PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN D

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN
DAN FASILITAS BELAJAR
TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU
DI SEKOLAH DASAR NEGERI
SE-GUGUS GATOT SUBROTO KABUPATEN TEGAL

Artikel Skripsi
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh
Tiara Vera Febriane
1401413159

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DAN
FASILITAS BELAJAR

TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU
DI SEKOLAH DASAR NEGERI
SE-GUGUS GATOT SUBROTO KABUPATEN TEGAL
Tiara Vera Febriane
E-mail: tiaravera18@gmail.com
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Semarang UPP Tegal Jalan Kompol Suprapto No 4
Kelurahan Kemandungan Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal Jawa Tengah
Kode Pos 52114 e-mail pgsd.tegal@yahoo.com faximile (0283) 353928
Abstrak:
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan
media pembelajaran dan fasilitas belajar terhadap kompetensi profesional guru di
SD Negeri Se-Gugus Gatot Subroto Kabupaten Tegal. Penelitian ini merupakan
penelitian non eksperimen jenis survei dengan pendekatan kuantitatif. Teknik
analisis data menggunakan analisis korelasi ganda (R), analisis determinasi (R 2),
dan uji koefisien regresi secara bersama-sama (uji F). Hasil penelitian
menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara penggunaan media
pembelajaran dan fasilitas belajar terhadap kompetensi profesional guru di SD
Negeri Se-Gugus Gatot Subroto Kabupaten Tegal. Besarnya pengaruh
penggunaan media pembelajaran dan fasilitas belajar terhadap kompetensi

profesional guru sebesar 42,1%, sedangkan sisanya 57,9% dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
Kata Kunci: Penggunaan Media Pembelajaran, Fasilitas Belajar, Kompetensi
Profesional Guru
Abstract:
The purpose of this study was to determine the effect of the use learning
media and leraning facilities to the professional competence of teachers in the SD
Se-Gugus Gatot Subroto Tegal Regency. This research is a non experiment
research type survey with quantitative approach. The technique of data analysis
using multiple correlation analysis (R), determination analysis (R 2), and
regression coefficient test together (test F). The result showed that there was a
significant influence between the use of learning facilities to the professional
competence of teachers in the SD Se-Gugus Gatot Subroto Tegal Regency. The
amount of influence of the use of learning facilities to the professional
competence of teachers by 42,1%, while the remaning 57,9%. Owned by other
variables not discussed in this study.
Keywords: learning media, leraning facilities, to the professional competence of
teachers

Pendahuluan

Pendidikan

mempunyai

peran

yang

sangat

menentukan

didalam

perkembangan dan kemajuan suatu bangsa. Melaksanakan pendidikan adalah
suatu keharusan, karena dengan melaksanakan pendidikan manusia dapat
memiliki kemampuan dan kepribadian yang terus berkembang. Kemampuan yang
dapat dikembangkan meliputi karakter, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pendidikan merupakan suatu proses sadar dari tingkah laku manusia yang dapat
memperbaiki


kualitas diri. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1 Ayat 1
menyebutkan bahwa
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar yang dilakukan manusia untuk menghasilkan perubahan yang
lebih baik pada dirinya, serta latihan untuk perannya dimasa mendatang demi
kepentingan dirinya dan lingkungan disekitarnya. Tujuan ini merupakan tujuan
jangka panjang dan sangat luas serta menjadi pedoman dari semua kegiatan atau
usaha pendidikan di Indonesia (Hamalik, 2008: 81-82). Pernyataan ini diperkuat
sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3, menyebutkan
bahwa

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan pendidikan direalisasikan secara menyeluruh di semua jenjang
pendidikan. Jenjang pendidikan tersebut yaitu pendidikan dasar, menengah, dan
tinggi. Pendidikan yang dilakukan di sekolah dasar merupakan pendidikan

pertama yang diterima siswa secara formal. Menurut Sanjaya (2014: 13)
menyatakan bahwa “pendidikan disekolah memiliki banyak komponen yang dapat
membentuk dan mempengaruhi proses pendidikan”. Begitu banyak komponen
yang dapat mempengaruhi kualitas pendidikan, dengan demikian, tidak mungkin
upaya peningkatan kualitas dilakukan dengan memperbaiki setiap komponen
secara serempak.
Namun demikian,

komponen yang selama


ini dianggap sangat

mempengaruhi proses pendidikan adalah guru. Guru merupakan tokoh yang
memiliki multiperan dalam proses pendidikan baik sebagai pengajar, pendidik,
motivator, maupun sebagai evaluator. Peran guru dalam keberhasilan kegiatan
pendidikan akan terlihat pada saat proses belajar mengajar di kelas. Belajar
merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang.
Pada saat proses pembelajaran berlangsung, media pembelajaran memiliki
peran yang juga sangat penting. Kualitas suatu pembelajaran akan sangat
dipengaruhi juga oleh media yang digunakan oleh guru. Guru harus dapat memilih
dan menentukan media yang tepat. Selain itu, media yang digunakan juga harus
disesuaikan dengan materi yang akan dipelajari siswa. Upaya meciptakan
pendidikan yang bermutu sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu:
Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan
yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar,
tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium,
bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi,
serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses

pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi.
Media menempati posisi yang strategis dalam rangka mewujudkan proses
belajar yang optimal. Salah satu peningkatan dari proses pembelajaran adalah
dengan menggunakan media dalam proses kegiatan belajar mengajar. Menurut
Hamalik (1989) dalam Sanaky (2013: 4) menyimpulkan “media pembelajaran
adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih
mengefektifkan komunikasi antara penagajar dan pembelajaran dalam proses
pembelajaran di kelas”. Media dalam pembelajaran dapat mempertinggi kualitas

proses pembelajaran dan pada akhirnya dapat meningkatkan hasil pembelajaran.
Sanaky (2013: 4) menyatakan tujuan media pembelajaran adalah untuk:
(1) mempermudah proses pembelajaran di kelas; (2) meningkatkan
efisiensi proses pembelajaran; (3) menjaga relevansi antara materi
pelajaran dengan tujuan belajar; (4) membantu konsentrasi
pembelajar dalam proses pembelajaran. Pentingnya media
pembelajaran yang membuat guru haruslah dapat memanfaatkan
media pembelajaran pada setiap kegiatan belajar dan mengajar di
kelas.
Pada kenyataannya, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada

Kepala Sekolah di Gugus Gatot Subroto Kabupaten Tegal tanggal 14-16 Januari
2017 media pembelajaran di sekolah dasar belum digunakan secara maskimal,
padahal sekolah sudah semaksimal mungkin dalam pengadaan fasilitas belajar.
Banyak guru yang kurang tertarik menggunakan media saat proses belajar
mengajar. Materi pelajaran umumnya hanya disampaikan tanpa media
pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan masih bersifat konvensional,
yaitu berpusat pada guru dan tanpa menggunakan fasilitas belajar yang maskimal.
Akibatnya hasil belajar siswa juga tidak maksimal.
Pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui pengalaman yang
dialami sendiri oleh siswa. Proses pengalaman langsung ini dapat berupa proses
mengamati dan mendengarkan melalui media tertentu dan mendengarkan melalui
bahasa verbal. Semakin konkret siswa mempelajari bahan pengajaran, maka
semakin banyak pengalaman yang diperoleh siswa. Sebaliknya, semakin abstrak
siswa mendapatkan pengalaman, maka semakin sedikit pemahaman yang akan
didapat siswa. Kegaiatan mendapatkan pengalaman untuk siswa dapat dilakukan
guru dengan menanfaatkan media pembelajaran. Media sebagai alat bantu akan
memudahkan siswa dan guru menyamakan persepsi dalam pembelajaran.
Ketrampilan guru dalam menggunakan media pembelajaran dapat mempertinggi
efektivitas dan efisiensi mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Saud (2008: 67) menyimpulkan bahwa “tujuan menggunakan

media pembelajaran adalah untuk (1) memperjelas penyajian pesan; (2) mengatasi
keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera; (3) memperlancar proses
pembelajaran; (4) menimbulkan kegairakan belajar; (5) memberi kesempatan
siswa untuk berinteraksi langsung dengan lingkungan; (6) member kesempatan

siswa untuk belajar secara mandiri”. Permasalahan yang terjadi pada Gugus Gatot
Subroto adalah kurangnya penggunaan media pembelajaran dan fasilitas belajar
yang ada, sehingga sangat berpengaruh terhadap kompetensi profesional guru.
Kompetensi profesional guru merupakan kemampuan dasar yang harus
dimiliki oleh seorang guru. Guru pada proses belajar mengajar harus memiliki
kompetensi guna mencapai harapan yang dicita-citakan pada saat melaksanakan
pendidikan. Guru seyogianya memiliki kompetensi yang memadai untuk
mengembangkan potensi siswa secara utuh. Cooper (1984) dalam Satori (2007:
2.2) menyimpulkan komponen sebagai berikut:
Empat komponen kemampuan dasar guru dalam kompetensi
profesional, yaitu: (1) mempunyai pengetahuan dalam teknik
mengajar dan tingkah laku manusia; (2) mempunyai pengetahuan
dan menguasai bidang studi yang dibinanya; (3) mempunyai sikap
yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat, dan bidang
studi yang dibinanya, dan; (4) mempunyai keterampilan dalam

teknik mengajar.
Kompetensi yang berkaitan erat dengan guru sebagai sebuah profesi yakni
kompetensi profesional. Kompetensi profesional yang diharapkan dapat terpenuhi
yakni guru harus menguasai cara belajar yang efektif, harus mampu membuat
model satuan pelajaran, mampu memahami kurikulum secara baik, mampu
mengajar di kelas, mampu menjadi model bagi siswa, mampu memberikan
petunjuk yang berguna, menguasai teknik-teknik memberikan bimbingan dan
penyuluhan, mampu menyusun dan melaksanakan prosedur penilaian kemampuan
belajar (Hamalik, 2008: 40). Kompetensi profesional guru merupakan
kemampuan menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam standar nasional (Rifa’i dan Anni, 2012: 9).
Guru sangat berperan penting dalam usaha meningkatkan hasil belajar
siswa, karena jika guru tersebut mampu menguasai kelas dan mengerti keadaan
siswa, maka siswa akan memberikan respon yang baik terhadap guru dan hasil
belajar yang di dapatkan pastinya juga akan meningkat. Arus komunikasi antara
guru dan siswa akan berjalan lancar. Komunikasi yang dimiliki oleh guru
berbeda-beda tergantung dari kompetensi yang dimiliki oleh guru (Sanjaya,

2014: 18). Kompetensi profesional setiap guru dengan guru yang lainnya berbeda.

Oleh karena itu, kompetensi profesional guru harus dimiliki oleh setiap guru, agar
mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan
oleh sekolah, dan tidak menutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai
dengan perkembangan zaman. Guru dapat menggunakan media pembelajaran
yang efisien dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Guru juga harus bisa
untuk mengembangkan ketrampilan membuat media pembelajaran yang akan
digunakan apabila media yang dibutuhkan tidak tersedia. Media pembelajaran
yang digunakan oleh guru tidak lepas dari perkembangan globalisasi.
Keadaan yang demikian terjadi di dalam pembelajaran di SD Se-Gugus
Gatot Subroto Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal. Berdasarkan hasil
wawancara awal peneliti kepada Kepala Sekolah pada tanggal 9 Janusari 2017 di
SD Bersole 01, SD Lumingser 01, SD Pedeslohor 01, SD Gumalar 01, SD
Kedungsukun 01, dan SD Kedungsukun 02 diperoleh keterangan bahwa proses
pembelajaran di sekolah tersebut masih belum menggunakan fasilitas belajar
secara optimal. Media pembelajaran yang digunakan hanya seputar buku, gambar,
foto, Buku Sekolah Elektronik (BSE), dan Komponen Instrumen Terpadu (KIT).
Guru masih mendominasi pembelajaran dengan menggunakan media
pembelajaran konvensional. Pembelajaran masih berpusat pada kegiatan
membaca, menulis, dan menghafalkan materi. Selain itu, penyampaian materi
belum sepenuhnya disertai dengan penggunaan media yang inovatif. Guru hanya
menggunakan buku dan beberapa fasilitas belajar lainnya sebagai alat bantu ajar.
Siswa mencari sendiri referensi buku di perpustakaan.
Menururt (Djamarah, 2014: 184) menyimpukan bahwa “fasilitas belajar di
sekolah sangat membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar,
sehingga dapat memenuhi kebutuhan belajar anak didik yang berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa”. Media pembelajaran termasuk dalam perlengkapan
sekolah dasar. Fasilitas dan perabot belajar ikut menentukan keberhasilan
seseorang, orang yang belajar tanpa dibantu dengan adanya fasilitas, maka
kegiatan belajar akan terhambat (Djamarah, 2014: 40). Media pembelajaran dalam

bentuk dua dimensi, seperti foto hanya akan memberikan gambaran sekilas dan
siswa juga kurang tertarik.
Media dua dimensi ini tidak jauh berbeda implementasinya dengan media
gambar. Penggunaan media elektronik yang sudah biasa dilakukan oleh guru yaitu
dengan menampilkan BSE sebagai media ajar yang hanya berisi tulisan saja. BSE
juga sudah dibuat dalam bentuk buku yang bisa dibaca siswa secara langsung.
Oleh sebab itu, guru mulai meninggalkan menggunakan BSE yang berbantu
LCD. Setiap sekolah tidak semua memiliki KIT IPA yang memang sebagai media
bantu dalam pembelajaran. Banyak sekolah yang bahkan tidak memiliki KIT dan
ada juga yang KIT IPA tidak terawat, akibatnya tidak bisa digunakan.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang
berlangsung tidak menggunakan fasilitas belajar secara optimal, sehingga siswa
kurang terlibat aktif di dalamnya. Penyajian materi yang tidak didukung dengan
penggunaan media kurang menarik perhatian siswa, sehingga pemahaman siswa
terhadap

materi

pelajaran

kurang

maksimal.

Akibatnya

dalam

proses

pembelajaran, kompetensi profesional yang telah dimiliki oleh guru masih kurang
optimal. Hal tersebut dibuktikan dengan masih belum optimalnya penggunaan
media dalam setiap pembelajaran.
Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan ketersediaan
fasilitas belajar yang lengkap disetiap sekolah. Selain itu, penggunaan media
pembelajaran juga membantu guru dalam menyampaikan materi, mengaktifkan
siswa dalam kegiatan belajar, dan memudahkan siswa dalam memahami materi
yang disampaikan. Media yang dijadikan sebagai sarana komunikasi antara guru
sebagai pemberi informasi dengan siswa sebagai penerima informasi. Media dapat
berupa audio, animasi, teks, grafik, gambar, dan video. Media yang dijadikan
sarana komunikasi haruslah interaktif. Interaktif merupakan suatu keadaan dimana
terjadinya hubungan timbal balik.
Penggunaan media interaktif pada pembelajaran ini adalah siswa memiliki
respon yang baik untuk belajar lebih aktif dan berpikir secara langsung sesuai apa
yang dilihat. Pembelajaran harus menggunakan strategi pembelajaran yang
menghibur, menyenangkan dan berupaya mengajak siswa untuk menyenangi mata
pelajaran. Pengadaan teknologi dalam pendidikan sangatlah dibutuhkan. Hal lain

terkait pentingnya penggunaan media yaitu untuk terus memberdayakan guru
sebagai pendidik untuk terus memberikan inovasi dalam pembelajaran. Hal ini
didukung dengan kompetensi profesional guru untuk terus mengembangkan
kemampuan meerancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar
(Sanjaya, 2014: 19). Sayangnya, dalam hal penggunaan media belum sepenuhnya
disadari oleh setiap guru.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti
melaksanakan

penelitian

yang

berjudul

“Pengaruh

Penggunaan

akan
Media

Pembelajaran dan Fasilitas Belajar terhadap Kompetensi Profesional Guru di
Sekolah Dasar Se-Gugus Gatot Subroto Kabupaten Tegal”.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen jenis survei. Karlinger
(1996) dalam Riduwan (2013: 49) mengatakan bahwa penelitian survei adalah
penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang
dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga
ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antar variabel
sosiologis maupun psikologis. Pada penelitian ini, keterikatan antarvariabel bebas
dengan variabel bebas, maupun antarvariabel bebas dengan variabel terikat, tidak
terjadi secara alami, dan peneliti dengan ingin mengetahui seberapa besar
pengaruh antar variable tersebut.
Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah suatu cara
mengambil sempel yang representatif (mewakili) dari poulasi (Riduwan 2013:
11). Jika jumlah populasi kurang dari 100, sebaiknya seluruh populasi dijadikan
sampel (Thoifah, 2015: 16). Pengambilan jumlah sampel sebanyak 74 guru di SD
Negeri Se-Gugus Gatot Subroto Kabupaten Tegal. Oleh karena jumlah populasi
kurang dari 100 responden, maka penelitian ini menggunakan penelitian populasi
yaitu semua yang terdapat dalam populasi dijadikan responden.
Penelitian ini menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu
wawancara, kuesioner, dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan teknik
analisis korelasi ganda (R), analisis determinasi (R2), dan uji koefisien regresi
secara bersama-sama (uji F).

Hasil Penelitian dan Pembahasan
Skor variabel penggunaan media pembelajaran adalah 78,26% yang berada
pada rentang 61% – 80% yang termasuk dalam kategori kuat. Artinya, responden
memiliki persepsi yang tinggi pada item pernyataan variabel penggunaan media
pembelajaran. Skor variabel fasilitas belajar sebesar 79,30% yang berada pada
rentang 61% – 80% yang termasuk dalam kategori kuat dan bisa diartikan
memiliki persepsi tinggi oleh responden. Indeks variabel kompetensi profesional
guru sebesar 78,79% yang termasuk tinggi karena terletak diantara 61% – 80%
dan bisa diartikan memiliki persepsi tinggi oleh responden.
Variabel penggunaan media pembelajaran (X1) dan fasilitas belajar (X2)
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kompetensi profesional guru (Y). Hal
ini ditunjukkan dengan persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
Ŷ = 18,895+ 0,276X1+ 0,606X2
Berdasarkan persamaan regresi di atas dapat diinterpretasikan sebagai
berikut:
1.

a

=

18,895 adalah nilai konstanta dari persamaan regresi

2.

b1

=

0,276 menunjukkan pengaruh positif antara penggunaan media
pembelajaran terhadap kompetensi profesional guru yang berarti
jika

penggunaan

media

pembelajaran

optimal

akan

mengakibatkan peningkatan kompetensi profesional guru.
3.

b2

=

0,606 menunjukkan pengaruh positif antara fasilitas belajar
terhadap kompetensi profesional guru yang berarti jika fasilitas
belajar dimanfaatkan secara optimal baik akan mengakibatkan
peningkatan kompetensi profesional guru.

Hasil persamaan regresi yang dipaparkan dapat diketahui kompetensi
profesional guru (Y) dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh pengguaan
media pembelajaran dan fasilitas belajar.
Hubungan

variabel

pengguaan

media

pembelajaran

(X1)

dengan

kompetensi profesional guru (Y) adalah 0,649 yang termasuk dalam kategori kuat,
hal ini dikarenakan berada diantara 0,60 – 0,799. Sedangkan hubungan variabel

fasilitas belajar (X2) dengan kompetensi profesional guru (Y) adalah 0,647 yang
termasuk dalam kategori kuat, hal ini dikarenakan berada diantara 0,60 – 0,799.
Sumbangan pengaruh variabel pengguaan media pembelajaran dan
fasilitas belajar terhadap kompetensi profesional guru sebesar 42,1%. Artinya
kompetensi profesional guru dipengaruhi oleh pengguaan media pembelajaran dan
fasilitas belajar sebesar 42,1%, sedangkan sisanya 57,9% dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
Nilai F hitung sebesar 25,805 dengan probabilitas 0,000, karena
probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk
memprediksi kompetensi profesional guru atau dapat dikatakan bahwa
penggunaan media pembelajaran dan fasilitas belajar secara bersama-sama
berpengaruh terhadap kompetensi profesional guru. Dengan demikian hipotesis
(Ha) 3 yang berbunyi ada pengaruh yang signifikan antara penggunaan media
pembelajaran dan fasilitas belajar terhadap kompetensi profesional guru di SD SeGugus Gatot Subroto Kabupaten Tegal, diterima. Selanjutnya hipotesis nihil (H 0)
3 yang berbunyi tidak ada pengaruh yang signifikan antara penggunaan media
pembelajaran dan fasilitas belajar terhadap kompetensi profesional guru di SD SeGugus Gatot Subroto Kabupaten Tegal, ditolak.

Penutup
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikemukakan simpulan yang berkaitan
dengan Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran dan Fasilitas Belajar terhadap
Kompetensi Profesional Guru di Sekolah Dasar Se-Gugus Gatot Subroto
Kabupaten Tegal. Simpulan pada penelitian ini, sebagai berikut:
(1)

Terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan media pembelajaran
dan kompetensi profesional guru SD Negeri Se-Gugus Gatot Subroto
Kabupaten Tegal dengan besarnya sumbangan pengaruh penggunaan media
pembelajaran terhadap kompetensi profesional guru adalah 42,1%.
Hubungan antara penggunaan media pembelajaran dengan kompetensi
profesional guru sebesar 0,649 yang berada pada kategori rentang kuat
yakni antara 0,60 sampai 0,799. Arah hubungan yang terjadi antara

penggunaan media pembelajaran oleh guru kepada siswa dengan
kompetensi profesional guru bernilai positif. Artinya, apabila penggunaan
media pembelajaran ditingkatkan, maka kompetensi profesional guru juga
akan meningkat.
(2)

Terdapat pengaruh yang signifikan antara fasilitas belajar dan kompetensi
profesional guru SD Negeri Se-Gugus Gatot Subroto Kabupaten Tegal
dengan besarnya sumbangan pengaruh fasilitas belajar terhadap kompetensi
profesional guru adalah 41,8%. Hubungan antara fasilitas belajar dengan
kompetensi profesional guru sebesar 0,647 yang berada pada kategori
rentang kuat yakni antara 0,60 sampai 0,799. Arah hubungan yang terjadi
antara fasilitas belajar oleh guru kepada siswa dengan kompetensi
profesional guru bernilai positif. Artinya, apabila fasilitas belajar
ditingkatkan, maka kompetensi profesional guru juga akan meningkat.

(3)

Terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan media pembelajaran
dan faasilitas belajar terhadap kompetensi profesional guru SD Negeri SeGugus Gatot Subroto Kabupaten Tegal dengan besarnya sumbangan
pengaruh penggunaan media pembelajaran dan fasilitas belajar terhadap
kompetensi profesional guru adalah 42,1%. Hubungan antara penggunaan
media pembelajaran dan fasilitas belajar dengan kompetensi profesional
guru sebesar 0,649 yang berada pada kategori rentang sedang yakni antara
0,60 sampai 0,799. Arah hubungan yang terjadi antara penggunaan media
pembelajaran dan fasilits belajar oleh guru kepada siswa dengan kompetensi
profesional guru bernilai positif. Artinya, apabila penggunaan media
pembelajaran

dan fasilitas

belajar

ditingkatkan, maka

kompetensi

profesional guru juga akan meningkat.

Ucapan Terima Kasih
Untuk ibu, papah, adik, dan sahabat-sahabat yang selalu mendoakan,
menyemangati, dan memotivasi.
Untuk dosen pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan, menyarankan,
dan memotivasi peneliti selama pelaksanaan penelitian.

Daftar Pustaka
Djamarah, Syaiful Bahri. 2014. Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2015. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi.
Jakarta: Bumi Aksara.
Riduwan. 2013. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta.
Sanaky, Hujair AH. 2013. Media Pembelajaran Interaktif-Inovatif. Yogyakarta:
Kaukaba Dipantara.
Sanjaya, Wina. 2014. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Pranadamedia
Group.
Sa’ud, Udin Syaefudin. 2009. Pengembangan Profesi Guru. Bandung:
ALFABETA
Thoifah, I’anatut. 2015. Statistika Pendidikan dan Metode Penelitian Kuantitaif.
Malang: Madani.
Satori, Djam’an, dkk. 2007. Profesi Keguruan. Jakarta: UNIVERSITAS
TERBUKA.