PENGEMBANGAN DESAIN MEJA DAN KURSI PESER

TAKE HOME UJIAN AKHIR SEMESTER

Mata Kuliah Pengembangan Kualitas Pendidikan SD
Dosen Pengampu
Dr. Udik Wibowo

PENGEMBANGAN DESAIN MEJA DAN KURSI PESERTA DIDIK
UNTUK PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

Oleh:
Teguh Prasetyo
NIM. 13712251066

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014

Take home UJIAN AKHIR SEMESTER Dikdas C 2013 | 1

Usulan Proposal Projek Pengembangan Kualitas Pendidikan SD
PENGEMBANGAN DESAIN MEJA DAN KURSI PESERTA DIDIK

UNTUK PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR
A. Latar Belakang
Salah satu aspek Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang kurang
diperhatikan beberapa tahun ini adalah standar pendidikan sarana dan
prasarana. Hal ini karena pendidikan cenderung fokus pada hasil yang
dapat diukur atau dinilai sehingga cakupan sarana dan prasarana
pendidikan tidak dipandang sebagai hal penting. Padahal peran sarana dan
prasarana sangat membantu keberlangsungan pendidikan di setiap sekolah.
Karena sarana dan prasarana secara langsung berhubungan dengan
perkembangan peserta didik baik psikis maupun psikologi.
Pada dasarnya peserta didik di Sekolah Dasar (SD) berusia antara
7-12 tahun mengalami perkembangan yang sangat pesat. Menurut teori
Piaget (Santrock, 2011: 329), perkembangan fisik anak pada usia sekitar 711 tahun berada tahap operasional kongret (concrete operational stage).
Selain itu peserta didik mengalami juga fase perkembangan psikoemosional dan sosial sehingga anak akan mencoba mengembangkan
potensi diri dan intelegensi yang dimiliki. Oleh karena itu penting, guru
dan sekolah memberikan pembelajaran di kelas yang sesuai dengan tingkat
perkembangan anak. Karena jika anak salah dalam dalam belajar akan
menyebabkan daya konsentrasi dan perkembangan fisik anak menurun.
Pembelajaran yang baik memerlukan sarana dan prasarana dari
sekolah yang cukup memadai. Menurut A. Kereng (Yuda) “keberhasilan

anak dalam belajar sangat dipengaruhi beberapa faktor seperti guru, alat
atau fasilitas, sarana dan prasarana, juga lingkungan sekitar”. Salah satu
sarana dan prasarana pendidikan pendukung pembelajaran dan yang
kurang diperhatikan, yakni sarana meja dan kursi belajar bagi peserta didik
di kelas.
Berdasarkan Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang standar
sarana dan prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI),
Take home UJIAN AKHIR SEMESTER Dikdas C 2013 | 2

Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan
Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) menyatakan bahwa
kursi peserta didik terdiri 1 buah/peserta didik memiliki karakteristik kuat,
stabil, dan mudah dipindahkan oleh peserta didik. Ukuran sesuai dengan
kelompok usia peserta didik dan mendukung pembentukan postur tubuh
yang baik, minimum dibedakan untuk kelas 1-3 dan kelas 4-6. Desain
dudukan dan sandaran membuat peserta didik nyaman belajar. Sedangkan
pada meja belajar peserta didik sama, namun pada desain meja belajar
memungkinkan kaki peserta didik masuk dengan leluasa ke bawah meja.
Jadi dapat dimaknai bahwa kursi belajar harus memiliki karakter
yang kuat, stabil, dan mudah dipindahkan sedangkan pada meja belajar

memiliki karakter yang hampir sama dengan kursi peserta didik nyaman
untuk meletakan kedua kaki dan luas di bagian bawah meja. Tetapi
berdasarkan hasil survey penulis sendiri pada Pratik pembelajaran di SDN
Timbulharjo Bantul Yogyakarta, kualitas kursi tidak sama apa yang
disebutkan dengan Permendiknas tersebut. Kendala pada meja kursi
terutama pada aspek berat dan ukuran meja dan kursi yang tidak sesuai
dengan perkembangan fisik dan psikologi peserta didik. Hal ini sudah
menjadi pokok pembahasan tentang sarana dan prasarana bagi penulis dan
beberapa mahasiswa dikdas C Tahun 2013 perlu adanya ada sebuah
perbaikan atau desain di bidang sarana dan prasarana khususnya meja dan
kursi belajar agar lebih mempertimbangkan kebutuhan peserta didik
dibandingkan hanya mengikuti keputusan sepihak saja.
Beberapa

kendala

juga

dikemukakan


oleh

Yuda

tentang

penggunaan meja dan kursi belajar yang tidak sesuai dengan
perkembangan fisik, psiko-emosional, dan sebagai berikut: (1) bangku
tidak mudah dipindahkan oleh anak karena berat mencapai 40-60 kg, (2)
peserta didik mengalami kelelahan fisik disebabkan kursi dan meja yang
terlalu tinggi (66-75cm) dan tidak ergonomis, (3) terdapat bangku yang
memanjang dan dapat digunakan tiga peserta didik sehingga tidak sesuai
dengan konsep pembelajaran berbasis student centered, (4) warna bangku

Take home UJIAN AKHIR SEMESTER Dikdas C 2013 | 3

yang monoton dan kesan kaku sehingga menegangkan bagi peserta didik,
(5) harga bangku mahal antara Rp. 400.000,- sampai Rp. 550.000,- .
Permasalahan ini hampir dialami dibeberapa SD yang ada di
Indonesia tentang kualitas meja dan kursi belajar peserta didik seperti

ditemukan permukaan meja kasar, bertekstur (bergeronjal), proses
finishing atau plittur tidak rapi, tempat penyimanan tas dan peralatan tulis

terlalu sempit, sehingga tidak dapat memuat lebih banyak peralatan
menulis. Selain itu material bahan pada meja yaitu kayu yang cenderung
mudah rusak, adanya perbedaan antara satu meja dengan meja yang lain,
sehingga cenderung berantakan dan tidak rapi. Pada kursi juga hampir
sama, material pada bahan kursi terlalu berat pada saat dipindahkan dan
diangkat, kenyamanan peserta didik pada bagian punggung dan paha
kurang diperhatikan, terdapatnya perbedaan bentuk dan ukuran kursi yang
berbeda-beda.
Untuk itu perlu dilakukan penelitian pengembangan tentang desain
meja dan kursi belajar yang ergonomis yang sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik di SD.
B. Landasan Teori
1. Pengertian Desain
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyebutkan
pengertian desain sepadan dengan kata perancangan. Namun demikian,
kata merancang, rancangan/membangun, yang sering disepadankan
dengan kata desain ini nampaknya belum dapat mengartikan desain

secara lebih luas. Kata “Desain” merupakan kata baru yang mengalami
peng-Indonesia-an

dari

kata

design

(bahasa

Inggris)

tetap

dipertahankan dan sering digunakan khususnya bagi akademisi atau
dunia pendidikan.
Kata desain merupakan istilah yang sering digunakan juga
dalam kegiatan seni atau menghasilkan suatu karya. Hal ini merujuk


Take home UJIAN AKHIR SEMESTER Dikdas C 2013 | 4

pendapat Mila Karmila (2010) yang memaknai desain sebagai kata
benda dan kata kerja.
a. Kata benda dapat berupa: reka bentuk, reka rupa, tata rupa,
perupaan,
anggitan,
rancangan,
gagas
rekayasa,
perencanaan, karya kerajinan, kriya, kerangka, sketsa ide,
gambar, busana, penggayaan, layout, ruang (interior),
susunan rupa, tata bentuk, tata warna, ukiran, motif,
ornamen, grafis, dekorasi.
b. Kata kerja dapat berupa: menata, mengkomposisi,
merancang, merencana, menghias, menyusun, mencipta,
berkreasi, menggambar, melukiskan, menyajikan karya, dan
berbagai kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan
merancang dalam arti luas.
Kata desain sekarang ini tidak hanya berkaitan dengan bidang

seni tetapi juga sudah merambah kepada dunia sains, sosial, dan
teknologi. Banyak inovasi yang telah ditemukan dan itu merupakan
hasil dari sebuah desain. Desain merupakan perpaduan antara seni,
sains dan teknologi. Seorang perancang atau desainer harus memiliki
kemampuan dan pengetahuan sekaligus pengalaman ketiga disiplin
ilmu tersebut agar menghasilkan desain yang berkualitas secara estetis,
etis, komunikatif, operasional dan ekonomis (Muhajirin)
Dapat disimpulkan bahwa desain merupakan kegiatan untuk
merancang dan merencanakan sebuah karya baik itu seni, sains, dan
teknologi berdasarkan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki oleh
desainer. Dalam hal ini desain kursi dan meja belajar merupakan
sebuah rencana dan rancangan tentang meja dan kursi belajar bagi
peserta didik di sekolah dasar.
2. Langkah-langkah Desain Meja dan Kursi Belajar
Perubahan paradigma pendidikan baru yang mengarah kepada
pembelajaran lebih berorientasi

“student-centered”, mencirikan

peserta didik yang aktif dalam belajar atau “active learning”.

Pembelajaran yang lebih mengaktifkan peserta didik menuntut pola
dan rancangan ruang kelas terbuka, yang memiliki mobilitas,
fleksibilitas sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Untuk itu sangat

Take home UJIAN AKHIR SEMESTER Dikdas C 2013 | 5

ideal bila konsep perancangan desain meja dan kursi, harus
menerjemahkan konsep tersebut kedalam unsur-unsur visual (fisik)
meja dan kursi.
Meja dan kursi belajar merupakan komponen pendukung
belajar bagi peserta didik di kelas. Menurut Martadi (2006: 79) desain
konsep desain meja dan kursi sebagai salah satu komponen pendidikan
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pencapain tujuan
pembelajaran. Dengan demikian, konsep perancangan meja dan kursi
juga harus berorientasi kepada pola pembelajaran yang digunakan di
sekolah. Sehingga seluruh keputusan desain meja dan kursi belajar
mengarah kepada pemecahan masalah pembelajaran.
Adapun langkah-langkah perancangan menurut Pahl dan Beitz
(Harahap, Nurul, & Sugih, 2013) adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan dan Perancangan Produk

Perancang menyusun spesifikasi produk yang mempunyai
fungsi

khusus

dan

karakteristik

tertentu

yang

memenuhi

kebutuhan. Caranya Informasi dikumpulkan sebanyak mungkin
tentang kebutuhan (demand) yang harus dipenuhi oleh produk dan
keinginan (wishes) dari pengguna. Informasi tersebut disusun
dalam bentuk daftar spesifikasi produk. Selanjutnya dilakukan
analisis untuk memperoleh gambaran umum dari spesifikasi yang

diberikan. Adapun tugas utama perancangan pada langkah
perencanaan dan perancangan produk adalah redesain meja dan
kursi siswa sekolah dasar yang ergonomis.
b. Perancangan Konsep Produk
Perancang mengembangkan konsep produk meja dan kursi
belajar harus memenuhi persyaratan-persyaratan dalam spesifikasi
produk. Adapun beberapa konsep-konsep perancangan meja dan
kursi yang sesuai untuk dikembangkan yaitu: (1) Konsep Portable,
(2) Konsep One Piece, (3) Konsep Y, (4) Konsep Adjustable dan
(5) Konsep Two piece.

Take home UJIAN AKHIR SEMESTER Dikdas C 2013 | 6

Langkah

selanjutnya

adalah

menyeleksi

penggabungan

kombinasi prinsip solusi yang dilihat berdasarkan kriteria sebagai
berikut:
1) Memenuhi fungsi secara keseluruhan
2) Dapat memenuhi yang disyaratkan
3) Mudah dibuat
4) Keamanan terjamin
5) Lebih disukai perancang
6) Informasi memadai
7) Stabilitas produk.
Berdasarkan kriteria tersebut konsep yang memenuhi semua
kriteria adalah gabungan konsep one piece dan adjustable.
c. Perancangan Bentuk Produk
Pada fase perancangan bentuk, konsep produk diberi bentuk
sehingga komponen-komponen secara bersama menyusun bentuk
produk agar produk dapat melakukan fungsinya. Dalam hal ini
bentuk redesain meja dan kursi sekolah didasarkan kepada produk
yang sudah ada sebelumnya. Dalam proses perencanaan,
pengembangan

digunakan

untuk

memperbaiki

dan

mengembangkan desain aktual meja dan kursi di SD yang sudah
ada terlebih dahulu.
d. Perancangan Detail
Pada fase ini komponen produk, bentuk dan dimensi dari setiap
komponen produk ditetapkan. Adapun variabel redesain meja dan
kursi sekolah secara ergonomis berdasarkan dimensi antopometri
yang digunakan perancang adalah:
1) Tinggi Meja
Tinggi meja = tinggi popliteal +tinggi siku duduk
Data antropometri yang digunakan adalah data siswa dengan
persentil 5 th dan persentil 95 th yaitu:
Tinggi Minimum Meja = 30,2 + 11,2 = 41,4 cm.

Take home UJIAN AKHIR SEMESTER Dikdas C 2013 | 7

Tinggi Maksimum Meja = 40,6 + 18,3 = 58,9 cm.
2) Lebar Meja
Lebar meja ditentukan oleh panjang rentang tangan ke depan.
Dalam hal ini ukuran lebar meja ditentukan oleh data rata-rata
antropometri siswa yaitu 56,3 cm.
3) Tinggi Meja dari Bawah Meja
Tinggi meja dari bawah meja = tinggi popliteal + tebal paha.
Data diambil dari data antropometri siswa persentil 5 th yaitu:
Tinggi Minimum dari Bawah Meja = 30,2+5,7 = 35,9 cm.
Berdasarkan ukuran tersebut, dilakukan perhitungan untuk
menentukan tinggi laci yang ditentukan dengan ukuran
minimum tinggi meja dan ukuran minimum tinggi meja dari
bawah meja yaitu:
Tinggi Laci = 41,4 – 35,9 = 5,5 cm.
4) Tinggi Kursi
Tinggi kursi = tinggi popliteal siswa.
Data diambil dari data antropometri siswa persentil 5 th dan
persentil 95 th yaitu:
Tinggi Minimum Kursi = 30,2 cm.
Tinggi Maksimum Kursi = 40,6 cm.
5) Lebar Kursi
Lebar kursi = lebar pinggul siswa.
Data diambil dari data siswa dengan persentil 95 th yaitu
27,3cm.
6) Panjang Kursi
Panjang kursi = panjang popliteal siswa.
Data diambil dari data siswa dengan persentil 95 th yaitu 39,2
cm.
7) Tinggi Sandaran Punggung Kursi
Tinggi sandaran punggung = tinggi bahu duduk.

Take home UJIAN AKHIR SEMESTER Dikdas C 2013 | 8

Data diambil dari data rata-rata antropometri siswa yaitu =
43,5 cm.
8) Lebar Sandaran Punggung Kursi
Lebar sandaran punggung kursi= lebar sisi bahu.
Data diambil dari data siswa dengan persentil 95 th yaitu 32,6
cm.
Di bawah ini gambar hasil redesain detail yang dikembangkan
Harahap, Nurul, & Sugih, (2013) pada produk meja dan kursi beserta
spesifikasinya dapat di lihat pada Gambar 1.

Gambar 1.
Hasil Redesain/Pengembangan Meja dan Kursi

Dari gambar di atas dapat diamati pada bagian bawah meja dan
kursi terdapat 2 handle untuk mengatur tinggi meja dan tinggi kursi.
Sedangkan tinggi pijakan kaki meja dan tinggi pijakan kaki kursi
disesuaikan Permendikbud Nomor 56 Tahun 2011 yang menyatakan
standar dan spesifikasi teknik perabot ruang kelas kategori tinggi
pijakan kaki meja siswa tunggal dan tinggi pijakan kaki kursi siswa
tunggal yaitu 13 cm dan 10 cm.

Take home UJIAN AKHIR SEMESTER Dikdas C 2013 | 9

3. Standar Kualitas Desain yang Dikembangkan
Standar kualitas desain meja dan kursi belajar dapat dilihat dari
beberapa faktor yaitu: faktor performansi, faktor fungsi, faktor
produksi, faktor pemasaran, faktor kepentingan produsen, dan faktor
kualitas bentuk. Berikut penjelasan kualitas desain yang dikembangkan
(Muhajirin) sebagai berikut.
a. Faktor Performansi
Suatu desain itu harus praktis, ekonomis, aman, sesuai dengan
kondisi psikologis dan fisiologis manusia atau disebut ergonomis
maka perlu mempertimbangkan antara lain: (1) kenyamanan, (2)
kepraktisan, (3) keselamatan/keamanan, (4) kemudahan dalam
penggunaan (5) kemudahan dalam pemeliharaan, (6) kemudahan
dalam perbaikan.
b. Faktor Fungsi
Suatu desain secara fisik dan teknis harus bekerja sesuai dengan
fungsi yang dituntut. Oleh karena itu perlu mempertimbangkan
antara lain: (1) kelayakan, (2) kehandalan, (3) spesifikasi dari
material, dan (4) struktur penggunaan atau sistem tenaga.
c. Faktor Produksi
Desain harus memungkinkan untuk diproduksi sesuai dengan
metode dan proses yang telah ditentukan. Untuk itu perlu
mempertimbangkan antara lain: (1) permesinan, (2) bahan baku,
(3) sistem proses produksi, (4) tingkat ketrampilan tenaga kerja, (5)
biaya produksi, dan (5) standardisasi.
d. Faktor Pemasaran
Desain dapat dikatakan berhasil jika jangkauan pasar semakin luas
dan dapat bertahan dalam waktu yang lama. Untuk itu
dipertimbangkan, meliputi: (1) selera konsumen, (2) citra produk,
(3) sasaran pasar, (4) penentuan harga, dan (5) saluran distribusi.

Take home UJIAN AKHIR SEMESTER Dikdas C 2013 | 10

e. Faktor Kepentingan Produsen
Desain produk yang dihasilkan harus bertujuan menghasilkan
keuntungan atau laba, sehingga akan menjamin kelangsungan
hidup

produsen,

perlu

mempertimbangkan:

(1)

identitas

perusahaan, (2) status (swasta, pemerintah, yayasan, dan lain-lain).
f. Faktor Kualitas Bentuk
Suatu desain harus dibuat sedemikian rupa agar menarik sehingga
menimbulkan

kenikmatan

estetis.

Hal

ini

penting

dalam

meningkatkan cita rasa seseorang/masyarakat/konsumen. Untuk itu
perlu diperhatikan:
(1) Spirit dan gaya jaman, menandai style suatu desain produk
(2) Estetika dan daya tarik, desain tidak sekedar membuat struktur,
konstruksi, dan bentuk saja, namun prinsip dalam pembuatan
benda dihubungkan dengan segi keindahan dan keserasian,
yang merupakan faktor penting dalam desain.
(3) Penyelesaian detail dan finishing, sebuah desain merupakan
rencana yang akan diimplementasikan dalam karya jadi. Jika
sebuah produk dikerjakan secara serampangan akan terlihat
tidak profesional.
(4) Pengolahan bentuk sesuai struktur dan karakter bahan, bentuk
yang tercipta juga sangat ditentukan oleh bahan yang
digunakan.
(5) Kombinasi dengan bahan lain, kombinasi mengandung arti
memadukan dua unsur atau bahan yang berbeda, adanya
kebaruan, dan memiliki keunikan (uniqueness) tersendiri.

Take home UJIAN AKHIR SEMESTER Dikdas C 2013 | 11

C. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan yang dapat diperoleh dari pengembangan meja dan
kursi belajar peserta didik adalah:
1. Mendesain meja dan kursi belajar sesuai dengan kebutuhan peserta
didik dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik merasa
nyaman.
2. Mengembangkan meja dan kursi yang sesuai dengan masalah
kelelahan yang dialami peserta didik.
3. Mengetahui ergonomis produk meja dan kursi belajar yang
dikembangkan terhadap pembelajaran peserta didik.
Adapun manfaat dari pengembangan meja dan kursi belajar ini adalah:
1. Untuk membantu sekolah dalam menyiapkan sarana dan prasarana
untuk pembelajaran khususnya meja dan kursi belajar.
2. Untuk membantu peserta didik mengurangi kelelahan fisik, dan psikoemosional melalui desain meja dan kursi yang dikembangkan.
3. Untuk menghasilkan desain meja dan kursi yang ergonomis sehingga
berpengaruh pada pembelajaran efektif yang dilaksanakan guru.
D. Rancangan Dan Mekanisme Kegiatan
Dalam metode perancangan dan mekanisme kegiatan mengikuti
alur penelitian pengembangan. Model pengembangan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah model four-D (Thiagarajan, Semmel, &
Semmel, 1974: 5), terdiri dari empat tahap, yaitu: tahap define
(pendefinisian),

tahap

design

(perancangan),

tahap

develop

(pengembangan), dan tahap disseminate (penyebaran). Berikut ini
mekanisme kegiatan dalam proses perancangan.
1. Tahap Define
Pada tahap ini dilakukan survey dan pengamatan terhadap subyek
(problem seeking ) terutama sarana dan prasarana yang akan
dikembangkan berdasarkan definisi serta latar belakangnya untuk
menentukan faktor-faktor yang terkait. Kegiatan ini dilakukan untuk

Take home UJIAN AKHIR SEMESTER Dikdas C 2013 | 12

mengidentifikasi secara pasti bagaimana permasalahan yang ada di
sekolah menyangkut meja dan kursi belajar peserta didik. Pengamatan
dapat dilakukan dibeberapa sekolah agar kuat mendukung latar
belakang dan permasalah yang muncul tetapi perlu fokus pada yang
akan dikembangkan.
2. Tahap Design
Pada kegiatan ini dilakukan kegiatan perancangan secara detail
tentang bentuk dan desain furniture meja dan kursi belajar peserta
didik sesuai dengan kajian teori secara mendetail. Hasilnya berupa
gambaran tentang meja dan kursi belajar yang tampak gambar berupa
sketsa 2D dan 3D. Pada sketsa ini nampak lay out dan pembuatan
model prototype meja dan kursi telah dirancangan sesuai dengan
peserta didik. Tujuan pada tahap perancangan adalah menghasilkan
prototype meja dan kursi yang dikembangkan.
3. Tahap Develop
Pada kegiatan pengembangan merupakan rangkaian dari pengujian
skala terbatas dan diperluas. Uji coba terbatas dilakukan untuk
meminta pendapat kepada para ahli tentang prototype meja dan kursi
belajar yang dikembangkan apakah sudah sesuai dengan karakteristik
perkembangan peserta didik di SD. Jika hasil prototype masih ada
kekurangan maka perlu dilakukan perbaikan sebelum dilakukan uji
coba diperluas.
Pelaksanaan uji diperluas adalah untuk melihat bagaimana kualitas
dan keefektifan produk pengembangan yakni meja dan kursi belajar
yang telah didesain. Bagaimana pengaruhnya terhadap pola belajar
peserta didik menggunakan produk meja dan kursi yang telah
dihasilkan.
4. Tahap Disseminate
Pada kegiatan penyebaran dilakukan jika kualitas produk yang
dihasil meja dan kursi belajar telah diakui secara kelayakan oleh ahli

Take home UJIAN AKHIR SEMESTER Dikdas C 2013 | 13

dan setelah dilakukan uji empiris di lapangan terbukti memiliki
keefektifan sesuai dengan perkembangan peserta didik dan ergonomis.
Pada tahap perancangan dan mekanisme kegiatan juga dilakukan
beberapa analisis dan pengumpulan data untuk memperoleh gambaran
hasil pengembangan produk yang dikembangkan. Pada kegiatan
pengumpulan data dilakukan dengan prasurvei adapun instrumen yang
digunakan

lembar

pengamatan/observasi,

wawancara,

dan

angket

pertanyaan. Sebagai metode pokok yang digunakan adalah metode
kualitatif yang mana mengambil data yang diperlukan untuk analisa dan
diolah untuk dicari suatu kesimpulan akhir atas pemecahan masalah yang
ada. Selanjutnya dilakukan juga penggalian untuk kajian literatur, statistik,
dan lain-lain.
E. Sumber Daya
Berikut ini prakiraan rincian sumber daya yang dibutuhkan dalam
mengembangkan desain meja dan kursi untuk peserta didik di jenjang SD.

Tabel 1.
Prakiraan Pengeluaran Biaya Penelitian
No.
A.

Bentuk Uraian

Jumlah

Bahan Habis pakai
1. Kertas HVS A4 3 3 rim

rim
5 buah
2. Disket CD RW
3. Injection ink
4. Sewa computer +
printer
5. Foto Copy
6. ATK
7. Laporan Penelitian
(penggandaan,
penjilidan,penyebaran)

Tarif
Rp. 32.000

96.000

Rp. 10.000

50.000
100.000
300. 000

Rp. 100.000

Total Biaya
B.

Total (Rp)

Tranportasi/Perjalanan
1. Biaya
perjalanan 4 x 2 kali Rp. 50.000
untuk
observasi

200.000
300.000

1. 146.000

400.000

Take home UJIAN AKHIR SEMESTER Dikdas C 2013 | 14

C

D

E

lapangan
2. Biaya
perjalanan 4 x 2 kali Rp. 50.000
untuk pengumpulan
data
3. Biaya
perjalanan 2 x 3 kali Rp. 100.000
supervise
4. Konsumsi
dan
Akomodasi
Total Biaya
Bahan Pustaka
1. Beli buku referensi 3 buah
Rp. 100.000
2. Download Internet 1 bulan
Rp. 200.000
Total Biaya
Pembuatan Prototype
Pembuatan Bangku
20 buah Rp. 100.000
Pembuatan Meja
20 buah Rp. 200.000
Total Biaya
Peneliti
Peneliti Utama
4
Rp.1.000.000
Konsultan ahli/Expert
2
Rp.1.000.000
Tukang pembuat produk 2
Rp. 500.000
Dokumentasi
Total Biaya Keseluruhan

400.000

600.000
1.250.000
2.650.000
300.000
200.000
500.000
2.000.000
4.000.000
6.000.000
4.000.000
2.000.000
1.000.000
200.000
17.496.000

F. Ukuran Keberhasilan
Parameter keberhasilan dalam mengembangkan dan mendesain
produk ini berdasarkan pemenuhan standar dan spesifikasi produk meja
dan kursi belajar yang sesuai dengan perkembangan peserta didik di SD
dan ergonomis. Adapun kriteria keberhasilan produk desain meja dan kursi
dilihat dari dua faktor yaitu:
1. Faktor performansi atau ergonomis perlu mempertimbangkan antara
lain: (a) kenyamanan, (b) kepraktisan, (c) keselamatan/keamanan, (d)
kemudahan dalam penggunaan (e) kemudahan dalam pemeliharaan, (f)
kemudahan dalam perbaikan.
2. Faktor kualitas bentuk, desain harus dibuat sedemikian rupa agar
menarik

sehingga

menimbulkan

kenikmatan

estetis.

Beberapa

pertimbangan kualitas produk harus mengandung antara lain: (a) spirit
dan gaya jaman, (b) estetika dan daya tarik, (c) penyelesaian detail dan

Take home UJIAN AKHIR SEMESTER Dikdas C 2013 | 15

finishing tidak sembarangan, (d) pengolahan bentuk sesuai struktur dan

karakter bahan, dan (e) kombinasi dengan bahan berbeda, ada
kebaruan, dan memiliki keunikan (uniqueness) tersendiri.
G. Faktor Pendukung Dan Penghambat
Adapun faktor pendukung dan penghambat untuk penelitian
pengembangan yang mungkin terjadi didasarkan hasil penelitian sarana
dan prasarana di sekolah yang dilakukan oleh Qusmaitika (2013) adalah
sebagai berikut:
1. Proses manajemen sarana dan prasarana yaitu:
a. Perencanaan sarana dan prasarana dilakukan setiap satu tahun
sekali dan lima tahun sekali dengan mengacu pada visi, misi,
kebijakan mutu sekolah, dan sasaran mutu sarana dan prasarana.
b. Pengadaan sarana dan prasarana bukan hanya tugas bidang
manajemen sarana prasarana sekolah, melainkan melibatkan semua
komponen baik kepala sekolah, guru, komite, dan orang tua yang
ada di sekolah.
c. Inventarisasi dibedakan menjadi dua yaitu barang milik pemerintah
dan barang bukan milik pemerintah, dengan prosedur pelaksanaan
yang sesuai dengan ketentuan masing-masing.
d. Perawatan sarana dan prasarana dilakukan secara kontinyu,
kondisional, dan berkala serta disesuaikan dengan jenisnya yaitu
perawatan gedung, perawatan lingkungan, dan perawatan perabot
atau peralatan.
e. Pelaporan sarana dan prasarana dilaksanakan setiap tiga bulan
sekali (triwulan) dengan merekapitulasi semua laporan kegiatan
yang telah dilakukan.
f. Penghapusan sarana dan prasarana dibedakan menjadi dua yaitu
penghapusan barang milik pemerintah dan penghapusan barang
bukan milik pemerintah dengan prosedur yang berbeda.

Take home UJIAN AKHIR SEMESTER Dikdas C 2013 | 16

2. Faktor pendukung dalam proses manajemen sarana dan prasarana
adalah
a. Penetapan anggaran untuk sarana dan prasarana setiap satu tahun
sekali.
b. Memiliki staf khusus bidang sarana dan prasarana dan keterlibatan
seluruh personil sekolah.
c. Peran aktif seluruh guru, kepala sekolah, dan komite orang tua
untuk penyediaan fasilitas yang layak.
3. Faktor penghambat dalam proses manajemen sarana dan prasarana
adalah
a. Belum adanya ruang khusus bidang sarana dan prasarana
b. Belum adanya waka sarpras untuk jenjang sekolah dasar sehingga

hanya mengandalkan staf atau penjaga sekolah.
c. Mendayagunakan faktor pendukung dalam proses manajemen

sarana dan prasarana adalah (1) menjalin komunikasi dan
koordinasi

dengan baik,

(2) melakukan

perbaikan secara

berkelanjutan, (3) selalu menerima saran dan kritik.
H. Jadwal Pelaksanaan
Adapun rencana pelaksanaan pengembangan desain meja dan kursi
belajar peserta didik untuk pembelajaran di SD direncanakan akan
diselesaikan dalam waktu tiga bulan, yaitu: Februari, Maret, dan April
2015. Berikut ini tabel 2 jadwal pelaksanaan penelitian.

Take home UJIAN AKHIR SEMESTER Dikdas C 2013 | 17

Tabel 2.
Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No.

Bentuk Kegiatan

A

Tahap
Pendefinisian
1. Penyusunan
proposal
2. Survey lokasi
3. Observasi,
wawancara &
angket
4. Analisis hasil
kegiatan awal
Tahap
Perancangan
1. Perancangan
gambar lay out
prototype
2. Desain
prototype
Nampak 2D &
3D
3. Hasil prototype
produk awal
Tahap
Pengembangan
1. Validasi produk
oleh ahli

B

C

D

2. Uji coba skala
terbatas
3. Uji coba
diperluas
4. Analisis hasil
uji coba
Tahap
Penyebaran
1. Rekomendasi
ke dinas
pendidikan
2. Seminar dan
jurnal

1

Bulan 1
2 3

X

X

X

X

4

1

Bulan 2
2 3

4

Bulan 3
1 2 3 4

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X
X
X

X

X

Take home UJIAN AKHIR SEMESTER Dikdas C 2013 | 18

DAFTAR PUSTAKA
Harahap, P., Nurul H.L., & Sugih A.P., (2013). Analisis ergonomi redesain meja
dan kursi siswa sekolah dasar. e-Jurnal Teknik Industri FT USU Vol 3, No.
2, Oktober 2013 pp. 38-44. Medan: Departemen Teknik Industri, Fakultas
Teknik, Universitas Sumatera Utara (USU) Jl. Almamater Kampus USU,
20155
Martadi. (2006). Konsep desain bangku dan kursi sekolah dasar di Surabaya.
Jurusan
Seni
Rupa,
Universitas
Negeri
Surabaya
Email:
mrtadi@yahoo.com Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain –
Universitas
Kristen
Petra
http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID= INT
Mila, K. (2010). Bahan perkuliahan dasar seni dan desain (prodi pendidikan tata
busana). Bandung: Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan,
Universitas Pendidikan Indonesia
Muhajirin.
Desain
produk,
pengertian
dan
ruang
lingkupnya.
http://eprints.uny.ac.id/4131/2/Handout_Desain_Produk_Kerajinan.pdf.
Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana untuk
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA)
Qusmaitika, A. (2013). Manajemen sarana dan prasarana sekolah menengah
kejuruan 2 turen kabupaten malang . Skripsi, Jurusan Administrasi
Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang.
http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/ASP/article/view/26779
Santrock, J.W., (2011). Life-span development perkembangan masa hidup edisi
ketiga belas jilid 1 dan 2 (terjemahan). America: New York, Penerbit
Erlangga
Thiagarajan, Semmel, & Semmel, (1974). Instructional development for training
teacher of expetional children: A sourcebook. Minnesota: Central for
innovation on teaching the handicapped
Yuda, W. Desain workstation untuk sekolah dasar (sd) untuk menunjang belajar
murid di sekolah. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November (ITS)

Take home UJIAN AKHIR SEMESTER Dikdas C 2013 | 19