PROSPEK PENERAPAN ZAKAT PENGURANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAI ALTERNATIF KEBIJAKAN FISKAL DI INDONESIA

1. Pendahuluan

Dit injau dar i segi bahasa, kata Zakat mempunyai beber apa ar ti , yait u; al-bar akatu (keber kahan), al- namaa (pert umbuhan dan per kembangan), ath-thahar at u (kesucian) dan ash-shal ahu ( keber esan). Sedangkan menur ut isti lah; meski pun par a Ulama mengemukakannya dengan r edaksi yang agak ber beda antar a satu dan l ai nnya, akan tetapi pada pr insipnya sama, yaitu bahw a zakat i tu adalah bagian dar i har t a dengan per syar at an ter tentu, yang Allah SWT mew ajibkan pada pemiliknya,

untuk diser ahkan kepada yang ber hak meneri manya, dengan per syar atan ter tentu pula .

Zakat adalah ibadah maaliyyah ijti ma’iyyah yang memi liki posisi sangat penti ng, str ategi s dan menentukan. Baik di lihat dari sisi ajar an Isl am maupun dar i sisi pembangunan kesejaht er aan Umat. Zakat ter masuk sal ah satu r ur kun ( r ukun keti ga ) dar i r ukun Islam yang lima. Di dal am Al qur aan ter dapat dua puluh t ujuh ayat yang menyejajar kan kew ajiban shalat dengan kewaji ban zakat dalam ber bagai bentuk kata. (Djuanda at al l, 2006: 14).

Hubungan antar a penger ti an zakat menur ut bahasa dan menur ut i stilah sangat er at sekal i, yai tu bahwa har t a yang dikel uar kan zakat nya akan menjadi ber kah, tumbuh, ber kembang dan ber t ambah, suci dan baik. Sebagaimana dinyatakan dal am sur ah at-Taubah ayat 103 dan sur ah ar - Rumm ayat 39 yang ar ti nya sebagai ber ikut :

Ambilah zakat dar i sebagi an har t a mer eka, dengan zakat itu kamu member sihkan dan mensucikan mer eka dan ber doalah unt uk mer eka. Sesungguhnya doa kamu it u menjadi

ket entr aman jiwa buat mer eka, dan All ah maha mendengar lagi maha mengetahui . ( QS. At- Taubah ; 103 )

Dan sesuatu r i ba ( tambahan ) yang kamu ber i kan agar dia bert ambah pada har t a manusia, maka r iba itu ti dak menambah pada sisi Allah. Dan yang kamu ber i kan ber upa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai ker i dhaan Allah, maka yang ber buat demi kian it ulah

or ang-or ang yang mel ipat gandakan har tanya . ( QS. Ar-Rumm ; 39 )

Zakat adal ah salah satu bagian dar i at ur an jaminan sosial dalam Islam, dal am r uang lingkup yang lebih dalam dan l ebih luas, yang mencakup segi kehi dupan mater ial dan spi r itual. Zakat juga mer upakan syst em keuangan, ekonomi, social, polit ik, mor al dan Agama sekal igus. Zakat sebagai sistem keuangan dan ekonomi, kar ena i a mer upakan pajak har t a yang di tentukan. Zakat adalah sumber keuangan bai tul mal dalam Isl am yang ter us mener us. Zakat sebagai system sosial, kar ena ia ber fungsi menyel amat kan masyar akat dar i ber bagai kel emahan, menanggulangi ber bagai bencana dan kecel akaan, member ikan santunan kemanusiaan, yang ber ada menolong yang tidak punya, yang kuat membantu yang l emah. Zakat juga ber fungsi menghil angkan r asa hasud dan dengki dar i si lemah ter hadap si kaya. Zakat sebagai suatu sistem politi k, kar ena pada asalnya negar alah yang mengelola pemungut an dan pembagiannya ter hadap sasar annya / mustahi knya dengan memper hatikan asas keadilan, dapat memenuhi kebutuhan dan mendahulukan yang penting. Zakat juga sebagai suat u system mor al, kar ena zakat ber tujuan member si hkan jiwa or ang- or ang kaya dar i kekikir an yang mer usak dan si fat egoi s yang membenci or ang lain. Pada mul anya zakat adalah sistem keagamaan, kar ena menunai kan zakat adalah salah satu tonggak dar i i man dan ter masuk ibadah ter ti nggi yang mendekat kan di r i kepada Allah SWT .(Qar dawi, 2001: 1118)

Banyak hi kmah dan manfaat dar i ibadah zakat, bai k yang di r asakan oleh pember i zakat (Muzakk) , pener ima (mustahi k), maupun masyar akat secara keselur uhan. Muzakki akan meni ngkat kuali tas kei manannya, r asa syukur nya, kej er nihan dan keber sihan jiwa dan har tanya, sekaligus akan mengembangkan har t a yang dimil ikinya. Must ahik akan meni ngkat kesejahter aan hidupnya, akan ter jaga Agama dan akhl aknya, sekal igus akan ter moti vasi untuk meningkat kan etos ker ja dan ibadahnya. Bagi masyar akat l uas, hikmah zakat akan di rasakan dalam bent uk t umbuh dan ber kembang r asa sol idar it as sosi al nya, keamanan dan ketentr amannya, ber putar nya r oda ekonomi,

JRM B Volume 2, Special Issue 1: Manajemen Keuangan, September 2017: 187-200 JRM B Volume 2, Special Issue 1: Manajemen Keuangan, September 2017: 187-200

Kondidsi saat ini pengeloalaan zakat dan pajak masih di kel ol a secar a t er pisah. Padahal pada beber apa Negar a Islam pengelolaan keduanya dapat ter int egr asi secar a bai k. Sejak terjadi kr isis moneter sumber dana pembangunan Indonesia yang mer upakan salah satu sumber ter besar adalah pajak. Dilain pihak Sal ah satu kewaji ban umat Islam adalah membayar zakat yang di gunakan untuk pembangunan kesejahter aan manusi a. di Indonesia zakat r elati ve masih belum di ber dayakan secar a maksimal . Padahal zakat sebagai salah satu kewajiban umat Islam dapat menjadi sumber dana pembangunan t er besar di sampi ng pajak. Dengan dasar it ulah pemer intah Indonesia mengeluar kan undang-undang nomor 17 tahun 2000 t entang pajak penghasilan dan undang-undang nomor 38 tahun 1999 tent ang pengel ol aan zakat dan keputusan Dir ektur jender al pajak tentang per lakuan zakat atas penghasilan dalam penghitungan penghasilan kena paj ak. Dengan demikian pemer intah ber har ap dapat menegakkan pr insi p - pr insip univer sal , seper ti keadilan, kemudahan/ efisi ensi admini str asi dan pencapaian pr odukt ivitas pener i maan Negar a. (Djuanda,2006: 281)

Sebenar nya sudah ada yang menyar ankan unt uk menghi ndar i ter jadinya beban ganda ter sebut, agar zakat yang dibayar kan dapat menjadi pengur ang pajak t er hutang ( kr edit pajak ) sebagai mana halnya Negar a Malaysia, bukan hanya sebagai pengur ang penghasil an ( biaya ) sebagai mana diter apkan di Indonesi a saat ini. Usulan ini muncul antar a lain dar i BAZNAS, sebagai usulan dalam per ubahan Undang-undang per pajakan t ahun 2006 kepada DPR. Dengan adanya Undang-undang t ent ang pengelolaan zakat sebenar nya sangat melegakan umat Islam kar ena secar a hukum, zakat t elah di akui keber adaannya oleh pemer int ah, walaupun bar u ter batas pada tat a car a pengel ol aannya, belum menyentuh aspek mew ajibkannya kepada umat Isl am. Undang-undang inipun masih ter dapat banyak kekur angan, ant ar a l ai n; bel um ada sanksi yang tegas t er hadap par a pelanggar nya.

Kalau pajak sudah di kel ol a oleh Negar a, maka zakat masih dikelola secar a amatir , tanpa undang-undang pemungutan dan t idak ter masuk sebagai sumber pener imaan r esmi Negar a dalam APBN, ser ta t idak ber ada di dalam suatu depar temen. Pemungutannya dil akukan oleh BAZNAS dan Lembaga Ami l Zakat ( LAZ ) ser t a lembaga sw adaya Masyar akat, seper ti Masjid, Mushall a dan Yayasan yayasan Isl am secar a swadaya.

Akibat pengelol aan zakat yang bel um pr ofesional ter sebut maka juml ah fakir miskin di Indonesia makin har i makin ber tambah. Menur ut hasil kaji an ter akhir sur vey Bank Duni a 60 % penduduk I ndonesia masih ber ada di bawah gar is kemiskinan, sedangkan menur ut BPS, jumlahnya seki tar 38 % dar i jumlah penduduk. Padahal dalam Undang-undang dasar 1945 pasal 34 di katakan; “Fakir miskin dan anak-anak ter lant ar di peli har a oleh Negar a. (Republi ka, 15 September 2003: 4)

Jika dianal isa lebih jauh, undang-undang pajak penghasilan yang bar u yang sudah mengakomodasi pengenaan zakat ke dalam penghasilan wajib, bel uml ah sesempur na yang di har apkan, di banding undang-undang pajak dan zakat di Malaysia dan di Negar a-negar a I slam lainnya, bahkan di Amer i ka Ser i kat saja donasi dapat menjadi pengur ang pajak . Unt uk i tu di per lukan kajian dan peneli tian yang lebih komprehensip tentang Pr ospek Pener apan Zakat Pengur ang Pajak Penghasilan Sebagai Alt er natif Kebij akan Fiskal di Indonesia .

Jika Pemer i ntah member l akukan zakat sebagai pengur ang pajak, par a muzaki akan semakin ber gair ah membayar zakat nya, sehingga juml ah muzaki akan meningkat. Yang ber ar ti juga akan meni ngkat kan jumlah wajib pajak secar a ber lipat.

Pada masa Rasulullah sumber pener imaan fi skal sal ah satunya dar i zakat. Dal am si stem dan kebijakan fiskal Islam, zakat mempunyai kedudukan isti mewa dan str at egis kar ena sebagai sumber pendapat an yang utama. Menunjang pengeluar an negar a, bai k dalam bent uk gover nment expendi t ur e , gover nment tr asfer sehi ngga mampu meni ngkat kan kesej ahter aan r akyat. Zakat dapat di anggap sebagai sistem fi skal kompr ehensif yang memili ki kelengkapan atur an mencakup subyek,

Ma’mun, Mansur , TB/ Pr ospek Penerapan Zakat,...

Ber dasar kan pada ur ai an di at as, ter dapat beber apa masalah yang dapat dii dentifi kasikan sebagai beri kut : (1) Pemer intah telah menjadikan pajak sebagai sumber pener i maan Negar a yang ut ama, sedangkan zakat belum t er masuk sebagai sumber pener imaan r esmi Negar a. (2) Dalam pemungutan pajak di Indonesia, khususnya pajak penghasilan ( PPh ) t er jadi double t ax dengan zakat, sehingga meni mbul kan kewaji ban ganda yang member at kan kaum Muslimi n, padahal pada beber apa Negar a musli m pengelolaan keduanya dapat t er i ntegr asi secar a baik. Untuk i tu di per lukan kajian yang lebi h kompr ehensip tentang pr ospek pengembangan zakat pengur ang pajak. (3) Lebih dar i 50% uang pajak digunakan untuk membayar ut ang luar neger i dan hanya 4 % yang di gunakan untuk menangani fakir miskin, melalui anggar an depar t emen sosial. Aki batnya keber adaan faki r miskin dar i t ahun ke tahun jumlahnya semakin ber tambah.

Set el ah di identifikasi per masal ahan di atas, ter nyat a ada per masalahan yang komplek antar a pajak dan zakat, mi ni mal ada empat per masalahan penelit ian yang akan diangkat, yai tu : (1) Bagaimanakah potensi zakat di masyarakat; ( 2) Bagai manakah pengelolaan zakat dan pajak pada masa Rasulull ah Saw. Khul afaur asyidi n, Bani Ummayah dan Bani Abbasiyah ser ta Negar a I sl am lainnya; (3) Bagaimanakah pengar uh zakat ter hadap pener imaan Negar a ji ka zakat di kelola oleh Negar a; dan (4) Bagaimanakah pr oses pener apan zakat pengur ang pajak penghasilan sebagai

alter nati f kebijakan fiskal di I ndonesia.

2. Metode

Ber dasar kan tujuan peneli tian di atas, maka dalam penelitian ini penul is akan mel akukan metode sebagai ber i kut :

Peneliti an ini akan memper gunakan met ode diskr iptif, melalui studi per pustakaan (Libr ar y r esear ch) dan obser vasi lapangan ( Fi eld r esear ch ). Metode i ni dipilih, agar pemahaman Al-Qur aan, Sunnah Rasulnya dan pr aktek-pr aktek Sahabat Nabi ser t a Khalifah sesudahnya har us didahulukan, bar u kemudian menggunakan Akal dal am menyimpul kan per soalan.

Langkah per t ama dal am peneliti an ini dilakukan melalui studi kepust akaan (libr ar y r esear ch). Hal ini di lakukan dengan mengumpul kan ber bagai liter atur e t entang zakat dan paj ak, sejar ah pengel ol aan zakat dan pajak, sumber -sumber pendapatan Negar a dan zakat pengur ang pajak penghasil an. Dar i l angkah per tama ini akan diper ol eh data pr imer ber upa pandangan ( pr i nsip-pr insip ) Islam tentang ber bagai masalah ter sebut.

Langkah kedua, melakukan obser vasi lapangan (fi eld resear ch), yai tu mengamati pelaksanaan pengel ol aan zakat sebagai pengur ang pajak penghasil an di lembaga Ami l Zakat . Dalam kegiatan ini dil akukan pengumpulan dat a, bai k mel alui pengalaman pr i badi sebagai pengelola Unit Pengel ol a Zakat ( UPZ ) As-Sal am maupun pemanfaatan sar ana syst em infor masi zakat, Inter net, media masa, majalah dan sebagainya. Dar i langkah kedua i ni akan diper oleh dat a sekunder ber upa data pelaksanaan zakat pengur ang pajak di Indonesia.

Langkah ket iga, data pr i mer t entang zakat dan pajak, sejarah pengelolaan zakat dan pajak sert a sumber-sumber pendapat an Negar a akan di r umuskan dan diklasifi kasikan, sehi ngga ter gambar suatu system pengel ol aan zakat dan pajak ser ta proses munculnya per at ur an Pemer intah mengenai zakat pengur ang pajak. Dar i l angkah keti ga ini akan di per oleh jawaban atas r umusan masalah yang dit el iti.

JRM B Volume 2, Special Issue 1: Manajemen Keuangan, September 2017: 187-200

Langkah keempat, dil akukan per bandingan ( kompar atif ) ant ar a data pr imer dengan pelaksanaan zakat ( dat a sekunder ). Dar i per bandingan ini, akan diper ol eh beber apa masukan dan usulan untuk per bai kan dal am pelaksanaan zakat pengur ang pajak di I ndonesia.

3. Pembahasan

3.1. Sejarah Pengelolaan Zakat Pengelolaan Zakat pada Masa Nabi

Kewajiban zakat di per intahkan kepada kaum Musl imin pada tahun kedua Hijr ah atau 624 M. hal i ni menunjukkan bahwa pada fase Makkah, masyar akat Musl im masih sedi ki t dan belum memer lukan sebuah system keuangan publik. Menjelang penakl ukan kota Makkah (fath al -Makkah) tahun 630 M, Negar a Islam sudah mulai ter konsol idasi . Saat itu Rasulullah Saw. Per nah mengi r im par a pengumpul zakat kepada suku-suku Ar ab. Meskipun paj ak t anah t el ah mulai ada pada Rasulul lah Saw. Namun pajak i ni mer upakan sumber pendapat an yang sangat sedi kit dan hanya di pr aktekkan sebagai hasil per janjian yang dibuat dengan sal ah satu suku yahudi..(Nur uddin M., 2006 : 131)

Zakat yang disyar i’at kan pada fase Madinah adal ah syar i ’at bar u yang ti dak ada yang mendahuluinya baik zakat yang disyar i ’atkan di dalam Agama-agama yang t er dahul u sebagai mana yang disebut kan dal am al -Qur aan maupun undang-undang bumi . Ia adalah salah satu r ukun i man, dan menjadi sal ah satu penguat i man. Dan penunaiannya - ber sama pelaksanaan shalat dan kesaksian atas keesaan Allah ser t a ker asulan Muhammad. Zakat adalah kewaji ban yang par a pengingkar nya dianggap kafi r , dianggap fasik or ang yang menolaknya dan diper angi mer eka yang menentang jamaah kaum Muslimi n dengan meni nggal kannya. Zakat di dal am Islam, bukanlah sumbangan yang mer upakan kebaikan hati or ang kaya kepada or ang miskin melainkan lebih luas dar i hal ter sebut. Zakat adalah bagi an t er penti ng dar i undang-undang ekonomi Islam. Ia mer upakan sat u-satunya hukum yang member i solusi t er hadap masal ah kemiskinan dan masalah keuangan secar a umum, pada saat dunia belum mengenal undang-undang yang memper hati kan masal ah t er penti ng dalam kehidupan manusi a ter sebut. Saat itu Isl am t elah menentukan har ta yang wajib di keluar kan zakatnya, bat as mi nimal, kapan diwajibkan dan jumlah yang har us dikel uar kan. (Qar daw i,, 2005 : 322 – 323).

Di dal am pengel ol aan zakat tidak ada i nter aksi langsung ant ar a or ang kaya dan or ang faki r sebagai mana yang disyar i’at kan di dalam al-Qur aan ( sur at at-Taubah : 103 ). Mel ai nkan Pemetintahlah sebagai w aki l dar i or ang faki r dalam mengambil zakat dar i or ang-or ang kaya. I sl am menegaskan hal ter sebut, dengan menjadikan par a pemungut zakat ( ‘Amili in ) sebagai salah satu gol ongan yang ber hak mener ima zakat .

Dar i sejuml ah ayat dan hadit s Nabi dapat di ambil beber apa pemahaman t entang ber bagai per soalan yang ber kaitan dengan pengelolaan zakat pada masa Nabi yaitu sebagai ber i kut:

Per t ama , bahwa untuk menangani pengel ol aan zakat, Nabi menempat kan dir inya sebagai Amil dan beli au juga per nah mengangkat or ang lain sebagai Amil , seper ti Muadz bin Jabal . Kedua , pengangkat an Ami lin ti dak hanya dil akukan unt uk kepent ingan Pemer intah pusat tapi juga diangkat Amilin untuk tingkat daer ah. Keti ga , dal am hal pengangkat an Amil in, Nabi memi lih or ang-or ang yang jujur , adi l, benar - benar faham per soalan zakat pada khususnya dan per kar a-per kar a hukum Islam pada umumnya. Keempat , penar ikan zakat pada dasar nya har us ber sifat pr oaktif. Sebagaimana penar i kan zakat pada ayat 103 sur at al -Taubah. Asas pr oakt if i ni tidak ber ar t i menghalangi par tisi pasi aktif par a muzakki yang ber kemauan untuk mengantar kan zakat nya kepada Ami lin, sebab Nabi sendir i seri ng mener ima zakat di tempat tinggal beliau.

Kel ima , alokasi pembagian hasil dana zakat lebih mengut amakan mustahi k yang ber ada di daer ah par a Muzakki . Per intah Nabi Muhammad Saw. Kepada Muadz bin Jabal supaya menggali potensi dana zakat yang ada di daer ah Yaman untuk kesejaht er aan sosial ekonomi r akyat Yaman itu sendir i. Tidak ada per int ah Nabi kepada Muadz untuk mengi r imkan dana zakat pendudu k

Ma’mun, Mansur , TB/ Pr ospek Penerapan Zakat,...

Yaman ( sebahagi an at au seluruhnya ) ke pemer intah pusat yang ber ada di kota Madi nah. Namun demi kian bukan ber ar ti tidak boleh mengali r kan sebagian at au selur uh dana zakat daer ah t er tentu untuk par a must ahiq zakat yang ada di daer ah-daer ah lain yang sangat membutuhkan.

Keenam , Nabi Muhammad Saw . Tel ah member i kan imfor masi yang sangat jelas dan lugas tent ang hukum, obyek, besar penar ikan zakat dan hal-hal lain ber t al ian dengan dengan sel uk beluk per zakat an. Kejelasan dan detail infor masi zakat seper ti ini mutl ak di pandang per l u untuk membant u memper mudah par a Muzzaqi dalam hal penghit ungan dan tehnik pembayar an zakat.

Ket ujuh , Nabi Muhammad Saw. Ber upaya sekuat tenaga untuk mendor ong Amili n beker ja ker as dalam mengumpulkan zakat dar i par a muzzaqi . Bahkan ji ka seseor ang belum mencapai der ajat Muzzaqi, Nabi tidak keber atan untuk menar i k sebahagi an keci l dar i har ta yang di miliki seor ang Musli m yang bel um mencapai ni shab. (Suma, 2003: 64 – 68).

Pada masa pemer int ahan Rasul ul lah Saw. Sejak t ahun kedua hijr iyah, zakat dan shadaqah sudah menjadi pendapatan utama Negar a. Pengelolaan zakat secar a efekt if dan pr ofessional bar u ter wujud pada tahun ke-sembi lan Hi jr iyah, yai tu ketika Islam telah kokoh, wi layah Islam telah meluas dan orang ber bondong-bondong masuk Isl am. Saat it u per atur an zakat telah ter susun yang meliput i; system pengumpulan zakat, bat as-batas zakat dan tingkat per sent ase zakat untuk bar ang yang ber beda –beda, ser ta penentuan system penggaj ian ( hak-hak ) pet ugas ( Amil ) zakat. (Sudar sosno, 2003: 120)

Pengelolaan Zakat pada Masa Khulafa al-Rasyidin

Kebijakan Nabi Muhammad Saw. Tentang pengelolaan dana zakat, kemudi an di kembangkan oleh par a khali fah yang mengganti kannya yakni Abu Bakar , Umar bin al-Khaththab, Ustman bin Affan dan Ali bi n Abi Thalib.

Sejar ah telah membuktikan bahwa setelah meni nggal nya Rasulullah Saw. Yakni keti ka pemer intahan Khalifah Abu Bakar Siddi q sudah ada kelompok kaum Muslimi n yang ingkar (tidak mau membayar ) zakat dengan alasan yang dicar i-car i, seper ti Rasul ul lah Saw., telah meninggal dunia. Set elah diber i kan penger t ian secar a bai k-bai k dan t et ap saja mengi ngkar i membayar zakat, maka dengan sangat ter paksa Khalifah Abu Bakar Si ddiq memer angi kelompok ingkar ter sebut. (Doa, 2004: 3)

Pada zaman Khalifah Umar bin al-Khaththab dan khususnya pada masa Usman bin Affan, administr asi pengelolaan zakat mencapai puncak kemajuan dan kejayaannya seir ing dengan kemajuan tata admi nist r asi Islam di ber bagai bi dang. Sebagai mana di ketahui , Khalifah Umar bin al- Khatht hab-lah Khalifah per tama dalam sejar ah Islam yang mel akukan ber bagai ter obosan untu k menata administr asi Negar a secar a lebi h sistematis, tr anspar an dan pr ofessional. (Suma, 2003: 69).

Banyak komit men par a Sahabat yang menunjukkan pada kit a bahw a pengelolaan zakat pada masa Khulafa al-Rasyidin dikelola secar a pr ofessi onal dan tr anspar an oleh pemer int ah, ber i kut i ni beber apa per nyataan mer eka :

Dar i Ibnu Umar , semoga Allah mer idhai keduanya, Ia ber kat a; “Ser ahkanlah sedekah/ zakat kamu sekali an pada or ang yang dijadikan Allah sebagai penguasa ur usan kamu sekalian. Bar ang siapa yang ber buat baik, maka akan ber manfaat buat dir i nya dan bar ang siapa yang ber buat dosa maka akan mudhar at bagi di r inya”. Dar i Qaj’ah (budak yang di mer dekakan Ziad) sesungguhnya Ibnu Umar ber kat a; “serahkanlah zakat kamu sekalian kepada penguasa, walaupun dengan i tu mer eka memper gunakannya untuk minum khamar ”. Ber kata Imam Nawawi; “Keduanya di r iwayat kan oleh Imam Bai haqi dengan sanad sahih atau sanad hasan “.

Dar i Mughir ah bi n Syu’bah, Ia ber kat a kepada budak yang dimer dekakannya yang mengur us hart anya di Thaif: “Apa yang t el ah kau l akukan ter hadap sedekah/ zakat har taku ?” Ia menjawab : “ Sebahagi an aku sedekahkan sendir i dan sebahagian lagi aku ser ahkan kepada penguasa”. Mughi r ah ber kat a: “ Atas dasar apa hal itu kamu lakukan?”. (Mughi rah membencinya, kar ena ia telah menyer ahkan zakat it u secar a langsung oleh dir i nya sendir i). Ia menj awab: Par a Penguasa itu memper gunakan har ta zakat untuk membeli tanah dan mengawini w anita”. Mughir ah

JRM B Volume 2, Special Issue 1: Manajemen Keuangan, September 2017: 187-200 JRM B Volume 2, Special Issue 1: Manajemen Keuangan, September 2017: 187-200

Ber dasar kan hadi ts Nabi Saw. Dan fatwa par a Sahabat di atas, semuanya membuat ki t a semakin menget ahui bahkan meyakini bahwa yang pokok dal am pandangan syar i ’at Isl am adalah zakat i tu di ur us oleh pemer intah yang Musli m, i a mengambi lnya dar i or ang yang w aji b mengeluar kan zakat dan membagi kannya pada or ang yang ber hak mener i ma zakat, dan masyar akat ber kewajiban untuk membantu par a penguasa dal am ur usan i ni, sebagai pengakuan akan kehar usan adanya ket er atur an, memper kokoh bangunan Islam dan memper kuat baitul-mal kaum Muslimi n.

Dar i ur aian pembahasan sejar ah pengelolaan zakat pada zaman Nabi Muhammad Saw. Dan Khul afa al -Rasyidin, dapat disimpul kan bahw a pengel olaan zakat di zaman Rasulullah Saw. Dan sahabat yang empat ( Abu Bakar, Umar , Utsman dan Ali Ra.) benar -benar fungsi onal dan pr ocedur al, ser ta dikelola oleh l embaga amili n / Pemer i ntah yang benar -benar pr ofessi onal, tr anspar an dan amanah. Sehingga zakat sebagai salah sat u sumber ekonomi Umat benar -benar mampu mensejahter akan masyar akat dan umat I slam waktu itu. Penanganan dan pengelolaan zakat seper t i ini, mut lak per lu ditir u atau tepatnya dii kuti ol eh l embaga-l embaga ami l zakat yang ada sekar ang.

Pengelolaan Zakat pada Masa Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah

Pada zaman Rasulul lah Saw., zakat ber hasil dikelola dengan bai k, dengan kesadar an penuh, masyar akat cukup dengan mengemukakan ayat al -Qur aan at au hadits Nabi. Kekuatan ayat al- Qur aan dan ucapan Nabi Saw., ber hasi l memaksa or ang-or ang kaya keti ka itu untuk mengeluar kan zakat. Kar ena kesadar an inilah, diminta atau ti dak, mer eka ber bondong-bondong mengeluar kan zakatnya.

Demikian pula keti ka masa pemer i ntahan Khulafa al-Rasyi din ( Abu Bakar , Umar bi n al- Khatht hab, Usman bin Affan dan Ali bi n Abi Thalib ) pengel olaan zakat tel ah mencapai kemajuan dan kejayaan.

Keadaan demi kian t er us ber l anjut seir ing dengan kemajuan Negar a Isl am waktu itu, dengan mencapai puncak kejayaannya pada masa-masa dinasti Bani Umayyah dan di nasti Bani Abbasi yah, ter ut ama keti ka Umar bi n Abdul Azis menjadi khali fah, sejar ah pengelolaan zakat mencapai puncaknya. Umar ber hasi l menggunakan kekuasaannya untuk memaksa or ang agar mengeluar kan zakat. Keber hasi lan Umar di tandai dengan kesejahter aan yang melimpah bagi Negar a kar ena zakat ber hasil menai kkan status soci al par a mustahik

Par a mustahi k menggunakan dana zakat ini secar a pr oduktif. Mer eka t er l ibat dalam kegiatan ber bagai usaha yang menghasilkan keuntungan yang mel impah. Kar ena itu Pemer intah menopangnya dengan membuka peluang bagi r akyat unt uk menuntut ilmu secar a gr atis. Saat i tu penganggur an t idak ada dan ber bagai fasili tas umum dibangun secar a cepat. Dal am t empo dua tahun tidak ada lagi r akyat miskin. Kar ena semua r akyat hidup ber kecukupan maka semakin sulit mencar i mustahik. ( htt p: w ww. Pikir an Rakyat. Com.mimbar , 9 Nopember 2004, hl m. 3)

Keber hasilan dan kejayaan pengelolaan zakat pada zaman Khali fah Umar bin Abdul Azis i tu di topang oleh dua hal. Per t ama kepemimpi nan yang amanah, sederhana dan jujur . Kedua, oleh kesadar an masyar akat unt uk menyadari betapa pent ingnya kesejaht er aan ber sama.

Melalui pengelolaan yang amanah dan pr ofessi onal, zakat bisa mengubah masyar akat statis menjadi masyar akat di namis, dar i miskin menj adi sejaht er a dan dapat menghilangkan kesenjangan soci al . Pandangan ini didasar i ol eh pengalaman sejar ah tentang ber bagai neger i yang masyar akatnya ber ada pada ti ngkat kemakmur an. Ter nyata r ahasi a di balik i tu adalah kar ena zakat di kel ola dengan bai k (Amanah dan pr ofessi onal ) .

Ma’mun, Mansur , TB/ Pr ospek Penerapan Zakat,...

3.2. Pengelolaan Zakat pada Beberapa Negara Muslim

Banyak Negar a-negar a Isl am atau Negar a-negar a ber penduduk mayor itas Musl im yang t elah mengalami kemajuan dalam hal pengel ol aan zakat. Sebutl ah di antar anya Kuwait, mesir , Saudi Ar abia, Sudan, Li bia dan lain-lain. Ter masuk kaw asan Negar a-negar a Asia tenggar a (ASEAN ) ter ut ama Br unai Dar ussalam, Malayasi a dan Singapur a yang telah l ebih dahulu melakukan ber usaha sekuat tenaga untuk memenej pengelolaan zakat sepert i yang di contohkan oleh Nabi Muhammad Saw. Dan al-Khulafa’ al-Rasyi dun. (Suma, 2003: 70).

Sement ar a di banyak negar a Musl im l ai nnya, Zakat di laksanakan sekedar untuk memenuhi kew aji ban Agama dan menggugur kan kewajiban saja. Akibatnya aj ar an zakat t er cer abut dar i kont eks sosial ekonomi atau dengan kata l ain zakat yang sar at dimensi sosial ter sebut beral ih menjadi per soal an i ndividu yang dampak sosialnya tidak ter asa secar a signifi kan.

Padahal, dal am Islam ada ajar an yang mengajar kan kesalehan dan tanggung jaw ab social yai tu zakat. Aki batnya zakat dikungkung menjadi ur ur san pr ibadi seor ang Musl im dengan Tuhannya dan tidak dapat dir asional kan secar a sosiologis. Zakat tidak menjadi alat untuk mencapai tujuan-tujuan kesalehan sosial tetapi hanya menjadi instr umen kesal ehan pr i badi.

Kelemahan dar i segi manajemen zakat ini, seti daknya mengakibat kan t er jadinya dua hal yai tu: Per t ama, zakat ter pisah dar i Negar a dan menjadi ur usan pr i badi seti ap Musli m yang menjadi wajib zakat ; Kedua, zakat tidak ber hasi l mencapai tujuannya sebagai sar ana pembebasan masyar akat yang ter jebak dalam kemiskinan dan keter belakangan.. (Nur uddi n, 2006:. 57).

3.3. Potensi Zakat di Indonesia

Jika kit a bandingkan dengan pot ensi zakat di beber apa negar a I sl am tentunya pot ensi kita jauh lebih besar . Pada t ahun 2000 dan 2002, pot ensi zakat di Jor dania, Kuw ai t dan Mesir sangat kecil bi la di bandi ngkan dengan nil ai Gr oss Domesti c Pr oduct (GDP) mer eka, bahkan dapat diabaikan kar ena sangat ti dak si gnifi kan.

Sel anjutnya, potensi zakat Ar ab Saudi mencapai 0,4 per sen-0,6 per sen dar i total GDP mer eka. Khusus untuk Pakistan, potensi zakat mencapai 0.3 per sen dar i GDP, dan Yaman memiliki potensi hingga 0,4 per sen dar i tot al GDP. Jika dili hat sekilas, nampak bahw a potensi zakat masih sangat kecil. Sedangkan potensi zakat Indonesia mencapai Rp19 tr ili un atau 0,95 per sen dar i GDP Indonesia.

Jika kita menggunakan asumsi bahwa potensi zakat adal ah sama dengan 2,5 per sen dikali dengan total GDP, menemukan bahwa potensi zakat Tur ki mencapai angka 5,7 mili ar dolar AS. Sedangkan pot ensi zakat Uni Emir at Ar ab dan Mal aysia masing-masing sebesar 2,4 miliar dolar AS dan 2,7 mil iar dol ar AS. Total potensi zakat sel ur uh negar a-negar a Islam mi nus Br unei Dar ussalam adalah sebesar 50 mil iar dolar AS. Dar i si si r eali sasi , secar a umum dana zakat yang ber hasil di hi mpun ol eh masi ng-masing negar a masih sangat kecil .

Indonesi a sebagai contoh, hanya mampu menghimpun 800 miliar r upiah pada tahun 2006 lalu, atau 0,045 per sen dar i total GDP. Malaysia pun pada t ahun yang sama hanya mampu mengumpulkan 600 r inggi t, atau sekit ar 0,16 per sen dar i GDP mer eka. Dar i data r iset i ni menunjukkan betapa Indonesia masih unggul dar i hasil pengumpulan diant ar a negar a-negar a besar Isl am di dunia.

Meski pun Indonesia memi liki potensi zakat hingga 217 t r ilun per tahunnya, namun faktanya pada t ahun 2010 BAZNAS hanya mampu mengumpulkan seki tar 1,5 tr il iun saja dan meningkat pada t ahun 2012 hi ngga 1,7 t r iliun meskipun tel ah dipr ediksikan mencapai 2 tr ili un, namun hasil it u belum mencapai tar get. (El-Banjar y, kompas.com, 01 agustus 2013).

3.4. Pengelolaan Zakat oleh Negara

Yang di maksud zakat di kelola oleh Negara adalah: Negar a / Pemer i ntah yang menyelenggar akan pengel ol aan (penar ikan dan pendistr i busian) zakat dar i masyar akat Musl im yang kaya (agni ya) dan

JRM B Volume 2, Special Issue 1: Manajemen Keuangan, September 2017: 187-200 JRM B Volume 2, Special Issue 1: Manajemen Keuangan, September 2017: 187-200

“Ambilah zakat dari hart a mer eka unt uk member si hkan har t a mer eka dan menghapus kesal ahan mer eka dan ber doalah sesungguhnya doa kamu i t u menjadi ket ent r aman ji wa mer eka dan Allah maha mendengar l agi maha mengetahui.”

Ada beber apa al asan yang dapat di kemukakan di si ni , kenapa zakat har us dikelola oleh Negar a / Pemer intah.

Al asan per t ama, ber dasar kan pengalaman sel ama ini (dar i zaman penjajahan bel anda sampai sekar ang), pengel ol aan zakat di per cayakan kepada pr ibadi umat Islam masing-masing atau di per cayakan kepada ami l zakat sw asta seper ti; BAZNAS, BAZDA, LAZ dan Dompet Dhuafa. Hasilnya uang zakat yang ter kumpul sangat sediki t, kar ena badan ami l zakat swasta ter sebut di atas tidak mempunyai w ewenang untuk memaksa par a muzakki membayar zakat, hanya sebat as hi mbauan saja at au hanya menunggu kesadar an dar i umat I slam yang kaya (muzakki ). Akhir nya jumlah dana zakat yang ter kumpul tidak signifi kan unt uk member dayakan ekonomi umat dalam upaya memer angi kemi ski nan

Al asan kedua, dili hat dar i syar iat I sl am, zakat wajib hukumnya bagi pemeluk Islam, sebagai mana dijel askan dal am hadits Nabi Saw . : “Islam it u didiri kan at as lima per kara; 1).Membaca dua kal imat syahadat, 2).Menegakkan shal at , 3).Membayar zakat , 4).Ber puasa pada bulan Ramadhan, 5). Menger jakan ibadah haji bagi yang mampu.”

Rukun Islam ini har us di ker jakan secar a utuh ( kaffah), ti dak boleh hanya separ oh-separ oh. Dan jangan mer asa sudah ber Islam secar a bai k lantar an telah melaksanakan shalat saja, sedangkan menunai kan zakat dan kewaji ban l ai nnya di abai kan.

Banyak par a Ul ama yang menyar ankan agar zakat dikel ola oleh Negar a, diant ar anya adalah Pr of. Hazair in, Ia ber ar gumentasi bahwa syar iat Isl am itu t er dir i dar i tiga kategor i : Kat egor i per t ama, adalah syar iat I slam yang mengatur hubungan ant ar a manusia dengan Tuhannya seper ti shalat dan puasa, ini ti dak memer l ukan bant uan kekuasaan Nagar a. Kat egori kedua, adalah syar i at yang mengat ur tuntunan hidup ker ohani an atau keimanan dan kesusilaan atau akhlak, ini juga tidak memer lukan bantuan kekuasaan Negar a. Kategori ketiga, adalah syariat yang mengandung hukum dunia seper ti hukum per kawinan, hukum war isan, hukum zakat dan hukum pidana. Hukum-hukum ter sebut sangat memer lukan bantuan kekuasaan Negar a, baik Negar a Islam maupun Negar a non Islam agar dapat ber jalan dengan sempur na.

Al asan ket iga , kar ena sebahagian besar (90%) penduduk Indonesia ber agama I sl am dan sebahagian besar pula pemimpin Indonesia ber agama Islam. Sesuai dengan undang-undang dasar 1945 pasal 29 ayat (2) yang ber bunyi : “Negar a menj ami n kemerdekaan tiap-t iap penduduk unt uk memel uk Agamanya masing-masing dan beribadat menur ut Agamanya masing-masing. Jadi bai k umat I slam, Kr ist en, Hindu maupun Budha har us dili ndungi ol eh Negar a unt uk beribadat menur ut Agamanya masing-masi ng.”

Bila zakat dikelola oleh Negar a, maka ada beber apa manfaat yang dapat diambil langsung, yai tu :

1. Dengan pengelolaan zakat yang baik oleh Pemer intah, kel ompok papa dan kekur angan ti dak lagi mer asa khawati r akan kelangsungan hi dupnya, kar ena seti daknya mer eka akan meni kmati hasi l pengumpulan zakat yang dilakukan Pemer intah untuk menopang kehi dupannya.

2. Dengan adanya pet ugas r esmi yang ber t ugas memungut zakat dar i par a w ajib zakat (muzzaki). Par a muzzaki lebih di sipl in dal am menunai kan kewaji bannya dan kaum faki r miskin lebi h t er jamin haknya. pengelolaan zakat ol eh Pemer intah akan menjami n ket aat an pembayar an zakat . Pembayar an zakat yang di sipl in akan menimbulkan

Ma’mun, Mansur , TB/ Pr ospek Penerapan Zakat,...

3. Per asaan fakir miskin l ebih t er j aga, kar ena dia tidak lagi sebagai pemi nta-mi nta. Pendistr i busian zakat pada fakir miski n, dal am jangka pendek, akan menjadikan per asaan dan kehor mat an kaum faki r mi skin lebih t er pelihara, kar ena mer eka akan ter hindar dar i kelapar an dan memi nt a-mi nt a. Hal i ni akan lebih bai k bil amana pendistr ibusian zakat kepada par a mustahi k memili ki sasar an, focus, pr ogr am dan t ujuan jangka panj ang yang diikuti dengan pel aksanaan yang ber kesinambungan. Sudah waktunya pendistr i busi an zakat di r ekonstr uksi dar i pol a konsumti f menuju pol a pr odukt if. Hal ini bisa dal am bentuk : Per t ama, zakat di bagikan untuk memper tahankan insent if beker ja atau mencar i penghasilan sendi r i di kalangan fakir miskin. Kedua, sebahagian dar i zakat yang ter kumpul (seti daknya 50%) digunakan untuk membiayai kegi atan yang pr oduktif kepada kelompok masyar akat fakir miskin, misalnya penggunaan zakat unt uk membiayai ber bagai kegi at an dan latihan ket r ampilan pr odukt if, pember ian modal ker ja at au bantuan modal awal. Kalau pol a semacam ini ber hasi l, akan sangat membantu pr ogr am pemer intah dalam mengentaskan kemi ski nan, memer at akan pendapatan dan memper sempit kesenj angan.

4. Pengelolaan dan pendistr i busian zakat oleh Pemer intah akan menjadi kan pelaksanaannya lebih ter tib dan ter at ur , kar ena Pemer i ntah mempunyai data muzzaki dan mustahi k yang lebih lengkap. Pengelol aan zakat ol eh Pemer i ntah akan member i kan kemudahan par a muzzaki dalam membayar zakat nya dan mengadministr asikannya secar a baik seper ti administr asi pajak.

5. Dengan di kel ol anya zakat ol eh Pemer int ah, pemanfaatan zakat ter sebut untuk kemasl ahatan dan kepentingan umum akan l ebih tepat sasar an. Kar ena bagai manapun kepentingan umum adalah masuk kategor i sabi lillah, yang juga ber hak mener ima har t a zakat. Par a Ulama mulai mengembangkan konsep sabil illah it u t idak khusus pada ji had dan yang ber hubungan dengannya, akan tet api sabi lil lah diper luas ar ti nya meli puti segal a hal yang mencakup kemaslahat an, taqar r ub dan per buatan-per buat an bai k.

6. Dana zakat dapat digunakan untuk mengelola dan mengembangkan potensi-potensi ekonomi r akyat yang ber si fat pr odukt if, seper ti membuka lapangan ker ja dan usaha yang diambi l dana zakat atau member i kan bantuan modal untuk membuka usaha mandi r i.

7. Menghil angkan r asa r i kuh dan canggung yang mungkin dialami oleh must ahi k keti ka ber hubungan dengan muzakki . Bagaimanapun juga, secar a fitr ah setiap or ang tidak ingin menjadi or ang yang lemah dan hanya menjadi objek pember ian. Bahkan setiap or ang akan mendambakan bahw a ia akan mampu member ikan manfaat kepada or ang lain. .(Doa, 2004: 2 – 33).

3.5. Prospek Penerapan zakat pengurang pajak penghasilan sebagai alternatif kebijakan

fiskal di I ndonesia. Pengel ol aan zakat di Indonesi a telah ditopang ol eh sebuah per angkat hukum yait u UU No.38 tahun 1999. namun pengelolaan zakat di Indonesi a hingga kini belum member i kan hasil yang optimal,

bai k pengumpulan maupun pember dayaan dana zakat. Kar ena sampai saat ini dana zakat belum mampu member i kan pengar uh yang lebi h besar bagi ter wujudnya kesejshter aan umat Islam. Sebagai payung hukum dalam pengel ol aan zakat di Indonesia, UU ini t idak secar a tegas meri nci par a Muzaki dan sanksi bagi yang t idak ber zakat, undang-undang ini hanya sebatas pengelolaan semat a. Di samping it u kur ang opti malnya keber adaan UU pengel ol aan zakat juga disebabkan paling tidak ol eh dua hal , yaitu; sosialisasi dan per angkat pel aksana UU itu sendir i . Akibat nya masyar akat bel um memil iki pemahaman yang bai k mengenai zakat. Padahal masyar akat mer upakan salah satu factor penent u bagi optimalnya pengelolaan zakat, sehi ngga masyar akat tidak mem

JRM B Volume 2, Special Issue 1: Manajemen Keuangan, September 2017: 187-200 JRM B Volume 2, Special Issue 1: Manajemen Keuangan, September 2017: 187-200

Sel ai n masalah sosialisasi juga masalah per angkat pelaksana UU ber upa per at ur an pemer intah. Per angkat ini sangat lemah kar ena kedua pi hak yang ter kai t dalam hal ini Depar temen Agama dan Depar temen Keuangan bisa saja bel um menemukan titik temu. Bil a per angkat i ni ber bentuk per atur an Pemer int ah, diper kir akan dampaknya akan lebih kuat, kar ena per at ur an Pemer intah akan memiliki kekuat an untuk memaksa kedua inst itusi ter sebut unt uk melakukan apa yang ada dalam Undang-undang. Kedua masalah tersebut secar a makr o member ikan pengar uh yang cukup besar dalam pengel ol aan zakat di Indonesia..( ht t p : / / www. Republika. Co. i d , 4 Apr il 2007, hlm. 1 – 2) .

Pemer intah Mal aysi a juga menet apkan per at ur an par a muzaki yang t elah membayar zakat akan mendapat kan ker inganan dal am membayar pajak ber dasar kan akt a 1967 GA ayat 3 menyatakan bahw a; Siapa yang membayar zakat kepada majelis Agama Negeri yang disert ai bukti, maka ia akan mendapat kan ker i nganan unt uk membayar pajak, sejak per atur an itu di ber lakukan Pemer intah Mal aysia, dana zakat yang ter kumpul semaki n meningkat..( Republika Online – ht t p : / / www. Republika. Co. id ., 4 Apr il 2007, hlm. 1 -2)

Pada tahun 1978, pemer i ntah Malaysia mengesahkan atur an setiap pembayar an zakat indi vi du dapat menjadi pengur ang pajak. Pada t ahun 1990, zakat pengur ang pajak mulai di ber ikan kepada per usahaan yang membayar zakat dengan potongan sangat keci l. Jika pembayar an zakat indi vi du dapat menjadi pemotongan pajak 100 per sen, pada t ahun 2005, pemer intah Malaysi a mengeluar kan keput usan mener ima zakat per usahaan menjadi pengur ang paj ak hanya sebesar 25 per sen saja. Pemer intah Malaysia masih bel um mener ima usul an agar zakat per usahaan dapat mengur angi pajak 100 per sen. Kar ena it ulah per si dangan ini juga di sel enggar akan dalam r angka mengkaji usul an kemungki nan zakat per usahaan dapat menjadi pengur ang pajak per usahaan 100 per sen, di mana pemer i nt ah Malaysia masih ter us memper ti mbangkannya.

Dar i dat a pengumpul an zakat dan pajak di Malaysi a disebut kan bahwa pener imaan zakat negar a pada tahun 2009 adalah sebesar RM 1,2 mil iar , sementar a pener i maan paj ak negar a adalah sebesar RM 75 mili ar . Data t er sebut menunjukkan bahwa pener imaan zakat Malaysia ber banding pener i maan pajak adal ah sebesar 1,6 per sen. Di Mal aysia sendi r i setelah diber lakukannya zakat pengur ang pajak ( khususnya zakat i ndividu yang sudah 100 per sen), t er nyat a dat a pener imaan pener i maan zakat dan pajak selama t iga tahun ter akhir kedua-duanya ter us mengal ami peningkat an sebagaimana t er cantum dalam tabel ber ikut :

Per bandingan Pener imaan Zakat dan Pajak Malaysia (dalam mi liar RM) Tahun Zakat Pajak

Ber dasar kan hasi l kaji an ber bagai pi hak di Malaysi a, yang menjadi faktor penyebab penai kan pengumpulan zakat di Mal aysia adal ah : 1) Kampanye zakat yang semakin meluas, 2) Adanya zakat sebagai pengur ang pajak, dan 3) Peni ngkat an kesadar an ber zakat umat Islam di Malaysi a. Sementar a car a pembayar an zakat yang paling banyak dilakukan oleh muzakki (pembayar zakat) di Mal aysia adalah mel al ui pemotongan secar a l angsung gaji par a pegawai pemer intah atau kar yawan per usahaan swasta.(For um Zakat Malaysia,7 oktober 2010).

Ma’mun, Mansur , TB/ Pr ospek Penerapan Zakat,...

Sebenar nya masalah zakat dapat mengur angi pajak sudah dilontar kan jauh-jauh har i oleh mantan ment er i keuangan Bambang Sudi byo. Per nyat aan ini ber dampak pada per atur an daer ah mengenai pener apan pajak atas hasil usaha badan maupun per or angan akan di kaitkan dengan zakat, yang pada akhir nya zakat mer upakan suatu pendapat an yang disejajar kan dengan pajak.. ( http : / / www. Bazis DKI . Go. Id., Zakat Dapat Mengur angi Paj ak Penghasilan, 04 Juli 2005, hlm. 1)

Jika Pemer i ntah member l akukan zakat sebagai pengur ang pajak, par a muzaki akan semakin ber gair ah membayar zakat nya, sehingga juml ah muzaki akan meningkat. Yang ber ar ti juga akan meni ngkat kan jumlah waji b pajak secar a ber lipat , hal ini dikar enakan :

1. Masyar akat Indonesi a mayor itas muslim, mer eka umumnya beker ja pada sektor infor mal, biasanya or ang yang beker ja pada sektor infor mal, ti dak bi asa bayar pajak, namun mer eka t et ap r aji n membayar zakat. Jika Pemer i ntah member lakukan zakat dapat mengur angi pajak, maka waji b pajak yang sel ama ini t i dak bayar pajak, maka mer eka akan ter data sebagai w ajib pajak dan insya Allah akan membayar pajak ber samaan dengan membayar zakatnya. Kelompok masyar akat yang semacam it u jumlahnya banyak. Negar a seper ti nya ber kur ang 2,5 % dar i t otal penghasi lan pajak, t et api sebenar nya ber t ambah dengan dat angnya wajib pajak bar u, yang diper ki r akan bi sa mencapai tiga kali li pat dar i jumlah wajib pajak dewasa ini .

2. Ber dasar kan hasil penelit ian, Umat Islam lebih puas membayar zakat dar i pada membayar pajak. jika Pemer i nt ah menetapkan zakat sebagai pengur ang pajak dengan pengelolaan yang amanah dan pr ofessional , insya Allah akan banyak waji b zakat yan g membayar zakat nya. Bi la pengel ol aannya oleh negar a sebagaimana pajak, maka pener i maan Negar a akan ber t ambah dan ber l ipat .

Per bandingan hasil penel itian kepuasan kew aji ban pajak dan zakat adalah sebagai ber ikut:

1. Dimensi Reliabilit y . Pada di mensi i ni yang unggul adalah pengelola zakat, kar ena dapat member ikan bukti at as apa yang dii nginnkan oleh costumer ( waji b zakat ) seper t i tr anspar ansi dan dapat di per caya. Sedang pengelolaan pajak belum dapat member ikan penyesuaian dengan yang costumer i nginkan seper ti tr anspar ansi dan dapat diper caya.

2. Dimensi Responsi veness . Pada dimensi ini yang memili ki peni laian ter baik adalah pengelola zakat, kar ena mampu member i kan ket anggapan dan menunjukkan kepedulian kepada waji b zakat nya. Sedang pengelola pajak bel um member ikan ket anggapan dan kepedul ian ter hadap kebutuhan wajib pajaknya.

3. Dimenusi Assur ance . Pada dimensi ini kar yawan yang mampu diper caya dan meyakinkan ser ta memili ki pengetahuan dan sopan santun, menur ut peni laian r esponden pada kedua pengelola memper oleh predikat yang sama. Tapi ber dasar kan penil ai an angka, pengel ol a zakat masih mengunggul i pengelola pajak.

4. Dimensi Emphat y . Pada di mensi ini, pengelola zakat masih unggul, kar ena ber usaha memahami kondisi costumer ( w ajib zakat ) dengan sepenuh hati dan menempat kan mer eka sebagai sumber kor eksi dengan mener ima keluhan dan masalah ser ta melayani keingi n t ahuan dan kebutuhan mer eka. Pada pengelola pajak hal ter sebut di ni lai belum memuaskan.

5. Dimensi Tangibles . Pada di mensi ini , seper ti fasi litas fi si k, per alatan, per sonal ia dan mater i –mat er i komunikasi yang di miliki pengelola pajak di ni lai sudah cukup memadai dibandingkan dengan pengelola zakat, kar ena hanya sebahagian dar i pengel ol a zakat yang memili ki fasilit as yang memadai. Pengel ol a pajak dinil ai cukup memili ki fasili tas yang memadai, di lihat dar i fasilitas yang ada baik dar i segi jumlah maupun kegunaan fasilitas ter sebut untuk kemudahan Costumer. (Setyawan, 2004: 99 – 101)

Wal aupun Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tent ang Pengel olaan Zakat dan yang ter bar u Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 t entang Pengelolaan Zakat t el ah di ter bi t kan, namun

JRM B Volume 2, Special Issue 1: Manajemen Keuangan, September 2017: 187-200 JRM B Volume 2, Special Issue 1: Manajemen Keuangan, September 2017: 187-200

Dengan kebijakan Pemer intah, posisi zakat tak lagi pinggir an. Per t ama, bagi Pemer int ah, menyetar akan zakat dengan paj ak bukan hal sulit . Kedua, hanya kebijakan yang bisa menempat kan zakat jadi t ax deduct abl e. Lihatlah Singapur a. Negar a sekuler yang bebas bea impor ini, sama sekali tak sungkan mengakui zakat sebagai pengur ang pajak. lant as mengapa I ndonesia tidak. Keti ga, dengan kebi jakan saat nya zakat di kendalikan Pemer int ah melalui depar temen keuangan. Dengan ini , kekuatan negar a ber t ambah, ada pajak dan ada zakat . sangatlah tepat jika zakat dijadikan instr umen oleh negar a dalam mengur angi angka kemiskinan. Disi nilah r el efansi usulan agar zakat dapat mengur angi pajak, bukan hanya sekadar pengur ang penghasilan kena pajak.

Dalam kebi jakan fi skalpun, negar a akhi r nya leluasa memai nkan per an zakat. Zakatpun t ak lagi kesul itan di al okasikan sebagai dana untuk fakir miskin. Kar ena fungsi zakat, memang jami nan soci al bagi fakir miskin. Dalam koor dinasi Depkeu, Muzaki pun akhir nya t idak bisa mengelak dar i kew aji bannya. Syar atnya asal zakat j adi pengur ang pajak. mengur angi pajak esensinya t ak mengur angi pendapat an negar a, sebab sama-sama masuk ke kas negar a ser ta untuk kepenti ngan r akyat banyak. sejar ah pengel olaan zakat sejak zaman Rasulull ah Saw. Hingga khal ifah Umar bin Abdul Azis, zakat sel al u di kelola oleh negar a dan ber hasil mensejahter akan r akyat. Kar ena i tu Ki ta sangat ber har ap kepada Pemer int ah agar pengelolaan zakat di Indonesia set ar a dengan pengel ol aan pajak. Jika ada kesetar aan pengelolaan zakat dan pajak dan ber dasar kan hasil peneliti an di atas, maka peluang zakat pengur ang pajak penghasilan sebagai alter nati f kebijakan fiskal di Indonesi a akan lebih pr ospektif.

4. Keter batasan dan Agenda Penelitian Mendatang

Ar ti kel ini menggunakan menggunakan metode deskr i pti f melalui studi lit el at ur e dan anali si s kr itis mengenai ber bagai kebijakan dar i per spektif penul is. Riset sel anjutnya per lu mempel ajar i dar i sisi peluang kebijakan melalui analisis dan simulasi keuangan sehi ngga dapat member i kan gambar an yang lebih kompr ehensif.

5. Kesimpulan