BAHAN DAN METODE Pemilihan Lokasi Penelitian

  Jurnal Riset Akuakult ur, 13 (2), 2018, 179-189

Tersedia online di: ht t p://ej ournal-balit bang.kkp.go.id/index.php/j ra

  

DAYA DUKUNG EKOLOGI UNTUK BUDIDAYA IKAN KAKAP

DALAM KERAM BA JARING APUNG, STUDI KASUS DI PERAIRAN BIAK-NUM FOR

#

Ariani Andayani , Wartono Hadie, dan Ketut Sugama

  

Pusat Riset Perikanan

Gedung BRSDMKP II, Jl. Pasir Putih II, Ancol Tmur, Jakarta Utara 14430

(Naskah dit erima: 17 Januar i 2018; Revisi final: 28 M ei 2018; Diset ujui publikasi: 28 M ei 2018)

  ABSTRAK

Kabupaten Biak-Numfor merupakan salah satu lokasi yang ditetapkan sebagai Sentra Kelautan dan Perikanan

Te rpadu (SKPT), yang memiliki pot ensi untuk pengembangan budidaya laut, sehingga perlu dilakukan

kajian kesesuaian lokasi dan daya dukung lingkungannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kesesuaian

perairan dan estimasi daya dukung lingkungan (ekologi) untuk pengembangan budidaya ikan kakap ( Lat es

  ). Kajian ini dilakukan di dua lokasi yaitu Pulau Nusi dan Teluk Urfu. Pengumpulan data primer calcarifer

dilakukan melalui survai lapangan dan pengumpulan data sekunder me lalui Dinas terkait . Dat a survai

lapangan yang dikumpulkan meliputi: arus, kedalaman, pH, suhu, salinitas, dissoloved oxygen (DO), amonia,

nitrit, nitrat, fosfat, (TSS), dan kecerahan. Data sekunder yang dikumpulkan antara lain:

t ot al suspended solid

  

Peta RBI dan data spasial dari Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil RZWP3K Kabupaten

Biak-Numfor 2015. Analisis kesesuaian perairan dilakukan dengan perangkat lunak (QGIS).

  Quant um GIS

Analisis spasial berbasis raster. Hasil analisis kesesuaian perairan untuk budidaya ikan kakap dalam keramba

jaring apung (KJA), di sekitar Pulau Nusi memiliki potensi yang sesuai seluas 324,11 ha dari total area seluas

2.643 ha, sedangkan di Teluk Urfu area yang sesuai seluas 0,247 ha dari total area 33 ha. Hasil perhitungan

daya dukung ekologi, Teluk Urfu tidak direkomendasikan adanya kegiatan budidaya ikan, kenyataannya

saat ini telah terpasang 12 lubang KJA. Sedangkan di Pulau Nusi potensi pengembangan budidaya laut

khususnya ikan kakap cukup luas. Daya dukung ekologinya adalah 158 lubang KJA (3 m x 3 m x 3 m) dengan

terget panen per lubang adalah 175 kg.

  KATA KUNCI: analisis spasial; daya dukung ekologi; pemilihan lokasi; QGIS

ABSTRACT: Ecological carrying capacity of seabass culture in cage, a case study in water of Biak-Numfor. By:

Ariani Andayani, Wartono Hadie, and Ketut Sugama

Biak-Numfor Regency has been designat ed as one of t he locat ions of Int egrat ed M arine and Fisheries Cent er (SKPT).

The region has t he pot ent ial t o be developed as maricult ure area. Thus, it is necessary t o det ermine t he sit e suit abilit y

and calculat e t he environment al carrying capacity of t he area for mariculture development. This st udy aimed to assess

t he sit e suit abilit y and est imat e t he environment al carrying capacit y (ecology) of t he region wat ers for Asian seabass/

barramundi (Lates calcarifer) maricult ure. The st udy was carried out in t wo locat ions: Nusi Island and Urfu Bay.

Primary dat a were collect ed from a field survey and secondary dat a was gat hered from t he local fisheries ext ension

office in Biak Dist rict . On-t he-field measured paramet ers included: wat er current , dept h, pH, t emperat ure, salinit y,

dissolved oxygen, ammonia, nit rit e, nit rat e, phosphat e, t ot al suspended solids, and t ransparency. Secondar y dat a

collect ed from t he local agency were: t opographical maps of t he region and vect or-based spat ial dat a from RZWP3K

Biak-Numfor Regency. Sit e suit ability analysis was done with QGIS. Spat ial analysis was based on GIS raster environment.

This st udy found t hat the suitable sit e for Asian seabass/barramundi floating net cages mariculture (FNC) was estimated

around 324.11 ha and 0.247 ha for Nusi Island and Urfu Bay, respect ively. Based on est imat es of environment al

carrying capacit y (ecology), Urfu Bay is not recommended for fish cult ure despit e t he st udy had found one float ing fish

farm wit h 12 net cages operat ing in t he area. In cont rast , wat ers of Nusi Island Based has significant ly higher

ecological carrying capacit y which is est imat ed able to hold 158 float ing net cages ( 3m x 3m x 3m) with the maximum

holding densit y of 175 kg per cage. # # KEYW ORDS: spatial analysis; ecological carrying capacity; site selection; QGIS

  Koresp onde nsi: Pusat Rise t Perikanan. Ge d ung BRSDMKP II, Jl. Pasir Put ih II, Anco l Tm ur, Jakart a Ut ara 14430 Te l. + 62 21 647 00928 ar i ani andayani @ gmai l .com E-m ail:

  Daya dukung ekologi untuk budidaya ikan kakap dalam keramba jaring apung ..... (Ariani Andayani) PENDAHULUAN

  Dalam Peraturan Menteri KP NOMOR 48/PERMEN- KP/2015 diamanat kan ba hwa salah sat u pro gram Ke me nt e rian Ke lautan dan Pe rikanan (KKP) unt uk mewujudkan Visi dan Misi KKP yaitu: Ke daulat an, Ke b e r la n ju t a n , d a n Ke s e ja h t e r a a n . Da la m m e n gim p le m e n t a s ika n pro gra m t e rs e b u t , m a ka dilakukan pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) berbasis pulau-pulau kecil terdepan dan/atau kawasan perbatasan secara terintegrasi dan menyeluruh. Program tersebut pene kanannya pada pembangunan sarana dan prasarana penunjang, serta sistem pengelolaan sumber daya perikanan, yang tidak h a n ya b e r t u m p u p a d a p e n g u a t a n s e k t o r h ilir (pengolahan). Pada sektor hulu adalah penyediaan bahan baku industri perikanan. Program SKPT ini mengarah p a d a o p t im a lis a s i u s a h a p e n a n gk a p a n ika n , pe mbudidayaan ikan, usaha t ambak garam, se rt a pengolahan dan pemasaran hasil perikanan. Dengan demikian pelaku utama dan pelaku usaha kelautan dan perikanan akan mendapatkan keuntungan ekonomi (margin ekonomi) yang tinggi. Pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan pelaku utama dan pelaku usaha kelautan dan perikanan khususnya di pulau-pulau kecil dan/atau kawasan perbatasan yang merupakan bagian dari SKPT yang dicanangkan o le h Me nt e ri Kelautan dan Perikanan.

  Ke m e n t e r ia n Ke la u t a n d a n Pe r ika n a n t e la h menetapkan 20 lokasi Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (PSKPT) di pulau-pulau kecil dan kawasan pe rbat asan, yang dite tapkan me lalui Ke putusan Me nt e ri (Ke pme n) No . 51 Tahun 2016 t e n t an g Pe ne t ap a n Lo ka si Pe m ba n gu n an Se n t ra Kelautan dan Perikanan Terpadu di Pulau-Pulau Kecil dan Kawasan Pe rbat asan. Kabupat e n Biak-Numfor, Provinsi Papua adalah salah satu lokasi yang ditetapkan sebagai PSKPT. Posisi geografis Biak cukup strategis dikembangkan dengan jalur penerbangan ke Hawai dan Palau, serta ke Jepang.

  Dalam Pe rme n KP t e rse but dise but ka n bahwa pembudidayaan ikan merupakan salah satu target pro - gram yan g a ka n dike mb a n gka n . Pe n ge m b a nga n budidaya ikan menurut FAO (2010), telah beralih dari pendekatan konvensional ke pendekatan ekosistem ( ecosyst em approach t o aquacult ure/ EAA). EAA adalah sebuah pendekatan budidaya berbasis ekosistem yang merupakan strategi terintegrasi antara kegiatan dalam ekosistem yang lebih luas seperti mengede pankan pembangunan berkelanjutan, ekuitas, dan ketahanan ( r esilient ) yang saling t erkait dalam sist e m so sial- ekologi. Ada tiga sasaran utama dalam EAA yaitu: 1) memastikan kesejahteraan manusia; 2) memastikan kelestarian ekologi; dan 3) memfasilitasi pencapaian ke duanya. Hasil ut ama yang diharapkan adalah: 1) Sektor budidaya yang benar-benar berkelanjutan dalam dimensi ekologi, ekonomi dan sosial dan; 2) Perubahan masyarakat pada tingkat pola pikir, sikap dan tindakan dalam usaha budidaya.

  Tiga prinsip utama sebagai panduan dalam EAA menurut FAO (2010) adalah: 1) Pengembangan dan p e n ge lo la a n b u d id a ya h a ru s m e m p e rh it u n gka n jangkauan jasa dan fungsi ekosistem dan seharusnya tidak mengancam kelestarian; 2) Kegiatan budidaya harus meningkatkan kesejahteraan pembudidaya dan keadilan bagi seluruh pemangku kepentingan; dan 3) Kegiatan budidaya harus dikembangkan dalam konteks kebijakan dan sasaran sektor-sektor lainnya. Prinsip yang ketiga merupakan pengembangan multisektoral a t a u s is t e m pe re n ca n aa n d an pe nge lo laa n yan g t erinte grasi.

  Penelitian ini belum mencakup secara keseluruhan apa yang dimaksud dalam EAA, namun merupakan salah satu hal penting sebelum dilaksanakannya kegiatan budidaya, yaitu pemilihan lokasi budidaya yang sesuai dengan memperhitungkan fungsi ekosistem. Hal ini untuk menunjang salah satu sasaran dalam EAA yaitu memastikan kelestarian ekologi. Pemilihan lokasi yang b a ik d a n p e rh it u n ga n d a ya d u ku n g lin gku n ga n d im aksu d ka n un t u k m e n du kun g pe nge mb an ga n marikultur yang berkelanjutan.

  Tu ju a n d a r i p e n e lit ia n in i a d a la h m e n g ka ji kelayakan lokasi untuk budidaya ikan kakap ( Lat es

  calcarifer ) dan estimasi daya dukung ekologi di Pulau Nusi dan Teluk Urfu, Kabupaten Biak-Numfor.

  BAHAN DAN M ETODE Pemilihan Lokasi Penelitian

  Pemilihan lokasi didasarkan pada dokumen yang t e lah ada se b e lum nya dan dis kusi de ngan Din as Ke la ut a n d an Pe rikan an Ka bup at e n Biak-Num fo r. Dokumen yang te rsedia sebe lumnya yait u Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP3K) tahun 2015 yang telah disusun oleh Pemda Kabupaten Biak Numfor, serta dengan memperhatikan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No m o r 6 2 /k e p m e n -k p /2 0 1 4 t e n t a n g r e n ca n a p e n ge lo la a n d a n z o n a s i t a m a n wis a t a p e ra ira n Kepulauan Padaido dan laut di sekitarnya di Provinsi Papua tahun 2014-2034.

  Penelitian ini dilakukan di dua lokasi yaitu di Teluk Urfu, Kecamatan Yendidori dan di sekitar Pulau Nusi, Kecamatan Padaido, Kabupaten Biak-Numfor, Papua (Gambar 1).

  Jurnal Riset Akuakult ur, 13 (2), 2018, 179-189 Pem ilihan Komoditas

  sam p l i n g . Ke c e ra h a n p e ra ir a n d iu k u r d e n g a n

  Figure 1. St udy area and dist ribut ion of sampling point s.

  pa d a kedalaman tiga meter . Khusus sampel untuk pengujian TSS, d ia m b il s a t u lit e r a ir la u t la lu d is a rin g menggunakan vacuum pump de ngan kert as saring berukuran pori 0,45 ìm. Kertas saring ini kemudian dilipat dan disimpan pada suhu dingin. Pengujian untuk parameter lainnya adalah dengan mengambil sampel air laut dengan volume satu liter kemudian disimpan pada wadah botol PE dan diberi pengawet (H2SO4) hingga pH < 2. Be be rapa da t a pe n dukung ya ng dikumpulkan yaitu Peta Rupa Bumi Indo nesia (RBI) ke luaran Badan Info rma si Ge o s pasial (BIG) ska la 1:50.000 dan data arus musim barat dan musim timur, Gambar 1 . Lokasi penelitian dan sebaran titik pengambilan sampel.

  Van Dor n w at er sam pl er

  (TSS), nitrat, nitrit, fosfat, total P, dan amonia. Pengambilan sampel air untuk pe ngujian TSS, nit ra t , nit rit , fo s fa t , da n am o n ia m e n ggu na ka n a la t

  t ot al suspended solid

  Beberapa parameter yang dianalisis di laboratorium adalah

  mult iparamet er sonde .

  menurunkan sacchi disk dengan tali yang telah diberi skala dalam satuan meter. Kemudian untuk parameter pH, suhu, salinitas, dan DO diukur menggunakan YSI

  Dat a p arame t e r ku alit as pe rairan yang diukur s e ca r a la n gs u n g a d a la h ke d a la m a n (b a t im e t ri), ke ce p a t a n a ru s , ke ce ra h a n p e ra ira n , p H, s u h u , salinitas, dan oksigen terlarut (DO). Dalam penelitian ini, alat yang digunakan untuk mengukur batimetri adalah Garmin Mapsounder 585, yang dipasang pada sisi luar lambung kapal dengan kecepatan kapal pada s a a t s u r ve i ± 4 k n o t . Ke c e p a t a n a ru s d iu ku r menggunakan cur rent met er yang dicelupkan pada kedalaman 1-2 m selama ± 5 menit pada setiap titik

  Komoditas yang dipilih dalam penelitian ini adalah ik a n k a k a p p u t ih . Dir je n Pe rik a n a n Bu d id a ya mengatakan bahwa pangsa pasar ekspor ikan kakap putih lebih luas daripada ikan kerapu (Simorangkir, 2 0 1 7 ). Te k n o lo gi b u d id a ya ika n ka ka p t e la h be rkembang de ngan baik. Be nih ikan kakap unt uk budidaya telah diproduksi di Bali, Batam, Jawa Timur (Priyono et al ., 2013) dan di Lampung (Akmal, 2011). Ika n ka k a p la ya k d ib u d id a ya , s e la in m e m ilik i karakt e rist ik yang disukai ko nsume n ant ara lain: lembut dengan rasa ringan dan dalam bentuk tanpa tulang (

  Pe n gu m p u la n d a t a d ila ku ka n m e la lu i s u r va i lapangan pada Agustus 2016 dan akhir Oktober 2016 untuk Teluk Urfu, sedangkan untuk Pulau Nusi hanya dilaksanakan pada Agustus 2016. Data kualitas perairan diukur secara langsung dan diambil sampel unt uk dianalisis di laboratorium (Proling IPB Bogor).

  Pengum pulan Data

  putih dalah 350 gram sampai dengan 3 kg dalam waktu enam bulan hingga dua tahun.

  et al ., 2007). Menurut FAO, ukuran siap panen kakap

  hingga salinitas tinggi atau air laut. Juvenilnya terlihat lebih cepat tumbuh pada salinitas yang rendah (Schipp

  euryha- line atau dapat tumbuh pada salinitas 0 atau air tawar

  ), ikan tumbuh cepat dan bersifat

  fillet

  Keterangan ( Remark ): Titik pengambilan sampel ( Sampling point s )

  Daya dukung ekologi untuk budidaya ikan kakap dalam keramba jaring apung ..... (Ariani Andayani)

  t ot al accept - able product ion / TAP ) merupakan jumlah ikan yang dapat

  D = laju p engence ran (hari)/ di llut ion rat e (day)

  Vh = vo lume pada saat p asang (L) Vi = volume pad a saat surut (L) T = period e pasang dalam sat u hari

  Perhitungan volume perairan pada saat surut (V h ) dan volume pada saat pasang (V i ) dihit ung dengan perangkat lunak QGIS dengan

   t ool r.volume

  (

  GRASS ).

  Titik kedalaman pada saat surut dan pasang disiapkan dalam bentuk hasil interpolasi raster dan dipotong pada area yang sesuai untuk budidaya ikan kakap.

  Kapasitas produksi yang dibolehkan (

  diproduksi tanpa melebihi ambang batas. Nilai TAP d ie st im as i me nggun akan rum us se ba ga i be riku t (Soewardi, 2012):

  merupakan waktu yang diperlukan u n t u k lim b a h t in g ga l d i s u a t u p e ra ira n h in gga berpindah sehingga perairan me njadi bersih (No or, 2009; Rachmansyah, 2004). Estimasi flusing t ime (F) menurut Gowen et al . (1989) vide Barg (1992) adalah sebagai berikut (Sanusi, 2005; Noor, 2009):

  di mana: TAP = t ot al accept able product ion/ kapasitas produksi yang dibolehkan (kg)

  N ika n = lim bah nitrogen pro duksi ikan (kg/to n)

  Da lam pe ne lit ian ini p e rh it u nga n jumlah limbah nitrogen (N ikan ) yang dihasilkan dari produksi ikan merujuk pada Islam (2005). Dengan perhitungan

  bm

  N - N ÄN  D x Vi x ÄN TAL 

  Vh x T Vi) - (Vh

  D dan 1/D F  

  ikan

  di mana: F = laju p embilasan (hari)/ fl ushing t ime (day)

  Flushing t ime

  serta zona inti konservasi di Padaido dari dokumen data Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) tahun 2015 Kabupaten Biak-Numfor yang diperoleh dari DJPRL-KKP.

  1 dan tidak sesuai dengan nilai digit al number

  Analisis Spasial

  Ko ndisi kualit as pe rairan disajikan dalam dat a tabuler, yang masing-masing titik pengamatan memiliki ko o rd in a t ge o gra fis . Da t a ku a lit a s p e ra ira n in i kemudian dinilai berdasarkan kriteria kesesuaian untuk budidaya ikan kakap dalam keramba. Parameter kualitas perairan yang memiliki nilai maksimum dan minimum yang masuk dalam julat angka sesuai kriteria untuk budidaya ikan kakap, tidak dianalisis lebih lanjut secara sp asia l, se hingga ha nya parame t e r yang nilain ya bervariasi yang diolah secara spasial.

  Analisis spasial dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Quant um GIS (QGIS 2.18.15). Data kualitas perairan yang berupa titik diinterpolasi dengan metode

  inver se dist ance weight ed (IDW). Hasil int erpolasinya

  b e ru p a d a t a r a s t e r ya n g ke m u d ia n d ike la s k a n b e r d a s a r k a n k rit e ria s e s u a i d a n t id a k s e s u a i menggunakan menu

  rast er calculat o

  r. Kriteria sesuai ditunjukkan o leh

  digit al number

  0. Parameter-parame ter ya n g d iin t e r p o la s i d a n d ik e la s k a n , ke m u d ia n d it u m p a n gs u s u n k a n d e n ga n o p e ra s i p e r ka lia n me nggunakan r ast er calculat or . Hasil dari se luruh p e rka lia n t e rse b ut m e ru p aka n h a sil akh ir ke la s kese suaian perairan. Khusus unt uk dat a zona int i konservasi yang dalam bentuk vektor, terlebih dahulu d ig a b u n g ka n ( u n i on ) d e n g a n p o t o n g a n lo ka s i penelitian, kemudian dikonversi ke data raster. Data raster ke sesuaian ini kemudian diko nversi menjadi data vektor untuk dihitung luasannya dan dibuat tata letak (

  di mana: Vi = volume perairan saat surut (L) D = laju p enge nce ran (hari) / dilut ion rat e (day)

  layout ) peta.

  Analisis Daya Dukung Ekologi

  Perhitungan daya dukung ekologi perairan untuk kegiatan budidaya ikan mengacu pada estimasi jumlah limbah nitrogen (N) yang dibuang ke lingkungan tidak boleh melebihi ambang batas yang telah ditentukan menurut KepMen LH No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. Baku mutu amonia untuk kehidupan biota laut adalah 0,3 mg/L. Selisih antara nilai baku mutu dan nilai awal sebelum ada budidaya (Yulianto, 2015):

  di mana: N b m = nilai nut rie n baku mut u/amonia (mg/L) N = nilai awal nutrie n/am onia (mg/L)

  Menurut Leung et al . (1999), nilai amonia adalah 53% dari total nitrogen (N) yang dihasilkan, sehingga untuk menghitung ÄN nitrogen adalah nilai ÄN amonia dibagi 53% (Yulianto, 2015).

  Nilai ÄN nitroge n ini adalah untuk menghitung jumlah limbah yang diperbolehkan atau tidak melebihi ambang batas, dimodifikasi dari Gowen et al . (1989)

  yang dikut ip

  Barg (1992):

  N TAL TAP 

  Jurnal Riset Akuakult ur, 13 (2), 2018, 179-189

  Daya Dukung Ekologi

  et al

  . (2006), daya dukung diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu daya du kung fis ik, p ro du ksi, e ko lo gi dan so sial. McKindsey

  et al

  McKindsey

  et al . yang dikut ip

  Me n u r u t UU No . 3 2 Ta h u n 2 0 0 9 m e n ge n a i Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, daya dukung lingkungan adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung kehidupan manusia, makhluk hidup lain dan keseimbangan antar keduanya. Menurut Inglis

  Perhitungan daya dukung budidaya ikan dalam KJA yang dilakukan berdasarkan input pakan dan pupuk dengan mempertimbangkan konsent rasi nut rien di a wa l s e b e lu m b u d id a ya . Da la m p e n e lit ia n in i, ka ndu nga n nu t rie n did asa rka n p ada ko n se n t ra si amo nia dalam perairan. Pe rhit ungan daya dukung lingkungan dipe rlukan be be rapa parame te r input seperti yang disajikan dalam Tabel 2.

  Pe rairan se kit ar Pulau Nusi di Dist rik Padaido tepatnya terletak antara 3 pulau berpenghuni yaitu Pu la u Nu s i, Pu la u Pa i, d a n Pu la u Mio s w u n d i, merupakan lokasi yang cukup luas dengan total area kajian pada wilayah ini yaitu sekitar 2.643 ha. Hasil analisis spasial diperoleh luas area yang sesuai untuk KJA yaitu 324,11 ha atau sekitar 12,26% dari luas total area kajian. Peta kesesuaian perairan untuk budidaya ikan kakap di Teluk Urfu dan di sekit ar Pulau Nusi disajikan dalam Gambar 2.

  sebagai berikut: pakan yang tidak dimakan adalah 20%; N dalam pakan adalah 6,5%; P (fosfat) dalam pakan adalah 1,4%; N dalam ikan 3%; dan P dalam ikan 1%. N dan P yang dihasilkan oleh ekresi dan feses dihitung dari N dan P dalam pakan yang dikonsumsi ikan dikurangi N dan P yang terkandung dalam ikan yang dipanen.

  Pe raira n Te lu k Urfu me ne mp at i wilayah yan g sempit yaitu hanya sekitar 33 ha, tipologi perairan yang re latif t ert ut up, de ngan ke cepat an arus yang lemah. Menurut Cardia & Lovatelli (2015), kecepatan arus 0-30 cm/dt adalah tergolong lemah. Pada lokasi ini diperoleh area yang sesuai untuk kegiatan budidaya ikan kakap menggunakan KJA hanya 0,247 ha; luasan ini sangat kecil yaitu hanya sekitar 0,7% dari luasan Teluk Urfu. Pada saat survai lapangan di Teluk Urfu te rdapat ke giatan budidaya ikan menggunakan 12 lubang KJA di dua titik. Sementara itu, hasil analisis spasial ditemukan bahwa lokasi budidaya e ksisting tidak masuk dalam wilayah yang sesuai. Berdasarkan wawancara de ngan DKP Biak-Numfor, ikan ke rapu macan yang ditebar pada kedua KJA tersebut tidak menunjukkan pe rtumbuhan yang baik, diduga ikan ke ra p u m a ca n ku r a n g co c o k d ib u d id a ya ka n d i lingkungan perairan Teluk Urfu karena kondisi arus yang sangat lemah.

  Kesesuaian Perairan untuk Budidaya Ikan Kakap

  Parameter-parameter tersebut diasumsikan sama baik pada musim kemarau maupun musim hujan, karena di Pulau Nusi kondisinya lebih jauh dari input bahan pe n ce mar. Parame t e r yan g dipe rhit ungkan un t uk analisis spasial adalah parameter kedalaman, arus, dan zona inti konservasi yang diperoleh dari data RZWP3K. Pa ra m e t e r ya n g re la t if b e ru b a h s e irin g d e n ga n perubahan musim adalah arus, sehingga dalam analisis spasial ditambahkan arus hasil pengkuran musim barat dan musim timur dari data RZWP3K.

  Pada Pulau Nusi hanya diukur satu kali pada Agustus 2016. Sebagian besar parameter masuk dalam batas ambang krite ria yang sesuai unt uk budidaya ikan kakap, parameter tersebut adalah pH, suhu, salinitas, DO, amonia, nitrit, nitrat, fosfat, TSS, dan kecerahan.

  Hasil pengukuran dan analisis laboratorium di Teluk Urfu dan di sekitar Pulau Nusi disandingkan dengan kriteria kesesuaian perairan untuk budidaya ikan kakap disajikan dalam Tabel 1.

  Pe ngukura n d i Te luk Urfu p ada Agu st u s ya ng mewakili musim kemarau dan pada Okt ober yang mewakili musim hujan, menunjukkan hasil parameter yang diukur sebagian besar masih masuk dalam batas ambang krite ria yang sesuai unt uk budidaya ikan kakap. Parame te r dengan krit eria se suai t e rsebut adalah pH, suhu, salinitas, DO, amonia, nitrit, nitrat, fo sfat , dan TSS. Hal ini kemungkinan dikarenakan kondisi Teluk Urfu yang perairannya masih alami, di mana masukan cemaran relatif sedikit. Parameter yang t e rlihat me miliki nilai be rvariasi, se bagian masuk ambang kriteria sesuai dan sebagian lainnya masuk krit e ria t idak se suai adalah ke dalaman, arus, dan kecerahan, sehingga ketiga parameter tersebut yang kemudian dianalisis secara spasial. Parameter arus dan kecerahan juga terlihat berubah saat diukur pada musim kemarau dan musim hujan.

  HASIL DAN BAHASAN Karakt eristik Perairan

  Pakan yang digunakan dalam perhitungan ini dengan kandungan protein 43% dan nilai konversi pakan (FCR) sebesar 1:2. KJA ukuran 3 m x 3 m x 3 m satu siklus menghasilkan 350 ekor ikan dengan bobot rata-rata 500 g atau sekitar 175 kg ikan (Trobos, 2016); sehingga untuk menghasilkan 175 kg ikan membutuhkan 350 kg pakan. Limbah fosfat dalam penelitian ini tidak dimasukan dalam perhitungan daya dukung ekologi, h a n ya n ila i n it r o ge n ya n g d im a s u k a n d a la m perhitungan.

  . (2006) menjelaskan bahwa konsep daya dukung fisik menggambarkan daerah yang secara

  • IS S N
  • 6

  2

  Mayunar, 1999; Effendi, 2003 dalam Kangkan, 2006; DKP, 2002 dalam Kangkan, 2006; Schipp et al ., 2007; FAO, 2015; Philipose et al ., 2012; WWF- Indonesia, 2015), serta hasil pengukuran kualitas perairan di Teluk Urfu pada Agustus 2016 dan Oktober 2016 serta di Pulau Nusi pada Agustus 2016

  ., 1991 dalam

  Tabel 1. Kriteria kelayakan kualitas untuk budidaya ikan kakap dalam keramba (Sumber: FAO, 1989; Ahmad et al

  ): *Mak: Maksim um, Min: Minim um, DO: Di sol ve oxygen

  Ke terangan (Not e

  ... . ( A ria n i A n d a y a n i)

  4 D a ya d u k u n g e k o lo g i u n tu k b u d id a ya ik a n k a k a p d a la m k er a m b a ja rin g a p u n g .

  3

  5

  2

  5

  4 ; e

  5

  7

  7

  9

  1

  8 , J u rn al R is e t A k u a k u ltu r, p

  1

  2

  o p yr ig h t @

  4 C

  8

  1

  Table 1. Crit eria of Seawat er Suit abilit y for Seabass Aquacult ure in cage (Sources: FAO, 1989; Ahmad et al. in M ayunar, 1999; Effendi, 2003 in Kangkan, 2006; DKP, 2002 in Kangkan, 2006; Schipp et. al., 2007; FAO, 2015; Philipose et al., 2012: WWF-Indonesia, 2015), and water qualit y measurement at Urfu Bay in August 2016 and Oct ober 2016 and in Nusi Island in August 2016

  • IS S N
  • 6

  Jurnal Riset Akuakult ur, 13 (2), 2018, 179-189

  mg/L 0.1 9

  2 ,4 70 3,24 1,10 0 Luas un it bu didaya (LU) /

   Area for cult ure

  m

  2

  9

  9 N awal (amo nia) /

   Init ial N (ammonia)

  0.12 N BM (amon ia) /

  m

   N qualit y st andard (ammonia)

  mg/L

  0.3

  0.3 mg/L 0.1 1 0.18 mg/L

  0.2

  0.34 T (p erio de p asang surut) / T (t ide period) Hari ( Day )

  0.5

  2

   Suit able area

  ge ografis tersedia dan se cara fisik memadai unt uk b ud id aya je nis t e rt e n t u . Da ya d u ku n g p ro d u ks i merupakan tingkat produksi optimal komoditas yang dibud idayakan . Daya du kung e ko lo gi me ru pakan tingkat maksimum produksi yang dimungkinkan tanpa memiliki dampak ekologi yang tidak dapat diterima. Menurut Dolmer & Frandsen; Hoagland

  Islam (2005) menyatakan bahwa sistem budidaya laut dalam KJA tidak menggunakan pupuk baik organik maupun non-organik dengan N Gambar 2. Peta kesesuaian perairan budidaya ikan kakap dalam KJA.

  et al.,

  Stead

  et al ., Gibb yang dikut ip McKindsey et al . (2006), daya

  dukung sosial mencakup tiga hal daya dukung tersebut d i a t a s , m e ru p a ka n t im b a l b a lik a n t a ra s e m u a pemangku ke pent ingan dalam me ncapai t unt utan antara kepentingan sosial ekonomi dan lingkungan.

  Daya dukung fisik dan produksi menganggap bahwa pe ngaruh kegiatan budidaya sangat ke cil te rhadap e ko sist e m (Kurn ia, 200 5). Ole h kare na it u, da ya dukung fisik dan pro duksi co co k unt uk ke giat an budidaya yang dilakukan tanpa penambahan pakan atau pupuk, seperti budidaya rumput laut ataupun budidaya pembesaran kerang hijau.

  Pemberian pakan pada kegiatan budidaya ikan dapat be rpe ngaruh t e rhadap ke naikan nut rie n pe rairan. Ke be radaan nut rie n me le bihi ambang bat as akan menyebabkan menurunnya kualitas perairan. Nutrien utama yang memegang peranan penting adalah nitro - ge n (N) dan fosfat (P). Me nurut Soe wardi (2012), nutrien yang menjadi faktor pembatas pada perairan laut biasanya adalah nitrogen (N). Ackefors & Enell (1990)

  yang dikut ip

  Figure 2. M ap of sit e suit abilit y for seabass cult ure in FNC.

  Luas kesesuaian (LK) /

  

Keterangan (

Remark

  ): Sesuai Tidak sesuai KJA eksisting

  Tabel 2. Parameter input untuk menghitung daya dukung lingkungan KJA

  Table 2. Input paramet ers for calculat ing environment al carrying capacit y of FNC Param et er

  Parameters Sat uan

  Unit Teluk Urfu

  Urfu Bay Pulau Nusi

  Nusi Island

  0.5 ΔN amonia ΔN nitrogen

  Daya dukung ekologi untuk budidaya ikan kakap dalam keramba jaring apung ..... (Ariani Andayani)

  Ha s il a n a lis is keberlanjutan tersebut masuk dalam kategori “kurang berkelanjutan”.

  Tabel 3. Rekomendasi daya dukung fisik (DDF) KJA

  Unit 27 36,012

  Unit 274 360,122 Rekomendasi (10% DDF) Reccomended (1 0% of FCC)

  Daya dukung fisik (DDF) Physycal carrying capacity (CCF)

  Pulau Nusi Nusi Island

  Teluk Urfu Ur fu Bay

  Sat uan Unit

  Param et er Par am eter s

  Hasil penelitian lainnya untuk penghitungan daya d uku n g d a ri p e n d u ga a n b e ba n lim b ah n it ro ge n (amonia), diperoleh luasan kurang dari 0,05% dari area yang diteliti (sesuai). Seperti penelitian yang dilakukan o leh Bramana (2015), pe nghit ungan daya dukung lingkungan untuk budidaya ikan kerapu dalam KJA di Pu la u Se m a k Da u n Ke p u la u a n Se rib u , h a s il

  or di n a si Ra p f i sh .

  dan P yang tinggi, akan tetapi menggunakan pakan yang tinggi N. Zat pembatas ini yang diperhitungkan dalam menentukan daya dukung lingkungan, walaupun ke be ra daa nnya se dikit n amun da pat me n ggan gu produktivitas pe rairan. Nitrogen dalam air t erbagi menjadi empat bent uk, yaitu nitrat, nitrit, amonia, dan nitro gen o rganik. Dalam pe ne lit ian ini hanya amonia yang akan dijadikan acuan dalam perhitungan daya dukung lingkungan (dalam hal ini daya dukung ekologi). Konsentrasi maksimum amonia ditentukan dengan mengacu kepada KepMen. LH No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut untuk kehidupan biota laut adalah 0,3 mg/L.

  . (2016) kemudian melanjutkan dengan menghitung nilai indeks keberlanjutan melalui pendekatan dengan metode M ult idimensional Scalling d e n g a n t e k n ik

  et al

  DKP (2 0 0 2) yang di kut i p Co co n et al . (20 1 6 ) me nya t akan bah wa daya d uku ng pe rairan unt uk pengembangan budidaya laut sistem KJA berdasarkan persentase kapasitas perairan yaitu seluas 20% dari total luas perairan yang sesuai. Namun penentuan 20% dari t otal luasan yang sesuai kemungkinan kurang cocok diterapkan untuk area studi yang dilaksanakan oleh Cocon et al . (2016) di kawasan perairan Teluk Ekas Kabupaten Lombok Timur. Cocon et al . (2016) me nghit ung dari 20% are a yang sesuai dihasilkan kapasitas unit KJA yang dapat ditampung, yaitu sekitar 16.222 unit. Cocon

  Dari estimasi perhitungan daya dukung ekologi ini, Pulau Nusi memiliki luasan area yang cukup besar untuk dikembangkan. Pengembangan budidaya ikan s e b a ikn ya m a m p u m e m p r o d u ks i ik a n m in im a l sejumlah 4 ton atau 8 ton per bulan. Hal ini berkaitan de ngan t o nnase kapal angkut ikan yang biasanya memuat 4 ton atau 8 ton ikan dalam sekali angkut.

  Daya dukung ekologi di Pulau Nusi untuk budidaya ikan dalam KJA adalah 158 unit atau 1.422 me te r persegi, jika per unit mampu produksi 175 kg atau 0,175 ton maka bisa menghasilkan produksi sekitar 27,65 ton per siklus. Kondisi saat ini belum terdapat KJA ya n g t e r p a s a n g d i lo k a s i in i, s e h in g g a pengembangannya masih sangat luas.

  KJA bentuk kotak 12 lubang, sehingga untuk Teluk urfu sebaiknya tidak dipasang lagi KJA mengingat daya dukung lingkungannya yang kurang memadai.

  Hasil perhitungan daya dukung fisik lebih besar daripada daya dukung e kologi. Jika mengacu pada perhitungan daya dukung ekologi untuk budidaya ikan dalam KJA, untuk Teluk Urfu tidak direkomendasikan adanya budidaya ikan. Hasil pe rhitungan kapasit as pro duksi yang dibo le hka n (TAP) adalah 12,75 kg sedangkan total nutrien yang dibuang ke lingkungan dalam satu kali siklus adalah 17,5 kg atau lebih besar dari nilai TAP. Saat ini di Teluk Urfu telah dipasang

  Hasil perhitungan jumlah N dan P yang dibuang ke lingkungan disajikan dalam Tabel 4. Kapasit as pro duksi yang dibolehkan (TAP) yang kemudian dikonversi menjadi jumlah unit lubang KJA yang diperbolehkan disajikan dalam Tabel 5.

  Luas unit Budidaya diasumsikan adalah KJA kotak 9 m perse gi atau KJA de ngan ukuran 3 m x 3 m. Perhitungan daya dukung fisik lebih sederhana, faktor yang harus dipertimbangkan adalah kegiatan lain di sekitar lokasi, direkomendasikan hanya 10% dari to - tal daya dukung fisik atau luas wilayah yang sesuai untuk KJA (Hidayah & Wardhani, 2015; Soewardi, 2012), seperti yang disajikan dalam Tabel 3.

  Periode pasang surut di Biak adalah dua kali dalam s e h a ri d e n ga n jara k p a sa n g t e rt inggi d a n s u ru t te re ndah adalah 1,8 m berdasarkan dat a dari BIG. Kandungan nutrien sebelum ada aktivitas budidaya diambil konsentrasi amonia rata-rata pada area yang sesuai untuk budidaya KJA.

  Table 3. Physical carrying capacit y recommendat ion (FCC) for FNC

  Jurnal Riset Akuakult ur, 13 (2), 2018, 179-189

  Tabel 4. Nutrien yang dihasilkan dari budidaya ikan dengan KJA (adopsi dari Islam, 2005)

  Nut rien produced by fish cult ure by FNC (adopt ed from Islam, 2005) Table 4.

  Pakan I kan Param et er Ni lai Sat uan Parameters Value Unit

  6.50% 1.40% 3% 1% N P N P FCR 1:02 Jumlah Pakan 350 kg 80% pakan dikonsumsi ikan 280

  18.2 3.92 kg

  • Panen ikan 175

  5.25 1.75 kg Dibuang ekresi dan feses 105 12.95 2.17 kg 20% pakan tidak dimakan

  70

  4.55 0.98 kg Total yang dibuang ke lingkungan 175 17.5 3.15 kg

  Tabel 5. Hasil perhitungan daya dukung pada lingkungan KJA

  Table 5. The result of calculat ion of environment al carrying capacit y in FNC Param et er Sat uan Teluk Urfu Pulau Nusi

  Par ameters Unit Urfu Bay Nusi Island

  ∆N Nitrogen mg /L 0 .2

  0.34 Volume saat su rut L 13 ,8 13.10 3 6 37 .8 0.31 8.62 2

  Volume at low t ide

  Vou lme saat p asan g L 17 .2 53.98 6 6 79 .9 6.31 6.10 9

  Volume at high t ide

  D (laju pen genceran) Hari 0.39 9 0 .1 24

  Dilution rat e (D) Day

  F (Laju pembilasan) 2 .5

  8.1 F (Flushing rat e) D (laju pen genceran selama masa pemeliharaan 180 hari) Hari 71 .7 9 22 .3

  D (Dilut ion rat e during periods of cult ure 18 0 days) Day

  Ju mlah nu trien yang d ib olehkan kg 22 3 48 4,042

  TAL ( Tot al accept able loading)

  Kap asitas p rodu ksi yang d ib olehkan kg 12 .7 5 27 ,6 59.5 4

  TAP (Tot al accept able production)

  Targ et p anen kg 17 5 1 75

  Harvest t arget

  Ju mlah KJA Unit 1 58

  Number of FNC pe nghit ungan daya dukung dari pendugaan beban sesuai untuk budidaya ikan kerapu mencapai 385 ha.

  limba h nit ro ge n (amo nia) budidaya dan akt ivit as Berdasarkan perhitungan beban limbah (tingkat mutu antropogenik yaitu 90 unit (3 m x 3 m) KJA atau dalam amonia 0,3 mg/L) pro duksi optimal yang diijinkan jumlah produksi mencapai 97 ton ikan, dengan luas adalah 18,8 ton ikan atau 80 lubang KJA ukuran 3 m x area penelitian adalah 315,19 ha. 3 m x 2,5 m atau sekitar 1.800 meter persegi, sehingga menempati sekitar 0,047% dari area yang sesuai untuk

  Pe n e lit ia n No o r (2 0 0 9 ) d i Te lu k Ta m ia n g , budidaya ikan. Kabupat en Ko tabaru dipe role h luas perairan yang

  Daya dukung ekologi untuk budidaya ikan kakap dalam keramba jaring apung ..... (Ariani Andayani)

  Polut ion Bullet in , 50, 48-61.

  . No. 5, Suppl. 4. Rome. FAO, 53 pp. FAO. (2015). Aquaculture operat ion in float ing net cages a field handbook. Eds Cardia Francesco and

  Lovat eli Alessandro . Food and Agriculture Organi- zation of the United Nations. Rome, 151 pp.

  FAO (2018). Cult ure d aquat ic spe cie s info rmat io n programme

   Lat es calcarifer

  (Block, 1790). Fisher- ie s a n d Aq u a c u lt u re De p a r t m e n t . h t t p :// w w w. f a o . o r g / f i s h e r y / c u l t u r e d s p e c i e s / Lates_calcarifer/en. Hid a ya h , Z. & Wa rd h a n i, M.K. (2 0 1 5 ). An a lis a kesesuaian dan daya dukung lingkungan untuk budidaya laut di perairan Kabupaten Situbondo dan Banyuwangi.

  Nept unus Jurnal Kelaut an

  , 20(1), 40- 50. Islam, Md.S. (2005). Nitrogen and phosphorus bud- get in coastal and marine cage aquaculture and impacts of effluent loading on ecosystem: review and analysis towards model development. M arine

  Kangkan, A.L. (2006). Studi Penentuan Lokasi Untuk Pengembangan Budidaya Laut Berdasarkan Param- eter Fisika, Kimia Dan Biologi Di Teluk Kupang, Nusa Tenggara Timur.

  FAO. (2010). Aquaculture development. 4. Ecosystem approach to aquaculture. FAO Technical Guidelines

  Tesis S2

  . Program Studi Mag- ister Manajemen Sumberdaya Pantai. Universitas Diponegoro Semarang. Kurnia, R. (2005). Penentuan daya dukung lingkungan p e s is ir. Ma ka la h Fa ls a fa h Sa in s Se ko la h

  Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Leung, K.M.Y., Chu, J.C.W., & Wu, R.S.S. (1999). Ni- t ro g e n b u d g e t s fo r t h e a r e o la t e d gr o u p e r

  Epinephelus areolatus cultured under laboratory con-

  ditio ns and in o pe n-se a cage s. M ar ine Ecology

  Progress Series , 186, 271-281.

  Mayunar. (1999). Produktivitas Beberapa Jenis Ikan Laut yang Dibudidaya dalam Keramba Jaring Apung.

  Oseana, Volume XXIV, Nomor 2, 1999 : 21-26. http:/ /oseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_xxiv(2)21- 26.pdf.

  for Responsible Fisheries

  FAO. (1989). Site selection criteria for marine finfish netcage culture in Asia. http://www.fao.org/3/con- t e nt s/c64db3a7-9ff0-5c7b-bf4c-d9bc657ab35d/ AC262E00.htm

  Area yang potensial untuk pengembangan budidaya laut utamanya ikan kakap putih ( Lates calcarifer ) di Pulau Nusi adalah 324,11 ha; sedangkan untuk Teluk Urfu areanya sangat kecil yaitu 0,247 ha.

  . Pr o g r a m Ke a h lia n Te kno lo gi Produksi dan Manajeme n Pe rikanan Budidaya. Program diploma. IPB.

  Di Te lu k Urfu t id ak d ire ko me nd as ika n un t u k budidaya ikan mengingat daya dukung lingkungan yang kurang memadai.

  Lokasi budidaya laut yang pengembangannya masih sangat luas adalah di Pulau Nusi, yaitu 158 lubang KJA atau menempati area 1.422 meter persegi atau 0,04% dari area yang sesuai untuk budidaya ikan kakap putih.

  UCAPAN TERIM A KASIH

  Ucapan terima kasih kepada Pusat Penelitian dan Pe nge mba ngan Pe rikanan (Puslit bang Pe rikanan), Badan Penelitian dan pengembangan Perikanan dan Kelautan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang telah membiayai penelitian ini melalui DIPA T.A.

  2016. Ucapan terima kasih kepada rekan peneliti di Puslitbang Perikanan atas dukungannya. Serta ucapan terima kasih kepada Bapak Muta Ali Khalifa (Universi- tas Sultan Ageng Tirtayasa).

  DAFTAR ACUAN

  Akmal, S.G. (2011). Pembenihan dan pembesaran ikan ka ka p p u t ih ( Lat es cal car i f er ) Di Ba la i Be s a r Pengembangan Budidaya Laut, Lampung.

  Laporan Pr a k t i k Ker j a La pa n g an

  Barg, U.C. (1992). Guidelines fo r the promotio n of environmental management of coastal aquaculture development (based on a review of selected ex- pe rie nces and co nce pt s).

  . Pro gra m St u d i Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. htt p://semnas.fp.unila.ac.id/index.php/ semnas/Semnaskan/paper/viewFile/67/12.

  FAO Fisheries Technical Paper , No. 328. Rome. FAO, 122 pp.

  Bra m an a , A. (2 0 15 ). Anal i si s keber l anj ut an usaha

  ker amba j ar ing apung dengan pendekat an daya dukung lingkungan dan sosial ekonomi (St udi Kasus: Kelompok sea farming perairan Pulau Semak Daun Kepul auan Ser ibu DKI Jakar t a)

  . Te sis . Se ko la h Pascasarjana Institut Pertanian Bogor; Bogor. http:/ /repository.ipb.ac.id/handle/123456789/77413.

  Cardia, F. & Lovatelli, A. (2015). Aquacult ure Operat ion in Float ing Net Cages A Field Hanbook.

  FAO Fisher- ie s and Aquacult ure Technical Pape r No . 593. Rome, FAO, 152 pp. Cocon, Yusuf, M., & Anggoro, S. (2016). Kajian daya dukung kapasitas perairan dan status keberlanjutan d im e n s i e ko lo gi p a d a ka w a s a n s u b z o n a pe ngembangan budidaya laut sist e m karamba ja r in g a p u n g (KJA) d i p e ra ira n Te lu k Eka s ,

  Kabupaten Lombok Timur, NTB. Seminar Nasional

  Per i kanan dan Kel aut an 2 01 6

  McKindsey, C.W., Thetmeyer, H., Landry, T., & Silvert, W. (2006). Re vie w o f re ce nt carr ying capacit y

  Jurnal Riset Akuakult ur, 13 (2), 2018, 179-189

  Rachmansyah. (2004). Analisis daya dukung lingkungan

  . ht t p://awsasse t s.wwf.o r.id/ do wnlo a ds/bmp_budida ya_ikan_kakap _put ih_ 2015.pdf Yu lian t o , H., At iast a ri, N., & Da mai, A.A. (2015 ). Analisis daya dukung perairan pahawang untuk kegiatan budidaya sistem keramba jaring apung.

  Seri Panduan Perikanan Skala Kecil: Budidaya Ikan Kakap Put ih Di Karamba Jaring Apung Dan Tambak

  Simorangkir, E. (2017). Budidaya kakap putih digenjot, p r o d u k s i d it a rge t 2 .4 1 5 t o n /t a h u n . h t t p s :// finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/3451545/ budidaya-kakap-putih-digenjot-produksi-ditarget- 2415-tontahun. So ewardi, K. (2012). Carr ying capacity open wat er wit h re spe ct t o fo sfat (P). bahan mat a kuliah p e n ge lo la a n s u m b e r da ya p e ra ira n . Se ko la h Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Trobos. (2016). KJA Aquatec dukung budidaya laut. ht tp://www.t robos.com/det ail-berita/2016/11/23/ 8 6/81 5 3/a qu at e c-d ukun g-p e n e lit ia n-d i-b bp bl- lampung. WWF-Indonesia. (2015).

  Nortern territory barramundi farming handbook. Departme nt o f Primary Indust ry, Fishe rie s and Mines, Darwin Aquaculture Centre. ISBN: 0 7245 4727 4. https://dpir.nt.gov.au/__data/assets/pdf_file/ 0011/233696/nt_barra_farming_handbook_online_ 1107.pdf.

  Sch ip p , G., Bo sm an s , J., & Hu mp hre y, J. (2 00 7).

  Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia , 12(1), 9-16.