Analisis Kasus Pencabulan anak di bawah

Pelaku Lecehkan Korban
Sebanyak Tiga Kali
Senin, 13 Oktober 2014 - 12:57 wib | Achmad Fardiansyah – Okezone

JAKARTA - Pelaku pelecehan seksual terhadap D (7), DG (20) mengaku telah
lebih dari satu kali melakukan aksi bejatnya.
Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polrestro Jakarta Selatan, Ipda
Nunu mengatakan, saat dilakukan pemeriksaan DG yang juga berprofesi sebagai
tukang sampah itu mengaku sudah beraksi sebanyak tiga kali.
"Saat dilakukan pemeriksaan ternyata pengakuan korban dan pelaku sama, dia
melakukannya sebanyak tiga kali," katanya kepada Okezone, di Jakarta, Senin
(13/10/2014).
Nunu menjelaskan, saat melancarkan aksinya, pelaku selalu memberi sejumlah
uang dan mengancam korban jika memberitahu orang tuanya.
"Usai melakukannya korban selalu memberikan uang sebesar seribu hingga dua
ribu rupiah namun jika melapor dia mengancam akan melintir tanggannya,"
ungkapnya.
Dia melanjutkan, peristiwa pertama pelecehan itu terjadi di sebuah rental Play
Station di bilangan Kedaung, Pamulang pada 6 Oktober lalu. Selang dua hari
pelaku kembali beraksi.
"Modusnya korban diajak beli bensin, tapi ternyata ke Masjid At Taubah, di

belakang masjid pelaku melakukan pelecehan lagi hingga mengeluarkan sperma
di anus korban, kemudian diberi uang seribu, dengan ancaman yang sama," sebut
Ipda Nunu.

Kemudian lanjut dia, pada 10 Oktober, peristiwa itu kembali terjadi usai korban
pulang sekolah. Saat itu korban sedang bermain PS di rental yang sama, tiba-tiba
pelaku menghampirinya dan meminta ikut dengannya.
"Kejadian lagi tanggal 10 Oktober sekitar 10.30 WIB saat itu pulang sekolang
main PS kemudian didekati lagi tersangka dan meminta diantar ke rumah
neneknya. Namun, dibawa di masjid yang sama lalu D dilecehkan lagi hingga
pelaku mengeluarkan sperma," tutupnya.
Akibat perbuatannya, pelaku terancam Undang-undang Perlindungan Anak Pasal
82 Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 dan Pasal 292 KUHP dengan ancaman
pidana maksimal 15 tahun penjara. (put)
Analisis
Perbuatan DG adalah perbuatan pidana karena sesuai dengan
asas legalitas sebagaimana dalam Pasal 1 KUHP, DG telah sengaja dan
Merencanakan serta melakukan tindakan melawan hukum. Sebagaimana
penjelasan Moeljatno , Perbuatan pidana adalah;
”Perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai

ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa melanggar
larangan tersebut.”1
Maka yang disebut sebagai tindakan DG yang merupakan
perbuatan pidana adalah perbuatan DG yang dengan sengaja dan terencana
melakukan pencabulan terhadap anak di bawah umur dan hal ini merupakan
perbutan yang bertentangan dengan Pasal 82 Undang-undang Nomor 23 tahun
2002 Undang-undang Perlindungan Anak yang berbunyi;
“Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman
kekerasan, memaksa,melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan,
atau membujuk anak untuk melakukan ataumembiarkan dilakukan
perbuatan cabul, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima
belas)tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp
300.000.000,00 (tiga ratus jutarupiah) dan paling sedikit Rp 60.000.000,00
(enam puluh juta rupiah)”
1 Moeljatno , Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta: Bina Aksara, 1987) hal 54

Serta Pasal 292 KUHP yang berbunyi;
“Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang
untuk melakukanatau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, diancam
karena melakukan perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan,

dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.”
Selain itu DG juga dapat dijerat dengan Pasal 290 yang berisi tentang perbuatan
cabul secara umum dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, yang
berbunyi;
“Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun :
1.
2.

3.

barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang, padahal
diketahuinya bahwa orang itu pingsan atau tidak berdaya;
barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang padahal
diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya, bahwa umumnya belum
lima belas tahun atau kalau umumnya tidak jelas, yang bersangkutan
belum waktunya untuk dikawini;
barang siapa membujuk seseorang yang diketahuinya atau sepatutnya
harus diduganya bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau
umurnya tidak jelas yang bersangkutan atau belum waktunya untuk
dikawini, untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan

cabul, atau bersetubuh di luar perkawinan dengan orang lain.
Namun mengenai perbutan cabul, baik dalam Undang-undang

maupun KUHP tidak ada pengertian secara jelas dan eksplisit mengenai bentuk
perbuatan yang dikatakan cabul. Berdasarkan KBBI arti kata cabul adalah keji
dan kotor; tidak senonoh (melanggar kesopanan, kesusilaan). Maka dapat
disimpulkan bahwa perbuatan cabul atau pencabulan yang dimaksud dalam
undang-undang adalah perbuatan keji dan kotor yang melanggar kesopanan dan
kesusilaan.
Perbuatan DG dinilai sebagai perbuatan yang disengaja sebab
DG menghendaki terjadinya tindakan pencabulan terhadap D. Hal ini sesuai
dengan konsep dasar pertanggungjawaban pidana khususnya teori kehendak
dalam maksud “sengaja”, yakni kehendak untuk mewujudkan unsur-unsur delik
dalam rumusan undang-undang.

Berdasarkan Pasal 82 Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak pelaku perbuatan cabul dalam hal ini DG mendapatkan
hukuman penjara maksimal 15 tahun , paling sedikit 3 tahun dan denda paling
banyak 300 juta serta paling sedikit 60 juta. Penulis menilai bahwa tujuan
pemidanaan yang ada, adalah memberikan balasan atas perbuatan cabul yang

dilakukan oleh DG serta menimbulkan sifat jera pada DG agar tidak mengulangi
perbuatannya setelah masa hukuman selesai. Selain itu pemidanaan ini bertujuan
agar melindungi anak-anak di bawah umur dari perbuatan pencabulan baik yang
dilakukan DG maupun orang lain.
Dapat

disimpulkan

bahwa

DG

dapat

menerima

hukuman

atas


perbuatannya sesuai dengan Pasal 82 Undang-undang Nomor 23 tahun 2002
Tentang

Perlindungan Anak dan Pasal 292 KUHP dengan hukuman pokok

penjara maksimal 15 tahun, minimal 3 tahun dan denda maksimal 300 juta dan
minimal 60 juta. Besar kecil putusan yang akan dijatuhkan kepada DG tergantung
pada keadilan Hakim dalam memberikan putusan terhadap tindakan DG yang
dinilai sengaja melakukan perbuatan pidana pencabulan terhadap anak di bawah
umur.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65