Paper Teori Metode Pendekatan dalam Pene

Teori, Metode dan Pendekatan dalam Penelitian Sastra
1. Pengertian Sastra
Secara etimologi, kata sastra berasal berasal dari bahasa Sansekerta “sas” yang berarti
instruksi atau ajaran dan “tra” yang berarti “alat atau sarana”. Jadi, menurut bahasa
Sansekerta, sastra adalah teks yang mengandung pedoman. Dalam bahasa Indonesia, kata ini
merujuk pada kata kesusastraan atau sebuah jenis tulisan yang mengandung keindahan.
Fungsi utama karya sastra adalah untuk melukiskan, mencerminkan kehidupan manusia.
Menurut Mursal Ensten (1978:9) sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta
artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia dan masyarakat, yang
mediumnya melalui bahasa serta memiliki efek positif dalam kehidupan manusia. Lain
halnya dengan Plato yang menjelaskan bahwa sastra adalah hasil peniruan atau gambaran dari
kenyataan. Sebuah karya sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus
merupakan model kenyataan. Sapardi (1979:1) menjelaskan bahwa sastra itu adalah lembaga
sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium. Bahasa itu sendiri merupakan ciptaan
sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu
kenyataan sosial.
Dari beberapa pernyataan diatas dapat diambil suatu gambaran atau pandangan bahwa
sastra adalah sebuah pengungkapan fakta yang terjadi di alam semesta ini yang
diimplementasikan secara imajinatif melalui medium bahasa dan menghasilkan suatu karya
yang dapat dijadikan sebagai teladan atau pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
2. Teori Sastra

Sejak awal abad ke-20, teori sastra mengalami banyak perkembangan. Adapun beberapa
teori sastra diantaranya yaitu:
a. Teori Strukturalisme
Secara definitif strukturalisme berarti paham mengenai unsur-unsur yaitu struktur itu
sendiri, dengan mekanisme antarhubungannya, di satu pihak antarhubungan satu dengan
unsur yang lainnya, di pihak lain hubungan antar unsur dengan totalitasnya. Teori ini
menggunakan unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam penilainnya. Dalam penilaian karya sastra,
teori ini bersifat objektif, dimana teori strukturalisme menilai suatu karya sastra melalui
beberapa tahap. Analisis pertama dilakukan dengan pendekatan instrinsik, sedangkan yang
kedua menggunakan pendekatan unsur ekstrinsik. Secara historis, perkembangan
strukturalisme dibagi dalam dua tahap yakni teori formalisme dan strukturalisme dinamis.
Studi (kajian) sastra strukturalisme tidak memperlakukan sebuah karya sastra tertentu
sebagai objek kajiannya, namun yang menjadi objek kajiannya adalah unsur suatu sastra.
Unsur tersebut membuat seperangkat konvensi yang abstrak dan umum dan mengatur
hubungan unsur satu dengan unsur yang lain sehingga menjadi kesatuan yang utuh. Meskipun

1

konvensi tersebut bersifat sosial dan ada dalam masyarakat tertentu, analisis yang dilakukan
hanya sebatas pada struktur yang ada terpisah dari pengarang ataupun realitas sosial.

Unsur-unsur pokok yang terkandung dalam karya sastra dibagi menjadi tiga jenis, yakni
unsur prosa, unsur puisi dan unsur drama. Unsur prosa meliputi tema, tokoh, latar, alur atau
plot, sudut pandang dan gaya bahasa. unsur-unsur puisi diantaranya tema, ritme, rima, diksi,
persajakan dan simbol, sedangkan unsur drama diantaranya tema, dialog, latar, penokohan
dan gaya bahasa. Dalam hubungannya, analisis berdasarkan struktur sedikitnya melibatkan
tiga komponen yaitu pencerita, karya sastra dan pendengar. Tokoh-tokoh penting dalam
srukturalisme diantaranya Roman Jokobson, Jan Mukarovsky, Rene Wellek dan sebagainya.
b. Teori Semiotika
Menurut Paul Cobley dan Litza Janz (2002:4) semiotika berasal dari kata seme, bahasa
Yunani, yang berarti penafsir tanda. Literatur lain menjelaskan bahwa semiotika berasal dari
kata semeion yang berarti tanda. Teori semiotika berarti studi sistematis mengenai produksi
dan interpretasi tanda, bagaimana cara kerjanya, apa manfaatnya pada kehidupan manusia.
Dalam pandangan semiotik yang berasal dari Saussure, bahwa bahasa merupakan sebuah
sistem tanda dan sebagai suatu tanda ,bahasa mewakili sesuatu yang lain yang disebut dengan
makna. Jika dalam suatu teks kesastraan bahasa menjadi sebuah sistem tanda, maka bukan
hanya mengarah pada tataran mekna pertama melainkan pada tataran makna kedua.
Tanda-tanda tersebut tidak terbatas pada tulisan saja, tanda-tanda tersebut dapat berupa
hubungan antar penulis,karya sastra, dan pembaca. Tentunya tanda-tanda tersebut dapat
berkaitan langsung dengan kondisi alam semesta dan lingkungan manusia. Ada banyak cara
yang ditawarkan dalam menganalisis karya sastra secara semiotis. Cara yang paling umum

adalah menganalisis karya sastra melalui dua tahapan yakni analisis intristik dan analisis
ekstrinsik. Cara yang lain adalah dengan teori Abrams (1976:6-29), dilakukan dengan
menggabungkan empat aspek yaitu pengarang, semestaan, pembaca dan objektif.
Menurut Aart van Zoest (1993:5-7), teori semiotik dibagi menjadi tiga aliran, yaitu:
1. Aliran semiotika komunikasi, tanda dalam kaitannya sebagai pengirim dan penerima
disertai dengan maksud yang digunakan secara sadar.
2. Aliran semiotika konotatif, atas dasar ciri-ciri denotasi kemudian diperoleh makna
konotasinya. Tanda-tanda tanpa makna langsung atau secara gramar.
3. Aliran semiotika ekspansif, diperluas dengan bidang psikologi dan sosiologi termasuk
juga filsafat.
c. Teori Feminis
Secara etimologis, feminis berasal dari kata femme (woman) yang berarti perempuan
tunggal, yang bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan pada kelas sosial.
Teori ini lahir pada awal abad ke-20 yang dipelopori oleh Virginia Woolf dalam bukunya A
room’s of One’s Own (1929).dengan kata lain, tujuan feminis adalah keseimbangan, interelsai
gender. Dalam pengertian yang lebih luas, feminis adalah gerakan kaum wanita untuk
menolak segala sesuatu yang dimarginalisasikan, disubordinasikan dan direndahkan oleh
2

kebudayaan dominan, baik dalam bidang politik, ekonomi dan sosial. Dalam arti sempit,

dalam sastra, feminis dikaitkan dengan cara-cara memahami karya sastra melalui proses
produksi dan resepsi.
Teori feminis erat kaitannya dengan konflik gender. Dimana teori ini mengedepankan
pada perjuangan hak-hak kaum perempuan. Feminisme menolak ketidakadilan sebagai
masyarakat patriarki, menolak sejarah dan filsafat sebagai disiplin (ilmu) yang berpusat pada
laki-laki sebagai subjek ego-centric sementara wanita hetero-centric. Analisis feminis dengan
demikian termasuk penelitian multidisiplin, melibatkan berbagai ilmu pengetahuan.
Dalam kaitannya dengan emansipasi, sastra feminis bertujuan untuk membongkar,
mendeskontruksi sistem penilaian terhadap karya sastra yang pada umumnya selalu ditinjau
melalui pemahaman laki-laki. Artinya, pemahaman terhadap unsur-unsur sastra dinilai atas
dasar pradigma laki-laki, wanita sebagai kaum yang lemah, dan laki-laki sebagai kaum yang
kuat. Tokoh terpenting feminis kontemporer yaitu Luce irigarai, Julia kristeva, Helene Cixous
dan Donna Haraway.
d. Teori Postkolonial
Secara etimologis, postkolonial berasal dari kata ‘post’ dan ‘kolonial’ yang berarti tanah
pertanian atau pemukiman. Teori postkolonial adalah teori yang digunakan untuk
menganalisa berbagai gejala kultural seperti sejarah, politik, ekonomi, sastra dan sebagainya
yang terjadi di tanah bekas jajahan koloni Eropa modern. Secara definitif, teori ini lahir
setelah kebanyakan negara-negara terjajah memperoleh kemerdekaannya (Bill Ashcroft,dkk.,
2003: xxii-xxiii). Teori postkolonial mencakup seluruh khazanah sastra nasional yang pernah

mengalami kekuasaan imperial sejak awal kolonisasi hingga sekarang.
Teori ini bersifat multidisiplin sekaligus sebagai studi kultural. Oleh karena itu,
postkolonial melibatkan tiga pengertian, yaitu abad berakhirnya imperium kolonial di seluruh
dunia, segala tulisan yang berkaitan dengan pengalaman-pengalaman kolonial dan teori-teori
yang digunakan untuk menganalisis masalah-masalah pasca kolonial.
3. Metode Penelitian Sastra
Metode berasal dari bahasa Latin “methodos” dengan akar kata ‘meta’ yang berarti menuju,
melalui, mengikuti, sedangkan ‘hodos’ berarti jalan, cara, arah. Dalam arti luas, metode
adalah cara-cara, strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk
memecahkan rangkaian sebab akibat. Metode berfungsi untuk menyederhanakan maslah,
sehingga lebih mudah untuk dipecahkan dan dipahami. Adapun beberapa metode dalam
penelitian sastra, yaitu:
a. Metode Intuitif
Metode ini menggunakan pikiran dan perasaan manusia dalam menganalisa suatu karya.
Metode ini dianggap sebagai metode kuno. Karena tidak didasarkan pada sifat kealamiahan
yang ada. Namun, metode intuitif ini dianggap sebagai kemampuan dasar manusia dalam
upaya memahami unsur-unsur kebudayaan.
3

b. Metode Kualitatif

Metode kualitatif memberikan perhatian terhadap data alamiah, data dalam hubungannya
dengan konteks keberadaannya sesuai dengan fakta. Sesuai dengan namanya, penelitian
kualitatif mempertahankan hakikat nilai-nilai. Dalam ilmu sosial sumber datanya adalah
masyarakat, data penelitiannya berupa tindakan-tindakan, sumber datanya adalah karya dan
naskah.
c. Metode Analisis Isi
Sesuai dengan namanya analisis isi terutama berhubungan dengan isi komunikasi baik secara
verbal dalam bentuk bahasa maupun nonverbal seperti arsitektur, pakaian, alat rumah tangga.
Sebagaimana kualitatif, dasar pelaksanaan metode analisis isi adalah penafsiran. Dalam karya
sastra misalnya, dilakukan untuk meneliti gaya tulisan pengarang.
d. Metode Deskriptif Analisis
Metode ini merupakan metode gabungan dua metode. Hal ini dapat dilakukan dengan syarat
keduanya tidak bertentangan. Secara etimologis deskripsi dan analisis berarti menguraikan.
Metode ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul
dengan analisis.
4. Pendekatan dalam Sastra
Pendekatan didefinisikan sebagai cara-cara menghampiri objek. Tujuan pendekatan
adalah pengakuan terhadap hakikat ilmiah objek ilmu pengetahuan itu sendiri. Oleh karena
itu, pendekatan lebih dekat dengan bidang studi tertentu. Pendekatan juga mengarahkan
penulusuran sumber-sumber sekunder, sehingga peneliti dapat memprediksikan literatur yang

harus dimiliki, perpustakaan dan toko-toko buku yang akan menjadi objek sasarannya.
Adapun beberapa pendekatan dalam sastra yakni sebagai berikut:
a. Pendekatan Sosiologis
Pendekatan sosiologis merupakan pendekatan dengan menganalisis manusia dalam
masyarakat, dengan proses pemahaman mulai dari masyarakat ke individu. Pendekatan ini
menganggap karya sastra sebagai milik masyarakat. Dasar filosofis pendekatan sosiologis
adalah adanya hubungan hakiki antara karya sastra dan masyarakat. Hubungan-hubungan
yang dimaksudkan disebabkan oleh karya dihasilkan oleh pengarang, pengarang itu sendiri
dan anggota masyarakat, pengarang memanfaatkan kekayaan yang ada dalam masyarakat,
hasil karya itu dimanfaatkan kembali oleh masyarakat. Pendekatan sosiologis juga memiliki
implikasi metodologis berupa pemahaman mendasar mengenai kehidupan manusia dalam
masyarakat.

b. Pendekatan Psikologis

4

Karya sastra dianggap sebagai aktivitas penulis, yang sering dikaitkan dengan gejalagejala kejiwaaan. Oleh karena itu karya sastra disebut sebagai salah satu gejala (penyakit)
kejiwaan. Gejala-gejala individual di satu pihak menyebabkan pendekatan psikologis lebih
banyak membicarakan aspek-aspek penokohan, kecenderungan timbulnya aliran-aliran,

seperti romantisme, ekspresionisme dan sebagainya. Meskipun pada awalnya pendekatan
psikologis dianggap sulit berkembang, tetapi dengan makin diminatinya pendekatan
multidisiplin di satu pihak, pemahaman terhadap teori-teori psikologis sastra di pihak yang
lain, maka pendekatan psikologis diharapkan dapat menghasilkan model penelitian yang
beragam.
c. Pendekatan Antropologis
Antropologi adalah ilmu pengetahuan mengenai manusia dalam masyarakat. Dalam
kaitannya dengan sastra, antropologi kebudayaan dibedakan menjadi dua bidang yaitu
antropolgi dengan objek verbal dn nonverbal. Pendekatan antropologi sastra lebih banyak
berkaitan dengan objek verbal. Lahirnya pendekatan antropologis didasarkan pada adanya
hubungan antara ilmu antropologi dengan bahasa, serta dikaitkan dengan tradisi lisan baik
antropologi dan sastra mempersalahkannya menjadi hal yang penting.
d. Pendekatan Historis
Pendekatan historis mempertimbangkan historisitas karya sastra yang diteliti, yang
dibedakan dengan sejarah sastra sebagai perkembangan sastra sejak awal hingga sekarang,
sastra sejarah sebagai karya sastra yang mengandung unsur-unsur sejarah, novel sejarah, dan
novel dengan unsur-unsur sejarah. Pendekatan historis memusatkan perhatian pada masalah
bagaimana hubungannya dengan karya lain sehingga dapat diketahui kualitas unsur-unsur
kesejarahannya. Pendekatan historis pada umumnya lebih relevan dalam kerangka sejarah
tradisional, sejarah sastra, dan periode-periode tertentu dengan objek karya-karya sastra

individual.
e. Pendekatan Mitopik
Pendekatan mitopik adalah pendekatan yang didasarkan pada mitos atau legenda.
Diantara semua pendekatan, pendekatan mitopik dianggap paling pluralis sebab memasukkan
hampir semua unsur kebudayaan seperti sejarah, sosiologi, antropologi, psikologi, agama,
filsafat dan kesenian. Dalam pendekatan mitopik, peneliti harus sadar bahwa keberagaman
data harus dipahami secara metodologis sehingga diperoleh makna yang tunggal.
f. Pendekatan Ekspresif
Pendekatan ekspresif tidak semata-mata memberikan perhatian terhadap bagaimana karya
sastra itu diciptakan, tetapi bentuk-bentuk apa yang terjadi di masyarakat. Wilayah studi
ekspresif meliputi diri penyair, pikiran dan perasaan dan hasil ciptaannya. Melalui indikator
kondisi struktural pengarang dan ciri-ciri kreativitas imajinatif karya sastra, maka pendekatan
ekspresif dapat dimanfaatkan untuk menggali ciri-ciri individualisme, nasionalisme,
komunisme dan feminisme dalam karya sastra.
5

g. Pendekatan Mimesis
Menurut Abrams (1976:8-9), pendekatan mimesis merupakan pendekatan estetis yang
paling primitif. Pendekatan mimesis memiliki persamaan dengan pendekatan sosiologis.
Perbedaanya, pendekatan sosiologis bertumpu pada masyarakat sedangkan pendekatan

mimesis bertumpu pada karya sastra.

h. Pendekatan Pragmatis
Pendekatan pragmatis memberikan perhatian utama terhadap peranan pembaca. Pada
tahap tertentu pendekatan pragmatis memiliki hubungan yang cukup dekat dengan sosiologi
yaitu dalam pendekatan mengenai masyarakat pembaca. Pendekatan pragmatis memiliki
manfaat terhadap fungsi-fungsi karya sastra dalam masyarakat, perkembangan dan
penyebarluasannya, sehingga manfaat karya sastra dapat dirasakan. Pendekatan ini juga
berfungsi untuk menopang teori resepsi, teori sastra yang memungkinkan pemahaman
hakikat karya tanpa batas.
i. Pendekatan Objektif
Pendekatan objektif merupakan pendekatan yang paling penting sebab pendekatan
apapun yang dilakukan pada dasarnya bertumpu pada karya sastra itu sendiri. Pendekatan ini
memusatkan perhatian semata-mata pada unsur-unsur, yang dikenal dengan analisis intrinsik.
Misalnya dalam karya fiksi yang dicari adalah unsur-unsur plot, tokoh, latar, sudut pandang.
Melalui pendekatan objektif, unsur-unsur intrinsik akan dieksploitasi secara maksimal.

Kesimpulan

6


Definisi sastra pada dasarnya tidak bisa ditetapkan secara universal namun
konvensional. Dalam artian, defini sastra yang dikemukakan oleh para ahli pada dasarnya
sulit untuk didefinisikan secara baku. Beberapa teori yang diungkapkan diatas adalah contoh
dari beberapa teori yang dapat dijadikan teori ketika hendak melakukan penelitian. Metodse
dan pendekatan yang diungkapkan diatas adalah metode dan pendekatan yang dapat dijadikan
rujukan penelitian untuk teks-teks yang bersifat naratif.
Perbedaan pendapat pada teori sastra yang dikemukakan oleh para ahli tidak dapat
diakhiri atau berakhir. Karena hal tersebut menunjukkan perkembangan sastra. Metode dan
pendekatan dalam penelitian sastra pun semata-mata bukan hanya sebagai alat untuk
penelitian, namun jika dapat dimanfaatkan secara maksimal maka akan menghasilkan energi
yang menarik partikel-partikel sehingga dapat menarik hal yang semula stagnan menjadi
bereaksi.
Perkembangan positif bidang penelitian sastra adalah perkembangan yang seimbang
antara karya sastra yaitu teori, kritik dan sejarah sastra. Ketiga hal tersebut saling
berkesinambungan sesuai dengan dinamika imajinatif yang dihadirkan oleh karya sastra.
Melalui teori, metode dan pendekatan yang telah disebutkan diatas, perkembangan sastra
yang ada dalam ketiga bidang tersebut dapat memberi manfaat pada pembaca karya sastra.
Penulis hanya mengambil beberapa dari sumber yang diperoleh sebagai wadah untuk
memperkaya wawasan dan intelektualitas diri terhadap penelitian yang bersumber pada satra
dan karya sastra.

Referensi

7

Ratna, Nyoman Kutha.2008.Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Pustaka Pelajar:
Yogyakarta,
Ekspresiku: Macam-macam Teori Sastra.http://thintapena.blogspot.com. Diakses pada Rabu,
4 Maret 2015 pukul 07:54,
Teori Sastra dan Pengertiannya serta Macam-macamnya.http://bocahsastra.wordpress.com.
Diakses pada Rabu, 4 Maret 2015 pukul 11:08,

8