MAKALAH BHS INGGRIS TGS1 PENGARUH BAHASA
Disusun Oleh : Dianpungkassari
Kelas : 1C
Jurusan : Ilmu Administrasi Negara
Fakultas : ilmu Social & Ilmu politik
Nim : 10561110961
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan atas kehadiran Allah S.W.T ,
karena berkat rahmat dan khidayah-Nya makalah ini dapat penulis selesaikan
sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai
“Pengaruh Bahasa Terhadap Pendidikan”.
Makalah ini dibuat untuk mempertegas berbagai pola pikir setiap orang
tentang bahasa di dunia pendidikan. Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna. Meskipun penulis telah berusaha melakukan yang
terbaik dalam penulisan makalah ini, karenanya kritik dan saran sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
...........i
Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
..............1
B.
Rumusan
Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
C.
Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
..............2
D.
Metode Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
............2
BAB II TUNJAUAN
PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
..3
BAB III PEMBAHASAN
A.
Pengertian Bahasa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.............6
B.
Asal Usul
Bahasa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
C.
Fungsi Bahasa Dalam
Kehidupan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
D.
Pengaruh Bahasa Pergaulan Terhadap Pendidikan Formal
Di Sekolah. 10
E.
Pengaruh Bahasa Terhadap Komunikasi Pendidikan . . . . . .
. . . . . . . . . . . 11
BAB IV PENUTUP
A.
Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . 14
B.
Kritik/Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . 15
C.
Harapan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . 16
D.
Daftar
Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . 16
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan
bermasyarakat dan juga dalam dunia pendidikan, karena bahasa merupakan
sarana atau alat komunikasi yang digunakan seseorang untuk
mengkomunikasikan antara individu dengan individu yang lain untuk
mencapai tujuan yang di inginkan.
Fungsih bahasa dalam pembelajaran ialah pengantar dalam proses
pembelajaran, proses pembelajaran tidak akan berjalan lancar apabila
terkendala oleh bahasa. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh bahasa
terhadap dunia pendidikan, maka perlu adanya suatu pembasan mengenai
pengaruh bahasa terhadap komunikasi pendidikan.
Saat ini banyak tenaga pendidik dan peserta didik menggunakan
bahasa pergaulan sehari-hari dalam proses pembelajaran. Penggunaan
bahasa indonesia yang baku dalam berkomunikasi sangatlah kurang. Oleh
karena itu, perlu adanya kesadaran dan usaha untuk mempelajari bahasa
yang baik dan benar.
B.RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian bahasa?
2. Bagaimana asal usul bahasa?
3. Apa saja fungsi bahasa dalam kehidupan?
4. Bagaimana pengaruh bahasa pergaulan terhadap pendidikan formal
sekolah?
5. Bagaimana pengaruh bahasa terhadap komunikasi pendidikan?
1
C. TUJUAN
1.
Untuk mengetahui pengertian bahasa.
2.
Untuk mengetahui asal ususl bahasa.
3.
Untuk mengetahui fungsi bahasa dalam kehidupan.
4.
Untuk mengetahui pengaruh bahasa pergaulan terhadap pendidikan formal di sekolah.
5.
Untuk mengetahui pengaruh bahasa terhadap komunikasi pendidikan.
D. METODE PENELITIAN
Hipotesis yaitu berdasarkan fakta
Menggunakan prinsip analisis
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fungsi berbahasa merupakan proses paling kompleks di antara
seluruh fase perkembangan. Fungsi berbahasa bersama fungsi
perkembangan pemecahan masalah
visio-motor
merupakan indikator yang
paling baik dari ada tidaknya gangguan perkembangan intelek. Gabungan
kedua fungsi perkembangan ini akan menjadi fungsi perkembangan sosial.
Perkembangan bahasa memerlukan fungsi reseptif dan ekspresif. Fungsi
Reseptif adalah kemampuan anak untuk mengenal dan bereaksi terhadap
seseorang, terhadap kejadian lingkungan sekitarnya, mengerti maksud
mimik, dan nada suara dan akhirnya mengerti kata-kata. Fungsi ekspresif adalah kemampuan
anak mengutarakan pikirannya, dimulai dari komunikasi preverbal (sebelum anak dapat
berbicara), komunikasi dengan ekpresi wajah, gerakan tubuh, dan akhirnya dengan
menggunakan kata-kata atau komunikasi verbal (Soetjiningsih, 1995).
Tugas-tugas perkembangan bahasa.
Dalam berbahasa anak dituntut untuk menuntaskan atau
menguasai empat tugas pokok yang satu sama lainnya saling berkaitan (Yusuf, 2004).
Keempat tugas pokok perkembangan bahasa adalah :
a.Pemahaman
Yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain.
b.Pengembangan perbendaharaan kata
Perbendaharaan kata anak-anak berkembang dimulai secara lambat pada usia dua tahun
pertama, kemudian mengalami tempo yang cepat pada usia pra sekolah dan terus meningkat
setelah anak masuk sekolah.
Penyusunan kata-kata menjadi kalimat,Kemampuan menyusun kata-kata menjadi kalimat
pada umumnya berkembang sebelum usia 2 tahun. Bentuk kalimat pertama kalimat tunggal
(kalimat satu kata) dengan disertai gesture(bahasa tubuh) untuk melengkapi cara berfikirnya.
Menurut Davis, Garrison & Mc Carthy (1973) dalam Hurlock (1995) menyatakan bahwa anak
yang cerdas, anak wanita dan anak yang berasal dari keluarga berada, bentuk kalimat yang
diucapkannya lebih panjang dan kompleks dibandingkan dengan anak yang kurang cerdas, anak
pria dan anak yang berasal dari keluarga miskin.
c.Ucapan
Kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar melalui imitasi (peniruan)
terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang lain (terutama orang tua). Kejelasan ucapan
itu baru tercapai pada usia sekitar 3 tahun. Hasil studi tentang suara dan kombinasi suara
menunjukkan bahwa anak mengalami kemudahan dan kesulitan dalam huruf-huruf tertentu.
3
Huruf yang mudah diucapkan yaitu huruf hidup (vokal) a, i, u, e, o dan huruf mati
(konsonan) b, m, n, p, dan t sedangkan yang sulit diucapkan adalah huruf mati tunggal: z, w, s, g,
dan huruf rangkap (diftong): st, str, sk, dan dr.
Tipe perkembangan bahasa ada dua tipe perkembangan bahasa anak yaitu sebagai berikut :
a.Egosentric speech
Yaitu berbicara pada dirinya sendiri (monolog).
b.Socialized speech
Terjadi ketika berlangsung kontak antara anak dengan temannya atau dengan
lingkungannya. Perkembangan ini dapat dibagi menjadi lima bentuk yaitu :
1)Adapted information
Terjadi saling tukar gagasan atau adanya tujuan bersama yang dicari.
2)Criticism
Menyangkut penilaian anak terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain.
3)Command (perintah),
requeat (permintaan),threat (ancaman).
4)Question (pertanyaan).
5)Answer (jawaban).
Menurut Suryanah (1996) perkembangan bahasa anak dibedakan atas empat masa yaitu :
a.Masa Pertama (umur 1-1.6 tahun)
Kata-kata yang diucapkan oleh anak adalah kelanjutan dari meraba hal ini terlihat dengan
adanya kesamaan kata-kata yang terbentuk dalam pengucapan oleh anak-anak dari bahasa
apapun di dunia ini. Misalnya 12 kata-kata yang diucapkan anak terhadap ayah atau ibu. Kata
“ma“ untuk ibu dan kata “pa” untuk bapak.
Apabila anggota keluarga menyebutkan suatu kata pada waktu mereka mendekat
kepadanya, maka anak mengerti bahwa kata itu adalah tertuju kepadanya dan anak pun
menirukan kata itu untuk menyebut sesuatu, meskipun belum dengan ucapan yang benar
misalnya kata siti dikatakan iti atau titi, demikian juga halnya bila ia melihat sesuatu maka
disebutnya benda itu sesuai dengan suara yang ditimbulkannya. Misalnya kucing disebutnya
meong, anjing disebut waung dan sebagainya. Anak menggunakan kata-kata itu sebenarnya
untuk menyatakan keinginannya. Di mana semestinya merupakan satu kalimat, maka kata itu
dinamakan kalimat satu kata, contoh : mimik, yang maksudnya ingin mengatakan bahwa ia haus
minta minum.
b.Masa Kedua (1.6-2 tahun)
Pada masa ini perbendaharaan kata anak terus bertambah, semakin banyak hal yang ingin
anak ketahui namanya sehingga masa ini dinamakan masa apa itu.
4
Disini orang tua sangat berperan dalam memberikan stimulasi kepada anak sehingga
perkembangan anak dengan menjawab dengan semestinya walaupun kadang anak belum dapat
menirukannya dengan benar.
Pada masa ini juga anak mengalami kesulitan berkata disebabkan oleh perkembangan
kemauan dan keinginannya lebih cepat dari pada 13kekayaan bahasanya. Hal itu berpengaruh
pada anak, sehingga sebenarnya ia akan bercerita tetapi karena perbendaharaan kata-katanya
belum mencukupi maka ia melengkapinya dengan gerakan tangan dan kaki.
c.Masa Ketiga (2-2.6 tahun)
Kemampuan bahasa anak mulai meningkat dalam hal menyusun
kata-kata. Anak sudah menggunakan awalan dan akhiran sekalipun belum
sempurna seperti yang dikatakan orang dewasa. Orang tua semestinya
membenarkan dengan hati-hati sebab anak tidak begitu senang bila anak
diberi kata yang terlalu panjang,
seringkali kita dengar kesalahan yang
lucu dan kerapkali ia membuat kata-kata baru menurut caranya sendiri.
Hal ini disebabkan karena kata yang dipergunakan untuk menamakan
sesuatu tidak memuaskan lagi baginya.
d.Masa Keempat (2.6 tahun-seterusnya)
Pada masa ini keinginan anak untuk mengetahui segala sesuatu
mulai bertambah. Karena itu pertanyaan anak berkepanjangan, tidak cukup
hanya dijawab dengan jawaban pendek saja. Setiap jawaban akan
menimbulkan pertanyaan baru, kadang orang tua yang harus
mengkonsentrasikan pada pekerjaan menganggap anaknya sebagai anak
cerewet, tentu saja ayah atau ibu tidak berfikir yang demikian demi
perkembangan pikiran dan memperkaya pembendaharaan bahasa anak.
Oleh karena itu, seyogyanya bila pada masa ini anak sering dibawa
bepergian dan melayani dengan baik segala yang ditanyakannya. Cara
semacam ini anak akan makin cakap menggunakan bahasanya, makin
banyak pengetahuannya, makin maju pikirannya, sehingga perkembangannya tidak mengalami
hambatan. Dalam setiap perkembangan bahasa selalu mengalami perubahan dalam setiap
bulannya.
Berikut karakteristik perkembangan utama bahasa dan bicara anak yang dikemukan
Denver Developmental Screening Test II (DDST II), yang telah disempurnakan menjadi Denver
II.
Soetjiningsih (1995) yang menyatakan bahwa anak yang mendapat
stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang
kurang atau yang tidak mendapat stimulasi.
5
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Bahasa
Menurut Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua pengertian
bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara
anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol
vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.
Lain halnya menurut Owen, menjelaskan defnisi bahasa yaitu language can be
defned as a socially shared combinations of those symbols and rule governed
combinations of those symbols (bahasa dapat didefenisikan sebagai kode yang
diterima secara sosial atau sistem konvensional untuk menyampaikan konsep
melalui kegunaan simbol-simbol yang dikehendaki dan kombinasi simbol-simbol
yang diatur oleh ketentuan).
Menurut Santoso, bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia secara sadar. Defnisi lain, Bahasa adalah suatu bentuk dan bukan
suatu keadaan (lenguage may be form and not matter) atau sesuatu sistem
lambang bunyi yang arbitrer, atau juga suatu sistem dari sekian banyak sistemsistem, suatu sistem dari suatu tatanan atau suatu tatanan dalam sistem-sistem.
Pengertian tersebut dikemukakan oleh Mackey.
Menurut Wibowo, bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan
berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional,
yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk
melahirkan suatu tujuan. Hampir senada dengan pendapat Wibowo, Walija
(1996:4), mengungkapkan defnisi bahasa ialah komunikasi yang paling lengkap
dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan dan pendapat
kepada orang lain.Pendapat lainnya tentang defnisi bahasa diungkapkan oleh
Syamsuddin, beliau memberi dua pengertian bahasa. Pertama, bahasa adalah alat
yang dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan perbuatanperbuatan, alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Kedua, bahasa
adalah tanda yang jelas dari kepribadian yang baik maupun yang buruk, tanda yang
jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yang jelas dari budi kemanusiaan.
6
Pendapat terakhir dari makalah singkat tentang bahasa ini diutarakan oleh
Soejono (1983:01), bahasa adalah suatu sarana perhubungan rohani yang amat
penting dalam hidup bersama.
B. ASAL USUL BAHASA
Hingga kini belum ada teori apapun yang diterima luas tentang asal usul
bahasa. Hanya teori kontemporer yang mengatakan bahwa bahasa adalah
eksistensi perilaku sosial manusia. sedangkan yang lain percaya bahwa bahasa
verbal berkembang dari suara dasar (basic sound) dan gerak gerik tubuh
(gestures). Nenek moyang kita yang disebut Cro Magnon, berkomunikasi melalui
simbol-simbol seperti tulang, tanduk, dsb. sampai pada tahap perkembangan
selanjutnya, yaitu antara 35.000 sampai 40.000 tahun lalu, mereka menggunakan
bahasa lisan. karena Cro Magnon dapat berpikir lewat bahasa, mereka mampu
membuat rencana, konsep berburu dengan cara yang lebih baik dan
mempertahankan diri lebih efektif. perkembangan bahasa itu menggambarkan atau
merefleksikan suatu keadaan dalam sosial masyarakat, seperti: kelas (class), jenis
kelamin (gender), profesi (profession), tingkat umur (age group), dan tingkat faktor
sosial lainnya.
C. FUNGSI BAHASA DALAM KEHIDUPAN
Kita sering tidak menyadari betapa pentingnya bahasa. kita baru menyadari
bahasa itu penting ketika kita mengalami masalah atau jalan buntu dalam
menggunakan bahasa.[3]
Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia mempunyai berbagai fungsi, yaitu
sebagai bahasa resmi negara, bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan,
alat perhubungan pada tingkat sebagai alat komunikasi. Komunikasi tetap
menggunakan sistem simbol yang telah disepakati dalam suatu bahasa. Sistem
simbol dalam komunikasi verbal tersebut menurut Verdeber (1998) terdiri dari: (1)
‘kata-kata’ yang diketahui (vocabularly) yang dipelajari dengan cara-cara tertentu:
(2) tata bahasa (grammar) dan sintaksis. Karenanya dalam berbagai bahasa yang
sudah memiliki sistem kebahasaan kunci sukses komunikasi verbal melalui bahasa
lisan maupun tulisan dapat dilakukan dengan regulasi tertentu.[7]
a) Komunikasi Lisan. Dalam speech communication (komunikasi lisan) yang
terutama dijumpai dalam komunikasi antar pribadi terjadi oeralihan pesan-pesan
verbal dalam bentuk ‘kata-kata’ (kita mengabaikan bahwa dalam proses iru ada
pula pesan-pesan melalui saluran non verbal).
7
Yang pasti bahwa, unsur-unsur penting dari kounikasi tercakup di dalamnya
yaitu; sumber, saluran, pesan, code(tanda/simbol), penerima dan kerangka rujukan.
Setiap unsur memberikan dukungan pada komunikasi verbal.
Menurut De Vito (1978); Victoria dan Robert (1983); ada enam jenis komunikasi
lisan (verbal).
1) Emotive speech, merupakan gaya bicara yang lebih mementingkan aspek
psikologis. Ia lebih mengutamakan pilihan ‘kata’ yang didukung oleh pesan non
verbal.
2) Phatic speech adalah gaya komunikasi verbal yang berusaha menciptakan
hubungan sosial sebagaimana dikatakan oleh Bronislaw Malinowski dengan phatic
communication, phatic speech ini tidak dapat diterjemahkan secara tepat karena ia
harus dilihat dalam kaitannya dengan konteks di saat ‘kata’ diucapkan dalam suatu
tatanan sosial suatu masyarakat.
3) Cognitive speech merupakan jenis komunikasi verbal yang mengacu pada
kerangka berpikir atau rujukan yang secara tegas mengartikan suatu kata secara
denotatif dan bersifat informatif.
4) Rethorical speech mengacu pada komunikasi verbal yang menekankan sifat
konatif. Gaya bicara ini mengarahkan pilihan ucapan yang mendorong terbentuknya
perilaku. Cara ini biasannya digunakan oleh para politisi, salesman yang bersifat
persuasi.
5) Metalingual speech adalah komunikasi lisan secara verbal, tema
pembicaraannya tidak mengacu pada obyek dan peristiwa dalam dunia nyata
melainkan tentang pembicaraan itu sendiri. Tipe pembicaraan ini sangat berbeda
dari yang lain, ia bersifat sangat abstrak dan berorientasi pada code/ tanda-tanda
komunikasih.
6) Poetic speech adalah komunikasi lisan yang secara verbal berkutat pada
struktur penggunaan kata yang tepat melalui perindahan pilihan kata, ketepatan
ungkapan biasannya menggambarkan rasa seni dan pandangan serta gaya-gaya
lain yang khas.
b) Memahami Fungsi Komunikasi Verbal Tertulis
Tubbs mengutip karya Menning dan Wilkonson dalam buku mereka, yang
kemudian dikutip lagi oleh Alo Liliweri: Communication by Latters and Reparting,
mengemukakan bahwa tema-tema komunikasi verbal tertulis terletak pada faktor
keterbacaan.
8
Keterbacaan, menurut keduannya, berkaitan dengan semantik suatu bahasa
yang mempertimbangkan apakah setiap pembaca dapat mengerti suatu tulisan
dalam suatu wacana. Dua pengarang itu menekankan perihal diksi (pemilihan kata),
mendefnisikan term-term yang bersifat teknis dan metode bersama yang dapat
diterima seperti tanda baca dan bentuk kalimat.
Jollife (dikutip oleh Alo Liliweri) menggambarkan sistem yang sama dengan
mengajukan beberapa pertanyaan panduan sebagai berikut: (1) apa yang anda
maksudkan? (mungkinkah ‘kata-kata’ yang anda maksudkan itu akan sama dengan
dimaksudkan mereka atau yang mereka ingin katakan?); (2) Bagaimana anda bisa
mengetahui? (tunjukkan pada saya beberapa contoh dan bukti dan kwalitas
kesimpulan anda). (3) Apa yang anda inginkan saya perbuat? (saya harus
memperhatikan motif anda terlebih dahulu tetapi biarkanlah saya mengetahuinnya
sendiri. Apakah hal itu ada dan dapat saya miliki?) beberapa prinsip semantik itu
belum tentu diterima seluruhnya karena kitapun mempertimbangkan siapa yang
akan membaca wacana tertulis itu? Kita mengaitkannya dengan faktor: (1) konteks;
(2) kata sebagai simbol; dan (3) tingkat abstraksi. Pertama, konteks; aspek pertama
dari komunikasi verbal yang didiskusikan ini termasuk di dalamnya adalah konteks.
Komunikasi bergerak dalam suatu keadaan yang berbeda, fsik. sosiologis,
psikologis, bahkan konteks verbal. Inilah yang disebut komunikasi berada dalam
konteks yang dialami pengirim dan penerima. Komunikasi dapat terjadi dalam suatu
konteks fsik yang keluar dalam bentuk jarak fsik maupun jarak sosial. Jarak itu
memungkinkan seseorang memilih pesan verbal maupun non-verbal.
Konteks psikologis, dapat ditunjukkan melalui surat yang terkirim pada hari yang
baik, minggu yang cocok, jam yang tepat agar sesuatu wacana bisa dibaca.
Konteks verbal merupakan hambatan yang dialami setiap orang. Misalnya masalah
semantik yang dalam komunikasi di pelajari melalui studi perbedaan konteks verbal
yang dimiliki setiap orang. Aspek studi ini memberikan pengajaran bagi para
penulis surat-surat bisnis maupun laporan dinas.
Kedua, ‘kata’ sebagai simbol; ada satu prinsip dasar yang didiskusikan dalam
setiap tema semantik adalah adanya ‘kata’ yang kadang-kadang tidak mengandung
makna jika tidak dihubungkan dengan ‘kata’ yang lain. Jika ditelusuri maka ‘kata’
itu mempunyai simbol dan konsep yang sudah diterima dan digunakan dalam
masyarakat. Kata-kata seperti itu mendapat tekanan konotasi yang bersifat
personal dari pada denotasi bersama.
9
Ketiga, tingkat abstraksi; setiap konteks (aspek kedua tersebut diatas)
mengakibatkan tingkatan abstraksi yang bebeda. Ada jenjang dari suatu konteks
yang mengakibatkan perbedaan daya abstraksi tertentu terhadap suatu wacana.
Hal ini sangat menentukan pola-pola wacana baku tertulis yang mengatur
bagaimana seharusnya struktur itu didekati. Ambil contoh yang sederhana bersurat
kepada orang tua tentu sangat berbeda dengan kepada teman atau adik.
D. PENGARUH BAHASA PERGAULAN TERHADAP PENDIDIKAN FORMAL DI
SEKOLAH
1.
Sejak lahir, anak sudah dibiasakan menggunakan bahasa pergaulan. Proses
pembiasaan ini akan sangat mempengaruhi perkembangan anak terutama dalam
kemampuan berbahasa. Bagi mereka, kesan atau pengalaman awal inilah yang
sangat mempengaruhi proses perkembangannya ke depan. Sesuatu yang sudah
dibiasakan akan sangat sulit untuk ditinggalkan atau diperbaharui. Kalau pun
mungkin, proses itu membutuhkan waktu yang cukup lama.
2.
Lingkungan. Lingkungan tidak hanya menjadi obyek atau tempat, namun turut
mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak. Anak yang sudah dibiasakan
dengan bahasa ibu atau bahasa pergaulan, dan berada di lingkungan yang
masyarakatnya sering menggunakan bahasa peragulan, maka akan memunculkan
daya ingat dan daya serap yang sangat kuat terhadap bahasa pergaulan tersebut.
Kedua indikator inilah yang menimbulkan mengapa seorang anak akan
sangat sulit melupakan bahasa ibu atau pergaulan. Pengaruh bahasa
pergaulan akan terlihat jelas dalam pendidikan di sekolah sebagai proses
lanjut dari pendidikan di rumah. Masalah kedekatan atau kekentalan
bahasa pergaulan siswa akan membawa kesulitan tersendiri pada
kemampuan berbahasa siswa terutama dalam kemampuan berbahasa
secara baku yakni sesuai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Kesulitan itu
meliputi;
Kemampuan berbicara dengan menggunakan bahasa secara tepat. Kekuatan
dan kemampuan bahasa pergaulan menghipnotis siswa begitu kuat hingga
siswa terus saja membawanya dalam bahasa-bahasa resmi yang baku.
Pengucapan beberapa kata akan terlihat janggal karena faktor pembiasaan
dari rumah dan lingkungan yang sudah mengeras.
10
Selain itu, kelekatan pada bahasa pergaulan akan sangat menyulitkan anak
dalam penulisan yang tepat. Anak cenderung menuliskan secara lurus apa
yang dipikirkan termasuk kata-kata yang diadopsi dalam bahasa pergaulan
tanpa suatu proses pengolahan yang tepat.
Penempatan tanda baca. Siswa yang sudah sangat kental bahasa
pergaulannya, akan sulit juga untuk menempatkan tanda baca yang tepat
terutama tanda baca koma. Proses pembiasaan bahasa pergaulan secara
lisan sejak dini akan sangat sulit bagi para siswa ketika menterjemahkan
bahasa lisan ke dalam bahasa tulisan secara tepat.
Beberapa solusi untuk membiasakan anak berbahasa secara tepat:
Menyadarkan siswa akan perbedaan dan fungsi dari bahasa pergaulan dan
bahasa yang baku. Upaya pembedaan ini dimaksud untuk mengajak anak
menyadari porsi dan tempat yang tepat bagi penggunaan kedua bahasa
tersebut. Kapan mereka harus menggunakan bahasa pergaulan dan kapan
bahasa yang baku mengambil peran.
Sebagaimana bahasa pergaulan, proses berbahasa secara tepat yang sesuai
dengan EYD pun membutuhkan suatu upaya pembiasaan. Artinya, anak
dilatih untuk berbahasa secara tepat baik secara lisan maupun tulisan setiap
saat setidaknya selama berada di sekolah. Pembiasaan ini akan sangat
mempengaruhi perkembangan kemampuan berbahasa pada siswa.
E. PENGARUH BAHASA TERHADAP KOMUNIKASI PENDIDIKAN
Salah satu fungsi bahasa Indoneisa adalah sebagai bahasa pengantar. Jadi,
dalam kegiatan/proses belajar-mengajar bahasa pengantar yang digunakan adalah
bahasa Indonesia. Berkaitan dengan hal ini, saat ini muncul fenomena menarik
dengan adanya Sekolah Nasional Berstandar Internasional (SNBI). Kekhawatiran
sebagian orang terhadap keberadaan bahasa Indonesia dalam SNBI muncul karena
bahasa pengantar yang digunakan dalam beberapa mata pelajaran adalah bahasa
asing. Padahal kalau kembali ke fungsi bahasa Indonesia, salah satunya adalah
bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan. Kekhawatiran seperti di atas
sah-sah saja.
Apalagi kalau kita amati penggunaan bahasa Indonesia oleh para penuturnya.
Dalam berbahasa Indonesia sebagaian penutur kurang mampu berbahasa Indonesia
secara baik dan benar. Dalam suasana yang bersifat resmi, mereka menggunakan
kata-kata/bahasa yang biasa digunakan dalam suasana tidak resmi/kehidupan
sehari-hari.
11
Hal tersebut mungkin karena sikap negatif terhadap bahasa yang digunakan.
Mereka berbahasa Indonesia tanpa mempertimbangkan tepat tidaknya ragam
bahasa yang digunakan.
Bagi mereka, yang terpenting adalah sudah menyampaikan informasi kepada
orang lain. Perkara orang lain tahu atau tidak terhadap apa yang disampaikan
mereka tidak ambil pusing. Padahal salah satu syarat utama supaya komunikasi
berjalan dengan lancar adalah keterpahaman orang lain/mitra tutur terhadap
informasi yang disampaikan. Selain itu, tidak pada tempatnya dalam suasana yang
bersifat resmi seseorang menggunakan kata/kalimat/bahasa yang biasa digunakan
dalam suasana tak resmi.
Untuk itu, sudah selayaknyalah kalau warga negara Indonesia mempunyai
sikap positif terhadap bahasa yang mereka gunakan. Dalam berkomunikasi,
menggunakan bahasa Indonesia baik penutur maupun mitra tutur haruslah
mempertimbangkan tepat tidaknya ragam bahasa yang digunakan. Sebagai warga
negara Indonesia, kita harus mempunyai sikap seperti itu karena siapa lagi yang
harus menghargai bahasa Indonesia selain warga negaranya.
Kalau kita ingin bahasa Indonesia nantinya bisa menjadi salah satu bahasa
internasional kita juga harus menghargai, ikut merasa bangga, merasa memiliki,
sehingga kita punya jatidiri. Kita, sebagai bangsa Indonesia harus bersyukur,
bangga, dan beruntung karena memiliki bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
dan bahasa negara.
Munculnya Sekolah Nasional Berstandar Internasional (SNBI) tidak perlu
memunculkan kekhawatiran akan hilangnya bahasa Indonesia sebagai bahasa
pengantar di dunia pendidikan. Hal ini karena ternyata penggunaan bahasa asing
sebagai pengantar ternyata tidak diterapkan pada semua mata pelajaran.
Penggunaan bahasa asing sebagai bahasa pengantar di SNBI hanya diterapkan
pada beberapa mata pelajaran.
Intensitas penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam
proses belajar-mengajar menjadi berkurang. Hal itu bisa disiasati dengan lebih
mengefektifkan proses pembelajaran bahasa Indonesia dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia. Pembelajaran lebih banyak diarahkan kepada hal-hal yang
bersifat terapan praktis bukan hal-hal yang bersifat teoretis. Siswa lebih banyak
dikondisikan pada pemakaian bahasa yang aplikatif tetapi sesuai dengan aturan
berbahasa Indonesia secara baik dan benar.
12
Pengkondisian pada hal-hal yang bersifat terapan praktis bukan berarti
menghilangkan hal-hal yang bersifat teoretis. Hal-hal yang bersifat teoretis tetap
disampaikan tetapi porsinya tidak begitu besar. Dengan pengkondisian seperti itu,
siswa menjadi terbiasa mempergunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar.
Dalam suasana resmi mereka menggunakan bahasa resmi dan dalam suasana tak
resmi mereka menggunakan bahasa tak resmi. Selain itu, mereka menjadi terbiasa
menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah-kaidah kebahasaan.
13
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.
PENGERTIAN BAHASA
Menurut Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua pengertian bahasa.
Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota
masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua,
bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi
ujaran) yang bersifat arbitrer.
2.
ASAL USUL BAHASA
Nenek moyang kita yang disebut Cro Magnon, berkomunikasi melalui simbol-simbol
seperti tulang, tanduk, dsb. sampai pada tahap perkembangan selanjutnya, yaitu
antara 35.000 sampai 40.000 tahun lalu, mereka menggunakan bahasa lisan.
karena Cro Magnon dapat berpikir lewat bahasa, mereka mampu membuat
rencana, konsep berburu dengan cara yang lebih baik dan mempertahankan diri
lebih efektif. perkembangan bahasa itu menggambarkan atau merefleksikan suatu
keadaan dalam sosial masyarakat, seperti: kelas (class), jenis kelamin (gender),
profesi (profession), tingkat umur (age group), dan tingkat faktor sosial lainnya.
3.
FUNGSI BAHASA DALAM KEHIDUPAN
Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia mempunyai berbagai fungsi, yaitu
sebagai bahasa resmi negara, bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan,
alat perhubungan pada tingkat nasional bagi kepentingan menjalankan roda
pemerintahan dan pembangunan, dan alat pengembangan kebudayaan dan
pemanfaatan ilmu pengetahuan, seni, serta teknologi modern. Menurut Larry L.
Barker, seperti yang dikutip oleh Mahreni Fajar, bahasa memiliki tiga fungsi:
1) Penamaan (Naming atau Labeling) 2) Interaksi 3) Transmisi
Seperti yang dikutip oleh Deddy Mulyana, Book mengemukakan, agar komunikasi
kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:
14
1.
Untuk mengenal dunia di sekitar kita.
2.
Berhubungan dengan orang lain.
3.
Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita.
4.
PENGARUH BAHASA TERHADAP PENDIDIKAN FORMAL DI SEKOLAH
Ada beberapa indikator yang menentukan kuatnya bahasa pergaulan yang dikuasai
oleh siswa.
1. Sejak lahir
2. Lingkungan
5.
PENGARUH BAHASA DALAM KOMUNIKASI PENDIDIKAN
Dalam berbahasa Indonesia sebagaian penutur kurang mampu berbahasa
Indonesia secara baik dan benar. Dalam suasana yang bersifat resmi, mereka
menggunakan kata-kata/bahasa yang biasa digunakan dalam suasana tidak
resmi/kehidupan sehari-hari. Padahal, seperti kita ketahui bahwa berbahasa
Indonesia secara baik dan benar adalah berbahasa Indonesia sesuai dengan
suasana/situasinya dan kaidah-kaidan kebahasaan. Hal tersebut mungkin karena
sikap negatif terhadap bahasa yang digunakan. Mereka berbahasa Indonesia tanpa
mempertimbangkan tepat tidaknya ragam bahasa yang digunakan. Bagi mereka,
yang terpenting adalah sudah menyampaikan informasi kepada orang lain.
B. KRITIK/SARAN
Bahasa memiliki banyak pengaruh dalam pembelajaran di sekolah karena
bahasa berfungsi sebagai suatu pengantar dalam pendidikan. Saat ini yang
disayangkan adalah penggunaan bahasa yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan
ejaan yang benar. Seharusnya setiap sekolah memiliki seorang ahli bahasa yang
profesional yang bertugas memberikan pemahaman dan penjelasan mengenai
penggunaan bahasa yang baik dan benar. Bahasa menjadi sebuah identitas dari
setiap individu ataupun suatu lembaga karena bahasa sangat berpengaruh dalam
pendidikan dan pergaulan.
15
C. HARAPAN
Bahasa Indonesia merupakan bahasa Nasional, yang artinya sebagai bahasa
persatuan yang digunakan oleh semua warga negara untuk dapat berkomunikasi
secara nasional. Bahasa Indonesia berpengaruh terhadap pendidikan di sekolah,
untuk itu, perlu adanya perubahan yang signifkan dalam upaya penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar agar proses pembelajaran berjalan dengan
baik.
D. DAFTAR PUSTAKA
Anonimous.
2009.
“Perubahan
Penggunaan
Bahasa
Indonesia”.
Dalam
http://mgmpbismp.co.cc/2009/06/17/perubahan-penggunaan- bahasa-indonesia/. Diunduh
Pada Tanggal 29 SEPTEMBER 2016, pukul 22.30 WITA.
Anton M Moeliono dan Soenjono Dardjowidjojo. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Gorys Keraf. 1973. Komposisi, Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende-Flores: Nusa
Indah.
Maidar G. Arsjad dan Mukti U.S. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
St Y. Slamet. 2008. Dasar Dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta: UNS Press.
Arifin, Zaenal dan S. Amran Tasai.2004. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika
Pressindo.
16
Kelas : 1C
Jurusan : Ilmu Administrasi Negara
Fakultas : ilmu Social & Ilmu politik
Nim : 10561110961
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan atas kehadiran Allah S.W.T ,
karena berkat rahmat dan khidayah-Nya makalah ini dapat penulis selesaikan
sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai
“Pengaruh Bahasa Terhadap Pendidikan”.
Makalah ini dibuat untuk mempertegas berbagai pola pikir setiap orang
tentang bahasa di dunia pendidikan. Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna. Meskipun penulis telah berusaha melakukan yang
terbaik dalam penulisan makalah ini, karenanya kritik dan saran sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
...........i
Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
..............1
B.
Rumusan
Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
C.
Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
..............2
D.
Metode Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
............2
BAB II TUNJAUAN
PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
..3
BAB III PEMBAHASAN
A.
Pengertian Bahasa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.............6
B.
Asal Usul
Bahasa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
C.
Fungsi Bahasa Dalam
Kehidupan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
D.
Pengaruh Bahasa Pergaulan Terhadap Pendidikan Formal
Di Sekolah. 10
E.
Pengaruh Bahasa Terhadap Komunikasi Pendidikan . . . . . .
. . . . . . . . . . . 11
BAB IV PENUTUP
A.
Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . 14
B.
Kritik/Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . 15
C.
Harapan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . 16
D.
Daftar
Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . 16
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan
bermasyarakat dan juga dalam dunia pendidikan, karena bahasa merupakan
sarana atau alat komunikasi yang digunakan seseorang untuk
mengkomunikasikan antara individu dengan individu yang lain untuk
mencapai tujuan yang di inginkan.
Fungsih bahasa dalam pembelajaran ialah pengantar dalam proses
pembelajaran, proses pembelajaran tidak akan berjalan lancar apabila
terkendala oleh bahasa. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh bahasa
terhadap dunia pendidikan, maka perlu adanya suatu pembasan mengenai
pengaruh bahasa terhadap komunikasi pendidikan.
Saat ini banyak tenaga pendidik dan peserta didik menggunakan
bahasa pergaulan sehari-hari dalam proses pembelajaran. Penggunaan
bahasa indonesia yang baku dalam berkomunikasi sangatlah kurang. Oleh
karena itu, perlu adanya kesadaran dan usaha untuk mempelajari bahasa
yang baik dan benar.
B.RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian bahasa?
2. Bagaimana asal usul bahasa?
3. Apa saja fungsi bahasa dalam kehidupan?
4. Bagaimana pengaruh bahasa pergaulan terhadap pendidikan formal
sekolah?
5. Bagaimana pengaruh bahasa terhadap komunikasi pendidikan?
1
C. TUJUAN
1.
Untuk mengetahui pengertian bahasa.
2.
Untuk mengetahui asal ususl bahasa.
3.
Untuk mengetahui fungsi bahasa dalam kehidupan.
4.
Untuk mengetahui pengaruh bahasa pergaulan terhadap pendidikan formal di sekolah.
5.
Untuk mengetahui pengaruh bahasa terhadap komunikasi pendidikan.
D. METODE PENELITIAN
Hipotesis yaitu berdasarkan fakta
Menggunakan prinsip analisis
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fungsi berbahasa merupakan proses paling kompleks di antara
seluruh fase perkembangan. Fungsi berbahasa bersama fungsi
perkembangan pemecahan masalah
visio-motor
merupakan indikator yang
paling baik dari ada tidaknya gangguan perkembangan intelek. Gabungan
kedua fungsi perkembangan ini akan menjadi fungsi perkembangan sosial.
Perkembangan bahasa memerlukan fungsi reseptif dan ekspresif. Fungsi
Reseptif adalah kemampuan anak untuk mengenal dan bereaksi terhadap
seseorang, terhadap kejadian lingkungan sekitarnya, mengerti maksud
mimik, dan nada suara dan akhirnya mengerti kata-kata. Fungsi ekspresif adalah kemampuan
anak mengutarakan pikirannya, dimulai dari komunikasi preverbal (sebelum anak dapat
berbicara), komunikasi dengan ekpresi wajah, gerakan tubuh, dan akhirnya dengan
menggunakan kata-kata atau komunikasi verbal (Soetjiningsih, 1995).
Tugas-tugas perkembangan bahasa.
Dalam berbahasa anak dituntut untuk menuntaskan atau
menguasai empat tugas pokok yang satu sama lainnya saling berkaitan (Yusuf, 2004).
Keempat tugas pokok perkembangan bahasa adalah :
a.Pemahaman
Yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain.
b.Pengembangan perbendaharaan kata
Perbendaharaan kata anak-anak berkembang dimulai secara lambat pada usia dua tahun
pertama, kemudian mengalami tempo yang cepat pada usia pra sekolah dan terus meningkat
setelah anak masuk sekolah.
Penyusunan kata-kata menjadi kalimat,Kemampuan menyusun kata-kata menjadi kalimat
pada umumnya berkembang sebelum usia 2 tahun. Bentuk kalimat pertama kalimat tunggal
(kalimat satu kata) dengan disertai gesture(bahasa tubuh) untuk melengkapi cara berfikirnya.
Menurut Davis, Garrison & Mc Carthy (1973) dalam Hurlock (1995) menyatakan bahwa anak
yang cerdas, anak wanita dan anak yang berasal dari keluarga berada, bentuk kalimat yang
diucapkannya lebih panjang dan kompleks dibandingkan dengan anak yang kurang cerdas, anak
pria dan anak yang berasal dari keluarga miskin.
c.Ucapan
Kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar melalui imitasi (peniruan)
terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang lain (terutama orang tua). Kejelasan ucapan
itu baru tercapai pada usia sekitar 3 tahun. Hasil studi tentang suara dan kombinasi suara
menunjukkan bahwa anak mengalami kemudahan dan kesulitan dalam huruf-huruf tertentu.
3
Huruf yang mudah diucapkan yaitu huruf hidup (vokal) a, i, u, e, o dan huruf mati
(konsonan) b, m, n, p, dan t sedangkan yang sulit diucapkan adalah huruf mati tunggal: z, w, s, g,
dan huruf rangkap (diftong): st, str, sk, dan dr.
Tipe perkembangan bahasa ada dua tipe perkembangan bahasa anak yaitu sebagai berikut :
a.Egosentric speech
Yaitu berbicara pada dirinya sendiri (monolog).
b.Socialized speech
Terjadi ketika berlangsung kontak antara anak dengan temannya atau dengan
lingkungannya. Perkembangan ini dapat dibagi menjadi lima bentuk yaitu :
1)Adapted information
Terjadi saling tukar gagasan atau adanya tujuan bersama yang dicari.
2)Criticism
Menyangkut penilaian anak terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain.
3)Command (perintah),
requeat (permintaan),threat (ancaman).
4)Question (pertanyaan).
5)Answer (jawaban).
Menurut Suryanah (1996) perkembangan bahasa anak dibedakan atas empat masa yaitu :
a.Masa Pertama (umur 1-1.6 tahun)
Kata-kata yang diucapkan oleh anak adalah kelanjutan dari meraba hal ini terlihat dengan
adanya kesamaan kata-kata yang terbentuk dalam pengucapan oleh anak-anak dari bahasa
apapun di dunia ini. Misalnya 12 kata-kata yang diucapkan anak terhadap ayah atau ibu. Kata
“ma“ untuk ibu dan kata “pa” untuk bapak.
Apabila anggota keluarga menyebutkan suatu kata pada waktu mereka mendekat
kepadanya, maka anak mengerti bahwa kata itu adalah tertuju kepadanya dan anak pun
menirukan kata itu untuk menyebut sesuatu, meskipun belum dengan ucapan yang benar
misalnya kata siti dikatakan iti atau titi, demikian juga halnya bila ia melihat sesuatu maka
disebutnya benda itu sesuai dengan suara yang ditimbulkannya. Misalnya kucing disebutnya
meong, anjing disebut waung dan sebagainya. Anak menggunakan kata-kata itu sebenarnya
untuk menyatakan keinginannya. Di mana semestinya merupakan satu kalimat, maka kata itu
dinamakan kalimat satu kata, contoh : mimik, yang maksudnya ingin mengatakan bahwa ia haus
minta minum.
b.Masa Kedua (1.6-2 tahun)
Pada masa ini perbendaharaan kata anak terus bertambah, semakin banyak hal yang ingin
anak ketahui namanya sehingga masa ini dinamakan masa apa itu.
4
Disini orang tua sangat berperan dalam memberikan stimulasi kepada anak sehingga
perkembangan anak dengan menjawab dengan semestinya walaupun kadang anak belum dapat
menirukannya dengan benar.
Pada masa ini juga anak mengalami kesulitan berkata disebabkan oleh perkembangan
kemauan dan keinginannya lebih cepat dari pada 13kekayaan bahasanya. Hal itu berpengaruh
pada anak, sehingga sebenarnya ia akan bercerita tetapi karena perbendaharaan kata-katanya
belum mencukupi maka ia melengkapinya dengan gerakan tangan dan kaki.
c.Masa Ketiga (2-2.6 tahun)
Kemampuan bahasa anak mulai meningkat dalam hal menyusun
kata-kata. Anak sudah menggunakan awalan dan akhiran sekalipun belum
sempurna seperti yang dikatakan orang dewasa. Orang tua semestinya
membenarkan dengan hati-hati sebab anak tidak begitu senang bila anak
diberi kata yang terlalu panjang,
seringkali kita dengar kesalahan yang
lucu dan kerapkali ia membuat kata-kata baru menurut caranya sendiri.
Hal ini disebabkan karena kata yang dipergunakan untuk menamakan
sesuatu tidak memuaskan lagi baginya.
d.Masa Keempat (2.6 tahun-seterusnya)
Pada masa ini keinginan anak untuk mengetahui segala sesuatu
mulai bertambah. Karena itu pertanyaan anak berkepanjangan, tidak cukup
hanya dijawab dengan jawaban pendek saja. Setiap jawaban akan
menimbulkan pertanyaan baru, kadang orang tua yang harus
mengkonsentrasikan pada pekerjaan menganggap anaknya sebagai anak
cerewet, tentu saja ayah atau ibu tidak berfikir yang demikian demi
perkembangan pikiran dan memperkaya pembendaharaan bahasa anak.
Oleh karena itu, seyogyanya bila pada masa ini anak sering dibawa
bepergian dan melayani dengan baik segala yang ditanyakannya. Cara
semacam ini anak akan makin cakap menggunakan bahasanya, makin
banyak pengetahuannya, makin maju pikirannya, sehingga perkembangannya tidak mengalami
hambatan. Dalam setiap perkembangan bahasa selalu mengalami perubahan dalam setiap
bulannya.
Berikut karakteristik perkembangan utama bahasa dan bicara anak yang dikemukan
Denver Developmental Screening Test II (DDST II), yang telah disempurnakan menjadi Denver
II.
Soetjiningsih (1995) yang menyatakan bahwa anak yang mendapat
stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang
kurang atau yang tidak mendapat stimulasi.
5
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Bahasa
Menurut Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua pengertian
bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara
anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol
vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.
Lain halnya menurut Owen, menjelaskan defnisi bahasa yaitu language can be
defned as a socially shared combinations of those symbols and rule governed
combinations of those symbols (bahasa dapat didefenisikan sebagai kode yang
diterima secara sosial atau sistem konvensional untuk menyampaikan konsep
melalui kegunaan simbol-simbol yang dikehendaki dan kombinasi simbol-simbol
yang diatur oleh ketentuan).
Menurut Santoso, bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia secara sadar. Defnisi lain, Bahasa adalah suatu bentuk dan bukan
suatu keadaan (lenguage may be form and not matter) atau sesuatu sistem
lambang bunyi yang arbitrer, atau juga suatu sistem dari sekian banyak sistemsistem, suatu sistem dari suatu tatanan atau suatu tatanan dalam sistem-sistem.
Pengertian tersebut dikemukakan oleh Mackey.
Menurut Wibowo, bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan
berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional,
yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk
melahirkan suatu tujuan. Hampir senada dengan pendapat Wibowo, Walija
(1996:4), mengungkapkan defnisi bahasa ialah komunikasi yang paling lengkap
dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan dan pendapat
kepada orang lain.Pendapat lainnya tentang defnisi bahasa diungkapkan oleh
Syamsuddin, beliau memberi dua pengertian bahasa. Pertama, bahasa adalah alat
yang dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan perbuatanperbuatan, alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Kedua, bahasa
adalah tanda yang jelas dari kepribadian yang baik maupun yang buruk, tanda yang
jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yang jelas dari budi kemanusiaan.
6
Pendapat terakhir dari makalah singkat tentang bahasa ini diutarakan oleh
Soejono (1983:01), bahasa adalah suatu sarana perhubungan rohani yang amat
penting dalam hidup bersama.
B. ASAL USUL BAHASA
Hingga kini belum ada teori apapun yang diterima luas tentang asal usul
bahasa. Hanya teori kontemporer yang mengatakan bahwa bahasa adalah
eksistensi perilaku sosial manusia. sedangkan yang lain percaya bahwa bahasa
verbal berkembang dari suara dasar (basic sound) dan gerak gerik tubuh
(gestures). Nenek moyang kita yang disebut Cro Magnon, berkomunikasi melalui
simbol-simbol seperti tulang, tanduk, dsb. sampai pada tahap perkembangan
selanjutnya, yaitu antara 35.000 sampai 40.000 tahun lalu, mereka menggunakan
bahasa lisan. karena Cro Magnon dapat berpikir lewat bahasa, mereka mampu
membuat rencana, konsep berburu dengan cara yang lebih baik dan
mempertahankan diri lebih efektif. perkembangan bahasa itu menggambarkan atau
merefleksikan suatu keadaan dalam sosial masyarakat, seperti: kelas (class), jenis
kelamin (gender), profesi (profession), tingkat umur (age group), dan tingkat faktor
sosial lainnya.
C. FUNGSI BAHASA DALAM KEHIDUPAN
Kita sering tidak menyadari betapa pentingnya bahasa. kita baru menyadari
bahasa itu penting ketika kita mengalami masalah atau jalan buntu dalam
menggunakan bahasa.[3]
Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia mempunyai berbagai fungsi, yaitu
sebagai bahasa resmi negara, bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan,
alat perhubungan pada tingkat sebagai alat komunikasi. Komunikasi tetap
menggunakan sistem simbol yang telah disepakati dalam suatu bahasa. Sistem
simbol dalam komunikasi verbal tersebut menurut Verdeber (1998) terdiri dari: (1)
‘kata-kata’ yang diketahui (vocabularly) yang dipelajari dengan cara-cara tertentu:
(2) tata bahasa (grammar) dan sintaksis. Karenanya dalam berbagai bahasa yang
sudah memiliki sistem kebahasaan kunci sukses komunikasi verbal melalui bahasa
lisan maupun tulisan dapat dilakukan dengan regulasi tertentu.[7]
a) Komunikasi Lisan. Dalam speech communication (komunikasi lisan) yang
terutama dijumpai dalam komunikasi antar pribadi terjadi oeralihan pesan-pesan
verbal dalam bentuk ‘kata-kata’ (kita mengabaikan bahwa dalam proses iru ada
pula pesan-pesan melalui saluran non verbal).
7
Yang pasti bahwa, unsur-unsur penting dari kounikasi tercakup di dalamnya
yaitu; sumber, saluran, pesan, code(tanda/simbol), penerima dan kerangka rujukan.
Setiap unsur memberikan dukungan pada komunikasi verbal.
Menurut De Vito (1978); Victoria dan Robert (1983); ada enam jenis komunikasi
lisan (verbal).
1) Emotive speech, merupakan gaya bicara yang lebih mementingkan aspek
psikologis. Ia lebih mengutamakan pilihan ‘kata’ yang didukung oleh pesan non
verbal.
2) Phatic speech adalah gaya komunikasi verbal yang berusaha menciptakan
hubungan sosial sebagaimana dikatakan oleh Bronislaw Malinowski dengan phatic
communication, phatic speech ini tidak dapat diterjemahkan secara tepat karena ia
harus dilihat dalam kaitannya dengan konteks di saat ‘kata’ diucapkan dalam suatu
tatanan sosial suatu masyarakat.
3) Cognitive speech merupakan jenis komunikasi verbal yang mengacu pada
kerangka berpikir atau rujukan yang secara tegas mengartikan suatu kata secara
denotatif dan bersifat informatif.
4) Rethorical speech mengacu pada komunikasi verbal yang menekankan sifat
konatif. Gaya bicara ini mengarahkan pilihan ucapan yang mendorong terbentuknya
perilaku. Cara ini biasannya digunakan oleh para politisi, salesman yang bersifat
persuasi.
5) Metalingual speech adalah komunikasi lisan secara verbal, tema
pembicaraannya tidak mengacu pada obyek dan peristiwa dalam dunia nyata
melainkan tentang pembicaraan itu sendiri. Tipe pembicaraan ini sangat berbeda
dari yang lain, ia bersifat sangat abstrak dan berorientasi pada code/ tanda-tanda
komunikasih.
6) Poetic speech adalah komunikasi lisan yang secara verbal berkutat pada
struktur penggunaan kata yang tepat melalui perindahan pilihan kata, ketepatan
ungkapan biasannya menggambarkan rasa seni dan pandangan serta gaya-gaya
lain yang khas.
b) Memahami Fungsi Komunikasi Verbal Tertulis
Tubbs mengutip karya Menning dan Wilkonson dalam buku mereka, yang
kemudian dikutip lagi oleh Alo Liliweri: Communication by Latters and Reparting,
mengemukakan bahwa tema-tema komunikasi verbal tertulis terletak pada faktor
keterbacaan.
8
Keterbacaan, menurut keduannya, berkaitan dengan semantik suatu bahasa
yang mempertimbangkan apakah setiap pembaca dapat mengerti suatu tulisan
dalam suatu wacana. Dua pengarang itu menekankan perihal diksi (pemilihan kata),
mendefnisikan term-term yang bersifat teknis dan metode bersama yang dapat
diterima seperti tanda baca dan bentuk kalimat.
Jollife (dikutip oleh Alo Liliweri) menggambarkan sistem yang sama dengan
mengajukan beberapa pertanyaan panduan sebagai berikut: (1) apa yang anda
maksudkan? (mungkinkah ‘kata-kata’ yang anda maksudkan itu akan sama dengan
dimaksudkan mereka atau yang mereka ingin katakan?); (2) Bagaimana anda bisa
mengetahui? (tunjukkan pada saya beberapa contoh dan bukti dan kwalitas
kesimpulan anda). (3) Apa yang anda inginkan saya perbuat? (saya harus
memperhatikan motif anda terlebih dahulu tetapi biarkanlah saya mengetahuinnya
sendiri. Apakah hal itu ada dan dapat saya miliki?) beberapa prinsip semantik itu
belum tentu diterima seluruhnya karena kitapun mempertimbangkan siapa yang
akan membaca wacana tertulis itu? Kita mengaitkannya dengan faktor: (1) konteks;
(2) kata sebagai simbol; dan (3) tingkat abstraksi. Pertama, konteks; aspek pertama
dari komunikasi verbal yang didiskusikan ini termasuk di dalamnya adalah konteks.
Komunikasi bergerak dalam suatu keadaan yang berbeda, fsik. sosiologis,
psikologis, bahkan konteks verbal. Inilah yang disebut komunikasi berada dalam
konteks yang dialami pengirim dan penerima. Komunikasi dapat terjadi dalam suatu
konteks fsik yang keluar dalam bentuk jarak fsik maupun jarak sosial. Jarak itu
memungkinkan seseorang memilih pesan verbal maupun non-verbal.
Konteks psikologis, dapat ditunjukkan melalui surat yang terkirim pada hari yang
baik, minggu yang cocok, jam yang tepat agar sesuatu wacana bisa dibaca.
Konteks verbal merupakan hambatan yang dialami setiap orang. Misalnya masalah
semantik yang dalam komunikasi di pelajari melalui studi perbedaan konteks verbal
yang dimiliki setiap orang. Aspek studi ini memberikan pengajaran bagi para
penulis surat-surat bisnis maupun laporan dinas.
Kedua, ‘kata’ sebagai simbol; ada satu prinsip dasar yang didiskusikan dalam
setiap tema semantik adalah adanya ‘kata’ yang kadang-kadang tidak mengandung
makna jika tidak dihubungkan dengan ‘kata’ yang lain. Jika ditelusuri maka ‘kata’
itu mempunyai simbol dan konsep yang sudah diterima dan digunakan dalam
masyarakat. Kata-kata seperti itu mendapat tekanan konotasi yang bersifat
personal dari pada denotasi bersama.
9
Ketiga, tingkat abstraksi; setiap konteks (aspek kedua tersebut diatas)
mengakibatkan tingkatan abstraksi yang bebeda. Ada jenjang dari suatu konteks
yang mengakibatkan perbedaan daya abstraksi tertentu terhadap suatu wacana.
Hal ini sangat menentukan pola-pola wacana baku tertulis yang mengatur
bagaimana seharusnya struktur itu didekati. Ambil contoh yang sederhana bersurat
kepada orang tua tentu sangat berbeda dengan kepada teman atau adik.
D. PENGARUH BAHASA PERGAULAN TERHADAP PENDIDIKAN FORMAL DI
SEKOLAH
1.
Sejak lahir, anak sudah dibiasakan menggunakan bahasa pergaulan. Proses
pembiasaan ini akan sangat mempengaruhi perkembangan anak terutama dalam
kemampuan berbahasa. Bagi mereka, kesan atau pengalaman awal inilah yang
sangat mempengaruhi proses perkembangannya ke depan. Sesuatu yang sudah
dibiasakan akan sangat sulit untuk ditinggalkan atau diperbaharui. Kalau pun
mungkin, proses itu membutuhkan waktu yang cukup lama.
2.
Lingkungan. Lingkungan tidak hanya menjadi obyek atau tempat, namun turut
mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak. Anak yang sudah dibiasakan
dengan bahasa ibu atau bahasa pergaulan, dan berada di lingkungan yang
masyarakatnya sering menggunakan bahasa peragulan, maka akan memunculkan
daya ingat dan daya serap yang sangat kuat terhadap bahasa pergaulan tersebut.
Kedua indikator inilah yang menimbulkan mengapa seorang anak akan
sangat sulit melupakan bahasa ibu atau pergaulan. Pengaruh bahasa
pergaulan akan terlihat jelas dalam pendidikan di sekolah sebagai proses
lanjut dari pendidikan di rumah. Masalah kedekatan atau kekentalan
bahasa pergaulan siswa akan membawa kesulitan tersendiri pada
kemampuan berbahasa siswa terutama dalam kemampuan berbahasa
secara baku yakni sesuai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Kesulitan itu
meliputi;
Kemampuan berbicara dengan menggunakan bahasa secara tepat. Kekuatan
dan kemampuan bahasa pergaulan menghipnotis siswa begitu kuat hingga
siswa terus saja membawanya dalam bahasa-bahasa resmi yang baku.
Pengucapan beberapa kata akan terlihat janggal karena faktor pembiasaan
dari rumah dan lingkungan yang sudah mengeras.
10
Selain itu, kelekatan pada bahasa pergaulan akan sangat menyulitkan anak
dalam penulisan yang tepat. Anak cenderung menuliskan secara lurus apa
yang dipikirkan termasuk kata-kata yang diadopsi dalam bahasa pergaulan
tanpa suatu proses pengolahan yang tepat.
Penempatan tanda baca. Siswa yang sudah sangat kental bahasa
pergaulannya, akan sulit juga untuk menempatkan tanda baca yang tepat
terutama tanda baca koma. Proses pembiasaan bahasa pergaulan secara
lisan sejak dini akan sangat sulit bagi para siswa ketika menterjemahkan
bahasa lisan ke dalam bahasa tulisan secara tepat.
Beberapa solusi untuk membiasakan anak berbahasa secara tepat:
Menyadarkan siswa akan perbedaan dan fungsi dari bahasa pergaulan dan
bahasa yang baku. Upaya pembedaan ini dimaksud untuk mengajak anak
menyadari porsi dan tempat yang tepat bagi penggunaan kedua bahasa
tersebut. Kapan mereka harus menggunakan bahasa pergaulan dan kapan
bahasa yang baku mengambil peran.
Sebagaimana bahasa pergaulan, proses berbahasa secara tepat yang sesuai
dengan EYD pun membutuhkan suatu upaya pembiasaan. Artinya, anak
dilatih untuk berbahasa secara tepat baik secara lisan maupun tulisan setiap
saat setidaknya selama berada di sekolah. Pembiasaan ini akan sangat
mempengaruhi perkembangan kemampuan berbahasa pada siswa.
E. PENGARUH BAHASA TERHADAP KOMUNIKASI PENDIDIKAN
Salah satu fungsi bahasa Indoneisa adalah sebagai bahasa pengantar. Jadi,
dalam kegiatan/proses belajar-mengajar bahasa pengantar yang digunakan adalah
bahasa Indonesia. Berkaitan dengan hal ini, saat ini muncul fenomena menarik
dengan adanya Sekolah Nasional Berstandar Internasional (SNBI). Kekhawatiran
sebagian orang terhadap keberadaan bahasa Indonesia dalam SNBI muncul karena
bahasa pengantar yang digunakan dalam beberapa mata pelajaran adalah bahasa
asing. Padahal kalau kembali ke fungsi bahasa Indonesia, salah satunya adalah
bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan. Kekhawatiran seperti di atas
sah-sah saja.
Apalagi kalau kita amati penggunaan bahasa Indonesia oleh para penuturnya.
Dalam berbahasa Indonesia sebagaian penutur kurang mampu berbahasa Indonesia
secara baik dan benar. Dalam suasana yang bersifat resmi, mereka menggunakan
kata-kata/bahasa yang biasa digunakan dalam suasana tidak resmi/kehidupan
sehari-hari.
11
Hal tersebut mungkin karena sikap negatif terhadap bahasa yang digunakan.
Mereka berbahasa Indonesia tanpa mempertimbangkan tepat tidaknya ragam
bahasa yang digunakan.
Bagi mereka, yang terpenting adalah sudah menyampaikan informasi kepada
orang lain. Perkara orang lain tahu atau tidak terhadap apa yang disampaikan
mereka tidak ambil pusing. Padahal salah satu syarat utama supaya komunikasi
berjalan dengan lancar adalah keterpahaman orang lain/mitra tutur terhadap
informasi yang disampaikan. Selain itu, tidak pada tempatnya dalam suasana yang
bersifat resmi seseorang menggunakan kata/kalimat/bahasa yang biasa digunakan
dalam suasana tak resmi.
Untuk itu, sudah selayaknyalah kalau warga negara Indonesia mempunyai
sikap positif terhadap bahasa yang mereka gunakan. Dalam berkomunikasi,
menggunakan bahasa Indonesia baik penutur maupun mitra tutur haruslah
mempertimbangkan tepat tidaknya ragam bahasa yang digunakan. Sebagai warga
negara Indonesia, kita harus mempunyai sikap seperti itu karena siapa lagi yang
harus menghargai bahasa Indonesia selain warga negaranya.
Kalau kita ingin bahasa Indonesia nantinya bisa menjadi salah satu bahasa
internasional kita juga harus menghargai, ikut merasa bangga, merasa memiliki,
sehingga kita punya jatidiri. Kita, sebagai bangsa Indonesia harus bersyukur,
bangga, dan beruntung karena memiliki bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
dan bahasa negara.
Munculnya Sekolah Nasional Berstandar Internasional (SNBI) tidak perlu
memunculkan kekhawatiran akan hilangnya bahasa Indonesia sebagai bahasa
pengantar di dunia pendidikan. Hal ini karena ternyata penggunaan bahasa asing
sebagai pengantar ternyata tidak diterapkan pada semua mata pelajaran.
Penggunaan bahasa asing sebagai bahasa pengantar di SNBI hanya diterapkan
pada beberapa mata pelajaran.
Intensitas penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam
proses belajar-mengajar menjadi berkurang. Hal itu bisa disiasati dengan lebih
mengefektifkan proses pembelajaran bahasa Indonesia dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia. Pembelajaran lebih banyak diarahkan kepada hal-hal yang
bersifat terapan praktis bukan hal-hal yang bersifat teoretis. Siswa lebih banyak
dikondisikan pada pemakaian bahasa yang aplikatif tetapi sesuai dengan aturan
berbahasa Indonesia secara baik dan benar.
12
Pengkondisian pada hal-hal yang bersifat terapan praktis bukan berarti
menghilangkan hal-hal yang bersifat teoretis. Hal-hal yang bersifat teoretis tetap
disampaikan tetapi porsinya tidak begitu besar. Dengan pengkondisian seperti itu,
siswa menjadi terbiasa mempergunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar.
Dalam suasana resmi mereka menggunakan bahasa resmi dan dalam suasana tak
resmi mereka menggunakan bahasa tak resmi. Selain itu, mereka menjadi terbiasa
menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah-kaidah kebahasaan.
13
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.
PENGERTIAN BAHASA
Menurut Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua pengertian bahasa.
Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota
masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua,
bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi
ujaran) yang bersifat arbitrer.
2.
ASAL USUL BAHASA
Nenek moyang kita yang disebut Cro Magnon, berkomunikasi melalui simbol-simbol
seperti tulang, tanduk, dsb. sampai pada tahap perkembangan selanjutnya, yaitu
antara 35.000 sampai 40.000 tahun lalu, mereka menggunakan bahasa lisan.
karena Cro Magnon dapat berpikir lewat bahasa, mereka mampu membuat
rencana, konsep berburu dengan cara yang lebih baik dan mempertahankan diri
lebih efektif. perkembangan bahasa itu menggambarkan atau merefleksikan suatu
keadaan dalam sosial masyarakat, seperti: kelas (class), jenis kelamin (gender),
profesi (profession), tingkat umur (age group), dan tingkat faktor sosial lainnya.
3.
FUNGSI BAHASA DALAM KEHIDUPAN
Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia mempunyai berbagai fungsi, yaitu
sebagai bahasa resmi negara, bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan,
alat perhubungan pada tingkat nasional bagi kepentingan menjalankan roda
pemerintahan dan pembangunan, dan alat pengembangan kebudayaan dan
pemanfaatan ilmu pengetahuan, seni, serta teknologi modern. Menurut Larry L.
Barker, seperti yang dikutip oleh Mahreni Fajar, bahasa memiliki tiga fungsi:
1) Penamaan (Naming atau Labeling) 2) Interaksi 3) Transmisi
Seperti yang dikutip oleh Deddy Mulyana, Book mengemukakan, agar komunikasi
kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:
14
1.
Untuk mengenal dunia di sekitar kita.
2.
Berhubungan dengan orang lain.
3.
Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita.
4.
PENGARUH BAHASA TERHADAP PENDIDIKAN FORMAL DI SEKOLAH
Ada beberapa indikator yang menentukan kuatnya bahasa pergaulan yang dikuasai
oleh siswa.
1. Sejak lahir
2. Lingkungan
5.
PENGARUH BAHASA DALAM KOMUNIKASI PENDIDIKAN
Dalam berbahasa Indonesia sebagaian penutur kurang mampu berbahasa
Indonesia secara baik dan benar. Dalam suasana yang bersifat resmi, mereka
menggunakan kata-kata/bahasa yang biasa digunakan dalam suasana tidak
resmi/kehidupan sehari-hari. Padahal, seperti kita ketahui bahwa berbahasa
Indonesia secara baik dan benar adalah berbahasa Indonesia sesuai dengan
suasana/situasinya dan kaidah-kaidan kebahasaan. Hal tersebut mungkin karena
sikap negatif terhadap bahasa yang digunakan. Mereka berbahasa Indonesia tanpa
mempertimbangkan tepat tidaknya ragam bahasa yang digunakan. Bagi mereka,
yang terpenting adalah sudah menyampaikan informasi kepada orang lain.
B. KRITIK/SARAN
Bahasa memiliki banyak pengaruh dalam pembelajaran di sekolah karena
bahasa berfungsi sebagai suatu pengantar dalam pendidikan. Saat ini yang
disayangkan adalah penggunaan bahasa yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan
ejaan yang benar. Seharusnya setiap sekolah memiliki seorang ahli bahasa yang
profesional yang bertugas memberikan pemahaman dan penjelasan mengenai
penggunaan bahasa yang baik dan benar. Bahasa menjadi sebuah identitas dari
setiap individu ataupun suatu lembaga karena bahasa sangat berpengaruh dalam
pendidikan dan pergaulan.
15
C. HARAPAN
Bahasa Indonesia merupakan bahasa Nasional, yang artinya sebagai bahasa
persatuan yang digunakan oleh semua warga negara untuk dapat berkomunikasi
secara nasional. Bahasa Indonesia berpengaruh terhadap pendidikan di sekolah,
untuk itu, perlu adanya perubahan yang signifkan dalam upaya penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar agar proses pembelajaran berjalan dengan
baik.
D. DAFTAR PUSTAKA
Anonimous.
2009.
“Perubahan
Penggunaan
Bahasa
Indonesia”.
Dalam
http://mgmpbismp.co.cc/2009/06/17/perubahan-penggunaan- bahasa-indonesia/. Diunduh
Pada Tanggal 29 SEPTEMBER 2016, pukul 22.30 WITA.
Anton M Moeliono dan Soenjono Dardjowidjojo. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Gorys Keraf. 1973. Komposisi, Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende-Flores: Nusa
Indah.
Maidar G. Arsjad dan Mukti U.S. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
St Y. Slamet. 2008. Dasar Dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta: UNS Press.
Arifin, Zaenal dan S. Amran Tasai.2004. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika
Pressindo.
16