Tersedia online di: http:ejournal-balitbang.kkp.go.idindex.phpjra EFEKTIVITAS METODE APLIKASI VAKSIN TRIVALEN UNTUK PENCEGAHAN PENYAKIT BAKTERI POTENSIAL PADA BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR Taukhid , Tuti Sumiati, dan Septyan Andriyanto

  Jurnal Riset Akuakult ur, 13 (1), 2018, 67-76

Tersedia online di: ht t p://ej ournal-balit bang.kkp.go.id/index.php/j ra

  

EFEKTIVITAS M ETODE APLIKASI VAKSIN TRIVALEN UNTUK PENCEGAHAN

PENYAKIT BAKTERI POTENSIAL PADA BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR

# *)

Taukhid , Tuti Sumiati, dan Septyan Andriyanto

Balai Pene litian Perikanan Bud idaya Air Tawar d an Penyu luhan Pe rikanan

  

(Naskah dit erima: 2 Januari 2018; Revisi final: 14 Februari 2018; Diset uj ui publikasi: 14 Februar i 2018)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode aplikasi vaksin trivalen yang memberikan level proteksi

terbaik untuk pencegahan penyakit bakteri potensial; motile aeromonas septicemia (MAS), streptococcosis,

dan mycobacteriosis pada budidaya ikan air tawar. Vaksin trivalen yang dicobakan merupakan campuran

dari tiga jenis antigen, yaitu Aeromonas hydrophila -AHL0905-2 (Ah), St rept ococcus agalact iae N14G (Sa), dan

M ycobact erium fort uit um 31 (Mf) dengan formulasi 2 Ah : 2 Sa : 1 Mf (v/v). Ikan uji yang digunakan adalah ikan

lele, nila, dan gurami; masing-masing jenis ikan tersebut merupakan representasi ikan yang rentan terhadap

penyakit MAS, streptococcosis, dan mycobacteriosis. Perlakuan yang diterapkan adalah metode aplikasi

dengan menggunakan vaksin trivalen melalui: (A) perendaman, (B) pakan, (C) perendaman + booster, (D)

pakan + bo ost er, dan (E) tan pa pe mbe rian vaksin se bagai kon tro l. Efe kt ivitas me to de aplikasi vaksin

tersebut dievaluasi melalui nilai titer antibodi spesifik dan relat ive percent age survival (RPS) pasca uji tantang

terhadap patogen target. Hasil penelitian menunjukkan bahwa RPS dari metode aplikasi vaksin trivalen

pada ketiga jenis ikan uji yang mencapai nilai 50% secara ke se lu ru h an h anya dip e ro le h p ada aplikasi

  

  

me lalui ren dam + bo ost er. Oleh karen a itu, me tod e aplikasi t erseb ut dap at direko men dasikan unt uk

digunakan pada pembudidaya ikan air tawar.

  KATA KUNCI: aplikasi; vaksin trivalen; penyakit bakterial; ikan air tawar

ABSTRACT: The effecetiveness of trivalen vaccine application methods to prevent potential bacterial diseases in

freshwater aquaculture. By: Taukhid, Tuti Sumiati, and Septyan Andriyanto

This st udy aims t o obt ain a met hod of applicat ion of t rivalent vaccine t hat gives t he best level of prot ect ion for

prevent ion of pot ent ial bact erial diseases such as mot ile Aeromonas sept icemia (MAS), st reptococcosis, and ycobact eriosis

in freshwat er fish cult ure. The t rivalent vaccine is a mixt ure of t hree t ypes of ant igens, namely Aeromonas hydrophila-

AHL0905-2 (Ah), St rept ococcus agalact iae N14G (Sa), and M ycobact erium fort uit um 31 (M f) wit h t he formulat ion

of 2 Ah: 2 Sa: 1 M f (v / v). The t est fish used were cat fish, t ilapia, and giant gourami; each fish is a represent at ion of

fish vulnerable t o M AS, st rept ococcosis, and mycobact eriosis. The applied t reat ment s were t he applicat ion met hods of

t rivalent vaccine t hrough (A) immersion, (B) feed, (C) immersion + boost er, (D) feed + booster, and (E) wit hout vaccine

as t he cont rol. The effect iveness of vaccine applicat ion met hods was evaluat ed t hrough t he value of specific ant ibody

t it er and relat ive percent age survival (RPS) post -challenge t est against t he t arget pat hogens. The result s showed t hat

overall, t he RPS value of > 50% on all t hree t est fish species was obt ained only by t he vaccine applicat ion t hrough soak

  • + boost er. Therefore, t he applicat ion met hod can be recommended t o be used in freshwat er fish cult ure.

  KEYW ORDS: application; trivalen vaccine; bacterial diseases; freshwater aquaculture

PENDAHULUAN penggunaan bahan kimia/o bat /antibio t ik. Penggunaan

  bahan-bahan t ersebut memiliki dampak negat if; baik Penyakit ikan merupakan salah sat u kendala dalam t e r h a d a p lin g k u n g a n p e r a ir a n , ik a n , m a u p u n p en ge mb an gan pe rikan an b u did aya. Pe n gen d alian ko nsumen. Oleh karena it u, upaya pencegahan dan penyakit ikan , selama ini lebih mengandalkan pada p en ge nd alian yan g le bih ramah lin gkun gan, aman # terhadap ikan dan konsumen harus menjadi paradigma

  

Ko re sp o n d e n si: Balai Rise t Per ikan an Bu d id aya Air Tawar d an baru dalam rangka peningkat an pro duksi perikanan

Pe nyu lu h an Pe rikan an. Jl. Se m p u r No . 1 , Bo g o r 1 61 5 4 , et al budidaya yang berkelanjut an (Taukhid ., 2012a).

  In d o n e s ia. Te l. + 6 2 2 5 1 8 3 1 3 2 0 0

  Vaksinasi pada perikanan budidaya merupakan salah

   t aukhi d_ as@ yahoo.co.i d E-m ail:

  sat u upaya pencegahan t erhadap infeksi pat ogen yang

  Co p yrigh t @ 201 8, Jurn al Riset Akuakultur, p -ISSN 19 07-6754 ; e-ISSN 25 02-6534

  Efektivit as metode aplikasi vaksin t rivalen unt uk pencegahan ..... (Taukhid)

  ), sert a pe nent uan nilai do sis let al 50 % (LD 50 ) un t u k m asing-masing jen is bakt e ri t arget seb elum pelaksanaan uji t ant ang.

  Pe n e lit ia n se b e lu m n ya t e lah d ike t a h u i b ah wa vaksin t rivalen mampu bekerja sinergis dan memiliki efikasi, sert a berpo t ensi sebagai sediaan vaksin yang dapat digunakan unt uk mencegah t iga jenis penyakit (MAS, st re pt o co cco sis, dan myco b act e rio sis) p ad a b u d id a ya ika n a ir t a w a r (Ta u k h id

  et al ., 2 0 1 6 ).

  Be rd asarkan h asil t e rse b u t , m aka p e rlu d ike t ah u i met o de aplikasi vaksin t ersebut yang secara t eknis- e ko no mis me m be rikan efikasi t erbaik dise su aikan dengan stadia/ukuran, serta segmentasi usaha budidaya ikan yang ada di masyarakat .

  Penelit ian ini bert ujuan untuk mendapat kan teknik aplikasi vaksin t rivalen yang memberikan level prot eksi t erbaik unt uk pencegahan penyakit po t ensial, mo t ile aero mo n as sept icemia (MAS), st rep t o co cco sis, dan myco bact erio sis pada budidaya ikan air t awar.

  BAHAN DAN M ETODE Ikan dan Wadah Uji

  Pad a p e n e lit ia n in i, p e n e n t u a n je n is ik a n u ji didasarkan pada info rmasi epizo o t io lo gi dari masing- masin g jenis p enyakit . Pen yakit MAS palin g sering dit emukan pada budidaya ikan lele, sedangkan penyakit st rept o co cco sis dan myco bact erio sis masing-masing menginfeksi pada budidaya ikan nila, dan ikan gurami (Maskur

  et al

  ., 2014). Berdasarkan info rmasi t ersebut , maka ket iga jenis ikan t erseb ut digun akan seb agai represent asi jenis-jenis ikan rent an t erhadap ket iga jenis penyakit t ersebut . Ikan lele dan nila dipero leh d ari Pusat Pro d uksi, In sp e ksi d an Se rt ifikasi Hasil Perikanan (PPISHP), Ciganjur, Jakart a; sedangkan ikan gurami didat angkan dari penangkar/Unit Perbenihan Rakyat (UPR) dari wilayah Cit ayam, Bo go r.

  St at u s “ specif ic pat hog en f r ee (SPF)” t e rh a d a p p at o g e n t a r ge t d id as a rk an p a d a h a sil d ia g n o sis bakt erio lo gis t erhad ap sampe l sebelu m digunakan. Uk u r a n b o b o t m a s in g -m a s in g je n is ik a n u ji merupakan kisaran rent an t erhadap infeksi pat o gen t arget (ikan lele 8,31 ± 3,30 g/eko r; nila 10,6 9 ± 4,08 g/eko r; dan gurami 3,93 ± 0,77 g/eko r). Jumlah ikan uji unt uk masing-masing jenis sebanyak 1.500 eko r. Sebanyak 1.000 eko r digunakan sebagai ikan uji ut am a, se dangkan sisan ya digu nakan seb agai ikan mo del dalam pro ses penyiapan bakt eri uji ( Koch’s pos-

  t ulat e

  Pro ses karant ina dan adapt asi ikan uji dilakukan dalam wadah yang berbeda dan berlangsung selama t iga minggu. Ikan lele dan gurami dipelihara dalam e m p a t b u a h b a k

  ., 2012); dan vaksinasi yang dilakukan lebih dari sat u/dua kali menjadi mahal dan t idak prakt is. Hasil kajian pascarilis t erhadap vaksin Hydro vac dan St re pt o vac men yimpu lkan pe rlunya sed iaan vaksin d e n gan m a n faat t id ak h an ya t e rh ad ap s at u je n is p e n ya kit , t ap i se car a s in e rg is m am p u m e n ce g ah beberapa jenis penyakit yang sering menjadi kendala pada budidaya ikan (Taukhid

  f i ber g l ass

  vo lu m e 2 .0 0 0 lit e r, sedangkan ikan nila dipelihara dalam t iga buah bak bet o n berukuran 2 m x 4 m x 1 m. Set iap bak fiber dan bak bet o n dilengkapi dengan aerasi secukupnya. Pemeliharaan ikan pasca-vaksinasi dilakukan dalam 15 b uah b ak

  fiber glass

  vo lum e 20 0 lit e r. Uji t an t an g dilakukan dalam akuarium/bak plast ik volume 80 lit er sebanyak 72 buah.

  Sumber air untuk seluruh tahapan penelit ian berasal d a ri a ir t an ah . Pa ka n d ib e rika n se ca ra

  adl ibi t um

  sebanyak dua kali/hari (pagi dan so re) dengan jumlah 3 %-5 %/h a ri d a r i b io m a s s ika n . Je n is p a k a n ya n g digunakan adalah pakan ko mersial dengan kadar pro - t ein kasar sebesar 28%.

  Sediaan Vaksin dan Perlakuan

  Vaksin mo no valen (

  single ant igen

  et al ., 2014c).

  et al

  e fe k t if, d a n m e n ja m in p e n in g k a t a n p r o d u k s i 2014, Taukhid

  Mycobacterium f or t ui t um , d ip e r o le h h a s il 2 0 % le b ih t in g g i

  et al

  ., 2014b; Li

  et al

  ., 2015, Park

  et al

  ., 2016). Pencegahan penyakit

  mot ile aeromonas sept icemia

  (MAS) pada ikan lele dengan aplikasi vaksin “Hydro Vac” mampu menekan t ingkat kemat ian sebesar 30%-40%, dan vaksin “St rept o Vac” akibat penyakit st rept o co c- co sis pada ikan nila sebesar 20%-30% (Taukhid

  et al

  ., 2015). Selanjut nya dilapo rkan juga bahwa pencegahan penyakit myco bact erio sis pada ikan gurami melalui vaksinasi dengan menggunakan antigen

  dibandingkan t anpa pemberian vaksin (Taukhid

  ., 2 0 1 4 c). Pa d a k o n d is i t e r s e b u t , penggunaan vaksin mo no valen t idak dapat menjamin perlindungan t erhadap keberagaman p enyakit yang sejatinya sudah endemik pada suat u kawasan budidaya (Huang

  et al

  ., 2014a). Salah satu keunggulan yang dimiliki oleh vaksin- vaksin tersebut adalah kemampuannya untuk bereaksi silang terhadap varian bakteri het ero log yang t erdapat di sent ra budidaya ikan air t awar (Taukhid

  et al

  ., 2011, Taukhid

  et al

  ., 2012b, Taukhid

  et al ., 2014d).

  Ket erbat asan vaksin mo no valen (

  single ant igen

  ) adalah fakta bahwa di lingkungan budidaya dit emukan p e n ya k it b a k t e r ia l ya n g b e r a g a m , s e h in g g a pembudidaya harus memberikan lebih dari sat u jenis vaksin unt uk mencegah penyakit -penyakit t ersebut (Ta u k h id

  et al

  ) yang digunakan adalah: (1) vaksin Hydro vac yang mengandung ant igen

  • AHL0 90 5-2 , dan
  • AHL0905-2 dan

  Pe n gu ku r an t it e r an t ib o d i d ilak u kan m e n u ru t meto de yang dikembangkan o leh Ro berson (1990) dan Kat z (2011) yait u t eknik aglut inasi langsung dengan menggunakan microt it re plat e . Tit er ant ibo di ikan uji pada awal diu kur sesaat sebelum pro se s vaksin asi, dan selan jut nya diukur de ngan int er val wakt u sat u minggu hingga akhir penelit ian.

  Pengamat an dan Analisis Data

  Pengamat an t erhadap t ingkah laku, gejala klinis, dan mortalitas ikan uji dilakukan set iap hari sejak masa karan t ina h in gga akh ir p e rio d e pe ne lit ian. Selam a s e ca r a s e le k t if t e r h a d a p in d ivid u ik a n ya n g m e n u n ju kkan t in gka h laku d an /at au ge jala klin is sp e sifik, m in im u m sat u e ko r d ari m asin g-m asin g ke lo m p o k p e rla ku an u n t u k d iagn o sis/id e n t ifikasi pat o gen t arget .

  Pengukuran t it er ant ibo di dilakukan secara

  pool- ing

  unt uk t iap kelo mpo k perlakuan. Pada penelit ian ini, pengukuran t it er ant ibo di unt uk ikan lele dan nila masing-masing ditent ukan terhadap bakt eri

  Aeromonas hydrophila

  St r ept ococcus agalact iae

  N14G, sedangkan pada ikan gurami terhadap dua jenis bakt eri, yait u

  A. hydrophila

  M ycobact e- rium fort uit um

  31. Efekt ivit as met o de aplikasi vaksin t rivalen dievaluasi berdasarkan dua pendekat an, yait u (1) nilai t it er ant ib o di dan (2) level pro t eksi relat if at au RPS.

  Efikasi vaksin diukur dengan besaran nilai “ relat ive

  Uji Tant ang

  percent age of sur vival

  ” (RPS). RPS dihit ung me nurut formula yang dikembangkan o leh Amend (1981), yait u RPS= (1 – { % m o rt alit as ika n ya n g d ivak sin / % mo rt alit as ikan ko nt ro l}) x 100.

  HASIL DAN BAHASAN

  Has il p e m e rik sa a n s e ca ra b a k t e r io lo g is yan g d ila k u k a n t e r h a d a p p o p u la s i ik a n u ji s e b e lu m digunakan, pada po pulasi ikan lele, nila, dan gurami masing-masing t idak t erdapat adanya infeksi bakt eri

  A. h yd r oph i l a

  ,

  S. a g a l a ct i a e

  , d a n

  M . f or t u i t u m .

  Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan secara acak dan be rkala se lama p erio de karan t ina, dapat diasum sikan bahwa selu ruh po pu lasi ikan uji pada penelit ian ini adalah specific pathogen free (SPF) t erhadap bakt eri t arget .

  Perubahan t ingkah laku dan gejala klinis ikan uji se lama pro ses uji t ant ang t erh adap bakt eri t arge t , secara umum dapat disarikan sebagai berikut : pada ikan le le , ab no rm alit as m ulai t erlihat de lapan jam p ascain fe ksi bu at an d en gan b akt e ri

  A. hydr ophila .

  Uji tant ang dilakukan pada minggu ke 3-4 dari saat vaksinasi terakhir dengan cara infeksi buatan t erhadap pat o gen t arget pada do sis let al 50% (LD 50 ). Penent uan n ilai d o s is le t a l 5 0 % u n t u k m as in g-m as in g je n is pat o gen dan ikan uji didasarkan pada hasil pengujian yang dilakukan secara paralel t erhadap po pulasi ikan yan g sama. Pelaksanaan u ji t an t an g se len gkap nya disarikan dalam Tabel 2.

  dapat dilakukan secara se re nt ak. Secara skem at ik, jadwal pe mberian vaksin h ingga pro ses uji t ant ang dapat dilihat pada Tabel 1.

  Co p yrigh t @ 201 8, Jurn al Riset Akuakultur, p -ISSN 19 07-6754 ; e-ISSN 25 02-6534 Jurnal Riset Akuakult ur, 13 (1), 2018, 67-76

  :

  bakt eri Aeromonas hydrophila -AHL0905-2; (2) vaksin

  St rept o- coccu s a g a l a ct i a e

  N1 4 G; d a n (3 ) va k s in u n t u k pencegahan myco bact erio sis yang mengandung ant i- gen bakt eri

  M ycobact erium fort uit um

  31 (Taukhid

  et al

  ., 2016). Preparasi sediaan baku vaksin-vaksin mono valen t ersebut mengacu pada st andar pro duksi yang t elah d ip at e n kan (Tau khid

  et al ., 2 0 11 ; 2 0 1 2 b ; 20 1 4 d ).

  Pe m b u a t a n va k s in t r iva le n d ila k u k a n d e n g a n mencampur ket iga sediaan baku vaksin, menjadi sat u sediaan dengan perbandingan unt uk ant igen bakt eri

  A. hydrophila

  :

  S. agalact iae

  M . fort uit um

  design perlaku an, sehingga p elaksanaan uji t ant ang

  adalah 2:2:1 (v/v). Penent uan fo rmulasi t ersebut didasarkan pada hasil konversi sediaan baku vaksin dalam bo bot kering beku (

  freeze dry

  ), sehingga dipero leh sediaan vaksin t rivalen yang mengandung antigen dari masing-masing jenis ant igen bakt eri penyusunnya sebanyak 10 11 cfu/ mL.

  Perlakuan yang dit erapkan adalah met o de aplikasi vaksin trivalen dengan lima kelo mpok perlakuan, yait u: A) melalui perendaman (aplikasi t unggal), B) melalui pakan (aplikasi tunggal), C) melalui perendaman dengan

  boost er , D) melalui pakan dengan boost er , dan E) t anpa pemberian vaksin (ko nt ro l).

  Vaksinasi melalui perendaman dilakukan dengan cara merendam ikan uji dalam larut an vaksin (1 mL sediaan vaksin dilarut an dalam 10 lit er air), selama 30 menit . Vaksinasi melalui pakan dilakukan dengan cara mencampur pakan (

  pellet

  ) dengan vaksin pada do sis 2 mL/kg bo bo t bio massa ikan, dan diberikan selama t ujuh hari. Vaksinasi ulang (

  boost er

  ) dilakukan set elah t iga minggu dari akhir pemberian vaksinasi pert ama (

  priming

  ), dengan t eknik dan perio de pemberian yang sama dengan vaksinasi pert ama. Vaksin asi/pe rio de vaksinasi d ise su aikan de ngan

  Gejala yang t ampak dimulai dengan warna tubuh kusam/ g e la p , n a fsu m aka n m e n u ru n , d an e k s e s le n d ir. Selanjut nya t erlihat perdarahan pada t ubuh ikan baik pada pangkal sirip, sekit ar anu s, dan bagian t ubuh lainnya. Pada 24 jam pascainfeksi, t erlihat adanya luka yang berkembang menjadi bo ro k (Gambar 1a), perut

  Efektivit as metode aplikasi vaksin t rivalen unt uk pencegahan ..... (Taukhid)

  Giant gourami Aeromonas hydrophila

  Minggu ( W eeks ) Jenis i kan

  Species Pat ogen

  Pathogen Dosis l et al 50% (LD 5 0 )

  Lethal dose 5 0 % (LD 5 0 ) Infeksi buat an

  Ar tificial infection Peri ode pengam at an (hari )

  Obser vation per iod (day) Lele Af rican cat fish Aeromonas hydrophila

  10

  6 cfu /m L Intramu skular

  Intramuscular 1 0 Gu r ami

  10

  Uji tantan g Challenge test

  3 cfu /mL

  Int raperit oneal 1 0 Nila Tilapia Streptococcus agalactiae

  10

  6 cfu /mL Intramu skular

  Intramuscular 3 0 Gu r ami

  Giant gouramy M ycobact erium fortuit um

  10

  7 cfu /m L Intramu skular

  Intramuscular 4 5

  Tabel 2. Uji t ant ang pada ikan lele, nila, dan gurami t erhadap pat o gen t arget , do sis infeksi, dan lama wakt u pengamat an

  Uji tantan g Challenge test

  Uji tantan g Challenge test

  lembek dan bengkak (

  1

  dropsy

  ) yang berisi cairan merah kekuningan. Pada ikan nila yan g diinfe ksi d engan bakt e ri S.

  agalact iae

  , abno rmalit as mulai t ampak 48 jam pasca infeksi. Gejala yang t erlihat adalah warna t ubuh gelap (Gambar 1b), lemah, exopt halmia , pendarahan, perut ge mbun g d an/at au lu ka yang be rkem ban g m enjadi borok. Pada ikan gurame yang diinfeksi dengan bakt eri

  A. hydrophila , menunjukkan gejala klinis sepert i halnya

  yang t erjadi pada ikan lele dan mulai t erlihat 24 jam pascainfeksi buat an. Gejala klinis yang t ampak ant ara lain warna t ubuh kusam/gelap, nafsu makan menurun, d a n e k se s le n d ir. Be rcak m e r ah d i s e kit ar lo ka si penyunt ikan, selanjut nya berkembang menjadi luka yang serius (Gambar 1c). Sedangkan pada ikan gurame ya n g d iin fe k s i d e n g a n b a k t e r i

  M . f or t u i t u m

  , abno rmalit as mulai t ampak empat hari pascainfeksi. Gejala klinis awal ant ara lain hilang nasfu makan, lemah, bercak merah pada lo kasi penyunt ikan, selanjut nya b e r ke m b a n g m e n ja d i lu ka ya n g k h a s b e r w a r n a

  Tabel 1. Skema jadwal pemberian vaksin t rivalen dan uji t ant ang pada ikan uji (lele, nila, dan

  

Table 1. Time t able of vaccinat ion and challenge t est on African cat fish, nile t ilapia fish, and giant

gourami fish Ke terangan: - ad alah waktu/p erio d e p emb erian vaksin trivale nt Not e : - is a t i me/per iod of t ri val en vaccine applicat i on

  2

  Perl akuan Treatments

  3

  4

  5

  6

  7

  8

  9

  10 11 … Ren d am Immersion Pakan Oral Ren d am + b oo ster Immersion + boost er Pakan + b o o ster Oral + booster Ko n tr o l Control

  Uji tantan g Challenge test

  Uji tantan g Challenge test

  

Table 2. Challenge t est against t arget ed pat hogen, infect ion dose, and t erminat ed t ime of observat ion on

cat fish, t ilapia fish, and giant gouramy fish

  Co p yrigh t @ 201 8, Jurn al Riset Akuakultur, p -ISSN 19 07-6754 ; e-ISSN 25 02-6534 Jurnal Riset Akuakult ur, 13 (1), 2018, 67-76

  bakt eri

  Aeromonas hydrophila , suffered serious wounds/ulcers (a); t he t ilapia were chal- lenged against Streptococcus agalactiae, some of t ilapia have undergone changes in body color darkened (b); t he giant gouramy were challenged against Aeromonas hydrophila , suffered a serious w ounds/ulcer s (c); and t he giant gouramy were chall enged ag ai nst M ycoba cterium fort uitum , suffer ed t r anspar ant deep- sores (d).

  M ycobact erium fort uit um, mengalami luka/bo ro k dengan warna pucat (d).

Figure 1. Clinical sympt oms of fish during challenge t est : t he cat fish challenged agaisnt

  , mengalami luka/bo ro k yang serius (c); dan ikan gurame t erhadap bakt eri

  Aeromonas hydrophila

  , perubahan warna t ubuh menjadi lebih gelap (b); ikan gurame t erhadap bakt eri

  St rept ococcus agalact iae

  Aeromonas hydrophila , mengalami luka/boro k yang serius (a); ikan nila terhadap

  t ransparan (Gambar 1d). Pada ko ndisi t ersebut , secara limpa, ginjal, dan hat i.

  Gambar 1. Gejala klinis ikan uji selama pro ses uji t ant ang: ikan lele t erhadap bakt eri

  priming ).

  ) yan g d ib e r ik a n s e s u a i d e n g a n m e t o d e a p lik a s i ya n g dit erapkan pada saat vaksinasi pert ama (

  boost er

  Taukhid et al . (2014b) menyat akan bahwa tingginya nilai t iter ant ibo di t idak sepenuhnya menggambarkan level pro t eksi mut lak t erhadap pat o gen t arget, namun secara umum dapat dikat akan bahwa semakin t inggi n ila i t it e r a n t ib o d i m e n g in d ik a s ik a n a d a n ya pembent ukan respons tanggap kebal yang berkorelasi p o s it if t e r h a d a p k e m a m p u an m e n a n g k al in fe ks i pat o gen t arget . Berdasarkan hasil pengukuran nilai t it er ant ibo d i, secara kese luruhan dapat dikat akan bahwa nilai t ert inggi dipero leh pada aplikasi vaksin t rivalen melalui perendam an dan /at au pakan ( oral ), d ilan ju t kan d en gan vaksin asi ulan g (

  Pada Gambar 2 t ersebut menunjukkan bahwa nilai t it er ant ibo di t ert inggi hingga pengenceran ke-512 pada ikan lele t erjadi pada minggu ke-7 dan 8 (Gambar 2a). Pada ikan nila, nilai t it er ant ibo di tert inggi hingga pengenceran ke-256 t erjadi pada minggu ke-8 (Gambar 2b). Pada ikan gurami, nilai t it er ant ib o di t ert inggi hingga pengenceran ke-256 t erjadi pada minggu ke-6

  Tit er an t ibo di merupakan salah sat u p aramet er yan g u m u m d igu n a kan se b a gai in d ik at o r ad a n ya p e m b en t u kan resp o n s ke ke b alan spe sifik set e lah pe mberian vaksin. Nilai t it er ant ibo di dari m asin g- masing jenis ikan uji dan kelo mpo k perlakuan (Gambar 2a, b, c, dan d).

  1a 1b 1c 1d

  10 L

  1.3

  3

  4

  5

  6

  7

  8

  9

  10 L

  o g t it e r+

  Week

  )

  1.6 2.51 2.51 2.81 2.81 2.81

  1

  3.11

  3.41 3.113.11

  0.5

  1

  1.5

  2

  2.5

  3

  3.5

  4

  1

  2

  2

  4

  4

  9

  Efektivit as metode aplikasi vaksin t rivalen unt uk pencegahan ..... (Taukhid)

1 Minggu (

  4

  3.5

  3

  2.81 3.11 3.11 3.11 3.41 3.41 3.41 3.41

  4

  3.5

  3

  )

  1 Minggu ( Week

  o g t it e r+

  8

  3.5

  7

  6

  5

  1.6 1.9 2.2

  3.41

  3.11 3.11 3.41 3.71 3.71 3.41 3.41

  0.5

  1

  1.5

  2

  2.5

  3

  3

1 Minggu (

  M ycobact erium fortuitum 31 (d).

Figure 2. The ant ibody t itre value of African cat fish serum analysed weekly against Aeromonas hydophila-AHL0905-

2 (a); t ilapia serum against Streptococcus agalactiae N14G (b); giant goramy against Aeromonas hydophila -AHL0905-2 (c); and against M ycobacterium fortuitum 31 (d) .

  3

  1

  1.6

  2.2

  Taukhid

  0.5

  1

  1.5

  2

  2.5

  Hasil an alisis m e n u n ju kkan b ah wa p e rse n t ase rat aan mo rt alit as pada aplikasi vaksin t rivalen melalui p e re n d aman (A) b erb e d a n yat a d e ngan ke lo mp o k perlakuan lainnya (P< 0,05); kecuali dengan kelo mpo k p e r laku an ap likas i m e lalu i p ak an (B). Se d an g kan p em b e rian vaksin t rivale n m e lalu i p e re n dam an + bo oster (C) berbeda nyat a dengan kelompo k perlakuan lainnya (P< 0,05); kecuali dengan kelo mpo k perlakuan aplikasi melalui pakan + bo o st er (D).

  , men unjukkan bahwa ikan yang divaksin m em b erikan t in gkat m o rt alit as yan g leb ih re n dah dibandingkan dengan kelo mpo k ko nt ro l; sedangkan p ad a ko n t ro l ne gat if t idak ad a ikan uji yan g m at i (Gambar 3a). Kemat ian ikan mulai t erjadi sejak hari p e r t am a p a sca in fe k si b u at a n , d a n b e rla n g s u n g sp o rad ik h in gga h ari ke e m p at . Se t e lah m e le w at i p e r io d e p e r a k u t ya n g b e r lan g su n g h in g g a h ar i keempat , ikan lele mengalami pro ses penyembuhan dan bertahan hidup hingga akhir perio de pengamat an.

  A. hydrophila

  1

  2

  4

  D. Oral+ bo oster

  )

  Rat aan pe rse nt ase mo rt alit as ku mu lat if selam a pro ses uji t ant ang pada ikan lele t erhadap bakt eri

  E. Cont rol 2b 2c 2d

  D. Oral+ bo oster

  C. Immersion+ booster

  B. Oral

  A. Im mersion

  Week

  5

  o g t it e r+

  10 L

  9

  8

  7

  6

  E. Cont ro l

  C. Imm ersion+ booster

  • AHL0905-2 (a); ikan nila t erhadap bakt eri

  A. hydrophila

  N14G (b); ikan gurami t erhadap bakteri

  St rept ococcus agalact iae

  Aeromonas hydophila

  sebesar 7,15%; dan pada kelompok kont rol sebesar 49,15%. Hasil yang diperoleh pad a pen elit ian ini me mperlihat kan p erfo rma yang h am p ir sam a, d an h asil u ji st at ist ik m en u nju kkan perbedaan nyat a (P< 0,05) t erhadap ko nt ro l. Gambar 2. Nilai t it er ant ibo di serum darah ikan lele yang diamat i set iap minggu t erhadap bakt eri

  A. hydrophila

  ) di akhir perio de uji t ant ang t erhadap bakt eri

  1.3

  1.9

  2.2 3.11 3.11 3.11 3.41 3.41 3.41 3.41 3.41

  0.5

  1

  1.5

  2

  2.5

  Aeromonas hydophila

  B. Oral

  et al

  A. Imme rsion

  )

  1 Minggu ( Week

  o g t it e r+

  10 L

  9

  8

  7

  6

  5

  4

  3

  2

  1

  • AHL0905-2 (c); dan t erhadap bakt eri

  . (20 15 ) m en dapat kan nilai rat aan mo rt alit as ikan lele pada pengujian vaksin Hydro vac (mo no valen

  3d

  30

  5

  4

  3

  2

  1

  90 100

  80

  70

  60

  50

  40

  20

  7

  10

  6.67

  84.44

  40.00

  31.11

  42.22

  37.8

  ) A B C D E F

  Days

  Hari (

  M o rt a li ta s ( M o rt a li ty ) (% )

  6 9 12 15 18 21 24 27 30

  6

  8

  90 100

  30

  3a 3b 3c

  )

  Days

  Hari (

  M o rt a li ta s ( M o rt a li ty ) (% )

  90 100 5 10 15 20 25 30 35 40 45

  80

  70

  60

  50

  40

  20

  9

  10

  4.44

  75.56

  40.00

  31.11

  48.89

  44.44

  )

  Days

  Hari (

  o rt a li ta s ( M o rt a li ty ) (% )

  10 M

  3

  80

  70

  30

  2

  1

  90 100

  80

  70

  60

  50

  40

  20

  4

  10

  97.8

  31.13

  24.47

  66.67

  53.34

  Po la kemat ian pada ikan nila yang diuji t ant ang

  St r ep t ococcu s a g a l a ct i a e

  d it u nju kkan p ad a Gam b ar 3 b . Ikan yan g d ivaksin m em b erikan t in gkat m o rt alit as yan g leb ih re n dah dibandingkan dengan kontrol, dan pada ko ntro l negat if t id ak d it e mu kan ad anya ke mat ian. Kem at ian yan g t erjadi pada ikan nila selama perio de uji t antang, lebih per kro nik; kemat ian mulai t erjadi sejak hari pert ama, d an b e rlan gsu n g h in gga t iga m in ggu se t e lah n ya. Set elah melewat i masa inkub asi jenis bakt eri yang diinfeksikan (1-3 minggu), ikan nila mengalami pro ses

  3

  5

  Aeromonas hydrophila

  33.33

  60

  50

  40

  30

  20

  10

  73.33

  44.44

  53.33

  6

  42.22

  )

  Days

  Hari (

  o rt a li ta s ( M o rt a li ty ) (% )

  10 M

  9

  8

  7

  Gambar 3. Mo rt alit as kumulat if ikan lele (3a) yang diberi vaksin t rivalen dengan met o de pemberian berbeda selama uji t ant ang t erhadap bakt eri

  • AHL0905-2 pada do sis let al 50% (LD
  • 50 ) yang berlangsung selama 10 hari; ikan nila (3b) yang diuji t ant ang bakt eri

      bact erium fort uit um

      Aeromonas hydrophila

      10 6 cfu/mL per eko r ikan yang berlangsung selama 30 hari; ikan gurame (3c) yang diuji t ant ang t erhadap bakt eri

      N14G pada do sis let al 50% (LD 50 ) 

      St rept ococcus agalact iae

    • AHL0905-2 pada do sis let al 50% (LD
    • 50 ) yang berlangsung selama 10 hari; dan ikan gurami (3d) yang diuji t ant ang bakt eri M yco-

        31 pada do sis let al 50% (LD 50 ) 

        10 7 cfu/mL per eko r ikan yang berlangsung selama 45 hari. A= vaksinasi melalui rendam, B= vaksinasi melalui pakan, C= vaksinasi melalui rendam + bo o st er melalui rendam, D= vaksinasi melalui pakan + bo o st er melalui pakan, E= ko nt ro l po sit if, dan F= ko nt ro l negat if.

        

      Figure 3. Cummulat ive mort alit y of African cat fish (a) vaccinat ed t hrough different applicat ions of t rivalen vaccine

      during challenge t est against Aeromonas hydrophila-AHL0905-2 at t he let hal dose of 50% (LD 50 ) for t en days observat ion; and nile t ilapia (b) were challenged against Streptococcus agalactiae N14G at t he let hal dose of 50% (LD 50 )

         10 6 cfu/mL per fish for 30 days observat ion; giant goramy (c) were challenged against Aeromonas hydrophila-AHL0905-2 at t he let hal dose of 50% (LD 50 ) for t en days observat ion; and giant goramy (d) were challenged against M ycobacterium fortuitum 31 at t he let hal dose of 50% (LD 50 )

        10 7 cfu/mL per fish for 45 days observat ion. A= vaccinat ion by immersion, B= vaccinat ion by oral, C= vaccinat ion by immersion + boost er immersion, D= vaccinat ion by oral + boost er oral, E= posit ive cont rol (no vaccine, challenged), and F= negat ive cont rol (no vaccine, no challenge) .

        Co p yrigh t @ 201 8, Jurn al Riset Akuakultur, p -ISSN 19 07-6754 ; e-ISSN 25 02-6534 Jurnal Riset Akuakult ur, 13 (1), 2018, 67-76

        Efektivit as metode aplikasi vaksin t rivalen unt uk pencegahan ..... (Taukhid)

        , n ilai RPS se be sar le bih d ari 5 0% hanya didapat kan pada vaksinasi melalui rendam + bo o st er (C) dan pakan + bo o st er (D) masing-masing sebesar 75,00% dan 68,20%. Pada ikan gurami yang diuji tantang d e n g an je n is b ak t e r i ya n g s am a (

        Relat ive percentage of survival ( RPS) merupakan nilai

        p ro p o r si m o r t a lit as an t ar a k e lo m p o k ika n yan g divaksin dengan ko nt ro l selama perio de uji t ant ang (

        challenge

        ) at au wabah penyakit (

        disease out break

        ). Nilai RPS m eru pakan salah sat u param e t er ut ama yan g digunakan dalam mengevaluasi suat u sediaan vaksin ikan. Pada Tabel 3 disajikan nilai RPS yang dicapai o leh vaksin t rivalen yang diaplikasikan dengan meto de yang berbeda.

        Pad a Tab e l 3 t e rlih at b a h wa RPS d ar i m e t o d e aplikasi vaksin t rivalen pada ket iga jenis ikan uji (lele, nila, dan gurami) yang mencapai nilai  50% umumnya dido minasi o leh met o de aplikasi rendam + bo o st er. Pada ikan lele yang diuji t ant ang dengan bakt eri A.

        hydrophila

        A. hydr ophil a ),

        m L ya n g d ib e r ik a n m e la lu i p e r e n d a m a n u n t u k mencegah myco bact erio sis pada ikan gurami, mampu menginduksi kekebalan spesifik t erhadap myco bac- t erio sis dengan nilai sint asan 80%, dan t ingkat gejala klinis ringan set elah diuji t ant ang t erhadap bakt eri

        m e n u n ju k k a n b a h w a s e m u a m e t o d e va k s in a s i mempero leh nilai RPS yang mencapai  50%. Pada ikan nila dan ikan gurami yang diuji t antang masing-masing d e n g a n b a k t e r i

        S. ag al act i ae

        d a n

        M . f or t ui t u m

        menun jukkan nilai RPS se besar 56,50% dan 5 8,80% h an ya d id ap at kan p ad a vaksin asi m e lalu i me t o d e rendam + bo o st er.

        Capaian nilai RPS yang relat if rendah (< 50%) juga d ip e r o le h d ar i h asil p e n e lit ian se b e lu m n ya ya n g dilakukan o leh Taukhid

        et al

        . (2016), yaitu dari seluruh pengujian t erhadap jenis ikan yang sama (lele, nila, dan gurami) dengan aplikasi t unggal melalui met o de pere ndaman hanya d icapai kisaran nilai RPS an t ara 7 ,1 4%-45 ,0 0 %. Be rd asarkan n ilai cap aian RPS yan g d id ap at p ad a p e n e lit ian in i, m aka sed iaan vaksin t rivalen leb ih sesu ai d iaplikasikan me lalu i me t o de p e r e n d a m a n + b o o s t e r a g a r d a p a t m e m e n u h i persyarat an st andar yang ditetapkan oleh Kement erian Kelau t an dan Perikan an (KKP) (Direkt o rat Jen de ral Perikanan Budidaya/DJPB, 2013) yang mempersyarat kan b ah w a va k sin ik a n ya n g d ian g g ap e fe k t if h ar u s memiliki n ilai RPS  50% apab ila diberikan melalui perendaman.

        M . fort uit um ho mo lo g.

        ext ra cellular product 9

        penyembuhan dan mampu bertahan hidup (Gambar 3b). bahwa aplikasi vaksin t rivalen pada ikan nila melalui perendaman + bo ost er, memberikan nilai efikasi yang lebih baik dibandingkan dengan ket iga met ode aplikasi lainnya.

        ikan gu ram i m e lalu i p e re n d am an , d ip e ro le h n ilai mo rt alit as sebesar 23,05%; dan pada ko nt ro l sebesar 48,30% (Taukhid

        Pada ikan gurami, hasil akhir dari pro ses uji t ant ang t erhadap bakt eri

        A. hydrophila

        , menunjukkan bahwa ikan yang divaksin memberikan t ingkat mortalit as yang lebih rendah dibandingkan dengan ko nt ro l (Gambar 3c). Namun, pada ko nt rol negat if terjadi kemat ian ikan s e b e s a r 6 , 6 7 %. Ha l in i d id u g a a k ib a t a d a n ya ko nt aminasi silang selama pro ses uji t ant ang, karena pengujian dilakukan dalam ruangan yang sama dengan sist em bio sekurit i yang relat if sulit dikendalikan.

        Kemat ian ikan gurami yang diuji t ant ang dengan b a kt e ri

        A. hydr ophi la m e m p e rlih at ka n p o la yan g

        berbeda dengan ikan lele. Kemat ian mulai t erjadi sejak hari pert ama, selanjut nya po la kemat ian akut mulai t erjadi pada hari kedua hingga hari ket ujuh. Set elah melewat i perio de akut yang berlangsung hingga hari ke t u ju h, u mu mn ya ikan guram i me ngalam i pro ses penyembuhan dan sebagian besar mampu bert ahan hidup (Gambar 3c).

        Pe n g u jia n va k s in Hyd r o va c (m o n o va le n A.

        hydrophila ) unt uk mencegah “penyakit merah” pada

        et al

        dalam bent uk sediaan brot h dengan do sis 10 7 cfu/mL dan/at au bentuk

        ., 2015). Hasil yang dipero leh pada penelit ian ini memperlihat kan perfo rma yang hampir sama, dan berbeda nyat a (P< 0,05).

        Po la kemat ian yang t erjadi pada ikan gurami yang diuji t ant ang dengan bakt eri

        M . fort uit um

        31 disajikan p ad a Gam b ar 3d . Ikan yang d ivaksin m e m be rikan t in gkat m o rt alit as yang lebih rendah dibandingkan dengan ko nt ro l, dan pada ko nt ro l negat if dit emukan adanya kemat ian sebesar 4,44%. Kemat ian yang terjadi pada ikan gurami selama perio de uji t ant ang, lebih mengarah pada po la kemat ian yang bersifat sub-akut hingga kro nik; di mana kemat ian mulai t erjadi pada lima hari pertama sejak infeksi buatan, dan berlangsung hin gga hari ke-3 5 (m inggu ke-5). Set elah m elewat i m a s a in k u b a s i d a r i je n is b a k t e r i p a t o g e n ya n g diin feksikan (1-5 m inggu ), ikan gu rami me ngalami p ro ses p e nye mb u han d an mam pu be rt ahan h idu p hingga akhir perio de pengamat an (Gambar 3d).

        Taukhid et al . (2014a) mendapat kan nilai mort alitas po pulasi ikan gurami yang divaksin de ngan vaksin mo no valen

        M . fort ut ium

        31 (Myco fo rt yVac) sebe sar 16,67%-26,67%; dibandingkan dengan tanpa pemberian va k s in s e b e s a r 3 3 ,3 3 %-3 9 , 3 3 %. Ba n g k it (2 0 1 1 ) menyat akan bahwa vaksin

        M . fort uit um

        Penggunaan vaksin “t rivalen” o leh pembudidaya ikan, masih perlu dilengkapi dengan persyaratan teknis lainn ya agar me me nu hi st an dar se diaan o b at ikan

        45.50 B Pakan ( Oral ) 66.67 ± 10.18

        

      Table 3. M ort alit y (%) of fish and t he value of relat ive percent age of survival (RPS) aft er challenged against bact eria

      causing diseases on African cat fish, t ilapia, and giant gourami

        Aeromonas hydrophil a-AHL0905-2 Le le African cat fish St rept ococcus agalact iae N14G

        Perlakuan Treat ments

        ) 97.80 ± 3.85

        68.20 E Kontrol ( Cont rol

        75.00 D Pakan + boost e r ( Oral + boost er ) 31.13 ± 3.85

        31.80 C Re ndam + booste r ( Imm ersion + boost er ) 24.47 ± 3.85

        ) 53.34 ± 6.67

        A Re ndam (

      Immersion

        M ortalitas M ortality (%) Relative percentage survival (RPS)

        Diuji tantang terhadap Challenge against

        Ikan Fish species

        .

      •   A Re ndam ( Immersion ) 42.22 ± 10.18

        fish vaccinat io n. Gudding, R., Lillehaug, A., & Evensen, O. (Eds.). Jo hn Wiley & So ns, Lt d. Wiley Blackwell, p. 1-9. Tabel 3. Mo rt alit as (%) ikan uji dan nilai relat ive percent age of survival (RPS) set elah diuji t ant ang t erhadap

        39.40 E Kontrol ( Cont rol ) 73.33 ± 6.67 - A Re ndam ( Immersion ) 37.80 ± 7.70

        Nila Ti lapi a Aeromonas hydrophil a-AHL0905-2

        (no mo r regist rasi) dari KKP yang mengharuskan lulus u ji m u t u , d i a n t ar an ya ad a lah p e rfo rm a h as il u ji mult ilo kasi, keamanan, st erilitas, dan st abilit as vaksin.