Buku Perilaku Investor Keuangan

USU Press

Art Design, Publishing & Printing Gedung F Jl. Universitas No. 9, Kampus USU Medan, Indonesia

Telp. 061-8213737; Fax 061-8213737

Kunjungi kami di: http://usupress.usu.ac.id

 USUpress 2013

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang; dilarang memperbanyak, menyalin, merekam sebagian atau seluruh bagian buku ini dalam bahasa atau bentuk apapun tanpa izin tertulis dari penerbit.

ISBN: 979 458 709 5

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Perilaku Investor Keuangan / Arlina Nurbaity Lubis; Et Al. – Medan: USU Press. 2013.

viii, 84 p. ; ilus. ; 24 cm Bibliografi

ISBN: 979-458-709-5

1. Investor

II. Judul

Dicetak di Medan, Indonesia

TESTIMONIAL

“This remarkable research team. If you are ready to outthink and outperform the competition, read this book. ”

Jamal Usman Ritonga Kepala Bagian BUMD (PDAM Tirtanadi, Medan Sumut)

“Buku ini berisi resapan dan kristalisasi pikiran para peneliti terbaik. Di tangan penulis yang dahsyat ini, bahan-bahan tersebut menjadi semakin hidup. Jika Anda membaca buku ini, semoga akan memberi manfaat yang luar biasa untuk Anda. ”

Syahrul Wahyudi Manager Area CIMB NIAGA

“Congratulations, for this tremendous achiement. I sincerely hope this book will be the bible for those wishing to achieve a truly financial investment in their lives.”

Isabella L. Tobing Direksi UD Miduk, Tapanuli Utara

“Selain mengajak kita untuk mengubah paradigma berpikir kita, buku ini juga menjabarkan secara lengkap tentang psikologi investor keuangan.”

Reginaldi Account Representatif, KPP Pratama Lubuk Pakam

“Buku ini sangat bermanfaat untuk dimiliki karena trend kehidupan modern mengacu pada perdagangan tanpa batas. Buku ini menjelaskan dengan baik pola perilaku atau psikologi terkait dengan investor keuangan. ”

Pioner Pelawi PT. Pruton Mega Berjangka, Cambridge

KATA PENGANTAR

Pertama sekali, Kami panjatkan syukur kepada Tuhan YME, atas berkah dan karunia Nya, sehingga buku Perilaku Investor Keuangan ini dapat selesai. Berawal dari sebuah keinginan untuk dapat memberikan kemanfaatan lebih untuk khalayak, kami mencoba untuk berbagi ilmu pengetahuan yang telah dititipkan-Nya melalui media buku.

Sebahagian besar mahasiswa sulit untuk memperoleh buku terkait dengan perilaku investor keuangan, oleh karena itu diharapkan buku ini mampu menjawab segala persoalan dan kebutuhan terkait dengan pemahaman teori tentang perilaku investor keuangan. Buku ini juga memaparkan secara lengkap mengenai keterkaitan antara psikologi keuangan dengan teori pemasaran serta teori pendukung lainnya. Selain itu, sebagai pelengkap materi maka penulis secara khusus melakukan penelitian untuk mendapatkan gambaran menyeluruh tentang perilaku investor keuangan.

Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh rekan- rekan dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut memberi kontribusi dalam proses penyelesaian buku ini. Akhir kata, dengan kerendahan hati, penulis juga mengharapkan saran dan masukan yang konstruktif dari para pembaca. Semoga buku ini bermanfaat.

Medan, Desember 2013

Penulis

Bab I. Perilaku Konsumen

BAB I

1.1. Defenisi Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan ini (Setiadi, 2003: 3). Perilaku konsumen merujuk pada perilaku membeli konsumen akhir individu dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadi (Kotler dan Amstrong, 2008 : 158).

Perusahaan harus mampu memahami apa yang dipikirkan, dirasakan, dilakukan oleh konsumen sehubungan dengan pemenuhan keinginan dan kebutuhannya. Hanya perusahaan yang benar-benar mampu memahami setiap respon konsumen yang akan memiliki keunggulan yang lebih besar atas pesaingnya.

1.2. Model Perilaku Konsumen

Bagi perusahaan, pikiran dan perasaan konsumen adalah sebuah misteri yang tidak ada habisnya, namun memahaminya merupakan kunci penting jika pemasar ingin sukses (Amir, 2005 : 47). Oleh karena itu pertanyaan inti untuk pemasar adalah bagaimana konsumen merespon berbagai usaha pemasaran yang mungkin digunakan perusahaan?. Titik awalnya adalah model perilaku

rangsangan-tanggapan yang diperlihatkan pada gambar 1.1. Rangsangan pemasaran terdiri dari Empat P yaitu, product, price, place dan promotion. Rangsangan lain meliputi kekuatan dan faktor utama dalam lingkungan pembeli: ekonomi, teknologi, politik

pembelian

berupa

Perilaku Investor Keuangan

dan budaya. Semua masukan ini memasuki kotak hitam pembeli, dimana masukan ini diubah menjadi sekumpulan respon pembeli yang dapat diobservasi: pilihan produk, pilihan merek, pilihan penyalur, waktu pembelian dan jumlah pembelian.

Respon Rangsangan lain

Pemasaran dan

Kotak Hitam

Pembeli

Pembeli

Bauran Pemasaran Rangsangan Lain

Pilihan Produk

Karakteristik

Produk Ekonomi

Pembeli

Pilihan Harga

Proses Keputusan

Merek Teknologi

Pembeli

Pilihan Tempat

Penyalur Politik

Waktu Promosi

Pembelian Budaya

Jumlah Pembelian

Sumber : Kotler dan Amstrong (2008 : 158)

Gambar 1.1. Model Perilaku Konsumen

Rangsangan pemasaran terdiri dari Empat P, Product, price, place dan promotion. Rangsangan lain meliputi kekuatan dan faktor utama dalam lingkungan pembeli: ekonomi, teknologi, politik dan budaya. Semua masukan ini memasuki kotak hitam pembeli, dimana masukan ini diubah menjadi sekumpulan respon pembeli yang dapat diobservasi: pilihan produk, pilihan merek, pilihan penyalur, waktu pembelian dan jumlah pembelian.

1.3. Faktor-Faktor

Mempengaruhi Perilaku Konsumen

yang

Menurut Kotler (2008 : 159) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu:

Bab I. Perilaku Konsumen

1. Faktor Budaya, terdiri dari: Sub budaya, kelas sosial

2. Faktor Sosial, terdiri dari: Kelompok referensi, keluarga, peran dan status

3. Faktor Pribadi, terdiri dari: Usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri

4. Faktor Psikologis, terdiri dari: Motivasi (motivasi merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri manusia untuk mencapai tujuan tertentu), persepsi (persepsi merupakan hasil pemaknaan seseorang terhadap stimulus atau kejadian yang diterimanya berdasarkan informasi dan pengalamannya terhadap rangsangan tersebut), pembelajaran, kepercayaan dan sikap.

1.4. Proses Keputusan Membeli

Proses pembelian dimulai jauh sebelum pembelian aktual dan terus berlangsung lama sesudahnya (Kotler dan Amstrong,

2008 : 179). Pada proses pengambilan keputusan untuk membeli suatu produk, konsumen akan melalui lima tahapan, yaitu:

1. Pengenalan Kebutuhan. Pada tahap ini konsumen menyadari adanya suatu masalah atau kebutuhan. Kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan internal ataupun external.

2. Pencarian Informasi Pada tahap ini konsumen ingin mencari informasi lebih banyak. Konsumen mungkin hanya memperbesar pengetahuan atau melakukan pencarian informasi secara aktif.

3. Evaluasi Alternatif Yaitu tahap proses keputusan pembeli dimana konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek alternatif dalam sekelompok pilihan.

4. Keputusan Pembelian Yaitu keputusan pembeli tentang merek mana yang dibeli. Keputusan pembelian konsumen adalah membeli merek yang paling disukai.

Perilaku Investor Keuangan

5. Perilaku Pasca Pembelian Yaitu tahap proses keputusan pembeli dimana konsumen mengambil tindakan selanjutnya setelah pembelian, berdasarkan kepuasan atau ketidakpuasan mereka. Kepuasan konsumen akan terjadi pada saat konsumen mengevaluasi bahwa kinerja aktual produk ataupun layanan yang diberikan sesuai dengan ekspektasi mereka. Oleh karena itu jelas bahwa kepuasan konsumen mempunyai hubungan dengan kinerja. Disamping itu, untuk senantiasa mampu memenuhi harapan konsumen maka perusahaan harus selalu memonitor konsumennya dengan menggunakan Relationship Marketing (Laksana, 2008: 14) yaitu menjalin hubungan baik jangka panjang dengan konsumennya. Selanjutnya kepuasan konsumen akan menyebabkan pembelian ulang atau yang dikenal dengan customer loyalty. Sebagaimana Chen (1999) dalam penelitiannya membuktikan bahwa reputasi dan kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kesuksesan bank, diikuti kemampuan manajemen menjaga hubungan dengan konsumen, kecanggihan pelayanan, teknologi, likuiditas Bank, lokasi bank serta jumlah kantor cabang dan lain-lain. Andreassen dan Walin (1994) dalam penelitiannya menemukan bahwa kepuasan, loyalitas dan reputasi merek sangat memegang peranan penting di dalam sektor publik untuk meraih keunggulan mereka dalam jangka panjang. Disamping itu, Bloemer (1998) dalam kajian yang dilakukannya juga membuktikan bahwa loyalitas nasabah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya reputasi bank yang baik serta kualitas pelayanan yang diberikan kepada nasabah dan kepuasan nasabah.

Bab II. Investasi

BAB II

2.1. Defenisi Investasi

Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan dapat menghasilkan keuntungan di masa depan (Halim, 2005). Sehingga dalam melakukan keputusan investasi, investor memerlukan informasi-informasi yang merupakan faktor- faktor penting sebagai dasar untuk menentukan pilihan investasi. Dari informasi yang ada, kemudian membentuk suatu model pengambilan keputusan yang berupa kriteria penilaian investasi untuk memungkinkan investor memilih investasi terbaik di antara alternatif investasi yang tersedia.

2.2. Produk dan Bentuk Investasi

Beberapa produk investasi dikenal sebagai efek atau surat berharga. Definisi efek adalah suatu instrumen bentuk kepemilikan yang dapat dipindah tangankan dalam bentuk surat berharga, saham/obligasi, bukti hutang (Promissory Notes), bunga atau partisipasi dalam suatu perjanjian kolektif (Reksa dana), Hak untuk membeli suatu saham (Rights), garansi untuk membeli saham pada masa mendatang atau instrumen yang dapat diperjual belikan.

Beberapa bentuk investasi yaitu:

a. Investasi tanah, diharapkan dengan bertambahnya populasi dan penggunaan tanah; harga tanah akan meningkat di masa depan.

b. Investasi pendidikan, dengan bertambahnya pengetahuan dan keahlian, diharapkan pencarian kerja dan pendapatan lebih besar.

Perilaku Investor Keuangan

c. Investasi saham, diharapkan perusahaan mendapatkan keuntungan dari hasil kerja atau penelitian.

d. Investasi mata uang asing, diharapkan investor akan mendapatkan keuntungan dari menguatnya nilai tukar mata uang asing terhadap mata uang lokal.

e. Investasi di tabungan deposito, diharapkan investor akan mendapat untung dari suku bunga deposito.

f. Investasi di emas, diharapkan investor akan mendapat keuntungan dari peningkatan harga emas di pasar.

g. Investasi di obligasi, diharapkan investor akan memperoleh untung melalui tingkat suku bunga obligasi.

h. Investasi di reksadana pendapatan tetap, diharapkan investor akan mendapat keuntungan dari reksadana yang memiliki pendapatan tetap.

i. Investasi di reksadana saham j. Investasi di reksadana campuran k. Investasi di reksadana indeks l. Investasi di reksadana hutang

2.3. Resiko Investasi

Resiko itu ada jika pembuat keputusan (perencana proyek) mampu mengestimate kemungkinan-kemungkinan (probabilitas) yang berhubungan dengan berbagai variasi hasil yang akan diterima salama investasi sehingga dapat disusun distribusi probabilitasnya.

Sumber: Farrel, (1997: 11)

Gambar 2.1. Hubungan Resiko dan Return Pada Berbagai Aset

Bab II. Investasi

Ketidakpastian ada jika pembuat keputusan tidak memiliki data yang bisa dikembangkan untuk menyusun suatu distribusi probabilitas sehingga harus membuat dugaan-dugaan untuk menyusunnya. Menurut Keown, resiko adalah prospek suatu hasil yang tidak disukai (operasional sebagai deviasi standar).

Resiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dengan tingkat pengembalian aktual (actual return). Resiko dinyatakan sebagai seberapa jauh hasil yang diperoleh dapat menyimpang dari hasil yang diharapkan, maka digunakan ukuran penyebaran. Alat statistika sebagai ukuran penyebaran, yaitu :

a. Varians

b. Standar deviasi Resiko adalah fungsi dari waktu. Distribusi probabilitas dari cash flow akan mungkin lebih menyebar sejalan dengan semakin lamanya waktu suatu proyek. Semakin lama usia investasi semakin besar kemungkinan terjadi penyimpangan atas return yang diharapkan dari return rata-rata, yang disebabkan meningkatnya variabilitas. Suatu proyek beresiko tinggi dapat disebabkan oleh faktor :

a. Situasi ekonomi

b. Situasi politik

c. Situasi keamanan

d. Situasi pasar

e. Situasi konsumen, dan lainnya Preferensi investor terhadap resiko yaitu:

a. Risk seeker Investor yang menyukai resiko atau pencari resiko

b. Risk neutral Investor yang netral terhadap resiko

c. Risk averter

Investor yang tidak menyukai resiko atau menghindari resiko

Perilaku Investor Keuangan

Sumber : Lubis (2008:116)

Gambar 2.2. Preferensi Investor Terhadap Resiko

2.4. Keputusan Investasi

Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan dapat menghasilkan keuntungan di masa depan (Halim, 2005). Sehingga dalam melakukan keputusan investasi, investor memerlukan informasi-informasi yang merupakan faktor- faktor penting sebagai dasar untuk menentukan pilihan investasi. Dari informasi yang ada, kemudian membentuk suatu model pengambilan keputusan yang berupa kriteria penilaian investasi untuk memungkinkan investor memilih investasi terbaik di antara alternatif investasi yang tersedia.

Terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi keputusan investasi yang dapat dilihat dari variabel demografi, seperti: jenis kelamin, usia, tingkat pendapatan, dan tingkat pendidikan (Lewellen et al, 1977).

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mandot (2012) mengenai Impact of Demographic Factors on Investment Decision of Investors in Rajasthan, yang menguji apakah ada pengaruh faktor demografi terhadap keputusan investor. Populasi penelitian ini terdiri dari 200 investor yang tersebar diberbagai kota di Rajhastan dengan batasan waktu April 2011 hingga Januari 2012. Penelitian ini menggunakan metode Chi-Square dan analisis korelasi. Hasil penelitian membuktikan terdapat korelasi positif antara variabel kota, tingkat pendapatan dan pengetahuan. Berdasarkan penelitian

Bab II. Investasi

ini juga diperoleh hasil korelasi negatif antara status pernikahan, jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan dan jabatan pekerjaan.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Iramani dan Bagus (2008) membahas tentang faktor-faktor psikologi yang menjelaskan perilaku investor dalam jual beli saham di Bursa Efek Jakarta dan perbedaan signifikan faktor-faktor pembentuk perilaku antara investor pria dan investor wanita. Penelitian ini menggunakan sampel investor yang menginvestasikan dananya di bursa modal dalam bentuk saham dan melakukan transaksi jual beli saham di Bursa Efek Jakarta yang berlokasi di Surabaya dan sekitarnya. Teknik analisis yang digunakan oleh si peneliti adalah analisis faktor yang bertujuan untuk mengetahui hal apa saja yang menjadi faktor psikologi yang dapat membentuk perilaku investor dalam pengambilan keputusan jual beli saham. Peneliti juga menggunakan uji beda dalam penelitian ini untuk mengetahui perbedaan signifikan antara faktor-faktor pembentuk perilaku antara investor pria dan investor wanita. Hasil dari penelitian menyimpulkan bahwa dari enam belas konstruk awal dapat direduksi menghasilkan enam faktor yang memiliki nilai kumulatif variance sebesar 64,385 persen yang terdiri dari: Keamanan dan kenyamanan, Bias pemikiran, Keberanian, Kepercayaan Diri, Interaksi Sosial dan Emosi, dan Bias penilaian. Berdasarkan uji beda yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan faktor pembentuk perilaku antara perilaku investor pria dan investor wanita dalam melakukan transaksi saham.

Waweru et al. (2008:36) mengidentifikasikan beberapa faktor pasar yang berpengaruh pada keputusan investor yaitu: perubahan harga; informasi pasar; trend masa lalu saham; fundamental saham; kecendrungan investor; over/under reaksi terhadap perubahan harga. Umumnya, perubahan informasi pasar, fundamental saham dan harga saham dapat menyebabkan over/under reaksi terhadap perubahan harga. Perubahan ini secara empiris terbukti memiliki pengaruh yang tinggi terhadap perilaku investor saat membuat keputusan. Para peneliti yakin over reaksi (DeBondt dan Thaler, 1985:804) atau under reaksi (Lai, 2001:215) terhadap informasi mungkin dapat menyebabkan perbedaan strategi trading seorang investor sehingga berpengaruh pada

Perilaku Investor Keuangan

keputusan investasi mereka. Penelitian oleh Waweru et al. juga menyimpulkan, informasi pasar memiliki pengaruh yang tinggi pada pembuatan keputusan investor dan hal ini membuat beberapa investor berfokus pada saham yang populer dan percaya pada informasi pasar saham. Selanjutnya, Barber dan Odean (2000:800) menekankan bahwa perhatian investor dapat mempengaruhi peristiwa di bursa saham. Waweru et al. melalui hasil penelitiannya menyatakan bahwa perubahan harga saham memiliki pengaruh kepada perilaku investor pada level tertentu. Odean (1999:1887) menyatakan bahwa investor cenderung membeli atau menjual saham berdasarkan pengalaman perubahan harga tertinggi dalam dua tahun terakhir. Investor mungkin dapat merevisi kembali estimate return saham terhadap perubahan harga yang mempengaruhi keputusan investor (Waweru et al., 2008:37). Penelitian oleh Waweru et al. membuktikan bahwa beberapa investor befokus pada saham yang populer di bursa saham. Pemilihan saham ini juga dipengaruhi oleh kecenderungan seorang investor. Kecenderungan ini dipengaruhi oleh performa masa lalu. Tren saham masa lalu juga berpengaruh pada keputusan investor pada tingkat tertentu (Waweru et al., 2008:37).

Utility Theory adalah teori yang digunakan untuk menjelaskan sikap seseorang terhadap resiko. Dalam penelitian ini

sikap investor dalam melakukan investasi untuk menghindari resiko agar dapat memaksimalkan kekayaan (Economic Factor). Behavioral motivation yaitu keputusan investasi berdasarkan psikologi investor atau sesuatu yang diyakininya, yang meliputi faktor Self Image/Firm-Image Coincidence, Social Relevance, Advocate Recommendation, Personal Financial Needs. Neutral Information merupakan informasi berasal dari luar yang menunjukkan gambaran agar informasi-informasi yang didapat tidak berat sebelah, informasi ini mencangkup ulasan dan informasi dari media tentang keuangan maupun keadaan ekonomi yang berhubungan dengan kegiatan investasi yang meliputi informasi tentang pemberitaan atau ulasan di media keuangan yang biasanya membahas tetang keadaan atau kondisi saat ini dengan perkembangan investasi yang ada serta hal-hal lain yang berhubungan dengan investasi dan keuangan, pemberitaan atau

Bab II. Investasi

ulasan di media umum, perubahan harga saham, ulasan dari analis keuangan yang dipublikasikan di media, dan indikator ekonomi (inflasi, tingkat suku bunga, dan lain-lain) (Nagy dan Obenberger, 1994).

Accounting Information yaitu informasi yang berhubungan dengan laporan keuangan perusahaan (Nagy dan Obenberger, 1994). Self Image/Firm-Image Coincidence merupakan informasi yang berhubungan dengan penilaian terhadap perusahaan, meliputi informasi tentang reputasi perusahaan, posisi perusahaan pada industri yaitu termasuk market leader atau market follower, new comers, perkiraan produk dan pelayanan perusahaan, mengetahui etika-etika perusahaan, (Nagy dan Obenberger, 1994). Classic merupakan kemampuan investor menentukan kriteria pada dasar ekonomis dari perilaku investor, meliputi informasi kemampuan untuk memperkecil resiko (Nagy dan Obenberger, 1994) .

Social Relevance menunjukkan informasi keberadaan perusahaan dan tanggung jawab sosial perusahaan (Nagy dan Obenberger, 1994) . Advocate Recommendation merupakan sumber informasi

dan pemahaman berdasarkan

diberikan dengan memperhatikan kepentingan dalam hasil pada kegiatan pokok investor, hal ini juga diungkapkan oleh Toral (2002) bahwa investor dalam pemilihan investasi membutuhkan tenaga profesional sehingga tidak ada kecemasan dalam memilih investasi di saat keadaan pasar sedang lesu, informasi tersebut meliputi rekomendasi dari penasehat keuangan, rekomendasi dari teman, dan pendapat dari keluarga (Nagy dan Obenberger, 1994) .

diperoleh berdasarkan pengalaman investor dalam melihat nilai investasi dan perhitungan pada pengeluaran konsumsi yang meliputi informasi tentang target hasil dari investasi untuk memenuhi keuangan pribadi, estimate dana untuk investasi, keinginan diversifikasi, kinerja portofolio saham yang dimiliki di masa yang lalu, serta alternatif investasi lain selain yang telah dimiliki.(Nagy dan Obenberger, 1994).

Personal Financial

Needs

Berdasarkan teori portofolio, bahwa para investor bisa melakukan diversifikasi dengan membentuk portofolio karena ingin mengurangi resiko. Namun ada juga resiko yang sifatnya sistematis

Perilaku Investor Keuangan

karena resiko ini sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian. Hasil penelitian yang dilakukan Alok (2009), menunujukkan bahwa seorang investor lebih memperhatikan komposisi portofolio karena ini mempengaruhi pendapatan dalam jangka panjang, pendapatan yang didapat dari portofolio sebelumnya, informasi tentang investasi yang diperoleh melalui media, dan hal yang paling utama adalah mempertimbangkan keadaan makro ekonomi dalam memperkirakan aliran dana di masa yang akan datang.

dikatakan menguntungkan (profiTable) jika investasi tersebut dapat menjadikan investor lebih kaya atau tingkat kemakmuran investor menjadi lebih baik setelah melakukan investasi. Berdasarkan teori tersebut maka perusahaan jasa keuangan harus memperhatikan strategi pemasarannya. Dalam hal ini ada beberapa instrumen pemasaran jasa termasuk jasa keuangan yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam memasarkan jasanya, yaitu yang dikenal dengan bauran pemasaran jasa yang terdiri dari: produk, harga, tempat/lokasi, promosi, bukti fisik, orang/sumber daya manusia, proses dan pelayanan kepada pelanggan (Kotler, 2008).

Suatu investasi

dapat

2.5. Mengukur Kinerja Investasi

Perjalanan investasi, nilai suatu asset bisa berubah dari waktu ke waktu akibat perubahan kondisi pasar. Selain itu, sebagai bagian dari proses investasi, investor perlu memantau dan mengevaluasi kinerja investasi portofolionya untuk melihat sejauh mana strategi yang dipilihnya bekerja demi tercapainya tujuan investasi. Mengapa diperlukan pengukuran kinerja?. Pada dasarnya, ada tiga alasan utama mengapa kita perlu mengukur kinerja investasi:

a. Kinerja investasi merupakan tujuan dari proses investasi. Dengan mengukur kinerja investasi, maka investor dapat mengukur seberapa besar pencapaian tujuan investasinya.

b. Sebagai feedback atas pencapaian tujuan investasi Pengukuran kinerja memungkinkan investor melakukan evaluasi, di mana hasil evaluasi tersebut dapat menjadi umpan balik (feedback) atas pencapaian tujuan investasi. Dengan

Bab II. Investasi

berbekal umpan balik ini maka investor dapat menentukan apakah strategi yang dipilihnya sudah tepat, ataukah ia masih perlu melakukan langkah-langkah penyesuaian guna mencapai tujuan investasinya.

c. Menghindari penyimpangan dari tujuan investasi Evaluasi kinerja investasi secara berkala dapat membantu menghindari kekeliruan yang berakibat penyimpangan hasil investasi dari tujuan investasi. Jika memang terjadi kekeliruan maka investor dapat segera meluruskannya dengan mengubah strategi investasi atau menyempurnakan proses investasinya.

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan oleh investor dalam perhitungan kinerja investasi:

a. Jenis portofolio investasi

b. Pedoman dan batasan investasi

c. Tolok ukur (benchmark)

d. Jangka waktu dan interval pengukuran

e. Arus dana masuk/keluar (cash inflow/outflow) selama periode pengukuran

f. Faktor-faktor eksternal, misalnya perpajakan, kurs mata uang asing,

g. Regulasi pemerintah, dan seterusnya Pemilihan tolok ukur penting karena investor perlu membandingkan kinerja portofolionya dengan kinerja tolok ukur. Tolok ukur yang dipilih sebaiknya disesuaikan dengan asset class portofolio sehingga perbandingannya pun menjadi setara (apple-to- apple comparison). Sebagai contoh, portofolio saham dengan batasan investasi 80-100% di saham dan 0-20% di instrumen pasar uang biasanya menggunakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai tolok ukurnya. Portofolio obligasi dengan batasan investasi 80-100% di obligasi pemerintah dan 0-20% di instrumen pasar uang biasanya menggunakan HSBC Bond Index sebagai tolok ukurnya, sedangkan untuk portofolio pasar uang bisa digunakan rata-rata bunga deposito atau Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebagai tolok ukur. Untuk portofolio campuran, tolok ukurnya bisa berupa komposit dari beberapa indeks atau variabel. Misalnya untuk portofolio campuran dengan-batasan investasi 0- 20% di instrumen pasar uang, 40-60% di obligasi pemerintah dan 40-60%

Perilaku Investor Keuangan

di saham bisa digunakan tolok ukur berupa komposit 50% IHSG + 50% HSBC Bond Index.

Saat memilih metode perhitungan kinerja investor perlu memahami terlebih dahulu bahwa metode perhitungan yang dipilih harus dapat mengukur hasil investasi yang dicapai serta memungkinkan investor untuk membandingkan hasil investasi tersebut dengan hasil yang dicapai tolok ukur, portofolio lainnya atau pengelola investasi lainnya.

Bab III. Perilaku Investor Keuangan

BAB III

3.1. Pendahuluan

Investor keuangan adalah konsumen produk keuangan, yang ketika bertindak tentunya dipengaruhi oleh perilaku keuangan. Perilaku keuangan ini mulai dikenal berbagai pihak terutama akademisi setelah Solvic (1969 dan 1972) mengemukakan aspek psikologi pada investasi dan stockbroker Tversky dan Kahneman (1974) menyampaikan penilaian pada kondisi ketidakpastian yang bisa menghasilkan heuristik atau bias. Kahneman dan Tversky (1979) dengan teori prospek dan dilanjutkan dengan pada tahun 1992 tentang Teori prospek Lanjutan. Thaler (1985) tentang Mental Accounting; Shefrin (1985, 2000) dengan berbagai tulisan untuk pengembangan perilaku keuangan dan sebuah buku Beyond Greed and Fear. Bondt (1998) menguraikan Potrait investor individu. Statman (1995), Golberg dan Nitzsch (1999) dan Forbes (2009) tentang Perilaku Keuangan.

Shefrin (2000) menyatakan ada tiga tema yang dibahas dalam Perilaku Keuangan, dimana tema tersebut dibuat dalam bentuk pertanyaan yaitu:

a. Apakah Praktisi keuangan mengakui adanya kesalahan karena selalu berpatokan kepada aturan yang telah ditentukan (rules of thumb). Bagi penganut Perilaku Keuangan mengakuinya

tradisional tidak mengakuinya. Penggunaan rules of thumb ini disebut dengan Heuristics to Process data. Penganut keuangan tradisional selalu menggunakan alat statistik secara tepat dan benar untuk mengolah data. Sementara penganut Perilaku

sementara

keuangan

Perilaku Investor Keuangan

Keuangan melaksanakan rules of thumb seperti “back-of-the- envelope calculations ” dimana ini secara umum tidak sempurna. Akibatnya, prakti si memegang “biased beliefs” yang mempengaruhi memenuhi janji terhadap kesalahan tersebut. Tema ini dikenal dengan Heuristic-driven bias.

b. Apakah bentuk termasuk inti persoalan (substance) mempengaruhi praktisi? Penganut Perilaku Keuangan menyatakan bahwa persepsi praktisi terhadap resiko dan tingkat pengembalian sangat dipengaruhi oleh bagaimana “decision problem” dikerangkannya (framed). Sementara

penganut Keuangan

memandang semua keputusan berdasarkan transparan dan objektif. Tema ini dikenal dengan frame dependence.

Tradisional

c. Apakah kesalahan dan kerangka mengambil keputusan mempengaruhi harga yang dibangun pada pasar ? Penganut Perilaku Keuangan menyatakan “heuristic-driven bias” dan

pengaruh framing menyebabkan harga jauh dari nilai fundamentalnya sehingga pasar tidak efisien. Sementara penganut Keuangan Tradisional mengasumsikan pasar efisien seperti yang diuraikan Fama (1970). Tema ini dikenal dengan pasar tidak efisien (inefficient market)

3.2. Defenisi Perilaku Investor Keuangan

Guru besar ekonomi dari Santa Clara University, Hersh Shefrin telah melakukan riset tentang konsep perilaku keuangan. Shefrin (2002) menjelaskan bahwa perilaku keuangan merupakan hasil dari interaksi dari psikologis dengan tingkah laku keuangan dan performa dari semua tipe kategori investor. Lebih lanjut Shefrin menjelaskan bahwa para investor harus lebih berhati-hati dalam melakukan investasi yang mereka buat agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan perhitungan (judgement). Shefrin (2000:4) menyatakan bahwa kesalahan dari satu investor dapat menyebabkan keuntungan bagi investor lain.

Pembahasan terkait perilaku keuangan juga dilakukan oleh Tilson. Tilson (2005:1) menyatakan bahwa perilaku keuangan

Bab III. Perilaku Investor Keuangan

adalah suatu teori yang didasarkan atas ilmu psikologi yang berusaha memahami bagaimana emosi dan penyimpangan kognitif mempengaruhi perilaku investor. Selanjutnya, Ritter (2003:429) berpendapat bahwa perilaku keuangan adalah perilaku yang didasarkan atas psikologi yang mempengaruhi proses keputusan yang tunduk kepada beberapa ilusi kognitif. Ilusi ini dibagi ke dalam dua kelompok yaitu, ilusi yang disebabkan karena proses keputusan yang bersifat heuristik dan ilusi yang diadopsi dari mental frame yang ada pada teori prospek (Waweru et al., 2008:27). Perilaku keuangan lainnya yang juga turut muncul dan berpengaruh pada keputusan investor terkait dengan performa investasi yaitu herding dan faktor pasar (Luong dan Ha, 2011:18).

1. Heuristik

Heuristik dapat diartikan sebagai rules of thumb atau ketetapan umum, yang terkait dengan sikap untuk membantu proses pengambilan keputusan menjadi lebih mudah, khususnya pada lingkungan yang bersifat kompleks dan tidak pasti,dengan mengukur probabilitas dan memprediksi nilai saham sehingga diharapkan dapat mengurangi kompleksitas tersebut (Ritter, 2003:431). Ada lima penyimpangan kognitif yang dapat menimbulkan heuristik yaitu, representativeness, availability bias, anchoring, gambler’s fallacy and overconfidence (Luong dan Ha, 2011).

a. Representativiness Representativiness adalah penilaian berdasarkan stereotypes, yakni dua hal yang memiliki kualitas yang sama pasti sama (Nofsinger, 2005:64). Misalnya investasi yang baik adalah investasi pada perusahaan yang baik. Indikator yang digunakan yaitu, dalam menentukan tempat berinvestasi investor selalu memilih perusahaan yang memiliki kinerja yang bagus.

b. Availability Bias Availability bias adalah salah satu bentuk penyimpangan kognitif yang terjadi ketika investor terlalu sering menggunakan informasi yang mudah diperoleh. Pada perdagangan saham, penyimpangan ini mencerminkan kecendrungan diri sendiri, dimana investor sangat

Perilaku Investor Keuangan

familiar dengan kondisi tersebut sehingga sangat mudah memperoleh informasi tersebut, meskipun prinsip fundamental menyebutkan bahwa manajemen portofolio merupakan usaha untuk melakukan optimisasi (Luong dan Ha, 2011:19).

c. Anchoring Anchoring adalah penyimpangan kognitif yang mendeskripsikan tentang situasi saat seseorang menggunakan penilaian awal untuk melakukan estimate, dimana penyimpangan ini mengarah pada perbedaan estimate yield (Kahneman dan Tversky, 1974:1128). Pada pasar keuangan, anchoring muncul ketika hasil observasi memperlihatkan bahwa skala nilai sudah tetap dan investor cenderung memperhatikan harga penawaran awal saat ingin menjual atau menganalisis. Harga yang sekarang terjadi umumnya dipengaruhi oleh kejadian di masa lalu. Anchoring menyebabkan investor untuk menegaskan range harga saham atau income suatu perusahaan berdasarkan trend historis, sehingga menghasilkan under reaction pada perubahan yang tidak diduga. Anchoring memiliki hubungan dengan representativness karena anchoring merupakan refleksi suatu kondisi dimana investor umumnya berfokus pada peristiwa saat ini dan terlalu optimis saat terjadi kenaikan pasar, serta terlalu pesimis saat terjadi penurunan pasar (Waweru et al. 2008:28).

d. Gambler’s fallacy Keyakinan bahwa sekelompok kecil sampel dapat mewakili populasi yang dikenal dengan "law of small numbers ” (Rabin, 2002:775) merupakan pembuka munculnya gamblers’ fallacy (Barberis dan Thaler, 2003:1065). Khusus di bursa saham, gamblers’ fallacy muncul saat prediksi investor tidak akurat yang kemudian dibandingkan dengan return akhir yang diperoleh (Waweru et al. 2008:27).

e. Overconfidence Overconfidence adalah perasaan percaya pada dirinya sendiri secara berlebihan. Overconfidence membuat investor overestimate terhadap pengetahuan yang dimiliki oleh investor itu sendiri, dan underestimate terhadap prediksi yang dilakukan karena investor

Bab III. Perilaku Investor Keuangan

melebih-lebihkan

(Nofsinger, 2005:10) Overconvidence

kemampuannya

investor berperilaku mengambil resiko, investor yang rasional berusaha untuk memaksimalkan keuntungan sementara memperkecil jumlah dari resiko yang diambil (Nofsinger, 2005:15). Overconvidence juga dapat menyebabkan investor menanggung resiko yang lebih besar dalam melakukan keputusan untuk berinvestasi. Indikator yang

juga

mempengaruhi

digunakan yaitu, “pengetahuan investor, dapat membantu investor dalam berinvestasi; kemampuan investor, dapat membantu investor dalam berinvestasi”.

2. Prospek

Teori prospek dikembangkan oleh dua orang psikolog, Daniel Kahneman dan Amos Tversky di awal tahun 80-an yang pada dasarnya mencakup dua disiplin ilmu, yaitu psikologi dan ekonomi (psikoekonomi). Titik berangkatnya adalah pada analisis perilaku seseorang dalam mengambil keputusan (ekonomi) di dalam dua pilihan. Teori prospek dimulai dengan penelitian Kahneman dan Tversky terhadap perilaku manusia yang dianggap aneh dan kontradiktif dalam mengambil suatu keputusan. Subyek penelitian yang sama diberikan pilihan yang sama namun diformulasikan secara berbeda, dan mereka menunjukkan dua perilaku yang berbeda.

Teori prospek merupakan teori yang terkait dengan sikap yang berfokus pada proses pengambilan keputusan yang mempengaruhi sistem penilaian seorang investor (Luong dan Ha, 2011:25). Secara singkat dapat dikatakan teori prospek menunjukkan, bahwa orang akan memiliki kecenderungan irasional untuk lebih enggan mempertaruhkan keuntungan daripada kerugian. Dalam kondisi rugi, seseorang akan cenderung lebih nekat menanggung resiko dibandingkan pada kondisi berhasil. Seseorang akan merasakan seolah-olah nilai kekalahan sejumlah uang tertentu dalam suatu taruhan lebih menyakitkan daripada nilai kemenangan dari sejumlah uang yang sama, sehingga dalam situasi rugi orang lebih nekat untuk menanggung resiko.

Teori prospek mendeskripsikan beberapa pernyataan yang mempengaruhi proses berpikir seseorang saat mengambil

Perilaku Investor Keuangan

keputusan. Komponen dari teori prospek ini yaitu, regret aversion, loss aversion, and mental accounting (Waweru et al., 2008:28).

a. Regret aversion Penyesalan adalah emosi yang muncul setelah seseorang melakukan kesalahan. Investor menghindari sikap penyesalan ini dengan menolak untuk menjual saham dengan performa yang terus menurun dan menginginkan untuk menjual saham saat performanya semakin meningkat (Luong dan Ha, 2011:19). Regret aversion berusaha mencegah rasa sakit dari penyesalan yang dihubungkan dengan kesalahan keputusan. Regret aversion juga membuat investor terlalu khawatir tentang perubahan di pasar keuangan yang menghasilkan kerugian. Ketika investor mengalami hasil investasi yang negatif, secara naluri mereka merasa didorong untuk konservatif dan mundur. Walaupun demikian, saat terjadi penurunan harga saham sebahagian yang lain sering menjadikan ini sebagai peluang untuk membeli saham tersebut. Regret aversion tidak terjadi hanya pada saat mengalami kerugian tetapi juga pada saat seseorang mengalami keuntungan. Regret aversion biasanya membuat investor enggan untuk memilih pilihan lain. Seperti contoh, untuk menjual saham yang nilainya naik terus jika dilihat dari indikator yang mengisyaratkan dengan tegas investor harus melakukan keputusan jual. Tetapi, dengan adanya regret aversion ini maka investor berpegang teguh pada posisi tersebut dimana seharusnya dia jual.

Pompian (2006) menyatakan bahwa regret aversion dapat menyebabkan beberapa hal yaitu, investor menjadi terlalu konservatif; terlalu antipati terhadap pasar karena pasar turun terus menerus; investor pada posisi rugi yang cukup lama; muncul perilaku herding pada investor; investor menyukai good companies; investor akan menunggu untuk melakukan aksi menjual saham dengan performa yang bagus.

b. Loss Aversion Investor akan lebih merasa terluka ketika mengalami loss dari pada mengalami gain meskipun dalam jumlah yang sama (Tilson, 2005:8). Perasaan kecewa yang dialami oleh investor yang

Bab III. Perilaku Investor Keuangan

mengalami loss bisa dua kali lebih dalam dari pada mengalami gain meskipun dalam jumlah yang sama. Indikator yang digunakan yaitu,

“tingkat kekecewaan saya jauh lebih tinggi pada saat mengalami kerugian daripada tingkat kepuasan yang saya peroleh setelah mendapatkan keuntungan dalam jumlah yang sama”.

c. Mental Accounting Investor yang mempunyai mental accounting dalam pengambilan keputusan

investor yang mempertimbangkan cost dan benefit dari keputusan yang diambil (Nofsinger, 2005:45). Dengan seperti itu investor merasa aman. Dalam arti investor lebih aman dalam melakukan transaksi sehingga bisa meminimalkan resiko karena adanya pertimbangan cost dan benefit yang akan diperoleh dengan keputusan yang diambil misalnya resiko terjadinya loss dalam jumlah yang besar. Indikator yang digunakan yaitu, “dalam berinvestasi investor selalu menghitung keuntungan yang akan diperoleh; dalam melakukan investasi investor selalu menghitung biaya yang akan dikeluarkan”.

Herding di pasar keuangan diidentifikasikan sebagai suatu kecendrungan perilaku investor mengikuti tindakan investor yang lain (Luong dan Ha, 2011:21). Pada perspektif perilaku, herding dapat menyebabkan munculnya penyimpangan emosi. Investor lebih memilih melakukan herding saat mereka percaya bahwa herding dapat menolong mereka untuk memperoleh informasi yang berguna dan dapat dipercaya. Herding dapat menyebabkan tindakan irasional yang berkenaan pada harga, khususnya harga saham yang dipengaruhi sentimen tertentu, yang sulit untuk dijelaskan (Devenow dan Welch, 1996:605).

Tindakan herding ini dapat dilihat dari empat indikator yaitu, aksi jual beli; saham yang dipilih untuk diperdagangkan; volume saham yang diperdagangkan; kecepatan melakukan herding (Waweru et al., 2008:37).

Perilaku Investor Keuangan

3.3. Manfaat Memahami Perilaku Investor Keuangan

Mengutip perkataan Buffet (Tilson, 2005) yaitu, “investasi bukan permainan di mana seseorang dengan IQ 160 mengalahkan pria dengan IQ 130. Setelah Anda memiliki kecerdasan luar biasa, apa yang Anda butuhkan adalah temperamen untuk mengontrol dorongan yang membuat orang lain mengalami kesulitan dalam berinvestasi ”. Perkataan Buffet tersebut menunjukkan bahwa investasi itu memiliki hubungan yang erat dengan perilaku keuangan seseorang. Investasi bukanlah permainan untuk mengalahkan seseorang dalam perlombaan memperoleh return yang lebih tinggi, tetapi investasi yang baik adalah investasi yang dapat memberi return sesuai harapan. Dapat mengendalikan diri menjadi kunci utama keberhasilan melakukan investasi yang dapat memberikan return sesuai harapan investor.

Kendali diri merupakan perilaku keuangan yang sangat bermanfaat bila dipahami dan dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari, tidak terkecuali kendali diri terkait dengan perilaku keuangan saat berinvestasi. Tilson (2005) menguraikan beberapa perilaku keuangan yang tidak dapat dikendalikan sehingga menyebabkan pengaruh negatif saat investor melakukan investasi. Beberapa perilaku keuangan tersebut menurut Tilson yaitu:

a. Terlalu percaya (overconfident)

b. Memproyeksikan masa lalu langsung ke masa depan yang jauh

c. Perilaku herding (bukti sosial), didorong oleh keinginan untuk menjadi bagian dari kerumunan atau asumsi bahwa kerumunan adalah yang paling mengetahui.

d. Kesalahpahaman acak ketika melihat pola yang tidak ada

e. Komitmen dan bias konsistensi

f. Takut perubahan, sehingga terjadi bias yang kuat menjadi status quo

g. Anchoring, pada data yang tidak relevan

h. Keengganan berlebihan akan kehilangan

i. Menggunakan mental accounting (seperti kemenangan judi atau bonus tak terduga). j. Membiarkan hubungan emosional menjadi alasan k. Takut ketidakpastian

Bab III. Perilaku Investor Keuangan

l. Merangkul kepastian (namun tidak relevan) m. Melebih-lebihkan kemungkinan peristiwa tertentu berdasarkan

data yang sangat mengesankan atau pengalaman (bias kejelasan)

n. Menjadi lumpuh oleh informasi yang berlebihan o. Kegagalan untuk bertindak karena kelimpahan pilihan menarik p. Takut membuat keputusan yang salah dan merasa bodoh

(regret aversion) q. Mengabaikan titik data penting dan fokus berlebihan pada kurang penting yang, menarik kesimpulan dari ukuran sampel yang terbatas.

r. Keengganan untuk mengakui kesalahan s. Setelah mencari tahu apakah ada atau tidak suatu peristiwa

terjadi, kemudian melebih-lebihkan hasil prediksi tentang sejauh mana salah satu dari peristiwa tersebut adalah benar (bias hindsight).

t. Percaya keberhasilan investasi yang seseorang adalah karena kondisi pasar naik, tetapi kegagalan adalah bukan kesalahan seseorang

u. Gagal menilai secara akurat saat seseorang berinvestasi v. Sebuah kecenderungan dimana ia hanya mencari informasi

yang menegaskan pendapat atau keputusan seseorang. w. Gagal untuk mengenali dampak kumulatif besar dalam jumlah kecil dari waktu ke waktu x. Melupakan kecenderungan pengaruh yang kuat dengan pengaruh yang rata-rata y. Keakraban dengan pengetahuan membingungkan

3.4. Beberapa Tips Terkait Perilaku Investor Keuangan

Beberapa hal yang dapat dilakukan agar investor tetap dapat mengendalikan diri dengan lebih baik menurut Tilson, yaitu:

a. Jadilah rendah hati Hindari melakukan tindakan yang bersifat leverage (pengungkit), diversifikasi, dan meminimalkan perdagangan.

Perilaku Investor Keuangan

b. Bersabarlah Jangan mencoba untuk cepat kaya. Yakin bahwa nilai saham akan naik. Abaikan isu yang tidak jelas. Pastikan situasi dan kondisi yang berada di pihak Anda.

c. Dapatkan partner atau seseorang yang benar-benar Anda percaya, meskipun itu bukan perusahaan Anda.

d. Memiliki daftar tertulis, misalnya empat hal yang penting yang terkait dengan diri saya: Apakah ini dalam lingkaran kompetensi saya? Apakah ini bisnis yang baik? Apakah saya suka manajemen? (Operator, penyalur modal, integritas) Apakah saham ini sangat murah? Apakah saya takut dengan keserakahan?

e. Secara aktif mencari pendapat bertentangan Cobalah untuk membantah daripada mengkonfirmasi hipotesis, mencari sudut pandang yang bertentangan; menetapkan seseorang untuk mengambil posisi yang berlawanan atau mengundang analis bearish untuk memberikan presentasi (metode Pzena)

f. Gunakan suara hati dari dalam diri sendiri. Tanyakan "Apa yang akan menyebabkan saya untuk berubah pikiran?

3.5. Studi Kasus

Uraian teori perilaku keuangan yang diuraikan sebelumya mengindikasikan adanya hubungan yang erat antara perilaku keuangan dengan keputusan yang diambil investor saat melakukan investasi dan performa akhir dari investasi yang dilakukan investor tersebut. Meliza (2013) telah melakukan penelitian secara khusus terkait dengan pengaruh perilaku keuangan terhadap keputusan investor dan performa investasi khususnya saat melakukan investasi saham di kota Medan pada tahun 2013.

Penelitian yang dilakukan Meliza (2013) memiliki tujuan sebagai berikut:

Bab III. Perilaku Investor Keuangan

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh antara perilaku keuangan yang terdiri dari heuristik, prospek, pasar, dan herding terhadap keputusan investor.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh antara perilaku keuangan yang terdiri dari heuristik, prospek, pasar, dan herding terhadap performa investasi.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh antara keputusan investor terhadap performa investasi.

Persamaan, Pengukuran, dan Defenisi Operasional

Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif eksplanatori. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif, karena dalam memberikan gambaran atas suatu peristiwa atau gejala, menggunakan alat bantu statistik.

Penelitian ini menggunakan sampel investor online trading di beberapa perusahaan sekuritas yang ada di Medan, yang menginvestasikan dananya di pasar modal melalui transaksi jual beli dalam bentuk saham, yang berjumlah lebih kurang 4000 orang. Adapun kuesioner yang disebar lebih kurang 4000 kuesioner, akan tetapi yang berhasil kembali dan dijawab dengan lengkap sebanyak 120 kuesioner.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang berupa kuesioner dan data sekunder yang terdiri dari studi kepustakaan seperti buku referensi/teori yang mendukung penelitian, penelitian terdahulu yang berkaitan, dan data-data tertulis lainnya.

Gambar 3.1. Hipotesis Penelitian

Perilaku Investor Keuangan

Tekhnik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis jalur (path analysis) melalui software SPSS. Analisis jalur merupakan pengembangan dari analisis korelasi yang dibangun dari diagram jalur yang dihipotesiskan oleh peneliti dalam menjelaskan mekanisme hubungan kausal antar variabel dengan menguraikan koefisien korelasi menjadi pengaruh langsung dan tidak langsung (Yamin dan Heri, 2009:151). Metode ini digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung dari himpunan variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun model persamaan analisis jalur yang digunakan yakni sebagai berikut: Y1 = pY1X1 + pY1X2 + pY1X3 + pY1X4 + e1 Y2 = pY2X1 + pY2X2 + pY2X3 + pY2X4 + pY2Y1+ e2 Keterangan: Y1

= Keputusan investor X3 = Pasar Y2

= Performa investasi X4 = Herding X1 = Heuristik

= Koefisien regresi X2 = Prospek

e1, e2 = term of error Statistik yang digunakan adalah statistik parametrik sehingga perlu dilakukan uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji heteroskedastisitas, dan uji multikolinearitas. Pengujian kuesioner dilakukan dengan uji validitas dan reliabilitas menggunakan SPSS. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner (Ghozali, 2011:121). Menguji ketepatan kuesioner akan dilakukan pretest terhadap 30 responden pengguna layanan online trading melalui milis saham. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi atau kepercayaan hasil ukur yang cermat. Menurut Ghozali (2011:121) salah satu cara mengukur validitas adalah dengan melakukan korelasi antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel. Menguji

Dokumen yang terkait

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121

Perilaku Kesehatan pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakrta Angkatan 2012 pada tahun2015

8 93 81

Perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung : (studi deksriptif mengenai perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung)

9 116 145

Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Laporan Keuangan Arus Kas Pada PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Cabang Bandung Dengan Menggunakan Software Microsoft Visual Basic 6.0 Dan SQL Server 2000 Berbasis Client Server

32 174 203

Perilaku Komunikasi Waria Di Yayasan Srikandi Pasundan (Studi Deskriptif Mengenai Perilaku Komunikasi Waria di Yayasan Srikandi Pasundan di Kota Bandung)

3 50 1

Pengaruh Modal Kerja Dan Leverage Keuangan Tehadap Profitabilitas (Penelitian Pada Perusahaan Tekstil Dan Garmen Yang Terdaftar Di BEI)

10 68 1

Pengaruh Kemampuan Manajerial Dan Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha Di Unit Agro Bisnis Pada Yayasan Al-Anshor Bandung (survey pada petani unit Agro Bisnis Yayasan Al-Anshor Bandung)

5 61 1

Sistem Informasi Penjualan Buku Secara Online Pada Toko Buku Bungsu Bandung

4 96 1

Sistem Informasi Rekapitulasi Absensi dan Penggajian pada Lembaga Keuangan Rakyat BMT Kariman Al Falah

13 105 54