Tugas pemikiran politik islam docx

MENGENAI PERPECAHAN UMAT ISLAM 73 GOLONGAN HADIS NABI
MUHAMMAD SAW
Tentang Umat Islam yang Pecah Jadi 73 Golongan - Dalam sebuah hadisnya, Nabi Muhammad
SAW pernah memprediksi bahwa umatnya akan terpecah menjadi 73 golongan. Saat hadis
tersebut muncul, adakah latar belakang sejarah yang mengiringinya? Misalnya, sebelum beliau
wafat, Nabi sudah melihat bibit-bibit perpecahan di kaum muslim. Perpecahan apa yang
dimaksud Nabi dalam hal ini? Apakah perihal ideologi atau sudah menyangkut akidah?
Perpecahan politik dan aliran pemikiran antara kaum muslimin terjadi karena perbedaan tentang
masalah khilafah, hal ini dimulai setelah wafatnya Ali Bin Abi Thalib yang telah mengakibatkan
barisan kaum muslimin terpecah menjadi tiga kelompok:
1. Syiah, yaitu orang yang sangat fanatik dengan Ali bin Abi Thalib. Mereka menganggap
khilafah hanya untuk Ali dan keturunannya sehingga urusan khilafah menurut mereka
sama dengan warisan dari Nabi saw dan bukan dengan cara baiat.
2. Khawarij, yaitu orang yang kecewa dengan adanya proses tahkim (perdamaian)pada
zaman khalifah Muawiyah lalu mereka mengkafirkan Ali dan Muawiyah, dan mayoritas
mereka berpendapat wajib melantik seorang khalifah taat agama, adil mutlak, tegas dan
keras, dan tidak harus dari suku Quraisy atau keturunan Arab.
3. Jumhur kaum muslimin (Ahlu Sunnah wal jama’ah), yaitu kaum moderat yang memiliki
sifat adil dan tidak radikal. Mereka berpendapat bahwa khalifah harus dari suku Quraisy,
namun mereka dipilih oleh kaum muslimin dengan cara bai’at. Perbedaan politik ini telah
memberikan pengaruh yan besar terhadap perjalanan aliran fiqh yang berkembang pada

zaman berikutnya.
Pembincangan mengenai perpecahan umat itu juga bermula dari hadis Nabi Muhammad saw
tentang terjadinya perpecahan di tengah umat ini, di antaranya adalah hadis iftiraq:

‫سو ل‬
‫ رقا ر‬: ‫ل‬
‫ رقا ر‬، ‫ن أ رهبي هلرري يررة ر‬
‫ل اللهه صلى الله عليه‬
‫ل رر ل‬
‫عر ي‬
‫ر‬
،‫ة‬
‫ن فهيرقر ة‬
‫ افيت رررقر ه‬: ‫وسلم‬
‫ح ر‬
‫ت ال يي رلهود ل ع ررلى إ ه ي‬
‫ن ور ر‬
‫سب يهعي ر‬
‫دى أوي ث هن يت ري ي ه‬


‫فرقرت النصارى ع ررلى إحدى أ ر‬
،‫ة‬
‫ي‬
‫ت‬
‫ن‬
‫ث‬
‫و‬
‫ن فهيرقر ة‬
‫ه‬
‫ر‬
‫ي‬
‫ي‬
‫ه ي ر‬
‫ن ور ر‬
‫سب يهعي ر‬
‫ي‬
‫ورت ر ر ن ه ن ر ر‬
‫ه‬
‫ل‬
‫ة‬

‫ورت ر ي‬
‫ن فهيرقر ة‬
‫مهتي ع ررلى ث رل ر ث‬
‫ث ور ر‬
‫فت ررهقل أ ن‬
‫سب يهعي ر‬
Artiya: Dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah saw telah bersabda: Kaum Yahudi telah
terpecah menjadi tujuh puluh satu (71) golongan atau tujuh puluh dua (72) golongan, dan kaum
Nasrani telah terpecah menjadi tujuh puluh satu (71) atau tujuh puluh dua (72) golongan, dan
ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga (73) golongan.
Hadis megenai perpecahan umat tersebut merupakan hadis yang populer dan masyhur
karena banyak yang meriwayatkan, namun yang menarik dari hadis di atas adalah karena hadis
tersebut tidak diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dalam kitab shohihainnya. Di dalam
hadis tersebut juga terdapat masalah, yaitu masalah penilaian perpecahan umat menjadi lebih
banyak dari perpecahan Yahudi dan Nasrani dari satu segi, dan bahwa firqah-firqah ini
seluruhnya binasa dan masuk neraka kecuali hanya satu saja. Ini akan membuka pintu bagi
klaim-klaim setiap firqh bahwa dialah firqah yang benar, sementara yang lain binasa. Hal ini
tentunya akan memecah belah umat, mendorong mereka untuk saling cela satu sama lain,
sehinnga akan melemahkan umat secara keseluruhan dan memperkuat musuhnya. Oleh karena
itu, Ibnu Waziir mencurigai hadits ini secara umum terutama pada tambahannya itu. Karena, hal

itu akan membuat kepada penyesatan umat satu sama lain, bahkan membuat mereka saling
mengkafirkan.
Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian untuk memahami secara mendalam terhadap
hadis tersebut sangat diperlukan untuk menghindari kesalah pahaman di antara umat Islam. Salah
satu sebab perbedaan pendapat yang akhirnya berujung kepada perpecahan itu adalah karena
tidak mampu memahami permasalahan secara menyeluruh, yang satu memahaminya melalui
satu sisi dan yang lain melalui sisi yang lain pula, demikian juga orang yang ketiga
memahaminya dari sisi selain yang dipahami oleh orang pertama dan kedua.
Ahli hikmah mengatakan: “Sesungguhnya kebenaran tidak akan dicapai oleh manusia
dalam semua aspeknya dan mereka juga tidak akan salam dalam segala bentuknya, tetapi
sebagian mereka mencapai sebagian kebenaran dan yang lain mencapai aspek kebenaran yang
lain.”Mereka mengumpamakan hal itu dengan sekelompok orang buta yang memegang seekor

gajah besar. Setiap orang akan mensifatinya (gajah) seperti bagian yang dipegang dan terlintas
dalam fikiran masing-masing. Bagi orang yang memegang kaki gajah ia akan mengatakan bahwa
gajah adalah hewan yang bentuknya seperti pohon kurma yang tinggi dan bulat. Dan orang yang
memegang punggung gajah mengatakan bahwa gajah itu bentuknya seperti bukit yang tinggi
atau tanah yang menggunung. Begitulah masing-masing memberikan ciri-ciri gajah dengan apa
yang mereka sentuh. Dalam satu segi ia benar, tapi jika ia mengklaim yang lain berbohong dan
tidak benar, maka ia telah melakukan kesalahan.

Sesungguhnya berbeda dengan orang lain bukanlah suatu kesalahan, apalagi kejahatan,
namun sebaliknya sangat diperlukan. Tentunya, berbeda dengan pengertian ini bukan asal
berbeda atau (waton sulaya). Perbedaan harus dipandang sebagai suatu realitas sosial yang
fundamental, yang harus dihargai dan dijamin pertumbuhannya oleh masyarakat itu sendiri.
Kaitannya dengan penjelasan ini, al-Qur’an surah al-Hujurat ayat 13 menegaskan:

‫ل‬
‫ر‬
‫م ل‬
‫شلعوةبا‬
‫م‬
‫خل ر ي‬
‫س إ هننا ر‬
‫م ه‬
‫ن ذ رك ررث ورأن يرثى ور ر‬
‫جعرل يرناك ل ي‬
‫قرناك ل ي‬
‫ريا أي يرها الننا ل‬
‫ي‬
‫ل ل هتعارلفوا إ ر‬

‫م‬
‫عيند الل نهه أ رت ي ر‬
‫م ه‬
‫م إه ن‬
‫ه ن‬
‫ه ع رهلي م‬
‫ن الل ن ر‬
‫قاك ل ي‬
‫مك ل ي‬
‫ن أك يرر ر‬
‫ورقرربائ ه ر ر ر ر‬
‫خهبيمر‬
‫ر‬
Artinya: Hai sekalian manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan, dan kami jadikan kau berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling mengenal. Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah yang lebih taqwa di
antara kamu.
Ayat al-Qur’an ini sesungguhnya mengajarkan kepada manusia untuk saling mengerti dan
memahami. Itu artinya, karena Allah swt sengaja menciptakan perbedaan di antara umat
manusia, maka manusia diperintahkan untuk saling menjaga situasi fisik dan batin sesamanya

agar tak terlukai dan melukai satu sama lain oleh sebab perbedaan yang ada. Pada akhirnya,
tinggi rendahnya manusia dihadapan Tuhan tidak ditentukan oleh fakta perbedaan yang melekat
pada dirinya, tetapi oleh kadar ketaqwaannya. Itulah sesungguhnya prestasi gemilang manusia di
hadapan sesama dan Tuhannya. Kata iman dan taqwa merupakan suatu prestasi tersendiri bagi

manusia. Seakan Tuhan berkata, “Hai manusia, kalian semua sama di hadapanku, kecuali
prestasimu”. Prestasi di sini adalah prestasi sosial dan prestasi spiritual di hadapannya.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa sumber ajaran Islam adalah al-Qur’an dan hadis.
Keduanya memiliki peranan yang penting dalam kehidupan umat Islam. Walaupun terdapat
perbedaan pendapat dari segi penafsiran dan aplikasi, namun setidaknya ulama sepakat bahwa
keduanya dijadikan rujukan. Ajaran Islam mengambil dan menjadikan pedoman utamanya dari
keduanya. Oleh karena itu, kajian- kajian terhadapnya tak akan pernah keruh bahkan terus
berjalan dan berkembang seiring dengan kebutuhan umat islam. Melalui terobosan-terobosan
baru, kajian ini akan terus mewarnai khasanah perkembangan studi keislaman dalam pentas
sejarah umat Islam. Dalam sejarah dan bahkan saat ini, ada sekelompok kecil orang-orang yang
mengaku diri mereka sebagai orang Islam, tetapi mereka menolak hadis atau sunnah Nabi saw.
Mereka dikenal sebagai orang-orang yang berfaham inkarus-sunnah. Cukup banyak alasan
mereka menolak hadis Nabi saw sebagai sumber ajaran Islam. Dengan meyakini bahwa hadis
Nabi merupakan bagian dari sumber ajaran Islam, maka penelitian hadis khususnya hadis ahad
sangat penting. Penelitian itu dilakukan untuk menghindarkan diri dari pemakaian dalil-dalil

hadis yang tidak dapat dipertanggung jawabkan sebagai sesuatu yang berasal dari Rasulullah
saw. Sekiranya hadis Nabi hanya berstatus sebagai data sejarah belaka, niscaya penelitian hadis
tidaklah begitu penting. Hal ini tampak jelas pada sikap ulama ahli kritik hadis dalam berbagai
kitab sejarah yang termuat dalam kitab-kitab sejarah (siratun-Nabi). Kritik yang diajukan ulama
hadis terhadap apa yang termuat dalam berbagai kitab-kitab sejarah tidaklah seketat kritik yang
mereka ajukan kepada berbagai hadis yang termuat dala kitab-kitab hadis, khususnya yang
berkaitan erat dengan pokok-pokok ajaran Islam. Agak sulit kita bayangkan, jika tanpa “campur
tangan: Hadis, al-Qur’an, khususnya yang berkaitan dengan masalah-masalah hukum dapat
dipahami dan diaktualisasikan dalam amaliah praktis kaum muslimin. Karena itulah Hadis
mejadi sumber utama bagi kaum Muslimin setelah al-Qur’an, sebagai juklak hukum dan ajaranajaran yang terdapat dalam al-Qur’an. Oleh Karena itu pula kiranya perhatian yang diberikan
umat Islam begitu besar terhadap hadis sejalan dengan perhatian mereka terhadap al-Qur’an.
Perbedaan dan perpecahan tentu tidak bisa kita hindari karena berbagai sebab, akan tetapi
jangan sampai perbedaan tersebut memicu untuk saling merendahkan satu sama lain dan hanya
menganggap kelompoknya yang paling benar dan menyalahkan kelompok lain atau bahkan

mengkafirkannya. Oleh karena itu, sangat diperlukan perhatian kita mengenai hal ini untuk
mengetahui bagaimana solusinya dan salah satu solusinya adalah dengan meneliti hadits tentang
perpecahan ummat Islam menjadi 73 golongan mulai dari sanad, matan, dan pendapat ulama
mengenai hadis tersebut. Dari penelitian hadis tersebut, maka kita akan mengetahui kehujjahan
hadis terpecahnya umat Rasulullah menjadi 73 golongan dan tidak memahaminya secara parsial

atau setengah-setengah.

Mayoritas ulama menyatakan bahwa hadits ini dapat dijadikan pegangan, karena
diriwayatkan oleh banyak sahabat Nabi Muhammad SAW. Seorang ahli Hadits, Syaikh
Muhammad bin Ja’far al-Hasani al-Kattani mengatakan:
“Hadits yang menjelaskan sabda Nabi SAW tentang umatnya yang akan menjadi tujuh puluh tiga
golongan, satu di surga dan tujuh puluh dua masuk neraka, diriwayatkan dari hadits amiril
mu’min ‘Ali bin Abi Thalib RA, Sa’ad bin Abi Waqqash, Ibnu ‘Umar, Abi al-Darda,
muawwiyah, Ibnu ‘Abbas, Jabir, Abi Umamah, Watsilah, ‘Awf bin Malik dan Amr bin Awf alMuzanni. Mereka semua meriwayatkan bahwa satu golongan yang akan masuk surga, yakni aljama’ah.” (Nazh al-Mutanatsir min al-Hadits al-Mutawattir, 58. dikutip dari Syarh Aqidah alSaffarini).
Hadits tentang sejumlah 73 golongan yang terpecah dalam Islam Abu Hurairah meriwayatkan
bahwa Rasulullah SAW bersabda :
“Orang-orang Yahudi terpecah kedalam 71 atau 72 golongan, demikian juga orang-orang
Nasrani, dan umatku akan terbagi kedalam 73 golongan.” HR. Sunan Abu Daud.
Dalam sebuah kesempatan, Muawiyah bin Abu Sofyan berdiri dan memberikan khutbah
dan dalam khutbahnya diriwayatkan bahwa dia berkata, “Rasulullah SAW bangkit dan
memberikan khutbah, dalam khutbahnya beliau berkata, 'Millah ini akan terbagi ke dalam 73
golongan, seluruhnya akan masuk neraka, (hanya) satu yang masuk surga, mereka itu AlJamaa’ah, Al-Jamaa’ah. Dan dari kalangan umatku akan ada golongan yang mengikuti hawa
nafsunya, seperti anjing mengikuti tuannya, sampai hawa nafsunya itu tidak menyisakan anggota
tubuh, daging, urat nadi (pembuluh darah) maupun tulang kecuali semua mengikuti hawa
nafsunya.” HR. Sunan Abu Daud.


Dari Auf bin Malik, dia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda:"Yahudi telah berpecah
menjadi 71 golongan, satu golongan di surga dan 70 golongan di neraka. Dan Nashara telah
berpecah belah menjadi 72 golongan, 71 golongan di neraka dan satu di surga. Dan demi Allah
yang jiwa Muhammad ada dalam tangan-Nya umatku ini pasti akan berpecah belah menjadi 73
golongan, satu golongan di surga dan 72 golongan di neraka." Lalu beliau ditanya: "Wahai
Rasulullah siapakah mereka ?" Beliau menjawab: "Al Jamaah." HR Sunan Ibnu Majah.
Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Orang-orang Bani Israil akan
terpecah menjadi 71 golongan dan umatku akan terpecah kedalam 73 golongan, seluruhnya akan
masuk

neraka,

kecuali

satu,

yaitu

Al-Jamaa’ah.”


HR.

Sunan

Ibnu

Majah.

“Bahwasannya bani Israel telah berfirqah sebanyak 72 firqah dan akan berfirqah umatku
sebanyak 73 firqah, semuanya akan masuk Neraka kecuali satu.” Sahabat-sahabat yang
mendengar ucapan ini bertanya: “Siapakah yang satu itu Ya Rasulullah?” Nabi menjawab: ”
Yang satu itu ialah orang yang berpegang sebagai peganganku dan pegangan sahabat-sahabatku.”
HR Imam Tirmizi.
Abdullah Ibnu Amru meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Umatku akan
menyerupai Bani Israil selangkah demi selangkah. Bahkan jika seseorang dari mereka
menyetubuhi ibunya secara terang-terangan, seseorang dari umatku juga akan mengikutinya.
Kaum Bani Israil terpecah menjadi 72 golongan. Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan,
seluruhnya akan masuk neraka, hanya satu yang masuk surga.” Kami (para shahabat) bertanya,
“Yang mana yang selamat ?” Rasulullah Saw menjawab, “ Yang mengikutiku dan para
sahabatku.” HR Imam Tirmizi.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Orang-orang Yahudi
terbagi dalam 71 golongan atau 72 golongan dan Nasrani pun demikian. Umatku akan terpecah
menjadi 73 golongan.” HR Imam Tirmizi.
Diriwayatkan oleh Imam Thabrani, ”Demi Tuhan yang memegang jiwa Muhammad di
tangan-Nya, akan berpecah umatku sebanyak 73 firqah, yang satu masuk Syurga dan yang lain
masuk Neraka.” Bertanya para Sahabat: “Siapakah (yang tidak masuk Neraka) itu Ya
Rasulullah?”

Nabi

menjawab:

“Ahlussunnah

wal

Jamaah.”

(HR

ath-Thabarani)

Mu’awiyah Ibnu Abu Sofyan meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Ahlul kitab
(Yahudi dan Nasrani) dalam masalah agamanya terbagi menjadi 72 golongan dan dari umat ini
(Islam) akan terbagi menjadi 73 golongan, seluruhnya masuk neraka, satu golongan yang akan
masuk surga, mereka itu Al-Jamaa’ah, Al-Jamaa’ah. Dan akan ada dari umatku yang mengikuti
hawa nasfsunya seperti anjing mengikuti tuannya, sampai hawa nafsunya itu tidak menyisakan
anggota tubuh, daging, pembuluh darah, maupun tulang kecuali semua mengikuti hawa
nafsunya. Wahai orang Arab! Jika kamu tidak bangkit dan mengikuti apa yang dibawa
Nabimu…” HR.Musnad Imam Ahmad.
Berdasarkan beberapa hadist yang saling menguatkan dengan pertimbangan ini, sudah
selayaknya kalau kita meyakini bahwa Hadits tersebut memang shahih, sehingga dapat dijadikan
pedoman.
Sebagian Ulama memang menpertanyakan kesahihan hadis tersebut. Namun mengingat
banyaknya riwayat, para ulama menetapkan sahihnya hadis tersebut. Kemudian dalam hadis lain,
Nabi telah menyebutkan secara eksplisit, golongan-golongan yang sesat, seperti kelompok
qadariyah yang primitif.
Pada awalnya golongan yang sesat tersebut terdiri dari 6 kelompok kemudian dari 6
kelompok masing - masing terbagi dan berkembang menjadi 12 golongan sehingga menjadi 72
golongan yang sesat....6 kelompok tersebut adalah : 1. Al Haruriyah....2. Al Qadariyah....3. Al
Jahmiyah....4. Al Murji'ah....5. Ar Rafidhah....6. Al Jabariyah.
1. Kelompok Al Haruriyah terbagi menjadi 12 golongan dan ciri - ciri mereka :
Al Azraqiyah : Mereka berkata bahwa kami tidak mengenal seorangpun yang kami
anggap sebagai orang mukmin. Mereka mengkafirkan semua orang mukmin kecuali
orang yang mau menerima ucapan ( pendapat ) mereka.
Al Abadhiyah : Mereka berkatasiapa yang menerima pendapat kami maka dia beriman
sedangkan yang berpaling dan mengingkari pendapat kami adalah munafiq.
Ats Tsa'labiyah : Mereka berkata bahwa sesungguhnya Allah tidak menetapkan dan juga
tidak tidak mentakdirkan segala sesuatu.

Al Khazimiyah : Mereka berkata bahwa kami tidak mengenal apa itu iman dan akhlaq.
Semua orang kami anggap salah.
Al Khalfiyah : Mereka menganggap bahwa orang yang tidak melakukan jihad baik laki laki maupun perempuan berarti dia telah kafir.
Al Kuziayah : Mereka berkata bahwa seseorang tidak boleh menyentuh orang lain
karena dia tidak tahu apakah orang lain itu suci atau najis.
Al Kanziyah : Mereka berkata bahwa seseorang hendaknya tidak memberikan hartanya
kepada orang lain karena bisa jadi orang itu sebenarnya tidak berhak. Akan tetapi
hendaknya hartanya disimpan ditimbun di dalam tanah hingga ditemukan oleh orang
yang benar dan berhak memilikinya.
Asy Syamrakhiyah : Mereka berkata bahwa tidak masalah jika menyentuh wanita
walaupun bukan mahram karena mereka baunya wangi.
Al Akhnasiyah : Mereka berkata bahwa orang yang meninggal tidak diikuti oleh
kebaikan dan keburukan apapun setelah kematiannya.
Al Hukmiyah : Mereka berkata bahwa siapa saja yang meminta keputusan fatwa hukum
kepada makhluq maka berarti dia kafir.
Al Mu'tazilah : Mereka berkata bahwa kelompok Ali bin Abi Thalib dan Mu'awiyah bagi
kami sama ( Perang Siffin ), jadi kami memilih untuk terlepas dari kedua kelompok
tersebut dengan tidak mengakuinya.
Al Maimuniyah : Mereka berkata bahwa tidak ada kepemimpinan melainkan dengan
pemimpin ( imam ) dari orang - orang yang kami cintai.
2. Kelompok Al Qadariyah terbagi menjadi 12 golongan dan ciri - ciri mereka :
Ahmariyah : Mereka beranggapan bahwa syarat keadilan dari Allah adalah dengan cara
menguasai dan menghalangi dengan kemaksiatan.
Tsanawiyah : Mereka menyatakan bahwa kebaikan itu dari Allah dan keburukan berasal
dari syetan.
Mu'tazilah : Mereka mengatakan bahwa Al Qur'an adalah makhluq dan mengingkari sifat
rububiyah Allah.

Kaisaniyah : Mereka yang mengatakan bahwa tidak mengetahui apakah perbuatan perbuatan ini berasal dari Allah atau berasal dari hamba dan tidak mengetahui apakah
manusia mendapatkan pahala atau sebaliknya akan memperoleh hukuman.
Syaithaniyah : Mereka yang mengatakan bahwa Allah tidak menciptakan syetan.
Syarikiyah : Mereka yang mengatakan bahwa keburukan semuanya telah ditakdirkan
kecuali kekufuran.
Wahmiyah : Mereka yang mengatakan bahwa perbuatan dan ucapan tidak berbentuk dzat
dan demikian pula dengan kebaikan dan keburukan juga tidak memiliki dzat.
Zabriyah : Mereka berkata bahwa Seluruh kitab suci yang diturnkan Allah maka
mengamalkannya adalah suatu perbuatan yang benar baik yang nasikh maupun
mansukh.
Mas'adiyah : Merekan menganggap bahwa orang yang berbuat maksiat kemudian
bertaubat maka taubatnya tetap tidak diterima.
Nakitsiyah : Mereka beranggapan bahwa orang yang melanggar pembaitan Rasulullah
maka dia tidak berdosa.
Qasithiyah : Mereka mengikuti Ibrahim bin Nizam dengan perkataan bahwa siapa saja
yang menganggap Allah adalah sesuatu maka berarti dia telah kafir.
Qashriyah : Mereka yang mengubah jumlah rakaat shalat fardhu yang 4 rakaat menjadi 2
rakaat saja.
3. Kelompok Jahmiyah terbagi menjadi 12 golongan dan ciri - ciri mereka :
Mu'athalah : Mereka beranggapan bahwa setiap yang terbersit dalam bayangan
( dugaan ) seseorang maka ia adalah makhluq dan seseorang yang menganggap bahwa
Allah dapat dilihat adalah kafir.
Marisiyah : Mereka yang mengatakan bahwa kebanyakan sifat - sifat Allah adalah
makhluq.
Multaziqah : Mereka menegaskan bahwa Allah berada di segala tempat.
Waridiyah : Mereka yang mengatakan bahwa tidak akan masuk neraka orang yang
mengenal Tuhannya dan siapa saja yang masuk ke dalam neraka maka dia tidak akan
dapat keluar darinya selamanya.

Zanadiqah : Mereka berkata bahwa tidak seorangpun yang dapat menetapkan bahwa
dirinya ada yang memiliki karena penetapan itu tidak dapat dilakukan kecuali setelah
diketahui oleh panca indera. Sesuatu yang tidak diketahui oleh panca indera maka tidak
dapat ditetapkan.
Harqiyah : Mereka beranggapan bahwa orang yang kafir akan dibakar oleh api neraka
sekali dan kemudian dia akan terus dalam keadaan terbakar selamanya.
Makhluqiyah : Mereka menganggap bahwa Al Qur'an adalah makhluq.
Faniyah : Mereka menganggap bahwa syurga dan neraka itu fana dan mereka
beranggapan bahwa syurga dan neraka itu belum diciptakan.
Abadiyah : Mereka yang mengingkari para rasul. Mereka mengatakan bahwa mereka
hanyalah para hakim atau penguasa.
Waqifiyah : Mereka mengatakan bahwa kami tidak tahu bahwa Al Qur'an itu makhluq
atau bukan makhluq.
Qabriyah : Mereka mengingkari adzab kubur dan syafaat.
Lafzhiyah : Mereka mengatakan bahwa lafazh kami dalam mengucapkan Al Qur'an
adalah makhluq.
4. Kelompok Murji'ah terbagi menjadi 12 golongan dan ciri - ciri mereka :
Tarikiyah : Merka mengatakan bahwa Allah tidak mewajibkan kepada makhluq Nya
kecuali beriman kepada Nya. Siapa saja yang beriman maka Dia akan melakukan dan
menetapkan sesuai dengan kehendak Nya.
Saibiyah : Mereka yang mengatakan bahwa sesungguhnya Allah membebaskan kepada
makhluq Nya untuk melakukan apa yang mereka inginkan.
Raj'iyah : Mereka yang mengatakan bahwa orang yang taat maka tidak dapat disebut
sebagai orang yang taat dan orang yang suka bermaksiat tidak dapat disebut sebagai ahli
maksiat karena kami tidak mengetahui kedudukannya disisi Allah.
Salibiyah : Mereka berkata bahwa ketaatan bukan bagian dari keimanan.
Bahisyiyah : Mereka berkata bahwa keimanan itu adalah ilmu dan siapa saja yang tidak
mengetahui mana yang benar dan mana yang batil, mana yang halal dan mana yang
haram maka berarti dia kafir.

Amaliyah : Mereka mengatakan bahwa keimanan adalah amal perbuatan.
Manqushiyah : Mereka mengatakan bahwa keimanan itu tidak bertambah dan tidak
berkurang.
Mustatsniyah : Mereka mengatakan bahwa pengecualian adalah bagian dari iman.
Musyabbahah : Mereka mengatakan bahwa penglihatan ( mata ), pendengaran ( telinga ),
tangan, kaki adalah sama dengan apa yang diketahui makhluq sebagaimana lazimnya.
Hasyawiyah : Mereka berkata bahwa hukum hadits - hadits adalah satu. Bagi mereka
meninggalkan sunnah berarti sama saja telah meninggalkan yang wajib.
Zhahriyah : Mereka yang menafikan dan mengingkari qiyas atau majaz.
Bada'iyah : Mereka yang pertama kali menciptakan hal - hal bid'ah pada umat ini yang
suka menambahkan sesuatu yang baru yang tidak selaras dengan Al Qur'an dan Hadits.
5. Kelompok Rafidhah terbagi menjadi 12 golongan dan ciri - ciri mereka :
Alawiyah : Mereka mengatakan bahwa risalah kenabian sebenarnya ditujukan kepada
Ali dan Jibril telah melakukan kesalahan.
Amiriyah : Mereka mengatakan bahwa sesungguhnya Ali adalah rekan Nabi Muhammad
dalam hal kenabian.
Syiah : Mereka mengatakan bahwa Ali adalah penerima wasiat sebagai pengganti
Rasulullah setelah belaiau wafat. Umat Islam yang membaiat kepemimpinan ( khilafah )
setelah Rasulullah kepada selain Ali berarti dia telah kafir.
Ishaqiyah : Mereka mengatakan bahwa kenabian itu tidak berakhir dan akan terus
bersambung hingga hari kiamat. Oleh karena itu setiap orang yang memiliki ilmu
tentang ahlul bait maka berarti dia seorang nabi.
Nawusiyah : Mereka yang mengatakan bahwa Ali adalah umat terbaik. Siapa saja yang
lebih mengistimewakanyang lainnya maka berarti dia telah kafir.
Imamiyah : Mereka mengatakan bahwa dunia ini tidak mungkin tanpa seorang
pemimpin yang berasal dari keturunan Husein. Dan seorang imam diajarkan langsung
oleh malaikat Jibril. Jika seorang imam wafat maka kedudukannya digantikan oleh yang
lainnya.

Zaidiyah : Mereka mengatakan bahwa anak keturunan Husein seluruhnya adalah
pemimpin ( imam ) dalam shalat. Oleh karenanya jika mendapatkan salah seorang dari
keturunan Husein maka keturunan Husein tidak boleh melakukan shalat di belakang
orang lain.
Abbasiyah : Mereka yang menganggap bahwa Abbas adalah orang yang paling berhak
memimpin kekhilafahan Islam daripada yang lainnya.
Tanasukhiyah : Mereka mengatakan bahwa ruh - ruh manusia dapat ber reinkarnasi.
Oleh karena itu jika orang itu baik maka ruh nya akan keluar dan masuk ke dalam tubuh
makhluq yang membuatnya dapat berbahagia dalam kehidupannya.
Raj'iyyah : Mereka menganggap bahwa Ali dan sahabat - sahabatnya akan kembali ke
dunia dan akan membalas dendam kepada musuh - musuh mereka.
La'inah : Mereka yang melaknat Abu Bakar, Umar, Ustman, Thalhah, Zubair,
Mu'awiyah, Abu Musa, Aisyah dan yang lainnya.
Mutarabbishah : Mereka yang berpenampilan dengan mengenakan pakaian seperti ahli
ibadah. Setiap tahun mereka mengangkat seseorang yang menjadi tempat sandaran
mereka dalam setiap urusan mereka ( amir / mursyid ). Jika orang itu wafat akan
digantikan dan diserahkan kedudukannya kepada yang lainnya.
6. Kelompok Jabariyah terbagi menjadi 12 golongan dan ciri - ciri mereka :
Mudhtharibah : Mereka yang mengatakan bahwa manusia sebenarnya tidak dapat
berbuat apa - apa akan tetapi Allah lah yang melakukan segala sesuatu untuknya.
Af'aliyah : Mereka yang mengatakan bahwa kita dapat melakukan sesuatu akan tetapi
pada hakekatnya kita tidak memiliki kemampuan. Kita seperti hewan yang diikat.
Mafrughiyah : Mereka yang mengatakan bahwa segala sesuatu sudah diciptakan dan
sekarang tidak ada sesuatupun yang baru diciptakan.
Nujariyah : Mereka mengatakan bahwa Allah akan memberikan adzab kepada manusia
atas perbuatannya bukan atas perbuatan orang lain.
Mananiyah : Mereka mengatakan bahwa kamu wajib melakukan sesuatu yang terbersit
dalam hatimu. Maka laksanakanlah jika yang terdetik itu merupakan kebaikan.

Kasbiyah : Mereka mengatakan bahwa seorang hamba tidak dapat mengusahakan pahala
dan hukuman.
Sabiqiyah : Mereka mengatakan bahwa siapa saja yang berkeinginan maka lakukanlah
keinginan itu. Siapa saja yang tidak mau melakukannya maka janganlah melakukannya.
Sesungguhnya orang yang bahagia ( ahli syurga ) tidak akan bermanfaat kebaikannya.
Habbiyah : Mereka mengatakan bahwa siapa saja yang meminum gelas kecintaan
kepada Allah maka gugurlah kewajibannya dalam beribadah melaksanakan rukun rukun agama yang telah ditetapkan.
Khufiyah : Mereka mengatakan bahwa siapa saja yang mencintai Allah maka dia tidak
akan memiliki kemampuan untuk takut kepada Nya. Karena seorang kekasih tidak akan
takut kepada kekasihnya.
Fikriyah : Mereka mengatakan bahwa siapa saja yang keilmuannya bertambah maka
gugurlah

kewajiban

ibadah

baginya

sesuai

dengan

tingkat

keilmuannya.

Khasyabiyah : Mereka mengatakan bahwa dunia ini bagi para hamba adalah sama, tidak
ada keistimewaan bagi sebagian dari mereka tanpa sebagian yang lain sesuai yang
diwariskan oleh nenek moyang mereka.
Maniyah : Mereka mengatakan bahwa dari kita suatu perbuatan dilakukan dan kita
memiliki kemampuan untuk melakukannya.
Sumber : [ Al Milal wa An Nihal, Asy Syahrustani dan I'tiqad Firaq Al Muslimin wal
Musyrikin,Fakhruddin Ar Razi ]
Dalam menafsirkan hadis tersebut para ulama berpendapat, bahwa yang dimaksud
kelompok sesat, bukanlah kelompok-kelompok Islam yang muncul karena perbedaan
masalah fiqh. Namun yang dimaksud kelompok sesat, adalah kelompok yang memang
telah keluar dari ajaran-ajaran pokok Islam. Seperti kelompok yang mengingkari rukunrukun Islam dan Iman. Jadi kelompok yang mengamalkan rukun Islam dan mempercayai
rukun-rukun iman, mereka ini termasuk kelompok yang selamat. Adapun kelompokkelompok Islam yang ada sekarang ini, kita juga harus melihatnya melalui kacamata di
atas. JIka penyimpangan yang terjadi sesuai dengan kriteria diatas, maka aliran tersebut
masuk dalam Firqah/golongan tersebut diatas. Sejauh mereka mengamalkan syariat

Islam serta berakidah dengan aqidah yang islami, maka kita tidak boleh memberinya cap
sebagai kelompok yang sesat.
Berikut ini beberapa etika bila menemukan beda pendapat antar kelompok:
Memulai

dengan

"husnuzzan"

(prasangka

baik)

terhadap

sesama

muslim.

Menghargai pendapat kelompok lain sejauh pendapat tersebut mempunyai dalil.
Tidak memaksakan kehendak bahwa kelompoknyalah yang paling benar, karena
pendapat lain juga mempunyai kemungkinan benar yang seimbang, sejauh dalam
diskursus syariah.
Mengakui adanya perbedaan dalam masalah furu'iyah (cabang-cabang ajaran) dan tidak
membesar-besarkannya. Tidak mengkafirkan orang yang telah mengucapkan "Laailaaha
illallah". Mengkaji perbedaan secara ilmiyah dengan mengupas dalil-dalilnya.
Tidak beranggapan bahwa kebenaran hanya satu dalam masalah-masalah
furu'iyah (cabang-cabang ajaran), karena ragamnya dalil, di samping kemampuan akal
yang berbeda-beda dalam menafsiri dalil-dalil tsb. Terbuka dalam menyikapi perbedaan,
dengan melihat perbedaan sebagai hal yang positif dalam agama karena memperkaya
khazanah dan fleksibillitas agama. Tidak cenderung menyalahkan dan menuduh sesat
ajaran yang tidak kita kenal. Justru karena belum kenal, sebaiknya kita pelajari dulu latar
belakang dan inti ajarannya.
AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH
1. Jika dilihat dari segi bahasa, Ahlu as-Sunnah wa al-Jama’ah terdiri dari tiga kata :
Ahlun (‫ ) ا اههلل‬artinya golongan, keluarga atau orang yang mempunyai atau orang yang
menguasai, misalnya :
‫ ا رهي ل‬Artinya : Keluarga atau kaum kerabat
-‫ت‬
‫ل ال يب ري ي ه‬
‫ا رهي ل‬Artinya Orang yang mempunyai urusan atau penguasa
- ‫مره‬
‫ل ا يل ر ي‬
2. As-Sunnah

(‫اال نسسن ناةة‬

)

artinya

meliputi

:

perkataan,

perbuatan,

ketetapan.

Secara istilah yang dimaksud adalah apa yang datang dari Rosululloh saw. yang meliputi
perkataan ( sabda Nabi ), perbuatan Nabi ( af’al ) dan ketetapan Nabi (taqrir).
3. al-Jama’ah (‫ة‬
‫ماع ر ه‬
‫ )ا رل ي ر‬artinya kumpulan atau kelompok.
‫ج ر‬

Secara Istilah yang dimaksud Jama’ah adalah para sahabat Rosululloh saw.
terutama adalah khulafa’ur rosyidin yaitu Khalifah : Abu Bakar as-Shidiq ra., Umar bin
Khottob ra., Utsman bin ‘Affan ra., dan Ali bin Abi Tholib ra.
Arti Ahlu as-Sunnah wal-Jama’ah ( Ahlus Sunnah wal-Jama’ah ) secara Istilah adalah :
Kaum atau golongan yang menganut/mengikuti serta mengamalkan ajaran agama Islam
yang murni sesuai yang diajarkan dan diamalkan oleh Rosululloh saw dan para
sahabatnya.
Menurut Muhammad bin Muhammad bin al-Husaini az-Zabidi dalam kitabnya
berjudul Ithafus Sadah al-Muttaqin ( Sarah kitab Ihya Ulumiddin karya Imam Ghozali )
mengatakan : Yang dikatakan Ahlu as-Sunnah wal-Jama’ah ( Ahlus Sunnah walJama’ah ) adalah :
‫ذا ا لط يل هقر ا رهي ل‬
‫مرراد ل ب ههه ا رل ر ر‬
‫اه ر‬
‫ة‬
‫مات لرهد هي ن ل‬
‫شا ه‬
‫سن نةه روال ي ر‬
‫ل ال ي‬
‫عررة ل روال ي ر‬
‫ماع رةه رفال ي ل‬
‫ج ر‬
Artinya adalah : Apabila di sebut Ahlu as-Sunnah wal-Jama’ah ( Ahlus Sunnah walJama’ah ) maka maksudnya adalah orang-orang yang mengikuti paham Imam Al-Asy’ari
dan Imam al-Maturidi.
Sumber : Fiqih Tradisionalis , K. H. Muhyiddin Abdusshomad