BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Disiplin 2.1.1 Pengertian Perilaku Disiplin - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Perilaku Disiplin Anak Melalui Metode Bercerita dengan Gambar Seri pada Kelompok A di TK Is
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Perilaku Disiplin
2.1.1
Pengertian Perilaku Disiplin
Menurut Hurlock (1978), disiplin berasal dari kata yang sama
dengan “disciple,” yakni seseorang yang belajar dari atau secara suka rela
mengikuti seorang pemimpin. Orang tua dan guru adalah pemimpin dan
anak merupakan murid yang belajar dari mereka cara hidup yang menuju
ke hidup yang berguna dan bahagia. Jadi disiplin merupakan cara
masyarakat mengajar anak perilaku moral yang disetujui kelompok.
Pengertian disiplin lainnya menurut Nugraha (2008) adalah
disiplin termasuk perilaku sosial yang dibutuhkan anak. Disiplin anak akan
terbantu dalam menjalani aktivitas sosialnya di masyarakat. Disiplin
adalah cara masyarakat mengajarkan tingkah laku moral pada anak, yaitu
tingkah laku yang dapat diterima oleh kelompoknya.
Tujuan dari disiplin menurut Harlock (1978) ialah membentuk
perilaku sedemikian rupa hingga ia akan sesuai dengan peran-peran yang
ditetapkan kelompok budaya, tempat individu tersebut diidentifikasikan.
Karena tidak ada pola budaya tunggal, tidak ada pula falsafah pendidikan
anak yang menyeluruh untuk mempengaruhi cara menanamkan disiplin.
Jadi metode spesifik yang digunakan di dalam kelompok budaya sangat
beragam, walupun semua memiliki tujuan yang sama, yaitu mengajar anak
bagaimana berperilaku dengan cara yang sesuai dengan standar kelompok
sosial, tempat mereka diidentifikasikan.
Serupa dengan hal yang diungkapkan oleh Nugraha (2008) bahwa
tujuan semua disiplin adalah membentuk tingkah laku. Oleh karena itu,
harus sesuai dengan peran yang ditentukan oleh kelompok sosialnya.
Disiplin berperan besar dalam perkembangan anak karena disiplin
memenuhi kebutuhan mereka.
6
Hurlock (1978) mengungkapkan beberapa kebutuhan masa depan
kanak-kanak yang dapat diisi oleh disiplin :
a. Rasa aman karena anak tahu mana yang boleh dilakukan dan mana
yang tidak.
b. Menolong anak dari perasaan bersalah dan malu yang berkepanjangan
karena bertingkah laku buruk.
c. Melalui
disiplin
anak
belajar
untuk
bertingkah
laku
yang
menimbulkan pujian.
d. Disiplin meningkatkan motivasi anak untuk mencapai apa yang
diharapkan orang lain darinya.
e. Disiplin
membantu
anak
mengembangkan
hati
nurani
dan
membantunya dalam membuat keputusan dan mengendalikan tingkah
laku.
Berkenaan dengan pelaksanaan dan latihan disiplin, terdapat
beberapa unsur-unsur penting menurut Hurlock (1978) yang harus
diperhatikan, yaitu sebagai berikut :
a. Peraturan
Aturan adalah pola yang ditetapkan untuk bertingkah laku.
Peraturan bertujuan membekali anak dengan pedoman perilaku yang
disetujui dalam situasi tertentu. Fungsi peraturan ada dua, yaitu : 1)
peraturan
mempunyai
nilai
pendidikan,
karena
peraturan
memperkenalkan pada anak perilaku yang disetujui anggota kelompok
tersebut, 2) Peraturan membantu mengekang perilaku yang tidak
diingikan. Agar peraturan dapat memenuhi dua fungsi tersebut maka
peraturan harus dimengerti, diingat dan diterima oleh anak.
b. Hukuman
Menurut Hurlock (1978) salah satu pokok penting dalam disiplin
adalah Hukuman. Hukuman berasal dari kata kerja Latin, punire dan
berarti menjatuhkan hukuman pada seseorang karena suatu kesaahan,
perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan.
7
Fungsi hukuman mempunyai peran yang sangat penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu: 1) Fungsi Hukuman
adalah menghalangi pengulangan yang tidak diinginkan oleh
masyarakat, dan 2) Hukuman untuk mendidik, anak tahu bahwa suatu
perbuatan yang salah akan mendapat hukuman dan perilaku yang
tidak salah tidak akan mendapat hukuman.
c. Penghargaan
Istilah penghargaan menurut Hurlock (1978) berarti tiap bentuk
penghargaan untuk suatu hasil yang baik. Penghargaan mempunyai
tiga peranan penting, yaitu : 1) penghargaan mempunyai nilai
mendidik, 2) penghargaan berfungsi sebagai motivasi untuk
mengulangi perilaku yang disetujui secara sosial, dan 3) penghargaan
berfungsi untuk memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial, dan
tiadanya penghargaan melemahkan keinginan ulang perilaku ini.
d. Konsistensi
Pokok disiplin keempat menurut Hurlock (1978) adalah Konsistensi.
Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas. Fungsi
konsistensi, yaitu: 1) Konsistensi mempunyai nilai mendidik yang
lebih besar, 2) konsistensi memiliki nilai motovasi yang kuat, dan
3)konsisitensi mempertinggi penghargaan terhadap peraturan dan
orang yang berkuasa.
2.1.2
Manfaat Kedisiplinan Pada Anak
Manfaat perilaku kedisiplinan pada anak menurut Hasrina (2014), adalah :
a. Menumbuhkan kepekaan
Anak tumbuh menjadi pribadi yang peka/berperasaan halus
dan percaya pada orang lain. Sikap-sikap seperti ini akan
memudahkan dirinya mengungkapkan perasaannya kepada orang lain,
termasuk orang tuanya. Hasilnya, anak akan mudah menyelami
perasaan orang lain juga.
8
b. Menumbuhkan kepedulian
Anak jadi peduli pada kebutuhan dan kepentingan orang lain.
Disiplin membuat anak memiliki integritas, selain dapat memikul
tanggung jawab, mampu memecahkan masalah dengan baik dan
mudah mempelajari sesuatu
c.
Mengajarkan keteraturan
Anak jadi memiliki pola hidup yang teratur dan bisa mengelola
waktunya dengan baik. Dengan disiplin yang diajarkan dengan cara
yang menyenangkan maka anak tidak akan merasa terkekang dengan
aturan yang ada di masyarakat.
d. Menumbuhkan ketenangan
Penelitian menunjukkan, bayi yang tenang/jarang menangis
ternyata lebih mampu memperhatikan lingkungan sekitarnya dengan
baik. Di tahap selanjutnya, ia bisa cepat berinteraksi dengan orang
lain.
e. Menumbuhkan sikap percaya diri
Sikap ini tumbuh saat anak diberi kepercayaan untuk
melakukan sesuatu yang mampu ia kerjakan sendiri. Kedisiplinan juga
berpengaruh dalam perkembangan kepercayaan anak. Karena dengan
kedisiplinan anak-anak sudah mempunyai modal penting bagi masa
depannya kektika menginjak usia dewasa, sehingga mampu merespon
setiap tantangan dengan lebih realistis.
f. Menumbuhkan kemandirian
Dengan kemandirian anak dapat diandalkan untuk bisa
memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. Anak juga dapat mengeksplorasi
lingkungannya dengan baik. Disiplin merupakan bimbingan pada anak
agar sanggup menentukan pilihan bijak.
9
g. Menumbuhkan keakraban
Anak jadi cepat akrab dan ramah terhadap orang lain, karena
kemampuannya beradaptasi lebih terasah. Dengan disiplin anak-anak
akan dapat mengatasi perilaku sosialnya di dalam masyarakat.
h. Membantu perkembangan otak
Pada usia 3 tahun pertama, pertumbuhan otak anak sangat
pesat. Di usia ini, ia menjadi peniru perilaku yang sangat piawai. Jika
ia mampu menyerap disiplin yang dicontohkan orang tuanya, maka
disiplin sejak dini akan membentuk kebiasaan dan sikap yang positif.
i. Membantu anak yang “sulit”,
Misal anak yang hiperaktif, perkembangan terlambat, atau
temper tantrum. Nah, dengan menerapkan disiplin, maka anak dengan
kebutuhan khusus tersebut akan mampu hidup lebih baik.
j. Menumbuhkan kepatuhan
Hasil nyata dari penerapan disiplin adalah kepatuhan. Anak
akan menuruti aturan yang diterapkan orang tua atas dasar kemauan
sendiri.
2.2
Metode Bercerita
2.2.1
Pengertian Bercerita
Menurut Dhieni (2008) bercerita adalah suatu kegiatan yang
dilakukan orang secara lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat
tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau
hanya
sebuah
dongeng
yang
untuk
didengarkan
dengan
rasa
menyenangkan, oleh karena orang yang menyajikan cerita tersebut
menyampaikannya dengan menarik.
Pengertian lainnya tentang bercerita menurut Rahayu (2013)
adalah proses kreatifitas anak-anak. Dalam perkembangannya , cerita tidak
10
hanya mengaktifkan aspek-aspek intelektualnya tetapi juga aspek
kepekaan, kehalusan budi, emosi, seni, fantasi, dan imajinasi, yang tak
hanya mengutamakan otak kiri saja. Cerita menawarkan kesempatan
kepada anak untuk meninterpretasikan pengalaman langsung yang di alami
anak.
Ketertarikan anak tentang sebuah cerita mulai tumbuh semenjak ia
mengerti akan peristiwa yang terjadi di sekitarnya dan setelah memorinya
mampu merekam beberapa kaar berita. Masa tersebut terjadi pada usia 4-6
tahun, yang ditandai oleh berbagai kemampuan sebagai berikut
(Depdiknas, dalam Dhieni, 2008)
a. Mampu menggunakan kata ganti saya dan berkomunikasi
b. Memiliki berbagai pembendaharaan kata kerja, kata sifat, kata
keadaan, kata tanya, dan kata sambung.
c. Menunjukkan pengertian dan pemahaman tentang sesuatu.
d. Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan tindakan dengan
menggunakan kalimat sederhana.
e. Mampu membaca dan mengungkapkan sesuatu melalui gambar.
Metode bercerita menurut Dhieni (2008) adalah cara penyampaian
atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari
guru kepada anak didik Taman Kanak-Kanak.
2.2.2
Tujuan Bercerita
Menurut Dhieni (2008) tujuan bercerita bagi anak usia 4-6 tahun
adalah agar anak mampu mendengarkan dengan seksama terhadap apa
yang disampaikan orang lain, anak
dapat
bertanya
jika
tidak
memahaminya, anak dapat menjawab pertanyaan, selajutnya anak dapat
menceritakan dan mengekspresikan terhadap apa yang didengarkan dan
diceritakannya, sehingga hikmah dari isi cerita dapat dipahami dan lambat
laun didengarkan, diperhatikan, dilaksanakan, dan diceritakan pada orang
lain. Karena menurut Jorome S Brunner (dalam Dhieni, 2008) “Bahasa
berpengaruh besar pada perkembangan pikiran anak.”
11
2.2.3
Fungsi Becerita
Menurut Tampubolon (dalam Dhieni, 2008) “Bercerita kepada
anak memainkan peranan penting bukan saja dalam menumbuhkan minat
dan kebiasaan membaca, tetapi juga mengembangkan bahasa dan pikiran
anak.
Selain mengembangkan ketrampilan membaca, bagi seorang anak
bercerita merupakan suatu petualangan besar. A Great Adventure,
sebagaimana yang dikemukakan Graves (dalam Nugraha, 2008), bercerita
dapat juga berfungsi sebagai alat untuk mendukung proses pembelajaran
berbagai ilmu pengetahuan dan nilai pada anak. Cerita tentang kura-kura
dan kelinci, beauty and the beast, cerita tentang para nabi, orang baik dan
orang jahat, bawang merah dan bawang putih, dan sejenisnya merupakan
contoh lain dari penggunaan cerita untuk menanamkan nilai-nilai pada
anak.
Selanjutnya Solehuddin dan Hidayat (dalam Nugraha, 2008)
mengemukakan bahwa aktivitas bercerita dapat juga berfungsi untuk
membangun hubungan yang erat dengan anak. Melalui bercerita, para
pendidik dapat berinteraksi secara hangat dan akrab, terlebih lagi jika
mereka dapat menyeling atau melengkapi cerita-cerita anak dengan unsur
humor.
2.2.4
Manfaat Cerita
Beberapa manfaat bercerita menurut Dhieni (2008) diantaranya adalah :
a. Melatih daya serap atau daya tangkap anak, artinya anak usia dini
dapat dirangsang , untuk mampu memahami isi atau ide-ide pokok
dalam cerita secara keseluruhan.
b. Melatih daya pikir anak. Untuk terlatih memahami proses cerita,
mempelajari
hubungan
bagian-bagian
hubungan sebab-akibatnya.
12
dalam
cerita
termasuk
c. Melatih daya konsentrasi anak, untuk memusatkan perhatiannya
kepada keseluruhan cerita, karena dengan pemusatan perhatian
tersebut, anak dapat melihat hubungan bagian-bagian cerita sekaligus
menangkap ide pokok dalam cerita.
d. Mengembangkan daya imajinasi anak/artinya dengan bercerita anak
dengan fantasinya dapat membayangkan atau menggambarkan suatu
situasi yang berada diluar jangkauan inderanya bahkan yang mungkin
jauh
dari
lingkungan
sekitarnya
ini
berarti
membantu
mengembangkan wawasan anak.
e. Menciptakan situasi yang menggembirakan serta mengembangkan
suasana hubungan yang akrab sesuai tahap perkembangannya, anak
usia dini senang mendengarkan cerita terutama apabila gurunya dapat
menyajikannya dengan menarik.
f. Membantu mengembangkan bahasa anak dalam berkomunikasi secara
efektif dan efisien sehingga proses percakapan menjadi komunikatif.
Manfaat lain yang diungkapkan Rahayu (2013) bahwa dengan
kegiatan bercerita, guru dapat membawa suasana kelas menjadi lebih
alamiah, walaupun di dalamnya harus berlangsun transmisi tatanan nilai
budaya. Anak-anak menjadi lebih bergairah “belajar” karena pada
hakekatnya anak senang dengan cerita. Tidak mengherankan bila kegiatan
bercerita kemudian berperan penting dalam sosialisasi nilai-nilai baru
kepada anak-anak.
2.2.5
Kelebihan dan Kekurangan Metode Bercerita
Setiap metode pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan
kekurangan, untuk itu dengan adanya pembelajaran terpadu maka
pengembangan metode yang bervariasi dapat membantu pencapaian tujuan
tiap materi pembelajaran. Demikian pula menurut Dhieni (2008) untuk
metode cerita memiliki kelebihan dan kekurangan, antara lain :
13
a. Kelebihan
1. Dapat menjangkau jumlah anak yang relatif lebih banyak.
2. Waktu yang dapat dimanfaatkan dengan efektif dan efisien.
3. Pengaturan kelas menjadi lebih sederhana.
4. Guru dapat menguasai kelas dengan mudah.
5. Secara relatif tidak memerlukan banyak biaya.
b. Kekurangan
1. Anak didik menjadi pasif, karena lebih banyak mendengarkan atau
menerima penjelasan dari guru.
2. Kurang merangsang perkembangan kreativitas dan kemampuan
siswa untuk mengutarakan pendapatnya.
3. Daya serap atau daya tangkap anak didik berbeda dan masih lemah
sehingga sukar memahami tujuan pokok isi cerita.
4. Cepat menumbuhkan rasa bosan terutama apabila penyajiannya
tidak menarik.
2.3
Media Gambar Seri
2.3.1
Pengertian Media Gambar Seri
Menurut Daryanto (2002), gambar berseri adalah suatu kesatuan
informasi yang dituangkan ke dalam beberapa tahap atau dibuat berseri
dalam satu lembar sehingga dalam satu kesatuan informasi memerlukan
beberapa gambar.
Menurut Arsyad (2010), Gambar berseri merupakan rangkaian
kegiatan
atau
cerita
disajikan
secara
berurutan.
Siswa
berlatih
mengungkapkan adegan dan kegiatan-kegiatan tersebut yang apabila
dirangkaikan akan menjadi suatu cerita, gambar cerita ini akan lebih
menarik lagi jika didasarkan kepada cerita rakyat atau dongeng-dongeng
populer bagi masyarakat dan siswa pada khususnya. Misalnya, ‟Ayo, Kita
Memancing” merupakan kegiatan liburan yang menyenangkan bagi siswa
secara umum. Sedangkan Kegiatan bercerita yang dilakukan guru dengan
gambar-gambar di atas kertas karton ukuran 10 x 10, terdiri dari gambargambar yang berseri maupun tidak (Dhieni, 2008).
14
Jadi dapat disimpulkan media gambar berseri merupakan media
pembelajaran yang digunakan oleh guru yang berupa gambar datar yang
mengandung cerita secara berurutan tertentu sehingga antara satu gambar
dengan gambar yang lain memiliki hubungan cerita dan membentuk satu
kesatuan.
2.3.2
Ketentuan Penggunaan Gambar Seri
Ada beberapa ketentuan gambar berseri menurut Dhieni (2008):
1) Ada judul cerita misalnya cerita. ‟Togi Kucingku‟
2) Cerita singkat dan sarat dengan nilai-nilai kehidupan, sosialisasi dan
lingkungan anak.
3) Gambar dibuat pada karton berukuran 10 x 10 dapat disesuaikan
kebutuhan sebanyak yang dibutuhkan maksimal 8 gambar.
4) Gambar dapat berupa 1 gambar tanpa suasana yang mendukung dapat
pula dilengkapi suasana yang mendukung gambar tersebut.
5) Menggunakan gaya bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti oleh
anak.
6) Gambar diberi warna yang menarik agar anak berimajinasi dengan
baik.
7) Isi cerita ditulis pada bagian bawah.
2.3.3
Langkah-Langkah Penggunaan Media Gambar Berseri
1) Dengan bimbingan guru anak mengatur posisi duduknya
2) Anak memperhatikan anda pada saat menyiapkan alat/media yang
digunakan.
3) Anak termotivasi untuk mendengarkan cerita anda, dengan cara
memperlihatkan bagian judul dalam cerita anda.
4) Anak diberi kesempatan memberi judul cerita anda
5) Anak mendengarkan judul cerita yang sebenarnya dari anda
6) Anak mendengarkan cerita anda dan memperhatikan gambar yang
diperlihatkan (guru dapat bercerita dengan satu gambar yang tidak
15
berseri, dapat pula dengan gambar berurutan berseri ketentuannya
sama dengan cerita dengan 1 seri 6 gambar)
7) Setelah selesai bercerita dengan anak diberi kesempatan untuk
memberi kesimpulan
8) Anda melengkapi kesimpulan cerita dari anak.
2.4
Kajian Penelitian yang Relevan
Menurut penelitian yang dilakukan Hasrina Desti (2014), Progran
Kependidikan Bagi Guru Dalam Jabatan Universitas Bengkulu dengan
judul “Meningkatkan Kedisiplinan Melalui Metode Bercerita Pada
Kelompok
Bermain
menyimpulkan
bahwa
Di
PAUD
metode
Amanah
bercerita
Kota
mampu
LubukLinggau”,
meningkatkan
kedisiplinan anak, terbukti dari data awal yang diperoleh sebanyak 2 anak
(10%) meningkat menjadi 17 anak (85%), terjadi peningkatan dan
perbaikan pembelajaran ini juga meningkatkan keatifan siswa dalam
pembelajaran.
Sedangkan Penelitian lain yang dilakukan Nanik Sukisni (2013),
Progran Studi Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Muhamadiyah
Surakarta dengan judul “Peningkatan Kedisiplinan Anak Melalui Metode
Bercerita Dengan Wayang Kardus Pada Anaka Kelompkm B Di Taman
Kanak-Kanak Kasih Bunda 02 Karang Palem, Keduwung, Sragen, Tahun
Pelajaran 2012/2013”, menyimpulkan bahwa bercerita dengan wayang
kardus dapat meningkatakan kedisiplinan anak kelompok B di TK Kasih
Bunda 02. Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kedisiplinan anak
sebelum diberi perlakuan atau tindakan 36% dan meningkat menjadi 86%
setelah melalui III Siklus yang telah disiapkan.
Hasil-hasil penelitian ini menujukkan bahwa metode bercerita
efektif dalam Peningkatan Perilaku Kedisiplinan. Hal itu disebabkan oleh
siswa yang menujukkan ketertarikannya sehingga mampu berperan aktif di
dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari. Dan metode bercerita melalui
16
gambar seri adalah salah satu metode yang untuk nilai pendidikan pada
anak
2.5
Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan sebelumnya dan
kajian hasil penelitian yang relevan, maka dapat dibuat kerangka berpikir
sebagai berikut :
Kondisi
Awal
Pemberian Kejelasan
Mengenai
Kedisiplinan hanya
melalui lisan saja.
Perilaku
Kedisiplinan
Rendah
Perilaku
Kedisiplinan
Meningkat
Metode bercerita menggunakan
gambar seri :
Metode bercerita menggunakan
gambar seri :
a. Media menggunakan gambar
yang sesuai dengan tahap
perkembangan anak.
b. Cerita yang menarik sesui
dengan anak
c. Anak terlibat aktif dalam cerita,
anak
menentukan
pilihan
tindakan yang baik dan tidak
baik
d. Anak mempraktikkan semua
cerita yang ada digambar dalam
kegiatan sehari-hari
17
a. Media menggunakan gambar
yang sesuai dengan tahap
perkembangan anak.
b. Cerita yang menarik sesui
dengan anak
c. Anak mempraktikkan semua
cerita yang ada digambar dalam
kegiatan sehari-hari
Perilaku
Kedisiplinan
Meningkat
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Perilaku Disiplin
2.1.1
Pengertian Perilaku Disiplin
Menurut Hurlock (1978), disiplin berasal dari kata yang sama
dengan “disciple,” yakni seseorang yang belajar dari atau secara suka rela
mengikuti seorang pemimpin. Orang tua dan guru adalah pemimpin dan
anak merupakan murid yang belajar dari mereka cara hidup yang menuju
ke hidup yang berguna dan bahagia. Jadi disiplin merupakan cara
masyarakat mengajar anak perilaku moral yang disetujui kelompok.
Pengertian disiplin lainnya menurut Nugraha (2008) adalah
disiplin termasuk perilaku sosial yang dibutuhkan anak. Disiplin anak akan
terbantu dalam menjalani aktivitas sosialnya di masyarakat. Disiplin
adalah cara masyarakat mengajarkan tingkah laku moral pada anak, yaitu
tingkah laku yang dapat diterima oleh kelompoknya.
Tujuan dari disiplin menurut Harlock (1978) ialah membentuk
perilaku sedemikian rupa hingga ia akan sesuai dengan peran-peran yang
ditetapkan kelompok budaya, tempat individu tersebut diidentifikasikan.
Karena tidak ada pola budaya tunggal, tidak ada pula falsafah pendidikan
anak yang menyeluruh untuk mempengaruhi cara menanamkan disiplin.
Jadi metode spesifik yang digunakan di dalam kelompok budaya sangat
beragam, walupun semua memiliki tujuan yang sama, yaitu mengajar anak
bagaimana berperilaku dengan cara yang sesuai dengan standar kelompok
sosial, tempat mereka diidentifikasikan.
Serupa dengan hal yang diungkapkan oleh Nugraha (2008) bahwa
tujuan semua disiplin adalah membentuk tingkah laku. Oleh karena itu,
harus sesuai dengan peran yang ditentukan oleh kelompok sosialnya.
Disiplin berperan besar dalam perkembangan anak karena disiplin
memenuhi kebutuhan mereka.
6
Hurlock (1978) mengungkapkan beberapa kebutuhan masa depan
kanak-kanak yang dapat diisi oleh disiplin :
a. Rasa aman karena anak tahu mana yang boleh dilakukan dan mana
yang tidak.
b. Menolong anak dari perasaan bersalah dan malu yang berkepanjangan
karena bertingkah laku buruk.
c. Melalui
disiplin
anak
belajar
untuk
bertingkah
laku
yang
menimbulkan pujian.
d. Disiplin meningkatkan motivasi anak untuk mencapai apa yang
diharapkan orang lain darinya.
e. Disiplin
membantu
anak
mengembangkan
hati
nurani
dan
membantunya dalam membuat keputusan dan mengendalikan tingkah
laku.
Berkenaan dengan pelaksanaan dan latihan disiplin, terdapat
beberapa unsur-unsur penting menurut Hurlock (1978) yang harus
diperhatikan, yaitu sebagai berikut :
a. Peraturan
Aturan adalah pola yang ditetapkan untuk bertingkah laku.
Peraturan bertujuan membekali anak dengan pedoman perilaku yang
disetujui dalam situasi tertentu. Fungsi peraturan ada dua, yaitu : 1)
peraturan
mempunyai
nilai
pendidikan,
karena
peraturan
memperkenalkan pada anak perilaku yang disetujui anggota kelompok
tersebut, 2) Peraturan membantu mengekang perilaku yang tidak
diingikan. Agar peraturan dapat memenuhi dua fungsi tersebut maka
peraturan harus dimengerti, diingat dan diterima oleh anak.
b. Hukuman
Menurut Hurlock (1978) salah satu pokok penting dalam disiplin
adalah Hukuman. Hukuman berasal dari kata kerja Latin, punire dan
berarti menjatuhkan hukuman pada seseorang karena suatu kesaahan,
perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan.
7
Fungsi hukuman mempunyai peran yang sangat penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu: 1) Fungsi Hukuman
adalah menghalangi pengulangan yang tidak diinginkan oleh
masyarakat, dan 2) Hukuman untuk mendidik, anak tahu bahwa suatu
perbuatan yang salah akan mendapat hukuman dan perilaku yang
tidak salah tidak akan mendapat hukuman.
c. Penghargaan
Istilah penghargaan menurut Hurlock (1978) berarti tiap bentuk
penghargaan untuk suatu hasil yang baik. Penghargaan mempunyai
tiga peranan penting, yaitu : 1) penghargaan mempunyai nilai
mendidik, 2) penghargaan berfungsi sebagai motivasi untuk
mengulangi perilaku yang disetujui secara sosial, dan 3) penghargaan
berfungsi untuk memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial, dan
tiadanya penghargaan melemahkan keinginan ulang perilaku ini.
d. Konsistensi
Pokok disiplin keempat menurut Hurlock (1978) adalah Konsistensi.
Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas. Fungsi
konsistensi, yaitu: 1) Konsistensi mempunyai nilai mendidik yang
lebih besar, 2) konsistensi memiliki nilai motovasi yang kuat, dan
3)konsisitensi mempertinggi penghargaan terhadap peraturan dan
orang yang berkuasa.
2.1.2
Manfaat Kedisiplinan Pada Anak
Manfaat perilaku kedisiplinan pada anak menurut Hasrina (2014), adalah :
a. Menumbuhkan kepekaan
Anak tumbuh menjadi pribadi yang peka/berperasaan halus
dan percaya pada orang lain. Sikap-sikap seperti ini akan
memudahkan dirinya mengungkapkan perasaannya kepada orang lain,
termasuk orang tuanya. Hasilnya, anak akan mudah menyelami
perasaan orang lain juga.
8
b. Menumbuhkan kepedulian
Anak jadi peduli pada kebutuhan dan kepentingan orang lain.
Disiplin membuat anak memiliki integritas, selain dapat memikul
tanggung jawab, mampu memecahkan masalah dengan baik dan
mudah mempelajari sesuatu
c.
Mengajarkan keteraturan
Anak jadi memiliki pola hidup yang teratur dan bisa mengelola
waktunya dengan baik. Dengan disiplin yang diajarkan dengan cara
yang menyenangkan maka anak tidak akan merasa terkekang dengan
aturan yang ada di masyarakat.
d. Menumbuhkan ketenangan
Penelitian menunjukkan, bayi yang tenang/jarang menangis
ternyata lebih mampu memperhatikan lingkungan sekitarnya dengan
baik. Di tahap selanjutnya, ia bisa cepat berinteraksi dengan orang
lain.
e. Menumbuhkan sikap percaya diri
Sikap ini tumbuh saat anak diberi kepercayaan untuk
melakukan sesuatu yang mampu ia kerjakan sendiri. Kedisiplinan juga
berpengaruh dalam perkembangan kepercayaan anak. Karena dengan
kedisiplinan anak-anak sudah mempunyai modal penting bagi masa
depannya kektika menginjak usia dewasa, sehingga mampu merespon
setiap tantangan dengan lebih realistis.
f. Menumbuhkan kemandirian
Dengan kemandirian anak dapat diandalkan untuk bisa
memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. Anak juga dapat mengeksplorasi
lingkungannya dengan baik. Disiplin merupakan bimbingan pada anak
agar sanggup menentukan pilihan bijak.
9
g. Menumbuhkan keakraban
Anak jadi cepat akrab dan ramah terhadap orang lain, karena
kemampuannya beradaptasi lebih terasah. Dengan disiplin anak-anak
akan dapat mengatasi perilaku sosialnya di dalam masyarakat.
h. Membantu perkembangan otak
Pada usia 3 tahun pertama, pertumbuhan otak anak sangat
pesat. Di usia ini, ia menjadi peniru perilaku yang sangat piawai. Jika
ia mampu menyerap disiplin yang dicontohkan orang tuanya, maka
disiplin sejak dini akan membentuk kebiasaan dan sikap yang positif.
i. Membantu anak yang “sulit”,
Misal anak yang hiperaktif, perkembangan terlambat, atau
temper tantrum. Nah, dengan menerapkan disiplin, maka anak dengan
kebutuhan khusus tersebut akan mampu hidup lebih baik.
j. Menumbuhkan kepatuhan
Hasil nyata dari penerapan disiplin adalah kepatuhan. Anak
akan menuruti aturan yang diterapkan orang tua atas dasar kemauan
sendiri.
2.2
Metode Bercerita
2.2.1
Pengertian Bercerita
Menurut Dhieni (2008) bercerita adalah suatu kegiatan yang
dilakukan orang secara lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat
tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau
hanya
sebuah
dongeng
yang
untuk
didengarkan
dengan
rasa
menyenangkan, oleh karena orang yang menyajikan cerita tersebut
menyampaikannya dengan menarik.
Pengertian lainnya tentang bercerita menurut Rahayu (2013)
adalah proses kreatifitas anak-anak. Dalam perkembangannya , cerita tidak
10
hanya mengaktifkan aspek-aspek intelektualnya tetapi juga aspek
kepekaan, kehalusan budi, emosi, seni, fantasi, dan imajinasi, yang tak
hanya mengutamakan otak kiri saja. Cerita menawarkan kesempatan
kepada anak untuk meninterpretasikan pengalaman langsung yang di alami
anak.
Ketertarikan anak tentang sebuah cerita mulai tumbuh semenjak ia
mengerti akan peristiwa yang terjadi di sekitarnya dan setelah memorinya
mampu merekam beberapa kaar berita. Masa tersebut terjadi pada usia 4-6
tahun, yang ditandai oleh berbagai kemampuan sebagai berikut
(Depdiknas, dalam Dhieni, 2008)
a. Mampu menggunakan kata ganti saya dan berkomunikasi
b. Memiliki berbagai pembendaharaan kata kerja, kata sifat, kata
keadaan, kata tanya, dan kata sambung.
c. Menunjukkan pengertian dan pemahaman tentang sesuatu.
d. Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan tindakan dengan
menggunakan kalimat sederhana.
e. Mampu membaca dan mengungkapkan sesuatu melalui gambar.
Metode bercerita menurut Dhieni (2008) adalah cara penyampaian
atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari
guru kepada anak didik Taman Kanak-Kanak.
2.2.2
Tujuan Bercerita
Menurut Dhieni (2008) tujuan bercerita bagi anak usia 4-6 tahun
adalah agar anak mampu mendengarkan dengan seksama terhadap apa
yang disampaikan orang lain, anak
dapat
bertanya
jika
tidak
memahaminya, anak dapat menjawab pertanyaan, selajutnya anak dapat
menceritakan dan mengekspresikan terhadap apa yang didengarkan dan
diceritakannya, sehingga hikmah dari isi cerita dapat dipahami dan lambat
laun didengarkan, diperhatikan, dilaksanakan, dan diceritakan pada orang
lain. Karena menurut Jorome S Brunner (dalam Dhieni, 2008) “Bahasa
berpengaruh besar pada perkembangan pikiran anak.”
11
2.2.3
Fungsi Becerita
Menurut Tampubolon (dalam Dhieni, 2008) “Bercerita kepada
anak memainkan peranan penting bukan saja dalam menumbuhkan minat
dan kebiasaan membaca, tetapi juga mengembangkan bahasa dan pikiran
anak.
Selain mengembangkan ketrampilan membaca, bagi seorang anak
bercerita merupakan suatu petualangan besar. A Great Adventure,
sebagaimana yang dikemukakan Graves (dalam Nugraha, 2008), bercerita
dapat juga berfungsi sebagai alat untuk mendukung proses pembelajaran
berbagai ilmu pengetahuan dan nilai pada anak. Cerita tentang kura-kura
dan kelinci, beauty and the beast, cerita tentang para nabi, orang baik dan
orang jahat, bawang merah dan bawang putih, dan sejenisnya merupakan
contoh lain dari penggunaan cerita untuk menanamkan nilai-nilai pada
anak.
Selanjutnya Solehuddin dan Hidayat (dalam Nugraha, 2008)
mengemukakan bahwa aktivitas bercerita dapat juga berfungsi untuk
membangun hubungan yang erat dengan anak. Melalui bercerita, para
pendidik dapat berinteraksi secara hangat dan akrab, terlebih lagi jika
mereka dapat menyeling atau melengkapi cerita-cerita anak dengan unsur
humor.
2.2.4
Manfaat Cerita
Beberapa manfaat bercerita menurut Dhieni (2008) diantaranya adalah :
a. Melatih daya serap atau daya tangkap anak, artinya anak usia dini
dapat dirangsang , untuk mampu memahami isi atau ide-ide pokok
dalam cerita secara keseluruhan.
b. Melatih daya pikir anak. Untuk terlatih memahami proses cerita,
mempelajari
hubungan
bagian-bagian
hubungan sebab-akibatnya.
12
dalam
cerita
termasuk
c. Melatih daya konsentrasi anak, untuk memusatkan perhatiannya
kepada keseluruhan cerita, karena dengan pemusatan perhatian
tersebut, anak dapat melihat hubungan bagian-bagian cerita sekaligus
menangkap ide pokok dalam cerita.
d. Mengembangkan daya imajinasi anak/artinya dengan bercerita anak
dengan fantasinya dapat membayangkan atau menggambarkan suatu
situasi yang berada diluar jangkauan inderanya bahkan yang mungkin
jauh
dari
lingkungan
sekitarnya
ini
berarti
membantu
mengembangkan wawasan anak.
e. Menciptakan situasi yang menggembirakan serta mengembangkan
suasana hubungan yang akrab sesuai tahap perkembangannya, anak
usia dini senang mendengarkan cerita terutama apabila gurunya dapat
menyajikannya dengan menarik.
f. Membantu mengembangkan bahasa anak dalam berkomunikasi secara
efektif dan efisien sehingga proses percakapan menjadi komunikatif.
Manfaat lain yang diungkapkan Rahayu (2013) bahwa dengan
kegiatan bercerita, guru dapat membawa suasana kelas menjadi lebih
alamiah, walaupun di dalamnya harus berlangsun transmisi tatanan nilai
budaya. Anak-anak menjadi lebih bergairah “belajar” karena pada
hakekatnya anak senang dengan cerita. Tidak mengherankan bila kegiatan
bercerita kemudian berperan penting dalam sosialisasi nilai-nilai baru
kepada anak-anak.
2.2.5
Kelebihan dan Kekurangan Metode Bercerita
Setiap metode pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan
kekurangan, untuk itu dengan adanya pembelajaran terpadu maka
pengembangan metode yang bervariasi dapat membantu pencapaian tujuan
tiap materi pembelajaran. Demikian pula menurut Dhieni (2008) untuk
metode cerita memiliki kelebihan dan kekurangan, antara lain :
13
a. Kelebihan
1. Dapat menjangkau jumlah anak yang relatif lebih banyak.
2. Waktu yang dapat dimanfaatkan dengan efektif dan efisien.
3. Pengaturan kelas menjadi lebih sederhana.
4. Guru dapat menguasai kelas dengan mudah.
5. Secara relatif tidak memerlukan banyak biaya.
b. Kekurangan
1. Anak didik menjadi pasif, karena lebih banyak mendengarkan atau
menerima penjelasan dari guru.
2. Kurang merangsang perkembangan kreativitas dan kemampuan
siswa untuk mengutarakan pendapatnya.
3. Daya serap atau daya tangkap anak didik berbeda dan masih lemah
sehingga sukar memahami tujuan pokok isi cerita.
4. Cepat menumbuhkan rasa bosan terutama apabila penyajiannya
tidak menarik.
2.3
Media Gambar Seri
2.3.1
Pengertian Media Gambar Seri
Menurut Daryanto (2002), gambar berseri adalah suatu kesatuan
informasi yang dituangkan ke dalam beberapa tahap atau dibuat berseri
dalam satu lembar sehingga dalam satu kesatuan informasi memerlukan
beberapa gambar.
Menurut Arsyad (2010), Gambar berseri merupakan rangkaian
kegiatan
atau
cerita
disajikan
secara
berurutan.
Siswa
berlatih
mengungkapkan adegan dan kegiatan-kegiatan tersebut yang apabila
dirangkaikan akan menjadi suatu cerita, gambar cerita ini akan lebih
menarik lagi jika didasarkan kepada cerita rakyat atau dongeng-dongeng
populer bagi masyarakat dan siswa pada khususnya. Misalnya, ‟Ayo, Kita
Memancing” merupakan kegiatan liburan yang menyenangkan bagi siswa
secara umum. Sedangkan Kegiatan bercerita yang dilakukan guru dengan
gambar-gambar di atas kertas karton ukuran 10 x 10, terdiri dari gambargambar yang berseri maupun tidak (Dhieni, 2008).
14
Jadi dapat disimpulkan media gambar berseri merupakan media
pembelajaran yang digunakan oleh guru yang berupa gambar datar yang
mengandung cerita secara berurutan tertentu sehingga antara satu gambar
dengan gambar yang lain memiliki hubungan cerita dan membentuk satu
kesatuan.
2.3.2
Ketentuan Penggunaan Gambar Seri
Ada beberapa ketentuan gambar berseri menurut Dhieni (2008):
1) Ada judul cerita misalnya cerita. ‟Togi Kucingku‟
2) Cerita singkat dan sarat dengan nilai-nilai kehidupan, sosialisasi dan
lingkungan anak.
3) Gambar dibuat pada karton berukuran 10 x 10 dapat disesuaikan
kebutuhan sebanyak yang dibutuhkan maksimal 8 gambar.
4) Gambar dapat berupa 1 gambar tanpa suasana yang mendukung dapat
pula dilengkapi suasana yang mendukung gambar tersebut.
5) Menggunakan gaya bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti oleh
anak.
6) Gambar diberi warna yang menarik agar anak berimajinasi dengan
baik.
7) Isi cerita ditulis pada bagian bawah.
2.3.3
Langkah-Langkah Penggunaan Media Gambar Berseri
1) Dengan bimbingan guru anak mengatur posisi duduknya
2) Anak memperhatikan anda pada saat menyiapkan alat/media yang
digunakan.
3) Anak termotivasi untuk mendengarkan cerita anda, dengan cara
memperlihatkan bagian judul dalam cerita anda.
4) Anak diberi kesempatan memberi judul cerita anda
5) Anak mendengarkan judul cerita yang sebenarnya dari anda
6) Anak mendengarkan cerita anda dan memperhatikan gambar yang
diperlihatkan (guru dapat bercerita dengan satu gambar yang tidak
15
berseri, dapat pula dengan gambar berurutan berseri ketentuannya
sama dengan cerita dengan 1 seri 6 gambar)
7) Setelah selesai bercerita dengan anak diberi kesempatan untuk
memberi kesimpulan
8) Anda melengkapi kesimpulan cerita dari anak.
2.4
Kajian Penelitian yang Relevan
Menurut penelitian yang dilakukan Hasrina Desti (2014), Progran
Kependidikan Bagi Guru Dalam Jabatan Universitas Bengkulu dengan
judul “Meningkatkan Kedisiplinan Melalui Metode Bercerita Pada
Kelompok
Bermain
menyimpulkan
bahwa
Di
PAUD
metode
Amanah
bercerita
Kota
mampu
LubukLinggau”,
meningkatkan
kedisiplinan anak, terbukti dari data awal yang diperoleh sebanyak 2 anak
(10%) meningkat menjadi 17 anak (85%), terjadi peningkatan dan
perbaikan pembelajaran ini juga meningkatkan keatifan siswa dalam
pembelajaran.
Sedangkan Penelitian lain yang dilakukan Nanik Sukisni (2013),
Progran Studi Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Muhamadiyah
Surakarta dengan judul “Peningkatan Kedisiplinan Anak Melalui Metode
Bercerita Dengan Wayang Kardus Pada Anaka Kelompkm B Di Taman
Kanak-Kanak Kasih Bunda 02 Karang Palem, Keduwung, Sragen, Tahun
Pelajaran 2012/2013”, menyimpulkan bahwa bercerita dengan wayang
kardus dapat meningkatakan kedisiplinan anak kelompok B di TK Kasih
Bunda 02. Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kedisiplinan anak
sebelum diberi perlakuan atau tindakan 36% dan meningkat menjadi 86%
setelah melalui III Siklus yang telah disiapkan.
Hasil-hasil penelitian ini menujukkan bahwa metode bercerita
efektif dalam Peningkatan Perilaku Kedisiplinan. Hal itu disebabkan oleh
siswa yang menujukkan ketertarikannya sehingga mampu berperan aktif di
dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari. Dan metode bercerita melalui
16
gambar seri adalah salah satu metode yang untuk nilai pendidikan pada
anak
2.5
Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan sebelumnya dan
kajian hasil penelitian yang relevan, maka dapat dibuat kerangka berpikir
sebagai berikut :
Kondisi
Awal
Pemberian Kejelasan
Mengenai
Kedisiplinan hanya
melalui lisan saja.
Perilaku
Kedisiplinan
Rendah
Perilaku
Kedisiplinan
Meningkat
Metode bercerita menggunakan
gambar seri :
Metode bercerita menggunakan
gambar seri :
a. Media menggunakan gambar
yang sesuai dengan tahap
perkembangan anak.
b. Cerita yang menarik sesui
dengan anak
c. Anak terlibat aktif dalam cerita,
anak
menentukan
pilihan
tindakan yang baik dan tidak
baik
d. Anak mempraktikkan semua
cerita yang ada digambar dalam
kegiatan sehari-hari
17
a. Media menggunakan gambar
yang sesuai dengan tahap
perkembangan anak.
b. Cerita yang menarik sesui
dengan anak
c. Anak mempraktikkan semua
cerita yang ada digambar dalam
kegiatan sehari-hari
Perilaku
Kedisiplinan
Meningkat