this PDF file PROFILRESPONS SISWA BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATERI POKOK LINGKARAN DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT | Wardani | Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika SOLUSI 1 PB

PROFILRESPONS SISWA BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO
DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKAPADA MATERI
POKOK LINGKARAN DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT
(Penelitian Dilakukan di SMP Negeri 2 Mojolaban Tahun Ajaran 2015/2016)
Novita Koes Wardani1), Sutopo2), Dhidhi Pambudi3)
1) Mahasiswa
2),3) Dosen

Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS

Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS
Alamat Korespondensi:

1)

Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta, novitakoeswardani@gmail.com
2)
3)

Jl. Ir. Sutami No 36A Kentingan Surakarta, stptop@yahoo.com


Jl. Ir. Sutami No 36A Kentingan Surakarta,dhidhi.pambudi@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil respons siswa
quitters, campers, dan climbersdalam memecahkan masalah matematika pada
materi pokok lingkaran berdasarkan taksonomi SOLO. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ditentukan dengan snowball
sampling.Teknik pengumpulan data dilakukan dengan angket AQ dan wawancara
berbasis tugas sampai diperoleh data valid. Teknik keabsahan data yang dilakukan
pada penelitian ini adalah triangulasi waktu. Teknik analisis data yang digunakan
adalah analisis data kualitatif dengan tahapan reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini dapat dipaparkan sebagai berikut. (1)
Profil respons berdasarkan taksonomi SOLO subjek quitters adalah
prestructural.Karakteristik subjek pada level prestructuralantara lain: (a) subjek
dapat menggunakan informasi yang diberikan, tatapi kesimpulan yang diperoleh
tidak tepat, (b) subjek mempunyai ide untuk menyelesaikan masalah, tetapi proses
yang digunakan tidak membentuk kesatuan konsep, (c) subjek asal menjawab soal
tanpa mempertimbangkan konsep yang ada, (2) Profil respons berdasarkan
taksonomi SOLO subjek campers adalah multistructural. Karakteristik subjek
campers pada level multistructuralantara lain: (a) subjek dapat mencari informasi

tambahan yang tidak diberikan pada soal, (b) subjek dapat membuat beberapa
hubungan dari beberapa informasi yang didapat sebelumnya, tetapi kesimpulan
yang diperoleh tidak tepat, (c) subjek tidak dapat menghubungkan beberapa
informasi tambahan yang didapat. (3) Profil respons berdasarkan taksonomi
SOLO subjek climbers adalah extended abstract. Karakteristik subjekclimbers
pada level extended abstract antara lain: (a) subjek dapat menentukan cara yang
lebih efektif ketika diberikan permasalahan yang berbeda, yaitu menggunakan
cara substitusi, (b) subjek dapat berpikir secara konseptual dan dapat menjelaskan
keterkaitannya dalam konteks yang lebih umum.
Kata kunci: Respons, Taksonomi SOLO, Adversity Quotient (AQ)
Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.4 Juli 2017

91

matematika siswa belum semuanya

PENDAHULUAN
merupakan

sesuai dengan KKM yaitu 70. Siswa


bidang studi yang dipelajari oleh

yang tidak mencapai KKM dapat

semua siswa dari SD hingga SMA

dikatakan

bahkandi perguruan tinggi. Menurut

belajar karena kesulitan yang dialami

Johnson dan Myklebust, matematika

siswa akan memungkinkan terjadi

adalah bahasa simbolis yang fungsi

kesalahan sewaktu menjawab soal tes


praktisnya untuk mengekspresikan

[10].

Matematika

hubungan–hubungan kuantitatif dan

mengalami

kesulitan

Salah satu materi pokok

keruangan

sedangkan

fungsi


dalam mata pelajaran matematika

teoritisnya

adalah

untuk

kelas VIII SMP adalah lingkaran.

memudahkan

berpikir

[12].

Seorang

dasar


mempunyai tanggung jawab untuk

bersifat

memastikan bahwa materi lingkaran

abstrak [7]. Adanya sifat abstrak ini

tersampaikan dengan baik kepada

dapat mengakibatkan siswa sulit

siswa

memahami

pelajaran

merupakan salah satu materi yang


matematika. Hal ini memunculkan

sangat penting untuk dasar materi

anggapan

selanjutnya

Matematika

sebagai

merupakan

objek

ilmu
yang


materi
bahwa

merupakan

mata

matematika
pelajaran

yang

rumit.

guru

karena

matematika


materi

seperti

lingkaran

pada

materi

bangun ruang yang terdiri dari
tabung, kerucut, dan bola. Apabila

Menurut hasil wawancara
dengan

guru

pelajaran


mempelajari materi lingkaran maka

matematika kelas VIII di SMP N 2

siswa akan mengalami kesulitan

Mojolaban Sukoharjo tahun ajaran

dalam mempelajari materi – materi

2015/2016

semester

lain

menunjukkan

bahwa


kompetensi

mata

jawaban siswa tidak tepat dalam

mata

genap
pencapaian
pelajaran

yang

berhubungan

dengan

lingkaran. Oleh karena itu, guru
matematika

perlu

mengetahui

Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.4 Juli 2017

92

seberapa jauh respons yang diberikan

Matematika

tidak

dapat

siswa dalam menyelesaikan masalah

dipisahkan

terkait dengan lingkaran. Karena

Masalah dalam pelajaran matematika

dalam belajar matematika melibatkan

biasanya diinterpretasikan dalam soal

suatu struktur hierarki dari konsep –

matematika. Suatu soal matematika

konsep tingkat lebih tinggi yang

disebut masalah bagi seorang siswa,

dibentuk atas dasar apa yang telah

jika: (1) pertanyaan yang dihadapkan

dibentuk selamanya [5].

dapat dimengerti oleh siswa, namun

Penyebab dari rendahnya
prestasi

matematika

siswa

dari

pertanyaan

itu

tantangan

suatu

masalah.

harus

merupakan

baginya

untuk

dikarenakan adanya kesalahan siswa

menjawabnya, dan (2) pertanyaan

dalam

setiap

tersebut tidak dapat dijawab dengan

permasalahan matematika. Hal ini

prosedur rutin yang telah diketahui

senada dengan informasi dari guru

siswa [5]. Suatu soal akan menjadi

matematika

masalah

menjawab

SMP

Negeri

2

hanya

jika

soal

itu

Mojolaban yang mengatakan bahwa

menunjukkan adanya suatu tantangan

sebagian

siswa

kesulitan

yang tidak dapat dipecahkan oleh

dalam

memecahkan

masalah

suatu prosedur rutin yang sudah

matematika sehingga respons siswa

diketahui oleh siswa. Oleh sebab itu,

dalam

masalah

dapat terjadi suatu soal merupakan

matematika juga beragam. Dalam

masalah bagi seorang siswa tetapi

menyelesaikan persoalan yang ada,

menjadi soal biasa bagi siswa lain

respons yang diberikan siswa dalam

karena

memecahkan masalah matematika

mengetahui

pada materi pokok lingkaran yang

menyelesaikannya

disajikan dalam bentuk soal cerita

mendapatkan

berbeda – beda.

masalahnya.Dengan

sering

menyelesaikan

siswa

kemampuan

tersebut
prosedur

sudah
untuk

atau

sudah

pemecahan
siswa

demikian,
dalam

Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.4 Juli 2017

93

memecahkan

masalah

sangatlah

permasalahan.

Hal

ini

penting

beragam bergantung kepada individu

diketahui serta dilakukan oleh guru,

dan waktu tertentu. Sebagian siswa

guna

memiliki daya juang yang rendah

mengklasifikasikan tingkat respons,

dalam matematika, mereka mudah

sebagai

menyerah

pengembangan proses berpikir siswa.

jika

menghadapi

membantu

guru

acuan

dalam

Menyadari

permasalahan matematika yang sulit.

dalam
upaya

pentingnya

Akibatnya, hasil belajar matematika

pengetahuan tentang respons siswa

yang dicapai siswa masih tergolong

dalam upaya pengembangan proses

rendah.

berpikir siswa, maka guru harus
(The

dapat menyusun suatu kerangka pikir

Structure of The Observed Learning

yang meliputi level respons secara

Outcome) yang dikembangkan oleh

terstuktur pada materi yang diajarkan

Bigg dan Collis pada tahun 1982

dan dikaitkan dengan pencapaian

dapat

dalam

yang diharapkan serta efektif untuk

tingkat

melacak tingkatan respons siswa,

siswa

sekaligus membantu siswa dalam

tentang subjek, melalui lima tahapan

proses berpikir agar lebih terarah,

respons [2]. Beberapa hasil temuan

namun

penelitian (Chick, 1998; Alsaadi,

terbiasa

2011; Hamdani, 2009) taksonomi

menyusun kerangka untuk hal yang

SOLO

respons

dimaksud. Kaitan dengan hal ini,

meliputi:

salah satu kerangka yang dapat

prestructural,

unistructural,

digunakan sebagai rujukan adalah

multistructural,

relational,dan

sebagaimana

yang

dikembangkan

extended abstract[3][1][4]. Kerangka

oleh

dkk

(2009)

ini mengklasifikasikan kemampuan

“Superitem Test:

olah pikir siswa terhadap sebuah

Assessment Tool To Assess Students’

Taksonomi

membantu

SOLO

usaha

menggambarkan
kompleksitas

dari

pemahaman

mengelompokkan
5

level

berbeda

kebanyakan
untuk

Lian,

guru

belum

membuat

An

atau

yaitu

Alternative

Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.4 Juli 2017

94

yang

juga berbeda – beda. Siswa memiliki

berlandaskan tes superitem pada

cara – cara sendiri yang disukai

taksonomi SOLO [6]. Superitem

dalam menyusun apa yang dilihat,

disini dimaksudkan sebagai tes yang

diingat,

disetiap

sinilah

Algebraic

Solving

sub

Ability”

pertanyaannya

dan

dipikirkannya.

Adversity

Dari

Quotient

(AQ)

peran

dalam

merepresentasikan setiap tingkatan

dianggap

respons

berdasarkan

mengidentifikasi perbedaan individu

SOLO.

Superitem

taksonomi
berdasarkan

yaitu

memiliki

ketahan-malangan.

Dengan

taksonomi SOLO telah menjadi alat

adanya AQ yang dimiliki siswa maka

penilaian

seorang

alternatif

kuat

untuk

guru

dapat

mengetahui

memantau pertumbuhan kemampuan

sampai sejauh mana siswa tersebut

kognitif siswa dalam memecahkan

dapat menyelesaikan soal pemecahan

masalah matematika.

masalahnya.

Kemampuan

masing



Adversity

(AQ)

Quotient

masing anak dalam menyerap materi

adalah kecerdasan untuk mengatasi

mata pelajaran matematika berbeda

kesulitan

antara satu anak dengan anak yang

mengelompokkan orang dalam 3

lain. Kenyataan yang sering dijumpai

kategori AQ, yaitu: quitter (AQ

pada

rendah), camper (AQ sedang), dan

siswa

dalam

pembelajaran

[11].

(AQ

tinggi).

Stoltz

matematika di sekolah diantaranya

climber

adalah sebagian siswa lancar dan

merupakan kelompok orang yang

cepat memahami materi dan sebagian

kurang memiliki kemauan untuk

siswa sulit dan membutuhkan waktu

menerima tantangan dalam hidupnya.

untuk

Campers

memahami

materi.

merupakan

Quitters

kelompok

dalam

orang yang sudah memiliki kemauan

menyelesaikan masalah berbeda –

untuk berusaha menghadapi masalah

beda,sehingga

kemungkinan

dan tantangan yang ada, namun

respons yang diberikan setiap siswa

mereka berhenti karena merasa sudah

Kemampuan

siswa
ada

Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.4 Juli 2017

95

tidak

mampu

lagi,

sedangkan

climbers merupakan kelompok orang

pada materi pokok lingkaran ditinjau
dari Adversity Quotient (AQ).

yang memilih untuk terus bertahan

Profil respons siswa dalam

untuk berjuang menghadapi berbagai

penelitian ini adalah gambaran atau

macam

deskripsi yang diungkapkan melalui

hal

yang

akan

terus

menerjang, baik itu dapat berupa

tanggapan

masalah, tantangan, hambatan, serta

masalah matematika yang dilakukan

hal – hal lain yang terus didapat

oleh siswa sebagai hasil stimulus

setiap harinya. Dalam menghadapi

yang diberikan oleh guru.

dalam

menyelesaikan

soal matematika yang tidak biasa

Tujuan penelitian ini adalah

dikerjakan, siswa quitter cenderung

untuk mengetahui profil respons

menghindar tidak mau mencobanya

siswa kategori AQ quitter, camper,

karena merasa tidak akan mampu

dan climber dalam memecahkan

menyelesaikannya.

masalah matematika pada materi

akan

Siswa

cenderung

camper
mencoba

mengerjakannya tapi ketika tampak
rumit

maka

dia

climber akan berusaha keras untuk
menyelesaikan soal tersebut.
Berdasarkan uraian masalah
di atas, maka peneliti tertarik untuk
penelitian

tentang

respons yang diberikan oleh siswa
kelas

VIII

taksonomi

SMP
SOLO

lingkaran

berdasarkan

taksonomi SOLO.

pun

meninggalkannya, sedangkan siswa

mengadakan

pokok

berdasarkan
dalam

memecahkan masalah matematika

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
pendekatan

deskriptif

kualitatif.

Metode penelitian yang digunakan
adalah penelitian kualitatif. Menurut
Bogdan
kualitatif

dan

Taylor,

penelitian

merupakan

prosedur

penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata – kata tertulis
atau lisan dari orang – orang dan

Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.4 Juli 2017

96

perilaku yang dapat diamati dalam

tersebut, proses penentuan subjek

[9].

selanjutnya
Subjek

penelitian

adalah

diambil

satu

adalah

subjek secara snowball sampling

siswa kelas VIII D dan VIII E SMP

pada tiap kategori AQ dan kemudian

Negeri 2 Mojolaban, pada semester

diteliti lebih lanjut dari masing –

genap

masing

tahun

Penentuan

ajaran

2015/2016.

subjek

menggunakan

kategori

AQ,

kemudian

penelitian

diberikan tugas pemecahan masalah

snowball

untuk melihat respons jawaban yang

teknik

sampling, yaitu penentuan subjek

diberikan

pada awalnya

dengan

SOLO. Hal tersebut dilakukan terus

mengkategorikan AQ dari 63 siswa

menerus secara berulang hingga

dalam kelompok quitters, campers,

informasi atau data yang diperoleh

dan

telah

dilakukan

Setelah

climbers.

diketahui

berdasarkan

jenuh.

taksonomi

Pemilihan

subjek

selanjutnya

berikutnya dilakukan setelah didapat

adalah menentukan beberapa siswa

analisis dari subjek sebelumnya.

yang

sebagai

Selama penelitian berlangsung, yaitu

dengan

dari awal hingga akhir pengambilan

disertai pertimbangan pada nilai

data, terambil beberapa siswa yang

Ulangan Harian (UH) tentang materi

sesuai dengan kriteria pemilihan

lingkaran

dan

Tengah

subjek penelitian, maka diperoleh

Semester

(UTS)

yang

masing – masing dua orang pada tiap

pemilihan

kategori AQ yaitu: (1) siswa quitter

cara

peneliti

sebanyak 2 orang; (2) siswa camper

dengan

guru

sebanyak 2 orang; dan (3) siswa

kategori

AQ

siswa,

memenuhi kriteria

subjek

penelitian,

konsisten.
dilakukan

yaitu

Ujian
genap

Proses
dengan

berkonsultasi

matematika kelas VIII D dan VIII E
untuk mendapatkan calon subjek

climber sebanyak 2 orang.
Data

sumber

diperoleh

Setelah

dengan subjek penelitian. Teknik

pertimbangan

hasil

data

yang sesuai dengan kriteria tersebut.
memenuhi

dari

dan

wawancara

Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.4 Juli 2017

97

pengumpulan data yang digunakan

penelitian. Jika data – data yang

adalah

diperoleh dari waktu yang berbeda

metode

angket

dan

dikorelasikan diperoleh pandangan

wawancara berbasis tugas.
Proses pengumpulan data
dimulai

dengan

cara

subjek

memenuhi kriteria pemilihan subjek
seperti

yang

sebelumnya,

telah

yang sama, maka data dianggap valid
sehingga dapat ditarik kesimpulan
mengenai data tersebut.

dijelaskan

Teknik analisis data dalam

peneliti

penelitian ini adalah analisis data

kemudian

melakukan wawancara berbasis tugas

kualitatif.

I kepada subjek penelitian. Dari hasil

dalam penelitian kualitatif dilakukan

analisis, didapatkan data I. Setelah

dalam tiga alur kegiatan, (1) reduksi

beberapa hari, peneliti melakukan

data, yaitu memilih hal yang pokok,

wawancara berbasis tugas II. Dari

memfokuskan pada hal – hal yang

hasil analisis, didapatkan data II.

penting, dicari tema dan polanya dan

Selanjutnya

membuang yang tidak perlu, (2)

terhadap
Triangulasi

dilakukan

data

I

triangulasi

dan

adalah

data

II.

teknik

Langkah

analisis

data

penyajian data, tujuannya adalah
memudahakan

peneliti

untuk

pemeriksaan keabsahan data yang

memahami apa yang terjadi untuk

memanfaatkan sesuatu yang lain dari

merencanakan kerja selanjutnya, dan

data itu, untuk keperluan pengecekan

(3)

atau sebagai pembanding terhadap

upaya peneliti untuk memperoleh

data tersebut [9]. Triangulasi yang

kesimpulan yang didasarkan oleh

digunakan pada penelitian ini adalah

data – data yang telah melalui proses

triangulasi waktu. Triangulasi waktu

reduksi dan penyajian data [8].

penarikan

kesimpulan,

yaitu

dilakukan dengan mengecek data
hasil wawancara berbasis tugas I
dengan hasil wawancara berbasis
tugas

II

untuk

setiap

HASIL DAN PEMBAHASAN

subjek

Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.4 Juli 2017

98

Berdasarkan

analisis

penyelesaiannya.

Namun,

saat

terhadap karakteristik respons subjek

diwawancarai subjek Quitt2 tidak

Quitt1

dapat

dan

Quitt2

dalam

menjelaskan

jawabannya

memecahkan masalah matematika

tersebut. Peneliti menduga subjek

pada materi pokok lingkaran, kedua

Quitt2 hanya asal menjawab tanpa

subjek

level

memahami maksud soal. Hal ini

responsprestructural. Dalam hal ini,

berarti kedua subjek quitters tidak

siswa dapat dikategorikan pada suatu

dapat memenuhi indikator pada level

level respons tertentu jika telah

respons unistructural.

ini

memenuhi

memiliki

indikator

pada

Berdasarkan

level

analisis

respons tersebut dan indikator level

terhadap karakteristik respons subjek

respons

Camp1

dibawahnya. Pada

level

dan

Camp2

dalam

respons prestructural, berdasarkan

memecahkan masalah matematika

hasil analisis data subjek Quitt1 tidak

pada materi pokok lingkaran, kedua

dapat

pun

subjek ini telah memenuhi level

informasi pada soal. Hal ini ditandai

respons multistructural. Dalam hal

dengan lembar jawaban yang masih

ini, siswa dapat dikategorikan pada

kosong. Ketika diwawancarai, subjek

suatu level respons tertentu jika telah

Quitt1

memenuhi

menggunakan

masih

satu

bingung

untuk

indikator

pada

level

menentukan rumus penyelesaiannya.

respons tersebut dan indikator level

Peneliti menduga subjek Quitt1tidak

respons dibawahnya. Sehingga level

memahami maksud soal dengan baik

kedua subjek campers disini adalah

dan

tanpa

multistructural. Pada soal nomor 2

berusaha terlebih dahulu. Sedangkan

dengan pertanyaan relational, subjek

subjek

langsung
Quitt2

menyebutkan

menyerah
tidak

dapat

campers

mencapai

level

informasi

yang

multistructural dan pada soal nomor

terdapat pada soal, tetapi dapat

3

dengan

pertanyaan

menuliskan

extendedabstract,

subjek campers

langkah

Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.4 Juli 2017

99

mencapai level unistructural. Soal

siswa dapat dikategorikan pada suatu

yang

level respons tertentu jika telah

diberikan

pemecahan

pada

masalah

tugas

berbentuk

memenuhi

indikator

pada

level

superitem dengan karakteristik soal

respons tersebut dan indikator level

yang memuat konsep dan proses

respons dibawahnya. Sehingga level

yang dimulai dari yang sederhana

kedua subjek climbers disini adalah

meningkat

lebih

extended abstract. Dalam mencari

kompleks. Pencapaian level respons

penyelesaian akhir, subjek climbers

yang lebih rendah pada soal nomor 3

menggunakan

dimungkinkan karena informasi yang

data yang terpilih untuk penyelesaian

diberikan pada soal masih abstrak

masalah

untuk

subjek campers, sehingga

subjek climbersmencari informasi

tidak

dapat

digunakan

tambahan yang tidak diketahui dalam

untuk memecahkan masalah. Selain

soal, sehingga informasi tambahan

itu, subjek campers tidak dapat

tersebut

menggambarkan daerah yang dapat

menentukan

dijelajahi kerbau atau sapi dengan

Selanjutnya

tepat, sehingga level respons terhenti

berpikir secara konseptual dengan

pada unistructural.

menggunakan

pada

yang

langsung

Berdasarkan

proses

yang

dapat

berdasarkan

benar.

Kemudian

digunakan

untuk

penyelesaian

akhir.

subjek

climbersdapat

informasi

yang

analisis

didapat pada hasil sebelumnya, yaitu

terhadap karakteristik respons subjek

dengan cara mensubstitusikan ke

Climb1

dalam

variabel. Hal ini berarti subjek

memecahkan masalah matematika

climbers dapat memenuhi indikator

pada materi pokok lingkaran, kedua

pada level respons extended abstract

subjek ini telah memenuhi semua

yaitu mampu menentukan cara yang

level

lebih

dan

respons

multistructural,

Climb2

unistructural,
relational,

dan

efektif

ketika

permasalahan yang

diberikan

berbeda

dan

extended abstract. Dalam hal ini,

Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.4 Juli 2017

100

mampu berpikir secara konseptual
pada suatu pengetahuan.

mempunyai

Dari hasil penelitian dan

kedua

subjek

c. Salah seorang subjek belum

taksonomi

SOLO

respons

memecahkan

masalah

matematika pada kategori AQ
subjek

adalah

quitters

prestructural.
Karakteristik subjek pada level
prestructuralantara lain:
a. Salah seorang subjek dapat
menggunakan informasi yang
diberikan pada soal nomor 1.a
dan

2,

tetapi

dalam

mengaplikasikan tidak tepat,
sehingga

kesimpulan

yang

diperoleh

tidak

tepat.

Sedangkan subjek lain tidak
dapat menggunakan informasi
yang

diberikan

pada

soal

nomor 1.b, 2, dan 3, karena
lembar jawab subjek masih
kosong.

proses yang digunakan tidak
membentuk kesatuan konsep

maka

disimpulkan sebagai berikut:

dalam

untuk

dapat

pembahasan,

berdasarkan

ide

menyelesaikan masalah, tetapi

SIMPULAN DAN SARAN

1. Profil

b. Salah seorang subjek sudah

sama sekali.
memahami

unsur



unsur

lingkaran, yaitu masih bingung
membedakan jari – jari dan
diameter.
d. Salah

seorang

menjawab

subjek

asal

soal

tanpa

mempertimbangkan

konsep

yang

ada,

sehingga

penyelesaian yang diberikan
tidak saling berhubungan.
2. Profil

respons

berdasarkan
dalam

kedua

subjek

taksonomi

SOLO

memecahkan

masalah

matematika pada kategori AQ
subjek

campers

adalah

multistructural.
Karakteristik subjek campers pada
level multistructuralantara lain:
a. Kedua

subjek

dapat

menggunakan informasi yang

Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.4 Juli 2017

101

diberikan pada soal dengan
benar.

f. Salah seorang subjek mampu
menggunakan

b. Kedua

subjek

beberapa

dapat

informasi yang diberikan untuk

menggambarkan sketsa untuk

menyelesaikan masalah, tetapi

mempermudah

tidak

pemahaman

masalah.

dapat

menghubungkannya

c. Kedua subjek sudah memiliki
ide dan keterampilan dalam

secara

bersama – sama.
3. Profil respons subjek berdasarkan

menyelesaikan masalah yang

taksonomi

diberikan,

dengan

memecahkan masalah matematika

konsep

pada kategori AQ subjek climbers

yaitu

menggunakan
lingkaran.

SOLO

dalam

adalah extended abstract. Subjek

d. Kedua subjek dapat mencari

yang

berada

pada

level

ini

informasi tambahan yang tidak

memiliki

diberikan

untuk

matematika yang tinggi, sehingga

menyelesaikan masalah yang

siswa dengan AQ yang tinggi,

diberikan.

respons

pada

soal

e. Salah seorang subjek dapat

kemampuan

dalam

analisis

memecahkan

masalah matematika mempunyai

membuat beberapa hubungan

respons

dari beberapa informasi yang

extended abstract.

didapat

tetapi

Karakteristik subjekclimbers pada

diperoleh

level extended abstract antara

sebelumnya,

kesimpulan

yang

tidak tepat. Hal ini karena

lain:

siswa tidak memahami konsep

a. Kedua

yang

tertinggi

subjek

yaitu

dapat

dasarnya, sehingga informasi

menggunakan informasi yang

tambahan yang dicari menjadi

diberikan pada soal dengan

sia – sia.

benar.

Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.4 Juli 2017

102

b. Kedua

subjek

dapat

dalam

menggambarkan sketsa yang

konteks

yang

lebih

umum.

sesuai dengan masalah yang

Berdasarkan

hasil

diberikan untuk mempermudah

pembahasan dan simpulan, maka

pemahaman soal.

dapat

c. Kedua

subjek

mengerjakan

dapat

permasalahan

yang diberikan dengan tepat,
artinya

siswa

keterampilan

saran

berikut:
1. Bagi Guru
a. Guru matematika hendaknya
lebih memperhatikan kategori

dapat

AQ siswa saat membimbing

dalam

proses pembelajaran di kelas,

yang

menyelesaikan masalah.

karena

d. Kedua subjek dapat membuat
beberapa

hubungan

dari

beberapa

informasi

yang

didapat sebelumnya, sehingga
kesimpulan

yang

tepat.

berdasarkan

subjek

dapat

siswa pada tiap kategori AQ
yang diberikan juga berbeda.
1) Bagi

siswa

quitters,

sebaiknya

guru
motivasi

sebelum memulai pelajaran,

menentukan cara yang lebih

memperbaharui

efektif

penyampaian

ketika

diberikan

hasil

penelitian ini, level respons

memberikan

e. Kedua

sebagai

memiliki

digunakan

diperoleh

diberikan

cara
materi

permasalahan yang berbeda,

matematika

yaitu

menarik, menekankan pada

menggunakan

cara

substitusi.

agar

lebih

pemahaman siswa terhadap

f. Kedua subjek dapat berpikir

masalah matematika yang

secara konseptual dan dapat

diberikan, serta guru dapat

menjelaskan

memberikan reward untuk

keterkaitannya

siswa

yang

mampu

Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.4 Juli 2017

103

memecahkan

masalah

dengan kategori AQ tiap siswa,

sehingga siswalebih tertarik

sehingga

serta bersemangat belajar

dalam memecahkan masalah

matematika.

matematika dapat meningkat.

2) Bagi

siswa

sebaiknya

campers,

guru

dapat

kemampuan

siswa

Misalnya menggunakan model
pembelajaran

TGT.

Dengan

memberikan semangat lebih

adanya heterogenitas anggota

agar siswa tidak terhenti

kelompok, diharapkan dapat

ketika

menghadapi

memotivasi siswa untuk saling

tantangan yang sulit dalam

membantu antar siswa yang

memecahkan

berkemampuan tinggi dengan

masalah

siswa yang kurang menguasai

matematika.
3) Bagi siswa climbers yang
mempunyai jiwa pantang
menyerah,sebaiknya
tetap

memantau

guru
dan

materi pelajaran.
2. Bagi Siswa
Siswa diupayakan lebih banyak
berlatih

mengerjakan

soal

mendampingi siswa agar

pemecahan masalah matematika,

mendapatkan

sehingga mampu mengoreksi diri

hasil

yang

sendiri sejauh mana kemampuan

maksimal.
b. Guru

diupayakan

menyusun
masalah

soal

pemecahan

matematika

bentuk

superitem,

dapat

membantu

mengevaluasi

dapat
dalam

dalam

masalah.

memecahkan

Selain

meningkatkan

itu,

untuk

kemampuan

sehingga

memecahkan masalah matematika

dalam

dapat dilakukan melalui sumber

karakteristik

tutor

sebaya,

dimana

siswa

dengan kemampuan matematika

respons siswa.
c. Guru dapat merancang model
pembelajaran

respons

yang

tinggi dapat membantu siswa

sesuai

Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.4 Juli 2017

104

yang mengalami kesulitan dalam

dapat meneliti level respons siswa

pelajaran.

pada topik dan tinjauan yang

a. Siswa dengan AQ quitters

berbeda.

sebaiknya

dapat

lebih

termotivasi

dalam

memecahkan

masalah

matematika dan tidak mudah
menyerah ketika mengalami
hambatan.
b. Siswa dengan AQ campers,
sebaiknya lebih aktif menggali
informasi

yang

belum

diketahui,

sehingga

dapat

mengkaitkan konsep dasar dari
pengetahuan lain dan dapat
lebih teliti dalam mengerjakan
soal.
c. Siswa dengan AQ climbers,
sebaiknya

tetap

memecahkan

berlatih
masalah

matematika

supaya

kemampuannya

terus

meningkat.
Berdasarkan
tertarik

jika

Penelitian ini dapat selesai
dengan baik karena bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu,
peneliti mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Sutopo dan Bapak
Dhidhi

Pambudi,

pembimbing
dengan

selaku

skripsi
sabar

dosen

yang

telah

memberikan

pengarahan, bimbingan, nasihat, dan
ilmu dalam penyusunan skripsi ini,
Bapak

Sutaryo,

selaku

Kepala

Sekolah SMP Negeri 2 Mojolaban
yang

telah

memberikan

izin

penelitian, Ibu Parsini, selaku guru
mata pelajaran matematika SMP
Negeri 2 Mojolaban yang telah
memberikan
pengarahan

bantuan
dalam

serta

pelaksananaan

penelitian ini, serta Bapak Andang

3. Bagi Peneliti Lain
penelitian,

UCAPAN TERIMA KASIH

hasil
peneliti

melakukan

lain

penelitian

yang sejenis maka diharapkan

Joko L, selaku guru mata pelajaran
Matematika

SMP

Negeri

2

Mojolaban yang telah memberikan
izin dan bantuan untuk uji coba
instrumen angket AQ

Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.4 Juli 2017

105

DAFTAR PUSTAKA
[1] Alsaadi, A. 2002. A Comparison
of Primary Mathematics
Curriculum in England and
Qatar: The Solo Taxonomy.
Mathematics in School, 31
(3), 32-34. Diperoleh pada
23 Januari 2016, dari
http://www.jstor.org/stable/
30212187.
[2] Biggs, J. B dan Collis, K. F.
1982.
Evaluating
the
Quality of Learning: The
SOLO Taxonomy (Structure
of The Observed Learning
Outcome).
New
York:
Academic Press.
[3] Chick, H. 1998. Cognition in the
Formal Modes: Research
Mathematics and the SOLO
Taxonomy.
Mathematics
Education
Research
Journal, 10 (2), 4-26.
[4]Hamdani,
A.
2009.
Pengembangan
Sistem
Evaluasi
Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam
Berdasarkan
Taksonomi
SOLO. Jurnal Pendidikan
Islam, 1 (01). Diperoleh
pada 22 Januari 2016, dari
http://id.portalgaruda.org/?r
ef=browse&mod=viewarticl
e&article=38663.
[5]Hudojo,
Herman.
1979.
Pengembangan Kurikulum
Matematika
dan
Pelaksanaannya di depan
Kelas/
Disusun
oleh

Herman Hudojo. Surabaya:
Usaha Nasional.
[6] Lian, L. H., Yew, W. T., dan
Idris, N. 2009. Superitem
Test:
An
Alternative
Assesment Tool To Assess
Students’ Algebraic Solving
Ability. Universiti Sains
Malaysia. Diperoleh pada
24 Januari 2016, dari
http://www.cimt.plymouth.a
c.uk/journal/lian.pdf.
[7] Mardiyono, S. 2005. Inovasi
Pembelajaran Matematika
dan Sistem Evaluasinya
Berdasarkan
Kurikulum
Berbasis
Kompetensi.
Depertemen
Pendidikan
Nasional:
Universitas
Negeri Yogyakarta.
[8] Milles, M. B dan Huberman,
A.M. 2014. Analisis Data
Kualitatif, Buku Sumber
tentang Metode – Metode
Baru. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
[9] Moleong, L.J. 2014. Metodologi
Penelitian Kualitatif Edisi
Revisi.
Bandung:
PT.
Remaja Rosdakarya.
[10]Soedjadi,
R.
2000.
Kiat
Pendidikan Matematika di
Indonesia.
Jakarta:
Depdiknas.
[11] Stoltz, P. G. 2003. Adversity
Quotient:
Mengubah
Hambatan
Menjadi
Peluang. Terj. T. Hermaya.
Jakarta: PT Grasindo. (Buku
asli diterbitkan 1997).

Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.4 Juli 2017

106

[12] Wahyudi dan Budiono, I. 2012.
Pemecahan
Masalah
Matematika.
Salatiga:
Widya Sari Press.

Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.4 Juli 2017

107