BAB 4 Atmosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan - GEOGRAFI Iklim dan Hidrosfer SMA

BAB 4 Atmosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan A. Macam-macam iklim Terjadinya iklim yang bermacam-macam di permukaan bumi disebabkan karena rotasi dan

  revolusi serta adanya perbedaan garis lintang. Beberapa iklim antara lain diuraikan sebagai berikut:

  1. Iklim Matahari Klasifikasi iklim matahari didasarkan pada jumlah sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi. Pembagian daerah iklim adalah sebagai berikut:

  o

  a. Daerah iklim tropis : 0 – 23,5 LU/LS

  o o

  b. Daerah iklim subtropis : 23,5 – 40 LU/LS

  o o

  c. Daerah iklim sedang : 40 – 66,5 LU/LS

  o o

  d. Daerah iklim dingin : 66,5 – 90 LU/LS Pembagian daerah iklim menurut iklim matahari didasarkan suatu teori, bahwa temperatur udara semakin rendah jika letaknya makin jauh dari khatulistiwa.

  2. Iklim Kodrat Pembagian iklim ini disesuaikan dengan batas kehidupan tumbuh-tumbuhan dan sebagai batas daerah iklim digunakan garis isoterm pada bulan terpanas dan terdingin selama satu tahun.

  3. Iklim Köppen Iklim ini paling banyak dipergunakan orang. Klasifikasinya berdasarkan curah hujan dan suhu. Köppen membagi iklim dalam 5 daerah iklim dan dinyatakan dengan simbol huruf.

  a. Iklim A (Iklim hujan tropis)

  o

  Temperatur bulan terdingin tidak kurang dari 18

  C, curah hujan tahunan tinggi, rata-rata dari 70 cm/tahun. Tumbuhan beraneka ragam.

  b. Iklim B (Iklim kering/gurun) Terdapat di daerah gurun atau semi arid (steppa), curah hujan terendah 25,5 mm/tahun.

  Penguapan besar.

  c. Iklim C (Iklim sedang)

  o o

  Temperatur bulan terdingin 18 C sampai –3 C

  d. Iklim D (Iklim salju atau mikrotermal) o

  Suhu rata-rata bulan terpanas lebih dari 10

  C, sedangkan suhu rata-rata bulan terdingin –

  o

  3 C.

  e. Iklim E (iklim kutub)

  o

  Terdapat di daerah Arktik dan Antartika. Suhu tidak pernah lebih dari 10

  C. Tidak mempunyai musim panas yang benar-benar panas Berdasarkan klasifikasi Köppen, sebagian besar wilayah Indonesia beriklim A, di daerah pengunungan beriklim C, dan di Puncak Jayawijaya beriklim E.

  Tipe Iklim A dibagi menjadi 3 sub tipe yang ditandai dengan huruf kecil yaitu f,w, dan m sehingga berbentuk tipe iklim Af, Aw, dan Am.

  a. Iklim Af adalah iklim A dengan curah hujan bulanan 60 mm. Hujan sepanjang tahun

  b. Iklim Aw adalah tipe iklim A yang memiliki musim kering yang panjang (Sabana)

  c. Iklim Am adalah peralihan antara iklim Af dan Aw. Persediaan air tanah cukup sehingga vegetasi tetap.

  4. Iklim Schmidt – Ferguson Iklim Schmidt – Ferguson sering disebut Q model karena didasarkan atas nilai indeks nilai Q yang dihitung berdasarkan rumus :

  RataRata bulankering Q= RataRata bulanbasah x 100 %

  Tipe Iklim Menurut Schmidt – Ferguson: Tipe Q A 0% - 14,3% B 14,3% - 33,3% C 33,3% - 60% D 60% - 100% E 100% - 167% F 167% - 300% G 300% - 700% H Lebih Dari 700%

  5. Iklim Oldeman Seperti halnya Schmidt – Ferguson, metode Oldeman (1975), hanya memakai unsur curah hujan sebagai dasar klasifikasi iklim. Bulan basah dan bulan kering berturut-turut yang dikaitkan dengan pertanian daerah-daerah tertentu. Maka penggolongan iklimnya dikenal dengan sebutan zona agroklimat. Oldeman membagi 5 daerah agroklimat utama, yaitu : A : Jika terdapat lebih dari 9 bulan basah berurutan B : Jika terdapat 7 – 9 bulan basah berurutan C : Jika terdapat 5 – 6 bulan basah berurutan D : Jika terdapat 3 – 4 bulan basah berurutan E : Jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan Klasifikasi yang digunakan oleh Oldeman adalah : 1) Bulan basah apabila curah hujannya lebih dari 200 mm 2) Bulan lembab apabila curah hujannya 100 – 200 mm 3) Bulan kering apabila curah hujannya kurang dari 100 mm

  6. Iklim F. Junghuhn

  F. Junghuhn seorang berkebangsaan Belanda mengadakan penelitian di Sumatra Selatan dan Dataran Tinggi Bandung. Berdasarkan hasil penelitiannya F. Junghuhn membagi iklim di Indonesia berdasarkan ketinggian tempat.

  Empat daerah iklim menurut F. Junghuhn adalah sebagai berikut.

  1. Zona Iklim Panas Zona iklim panas terletak pada daerah dengan ketinggian antara 0 – 650 meter dan temperatur antara 26,3 °C – 22 °C.

  2. Zona Iklim Sedang Zona iklim sedang terletak pada daerah dengan ketinggian antara 650 – 1500 meter dan temperatur antara 22 °C – 17,1 °C.

  3. Zona Iklim Sejuk Zona iklim sejuk terletak pada daerah dengan ketinggian antara 1500 – 2500 meter dan temperatur antara 17,1 °C – 11,1 °C.

  4. Zona Iklim Dingin

  Zona iklim dingin terletak pada daerah dengan ketinggian di atas 2500 meter dan temperatur kurang dari 11,1 °C.

  B. Pola Curah Hujan Di Indonesia Pola umum curah hujan di kepulauan Indonesia dapat dikatakan sebagai berikut:

  1. Pantai barat setiap pulau memperoleh jumlah hujan yang selalu lebih banyak dari pantai timur

  2. Pulau Jawa, Bali, NTB dan NTT merupakan barisan pulau-pulau yang panjang dan berderet dari barat ke timur. Pulau – pulau ini hanya diselingi oleh selat-selat yang sempit, sehinga untuk kepulauan ini secara keseluruhan tampak seakan-akan satu pulau, sehingga berlaku juga dalil, bahwa disebelah timur curah hujan lebih kecil, kalau dibandingkan dengan sebelah barat. Curah hujan yang lebih besar terdapat di sebelah barat pantai Jawa Barat.

  3. Selain bertambah jumlahnya dari timur ke barat, hujan juga bertambah jumlahnya dari dataran rendah ke pegunungan, dengan jumlah terbesar pada ketinggian 600 – 900 meter.

  4. Di daerah pedalaman semua pulau, musim hujan jatuh pada musim Pancaroba. Demikian juga halnya di daerah-daerah rawa yang besar-besar

  5. Bulan Maksimum hujan sesuai dengan letak Daerah Konvergensi Antar Tropik

  6. Saat mulai turun hujan juga bergeser dari barat ke timur. Pantai barat pulau sumatera sampai bengkulu mendapat hujan terbanyak pada bulan November. Lampung dan Bangka yang letaknya sedikit ke timur, mendapat hujan terbanyak pada bulan Desember. Sedangkan Jawa, Bali, NTB , dan NTT yang letaknya lebih ke timur lagi pada mendapat hujan paling banyak pada bulan Januari-Februari.

  7. Sulawesi Selatan bagian timur, Sulawesi Tenggara dan Maluku Tengah mempunyai musim hujan yang berbeda, yaitu Mei-Juni. Justru pada waktu bagian lain Kepulauan Indonesia ada pada musim kering. Batas rezim hujan Indonesia Timur kira-kira terdapat pada 120

  o Bujur Timur.

  C. Jenis-Jenis Vegetasi Alam Menurut Iklim Berdasarkan banyak sedikitnya curah hujan di tiap daerah, pembagian flora di Indonesia antara lain sebagai berikut:

  1. Hutan hujan tropis.

  Hutan ini sangat lebat dan sinar matahari tidak dapat menembus ke bawah. Contohnya terdapat di sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua (Irian Jaya).

  2. Hutan musim Hutan yang daun-daunnya meranggas pada musim kemarau dan tumbuh di musim penghujan. Terdapat di daerah – daerah lintang tinggi dengan curah hujan yang sedang, seperti hutan jati di Jawa dan Sulawesi (Buton).

  3. Sabana Merupakan daerah yang bersuhu udara tinggi dengan curah hujan sedikit, terdapat padang rumput yang diselingi semak belukar (sabana). Contohnya terdpaat di Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Tengah.

  D. Faktor-Faktor Penyebab Perubahan Iklim Global Perubahan iklim global disebabkan oleh meningkatnya gas rumah kaca. Hal ini terjadi sejak revolusi industri yang membangun sumber energi yang berasal dari batu bara, minyak bumi, dan gas yang menghasilkan karbon dioksida (CO

  

2

  ), metana (CH

  4

  ), dan nitrous oksida (N

  2 O).

  Sang surya yang menyinari bumi juga menghasilkan radiasi panas yang ditangkap oleh atmosfer sehingga udara bumi bersuhu nyaman bagi kehidupan manusia. Apabila kemudian atmosfer bumi dijejali gas rumah kaca, terjadilah “efek selimut”, yakni radiasi panas bumi yang lepas ke udara ditahan oleh “ Selimut gas rumah kaca” sehingga suhu bumi naik dan menjadi panas. Semakin banyak gas rumah kaca di lepas ke udara, semakin tebal “selimut bumi” dan semakin panas pula suhu bumi.

  E. Dampak Perubahan Iklim Global Perubahan iklim yang diperkirakan akan menyertai pemanasan global adalah sebagai berikut : a. Mencairnya es di kutub sehingga permukaan air laut naik

  b. Air laut naik, maka akan menenggelamkan pulau dan menghalangi mengalirnya air sungai ke laut yang menimbulkan banjir di dataran rendah seperti pantai utara Pulau Jawa, dataran rendah Sumatera bagian timur, Kalimantan Selatan, dan lain-lain

  c. Hal yang paling mencemaskan adalah berubahnya iklim sehingga berdampak buruk pada pola pertanian Indonesia yang mengandalkan makanan pokok beras pada pertanian sawah yang bergantung pada musim hujan. Suhu bumi yang panas menyebabkan mengeringnya air permukaan sehingga air menjadi langka. Ini memukul pola pertanian berbasis air.

  d. Meningkatkan resiko kebakaran hutan.

  F. El Nino dan La Nina El Nino dan La Nina adalah gejala yang menunjukkan perubahan iklim. El Nino adalah peristiwa-peristiwa memanasnya suhu air permukaan laut di pantai barat Peru – Ekuador (Amerika Selatan yang mengakibatkan gangguan iklim secara global). La Nina merupakan kebalikan dari El Nino. Peristiwa itu dimulai ketika El Nino mulai melemah dan air laut di tempat itu suhunya kembali dingin, dan up welling muncul kembali atau kondisi cuaca menjadi dingin. Terjadinya El Nino dan La Nina disebabkan adanya perubahan suhu global yang cenderung naik, tak lain penyebabnya adalah :

  1. Peningkatan konsentrasi gas buang dan radiasi balik dari bumi

  2. Penyimpangan-penyimpangan kondisi cuaca rata-rata harian, bulanan, hingga tahunan

BAB 5 Hidrosfer Dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Hidrosfer berasal dari kata hidros yang artinya air dan sphere yang artinya daerah atau bulatan. Hidrosfer dapat diartikan sebagai daerah perairan yang mengikuti bentuk bumi yang bulat. Proses siklus air secara umum antara lain:

  1. Evaporasi, yaitu penguapan benda-benda abiotik dan merupakan proses perubahan wujud air menjadi gas.

  2. Transpirasi, yaitu proses pelepasan uap air dari tumbuh-tumbuhan melalui stomata atau mulut daun

  3. Virga, yaitu penguapan dari air hujan

  4. Kondensasi, yaitu proses perubahan wujud uap air menjadi air akibat pendinginan

  5. Presipitasi, yaitu segala bentuk curahan atau hujan dari atmosfer ke bumi yang meliputi hujan air, hujan es, dan hujan salju

  6. Run off (aliran permukaan), yaitu pergerakan aliran air di permukaan tanah melalui sungai dan anak sungai

  7. Infiltrasi, yaitu perembesan atau pergerakan air ke dalam tanah melalui pori tanah secara vertikal

  8. Perkolasi, yaitu perembesan atau pergerakan air ke dalam tanah melalui pori tanah secara horizontal PERAIRAN DARAT : Perairan darat merupakan bagian dari hidrosfer. Perairan darat terdiri dari perairan yang terdapat di permukaan bumi dan di bawah permukaan bumi. Dengan adanya siklus hidrologi, air daratan maupun laut dapat naik ke atmosfer dalam wujud uap air karena adanya pemanasan matahari, kemudian jatuh sebagai hujan di atas daratan dan lautan.

  1. Sungai Berdasarkan sumber airnya, sungai dibagi menjadi :

  a. Sungai hujan

  b. Sungai Gletser

  c. Sungai campuran Berdasarkan debitnya, sungai dibagi menjadi :

  a. Sungai permanen

  b. Sungai periode

  c. Sungai episodik Berdasarkan genetikanya, sungai dibagi menjadi :

  a. Sungai Konsekuen : Sungai yang arah alirannya searah dengan kemiringan lereng sungai

  b. Sungai subsekuen : Sungai yang aliran airnya tegak lurus terhadap sungai konsekuen

  c. Sungai obsekuen : anak sungai subsekuen yang aliran airnya berlawanan arah dengan sungai konsekuen d. Sungai insekuen : Sungai yang arah alirannya tidak teratur dan terikat oleh lereng daratan

  e. Sungai resekuen : anak sungai subsekuen yang arah alitan airnya sejajar dengan sungai konsesuen. Berdasarkan tipenya, sungai dibagi menjadi :

  a. Sungai epigenesa

  b. Sungai anteseden

  2. Danau Danau adalah cekungan luas di muka bumi yang dibatasi oleh daratan dan terisi oleh air. Air danau berasal dari air hujan, air sungai, air tanah atau mata air. Air danau berkurang karena adanya penguapan, perembesan ke dalam tanah, dan adanya aliran ke luar oleh sungai.

  Secara morfologis (dengan pendekatan cara terjadinya), danau dapat diklasifikasikan menjadi: a. Danau tektonik

  b. Danau vulkanik

  c. Danau tektovulkanik

  d. Danau bendungan

  e. Danau karst / kapur / dolina

  f. Danau Tapal kuda/kalimati/oxbow

  g. Danau glasial h. Danau buatan.

  Menurut terjadinya, danau dapat dibagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut:

  a. Danau Tektonik Danau tektonik terjadi karena gerak dislokasi(perpindahan lokasi) di permukaan bumi yang menimbulkan bentuk-bentuk patahan, slenk, dan lain-lain. Slenk yang diapit oleh horst, disekitarnya dapat membentuk danau kalau mendapat air dalam jumlah yang cukup (air hujan, sungai dan mata air). Contoh danau tektonik adalah Danau Nyasa dan Danau Tanganyika di Afrika Timur, serta Great Basin di Amerika Serikat.

  b. Danau lembah gletser Setelah zaman es berakhir, daerah-daerah yang dulunya dilalui gletser menjadi kering dan diisi oleh air. Kalau lembah yang telah terisi air itu tak berhubungan dengan laut, maka lembah itu menjadi danau.

  c. Danau vulkanis Danau ini terbentuk akibat adanya aktivitas vulkanis. Pada bekas suatu letusan gunung api timbul suatu cekungan yang disebut depresi vulkanis. Jika dasar cekungan tersebut kemudian tertutup oleh material vulkan yang tak tembus air, hujan yang jatuh akan tertaung dan membentuk danau vulkanis. Bentuk dan luas danau vulkanis yang terjadi tergantung pada macam proses vulkanis yang membentuknya.

  d. Danau dolina Danau Dolina atau Dolin merupakan danau yang terdapat didaerah karst dan umumnya berupa danau kecil yang bersifat temporer. Bila di dasar dan tebing dolina terdapat bahan geluh lempung yang merupakan bahan yang tak tembus air, maka air hujan yang jatuh tertampung di dolina tak dapat terus menerus masuk ke tanah kapur, sehingga terjadilah danau dolina.

  e. Danau terbendung Bahan-bahan lepas maupun terikat, misalnya reruntuhan gunung, moraine ujung dari gletser, aliran lava yang membendung lembah sungai, sehingga aliran airnya akan tertahan dan akhirnya membentuk danau. Disini termasuk pula danau hasil bendungan manusia yang disebut waduk atau dam.

  f. Danau karena erosi sungai Contoh : danau tapal kuda (oxbow lake) Suatu danau dapat hilang disebabkan oleh bermacam-macam faktor yang memainkan peranannya secara terpisah maupun gabungan. Faktor-faktor itu ialah: 1) Pembentukan delta-delta dan pelumpuran di danau 2) Gerakan tektonik berupa pengangkatan dasar danau 3) Pengendapat jasad tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang yang mati akan mempercepat proses pendangkalan dasar danau 4) Penguapan yang kuat, terutama di daerah arid. 5) Sungai-sungai yang meninggalkan danau menimbulkan erosi dasar pada bibir danau, sehingga tempat itu makin rendah dan akibatnya air danau keluar lebih banyak.

  Akibatnya danau dapat menjadi kering dan kehabisan air.

  3. Rawa Rawa adalah daerah disekitar sungai dan muara sungai yang cukup besar yang merupakan tanah lumpur dengan kadar air relatif tinggi.

  Rawa merupakan genangan air di daratan sebagai akibat letaknya yang lebih rendah dari daerah sekitarnya. Hal ini menyebabkan airnya tidak dapat mengalir ke luar dan akan terakumulasi di tempat tersebut dan tanah di dasar rawa akan jenuh air. Berdasarkan pergantian air, rawa dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) Rawa yang tidak mengalami pergantian air (air tidak mengalir). Air rawa seperti ini biasanya asam, warna air agak kemerahan, dan kurang cocok untuk perikanan.

  2) Rawa yang mengalami pergantian air. Air rawa ini mengalami pergantian karena adanya pasang surut. Artinya air tidak begitu asam. Baik untuk pertanian dan perikanan. Rawa dilihat dari genangan airnya, dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:

  a. Rawa yang airnya selau tergenang Tanah-tanah di daerah rawa yang selalu tergenang airnya tidak dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian karena lahannya tertutup tanah gambut yang tebal.

  b. Rawa yang airnya tidak selalu tergenang Rawa jenis ini menampung air tawar yang berasal dari limpahan air sungai pada saat air laut pasang dan airnya relatif mengering pada saat air laut surut. Akibat adanya pergantian air tawar di daerah rawa, maka keasaman tanah tidak terlalu tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai areal sawah pasang surut.

  Rawa dimanfaatkan sebagai :

  a. Rawa yang terdapat pergantian air tawar dapat untuk areal sawah

  b. Rawa yang airnya tidak terlalu asam dapat untuk daerah perikanan

  c. Sebagai sumber pembangkit listrik d. Sebagai objek wisata.

  AIR TANAH Air tanah merupakan air yang terdapat pada ruang antar butir batuan atau celah-celah batuan. Letak air tanah dapat mencapai beberapa puluh bahkan beberapa ratusan meter di bawah permukaan bumi. Lapisan batuan ada yang lolos air (permeable) dan ada yang tidak lolos/kedap air (impermeable)

  A. Macam-macam air tanah Menurut letaknya, air tanah dapat dibedakan atas : 1) Air tanah dangkal (air tanah preatik)

  Yaitu air tanah yang terdapat di atas lapisan kedap air yang paling dekat dengan permukaan bumi 2) Air tanah dalam

  Yaitu air tanah yang terdapat pada lapisan lolos air, terletak diantara dua lapisan batuan kedap air Menurut asal airnya, air tanah dapat dibedakan atas: 1) Air tanah yang berasal dari atmosfer (air meteorik)

  Yaitu air tanah yang berasal dari serapan presipitasi baik dari hujan maupun salju 2) Air tanah yang berasal dari bumi

  Misalnya:  Air tanah tubir ( air tanah yang tersimpan di batuan sedimen)  Air tanah juvenil (air tanah yang berasal dari air yang naik dari magma bila gas- gasnya dibebaskan melalui mata air)

  B. Potensi air tanah Di daerah endapan, air tanah pada umumnya berupa air payau, kecuali di daerah bentukan endapan sungai, seperti delta, tanggul sungai dan tanggul pantai, airnya bewasa tawar.

  Air tanah bergerak secara lamban baik vertikal maupun horizontal, air tanah bergerak rata- rata 2 meter per hari. Pada lapisan batuan padas akan bergerak lebih lambat sekitar 15 meter per tahun. Di daerah pantai, sering diketemukan kantong-kantong air tawar diantara serapan air asin. Kantong air tawar ini ada karena air hujan yang jatuh di atas wilayah ini mengalami perembesan ke arah bawah (infiltrasi dan perkolasi) dan akhirnya terakumulasi di bawah permukaan bumi, dan ini menyerupai kantong air yang sangat besar.

  C. Wilayah air tanah Secara vertikal di dalam bumi terdapat berbagai wilayah air tanah, yaitu : 1) Wilayah yang masih dipengaruhi oleh udara luar.

  Pada bagian ini, terdapat lapisan tanah yang mengandung air, yang dimanfaatkan oleh tanaman. Bila lapisan ini telah jenuh, maka kondisi ini akan disebut sebagai tanah jenuh air (field capacity). Karena adanya gaya berat, maka zona ini akan bergerak turun. 2) Wilayah jenuh air

  Wilayah jenuh air mengacu pada kedalaman air tanah, yang dapat diamati dari beberapa sumur. Kedalaman wilayah jenuh air sangat ditentukan oleh kondisi topografi dan jenis batuan. 3) Wilayah kapiler air

  Wilayah kapiler air merupakan peralihan antara wilayah terpengaruh udara dengan wilayah jenuh air. Air tanahnya diperoleh dari proses kapilarisasi (perambatan ke arah atas). 4) Wilayah air dalam

  Wilayah air dalam terdapat di dalam batuan, dan biasanya terletak diantara dua lapisan kedap air. Sungai dan air tanah mempunyai hubungan yang sangat erat. Misalnya, sebagian besar air sungai berasal dari air tanah. Dan sebaliknya, ada air tanah yang berasal dari rembesan air sungai.

  D. Mata Air Air tanah, seperti sifat air lainnya, selalu bergerak menuju tempat yang lebih rendah, dan pada titik atau celah tertentu dapat muncul di permukaan bumi sebagai mata air.

  DAERAH ALIRAN SUNGAI(DAS) DAS adalah suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama. Pola Aliran dan Daerah Aliran Sungai :

  1. Pola radial Yaitu sungai-sungai yang mengalir dengan memiliki pola menjauhi atau keluar dari sebuah dome (pengunungan kubah) ataupun cekungan.

  2. Pola aliran dendritik Pola aliran sungai berbentuk seperti akar pohon dengan cabang-cabangnya

  3. Pola aliran trelis Pola aliran sungai yang merupakan kombinasi dari sungai konsekuen, resekuen, dan obsekuen, dimana sungai mengalir sepanjang lembah dari suatu bentukan antiklin dan sinklin yang paralel.

  4. Pola aliran anular Pola aliran sungai yang membentuk lingkaran dan melewati batuan induk, karena daerahnya telah mencapai stadium dewasa

  5. Pola aliran pinate Pola aliran sungai yang anak-anak sungainya membentuk sudut-sudut lancip dengan sungai induknya

  6. Pola aliran rektanguler Pola aliran sungai yang aliran-alirannya melalui daerah patahan sejati, mapun joint.

  7. Pola aliran angulat

  o Pola aliran yang tidak membentuk sudut siku-siku tetapi lebih kecil atau lebih besar dari 90 .

  8. Pola aliran paralel Pola aliran yang terdapat pada suatu daerah yang luas dan miring sekali, sehingga gradien dari sungai itu besar dan sungainya dapat mengambil jalan ke tempat yang terendah dengan arah yang kurang lebih lurus.