)

Subjek sudah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadarn, dan sikapnya terhadap stimulus.

Tapi tidak semua perilaku melewati tahap-tahap seperti yang di uraika di atas tersebut. Kesadaran dan sikap positif perilaku tersebut akan bersifat langgeng jika pengetahuan dapat mendasari setiap penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku yang melalui tahap tersebut. Dan jika perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut (Notoatmojo, 2003) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah : 1. Umur

Semakin cukup umur seseorang maka akan lebih tinggi kematangan dan kekuatan seseorang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum cukup tinggi dewasanya, hal ini sebagai akibat dari kematangan dan pengalaman jiwa. Sehingga, semakin cukup umur seseorang dia akan semakin matang untuk mengetahui bagaimana pola pemberian makan kepada anak terhadap kejadian obesitas.

2. Pendidikan

Tugas dari pendidikan adalah memberikan dan meningkatkan pengetahuan, menimbulkan sifat positif, serta memberikan atau meningkatkan kemampuan masyarakat dan individu tentang aspek-aspek yang bersangkutan, sehingga dicapai suatu masyarakat yang berkembang. Sistem pendidikan yang berjenjang diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan melalui pola tertentu, jadi tingkat pengetahuan


(3)

seseorang terhadap ketidaknyamanan pada saat kehamilan juga sangat dipengaruhi oleh pendidikan, semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin luas pengetahuannya tentang pola pemberian makan kepada anak terhadap kejadian obesitas.

3. Pekerjaan

Seseorang yang bekerja di luar rumah akan mendapatkan pengetahuan yang berbeda-beda. Pengetahuan yang diperolehnya tergantung di lingkungan seperti apa dia bekerja. Contohnya jika dia berada di lingkungan medis maka pengetahuan nya tentang ilmu kesehatan akan luas khususnya dalam pengetahuan tentang pola pemberian makan kepada anak terhadap kejadian obesitas.

4. Sumber Informasi

Disebutkan bahwa media massa dianggap sebagai sistem informasi yang memiliki peranan penting dalam proses pemeliharaan, perubahan, dan konflik dalam tatanan masyarakat, kelompok atau individu dalam aktifitas sosial dimana media massa ini nantinya akan mempengaruhi fungsi kognitif, aktif. Pada fungsi kognitif, diantaranya adalah berfungsi untuk menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, perluasan sistem, keyakinan masyarakat dan penegasan atau penjelasan nilai-nilai tertentu. Jika seseorang mendapat sering mendapat informasi seputar masalah kesehatan khususnya kehamilan maka dia akan mengerti cara menghadapi pola pemberian makan kepada anak terhadap kejadian obesitas.

2.1.4. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang dikategorikan dalam domain kognitif mencakup enam tingkatan, yakni : (Notoatmodjo, 2007)


(4)

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraiakan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelasskan secara benara tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks dan situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.


(5)

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusuri formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada. Misalnya : dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya, terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

2.2 Status Gizi 2.2.1. Pengertian

Zat gizi merupakan ikatan kimia yang diperlukan oleh tubuh yang mana berfungsi menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan serta mengatur proses-proses kehidupan. Karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral merupakan bagian dari zat gizi. Sedangkan zat gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat dari konsumsi makanan dan zat-zat gizi.

2.2.2. Macam-macam status gizi

Menurut Depkes status gizi terbagi atas 4 yaitu status gizi lebih, status gizi baik, status gizi kurang dan status gizi buruk.

1. Status gizi lebih

Gizi lebih pada umumnya dikaitkan dengan obesitas yaitu adanya penimbunan lemak yang berlebih di dalam tubuh.


(6)

2. Status gizi baik

Gizi baik adalah apabila jumlah asupan zat gizi didalam tubuh sesuai dengan yang dibutuhkan. Gizi yang baik atau gizi seimbang tidak hanya penting bagi pertumbuhan yang normal tapi juga berfungsi bagi proses perkembangan anak, kecerdasan, pemeliharaan kesehatan, dan untuk melakukan kegiatan sehari-hari.

3. Status gizi kurang

Gizi kurang adalah apabila asupan gizi untuk tubuh kurang dari yang dibutuhkan. Gizi kurang pada umumnya disebakan oleh faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer merupakan jika susunan makanan seseorang salah dalam kuantitas dan kualitas disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya distribusi pangan, keniskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah dan sebagainya. Faktor sekunder meliputi semua faktor yang menyediakan zat-zat gizi tidak sampai ke sel-sel tubuh setelah makanan dikonsumsi.

4. Status gizi buruk

Gizi buruk adalah kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi.

2.2.3. Penilaian status gizi

Menurut (Supariasa, 2002) penilaian status gizi dapat dilakukan dengan dua cara

1. Secara langsung

a. Antropometri yaitu suatu macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.


(7)

Antropometri sangat lazim digunakan untuk mengukur status gizi. Adapun jenis ukuran tubuh yang lazim digunakan antara lain adalah berat badan, tinggi badan, lila dan lingkar kepala.

b. Klinik, yaitu pemeriksaan yang dilakukan atas dasar-dasar perubahan yang terjadi yang dihubungkan atas ketidakcukupan zat gizi, seperti tanda, gezala dan riwayat.

c. Biokimia, yaitu pemeriksaan yang diuji secara laboratorium yang dilakukan pada berbagi macam jaringan tubuh.

d. Biofisik, yaitu penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi dan melihat perubahan struktur jaringan.

2. Secara tidak langsung

1. Survei konsumsi makanan

Penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi.

2. Statistik vital

Dengan menganalisa data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian, angka kesakitan yang berhubungan dengan gizi.

3. Faktor ekologi

Untuk mengetahui penyebab dari status gizi seperti malnutrisi, jumlah makanan yang tersedia yang tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.

2.2.4. Beberapa penjelasan tentang gizi pada balita

Zat makanan bahan dasar menurut ilmu gizi atau nutrient yang kita kenal ialah karbohidrat, vitamin, mineral,protein dan lemak.


(8)

Makanan yang diberikan kepada anak harus mengandung energi dari semua zat gizi yang dibutuhkan pada tingkat umur, susunan hidangan dan pola makan yang seimbang. Gizi yang diberikan kepada anak berasal dari kebiasaan makan yang diberikan oleh orang tuanya. Kebiasaan pemberian makan kepada anaak akan membentuk pola perilaku umum. Ini disebabkan oleh ekspresi dan pola pandang setiap individu dalam memilih makanan yang berbeda satu dengan yang lain (khomsan dkk, 2004).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan pemberian makan kepada anak adalah (Lisdiana,1998)

1. Pengaruh Sosial Budaya

pada zaman globalisasi ini, berbagai macam menu makanan dari seluruh dunia semakin gampang untuk didapatkan seperti makanan cepat saji atau fast food dan junk food yang semakin marak dipasaran di masyarakat luas. Hal ini berpengaruh tinggi kepada masyarakat terutama kepada anak muda dan keluarga yang sibuk sehingga tidak punya waktu untuk memasak dirumah. Mereka akan terpen

garuh dan ketagihan. Ini sangat mempengaruhi obesitas karena fast food merupakan makanan yang memiliki susunan tidak seimbang yaitu berkalori tinggi namun rendah lemak

2. Pengaruh Agama

Agama berpengaruh dalam pemilihan makanan karena banyak agama yang menganjurkan pantangan-pantangan. Oleh karena itu, nilai gizi tidak dapat dijadikan pertimbangan dalam agama jika makanan yang dijadikan pantangan dilarang dikonsumsi.


(9)

3. Pengaruh Psikologis

Pada dasarnya rsepon seseorang dalam memilih makanan dipengaruhi dalam pemberian makan ketika dia masih anak-anak. Apakah dia memperoleh pengalaman yang menyenangkan atau tidak menyenangkan. Ini menyebabkan ada orang yang suka atau tidak suka kepada suatu makanan. Hal tersebut bisa berdampak nilai negatif atau positif terhadap suatu makanan.

2.2.5 Kebiasaan Makan Pada Anak

Kebiasaan makan yang berbeda pada orang yang mengalami obesitas sering didapat pada orang yang bekerja di dapur dan senang masak. Selain itu kebiasaan makan malam dan sukar makan diwaktu pagi.

Terkadang ada anggapan orang gemuk adalah orang yang suka makan. Tetapi orang kurus juga banyak makan dan tetap kurus (Misnadiarty, 2007).

1. Kebiasaan sarapan

Menurut hayati (2009) kebiasaan mengkonsumsi sarapan pada anak dapat meningkatkan tingkah laku dan prestasi belajar anak yang lebih baik darpida tidak mengkonsumsi sarapan di pagi hari.

Sarapan bersifat mempengaruhi pengaruh terhadap ritme, pola dan siklus waktu makan. Orang yang tidak makan pada pagi hari pada umumnya kan cenderung merasa lapar pada malam hari dan dapat melakukan penimbunan lemak disebakan pada malam hari tidka ada aktivitas yang berarti. Sarapan biasanya dpat mengenyangkan sehingga dapat mengurangi rasa lapar pada siang dan malam hari ( Albiner, 2003 ).

2. Konsumsi Fast Food

Peningkatan obesitas juga banyak dipengaruhi oleh keniasaan seseorang dalam mengkonsumsi makanan yang cepat saji karena makanan cepat saji banyak


(10)

mengandung energi dari lemak, karbohidrat dan gula yang mempengaruhi kualitas diet. Meningkatnya konsumsi fastfood diyakini dengan suatu masalah karena obesitas biasanya meningkat pada keluarga yang banyak mencari makanan cepat saji. Anak-anak yang mengkonsumsi makanan cepat saji lebih dari tiga kali seminggu cenderung menjadi tidak menyukai makanan yang lebih sehat mislanya buah, sayur, susu. Hal ini sangat tinggi dalam mempengaruhi kejadian obesitas pada anak karena makanan cepat saji banyak mengandung lemak dan kolestrol ( Hayati, 2009 ).

3. Kebiasaan Jajan

Pada umumnya anak-anak sangat menyukai jajanan berupa kue-kue yang sebagian besar terbuat dari tepung dna gula. Sesudah nak tersebut jajan maka selera maka tidak akan mengkonsumsi makannya. Jika seorang anak dibiasakan untuk jajan maka anak akan menangis jika kebiasaannya jajan tidak dipenuhi. Jajan boleh saja tapi orangtua hendaknya memperhatikan jajanan anaknya ( Hayati, 2009) .

4. Konsumsi sayur dan buah-buahan

Pada hakikatnya buah dan sayuran dapat mencegah terjadinya obesitas pada tubuh karena setelah kita mengkonsumsi buah dan sayuran kita akan merasa kenyang. Selain itu buah dan sayur tidak menimbulkan kelebihan lemak, kolestrol dan sebagainya. Sayur dan buah juga banyak mengandung serat kasar yang dapat membantu melancarkan pencernaan yang dapat mencegah konstipasi. Pada umumnya anak banyak yang tidak suka sayuran dan buah sehingga ini dpaat menyebabkan kejadian obesitas akan semakin tinggi. Untuk itu orangtua perlu mengajarkan kepada anak untuk mengkonsumsi buah dan sayuran ( Hayati, 2009).

2.2.6 Pola Makan

Pola makan adalah gambaran tentang makanan apa yang dikonsumsi, dari mana sumber dan berapa banyak jumlah makanan yang dikonsumsi setiap hari yang


(11)

telah menjadi kebiasaan yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat tertentu ( Suhardjo, 1992)

Ada tiga pola makan utama yaitu pagi, siang dan malam dan ada dua pola makan selingan yaitu snack. Waktu yang diberikan untuk selingan ada di dua waktu yaitu diantara waktu makan pagi dan makan siang serta di waktu antara makan siang dan makan malam yaitu pada pukul 10 pagi dan pukul 4 sore. Selain itu diperhatikan menu pola makan harus menagndung nutrisi yang seimbang bukan tinggi kalori tetapi rendah nutrisi (wikipedia, 2009).

2.3 Obesitas

2.3.1 Defenisi Obesitas

Obesitas merupakan suatu keadaan patologis yang terdapat pada tubuh yaitu penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan tubuh secara normal (Soetjiningsih, 1995). Menurut WHO (2000) obesitas merupakan suatu kondisi tubuh yang abnormal atas timbunan lemak yang ekstrim pada jaringan adipose. Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori yang berlebih dari yang dibutuhkan tubuh.

2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Obesitas

Obesitas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

2.4.1. Faktor Genetik

Pada dasarnya obesitas sudah terjadi sejak bayi. Bila kedua orang tua menderita obesitas maka 80% akan menurun kepada anak. Hal tersebut disebabkan oleh pengaruh gen atau faktor lingkungan dalam keluarga. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata2 faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.


(12)

a. Faktor Lingkungan

Gen merupakan salah satu faktor yang paling mempengaruhi pada obesitas tetapi faktor lingkungan juga punya peranan yang sangat tinggi. Lingkungan berarti pola hidup seseorang diaman dia tidak mengubah pola genetiknya tetapi pola hidupnya misalnya pola makan dan aktivitasnya sehari-hari. Pada umumnya jika pola hidup orangtua anak tidak teratur maka akan menurun kepada anak, jika orangtua pola makannya teratur maka anak juga akan menjadi sehat dan tidak hanya memakan makanan yang mebuat timbunan lemak didalam tubuh.

b. Faktor Psikis

Pikiran pada umumnya dapat mempengaruhi pola makan seseorang. Tidak sedikit orang yang meluapkan emosinya kepada kebiasaan mengkonsumsi makanan. Persepsi diri yang negatif terhadap makanan merupakan salah satu bentuk gangguan emosi. Gangguan seperti ini biasanya cenderung terjadi kepada wanita muda. Ada dua pola makan yang abnormal yang dapat menjadi penyebab obesitas yaitu makan pada malam hari dna makan dalam jumlah yang banyak.. biasanya pola makan yang seperti ini disebabkan oleh stres dan kekecewaan.

c. Faktor Kesehatan

Faktor kesehatan juga berperan penting dalam obesitas karena terdapat beberapa penyakit yang menyebabkan obesitas, diantaranya hipoteroidisme, sindroma Chusing, sindroma prader will dan beberapa keadaan saraf yang dapat menyebabkan seseorang banyak mengkonsumsi makan.

d. Penderita Faktor perkembangan

Bertambahnya ukuran atau jumlah sel-sel lemak dapat menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita yang mengalami obesitas dalam tubuh terutama pada masa anak-anak bisa memiliki sel lemak dampai


(13)

lima kali lebih banyak daripada anak yang normal. Jumlah sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel.

Penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas ditengah masyarakat yang makmur kemungkinan adalah kurangnya aktivitas fisik. Orang yang tidak aktif memerlukan kalori yang lebih sedikit untuk keperluan tubuhnya itu sebabnya orang yang banyak mengkonsumsi makanan yang kaya lemak dan sedikit aktifitas akan mengalami obesitas ( Adriani, 2012).

e. Jenis kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor internal yang menentukan kebutuhan gizi pada anak. Anak perempuan biasa lebih cenderung memperhatikan penampilan sehingga tidak sembarang makan dibandingkan dengan laki-laki. Selain itu anak perempuan juga mempunyai aktifitas fisik yang lebih rendah dibandingkan laki-laki ( Hayati, 2009).

2.5. Klasifikasi Obesitas

Jika seseorang memiliki berat badan 20% lebih tinggi daripada berat badan normal maka dia dianggap obesitas. Jika kelebihan lebih dari 100% maka disebut superobese dan obesitas yang menimbulkan kelainan-kelainan dan gejala penyakit pada tubuh disebut morbidly obese. Pada dasarnya seseorang yang kegemukan sudah pasti kelebihan berat badan namun orang yang kelebihan berat bedan belum tentu menderita kegemukan.

Menghitung Berat Badan Ideal (BBI) dapat dilakukan dengan cara berikut : a. Menghitung berat Badan Ideal (BBI) Bayi (umur 0-12 Bulan)

BBI= 2


(14)

b. BBI anak ( umur 1-10 tahun) BBI = (umur(tahun) x 2 + 8 c. Remaja dan Dewasa

BBI = (TB-100)-n(TB-100) x 100% Menghitung berat badan normal anak

Berat badan normal diperoleh dengan cara menambah dan mengurangi 10% dari BBI

BB normal = -10% BBI sampai dengan + 10% BBI

Bentuk indeks masa tubuh (IMT) obesitas secara klinis dinyatakan dalam ≥ 30 kg/m². Jika lemak tubuhnya lebih dari 27% berat badannya maka wanita dikatan obese dan jika lebih dari 25% maka laki-laki dikatan obese.

Obesitas digolongkan menjadi tiga kelompok a. Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%. b. Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100% c. Obesitas berat : kelebihan berat badan >100%

2.6. Dampak Obesitas

Penimbunan lemak berdasarkan distribusinya dibagi atas 2 yaitu penimbuan lemak dibagian tubuh dan penimbunan lemak dibagian perut. Untuk penyebab kematian obesitas meningkatkan resiko kematian. Orang yang mempunyai berat badan lebih dari 40% dari berat badan rata-rata mempunyai resiko kematian dua kali lebih besar dibandingkan dengan yang normal. Orang obesitas mempunyai resiko lebih besar untuk penyakit yang mengancam.

Pada anak-anak obesitas biasanya menyebabkan beberapa penyakit kronis, meliputi gangguan metabolisme glukosa, resistensi insulin, diabetes type 2 pada


(15)

remaja, hipertensi, disiplidemia, steatosis hepatic, gangguan gastro, dan obstrukti pernapasan pada waktu tidur.

Obesitas atau kegemukan pada anakpada umumnya dapat menurunkan angka kecerdasan anak, akrena aktivitas dan kreativitas anak menajdi menurun dan cenderung pemalas. Bahkan, anak yang kegemukan pada waktu tidur akan mengalami kondisi tidak bernapas, kondisi dimana pada waktu tidur ada gelombang pernapasan yang berhenti.

Obesitas bukan hanya tidak enak dipandang mata melainkan merupakan dilema kesehatan yang mengerikan. Obesitas meningkatkan resiko terjadinya sejumlah penyakit menahun seperti :

a.Diabetes tipe 2 b.Stroke

c.Tekanan darah tinggi d.Serangan jantung e.Kanker jenis tertentu f. Batu kandung empedu g.Osteoartritis

h.Tidur apnea

i. Sindroma Pckwickian ( obesitas disertai wajah kemerahan) ( Adriani, 2012) Selain dampak penykait tersebut terdapat tiga dampak ekonomi akibat obesitas. Yaitru terdapat tiga jenis ongkos pertama ongkos langsung, termasuk didalamnya ongkos penobatan atau terapi obesitas, kedua ongkos yang tidak diraba yaitu ongkos yang ada karena dampak obesitas pada spek umum dan kesehatan. Ketiga ongkos tidak langsung, termsuk didalamnya ialah absentisme anak kesekolah dan kegiatan


(16)

lainnya ( Hayati, 2009). Secara tidak langsung keadaan ini akan menyebabkan bertambah pula budget yang harus dikeluarkan dalam penanganan obseitas

2.7. Pencegahan Obesitas

Menurut Hayati (2009) untuk mencegah obesitas secara dini dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :

a.Memperhatikan makanan pendamping ASI yang diberikan kepada bayi sejak dini

b.Memperhatikan kebiasaan makan. Cukup memenuhi kebutuhan kalori yang dibutuhkan tubuh.

c.Membiasakan sarapan yang bergizi.

d.Mengurangi mengkonsumsi makanan Fast Food dan Junk Food. e.Memperhatikan jajanan anak.

f. Jangan membiasakan kepada anak untuk mengemil pada saat menonton TV g.Mengkonsumsi susu sesuain kebutuhan tubuh.

h.Banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan.


(1)

telah menjadi kebiasaan yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat tertentu ( Suhardjo, 1992)

Ada tiga pola makan utama yaitu pagi, siang dan malam dan ada dua pola makan selingan yaitu snack. Waktu yang diberikan untuk selingan ada di dua waktu yaitu diantara waktu makan pagi dan makan siang serta di waktu antara makan siang dan makan malam yaitu pada pukul 10 pagi dan pukul 4 sore. Selain itu diperhatikan menu pola makan harus menagndung nutrisi yang seimbang bukan tinggi kalori tetapi rendah nutrisi (wikipedia, 2009).

2.3 Obesitas

2.3.1 Defenisi Obesitas

Obesitas merupakan suatu keadaan patologis yang terdapat pada tubuh yaitu penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan tubuh secara normal (Soetjiningsih, 1995). Menurut WHO (2000) obesitas merupakan suatu kondisi tubuh yang abnormal atas timbunan lemak yang ekstrim pada jaringan adipose. Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori yang berlebih dari yang dibutuhkan tubuh.

2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Obesitas

Obesitas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

2.4.1. Faktor Genetik

Pada dasarnya obesitas sudah terjadi sejak bayi. Bila kedua orang tua menderita obesitas maka 80% akan menurun kepada anak. Hal tersebut disebabkan oleh pengaruh gen atau faktor lingkungan dalam keluarga. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata2 faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.


(2)

a. Faktor Lingkungan

Gen merupakan salah satu faktor yang paling mempengaruhi pada obesitas tetapi faktor lingkungan juga punya peranan yang sangat tinggi. Lingkungan berarti pola hidup seseorang diaman dia tidak mengubah pola genetiknya tetapi pola hidupnya misalnya pola makan dan aktivitasnya sehari-hari. Pada umumnya jika pola hidup orangtua anak tidak teratur maka akan menurun kepada anak, jika orangtua pola makannya teratur maka anak juga akan menjadi sehat dan tidak hanya memakan makanan yang mebuat timbunan lemak didalam tubuh.

b. Faktor Psikis

Pikiran pada umumnya dapat mempengaruhi pola makan seseorang. Tidak sedikit orang yang meluapkan emosinya kepada kebiasaan mengkonsumsi makanan. Persepsi diri yang negatif terhadap makanan merupakan salah satu bentuk gangguan emosi. Gangguan seperti ini biasanya cenderung terjadi kepada wanita muda. Ada dua pola makan yang abnormal yang dapat menjadi penyebab obesitas yaitu makan pada malam hari dna makan dalam jumlah yang banyak.. biasanya pola makan yang seperti ini disebabkan oleh stres dan kekecewaan.

c. Faktor Kesehatan

Faktor kesehatan juga berperan penting dalam obesitas karena terdapat beberapa penyakit yang menyebabkan obesitas, diantaranya hipoteroidisme, sindroma Chusing, sindroma prader will dan beberapa keadaan saraf yang dapat menyebabkan seseorang banyak mengkonsumsi makan.

d. Penderita Faktor perkembangan

Bertambahnya ukuran atau jumlah sel-sel lemak dapat menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita yang mengalami obesitas dalam tubuh terutama pada masa anak-anak bisa memiliki sel lemak dampai


(3)

lima kali lebih banyak daripada anak yang normal. Jumlah sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel.

Penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas ditengah masyarakat yang makmur kemungkinan adalah kurangnya aktivitas fisik. Orang yang tidak aktif memerlukan kalori yang lebih sedikit untuk keperluan tubuhnya itu sebabnya orang yang banyak mengkonsumsi makanan yang kaya lemak dan sedikit aktifitas akan mengalami obesitas ( Adriani, 2012).

e. Jenis kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor internal yang menentukan kebutuhan gizi pada anak. Anak perempuan biasa lebih cenderung memperhatikan penampilan sehingga tidak sembarang makan dibandingkan dengan laki-laki. Selain itu anak perempuan juga mempunyai aktifitas fisik yang lebih rendah dibandingkan laki-laki ( Hayati, 2009).

2.5. Klasifikasi Obesitas

Jika seseorang memiliki berat badan 20% lebih tinggi daripada berat badan normal maka dia dianggap obesitas. Jika kelebihan lebih dari 100% maka disebut superobese dan obesitas yang menimbulkan kelainan-kelainan dan gejala penyakit pada tubuh disebut morbidly obese. Pada dasarnya seseorang yang kegemukan sudah pasti kelebihan berat badan namun orang yang kelebihan berat bedan belum tentu menderita kegemukan.

Menghitung Berat Badan Ideal (BBI) dapat dilakukan dengan cara berikut : a. Menghitung berat Badan Ideal (BBI) Bayi (umur 0-12 Bulan)

BBI= 2


(4)

b. BBI anak ( umur 1-10 tahun) BBI = (umur(tahun) x 2 + 8 c. Remaja dan Dewasa

BBI = (TB-100)-n(TB-100) x 100% Menghitung berat badan normal anak

Berat badan normal diperoleh dengan cara menambah dan mengurangi 10% dari BBI

BB normal = -10% BBI sampai dengan + 10% BBI

Bentuk indeks masa tubuh (IMT) obesitas secara klinis dinyatakan dalam ≥ 30 kg/m². Jika lemak tubuhnya lebih dari 27% berat badannya maka wanita dikatan obese dan jika lebih dari 25% maka laki-laki dikatan obese.

Obesitas digolongkan menjadi tiga kelompok a. Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%. b. Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100% c. Obesitas berat : kelebihan berat badan >100%

2.6. Dampak Obesitas

Penimbunan lemak berdasarkan distribusinya dibagi atas 2 yaitu penimbuan lemak dibagian tubuh dan penimbunan lemak dibagian perut. Untuk penyebab kematian obesitas meningkatkan resiko kematian. Orang yang mempunyai berat badan lebih dari 40% dari berat badan rata-rata mempunyai resiko kematian dua kali lebih besar dibandingkan dengan yang normal. Orang obesitas mempunyai resiko lebih besar untuk penyakit yang mengancam.

Pada anak-anak obesitas biasanya menyebabkan beberapa penyakit kronis, meliputi gangguan metabolisme glukosa, resistensi insulin, diabetes type 2 pada


(5)

remaja, hipertensi, disiplidemia, steatosis hepatic, gangguan gastro, dan obstrukti pernapasan pada waktu tidur.

Obesitas atau kegemukan pada anakpada umumnya dapat menurunkan angka kecerdasan anak, akrena aktivitas dan kreativitas anak menajdi menurun dan cenderung pemalas. Bahkan, anak yang kegemukan pada waktu tidur akan mengalami kondisi tidak bernapas, kondisi dimana pada waktu tidur ada gelombang pernapasan yang berhenti.

Obesitas bukan hanya tidak enak dipandang mata melainkan merupakan dilema kesehatan yang mengerikan. Obesitas meningkatkan resiko terjadinya sejumlah penyakit menahun seperti :

a.Diabetes tipe 2 b.Stroke

c.Tekanan darah tinggi d.Serangan jantung e.Kanker jenis tertentu f. Batu kandung empedu g.Osteoartritis

h.Tidur apnea

i. Sindroma Pckwickian ( obesitas disertai wajah kemerahan) ( Adriani, 2012) Selain dampak penykait tersebut terdapat tiga dampak ekonomi akibat obesitas. Yaitru terdapat tiga jenis ongkos pertama ongkos langsung, termasuk didalamnya ongkos penobatan atau terapi obesitas, kedua ongkos yang tidak diraba yaitu ongkos yang ada karena dampak obesitas pada spek umum dan kesehatan. Ketiga ongkos tidak langsung, termsuk didalamnya ialah absentisme anak kesekolah dan kegiatan


(6)

lainnya ( Hayati, 2009). Secara tidak langsung keadaan ini akan menyebabkan bertambah pula budget yang harus dikeluarkan dalam penanganan obseitas

2.7. Pencegahan Obesitas

Menurut Hayati (2009) untuk mencegah obesitas secara dini dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :

a.Memperhatikan makanan pendamping ASI yang diberikan kepada bayi sejak dini

b.Memperhatikan kebiasaan makan. Cukup memenuhi kebutuhan kalori yang dibutuhkan tubuh.

c.Membiasakan sarapan yang bergizi.

d.Mengurangi mengkonsumsi makanan Fast Food dan Junk Food. e.Memperhatikan jajanan anak.

f. Jangan membiasakan kepada anak untuk mengemil pada saat menonton TV g.Mengkonsumsi susu sesuain kebutuhan tubuh.

h.Banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan.