MAKALAH OUTPUT BELAJAR KAITANNYA DGN RAN

MAKALAH EVALUASI PROSES & HASIL BEL. FISIKA

“OUTPUT BELAJAR KAITANNYA DENGAN RANAH
PROSES BERFIKIR, KARAKTERISTIK ASESMEN”

OLEH:

KELOMPOK

: I V (EMPAT)

KELAS

: FISIKA DIK-B 2015

NAMA

:

DOSEN PENGAMPU


DINDA MELANI

NIM: 4151121018

ERIKA MARPAUNG

NIM: 4152121016

JELITA SIRAIT

NIM: 4151121032

JURIUS S.

NIM: 4151121033

: Dr. BETTY MARISI TURNIP, M.Pd
TEGUH FEBRI SUDARMA, S.Pd, M.Pd

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017

1

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini.
Makalah ini membahas mengenai Output Belajar Kaitannya dengan Ranah Proses
Berpikir, Karakteristik Asesmen”.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan, baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah tentang ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Medan, 06 September 2017
Penyusun


Kelompok IV

2

DAFTAR ISI

Cover
1
Kata Pengantar
2
Daftar Isi
3

Bab I.Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
4
1.2 Rumusan Masalah
4
1.3 Tujuan

5
Bab II. Pembahasan
2.1 Pengertian Belajar dan Hasil Belajar
6
2.2 Aspek-Aspek Hasil Belajar
9

2.2.1 Ranah Kognitif
9
2.3 Karakteristik Asesmen
14
7

3

Bab III. Penutup
3.1 Kesimpulan
17
3.2 Saran
17

Daftar Pustaka
18

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Evaluasi mempunyai arti yang berbeda untuk guru yang berbeda. Evaluasi
merupakan proses yang menentukan kondisi, di mana sustu tujuan telah dapat
dicapai. Definisi ini menerangkan secara langsung hubungan evaluasi dengan
tujuan suatu kegiatan yang mengukur derajat, di mana suatu tujuan dicapai. Dalam
evaluasi selalu mengandung proses. Proses evaluasi harus tepat terhadap tipe
tujuan yang biasanya dinyatakan dalam bahasa prilaku. Beberapa tingkah laku
yang sering muncul serta menjadi perhatian para guru adalah tingkah laku yang
dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah , yaitu pengetahuan, sikap dan nilai, dan
keterampilan. Keterampilan-keterampilan yang ada disini seperti keterampilan
proses sains yang membahas tentang keterampilan yang melibatkan kognitif atau

4

intelektual ataupun proses berpikir. Keterampilan kognitif terlibat karena dengan

melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan
manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena mereka melibatkan
penggunaan alat dan bahan, pengukur, penyusun, atau perakitan alat.
Keterampilan sosial juga terlibat dalam keterampilan proses karena mereka
berintraksi sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajarmengajar, misalnya
mendiskusikan

hasil

pengamatan.

Keterampilan

generik

sains

adalah

keterampilam yang dapat digunakan untuk memepelajari berbagai proses dan

menyelesaikan masalah sains dengan menggunakan keterampilan berpikir kritis.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Bagaimana kaitan hasil belajar dengan ranah proses berpikir ?
2. Apa itu ranah proses berpikir ?
3. Bagaimana karakteristik asesmen ?

1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui kaitan hasil belajar dengan ranah proses berpikir.
2. Untuk mengetahui apa pengertian ranah proses berpikir.
3. Untuk mengetahui karakteristik dari asesmen.

5

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Belajar dan Hasil Belajar
A. Pengertian Belajar

Belajar merupakan dasar untuk memahami prilaku. Studi tentang belajar
mencakup lingkup yang amat luas, sebab belajar berkitan dengan masalah
fundamental seperti perkembangan emosi, motivasi, prilaku social dan
kepribadian. Sehingga sering muncul beberapa pertanyaan sehubungan dengan
pengertian belajar.
Para ahli psikologi telah mencoba merumuskan dan membuat tafsiran
tentang belajar. Sering pula rumusan tafsiran itu berbeda dengan yang lain. Akan

6

tetapi maksud dan tujuan yang hendak dicapai pada dasarnya sama. Pada
hakekatnya belajar adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang
yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada dirinya sendiri, baik dalan
bentuk pengetahuan dan keterampilan baru maupun bentuk sikap dan nilai yang
positif.
Senada dengan uraian diatas, Winkel mendefinisikan belajar sebagai suatu
aktifitas

mental/psikis


yang

berlangsung

dalam

interaksi

aktif

dengan

lingkungannya, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relative konstan
dan berbekas. (Winkle,W.S. 1991)
Tidak jauh berbeda, Nana Sudjana mengatakan bahwa dihubungkan
dengan psikologi, ahli psikologi menerima pendapat bahwa belajar adalah suatu
perubahan yang relatif permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku sebagai
hasil dari praktek atau latihan. Belajar berbeda dengan pertumbuhan kedewasaan,
dimana perubahan yang terjadi dalam individu berasal dari bawaaan genetiknya.

Perubahan tingkah laku individu sebagai hasil belajar ditunjukkan dalam berbagai
aspek seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, persepsi, motivasi atau
gabungan dari aspek-aspek tersebut. Belajar adalah proses yang aktif. Apabila kita
berbicara mengenai belajar, berarti membicarakan bagaimana tingkah laku itu
berubah melalui pengalaman dan latihan.
Gagne dalam bukunya The condition of learning menyatakan bahwa
belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama bersama dengan isi ingatan
mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehinggga perbuatannya (Performancenya)
berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah mengalami
situasi itu. (Ngalim Purwanto,1999)
Witherington merumuskan pengertian belajar sebagai suatu perubahan
dalam kepribadian, sebagaimana yang dimanifestasikan dalam perubahan
pengasaan pola-pola respon atau tingkah laku yang baru, yang ternyata dalam
perubahan, keterampilan kebiasaan, kesanggupan atau permasalahan. (Aminuddin,
2003)

7

Dari beberapa rumusan definisi yang dikemukakan para ahli tersebut di
atas, maka dapat ditarik beberapa prinsip sebagai berikut : Pertama, bahwa belajar

merupakan suatu usaha perubahan prilaku; Kedua, bahwa hasil belajar ditandai
dengan perubahan prilaku secara keseluruhan meliputi semua aspek prilaku, aspek
kognitif, aspek afektif maupun aspek psikomotor; Ketiga, bahwa dalam aktifitas
belajar tersebut ada sesuatu yang mendorong dan ada suatu tujuan yang akan
dicapai; Keempat, bahwa belajar tersebut merupakan suatu proses aktififtas jiwa
raga yang berkesinambungan yang bersifat dinamis dan berkaitan; dan Kelima,
bahwa belajar merupakan bentuk pengalaman nyata berupa interaksi individu/
manusia dengan lingkungannya, baik dalam lingkungan lembaga informal, formal
maupun non formal.
B. Pengertian Hasil Belajar
Masalah belajar adalah masalah bagi setiap manusia, dengan belajar
manusia memperoleh keterampilan, kemampuan sehingga terbentuklah sikap dan
bertambahlah ilmu pengetahuan. Jadi hasil belajar itu adalah suatu hasil nyata
yang dicapai oleh siswa dalam usaha menguasai kecakapan jasmani dan rohani di
sekolah yang diwujudkan dalam bentuk raport pada setiap semester.
Untuk mengetahui perkembangan sampai di mana hasil yang telah dicapai
oleh seseorang dalam belajar, maka harus dilakukan evaluasi. Untuk menentukan
kemajuan yang dicapai maka harus ada kriteria (patokan) yang mengacu pada
tujuan yang telah ditentukan sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruh
strategi belajar mengajar terhadap keberhasilan belajar siswa. Hasil belajar siswa
menurut W. Winkel adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi
belajar siswa di sekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka. (Winkle, 1989)
Menurut Winarno Surakhmad hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang
berarti ulangan, ujian atau tes. Maksud ulangan tersebut ialah untuk memperoleh
suatu indek dalam menentukan keberhasilan siswa. (Winarno, 1980)
Dari definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar
adalah prestasi belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar
dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang.

8

Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil, setiap
guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun
untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang
berlaku saat ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses belajar
mengajar tentang suatu bahan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan
pembelajaran khususnya dapat dicapai.
Indikator Hasil Belajar Siswa
Yang menjadi indikator utama hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:
a. Ketercapaian Daya Serap terhadap bahan pembelajaran yang diajarkan, baik
secara individual maupun kelompok. Pengukuran ketercapaian daya serap ini
biasanya dilakukan dengan penetapan Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal
(KKM)
b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa,
baik secara individual maupun kelompok. Namun demikian, menurut Syaiful
Bahri Djamarah dan Aswan Zain indikator yang banyak dipakai sebagai tolak
ukur keberhasilan adalah daya serap. (Syaiful Bahri,dkk. 2002)
2.2 Aspek-Aspek Hasil Belajar
Kita juga mengenal istilah cipta, rasa, dan karsa yang dicetuskan tokoh
pendidikan Ki Hajar Dewantara. Konsep ini juga mengakomodasi berbagai
potensi anak didik. Baik menyangkut aspek cipta yang berhubungan dengan otak
dan kecerdasan, aspek rasa yang berkaitan dengan emosi dan perasaan, serta karsa
atau keinginan maupun ketrampilan yang lebih bersifat fisik. Konsep kognitif,
afektif, dan psikomotorik dicetuskan oleh Benyamin Bloom pada tahun 1956.
Karena itulah konsep tersebut juga dikenal dengan istilah Taksonomi Bloom.
Pengertian kognitif, afektif dan psikomotorik dalam Taksonomi Bloom ini
membagi adanya 3 domain, ranah atau kawasan potensi manusia belajar. Dalam
setiap ranah ini juga terbagi lagi ke dalam beberapa tingkatan yang lebih detail. Di
beberapa buku ada yang menyebutnya ranah, domain, ataupun potensi manusia
belajar. Peran guru sebagai pengampu aktif dalam proses belajar mengajar, perlu

9

menguasai ketiga jenis ranah pengetahuan tersebut, kemudian menerapkannya
kepada siswa melalui pemberian materi pelajaran yang sesuai dengan satuan
pelajaran dan kurikulum.
Disini akan dibahas ranah proses berpikir saja atau yang dikenal sebagai
ranah kognitif.
2.2.1. Ranah Kognitif ( Proses Berpikir )
Domain/Ranah kognitif merupakan proses pengetahuan yang lebih banyak
didasarkan perkembangannya dari persepsi, instropeksi, atau memori siswa.
(Good, 1973)
Pada dasarnya Kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam
berpikir, menegtahui dan memecahkan masalah. Menurut Bloom, segala upaya
yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah
kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya
kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan
kemampuan mengevaluasi Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau
jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang
paling tinggi.
A.de Block dalam W.S. Winkel (1996: 64) menyatakan bahwa:
“Ciri khas belajar kognitif terletak dalam belajar memperoleh dan menggunakan
bentuk-bentuk representasi yang mewakili obyek-obyek yang dihadapi, entah
obyek

itu

orang,

benda

atau

kejadian/peristiwa.

Obyek-obyek

itu

direpresentasikan atau dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan,
gagasan, atau lambang, yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental”
Menurut Bloom (1956) tujuan kognitif ini ada enam yaitu 1) knowledge,
2) comprehension, 3) application, 4) analysis, 5) synthesis, 6) evaluation. Berikut
keenam jenjang kognitif itu tersebut :

10

u
g
h
m
p
r
P
a
A
s
e
t
n
iS
s
lu
a
v
E

1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah aspek yang paling dasar dalam taksonomi Bloom.

Seringkali disebut juga aspek ingatan (recall). Dalam jenjang kemampuan ini

seseorang dituntut untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, fakta

atau istilah-istilah, dan lain sebagainya tanpa harus mengerti atau dapat
menggunakannya. ( Daryanto, 1999)

2. Pemahaman (Comprehension)

Pemahaman adalah kemampuan untuk mengerti atau memahami sesuatu

setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah

mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seseorang
peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan

penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan
menggunakan kata-katanya sendiri.
3. Aplikasi (Application)

Aplikasi adalah kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang

sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan

prinsip. Penerapan merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi

11

daripada pemahaman. Kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode
untuk menghadapi suatu kasus atau problem yang konkret atau nyata dan baru,
kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur metode, rumus, teori dan
sebagainya. ( Winkle, 1989 )
4. Analisis (Analysis)
Di tingkat analisis, sesorang mampu memecahkan informasi yang
kompleks menjadi bagian-bagian kecil dan mengaitkan informasi dengan
informasi lain. Kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian
sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik.
(John Santrock )
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses
berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagianbagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang
yang berstruktur atau berbentuk pola baru.

6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah
kognitif

dalam

taksonomi

Bloom.

Penilaian/evaluasi

disini

merupakan

kemampuan untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, misalnya jika
seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu
pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
No.
1.

Tingkat Hasil Belajar
Knowledge

Ciri-cirinya
 Jenjang belajar terendah
 Kemampuan mengingat faktafakta
 Kemampuan menghafalkan rumus,

12

definisi, prinsip, prosedur
2.

Comprehension

 Dapat mendeskripsikan

Mampu
menerjemahkan
(pemahaman menerjemahkan)
Mampu



menafsirkan,

mendeskripsikan secara verbal
 Pemahaman ekstrapolasi
3.

Application

 Mampu membuat estimasi
 Kemampuan menerapkan materi
pelajaran dalam situasi baru
 Kemampuan menetapkan prinsip
atau generalisasi pada situasi baru


Dapat

menyusun

problema-

problema sehingga dapat menetapkan
generalisasi
 Dapat mengenali hal-hal yang
menyimpang

dari

prinsip

dan

generalisasi
 Dapat mengenali fenomena baru
dari prinsip dan generalisasi
 Dapat meramalkan sesuatu yang
akan terjadi berdasarkan prinsip dan
generalisasi


Dapat

tertentu

menentukan

berdasarkan

tindakan

prinsip

dan

generalisasi

4.

Analysis

Dapat

menjelaskan

alasan

penggunaan prinsipdan generalisasi.
 Dapat memisah-misahkan suatu
integritas

menjadi

menghubungkan

unsur-unsur,

antarunsur,

dan

mengorganisasikan prinsipprinsip
 Dapat mengklasifikasikan prinsip-

13

prinsip


Dapat

meramalkan

sifat-sifat

khusus tertentu
 Meramalkan kualitas/kondisi


Mengetengahkan

pola

tata

hubungan, atau sebabakibat
 Mengenal pola dan prinsip-prinsip
organisasi materi yang dihadapi


Meramalkan

dasar

sudut

pandangan atau kerangka acuan dari
5.

Sintesis

materi
 Menyatukan unsur-unsur, atau
bagian-bagian

menjadi

satu

keseluruhan
 Dapat menemukan hubungan yang
unik
 Dapat merencanakan langkah yang
kongkrit
 Dapat mengabstraksikan suatu
gejala, hipotesa, hasil penelitian, dan
6.

Evaluation

sebagainya
 Dapat

menggunakan

kriteria

internal dan kriteria eksternal
 Evaluasi tentang ketetapan suatu
karya/dokumen (kriteria internal)
 Menentukan nilai/sudut pandang
yang

dipakai

dalam

mengambil

keputusan (kriteria internal)
 Membandingkan karya-karya yang
relevan (eksternal)
 Mengevaluasi suatu karya dengan
kriteria eksternal
 Membandingkan sejumlah karya

14

dengan sejunlah kriteria ekternal
( M. Chabib Toha, 1991:28-29)
2.3 Karakteristik Asesmen ( Penilaian )
Penilaian mencapai level mutu tinggi jika penilaian menghasilkan
informasi yang reliable, valid, dan berguna tentang kinerja siswa (Carey: 2001),
penilaian bermutu juga harus adil (McMillan: 2001). Validitas dan realibilitas
akan mempengaruhi konsistensi dan akurasi dari inferensi atau kesimpulan guru
yang diambil dari informasi penilaian siswanya.
A. Validitas
Validitas adalah sejauh mana penilaian mengukur apa-apa yang hendak
diukur, validitas juga mencakup seberapa akurat dan bergunakah inferensi guru
tentang penilaian tersebut. Inferensi adalah kesimpulan yang diambil seseorang
dari informasi. Penilaian kita terhadap siswa merupakan sampel dari pembelajaran
siswa (Gredler,1999). Upaya menghubungkan intruksi dan penilaian dikelas telah
memunculkan konsep validitas Instruksional maksudnya sejauh mana penilaian
merupakan sampel yang reasonable dari apa-apa yang sebenarnya terjadi dikelas.
Misalnya penilaian kelas harus merefleksikan baik itu apa yang diajarkan guru
maupun kesempatan siswa untuk mempelajari materi.
Para Psikolog membedakan beberapa jenis validitas, yang masing-masing
penting untuk situasi yang berbeda. Tiga jenis validitas yang penting bagi para
pengajar dan praktisi lainnya adalah validitas isi, validitas prediktif dan validitas
konstruk.
a.

Validitas Isi
Sebagai guru kelas, biasanya kita akan sangat terfokus pada validitas isi,

yaitu sejauh mana berbagai pertanyaan dan tugas asesmen merupakan sebuah
sampel yang representative dari seluruh isi pengetahuan dan keterampilan yang
kita nilai. Validitas isi yang tinggi sangat penting, ketika kita menggunakan
instrument penelitian untuk tujuan evaluasi sumatif yaitu untuk menentukan

15

pengetahuan dan keterampilan apa yang telah dikuasai siswa dalam kaitannya
dengan tujuan-tujuan pengajaran yang penting
b.

Validitas Prediktif
Yaitu sejauh mana instrument asesmen memprediksi performa masa depan

dibidang tertentu. Tes dengan validitas prediktif yang tinggi memprediksi prilaku
itu tersebut dengan cukup tinggi, begitu sebaliknya tes validitas prediktif yang
rendah memprediksi prilaku itu dengan rendah juga, terkadang dalam pemberian
tes didasarkan kepada kelompok usia, dimana siswa yang mempunyai usia dewasa
juga mempunyai validitas prediktif yang tinggi begitu sebaliknya.
c.

Validitas Konstruktif
Dalam psikolog, konstruk adalah sifat internal yang dihipotesikan yang

tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari konsistensi
yang kita lihat dalam prilaku seseorang. Validitas konstruk artinya sejauh mana
suatu instrument asesmen benar-benar mengukur karakteristik yang abstrak dan
tidak dapat diamati. Validitas konstruk adalah fokus utama ketika kita mengambil
kesimpulan umum tentang sifat dan kemampuan siswa sehingga kita dapat
menyesuaikan metode-metode dan bahan-bahan pengajaran dengan lebih baik
untuk memenuhi kebutuhan individual mereka.

B. Reliabilitas
Realibilitas adalah tentang penentuan seberapa konsistenkah penilaian itu
mengukur hal-hal yang akan diukur. Realibilitas akan berkurang akibat kesalahan
dalam penguran. Siswa mungkin mempunyai pengetahuan dan keahlian yang
cukup namun tidak bias mengerjakan tes secara konsisten pada beberapa tes
dikarenakan sejumlah factor. Factor-faktor internal antara lain,kesehatan motivasi,
dan kecemasan. Factor eksternal anatara lain petunjuk guru yang kurang jelas,
sampel informasi yang buruk.
C. Keadilan

16

Penilaian dikatakan fair apabila semua siswa mendapat kesempatan yang
sama untuk belajar dan menunjukkan kemampuan dan pengetahuan mereka.
(Rearden, 2001). Penilaian adalah adil jika guru membuat target pembelajaran
yang tepat, memberi pelajaran dan materi yang baik untuk mencapai target
tersebut, dan menggunakan penilaian merefleksikan target, isi materi , dan
instruksi.

BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
1.) Pendidikan sebagai sebuah proses belajar memang tidak cukup dengan sekedar
mengejar masalah kecerdasannya saja. Berbagai potensi anak didik atau subyek
belajar lainnya juga harus mendapatkan perhatian yang proporsional agar
berkembang secara optimal. Karena itulah aspek atau factor rasa atau emosi
17

maupun ketrampilan fisik juga perlu mendapatkan kesempatan yang sama untuk
berkembang.
2.) Proses pembelajaran pada prinsipnya dapat dikelompokkan menjadi tiga
domain atau ranah yaitu kognitif, efektif dan psikomotorik. Minimal dua atau
ketiga jenis ranah tersebut akan mempengaruhi tingkat profesional siswa.
3.) Peran guru sebagai pengampu aktif dalam proses belajar mengajar, perlu
menguasai ketiga jenis ranah pengetahuan tersebut, kemudian menerapkannya
kepada siswa melalui pemberian materi pelajaran yang sesuai dengan satuan
pelajaran kurikulum.
3.2 Saran
Pendidik agar dapat menerapkan proses belajar dengan baik sesuai dengan
kurikulum yang ada sehingga proses pembelajaran dapat memberikan hasil yang
maksimal dan mampu mengenali potensi peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

-

Abdullatif,

2012.

Makalah

Asesmen.http://abdullatif

abdullatif.blogspot.co.id/2012/01/makalah-assesmen

abdullatif.html.pdf

(di akses 04 September 2017 )
-

Daryanto, 1999. Evaluasi Pendidikan ( Komponen MKDK ). Jakarta: PT
RINEKA CIPTA

18

-

http://digilib.uinsby.ac.id/1402/5/Bab%202.pdf ( di akses 04 September
2017)

-

http://eprints.uny.ac.id/8549/3/BAB%202-06504241020.pdf ( di akses 05
September 2017 )

-

http://eprints.walisongo.ac.id/4050/4/083911004_bab3.pdf ( di akses 05
September 2017 )

-

Sukardi, 2009. Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya. Jakarta:
Bumi Aksara

-

Zuriatul, 2015. Makalah Ranah Kognitif, Efektif dan Psikomotorik. http://
zurriatul.blogspot.co.id/pdf ( di akses 04 september 2017)

19