Penerapan Corporate Social Responsibilty dalam Perkembangan Usaha Mikro, Kescil dan Menengah (UMKM) di Indonesia
BAB II
PERANAN USAHA, MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DALAM
PEREKONOMIAN INDONESIA
A. Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah Sebagai Pilar Perekonomian
Indonesia
Di negara berkembang pertumbuhan penduduk yang sangat besar
jumlahnya menambah kerumitan masalah pembangunan yang paling utama dan
paling sukar diatasi. Pada masa ini setiap tahunnya diperkirakan penduduk dunia
bertambah sebanyak 100 sampai 120 juta jiwa, dan 80 hingga 90 juta merupakan
pertambahan penduduk di negara berkembang.32
Masalah ekonomi yang paling fundamental bagi semua bagi masyarakat
meliputi pertanyaan-pertanyaan tradisional seperti apa, di mana, bagaimana,
seberapa banyak dan untuk siapa segenap barang dan jasa diproduksi.33 Selain
pertanyaan-pertanyaan tersebut, ternyata juga ditemukan aneka persoalan berskala
nasional mengenai siapa saja sebenarnya membuat atau mempengaruhi
keputusan-keputusan ekonomi, dan untuk kepentingan siapa keputusan tersebut.34
Strategi-strategi
pembangunan
ekonomi
yang
berusaha
untuk
meningkatkan output dari sektor pertanian, menciptakan lapangan kerja, dan
mengentaskan kemiskinan, sering kali gagal di masa-masa lampau hanya karena
para ekonom dan perumus kebijakan lainnya lupa bahwa perekonomian nasional
merupakan suatu sistem sosial utuh, yang terdiri dari kekuatan-kekuatan ekonomis
dan non-ekonomis yang saling tergantung satu sama lain.35
Sadono Sukirno, op.cit, hlm.75.
Michael P. Todaro dan Stephen C,op.cit. hlm.32.
34
Ibid.
35
Ibid.
32
33
Universitas Sumatera Utara
Cita-cita bangsa Indonesia adalah membentuk masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila. Secara defenitif tujuan negara Indonesia tertuang
dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa
dan seluruh tumpah darah Indonesia; memajukan kesejahteraan umum;
mencerdeaskan kehidupan bangsa;
ikut
melaksanakan ketertiban dunia,
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Menurut Rochmat Soemitro, untuk mencapai tujuan nasional tersebut di
atas, diperlukan pembangunan ekonomi yang ditujukan guna mencapai
masyarakat adil dan makmur, serta material dan spritual yang merata untuk
mencapai suatu masyarakat yang bebas dari penindasan,bebas dari kemiskinan,
bebas dari penghisapan dan bebas dari penjajahan.36Lebih lanjut Soemitro
mengatakan bahwa ekonomi Indonesia mempunya dua sifat, yaitu nasional dan
demokratis. Sifat nasional tercermin dari kata-kata “anti kolonial dan anti
imperialis” dalam Mukaddimah UUD 1945. Sifat demokratis ekonomi tercermin
dalam Pasal 33 UUD 1945.37
Menurut Neni Sri Imaniyati dalam proses pembangunan ini, manusia akan
berusaha untuk mengolah alam dan kondisi kehidupan untuk mencapai tingkat
yang lebih baik dari sebelumnya38. Indonesia sebagai negara berkembang pada
Rocmat Soemitro, Pengantar Ekonomi dan Ekonomi Pancasila, (Bandung: Refika
Ofset, 1991), hlm.178.
37
Pasal 33 UUD 1945 menyatakan sebagai berikut: (1) Perekonomian disusun sebagai
usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi
negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. (3) Bumi, air dan
kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas
demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, kemajuan, dan kesatuan ekonomi nasional. (5)
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.
38
Neni Sri Imaniyati, Hukum Bisnis Telaah Tentang Pelaku dan Kegiatan Ekonomi
(Bandung: Graha Ilmu,2009), hlm.13.
36
Universitas Sumatera Utara
dekade terakhir ini mengalami kemajuan yang cukup pesat, walaupun kemajuan
tersebut ditandai masa-masa cukup sulit karena baru saja bangkit dari krisis
ekonomi yang berkepanjangan.39Secara umum kemajuan yang dicapai oleh
bangsa Indonesia dalam berbagai bidang kehidupan tidak diraih begitu saja akan
tetapi memerlukan kerja keras serta kerja sama segenap lapisan masyarakat secara
terus-menerus serta berkesinambungan.40
Dalam hal ini, maka pelaku ekonomi, terutama pemerintah, dunia usaha,
perbankan atau lembaga pendidikan perlu terlebih dahulu mempunyai komitmen
bersama agar pembangunan jangan lagi dimaknai dengan pembangunan yang
materialistik yang berbasis pada capital fundamentalism, tetapi harus dimaknai
dengan pembangunan yang manusiawi atau human development, yang berbasis
pada nilai-nilai keadilan dan kesejahteraan bersama.41
Salah satu strategi untuk pembangunan yang manusiawi atau human
development, yang berbasis pada nilai-nilai keadilan dan kesejahteraan bersama
adalah
dengan
penerapan
strategi
pembangunan
yang
berbasis
pada
pemberdayaan sumber daya ekonomi lokal, baik dalam pengertian nasional
ataupun daerah, yang dikenal dengan konsep resource based strategy.42
Dalam pelaksanaan strategi resource based ini, maka penting untuk
melakukan beberapa penyesuaian terhadap beberapa pola penyusunan dan
39
Johannes Ibrahim dan Lindawaty, Hukum Bisnis dalam Persepsi Manusia Modern
(Bandung:Refika Aditama, 2003),hlm.23.
40
Ibid.
41
Ibid.
42
Marsuki dan Dea, Analisis Perekonomian Nasional dan Internasional (Jakarta: Mitra
Wacana Media,2005), hlm.56.
Universitas Sumatera Utara
penerapan kebijaksanaan ekonomi selama ini, baik secara makro maupun secara
mikro dalam kerangka kebijaksanaan ekonomi domestik maupun luar negeri.43
Salah satu faktor penyebab terjadinya krisis adalah kurang tepatnya
kebijakan ekonomi pemerintah khususnya selama rezim Orde Baru berkuasa.44
Untuk itu selain pelaksanaan resource based strategy, juga sangat diperlukan
peran pemerintah berupa dukungan finansial dan fasilitas-fasilitas lainnya secara
berlebih kepada pengusaha besar untuk menggerakkan perekonomian nasional
dengan asumsi bahwa dari pengusaha besar akan menetes kepada pengusaha kecil
(trickle down effect) termasuk UMKM di Indonesia. 45
Keberadaan UMKM di Indonesia sangat penting khususnya untuk
memacu pertumbuhan kesempatan kerja dan pendapatan. Fakta menunjukkan
bahwa memang kesempatan kerja yang diciptakan oleh kelompok usaha tersebut
jauh lebih banyak dibandingkan tenaga kerja yang bisa diserap.46 Oleh karena itu,
UMKM sangat diharapkan untuk bisa terus berperan secara optimal dalam
menanggulangi pengangguran yang jumlahnya cenderung meningkat terus setiap
tahunnya. Dengan banyak menyerap tenaga kerja berarti UMKM mempunyai
peran strategis dalam upaya pemerintah selama ini memerangi kemiskinan di
dalam negeri.47
Selain itu, karena sebagian besar dari jumlah UMKM di Indonesia terdapat
di pedesaan, kelompok usaha tersebut sangat diharapkan menjadi motor utama
43
Ibid.
Irwan dan Suparmoko,op.cit, hlm.11.
45
Safaruddin Siregar,dkk. Usaha Kecil & Mikro Di Tengah Arus Globalisasi
(Pengalaman Usaha Kecil & Mikro BITRA Indonesia)( Medan: Bitra Indonesia,2002), hlm.vii.
46
Ibid.
47
Tulus Tambunan, op.cit,hlm.46.
44
Universitas Sumatera Utara
penggerak pembangunan dan pertumbuhan ekonomi pedesaan,yang berarti juga
akan mengurangi kesenjangan pembangunan antara perkotaan dan pedesaan.48
UMKM non pertanian sangat penting karena kapasitas penyerapan tenaga
kerja dari sektor pertanian dibanyak wilayah di tanah air semakin mengecil karena
banyak hal, termasuk luas lahan pertanian yang semakin sempit.49 Jika UMKM
nonpertanian di pedesaan bisa tumbuh besar, baik bertambahnya jumlah unit
usaha bertambah, maupun produktivitas usaha yang meningkat, migrasi penduduk
dari pedesaan ke perkotaan bisa berkurang secara signitifikan.50
Dalam perkembangannya, UMKM juga dapat dikelompokkan atas faktorfaktor yang mempengaruhinya, yaitu sebagai berikut :51
a. UMKM yang memperoleh bahan baku (pangan) secara menyebar
seperti mentega, keju dan susu bubuk, pada umumnya melakukan
proses yang ditandai dengan pengurangan beratdan pembuatan dimensi
menjadi kecil sehingga biaya pengiriman produk dapat ditekan lebih
murah dibandingkan dengan biaya angkut bahan baku.
b. Produk hanya mempunyai pasar lokal terbatas dan biaya transportasi
relatif tinggi. Sebagai contoh, es krim, kasur dan batu bata. Proses
yang dilakukan ditandai dengan produk (fisik) besar, berat, sulit
dipegang dan mudah rusak, kombinasi dari sumber yang terpisah,
biaya pemindahan produk jadi lebih tinggi dari biaya pemindahan
bahan baku, maka lokasi perlu dekat dengan pasar dan proses produksi
48
Ibid.
Safaruddin Siregar,dkk, loc.cit.
50
Ibid.
51
Musa Hubeis, Prospek Usaha Kecil dalam Wadah Inkubator Bisnis (Bogor: Ghalia
Indonesia,2009), hlm.12.
49
Universitas Sumatera Utara
memakan biaya cukup besar , tetapi terdiri atas operasi (teknik)
pencamouran
sederhana
atau
proses
sederhana
lainnya
yang
memberikan keuntungan relatif kecil untuk perusahaan besar, atau
lebih menguntungkan bila dibuat oleh UMKM.
UMKM jasa, seperti percetakan, pelapisan logam dan pengerjaan panas
logam dengan proses yang ditandai oleh permintaan bervariasi akibat pesanan
individual, mempunyai kontak langsung yang erat dengan konsumen dan
memerlukan keterampilan khusus sehingga biaya tenaga kerja menjadi lebih
besar, lokasi perusahaan dekat dengan lokasi konsumen dan tidak cocok untuk
industri perusahaan besar, karena jumlah konsumennya terbatas.52.
B. Bentuk-Bentuk Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia
Bisnis atau usaha lazimnya bisa dilakukan oleh perseorangan dan bisa juga
dengan suatu perkumpulan dalam arti perkumpulan yang berbentuk hukum
maupun perkumpulan yang bukan berbentuk badan hukum. Dikatakan
perkumpulan berarti kumpulan tersebut berdiri dari beberapa orang. Perkumpulan
disini mempunyai arti luas dan mempunya empat unsur, yaitu kepentingan
bersama, kehendak bersama, tujuan, dan kerja sama yang jelas.53 Reinner
Kraakman dkkdalam “The Anatomy of Corporate Law”
pelaku
usaha
memilih
perusahaan
yang
berbentuk
menjelaskan bahwa
koporasi,
dengan
memperhatikan beberapa kriteria karakteristik, yaitu: legal personality, limited
liability, transferableshares, delegated mandated under a board structure, dan
Ibid, hlm.19.
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum Dalam Bisnis, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2003), hlm.3.
52
53
Universitas Sumatera Utara
investor ownership.Sedangkan berdasarkan teori hukum organisasi perusahaan,
pemilihan bentuk perusahaan ditentukan berdasarkanbeberapa faktor diantaranya
adalah proses pendirian dan permodalan, jumlah pemilik, keterlibatan pemilik
dalam manajemen perusahaan, dan tanggung jawab pemilik perusahaan 54
UMKM di Indonesia yang mengambil bentuk-bentuk usaha yang akan
dijelaskan berikut ini.
1. Perusahaan perorangan
Perusahaan peroranganadalah perusahaan yang dilakukan oleh satu orang
pengusaha.55Secara umum peraturan perusahaan perorangan tidak diatur dalam
peraturan
perundang-undangan,
untuk
itu
muncul
pertanyaan
seperti
bagaimanakah cara mendirikan perusahaan perorangan? Cara mendirikan
perusahaan perorangan adalah bebas atau terserah kepada pemilik modalnya.56 Itu
artinya
perusahaan perorangan bukan perusahaan yang diadakan/diakui oleh
Pemerintah, jadi bukan perusahaan/badanyang sah, maka perusahaan perorangan
ini bukan badan hokum. Oleh karena itu, perusahaan peroranganini bukan badan
hukum. Karena Perusahaan perorangan dianggap bukan merupakan Subjek
hukum.57 Mendirikan perusahaan perorangan ini dapat tanpa membuat akta
pendiriannya atau dapat juga dengan membuat akta pendiriannya secara otentik.
Dalam perusahaan perorangan, yang menjadi pengusaha hanya satu orang, tidak
ada peserta lain di sampingnya. Kalau dalam perusahaan itu tampak banyak orang yang
Yetty Komalasari, Pemikiran Baru Tentang Comanditare Vennootschap (CV), (Jakarta:
Badan Penerbit FH UI, 2011), hlm.342.
55
H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia (Bentuk-Bentuk
Perusahaan), (Jakarta:Djambatan,1991), hlm.1
56
Hardijan Rusli, Badan Hukum dan Bentuk Perusahaan Di Indonesia, (Jakarta:FH
UNTAR,1989), hlm.17
57
C. S. T Kansil & Christine S.T. Kansil, Hukum Perusahaan Indonesia (Jakarta:PT
Pradnya Paramita,1994), hlm.6.
54
Universitas Sumatera Utara
bekerja , itu adalah pembantu pengusaha dalam perusahaan, yang hukubungan hukumnya
dengan pengusaha yang bersifat perburuhan dan pemberian kuasa.58 Modal dalam
perusahaan perseorangan ini milik satu orang, maka biasanya modal itu tidak besar.
Sebagian besar perusahaan perorangan ini modalnya termasuk modal kecil atau modal
lemah. Jumlah perusahaan perorangan ini banyak sekali, yang dapat kita saksikan di
daerah, dimana kita bertempat tinggal, di jalan-jalan di muka rumah kita, di stasiunstasiun kereta api, di tempat pemberhentian bus, di sekitar lampu lalu lintas, di pinggir
jalan yang diperbolehkan pedagang kaki lima melakukan usahanya dan lain-lain.59
Mereka itu pada umumnya tenaga kerja dari perusahaan perorangan atau terkadang juga
si pengusaha sendiri, terutama bagi pengusaha perseorangan yang modalnya masih belum
mencukupi untuk mengambil pembantu perusahaan.60
Dalam praktek perusahaan perorangan ini tampil dengan nama yang
bermacam-macam, misalnya: Toko Perusahaan Dagang, Usaha Dagang, Usaha,
Restoran/Rumah Makan, dan/atau hanya menyebutkan namanya saja.61
Dalam perusahaan perorangan, baik yang didirikan oleh satu orang pemodal,
maupun lebih dari satu pemodal maka masing-masing pemodal dalam melakukan
hubungan hukum dengan pihak lain, berbuat untuk kepentingan Perusahaan
perorangannya, tetap mempunyai tanggung jawab secara priibadi secara keseluruhan.62
Tanggung jawab secara keseluruhan berarti bahwa segala perikatan dari orang tersebut
didukung/dijamin atau ditangung oleh seluruh harta kekayaannya, baik yng bergerak
58
H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Dagang Indonesia Jilid 1,
(Jakarta:Djambatan,2010), hlm. 65.
59
Ibid.
60
Ibid.
61
Hardijan Rusli, loc,cit.
62
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian
hari. 63
2. Maatschap (Persekutuan)
Keberadaan maatschap sebagai badan usaha diatur dalam Pasal 1618Pasal 1652 KUHPerdata. Dalam KUHPerdata maatschap adalah suatu perjanjian
dengan mana 2 (dua) orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan
sesuatu kedalam persekutuan dengan maksud untuk membagi keuntungan atau
kemanfataan yang diperoleh karenanya.64
Apabila dicermati pengertian maatschap seperti yang diatur dalam Pasal
1618 KUHPerdata, tampak bahwa pendirian persekutuan perdata dapat dilakukan
secara lisan atau tertulis. Demikian juga halnya bila dicermati dalam pasal 1624
KUHPerdata, dapat diketahui bahwa maatschap berdiri sejak adanya kesepakatan
diantara para pendiri atau saat berdirinya ditentukan dalam anggaran dasar
persekutuan.65
Dalam maatschap masing-masing pemodal berutang kepada persekutuan
segala apa yang telah disanggupi untuk dimasukkan kedalam persekutuan, dan
pemasukan ini dapat berupa: Barang tertentu, uang, dan tenaga kerja.
Kepentingan persekutuan diutamakan sebagaimana diperinci dalam Pasal
1628 sampai Pasal 1630 KUHPerdata.
63
Ibid.
Pasal 1618, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
65
Sentosa Sembiring, Hukum Dagang, (Bandung: Citra Aditya Bakti,2001), hlm.20.
64
Universitas Sumatera Utara
Maatschap mulai berlaku sesuai dengan waktu yang disepakati bersama
dan kalu tidak ada penentuan waktunya maka dianggap sejak ada kesepakatan
parapihak saat itulah mulai berlakunya persekutuan.66
Perjanjian untuk mendirikan Maatschap kecuali memenuhi syarat-syarat
seperti ditentukan dalam Pasal 1320 KUHPerdata, juga harus memenuhi syaratsyarat sebagai berikut:67
a. Tidak dilarang oleh hukum;
b. Tidak bertentangan dengan tatasusila dan ketertiban umum;
c. Harus merupakan kepentingan bersama yang dikejar yaitu: keuntungan;
Keuntungan ini harus dinikmati bersama dan tidak boleh ditetapkan bagi
keuntungan seorang sekutu saja.68
Maatschap dapat berakhir karena adanya hal-hal yang ditetapkan oleh
Pasal 1646 KUHPerdata, yang memuat adanya kemungkinan:69
a. Karena tenggang waktunya telah berkhir sesuai dengan perjanjian yang
telah diadakan bersama pada saat didirikannya peseroan.
b. Karena musnahnya barang-baang yang akan digunakan dalam
penyelenggara perjanjian kerja sama perseroan.
c. Karena kemauan sesorang atau lebih anggota sekutu, tetapi kemauan
itu didasarkan pada itikad baik (te goeder trouw).
d. Karena wafat, atau jatuh pailit dari salah seorang sekutu.
Hardian Rusli, op,cit,hlm19..
H.M.N.Purwosujipto, op.cit,hlm.22.
68
Pasal 1635, ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
69
M.Natzir Said, Hukum Perusahaan Di Indonesia(Perorangan), (Bandung:IKAPI,1987),
hlm 68-69.
66
67
Universitas Sumatera Utara
3. Firma
Vennootschap Onder Firma (“Firma”) adalah salah satu bentuk
perusahaan yang diatur bersama-sama dengan Perseroan Komanditer (CV) dalam
bagian II dari Bab III Kitab I KUHD dari Pasal 16 s.d Pasal 35. Peraturanperaturan mengenai maatschap yang diatur dalam KUHPerdata berlaku juga
untuk firma berdasarkan Pasal 1 KUHD.70
Selain itu dengan tegas dalam Pasal 15 KUHD dinyatakan bahwa segala
perseroan yang disebut dalam KUHD dikuasai oleh: Persetujuan pihak-pihak yang
bersangkutan, KUHD, dan KUHPerdata.71
Pemberian nama suatu firma, terserah pada para pendirinya selama
terdapat perkataan firma dan nama itu tidak melanggar ukuran-ukuran kepantasan,
dan
tidak menjadi soal apakah pendirinya merupakan satu orang saja dan
beberapa orang.72
Sukardono mengatakan bahwa firma adalah suatu perserikatan perdata
yang khusus. Kekhususan itu menurut Pasal 16 KUHD terletak pada keharusan
adanya 3 unsur mutlak yaitu:73
a. Menjalankan perusahaan.
b. Dengan pemakaian firma (nama) bersama dengan, dan
c. Pertanggungjawaban
tiap-tiap
sekutu
untuk
seluruhnya
mengenai
perikatan dengan firma.
C.S.T Kansil,Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia ,(Jakarta: Sinar
Grafika, 2013), hlm.66
71
Inonesia, (KUHD), (Jakarta:Pustaka Yustisia,2015)
72
Soerjatin,Hukum Dagang (Jakarta: PT.Pradnya Paramita, 1982), hlm.28
73
KUHD, loc,cit.
70
Universitas Sumatera Utara
Menurut perumusan Pasal 16 dan 18 KUHD, yang dimaksudkan dengan
firma ialah tiap-tiap perseroan (maatschap) yang didirikan untuk menjalankan
sesuatu perusahaan di bawah suatu nama bersama dimana anggota-anggotanya
langsung dan sendiri-sendiri bertanggung jawab sepenuhnya terhadap orang-orang
pihak ketiga.
Perkataan firma sebenarnya berarti nama yang dipakai untuk berdagang
bersama-sama. Nama suatu firma adakalanya diambil dari nama seseorang yang
turut menjadi Persero pada firma itu sendiri, tetapi dapat juga nama itu diambil
dari nama orang yang bukan persero.74 Dalam suatu firma maka setiap persero
berhak untuk melakukan pengumuman dan bertindak keluar atas nama perseroan
tersebut. Segala perjanjian yang dilakukan oleh seseorang anggota persero
mengikat juga kawan-kawan persero lainnya. Begitu juga segala sesuatu yang
diperoleh seseorang anggota persero menjadi harta benda kepunyaan firma yang
berarti pula kepunyaan semua persero. 75
Tindakan seseorang anggota persero yang mengikat anggota persero
lainnya sebagaimana diatur dalam Pasal 17 KUHD yang menegaskan:
“Tiap-tiap Persero tidak dikecualikan dari satu sama lain, berhak untuk
bertindak, untuk mengeluarkan dan menerima atas nama Perseroan, pula
untuk mengikat Perseroan itu dengan pihak ketiga dan pihak ketiga
dengannya. Segala tindakan yang tidak bersangkut paut dengan Perseroan
itu, atau yang para Persero tidak berhak melakukannya tidak termasuk
dalam ketentuan diatas.”
Mengenai tanggung jawab masing-masing anggota firma dalam Pasal 18
KUHD ditegaskan, bahwa tiap-tiap anggota perseroan secara tanggung
menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya atas segala perikatan dari
74
Ibid.
Ibid.
75
Universitas Sumatera Utara
firma. Hal ini berarti bahwa tiap anggota firma langsung sendiri-sendiri
bertanggung jawab sepenuhnya (yang disebut tanggung jawab solider) atas
persetujuan-persetujuan yang diadakan firma oleh pihak ketiga. Dengan demikian
seorang anggota Firma yang bertindak keluar tidak perlu diberi kekuasaan khusus
oleh anggota lainnya untuk mengikat mereka, namun dengan sendirinya terikat
oleh segala perjanjian yang diadakan oleh salah satu rekannya. 76
Untuk mendirikan suatu firma tidak terdapat suatu ketentuan. Dengan
demikian, maka firma dapat didirikan baik secara tertulis maupun lisan. Oleh
karena firma menurut Pasal 19 KUHD disamakan dengan suatu maatschap, maka
mulainya berlaku ialah pada saat tercapai kata sepakat diantara para pendiri.77
Dalam Pasal 22 KUHD mengatakan bahwa suatu firma harus didirikan
berdasarkan suatu akta oktentik. Akta otentik yang dimaksud adalah akta otentik
yang tidak merugikan pihak ketiga, ini berarti bahwa walaupun suatu firma tidak
didirikan dengan akta otentik, tidak dapat diajuakan oleh para persero untuk
menggerakkan kewajibannya terhadap pihak ketiga. 78Dengan kata lain, walaupun
suatu firma tidak didirikan berdasarkan akta otentik namun segala perjanjian yang
ditutup dengan pihak ketiga merupakan perjanjian yang sah sehingga harus
dilaksanakan berdasarkan Pasal 1338 dan 1339 KUHPerdata. 79
C.S.T Kansil.op.cit, hlm. 67.
Kwik Kian Gie, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori dan Contoh Kasus,
(Jakarta:Prenada Media,2005), hlm. 95.
78
Ibid.
79
Soerjatin.op.cit, hlm.61.
76
77
Universitas Sumatera Utara
Suatu pembubaran firma berlaku ketentuan yang sama dengan maatschap.
Dengan demikian, maka Pasal 1646 dan seterusnya KUHPerdata dapat dijalankan
juga terhadap firma, sehingga firma bubar, karena :80
1) Waktu berdirinya telah berakhir;
2) Musnahnya barang atau selesainya usaha;
3) Kehendak seorang Persero atau beberapa orang Persero;
4) Meninggalnya seorang Persero atau ditaruh dibawah pengampunan
atau dinyatakan pailit;
5) Musnahnya barang yang dijanjikan dimasukkan ke dalam
Perseroan, sedangkan barang itu belum sampai dimasukkannya
(Pasal 1648 KUHPerdata jo Pasal 1646 KUHPerdata). Akan tetapi,
apabila barang tersebut musnah sedangkan hak milik atas barang
tersebut
telah
diserahkan
kepada
Perseroan
itulah
yang
menyebabkan bubarnya Perseroan;
6) Kehendak seorang Persero atau beberapa orang Persero, apabila
Perseroan didirikan untuk sewaktu-waktu tak tertentu (Pasal 1649
dan Pasal 1650 KUHPerdata jo Pasal 1646 No.3 KUHPerdata);
7) Diputuskan bersama oleh Para Persero walaupun waktunya berdiri
belum berakhir;
Firma merupakan salah satu bentuk badan usaha yang populer untuk
UMKM. Pelaku usaha memilih usahanya sebagai firma dikarenakan prosedur
pendirian yang mudah, Kemampuan keuangan yang besar dengan adanya
Ibid, hlm.64
80
Universitas Sumatera Utara
gabungan modal beberapa orang dan Keputusan didasarkan pada pertimbangan
seluruh anggota firma.81
4. Commanditaire Vennotschap (CV)
CV tidak diatur secara tersendiri dalam KUHD melainkan digabung
bersama dengan peraturan-peraturan mengenai firma. Dalam pasal 19 KUHD
terdapat ketentuan bahwa perseroan secara melepas uang (geldschieting), yang
juga dinamakan perseroan komanditer (commanditaire vennootchap, en
commandite), terdiri dari sesorang atau beberapa orang yang bertanggung jawab
secara renteng dan seorang atau beberapa orang lagi yang melepaskan uang
(geldchieters).82
Berdasarkan KUHD, CV adalah suatu perseroan yang tidak bertindak di
muka umum. Dalam perseroan ini seseorang atau lebih dari anggota-anggotanya
(si pemberi uang) tidak menjadi pimpinan perusahaan maupun bertindak terhadap
pihak ketiga. Mereka hanya sekedar menyediakan sejumlah modal bagi anggota
dan anggota-anggota lainnya menjalankan CV tersebut.83
Mengenai istilah geldschieters dalam Pasal 19 ayat (1) KUHD terdapat
terjemahan yang berbeda-beda.Subekti menerjemahkan dengan istilah “pelepas
uang”, Tirtaamidjaja dalam bukunya yang berjudul pokok-pokok hukum
81
Persekutuan
Perdata
(Maatschap),
lihat
http://portalukm.com/siklususaha/persiapan/bentuk-badan-usaha/badan-usaha-persekutuan/firma/, diakses pada tanggal 3
Februari 2017, pukul 00:13 Wib.
82
Soerjatin, Hukum Dagang I dan II (Jakarta: PT. Pradnya Paramita,1987), hlm. 37
83
Abdul R. Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori dan Contoh Kasus,
(Jakarta:Kencana,2005), hlm.94
Universitas Sumatera Utara
menerjemahkan “si pemberi uang”. Sedangkan Sukardono menerjemahkan
dengan istilah “seorang yang mempercayakan uang”.84
Terkait dengan pendirian CV, sama halnya dengan firma tidak ada
ketentuan yang tegas dalam KUHD. Oleh karena itu, jika diperhatikan kembali
apa yang menjadi landasan pendirian suatu badan usaha yakni perjanjian, para
pihak yang membuat perjanjian dapat membuat apa yang merek ainginkan
sepanjang tidak melanggar undang-undang kesusilaan dan ketertiban umum.
Hanya saja, jika dilihat dalam praktik pendirian CV dibuat dengan akta otentik,
dalam hal ini akta notaris.85
Menurut Chidir Ali:
“Di Indonesia, perseroan komandier atau CV belumlah merupakan badan
hukum, artinya bahwa badan usaha tersebut dalam lalu lintas hukum blum
merupakan suatu subjek hukum tersendiri terlepas dari anggota persero
pengurusnya, yang dapat melakukan perbuatan hukum tersendiri,
melainkan dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum dalam
perdagangan adalah anggota-anggota pengurusnya sehingga dengan
demikian dalam hal cv akan menggugat di pengadilan atau juga bila
digugat, maka yang menggugat bukanlah CV-nya, tetapi anggota persero
pengurusnya.” 86
Jika hanya ada satu persero komplementer, sulit untuk membedakan antara
kekayaan badan usaha CV dan kekayaan pengurus. Hoge Raad (Belanda) dalam
putusannya pada tanggal 04 Januari 1937 tidak mengakui adanya suatu harta
kekayaan yang terpisah pada suatu CV dengan seorang persero kompementer
saja.87
C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, op.cit, hlm. 74
Sentosa Sembiring, op.cit.hlm.46
86
Chidir Ali. Yurisprudensi Hukum Dagang di Indonesia , (Jakarta: Pradnya
Paramita,1982), hlm.73
87
R. Ali Rido, Hukum Dagang Tentang Surat Berharga, (Bandung:Remadja Karya,1988),
hlm.115
84
85
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pemaparan di atas dalam CV terdapat dua macam persero,
yaitu persero yang aktif yang bertanggung jawab renteng dan penuh danPersero
yang pasif atau persero komanditaris ataupun yang dalam isitilah Inggrisnya
disebut “sleeping part ner” yang tanggung jawabnya terbatas sampai sebesar
modal yang dimaksukkan88
Sehubungan dengan kedua macam persero tersebut, maka CV dapat
berupa:89
a. CV murni atau CV pada umumnya, dimana para perseronya aktif berjuang
mengusahakan keuntungan: atau
b. CV campuran, yaitu bentuk firma yang dikosongkan orang lain dengan
sokongan modal melulu, sebagai komanditaris yang berdiri dibelakang
layar.
Akta dari suatu CV harus berupa akta otentik dan dinyatakan dibidang
usahanya. Kegunaan akta pendirian suatu CV yaitu agar supaya bagi pihak-pihak
yang bersangkutan ada bukti.90
CV merupakan badan usaha yang tidak berbadan hokum dan kekayaan CV
tidak dipisahkan dari kekayaan para pendirinya. Dalam Anggaran Dasar tidak
disebutkan berapa besaran penyertaan modal dari setiap orang , jadi para
pendirinya harus membuat kesepakatan tersendiri lagi dalam penyertaan modal
C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, op.cit, hlm.76
Ibid.
90
Ibid.
88
89
Universitas Sumatera Utara
dan pembagian keuntungan. Hal ini karena kekayaan CV tidak bisa terpisah dari
kekayaan pemiliknya.91
Sama halnya seperti firma, banyak UMKM yang mengambil bentuk CV.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Yetty Komalasari Dewi, diketahui bahwa
CV sebagai sebuah bentuk perusahaan diakui oleh masyarakat pelaku usaha
Indonesia khususnya pelaku usaha kecil-menengah, dan berdasarkan data Badan
Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 jumlah pelaku usaha kecil-menengah mencapai
51,3 juta usaha, yang merupakan 99% dari total pelaku usaha di Indonesia. 92
Yetty Komalasari Dewi, melakukan studi terhadap jumlah CV di daerah
Cirebon untuk menggali jawaban mengapa pelaku usaha yang memilih bentuk
usaha Cvdalam menggeluti usahanya, yaitu sebagai berikut :93
1. Sebanyak 30% pelaku usaha berbentuk CV,
menyatakan bahwa CV
merupakan perusahaan keluarga, usaha yang bersifat kekeluargaan.
2. Sebanyak 60%. pelaku usaha berbentuk CV,
menyatakan prosedur
pendirian CV yang sangat mudah termasuk pendirian yang tidak mahal.
Pendirian CV lebih mudah baik dalam hal proses prizinan maupun
persyaratan administrasi yang harus dipenuhi apabila dibandingkan dengan
pendirian PT. Kemudahan ini terlihat dari jangka waktu penyelesaian
dokumen perusahaan yang cepat tidak lebih dari 1 (satu) bulan dan proses
perizinannya hanya sampai tingkat kabupaten. Selain dari pada itu, dalam
Way Suryagama, Untung Rugi CV atau PT sebagai Bdan Usaha UMKM, Lihat
https://embriobisnis.wordpress.com/2014/04/29/untung-rugi-cv-atau-pt-sebagai-badan-usahaumkm/ , diakses pada tanggal 03 Februari 2017, pukul 23:20 Wib.
92
Yetty Komalasari, op.cit. hlm.330.
93
Ibid, hlm.338-339
91
Universitas Sumatera Utara
pendirian CV tidak terdapat kewajiban untuk menyetorkan modal dalam
jumlah tertentu.
3. Sebanyak 30% pelaku usaha berbentuk CV menyatakan pengelolaan atau
manajemen CV termasuk susunan organisasi peusahaan yang tidak rumit,
pengambilan keputusan lebih cepat karena segala sesuatu pemilik sebagai
sekutu pengurus yang menentukannya dan administrasi lebih sederhana
sehingga tidak memerlukan banyak karyawan.
4. Sebanyak 20% pelaku usaha berbentuk CV menyatakan pada awalnya
bentuk perusahaan adalah perusahaan perorangan, namun setelah di
evaluasi setiap tahunnya oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan, maka
berubah menjadi CV agar perusahaan dapat melakukan ekspor.
Reinner Kraakman dkk, dalam “The Anatomy of Corporate Law”
menjelaskan secara teoritis bahwa pelaku usaha memilih perusahaan yang (341)
berbentuk koporasi, dengan memperhatikan beberapa kriteria kareteristik berikut
ini: Legal Personality, Limited liability, Transferableshares, Delegated mandated
under a board structure, dan Investor ownership.Sedangkan berdasarkan teori
hukum organisasi
perusahaan,
pemilihan
bentuk
perusahaan
ditentukan
berdasarkanbeberapa faktor diantaranya adalah:Proses pendirian dan permodalan,
Jumlah pemilik, Keterlibatan pemilik dalam manajemen perusahaan, dan
Tanggung jawab pemilik perusahaan. 94
Para wirausaha pemula dengan modal terbatas biasanya lebih memilih
bentuk CV sebagai badan usaha ketika awal berbisnis. Pendirian CV adalah
Ibid, hlm.342
94
Universitas Sumatera Utara
bentuk usaha yang merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih oleh para
UMKM
yang ingin melakukan kegiatan usaha dengan modal yang terbatas
karena modal untuk mendirikan CV tidak pernah ditentukan.Dalam melakukan
penyetoran modal pendirian CV, di dalam anggaran dasar tidak disebutkan
pembagiannya seperti halnya PT.95 Oleh karena itu, para pendiri harus membuat
kesepakatan tersendiri mengenai hal tersebut, ini yang kadang disebut sebagai
Anggaran Rumah Tangga (ART). Para starters di bidang usaha biro jasa,
perdagangan, kuliner, percetakan dll dengan modal awal yang tidak terlalu besar,
memilih CV adalah cukup.96
5. Perseroan Terbatas (PT)
PT disebut juga naamloze vennootschap (dalam bahasa Belanda) atau
Company Limited by shares (dalam bahasa Inggris).97 Pasal 1 angka 1 UUPT
perseroan terbatas adalah:
“badan hukum yang merupakan yang merupakan persekutuan modal,
didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal
dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhipersyaratan
yang
ditetapkan
dalam
undang-undang
ini
serta
peraturan
pelaksanaanya.”98
Dalam UUPT, telah diatur dengan jelas bahwa suatu perseroan hendaknya
didirikan oleh dua atau lebih dengan suatu akta notaris yang dibuat dalam bahasa
Way Suryagama, Untung Rugi CV atau PT sebagai Bdan Usaha UMKM,loc.cit.
Ibid.
97
Abdul R. Saliman, op.cit, hlm.95
98
Indonesia (Perseroan Terbatas), op.cit, Pasal 1angka 1.
95
96
Universitas Sumatera Utara
Indonesia. Orang disini dimaksudkan sebagai orang perseorangan atau badan
hukum. Dalam akta pendirian PT sekurang-kurangnya harus memuat antara lain:
a. Nama Lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan,tempt tinggal, dan
kewarganegaraan pendiri;
b. Susunan nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat
tinggal, dan kewarganegaraan anggota direksi dan komisaris yang pertama
kali diangkat; dan
c. Nama pemegang saham, nilai normatif atau nilai yang diperjanjikan dari
saham yang telah ditempatkan dan disektor pada saat pendirian.99
Selain itu ada dua hal yang tidak boleh dimuat dalam akta pendirian PT, yaitu:
a. Ketentuan tentang penerimaan bunga tetap atas saham; dan
b. Ketentuan tentang pemberian keuntungan pribadi kepad pendiri atau pihak
lain.100
Untuk memperoleh pengesahan atas suatu PT, tentunya para pendiri
bersama-sama atau melalui kuasanya, mengajukan permohonan secara tertulis
dengan melapirkan akta pendirian Perseroan kepada Menteri Kehakiman.
Sedangkan pengesahan dapat diberikan dalam jangka waktu 60 hari terhitung
sejak permohonan yang diajukan telah memenuhi syarat dan kelengkapan yang
diperlukan. Apabila permohonan ditolak, maka akan diberitahukan secara tertulis
kepada pemohon disertai alasan-alasannya.101
Setelah perseroan sah berdiri, maka direksi perseroan mempunyai
kewajiban untuk mendaftarkan perseroan tersebut dalam daftar perseroan. Daftar
Richard Burton Simatupang, op.cit.hlm.4.
Ibid.
101
Ibid. .hlm 51.
99
100
Universitas Sumatera Utara
perseroan adlah daftar perusahaan sebagaimana dimaksud Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan. Pendaftaran ini wajib
dilakukan dalam dalam waktu paling lambat 30 hari setelah pengesahan atau
persetujuan diberikan atau setelah tanggal penerimaan laporan. Perseroan yang
telah didaftarkan tentunya akan diumumkan dalam Tambahan Berita negara
Republik Indonesia.102
UMKM dapat berubah status menjadi PT, dapat dilihat Pasal 32 ayat (1)
UUPT mengatur besaran modal dasar untuk pendirian perseroan paling sedikit
Rp50 juta.103 Namun, lewat aturan ini, ketentuan modal dasar tersebut dapat
‘dikesampingkan’ oleh para pendiri perseroan. Dengan kata lain, penentuan
besaran modal dasar diserahkan pada kesepakatan para pendiri perseroan dengan
catatan profil mereka sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam UU
UMKM.104
6. Koperasi
Pada koperasi terdapat pula unsur pengejaran keuntungan komersil namun
pengejeran kepentingan tidak terlalu dititikberatkan melainkan lebih dipentingkan
kepada kesejahteraan para anggotanya, sehingga berwatak sosial.
105
Landasan
yuridis keberadaan Koperasi sebagai badan usaha dapat dilihat dalam Pasal 33
ayat (1) UUD 1945 yang mengatakan: “ Perekonomian disusun sebagai usaha
bersama atas asas kekeluargaan”.
102
Ibid.
Indonesia (UUPT), op.cit, Pasal 32 ayat (1)
104
Pendirian
Badan
Hukum
PT
Bagi
UMKM
Dipermudah,
Lihat,
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt570cabbb1c470/pendirian-badan-hukum-pt-bagiumkm-dipermudah, diakses pada tangal 1 Februari 2017, pukul 22:21 Wib.
105
Ibid.
103
Universitas Sumatera Utara
Eksistensi koperasi sebagai badan usaha dengan tegas dinyatakan dalam
Undang-Undang Koperasi.106 Dari rumusan ini, terlihat koperasi sebagai badan
usaha beranggotakan Orang perorangan, dan badan hukum operasi
Adapun tujuan badan hukum Koperasi dijabarkan dalam Pasal 3 UU No.
25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian yakni:107
“Bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian
nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan
makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945”.
Prinsip koperasi berdasarkan asas kekeluargaan merupakan esensi dari
dasar kerja koperasi sebagai badan usaha dan merupakan ciri khas dan jati diri
Koperasi yang membedakannya dengan badan usaha lain.108Sedangkan sifat
terbuka memiliki arti bahwa dalam keanggotaan tidak dilakukan pembatasan atau
diskriminasi dalam bentuk apapun. 109
Ketentuan yang demikian ini merupakan perwujudan nilai kekeluargaan
dan keadilan. Modal dalam Koperasi pada dasarnya digunakan untuk pemanfaatan
anggota dan bukan sekedar mencari keuntungan. Oleh karena itu, balas jasa
terhadap yang diberikan kepada para anggota juga terbatas dan tidak didasarkan
semata-mata atas besarnya modal yang diberikan. Yang dimaksud dengan terbatas
adalah wajar dalam arti tidak melebihi suku bunga yang ada di pasar. Berkaitan
Indonesia (Perkoperasian), UU Tentang Perkoperasian, UU No. 25 Tahun 1992, LN
Nomor 116 Tahun 1992, TLN Nomor 3502. Pasal 1 Angka 1 “Koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
kekeluargaan “
107
Ibid.
108
Richard Burton Simatupang.op.cit, hlm 61.
109
Ibid.
106
Universitas Sumatera Utara
dengan makna Koperasi dari oleh dan untuk anggota maka lapangan usaha
Koperasi pun tiada lain bertujuan untuk mensejahterakan anggota.110 Hal ini
dijabarkan dalam Pasal 43 Undang-Undang Koperasi yakni:
1. Usaha Koperasi adalah usaha yang berkaitan langsung dengan anggota
untuk meningkatkan usaha dan kesejahteraan anggota.
2. Kelebihan kemampuan pelayanan Koperasi dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat yang bukan anggota Koperasi.
3. Menjalankan kegiatan usaha dan berperan di segala bidang ekonomi
rakyat.
Dalam penjelasan pasal ini disebutkan bahwa usaha koperasi terutama
diarahkan pada bidang usaha yang berkaitan langsung dengan kepentingan
anggota baik untuk menunjang usaha atau kesejahteraannya.111
Masih banyak koperasi yang belum berhasil, memiliki permasalahan
intern, kesulitan permodalan dan persoalan organisasional lainnya. Masih banyak
pula anggapan negatif, pandangan pesimis sebagian masyarakat terhadap peran
dan fungsi koperasi. Semua ini merupakan tantangan yang harus kita hadapi,
untuk mewujudkan amanat dalam UUD 1945 pasal 33, yang menyatakan bahwa
perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan.
Dalam era globalisasi saat ini, bagaimakah manfaat UMKM yang
berbentuk koperasi dalam perekonomian yang berkelanjutan? Di usia koperasi
yang ke 69 tahun, banyak koperasi yang telah maju dan dapat memberikan
manfaat bagi anggota dan masyarakat sekitarnya. Koperasi-Koperasi tersebut
110
111
Ibid.
Sentosa Sembiring, op.cit, hlm.75-76
Universitas Sumatera Utara
memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
penyerapan tenaga kerja dan pemerataan pendapatan, sehingga tingkat
kesenjangan atau ketimpangan ekonomi dapat dikurangi. Bangun usaha yang
sesuai dengan itu adalah Koperasi. Kementerian Koperasi dan UMKM menempuh
Reformasi Total Koperasi, berupa langkah terencana, konsepsional dan
berkesinambungan untuk mewujudkan kemandirian koperasi. Secara ringkas,
Reformasi
Total
Koperasi
meliputi:
Rehabilitasi ,
Reorientasi
dan
Pengembangan.112
C. Pengaturan Hukum Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah di Indonesia
UMKM didefenisikan dengan berbagai cara yang berbeda, tergantung
pada negara dan aspek-aspek lainnya (misal spesifikasi teknologi). Oleh karena itu
perlu dilakukan tinjauan kasus terhadap defenisi-defenisi tersebut agar diperoleh
pengertian yang sesuai tentang UMKM, yaitu menganut ukuran yang kuantitaif
yang sesuai dengan kemajuan ekonomi.
113
Di Indonesia, terdapat berbagai
defenisi yang berbeda mengenai UMKM berdasarkan kepentingan lembaga yang
memberi defenisi.
1. UU UMKM
Bab I UMKM tentang ketentuan umum mendefenisikan Usaha Mikro sabagai
usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang
memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha
Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
Sambutan AAGN. Puspayoga , Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
(http://www.depkop.go.id/content/read/sambutan-menteri-koperasi-dan-usaha-kecil-danmenengah-dalam-peringatan-hari-koperasi-ke-69-tahun-20/ diakses pada tanggal 04 Februari
2017, pukul 09:34 Wib.
113
Musa Hubeis, op.cit, hlm..20
112
Universitas Sumatera Utara
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Usaha Menengah adalah usaha
ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil
atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam UndangUndang ini.
Pasal 3 UU UMKM, mengatur bahwa UMKM bertujuan menumbuhkan
dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional
berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.115
Pasal 6 UU UMKM memberikan kriteria tentang UMKM sebagai berikut:
(1) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut: 116
a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
(2) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
Indonesia (UMKM), op.cit. Bab I (Pasal 1 angka 1, 2, dan 3).
Ibid,Pasal 3.
116
Ibid, Pasal 6.
114
115
Universitas Sumatera Utara
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00
(dua milyar lima ratus juta rupiah).
(3) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00
(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000,00(lima puluh milyar rupiah).
2. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (“PP UMKM”).
Pasal 36 PP ini mengatur tentang perizinan UMKM sebagai berikut:117
(1) Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah dalam melakukan
usahanya harus memiliki bukti legalitas usaha.
(2) Bukti legalitas usaha untuk Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha
Menengah diberikan dalam bentuk:
a. surat izin usaha;
b. tanda bukti pendaftaran; atau
Indonesia (UMKM), PP Tentang Usaha Mikro,Kecil dan Menengah, PP No. 17 Tahun
2013, LN Nomor 40 Tahun2013. TLN Nomor 5404. Pasal 36
117
Universitas Sumatera Utara
c. tanda bukti pendataan.
(3) Surat izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
diberlakukan pada Usaha Kecil nonperseorangan dan Usaha
Menengah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Tanda bukti pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
diberlakukan pada Usaha Kecil perseorangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(5) Tanda bukti pendataan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
diberlakukan pada Usaha Mikro sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(6) Bukti legalitas berupa surat izin usaha sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a dapat diberlakukan pada Usaha Mikro dan Usaha
Kecil perseorangan apabila berhubungan dengan kriteria kesehatan,
moral, kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan
nasional, serta kepentingan nasional lainnya yang diatur dengan
undang-undang.
3. Badan Pusat Statis (BPS)
BPS memberikan definisi UMKM berdasarkan kuantitas tenaga
kerja. Usaha kecil merupakan usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5
orang samapai dengan 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan
Universitas Sumatera Utara
usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 20 orang sampai dengan 99
orang.118
4. Bank Indonesia (BI)
UMKM adalah perusahaan atau industri dengan karateristik berupa:119
(a) Modalnya kurang dari Rp. 20.000.000 (dua puluh juta rupiah);
(b) Untuk satu putaran dari usahanya hanya membutuhkan dana Rp.
5.000.000 (lima juta rupiah);
(c) Memiliki aset maksimum Rp. 600.000.000 (enam Ratus Juta
Rupiah) diluar tanah dan bangunan; dan
(d) Omzet tahunan lebih kecil sama dengan Rp. 1.000.000.000 (satu
milliar).
5. Departemen (sekarang Kantor Menteri Negara) Koperasi dan Usaha
Kecil Menengah (UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas)
UMKM adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan bersifat
tradisional, dengan kekayaan bersih Rp. 50.000.000 (lima puluh juta
rupiah) – Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha) dan omzet tahunan lebih kecil sama dengan Rp.
1.000.000.000 (satu milliar); dalam UU No. 20 Tahun 2008 tentang
UMKM dengan kekayaan bersih Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) –
Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) dan penjualan bersih tahunan Rp.
Badan
Pusat
Statistik,
Jenis
Kegiatan
Usaha,
lihat,
https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/35, diakses pada tanggal 1 Februari 2-17, pukul 21:14 Wib.
119
Bank Indonesia, Data Kredit Usaha Mikro, Kecil, Menengah, Lihat,
http://www.bi.go.id/id/umkm/kredit/data/Default.aspx, di akses pada tanggal 18 Desember 2016 ,
pukul 00:23 Wib.
118
Universitas Sumatera Utara
300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) – Rp. 2.500.000.000 (dua milliar lima
ratus juta rupiah).
6. Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1994
UMKM adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih
maksimum Rp. 400.000.000 (empat ratus juta rupiah).
7. Departemen Perindustrian dan Perdagangan Nomor 7 Tahun1994
UMKM adalah :
(a) Perusahaan memiliki aset maksimum Rp. 600.000.000 (enam ratus
juta rupiah) diluar tanah dan bangunan (Departemen Perindustrian
sebelum digabung),
(b) Perusahaan memiliki modal kerja dibawah Rp. 25.000.000 (dua
puluh lima juta rupiah), (Departemen Perdagangan sebelum
digabung).
8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 16/PMK.010/2016
UMKM adalah perusahaan yang memiliki omset maksimum Rp.
600.000.000 (enam ratus juta rupiah) per tahun dan atau aset maksimum
Rp. 600.000.000 (enam ratus juta rupiah) diluar tanah dan bangunan.
9. Departemen Kesehatan
Universitas Sumatera Utara
Di negara lain atau tingkat dunia, terdapat berbagai defenisi yang berbeda
mengenai UMKM yang sesuai menurut kaateristik masing-masing negara, yaitu
sebagai berikut:120
a. World Ban
PERANAN USAHA, MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DALAM
PEREKONOMIAN INDONESIA
A. Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah Sebagai Pilar Perekonomian
Indonesia
Di negara berkembang pertumbuhan penduduk yang sangat besar
jumlahnya menambah kerumitan masalah pembangunan yang paling utama dan
paling sukar diatasi. Pada masa ini setiap tahunnya diperkirakan penduduk dunia
bertambah sebanyak 100 sampai 120 juta jiwa, dan 80 hingga 90 juta merupakan
pertambahan penduduk di negara berkembang.32
Masalah ekonomi yang paling fundamental bagi semua bagi masyarakat
meliputi pertanyaan-pertanyaan tradisional seperti apa, di mana, bagaimana,
seberapa banyak dan untuk siapa segenap barang dan jasa diproduksi.33 Selain
pertanyaan-pertanyaan tersebut, ternyata juga ditemukan aneka persoalan berskala
nasional mengenai siapa saja sebenarnya membuat atau mempengaruhi
keputusan-keputusan ekonomi, dan untuk kepentingan siapa keputusan tersebut.34
Strategi-strategi
pembangunan
ekonomi
yang
berusaha
untuk
meningkatkan output dari sektor pertanian, menciptakan lapangan kerja, dan
mengentaskan kemiskinan, sering kali gagal di masa-masa lampau hanya karena
para ekonom dan perumus kebijakan lainnya lupa bahwa perekonomian nasional
merupakan suatu sistem sosial utuh, yang terdiri dari kekuatan-kekuatan ekonomis
dan non-ekonomis yang saling tergantung satu sama lain.35
Sadono Sukirno, op.cit, hlm.75.
Michael P. Todaro dan Stephen C,op.cit. hlm.32.
34
Ibid.
35
Ibid.
32
33
Universitas Sumatera Utara
Cita-cita bangsa Indonesia adalah membentuk masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila. Secara defenitif tujuan negara Indonesia tertuang
dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa
dan seluruh tumpah darah Indonesia; memajukan kesejahteraan umum;
mencerdeaskan kehidupan bangsa;
ikut
melaksanakan ketertiban dunia,
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Menurut Rochmat Soemitro, untuk mencapai tujuan nasional tersebut di
atas, diperlukan pembangunan ekonomi yang ditujukan guna mencapai
masyarakat adil dan makmur, serta material dan spritual yang merata untuk
mencapai suatu masyarakat yang bebas dari penindasan,bebas dari kemiskinan,
bebas dari penghisapan dan bebas dari penjajahan.36Lebih lanjut Soemitro
mengatakan bahwa ekonomi Indonesia mempunya dua sifat, yaitu nasional dan
demokratis. Sifat nasional tercermin dari kata-kata “anti kolonial dan anti
imperialis” dalam Mukaddimah UUD 1945. Sifat demokratis ekonomi tercermin
dalam Pasal 33 UUD 1945.37
Menurut Neni Sri Imaniyati dalam proses pembangunan ini, manusia akan
berusaha untuk mengolah alam dan kondisi kehidupan untuk mencapai tingkat
yang lebih baik dari sebelumnya38. Indonesia sebagai negara berkembang pada
Rocmat Soemitro, Pengantar Ekonomi dan Ekonomi Pancasila, (Bandung: Refika
Ofset, 1991), hlm.178.
37
Pasal 33 UUD 1945 menyatakan sebagai berikut: (1) Perekonomian disusun sebagai
usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi
negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. (3) Bumi, air dan
kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas
demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, kemajuan, dan kesatuan ekonomi nasional. (5)
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.
38
Neni Sri Imaniyati, Hukum Bisnis Telaah Tentang Pelaku dan Kegiatan Ekonomi
(Bandung: Graha Ilmu,2009), hlm.13.
36
Universitas Sumatera Utara
dekade terakhir ini mengalami kemajuan yang cukup pesat, walaupun kemajuan
tersebut ditandai masa-masa cukup sulit karena baru saja bangkit dari krisis
ekonomi yang berkepanjangan.39Secara umum kemajuan yang dicapai oleh
bangsa Indonesia dalam berbagai bidang kehidupan tidak diraih begitu saja akan
tetapi memerlukan kerja keras serta kerja sama segenap lapisan masyarakat secara
terus-menerus serta berkesinambungan.40
Dalam hal ini, maka pelaku ekonomi, terutama pemerintah, dunia usaha,
perbankan atau lembaga pendidikan perlu terlebih dahulu mempunyai komitmen
bersama agar pembangunan jangan lagi dimaknai dengan pembangunan yang
materialistik yang berbasis pada capital fundamentalism, tetapi harus dimaknai
dengan pembangunan yang manusiawi atau human development, yang berbasis
pada nilai-nilai keadilan dan kesejahteraan bersama.41
Salah satu strategi untuk pembangunan yang manusiawi atau human
development, yang berbasis pada nilai-nilai keadilan dan kesejahteraan bersama
adalah
dengan
penerapan
strategi
pembangunan
yang
berbasis
pada
pemberdayaan sumber daya ekonomi lokal, baik dalam pengertian nasional
ataupun daerah, yang dikenal dengan konsep resource based strategy.42
Dalam pelaksanaan strategi resource based ini, maka penting untuk
melakukan beberapa penyesuaian terhadap beberapa pola penyusunan dan
39
Johannes Ibrahim dan Lindawaty, Hukum Bisnis dalam Persepsi Manusia Modern
(Bandung:Refika Aditama, 2003),hlm.23.
40
Ibid.
41
Ibid.
42
Marsuki dan Dea, Analisis Perekonomian Nasional dan Internasional (Jakarta: Mitra
Wacana Media,2005), hlm.56.
Universitas Sumatera Utara
penerapan kebijaksanaan ekonomi selama ini, baik secara makro maupun secara
mikro dalam kerangka kebijaksanaan ekonomi domestik maupun luar negeri.43
Salah satu faktor penyebab terjadinya krisis adalah kurang tepatnya
kebijakan ekonomi pemerintah khususnya selama rezim Orde Baru berkuasa.44
Untuk itu selain pelaksanaan resource based strategy, juga sangat diperlukan
peran pemerintah berupa dukungan finansial dan fasilitas-fasilitas lainnya secara
berlebih kepada pengusaha besar untuk menggerakkan perekonomian nasional
dengan asumsi bahwa dari pengusaha besar akan menetes kepada pengusaha kecil
(trickle down effect) termasuk UMKM di Indonesia. 45
Keberadaan UMKM di Indonesia sangat penting khususnya untuk
memacu pertumbuhan kesempatan kerja dan pendapatan. Fakta menunjukkan
bahwa memang kesempatan kerja yang diciptakan oleh kelompok usaha tersebut
jauh lebih banyak dibandingkan tenaga kerja yang bisa diserap.46 Oleh karena itu,
UMKM sangat diharapkan untuk bisa terus berperan secara optimal dalam
menanggulangi pengangguran yang jumlahnya cenderung meningkat terus setiap
tahunnya. Dengan banyak menyerap tenaga kerja berarti UMKM mempunyai
peran strategis dalam upaya pemerintah selama ini memerangi kemiskinan di
dalam negeri.47
Selain itu, karena sebagian besar dari jumlah UMKM di Indonesia terdapat
di pedesaan, kelompok usaha tersebut sangat diharapkan menjadi motor utama
43
Ibid.
Irwan dan Suparmoko,op.cit, hlm.11.
45
Safaruddin Siregar,dkk. Usaha Kecil & Mikro Di Tengah Arus Globalisasi
(Pengalaman Usaha Kecil & Mikro BITRA Indonesia)( Medan: Bitra Indonesia,2002), hlm.vii.
46
Ibid.
47
Tulus Tambunan, op.cit,hlm.46.
44
Universitas Sumatera Utara
penggerak pembangunan dan pertumbuhan ekonomi pedesaan,yang berarti juga
akan mengurangi kesenjangan pembangunan antara perkotaan dan pedesaan.48
UMKM non pertanian sangat penting karena kapasitas penyerapan tenaga
kerja dari sektor pertanian dibanyak wilayah di tanah air semakin mengecil karena
banyak hal, termasuk luas lahan pertanian yang semakin sempit.49 Jika UMKM
nonpertanian di pedesaan bisa tumbuh besar, baik bertambahnya jumlah unit
usaha bertambah, maupun produktivitas usaha yang meningkat, migrasi penduduk
dari pedesaan ke perkotaan bisa berkurang secara signitifikan.50
Dalam perkembangannya, UMKM juga dapat dikelompokkan atas faktorfaktor yang mempengaruhinya, yaitu sebagai berikut :51
a. UMKM yang memperoleh bahan baku (pangan) secara menyebar
seperti mentega, keju dan susu bubuk, pada umumnya melakukan
proses yang ditandai dengan pengurangan beratdan pembuatan dimensi
menjadi kecil sehingga biaya pengiriman produk dapat ditekan lebih
murah dibandingkan dengan biaya angkut bahan baku.
b. Produk hanya mempunyai pasar lokal terbatas dan biaya transportasi
relatif tinggi. Sebagai contoh, es krim, kasur dan batu bata. Proses
yang dilakukan ditandai dengan produk (fisik) besar, berat, sulit
dipegang dan mudah rusak, kombinasi dari sumber yang terpisah,
biaya pemindahan produk jadi lebih tinggi dari biaya pemindahan
bahan baku, maka lokasi perlu dekat dengan pasar dan proses produksi
48
Ibid.
Safaruddin Siregar,dkk, loc.cit.
50
Ibid.
51
Musa Hubeis, Prospek Usaha Kecil dalam Wadah Inkubator Bisnis (Bogor: Ghalia
Indonesia,2009), hlm.12.
49
Universitas Sumatera Utara
memakan biaya cukup besar , tetapi terdiri atas operasi (teknik)
pencamouran
sederhana
atau
proses
sederhana
lainnya
yang
memberikan keuntungan relatif kecil untuk perusahaan besar, atau
lebih menguntungkan bila dibuat oleh UMKM.
UMKM jasa, seperti percetakan, pelapisan logam dan pengerjaan panas
logam dengan proses yang ditandai oleh permintaan bervariasi akibat pesanan
individual, mempunyai kontak langsung yang erat dengan konsumen dan
memerlukan keterampilan khusus sehingga biaya tenaga kerja menjadi lebih
besar, lokasi perusahaan dekat dengan lokasi konsumen dan tidak cocok untuk
industri perusahaan besar, karena jumlah konsumennya terbatas.52.
B. Bentuk-Bentuk Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia
Bisnis atau usaha lazimnya bisa dilakukan oleh perseorangan dan bisa juga
dengan suatu perkumpulan dalam arti perkumpulan yang berbentuk hukum
maupun perkumpulan yang bukan berbentuk badan hukum. Dikatakan
perkumpulan berarti kumpulan tersebut berdiri dari beberapa orang. Perkumpulan
disini mempunyai arti luas dan mempunya empat unsur, yaitu kepentingan
bersama, kehendak bersama, tujuan, dan kerja sama yang jelas.53 Reinner
Kraakman dkkdalam “The Anatomy of Corporate Law”
pelaku
usaha
memilih
perusahaan
yang
berbentuk
menjelaskan bahwa
koporasi,
dengan
memperhatikan beberapa kriteria karakteristik, yaitu: legal personality, limited
liability, transferableshares, delegated mandated under a board structure, dan
Ibid, hlm.19.
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum Dalam Bisnis, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2003), hlm.3.
52
53
Universitas Sumatera Utara
investor ownership.Sedangkan berdasarkan teori hukum organisasi perusahaan,
pemilihan bentuk perusahaan ditentukan berdasarkanbeberapa faktor diantaranya
adalah proses pendirian dan permodalan, jumlah pemilik, keterlibatan pemilik
dalam manajemen perusahaan, dan tanggung jawab pemilik perusahaan 54
UMKM di Indonesia yang mengambil bentuk-bentuk usaha yang akan
dijelaskan berikut ini.
1. Perusahaan perorangan
Perusahaan peroranganadalah perusahaan yang dilakukan oleh satu orang
pengusaha.55Secara umum peraturan perusahaan perorangan tidak diatur dalam
peraturan
perundang-undangan,
untuk
itu
muncul
pertanyaan
seperti
bagaimanakah cara mendirikan perusahaan perorangan? Cara mendirikan
perusahaan perorangan adalah bebas atau terserah kepada pemilik modalnya.56 Itu
artinya
perusahaan perorangan bukan perusahaan yang diadakan/diakui oleh
Pemerintah, jadi bukan perusahaan/badanyang sah, maka perusahaan perorangan
ini bukan badan hokum. Oleh karena itu, perusahaan peroranganini bukan badan
hukum. Karena Perusahaan perorangan dianggap bukan merupakan Subjek
hukum.57 Mendirikan perusahaan perorangan ini dapat tanpa membuat akta
pendiriannya atau dapat juga dengan membuat akta pendiriannya secara otentik.
Dalam perusahaan perorangan, yang menjadi pengusaha hanya satu orang, tidak
ada peserta lain di sampingnya. Kalau dalam perusahaan itu tampak banyak orang yang
Yetty Komalasari, Pemikiran Baru Tentang Comanditare Vennootschap (CV), (Jakarta:
Badan Penerbit FH UI, 2011), hlm.342.
55
H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia (Bentuk-Bentuk
Perusahaan), (Jakarta:Djambatan,1991), hlm.1
56
Hardijan Rusli, Badan Hukum dan Bentuk Perusahaan Di Indonesia, (Jakarta:FH
UNTAR,1989), hlm.17
57
C. S. T Kansil & Christine S.T. Kansil, Hukum Perusahaan Indonesia (Jakarta:PT
Pradnya Paramita,1994), hlm.6.
54
Universitas Sumatera Utara
bekerja , itu adalah pembantu pengusaha dalam perusahaan, yang hukubungan hukumnya
dengan pengusaha yang bersifat perburuhan dan pemberian kuasa.58 Modal dalam
perusahaan perseorangan ini milik satu orang, maka biasanya modal itu tidak besar.
Sebagian besar perusahaan perorangan ini modalnya termasuk modal kecil atau modal
lemah. Jumlah perusahaan perorangan ini banyak sekali, yang dapat kita saksikan di
daerah, dimana kita bertempat tinggal, di jalan-jalan di muka rumah kita, di stasiunstasiun kereta api, di tempat pemberhentian bus, di sekitar lampu lalu lintas, di pinggir
jalan yang diperbolehkan pedagang kaki lima melakukan usahanya dan lain-lain.59
Mereka itu pada umumnya tenaga kerja dari perusahaan perorangan atau terkadang juga
si pengusaha sendiri, terutama bagi pengusaha perseorangan yang modalnya masih belum
mencukupi untuk mengambil pembantu perusahaan.60
Dalam praktek perusahaan perorangan ini tampil dengan nama yang
bermacam-macam, misalnya: Toko Perusahaan Dagang, Usaha Dagang, Usaha,
Restoran/Rumah Makan, dan/atau hanya menyebutkan namanya saja.61
Dalam perusahaan perorangan, baik yang didirikan oleh satu orang pemodal,
maupun lebih dari satu pemodal maka masing-masing pemodal dalam melakukan
hubungan hukum dengan pihak lain, berbuat untuk kepentingan Perusahaan
perorangannya, tetap mempunyai tanggung jawab secara priibadi secara keseluruhan.62
Tanggung jawab secara keseluruhan berarti bahwa segala perikatan dari orang tersebut
didukung/dijamin atau ditangung oleh seluruh harta kekayaannya, baik yng bergerak
58
H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Dagang Indonesia Jilid 1,
(Jakarta:Djambatan,2010), hlm. 65.
59
Ibid.
60
Ibid.
61
Hardijan Rusli, loc,cit.
62
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian
hari. 63
2. Maatschap (Persekutuan)
Keberadaan maatschap sebagai badan usaha diatur dalam Pasal 1618Pasal 1652 KUHPerdata. Dalam KUHPerdata maatschap adalah suatu perjanjian
dengan mana 2 (dua) orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan
sesuatu kedalam persekutuan dengan maksud untuk membagi keuntungan atau
kemanfataan yang diperoleh karenanya.64
Apabila dicermati pengertian maatschap seperti yang diatur dalam Pasal
1618 KUHPerdata, tampak bahwa pendirian persekutuan perdata dapat dilakukan
secara lisan atau tertulis. Demikian juga halnya bila dicermati dalam pasal 1624
KUHPerdata, dapat diketahui bahwa maatschap berdiri sejak adanya kesepakatan
diantara para pendiri atau saat berdirinya ditentukan dalam anggaran dasar
persekutuan.65
Dalam maatschap masing-masing pemodal berutang kepada persekutuan
segala apa yang telah disanggupi untuk dimasukkan kedalam persekutuan, dan
pemasukan ini dapat berupa: Barang tertentu, uang, dan tenaga kerja.
Kepentingan persekutuan diutamakan sebagaimana diperinci dalam Pasal
1628 sampai Pasal 1630 KUHPerdata.
63
Ibid.
Pasal 1618, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
65
Sentosa Sembiring, Hukum Dagang, (Bandung: Citra Aditya Bakti,2001), hlm.20.
64
Universitas Sumatera Utara
Maatschap mulai berlaku sesuai dengan waktu yang disepakati bersama
dan kalu tidak ada penentuan waktunya maka dianggap sejak ada kesepakatan
parapihak saat itulah mulai berlakunya persekutuan.66
Perjanjian untuk mendirikan Maatschap kecuali memenuhi syarat-syarat
seperti ditentukan dalam Pasal 1320 KUHPerdata, juga harus memenuhi syaratsyarat sebagai berikut:67
a. Tidak dilarang oleh hukum;
b. Tidak bertentangan dengan tatasusila dan ketertiban umum;
c. Harus merupakan kepentingan bersama yang dikejar yaitu: keuntungan;
Keuntungan ini harus dinikmati bersama dan tidak boleh ditetapkan bagi
keuntungan seorang sekutu saja.68
Maatschap dapat berakhir karena adanya hal-hal yang ditetapkan oleh
Pasal 1646 KUHPerdata, yang memuat adanya kemungkinan:69
a. Karena tenggang waktunya telah berkhir sesuai dengan perjanjian yang
telah diadakan bersama pada saat didirikannya peseroan.
b. Karena musnahnya barang-baang yang akan digunakan dalam
penyelenggara perjanjian kerja sama perseroan.
c. Karena kemauan sesorang atau lebih anggota sekutu, tetapi kemauan
itu didasarkan pada itikad baik (te goeder trouw).
d. Karena wafat, atau jatuh pailit dari salah seorang sekutu.
Hardian Rusli, op,cit,hlm19..
H.M.N.Purwosujipto, op.cit,hlm.22.
68
Pasal 1635, ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
69
M.Natzir Said, Hukum Perusahaan Di Indonesia(Perorangan), (Bandung:IKAPI,1987),
hlm 68-69.
66
67
Universitas Sumatera Utara
3. Firma
Vennootschap Onder Firma (“Firma”) adalah salah satu bentuk
perusahaan yang diatur bersama-sama dengan Perseroan Komanditer (CV) dalam
bagian II dari Bab III Kitab I KUHD dari Pasal 16 s.d Pasal 35. Peraturanperaturan mengenai maatschap yang diatur dalam KUHPerdata berlaku juga
untuk firma berdasarkan Pasal 1 KUHD.70
Selain itu dengan tegas dalam Pasal 15 KUHD dinyatakan bahwa segala
perseroan yang disebut dalam KUHD dikuasai oleh: Persetujuan pihak-pihak yang
bersangkutan, KUHD, dan KUHPerdata.71
Pemberian nama suatu firma, terserah pada para pendirinya selama
terdapat perkataan firma dan nama itu tidak melanggar ukuran-ukuran kepantasan,
dan
tidak menjadi soal apakah pendirinya merupakan satu orang saja dan
beberapa orang.72
Sukardono mengatakan bahwa firma adalah suatu perserikatan perdata
yang khusus. Kekhususan itu menurut Pasal 16 KUHD terletak pada keharusan
adanya 3 unsur mutlak yaitu:73
a. Menjalankan perusahaan.
b. Dengan pemakaian firma (nama) bersama dengan, dan
c. Pertanggungjawaban
tiap-tiap
sekutu
untuk
seluruhnya
mengenai
perikatan dengan firma.
C.S.T Kansil,Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia ,(Jakarta: Sinar
Grafika, 2013), hlm.66
71
Inonesia, (KUHD), (Jakarta:Pustaka Yustisia,2015)
72
Soerjatin,Hukum Dagang (Jakarta: PT.Pradnya Paramita, 1982), hlm.28
73
KUHD, loc,cit.
70
Universitas Sumatera Utara
Menurut perumusan Pasal 16 dan 18 KUHD, yang dimaksudkan dengan
firma ialah tiap-tiap perseroan (maatschap) yang didirikan untuk menjalankan
sesuatu perusahaan di bawah suatu nama bersama dimana anggota-anggotanya
langsung dan sendiri-sendiri bertanggung jawab sepenuhnya terhadap orang-orang
pihak ketiga.
Perkataan firma sebenarnya berarti nama yang dipakai untuk berdagang
bersama-sama. Nama suatu firma adakalanya diambil dari nama seseorang yang
turut menjadi Persero pada firma itu sendiri, tetapi dapat juga nama itu diambil
dari nama orang yang bukan persero.74 Dalam suatu firma maka setiap persero
berhak untuk melakukan pengumuman dan bertindak keluar atas nama perseroan
tersebut. Segala perjanjian yang dilakukan oleh seseorang anggota persero
mengikat juga kawan-kawan persero lainnya. Begitu juga segala sesuatu yang
diperoleh seseorang anggota persero menjadi harta benda kepunyaan firma yang
berarti pula kepunyaan semua persero. 75
Tindakan seseorang anggota persero yang mengikat anggota persero
lainnya sebagaimana diatur dalam Pasal 17 KUHD yang menegaskan:
“Tiap-tiap Persero tidak dikecualikan dari satu sama lain, berhak untuk
bertindak, untuk mengeluarkan dan menerima atas nama Perseroan, pula
untuk mengikat Perseroan itu dengan pihak ketiga dan pihak ketiga
dengannya. Segala tindakan yang tidak bersangkut paut dengan Perseroan
itu, atau yang para Persero tidak berhak melakukannya tidak termasuk
dalam ketentuan diatas.”
Mengenai tanggung jawab masing-masing anggota firma dalam Pasal 18
KUHD ditegaskan, bahwa tiap-tiap anggota perseroan secara tanggung
menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya atas segala perikatan dari
74
Ibid.
Ibid.
75
Universitas Sumatera Utara
firma. Hal ini berarti bahwa tiap anggota firma langsung sendiri-sendiri
bertanggung jawab sepenuhnya (yang disebut tanggung jawab solider) atas
persetujuan-persetujuan yang diadakan firma oleh pihak ketiga. Dengan demikian
seorang anggota Firma yang bertindak keluar tidak perlu diberi kekuasaan khusus
oleh anggota lainnya untuk mengikat mereka, namun dengan sendirinya terikat
oleh segala perjanjian yang diadakan oleh salah satu rekannya. 76
Untuk mendirikan suatu firma tidak terdapat suatu ketentuan. Dengan
demikian, maka firma dapat didirikan baik secara tertulis maupun lisan. Oleh
karena firma menurut Pasal 19 KUHD disamakan dengan suatu maatschap, maka
mulainya berlaku ialah pada saat tercapai kata sepakat diantara para pendiri.77
Dalam Pasal 22 KUHD mengatakan bahwa suatu firma harus didirikan
berdasarkan suatu akta oktentik. Akta otentik yang dimaksud adalah akta otentik
yang tidak merugikan pihak ketiga, ini berarti bahwa walaupun suatu firma tidak
didirikan dengan akta otentik, tidak dapat diajuakan oleh para persero untuk
menggerakkan kewajibannya terhadap pihak ketiga. 78Dengan kata lain, walaupun
suatu firma tidak didirikan berdasarkan akta otentik namun segala perjanjian yang
ditutup dengan pihak ketiga merupakan perjanjian yang sah sehingga harus
dilaksanakan berdasarkan Pasal 1338 dan 1339 KUHPerdata. 79
C.S.T Kansil.op.cit, hlm. 67.
Kwik Kian Gie, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori dan Contoh Kasus,
(Jakarta:Prenada Media,2005), hlm. 95.
78
Ibid.
79
Soerjatin.op.cit, hlm.61.
76
77
Universitas Sumatera Utara
Suatu pembubaran firma berlaku ketentuan yang sama dengan maatschap.
Dengan demikian, maka Pasal 1646 dan seterusnya KUHPerdata dapat dijalankan
juga terhadap firma, sehingga firma bubar, karena :80
1) Waktu berdirinya telah berakhir;
2) Musnahnya barang atau selesainya usaha;
3) Kehendak seorang Persero atau beberapa orang Persero;
4) Meninggalnya seorang Persero atau ditaruh dibawah pengampunan
atau dinyatakan pailit;
5) Musnahnya barang yang dijanjikan dimasukkan ke dalam
Perseroan, sedangkan barang itu belum sampai dimasukkannya
(Pasal 1648 KUHPerdata jo Pasal 1646 KUHPerdata). Akan tetapi,
apabila barang tersebut musnah sedangkan hak milik atas barang
tersebut
telah
diserahkan
kepada
Perseroan
itulah
yang
menyebabkan bubarnya Perseroan;
6) Kehendak seorang Persero atau beberapa orang Persero, apabila
Perseroan didirikan untuk sewaktu-waktu tak tertentu (Pasal 1649
dan Pasal 1650 KUHPerdata jo Pasal 1646 No.3 KUHPerdata);
7) Diputuskan bersama oleh Para Persero walaupun waktunya berdiri
belum berakhir;
Firma merupakan salah satu bentuk badan usaha yang populer untuk
UMKM. Pelaku usaha memilih usahanya sebagai firma dikarenakan prosedur
pendirian yang mudah, Kemampuan keuangan yang besar dengan adanya
Ibid, hlm.64
80
Universitas Sumatera Utara
gabungan modal beberapa orang dan Keputusan didasarkan pada pertimbangan
seluruh anggota firma.81
4. Commanditaire Vennotschap (CV)
CV tidak diatur secara tersendiri dalam KUHD melainkan digabung
bersama dengan peraturan-peraturan mengenai firma. Dalam pasal 19 KUHD
terdapat ketentuan bahwa perseroan secara melepas uang (geldschieting), yang
juga dinamakan perseroan komanditer (commanditaire vennootchap, en
commandite), terdiri dari sesorang atau beberapa orang yang bertanggung jawab
secara renteng dan seorang atau beberapa orang lagi yang melepaskan uang
(geldchieters).82
Berdasarkan KUHD, CV adalah suatu perseroan yang tidak bertindak di
muka umum. Dalam perseroan ini seseorang atau lebih dari anggota-anggotanya
(si pemberi uang) tidak menjadi pimpinan perusahaan maupun bertindak terhadap
pihak ketiga. Mereka hanya sekedar menyediakan sejumlah modal bagi anggota
dan anggota-anggota lainnya menjalankan CV tersebut.83
Mengenai istilah geldschieters dalam Pasal 19 ayat (1) KUHD terdapat
terjemahan yang berbeda-beda.Subekti menerjemahkan dengan istilah “pelepas
uang”, Tirtaamidjaja dalam bukunya yang berjudul pokok-pokok hukum
81
Persekutuan
Perdata
(Maatschap),
lihat
http://portalukm.com/siklususaha/persiapan/bentuk-badan-usaha/badan-usaha-persekutuan/firma/, diakses pada tanggal 3
Februari 2017, pukul 00:13 Wib.
82
Soerjatin, Hukum Dagang I dan II (Jakarta: PT. Pradnya Paramita,1987), hlm. 37
83
Abdul R. Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori dan Contoh Kasus,
(Jakarta:Kencana,2005), hlm.94
Universitas Sumatera Utara
menerjemahkan “si pemberi uang”. Sedangkan Sukardono menerjemahkan
dengan istilah “seorang yang mempercayakan uang”.84
Terkait dengan pendirian CV, sama halnya dengan firma tidak ada
ketentuan yang tegas dalam KUHD. Oleh karena itu, jika diperhatikan kembali
apa yang menjadi landasan pendirian suatu badan usaha yakni perjanjian, para
pihak yang membuat perjanjian dapat membuat apa yang merek ainginkan
sepanjang tidak melanggar undang-undang kesusilaan dan ketertiban umum.
Hanya saja, jika dilihat dalam praktik pendirian CV dibuat dengan akta otentik,
dalam hal ini akta notaris.85
Menurut Chidir Ali:
“Di Indonesia, perseroan komandier atau CV belumlah merupakan badan
hukum, artinya bahwa badan usaha tersebut dalam lalu lintas hukum blum
merupakan suatu subjek hukum tersendiri terlepas dari anggota persero
pengurusnya, yang dapat melakukan perbuatan hukum tersendiri,
melainkan dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum dalam
perdagangan adalah anggota-anggota pengurusnya sehingga dengan
demikian dalam hal cv akan menggugat di pengadilan atau juga bila
digugat, maka yang menggugat bukanlah CV-nya, tetapi anggota persero
pengurusnya.” 86
Jika hanya ada satu persero komplementer, sulit untuk membedakan antara
kekayaan badan usaha CV dan kekayaan pengurus. Hoge Raad (Belanda) dalam
putusannya pada tanggal 04 Januari 1937 tidak mengakui adanya suatu harta
kekayaan yang terpisah pada suatu CV dengan seorang persero kompementer
saja.87
C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, op.cit, hlm. 74
Sentosa Sembiring, op.cit.hlm.46
86
Chidir Ali. Yurisprudensi Hukum Dagang di Indonesia , (Jakarta: Pradnya
Paramita,1982), hlm.73
87
R. Ali Rido, Hukum Dagang Tentang Surat Berharga, (Bandung:Remadja Karya,1988),
hlm.115
84
85
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pemaparan di atas dalam CV terdapat dua macam persero,
yaitu persero yang aktif yang bertanggung jawab renteng dan penuh danPersero
yang pasif atau persero komanditaris ataupun yang dalam isitilah Inggrisnya
disebut “sleeping part ner” yang tanggung jawabnya terbatas sampai sebesar
modal yang dimaksukkan88
Sehubungan dengan kedua macam persero tersebut, maka CV dapat
berupa:89
a. CV murni atau CV pada umumnya, dimana para perseronya aktif berjuang
mengusahakan keuntungan: atau
b. CV campuran, yaitu bentuk firma yang dikosongkan orang lain dengan
sokongan modal melulu, sebagai komanditaris yang berdiri dibelakang
layar.
Akta dari suatu CV harus berupa akta otentik dan dinyatakan dibidang
usahanya. Kegunaan akta pendirian suatu CV yaitu agar supaya bagi pihak-pihak
yang bersangkutan ada bukti.90
CV merupakan badan usaha yang tidak berbadan hokum dan kekayaan CV
tidak dipisahkan dari kekayaan para pendirinya. Dalam Anggaran Dasar tidak
disebutkan berapa besaran penyertaan modal dari setiap orang , jadi para
pendirinya harus membuat kesepakatan tersendiri lagi dalam penyertaan modal
C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, op.cit, hlm.76
Ibid.
90
Ibid.
88
89
Universitas Sumatera Utara
dan pembagian keuntungan. Hal ini karena kekayaan CV tidak bisa terpisah dari
kekayaan pemiliknya.91
Sama halnya seperti firma, banyak UMKM yang mengambil bentuk CV.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Yetty Komalasari Dewi, diketahui bahwa
CV sebagai sebuah bentuk perusahaan diakui oleh masyarakat pelaku usaha
Indonesia khususnya pelaku usaha kecil-menengah, dan berdasarkan data Badan
Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 jumlah pelaku usaha kecil-menengah mencapai
51,3 juta usaha, yang merupakan 99% dari total pelaku usaha di Indonesia. 92
Yetty Komalasari Dewi, melakukan studi terhadap jumlah CV di daerah
Cirebon untuk menggali jawaban mengapa pelaku usaha yang memilih bentuk
usaha Cvdalam menggeluti usahanya, yaitu sebagai berikut :93
1. Sebanyak 30% pelaku usaha berbentuk CV,
menyatakan bahwa CV
merupakan perusahaan keluarga, usaha yang bersifat kekeluargaan.
2. Sebanyak 60%. pelaku usaha berbentuk CV,
menyatakan prosedur
pendirian CV yang sangat mudah termasuk pendirian yang tidak mahal.
Pendirian CV lebih mudah baik dalam hal proses prizinan maupun
persyaratan administrasi yang harus dipenuhi apabila dibandingkan dengan
pendirian PT. Kemudahan ini terlihat dari jangka waktu penyelesaian
dokumen perusahaan yang cepat tidak lebih dari 1 (satu) bulan dan proses
perizinannya hanya sampai tingkat kabupaten. Selain dari pada itu, dalam
Way Suryagama, Untung Rugi CV atau PT sebagai Bdan Usaha UMKM, Lihat
https://embriobisnis.wordpress.com/2014/04/29/untung-rugi-cv-atau-pt-sebagai-badan-usahaumkm/ , diakses pada tanggal 03 Februari 2017, pukul 23:20 Wib.
92
Yetty Komalasari, op.cit. hlm.330.
93
Ibid, hlm.338-339
91
Universitas Sumatera Utara
pendirian CV tidak terdapat kewajiban untuk menyetorkan modal dalam
jumlah tertentu.
3. Sebanyak 30% pelaku usaha berbentuk CV menyatakan pengelolaan atau
manajemen CV termasuk susunan organisasi peusahaan yang tidak rumit,
pengambilan keputusan lebih cepat karena segala sesuatu pemilik sebagai
sekutu pengurus yang menentukannya dan administrasi lebih sederhana
sehingga tidak memerlukan banyak karyawan.
4. Sebanyak 20% pelaku usaha berbentuk CV menyatakan pada awalnya
bentuk perusahaan adalah perusahaan perorangan, namun setelah di
evaluasi setiap tahunnya oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan, maka
berubah menjadi CV agar perusahaan dapat melakukan ekspor.
Reinner Kraakman dkk, dalam “The Anatomy of Corporate Law”
menjelaskan secara teoritis bahwa pelaku usaha memilih perusahaan yang (341)
berbentuk koporasi, dengan memperhatikan beberapa kriteria kareteristik berikut
ini: Legal Personality, Limited liability, Transferableshares, Delegated mandated
under a board structure, dan Investor ownership.Sedangkan berdasarkan teori
hukum organisasi
perusahaan,
pemilihan
bentuk
perusahaan
ditentukan
berdasarkanbeberapa faktor diantaranya adalah:Proses pendirian dan permodalan,
Jumlah pemilik, Keterlibatan pemilik dalam manajemen perusahaan, dan
Tanggung jawab pemilik perusahaan. 94
Para wirausaha pemula dengan modal terbatas biasanya lebih memilih
bentuk CV sebagai badan usaha ketika awal berbisnis. Pendirian CV adalah
Ibid, hlm.342
94
Universitas Sumatera Utara
bentuk usaha yang merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih oleh para
UMKM
yang ingin melakukan kegiatan usaha dengan modal yang terbatas
karena modal untuk mendirikan CV tidak pernah ditentukan.Dalam melakukan
penyetoran modal pendirian CV, di dalam anggaran dasar tidak disebutkan
pembagiannya seperti halnya PT.95 Oleh karena itu, para pendiri harus membuat
kesepakatan tersendiri mengenai hal tersebut, ini yang kadang disebut sebagai
Anggaran Rumah Tangga (ART). Para starters di bidang usaha biro jasa,
perdagangan, kuliner, percetakan dll dengan modal awal yang tidak terlalu besar,
memilih CV adalah cukup.96
5. Perseroan Terbatas (PT)
PT disebut juga naamloze vennootschap (dalam bahasa Belanda) atau
Company Limited by shares (dalam bahasa Inggris).97 Pasal 1 angka 1 UUPT
perseroan terbatas adalah:
“badan hukum yang merupakan yang merupakan persekutuan modal,
didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal
dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhipersyaratan
yang
ditetapkan
dalam
undang-undang
ini
serta
peraturan
pelaksanaanya.”98
Dalam UUPT, telah diatur dengan jelas bahwa suatu perseroan hendaknya
didirikan oleh dua atau lebih dengan suatu akta notaris yang dibuat dalam bahasa
Way Suryagama, Untung Rugi CV atau PT sebagai Bdan Usaha UMKM,loc.cit.
Ibid.
97
Abdul R. Saliman, op.cit, hlm.95
98
Indonesia (Perseroan Terbatas), op.cit, Pasal 1angka 1.
95
96
Universitas Sumatera Utara
Indonesia. Orang disini dimaksudkan sebagai orang perseorangan atau badan
hukum. Dalam akta pendirian PT sekurang-kurangnya harus memuat antara lain:
a. Nama Lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan,tempt tinggal, dan
kewarganegaraan pendiri;
b. Susunan nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat
tinggal, dan kewarganegaraan anggota direksi dan komisaris yang pertama
kali diangkat; dan
c. Nama pemegang saham, nilai normatif atau nilai yang diperjanjikan dari
saham yang telah ditempatkan dan disektor pada saat pendirian.99
Selain itu ada dua hal yang tidak boleh dimuat dalam akta pendirian PT, yaitu:
a. Ketentuan tentang penerimaan bunga tetap atas saham; dan
b. Ketentuan tentang pemberian keuntungan pribadi kepad pendiri atau pihak
lain.100
Untuk memperoleh pengesahan atas suatu PT, tentunya para pendiri
bersama-sama atau melalui kuasanya, mengajukan permohonan secara tertulis
dengan melapirkan akta pendirian Perseroan kepada Menteri Kehakiman.
Sedangkan pengesahan dapat diberikan dalam jangka waktu 60 hari terhitung
sejak permohonan yang diajukan telah memenuhi syarat dan kelengkapan yang
diperlukan. Apabila permohonan ditolak, maka akan diberitahukan secara tertulis
kepada pemohon disertai alasan-alasannya.101
Setelah perseroan sah berdiri, maka direksi perseroan mempunyai
kewajiban untuk mendaftarkan perseroan tersebut dalam daftar perseroan. Daftar
Richard Burton Simatupang, op.cit.hlm.4.
Ibid.
101
Ibid. .hlm 51.
99
100
Universitas Sumatera Utara
perseroan adlah daftar perusahaan sebagaimana dimaksud Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan. Pendaftaran ini wajib
dilakukan dalam dalam waktu paling lambat 30 hari setelah pengesahan atau
persetujuan diberikan atau setelah tanggal penerimaan laporan. Perseroan yang
telah didaftarkan tentunya akan diumumkan dalam Tambahan Berita negara
Republik Indonesia.102
UMKM dapat berubah status menjadi PT, dapat dilihat Pasal 32 ayat (1)
UUPT mengatur besaran modal dasar untuk pendirian perseroan paling sedikit
Rp50 juta.103 Namun, lewat aturan ini, ketentuan modal dasar tersebut dapat
‘dikesampingkan’ oleh para pendiri perseroan. Dengan kata lain, penentuan
besaran modal dasar diserahkan pada kesepakatan para pendiri perseroan dengan
catatan profil mereka sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam UU
UMKM.104
6. Koperasi
Pada koperasi terdapat pula unsur pengejaran keuntungan komersil namun
pengejeran kepentingan tidak terlalu dititikberatkan melainkan lebih dipentingkan
kepada kesejahteraan para anggotanya, sehingga berwatak sosial.
105
Landasan
yuridis keberadaan Koperasi sebagai badan usaha dapat dilihat dalam Pasal 33
ayat (1) UUD 1945 yang mengatakan: “ Perekonomian disusun sebagai usaha
bersama atas asas kekeluargaan”.
102
Ibid.
Indonesia (UUPT), op.cit, Pasal 32 ayat (1)
104
Pendirian
Badan
Hukum
PT
Bagi
UMKM
Dipermudah,
Lihat,
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt570cabbb1c470/pendirian-badan-hukum-pt-bagiumkm-dipermudah, diakses pada tangal 1 Februari 2017, pukul 22:21 Wib.
105
Ibid.
103
Universitas Sumatera Utara
Eksistensi koperasi sebagai badan usaha dengan tegas dinyatakan dalam
Undang-Undang Koperasi.106 Dari rumusan ini, terlihat koperasi sebagai badan
usaha beranggotakan Orang perorangan, dan badan hukum operasi
Adapun tujuan badan hukum Koperasi dijabarkan dalam Pasal 3 UU No.
25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian yakni:107
“Bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian
nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan
makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945”.
Prinsip koperasi berdasarkan asas kekeluargaan merupakan esensi dari
dasar kerja koperasi sebagai badan usaha dan merupakan ciri khas dan jati diri
Koperasi yang membedakannya dengan badan usaha lain.108Sedangkan sifat
terbuka memiliki arti bahwa dalam keanggotaan tidak dilakukan pembatasan atau
diskriminasi dalam bentuk apapun. 109
Ketentuan yang demikian ini merupakan perwujudan nilai kekeluargaan
dan keadilan. Modal dalam Koperasi pada dasarnya digunakan untuk pemanfaatan
anggota dan bukan sekedar mencari keuntungan. Oleh karena itu, balas jasa
terhadap yang diberikan kepada para anggota juga terbatas dan tidak didasarkan
semata-mata atas besarnya modal yang diberikan. Yang dimaksud dengan terbatas
adalah wajar dalam arti tidak melebihi suku bunga yang ada di pasar. Berkaitan
Indonesia (Perkoperasian), UU Tentang Perkoperasian, UU No. 25 Tahun 1992, LN
Nomor 116 Tahun 1992, TLN Nomor 3502. Pasal 1 Angka 1 “Koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
kekeluargaan “
107
Ibid.
108
Richard Burton Simatupang.op.cit, hlm 61.
109
Ibid.
106
Universitas Sumatera Utara
dengan makna Koperasi dari oleh dan untuk anggota maka lapangan usaha
Koperasi pun tiada lain bertujuan untuk mensejahterakan anggota.110 Hal ini
dijabarkan dalam Pasal 43 Undang-Undang Koperasi yakni:
1. Usaha Koperasi adalah usaha yang berkaitan langsung dengan anggota
untuk meningkatkan usaha dan kesejahteraan anggota.
2. Kelebihan kemampuan pelayanan Koperasi dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat yang bukan anggota Koperasi.
3. Menjalankan kegiatan usaha dan berperan di segala bidang ekonomi
rakyat.
Dalam penjelasan pasal ini disebutkan bahwa usaha koperasi terutama
diarahkan pada bidang usaha yang berkaitan langsung dengan kepentingan
anggota baik untuk menunjang usaha atau kesejahteraannya.111
Masih banyak koperasi yang belum berhasil, memiliki permasalahan
intern, kesulitan permodalan dan persoalan organisasional lainnya. Masih banyak
pula anggapan negatif, pandangan pesimis sebagian masyarakat terhadap peran
dan fungsi koperasi. Semua ini merupakan tantangan yang harus kita hadapi,
untuk mewujudkan amanat dalam UUD 1945 pasal 33, yang menyatakan bahwa
perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan.
Dalam era globalisasi saat ini, bagaimakah manfaat UMKM yang
berbentuk koperasi dalam perekonomian yang berkelanjutan? Di usia koperasi
yang ke 69 tahun, banyak koperasi yang telah maju dan dapat memberikan
manfaat bagi anggota dan masyarakat sekitarnya. Koperasi-Koperasi tersebut
110
111
Ibid.
Sentosa Sembiring, op.cit, hlm.75-76
Universitas Sumatera Utara
memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
penyerapan tenaga kerja dan pemerataan pendapatan, sehingga tingkat
kesenjangan atau ketimpangan ekonomi dapat dikurangi. Bangun usaha yang
sesuai dengan itu adalah Koperasi. Kementerian Koperasi dan UMKM menempuh
Reformasi Total Koperasi, berupa langkah terencana, konsepsional dan
berkesinambungan untuk mewujudkan kemandirian koperasi. Secara ringkas,
Reformasi
Total
Koperasi
meliputi:
Rehabilitasi ,
Reorientasi
dan
Pengembangan.112
C. Pengaturan Hukum Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah di Indonesia
UMKM didefenisikan dengan berbagai cara yang berbeda, tergantung
pada negara dan aspek-aspek lainnya (misal spesifikasi teknologi). Oleh karena itu
perlu dilakukan tinjauan kasus terhadap defenisi-defenisi tersebut agar diperoleh
pengertian yang sesuai tentang UMKM, yaitu menganut ukuran yang kuantitaif
yang sesuai dengan kemajuan ekonomi.
113
Di Indonesia, terdapat berbagai
defenisi yang berbeda mengenai UMKM berdasarkan kepentingan lembaga yang
memberi defenisi.
1. UU UMKM
Bab I UMKM tentang ketentuan umum mendefenisikan Usaha Mikro sabagai
usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang
memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha
Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
Sambutan AAGN. Puspayoga , Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
(http://www.depkop.go.id/content/read/sambutan-menteri-koperasi-dan-usaha-kecil-danmenengah-dalam-peringatan-hari-koperasi-ke-69-tahun-20/ diakses pada tanggal 04 Februari
2017, pukul 09:34 Wib.
113
Musa Hubeis, op.cit, hlm..20
112
Universitas Sumatera Utara
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Usaha Menengah adalah usaha
ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil
atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam UndangUndang ini.
Pasal 3 UU UMKM, mengatur bahwa UMKM bertujuan menumbuhkan
dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional
berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.115
Pasal 6 UU UMKM memberikan kriteria tentang UMKM sebagai berikut:
(1) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut: 116
a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
(2) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
Indonesia (UMKM), op.cit. Bab I (Pasal 1 angka 1, 2, dan 3).
Ibid,Pasal 3.
116
Ibid, Pasal 6.
114
115
Universitas Sumatera Utara
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00
(dua milyar lima ratus juta rupiah).
(3) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00
(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000,00(lima puluh milyar rupiah).
2. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (“PP UMKM”).
Pasal 36 PP ini mengatur tentang perizinan UMKM sebagai berikut:117
(1) Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah dalam melakukan
usahanya harus memiliki bukti legalitas usaha.
(2) Bukti legalitas usaha untuk Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha
Menengah diberikan dalam bentuk:
a. surat izin usaha;
b. tanda bukti pendaftaran; atau
Indonesia (UMKM), PP Tentang Usaha Mikro,Kecil dan Menengah, PP No. 17 Tahun
2013, LN Nomor 40 Tahun2013. TLN Nomor 5404. Pasal 36
117
Universitas Sumatera Utara
c. tanda bukti pendataan.
(3) Surat izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
diberlakukan pada Usaha Kecil nonperseorangan dan Usaha
Menengah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Tanda bukti pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
diberlakukan pada Usaha Kecil perseorangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(5) Tanda bukti pendataan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
diberlakukan pada Usaha Mikro sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(6) Bukti legalitas berupa surat izin usaha sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a dapat diberlakukan pada Usaha Mikro dan Usaha
Kecil perseorangan apabila berhubungan dengan kriteria kesehatan,
moral, kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan
nasional, serta kepentingan nasional lainnya yang diatur dengan
undang-undang.
3. Badan Pusat Statis (BPS)
BPS memberikan definisi UMKM berdasarkan kuantitas tenaga
kerja. Usaha kecil merupakan usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5
orang samapai dengan 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan
Universitas Sumatera Utara
usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 20 orang sampai dengan 99
orang.118
4. Bank Indonesia (BI)
UMKM adalah perusahaan atau industri dengan karateristik berupa:119
(a) Modalnya kurang dari Rp. 20.000.000 (dua puluh juta rupiah);
(b) Untuk satu putaran dari usahanya hanya membutuhkan dana Rp.
5.000.000 (lima juta rupiah);
(c) Memiliki aset maksimum Rp. 600.000.000 (enam Ratus Juta
Rupiah) diluar tanah dan bangunan; dan
(d) Omzet tahunan lebih kecil sama dengan Rp. 1.000.000.000 (satu
milliar).
5. Departemen (sekarang Kantor Menteri Negara) Koperasi dan Usaha
Kecil Menengah (UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas)
UMKM adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan bersifat
tradisional, dengan kekayaan bersih Rp. 50.000.000 (lima puluh juta
rupiah) – Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha) dan omzet tahunan lebih kecil sama dengan Rp.
1.000.000.000 (satu milliar); dalam UU No. 20 Tahun 2008 tentang
UMKM dengan kekayaan bersih Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) –
Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) dan penjualan bersih tahunan Rp.
Badan
Pusat
Statistik,
Jenis
Kegiatan
Usaha,
lihat,
https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/35, diakses pada tanggal 1 Februari 2-17, pukul 21:14 Wib.
119
Bank Indonesia, Data Kredit Usaha Mikro, Kecil, Menengah, Lihat,
http://www.bi.go.id/id/umkm/kredit/data/Default.aspx, di akses pada tanggal 18 Desember 2016 ,
pukul 00:23 Wib.
118
Universitas Sumatera Utara
300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) – Rp. 2.500.000.000 (dua milliar lima
ratus juta rupiah).
6. Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1994
UMKM adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih
maksimum Rp. 400.000.000 (empat ratus juta rupiah).
7. Departemen Perindustrian dan Perdagangan Nomor 7 Tahun1994
UMKM adalah :
(a) Perusahaan memiliki aset maksimum Rp. 600.000.000 (enam ratus
juta rupiah) diluar tanah dan bangunan (Departemen Perindustrian
sebelum digabung),
(b) Perusahaan memiliki modal kerja dibawah Rp. 25.000.000 (dua
puluh lima juta rupiah), (Departemen Perdagangan sebelum
digabung).
8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 16/PMK.010/2016
UMKM adalah perusahaan yang memiliki omset maksimum Rp.
600.000.000 (enam ratus juta rupiah) per tahun dan atau aset maksimum
Rp. 600.000.000 (enam ratus juta rupiah) diluar tanah dan bangunan.
9. Departemen Kesehatan
Universitas Sumatera Utara
Di negara lain atau tingkat dunia, terdapat berbagai defenisi yang berbeda
mengenai UMKM yang sesuai menurut kaateristik masing-masing negara, yaitu
sebagai berikut:120
a. World Ban