Dalam satu Negara saja bisa

http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/3041/Bab
%202.pdf?sequence=7

22
23
2.1.3 Karakteristik Laporan Keuangan
Menurut
Ikatan Akuntan Indonesia
(2009:5
-8),
laporan keuangan yang
berguna bagi pemakai informasi bahwa harus terdapat empat karakteristik
kualitatif pokok yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat

diperbandingkan.
1.
Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam
laporan keuangan
adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai.Untuk maksud
ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas

ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi
dengan ketekuna
n yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang
seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak
dapat dikeluarkan hanya
atas dasar pertimbangan bahwa informasi tesebut terlalu sulit untuk dapat
dipahami oleh pemakai tertentu.
2.
Relevan
Informasi ha
rus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses
pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat
mempengaruhi
keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, men
egaskan, atau
mengkoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu. Peran informasi dalam peramalan
(
predictive
) dan penegasan (

confirmatory
) berkaitan satu sama lain. Misalnya
informasi struktur
dan besarnya aset yang dimiliki bermanfaat bagi pemakai
ketika mer
eka berusaha meramalkan kemampuan perusahaan
dalam
memanfaatkan peluang dan bereaksi terhadap situasi yang merugikan. Informasi
yang sama juga berperan dalam memberikan penegasan (
confirmatory role
)
terhadap prediksi yang lalu, misalnya tentang bagaimana struktur keuangan
perusahaan diharapkan tersusun atau tentang hasil dari operasi yang direncanakan.
Informasi posisi keuangan dan kinerja di masa lalu seringkali digunakan sebagai
dasar untuk mempre
diksi posisi keuangan dan kinerja masa depan dan hal
-hal lain
24
yang langsung menarik perhatian pemakai, seperti pembayaran dividen dan upah,


pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan
untuk memenuhi
komitmennya ketika jatuh tempo. Untuk memiliki n
ilai prediktif, informasi tidak
perlu harus dalam bentuk ramalan eksplisit.Namun demikian, kemampuan laporan
keuangan untuk membuat prediksi dapat ditingkatkan dengan penampilan
informasi tentang transaksi dan peristiwa masa lalu.Misalnya nilai prediktif
laporan laba
-rugi dapat ditingkatkan kalau akun
-akun penghasilan atau badan
yang tidak biasa, abnormal dan jarang terjadi diungkapkan secara terpisah.
3.
Keandalan
Informasi juga harus andal (
reliable
). Informasi memiliki kualitas andal
jika bebas dari pengert
ian yang menyesatkan, material, dan dapat diandalkan
pemakaiannya sebagai penyajian yang tulus atau jujur dari yang seharusnya
disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Informasi mungkin

relevan
tetapi jika hakekat atau penyajiannya tid
ak dapat diandalkan maka
penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Misalnya jika
tindakan hukum masih dipersengkatakan, mungkin tidak tepat bagi perusahaan
untuk mengakui jumlah seluruh tuntutan tersebut dalam neraca, meskipun
mungk
in tepat untuk mengungkapkan jumlah serta keadaan dari tuntutan tersebut.
a) Penyajian jujur
Informasi harus digambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang
seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.Jadi
misalnya, neraca harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa
lainnya dalam bentuk aset, kewajiban dan ekuitas perusahaan pada tanggal
pelaporan yang memenuhi kriteria pengakuan.
b) Substansi mengungguli bentuk
Jika informasi dimaksudkan untu
k menyajikan dengan jujur transaksi serta
peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat
dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya
bentuk hukumnya.

25
c) Netralitas
Informasi harus diarahkan pa
da kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak
boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa
pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai

kepentingan yang berlawanan.
d) Pertimbangan sehat
Penyusunan lap
oran keuangan ada kalanya menghadapi ketidakpastian peristiwa
dan keadaan tertentu, seperti ketertagihan piutang yang diragukan, perkiraan masa
manfaat prabrik serta peralatan, dan tuntutan atas jaminan garansi yang mungkin
timbul.Ketidakpastian semacam it
u diakui dengan mengungkapkan hakekat serta
tingkatnya dan dengan menggunakan pertimbangan sehat dalam penyusunan
laporan keuangan.Pertimbangan mengandung unsur kehati
-hatian pada saat
melakukan perkiraan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau
penghasilan tidak dinyatakan terlalu rendah. Namun demikian, penggunaan

pertimbangan sehat tidak diperkenankan, misalnya pembentukan cadangan
tersembunyi atau penyisihan berlebihan dan sengaja menetapkan aset atau
penghasilan yang lebih rendah atau pencatata
n kewajiban atau beban yang lebih
tinggi, sehingga laporan keuangan
menjadi tak netral, dan karena itu tidak
memiliki kualitas andal.
e) Kelengkapan
Informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan
beban. Kesengajaan untuk tid
ak mengungkapkan mengakibatkan informasi
menjadi tidak benar atau menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan
tidak sempurna ditinjau dari segi relevansinya.
4.
Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antara
periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan.
Pemakai juga harus
dapat memperbandingkan laporan keuangan antara
26

perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan
secara relatif. Oleh karena itu,
pengukuran dan
penyajian dampak keuangan, transaksi,
dan peristiwa lain yang
serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perushaan bersangkutan, antar
periode perusahaan
yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda.
2.1
.4 Jenis
-Jenis Laporan Keuangan
Menurut
Ikatan Akuntan Indonesia (2009:2)

, laporan keuangan yang
lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba
-rugi, laporan perubahan ekuitas,
laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
Dalam penelitian ini,
penulis

menggunakan neraca dan laporan laba
rugi.
1.
Neraca
Menurut
Harahap (2009:107)
, neraca atau daftar neraca disebut juga laporan
posisi keuangan perusahaan.
Laporan ini menggambarkan posisi aset, kewajiban
dan ekuitas pada saat tertentu. Neraca atau
bal
ance sheet
adalah laporan yang
menyajikan sumber
sumber ekonomis dari suatu perusahaan atau aset kewajiban
kewajibannya atau utang, dan hak para pemilik perusahaan yang tertanam dalam
perusahaan tersebut atau ekuitas pemilik suatu saat tertentu. Neraca har
us disusun
secara sistematis sehingga dapat memberikan gambaran mengenai posisi
keuangan perusahaan. Oleh karena itu neraca tepatnya dinamakan

statements of
financial position
. Karena neraca merupakan potret atau gambaran keadaan pada
suatu saat tertentu m
aka neraca merupakan status
report
bukan merupakan
flow
report
.
Menurut
Riyanto (2010:19),
aset dapat dibagi atas dua kelompok besar, yaitu
aset lancar adalah aset yang habis dalam satu kali perputaran dalam proses
produksi dan proses berputarnya adalah d
alam waktu yang pendek (umumnya
kurang dari satu tahun).

Dalam perputarannya yang satu kali ini, elemen
elemen

dari aset lancar tidak sama cepatnya ataupun tingkat perputarannya, misalnya
piutang menjadinya kas adalah lebih cepat daripada
inventory
(apabila penjualan
dilakukan secara kredit), karena piutang menjadi kas hanya membutuhkan satu
langkah saja, sedangkan
inventory
melalui piutang dahulu barulah menjadi kas.
27
Dengan kata lain, aset lancar ialah aset yang dapat diuangkan dalam waktu yang
pen
dek. Sedangkan aset tetap adalah aset yang tahan lama yang tidak atau secara
berangsur
-angsur habis turut serta dalam proses produksi. Syarat lain untuk dapat
diklasifikasikan sebagai aset tetap selain aset itu dimiliki perusahaan, juga harus
digunakan dal
am operasi yang bersifat permanen (aset tersebut mempunyai umum
kegunaan jangka panjang atau tidak akan habis dipakai dalam satu periode
kegiatan perusahaan).
Menurut

Munawir (2010:18)
, hutang adalah semua kewajiban
-kewajiban
perusahaan kepada pihak lain y
ang belum terpenuhi, dimana hutang ini
merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditur.
Hutang atau kewajiban
-kewajiban perusahaan dapat dibebankan ke dalam
kewajiban lancar (kewajiban jangka pendek) dan kewajiban jangka panjang.
Kew
ajiban jangka pendek atau kewajiban lancar adalah kewajiban keuangan
perusahaan yang pelunasannya atau pembayarannya akan dilakukan dalam jangka
pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aset lancar yang
dimiliki perusahaan, sedangkan kew
ajiban jangka panjang adalah kewajiban
keuangan yang jangka waktu pembayaran (jatuh temponya) jangka panjang (lebih
dari satu tahun sejak tanggal neraca).
Menurut
Riyanto (2010:240),
modal sendiri merupakan ekuitas yang berasal
dari pemilik perusahaan dan
tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang
tidak tertentu lamanya. Ekuitas dari sumber ini merupakan dana yang berasal dari

pemilik perusahaan atau dapat pula bersumber dari pendapatan atau laba yang
ditahan.
2.
Laporan Laba
Rugi
Menurut
Munawir (2010:26),
laporan laba
-rugi merupakan suatu laporan
yang sistematis tentang penghasilan, beban, laba
-rugi yang diperoleh oleh suatu
perusahaan selama periode tertentu. Walaupun belum ada keseragaman tentang
susunan laporan laba
-rugi bagi tiap
-tiap perusahaan, namun
prinsip
-prinsip yang
umumnya diterapkan adalah sebagai berikut:
29
pengambilan keputusan bagi pihak
-pihak yang berkepentingan dan juga dalam
melakukan analisisnya tidak akan lepas dari peranan rasio
-rasio laporan keuangan,
dengan melakukan analisis terhadap rasio
-rasio ke
uangan akan dapat menentukan
suatu keputusan yang akan diambil.
1.
Manfaat Analisis Laporan Keuangan
Menurut
Harahap (2009:195),
kegunaan analisis laporan keuangan ini dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1.
Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat
dari laporan keuangan biasa.
2.
Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (
explicit
) dari
suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (
imp
licit
).
3.

Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
4.
Dapat membongkar hal
hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya
dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern maupun
kaitannya dengan informasi yang
diperoleh dari luar perusahaan.
5.
Mengetahui sifat
sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model
model
dan teori
teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan.
6.
Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil
keputusan.
Dengan perkataan lain yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan merupakan
tujuan analisis laporan keuangan juga antara lain:
a.
Dapat menilai prestasi perusahaan.
b.
Dapat memproyeksi laporan perusahaan.
c.
Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu da
n masa sekarang dari
aspek
waktu tertentu:
1)
Posisi keuangan (Aset, Neraca, dan Ekuitas)
2)
Hasil Usaha Perusahaan (Hasil atau Beban)
3)
Likuiditas
4)
Solvabilitas
5)
Aktivitas
6)
Rentabilitas
30
d.
Menilai perkembangan dari waktu ke waktu

e.
Menilai komposisi struktur keua
ngan, arus dana
7.
Dapat menentukan peringkat (
rating
) perusahaan menurut kriteria tertentu yang
sudah dikenal dalam dunia bisnis.
2.
Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Menurut
Kasmir (2011:68)
, tujuan dari analisis laporan keuangan adalah:
1.
Untuk mengetahui
posisi keuangan perusahaan dalam satu
periode tertentu, baik aset, kewajiban, ekuitas, maupun hasil
usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode.
2.
Untuk mengetahui kelemahan
kelemahan apa saja yang menjadi
kekurangan perusahaan.
3.
Untuk mengetahui kekuatan
kekuatan yang dimiliki.
4.
Untuk mengetahui langkah
langkah perbaikan apa saja yang
perlu dilakukan ke depan berkaitan dengan posisi keuangan
perusahaan saat ini.
5.
Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah
perlu penyegaran atau tidak karena
sudah dianggap berhasil atau
gagal.
6.
Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan
sejenis tentang hasil yang mereka capai.
Menurut
Munawir (2010:31),
tujuan analisis laporan keuangan merupakan
alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi
sehubungan dengan posisi

keuangan dan hasil
-hasil yang telah dicapai perusahaan yang bersangkutan. Data
keuangan tersebut akan lebih berarti bagi pihak
-pihak yang berkepentingan
apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau lebih, dan diana
lisa
lebih lanjut sehingga akan dapat diperoleh data yang akan dapat mendukung
keputusan yang akan diambil.
3.
Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan
Menurut
Munawir (2010:36),
ada dua metode analisis yang digunakan oleh
setiap penganalisis laporan keuan
gan, yaitu analisis horisontal dan analisis
31
vertikal. Analisis horisontal adalah analisis dengan mengadakan perbandingan
laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat sehingga akan
diketahui perkembangannya. Analisis vertikal adalah apabila la
poran keuangan
yang dianalisis hanya meliputi satu periode atau satu saat saja, yaitu dengan
memperbandingkan antara akun yang satu dengan akun yang lain dalam laporan
keuangan tersebut sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil
operasi pada
saat itu saja.
Menurut
Munawir (2010:36
-37),
teknik analisis laporan keuangan terdiri dari :
1)
Analisis Perbandingan Laporan Keuangan, adalah metode dan teknik
analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua
periode atau lebih, dengan menun
jukkan:
a.
Data absolut atau jumlah
-jumlah dalam rupiah.
b.
Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah.
c.
Kenaikan atau penurunan dalam persentase.
d.
Perbandingan yang dinyatakan dalam rasio.
e.
Persentase dalam total.
Analisis dengan menggunakan metode ini akan dapat

diketahui
perubahan
-perubahan yang terjadi dan perubahan mana yang
memerlukan penelitian lebih lanjut.
2)
Trend
atau tendensi atau posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang
dinyatakan dalam persentase (
Trend Percentage Analysis
), adalah suatu
metode atau
teknik analisis untuk mengetahui tendensi daripada keadaan
keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun.
3)
Laporan dengan persentase per komponen (
Common SizeStatement),
adalah suatu metode analisis untuk mengetahui persentase inves
tasi pada
masing
-masing aset terhadap total asetnya, juga untuk mengetahui struktur
permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan
dengan jumlah penjualannya.
32
4)
Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, adalah suatu analisis untuk
mengeta
hui sumber
-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk
mengetahui sebab
-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.
5)
Analisis Sumber dan Penggunaan Kas (
Cash Flow Statement Analysis
),
adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab
-sebab berubahnya
jumlah
uang kas atau untuk mengetahui sumber
-sumber serta penggunaan uang
kas selama periode tertentu.
6)
Analisis Rasio, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan
dari akun
-akun tertentu dalam neraca atau laporan laba
-rugi secara
individu atau

kombinasi dari kedua laporan tersebut.
7)
Analisis Perubahan Laba Kotor (
Gross Profit Analysis),
adalah suatu
analisis untuk mengetahui sebab
-sebab perubahan laba kotor suatu
perusahaan dari suatu periode ke periode yang lain atau perubahan laba
kotor dari su
atu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode
tersebut.
8)
Analisis
Break Even,
adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat
penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan
tersebut tidak mengalami kerugian, tetapi juga belum mem
peroleh
keuntungan.
Dengan analisis ini juga akan diketahui berbagai tingkat
keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan.
Metode dan teknik analisis manapun yang digunakan, kesemuanya itu
merupakan permulaan dari proses analisis yang diperluk
an untuk menganalisis
laporan keuangan, dan setiap metode analisis mempunyai tujuan yang sama yaitu
untuk membuat agar data lebih dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan bagi pihak
-pihak yang membutuhkan.
2.2
Kinerja Keuangan
Perusahaan
Kinerja keuangan adalah alat untuk mengukur prestasi kerja keuangan
perusahaan melalui struktur permodalannya.Tolak ukur yang digunakan dalam

BAB II
LANDASAN
TEORI
1. A.

Tinjauan Pustaka

2.1

Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (Ikatan Akuntan Indonesia:
(Revisi 2009) mengatakan bahwa :
“Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja
keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai
posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian
besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan
keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan
sumber daya yang dipercayakan kepada mereka”.
Menurut Munawir dalam buku Analisa Laporan Keuangan (2004:5) mengatakan bahwa
yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah :
“Dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode suatu perusahaan. Kedua
daftar itu adalah Neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar
Rugi-Laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan
untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tidak
dibagikan (laba yang ditahan)”.
Berdasarkan kutipan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan di
perusahaan yang utama yaitu Neraca dan Laporan Laba-Rugi, sedangkan laporan
keuangan lainnya hanya merupakan laporan pelengkap yang bersifat membantu untuk
memperoleh penjelasan lebih lanjut.
2.2

Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Kasmir, dalam bukunya “Analisis Laporan Keuangan” (2012; 11), berikut ini
beberapa tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan yaitu :
1. Memberikan informasi tentang jenis dan juga aktiva (harta) yang dimiliki
perusahaan pada saat ini.
2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang
dimiliki perusahaan pada saat ini.
3. Memberikan informasi tentang jenis dan julmlah pendapatan yang diperoleh pada
suatu periode tertentu.
4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan
perusahaan pada periode tertentu
5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada aktiva,
pasiva dan modal perusahaan.

6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu
periode
7. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan.
8. Informasi keuangan lainnya.
2.3

Sifat Laporan Keuangan

Sifat laporan keuangan menurut Munawir, dalam bukunya “Analisa Laporan Keuangan”
(2007; 6), diantaranya :
Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran
kemajuan (progress report) secara periodik yang dilakukan oleh pihak management yang
bersangkutan. Laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari
kombinasi antara fakta yang telah dicatat, prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan dalam
akuntansi serta pendapat pribadi.
1. Fakta-fakta yang telah dicatat (recorder fact)
Laporan keuangan dibuat berdasarkan fakta dari catatan akuntansi, pencatatan dari pospos ini merupakan catatan historis dari peristiwa yang telah terjadi dimasa lampau dan
jumlah uang yang tercatat dinyatakan dalam harga pada waktu terjadinya peristiwa
tersebut. Dengan sifat yang demikian maka laporan keuangan tidak dapat mencerminkan
posisi keuangan dari suatu perusahaan dalam kondisi perekonomian paling akhir.
1. Prinsip dan kebiasaan di dalam akuntansi
Data yang dicatat didasarkan pada prosedur maupun anggapan-anggapan tertentu yang
merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim, di dalam akuntansi juga digunakan
prinsip atau anggapan-anggapan yang melengkapi konvensi-konvensi atau kebiasaan
yang digunakan antara lain :
Bahwa perusahaan akan tetap berjalan sebagai suatu yang going concern atau kontinuitas
usaha konsep ini menganggap bahwa perusahaan akan berjalan terus, konsekwensinya
bahwa jumlah-jumlah yang tercantum dalam laporan bukanlah nilai realisasi jika aktiva
tersebut dijual.
1. Pendapat pribadi, dimaksudkan bahwa walaupun pencatatan akuntansi telah diatur
oleh dalil-dalil dasar yang telah ditetapkan yang sudah menjadi standar praktek
pembukuan, namun penggunaan tersebut tergantung oleh akuntan atau pihak
management perusahaan yang bersangkutan misalnya dalam menentukan nilai
persediaan itu tergantung pendapat pribadi management serta berdasar
pengalaman masa lalu.
2.4

Keterbatasan laporan keuangan

Keterbatasan laporan keuangan menurut Munawir, dalam bukunya “Analisa Laporan
Keuangan” (2007; 9), diantaranya :
1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan interim
report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) bukan
laporan yang final. Laporan keuangan tidak menjunjukkan nilai likwidasi atau
realisasi dimana dalam pembuatannya terdapat pendapat-pendapat pribadi yang
telah dilakukan oleh akuntan atau management yang bersangkutan.
1. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatan bersifat pasti
dan tepat. Angka yang tercantum dalam laporan keuangan hanya merupakan nilai
buku (book value) yang belum tentu sama dengan harga pasar sekarang maupun
nilai gantinya.
1. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau
nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu, dimana daya beli
(purchasing power) uang tersebut semakin menurun, dibanding dengan tahuntahun sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan yang dinyatakan dalam
rupiah belum tentu menunjukkan atau mencerminkan unit yang dijual semakin
besar.
1. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor
tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang (dikwantifisir).
2.5

Bentuk-bentuk laporan keuangan

2.5.1

Laporan Posisi Keuangan (Neraca)

Pengertian neraca menurut Sofyan Syafri Harahap, dalam bukunya “Analisis Kritis atas
Laporan Keuangan” (2010, 107), adalah suatu laporan yang menggambarkan posisi
aktiva, kewajiban dan modal pada saat tertentu. Laporan ini bisa disusun setiap saat dan
merupakan opname situasi posisi keuangan pada saat itu.
Menurut Kasmir, dalam bukunya, “Analisis Laporan Keuangan” (2008; 35), dalam
menyusun neraca, perusahaan dapat menggunakan beberapa bentuk sesuai dengan tujuan
dan kebutuhannya. Disamping itu, bentuk neraca yang dipilih sesuai dengan aturan dan
kelaziman yang berlaku. Artinya penyusunan neraca didasarkan kepada bentuk yang telah
distandarisasi, terutama untuk tujuan pihak luar perusahaan.
Dalam praktiknya terdapat beberapa bentuk neraca, yaitu :
1.
Bentuk Skontro (Account form), merupakan
neraca yang bentuknya seperti
huruf “T”. Oleh karena itu sering juga disebut T Form. Dalam bentuk ini neraca dibagi
kedalam dua posisi, yaitu disebelah kiri berisi aktiva dan sebelah kanan yang berisi
kewajiban dan modal.

2.
Bentuk Vertikal (Report form). Dalam bentuk laporan isi neraca disusun mulai dari
atas terus kebawah, yaitu mulai dari aktiva lancar seperti kas, bank, efek, ialah komponen
aktiva tetap,komponen aktiva lainnya, komponen kewajiban lancar, komponen utang
jangka panjang dan terakhir adalah komponen modal (ekuitas).
Neraca terdiri dari tiga bagian utama, yaitu :
2.5.1.1 Aktiva
Pengertian aktiva menurut Munawir, Akuntan dalam bukunya Analisa Laporan Keuangan
(2007; 14), adalah aktiva yang tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang belum
dialokasikan (deffered charges) atau biaya yang masih harus dialokasikan pada
penghasilan yang akan datang, serta aktiva yang tidak berwujud lainnya (intangible
assets).
Aktiva diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu :
1. 1.

Aktiva Lancar

Adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau
ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumer dalam periode berikutnya (paling
lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal). Berikut ini
terdapat lima unsur pokok dari aktiva lancar, yaitu :
1. Kas yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan. Dan pengertian
kas adalah check yang diterima dari para pelanggan dan simpanan perusahaan di
bank dalam bentuk giro atau demand deposit, yaitu simpanan di bank yang dapat
diambil kembali (dengan menggunakan check atau bilyet) setiap saat diperlukan
oleh perusahaan.
1. Investasi jangka pendek (surat-surat berharga) yang sifatnya sementara (jangka
pendek) dengan maksud memanfaatkan uang kas untuk sementara belum
dibutuhkan dalam operasi.
1. Piutang penghasilan (tagihan) atau penghasilan yang harus diterima adalah salah
satu jenis transaksi akuntansi yang mengurusi penagihan konsumen yang
berhutang pada seseorang, suatu perusahaan atau suatu organisasi untuk barang
dan layanan yang telah diberikan pada konsumen tersebut. Hal ini biasanya
dilakukan dengan membuat tagihan dan mengirimkan tagihan tersebut kepada
konsumen yang akan dibayar dalam suatu tanggal waktu yang disebut termin
kredit atau pembayaran.
1. Persediaan adalah semua barang-barang yang diperdagangkan yang sampai
tanggal neraca masih di gudang atau masih belum laku terjual.

1. Persekot atau biaya dibayar dimuka adalah pengeluaran untuk memperoleh jasa
atau prestasi dari pihak lain.
1. 2.

Aktiva Tidak Lancar

Adalah aktiva yang mempunyai umur kegunaan relatif permanen atau jangka panjang
(mempunyai unsur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis dalam satu kali
perputaran operasi perusahaan). Dan berikut ini terdapat lima unsur pokok dari aktiva
tidak lancar yaitu :
1. Investasi Jangka panjang, bagi perusahaan yang cukup besar dalam arti
mempunyai kekayaan atau modal yang cukup atau sering melebihi yang
dibutuhkan maka perusahaan ini dapat menanamkan modalnya dalam investasi
jangka panjang diluar usaha pokoknya, seperti : saham dari perusahaan lain atau
obligasi.
1. Aktiva Tetap adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan yang pisiknya nampak
(konkrit), seperti : tanah, bangunan, mesin, inventaris, kendaraan dan kelengkapan
lainnya.
1. Aktiva Tetap Tidak Berwujud (Intangible Fixed Assets), adalah kekayaan
perusahaan yang secara pisik tidak tampak, tetapi merupakan suatu hak yang
mempunyai nilai dan dimiliki oleh perusahaan, seperti : hak cipta, merk dagang,
goodwill.
1. Beban Yang Ditangguhkan adalah menunjukkan adanya pengeluaran atau biaya
yang mempunyai manfaat jangka panjang (lebih dari satu tahun), atau suatu
pengeluaran yang akan dibebankan juga pada periode-periode berikutnya, seperti :
biaya pemasaran, biaya penelitian, biaya pembukaan perusahaan.
1. Aktiva Lain-Lain adalah aktiva perusahaan yang tidak dapat atau belum dapat
dimasukkan dalam klasifikasi-klasifikasi sebelumnya. Seperti : gedung dalam
proses, tanah dalam penyelesaian.
2.5.1.2 Hutang
Menurut Munawir, dalam bukunya “Analisa Laporan Keuangan” (2007; 18), hutang
adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi,
dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari
kreditor. Hutang atau kewajiban perusahaan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1. Hutang Lancar atau hutang jangka pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan
yang pelunasannya atau pembayaran akan dilakukan dalam jangka pendek (satu
tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh
perusahaan.

Hutang lancar meliputi : hutang dagang, hutang wesel, hutang pajak, biaya yang masih
harus dibayar, hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo, penghasilan yang diterima
dimuka.
1. Hutang Jangka Panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu
pembayarannnya (jatuh temponya) masih jangka panjang (lebih dari satu tahun
sejak tanggal neraca), yang meliputi : hutang obligasi, hutang hipotik, pinjaman
jangka panjang yang lain.
2.5.1.3 Modal
Menurut Munawir, dalam bukunya, “Analisa Laporan Keuangan” (2007; 19), modal
adalah merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang
ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), laba ditahan. Atau kelebihan nilai aktiva
yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya.
2.5.2

Laporan Rugi Laba (Income Statement)

Menurut Kasmir, dalam bukunya, “Analisa Laporan Keuangan” (2012; 58), Laporan rugi
laba merupakan laporan yang menunjukkan kondisi usaha dalam suatu periode tertentu
yang tergambar dari jumlah pendapatan yang diterima dan biaya yang telah dikeluarkan
sehingga dapat diketahui apakah perusahaan dalam keadaan laba atau rugi.
Dan menurut Munawir, dalam bukunya, “Analisa Laporan Keuangan” (2007; 26),
laporan rugi laba mempunyai prinsip-prinsip yang umumnya diterapkan adalah sebagai
berikut :
1. Bagian yang pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok
perusahaan (penjualan barang dagang atau memberikan service) diikuti dengan
harga pokok dari barang / service yang dijual, sehingga diperoleh laba kotor.
1. Bagian kedua menunjukkan biaya-biaya operasional yang terdiri dari biaya
penjualan dan biaya umum / administrasi (operating expenses).
1. Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh di luar operasi pokok
perusahaan, yang diikuti dengan biaya-biaya yang terjadi diluar usaha pokok
perusahaan (non operating / financial income and expenses).
1. Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil (extraordinary gain
or loss) sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan.
Bentuk Laporan Rugi Laba
Menurut Kasmir, dalam bukunya, “Analisa Laporan Keuangan” (2012; 49), bentuk dari
laporan rugi / laba yang bisa digunakan adalah sebagai berikut”

1.
Bentuk Tunggal atau single step, yaitu dengan menggabungkan semua
penghasilan, baik pokok (operasional) maupun diluar pokok (non operasional) dijadikan
satu, kemudian jumlah biaya pokok dan diluar pokok juga dijadikan satu. Dengan
demikian, faktor pengurangnya adalah jumlah seluruh penghasilan dengan jumlah seluruh
biaya. Artinya dalam bentuk ini laporan laba rugi disusun tanpa membedakan pendapatan
dan biaya usaha dan diluar usaha lain.
2.
Bentuk Majemuk atau Multiple Step, merupakan pemisahan antara komponen
usaha pokok (operasional) dengan diluar pokok (non operasional). Artinya terlebih
dahulu dikurangi antara penghasilan pokok dengan biaya pokok, kemudian baru
ditambah dengan hasil pengurangan penghasilan dan biaya diluar pokok.
2.5.3

Laporan Laba Ditahan

Menurut Munawir, dalam bukunya, “Analisa Laporan Keuangan” (2007; 27),
Laba atau rugi yang timbul secara insidentil dapat diklasifikasikan tersendiri dalam
laporan rugi laba atau dicantumkan dalam “Laporan Perubahan Modal” (Retained
earning statement) atau “Laporan Perubahan Modal”, tergantung pada konsep yang
dianut perusahaan.
Dalam laporan laba yang ditahan hanya berisi :
1. Net Income yang ditransfer dari laporan rugi laba.
2. Deklarasi (pembayaran) dividend.
1. Penyisihan dari laba (Appropriation of retained earning).
2.6

Analisa Laporan Keuangan

2.6.1

Tujuan Analisa Laporan Keuangan

Menurut Munawir, dalam bukunya, “Analisa Laporan Keuangan” (2007; 31), Laporan
Keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan
dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang
bersangkutan.
1. Faktor yang paling utama dalam menganalisa laporan keuangan yaitu :
1. Likwiditas Perusahaan
Yaitu kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada
waktunya (khususnya kewajiban jangka pendek). Ditinjau dari likwiditas, maka keadaan
perusahaan dapat dibedakan :

1)
Likwid yaitu perusahaan yang mampu memenuhi seluruh kewajiban keuangannya
tepat pada waktunya.
2)
Ilikwid yaitu perusahaan yang tidak mampu memenuhi kewajiban keuangannya
tepat pada waktunya.
Kewajiban keuangan suatu perusahaan pada dasarnya dapat digolongkan menjadi dua :
1)
Kewajiban keuangan yang berhubungan dengan pihak luar perusahaan (kreditur)
dinamakan likwiditas badan usaha.
2)
Kewajiban keuangan yang berhubungan dengan proses produksi (intern
perusahaan) dinamakan likwiditas perusahaan.
1. Solvabilitas Perusahaan
Yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajiban keuangannya apabila
perusahaan tersebut dilikwidasikan, baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun
jangka panjang.
Ditinjau dari solvabilitas, keadaan perusahaan dibagi menjadi dua macam, yaitu
perusahaan dikatakan solvabel apabila perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau
kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya, sebaliknya dikatakan
insolvabel apabila jumlah aktiva tidak cukup atau lebih kecil daripada jumlah hutangnya.
Dalam hubungannya antara likwiditas dan solvabilitas ada empat keadaan yang dapat
dialami oleh perusahaan, yaitu :
1)
Likwid dan solvabel yaitu perusahaan yang dapat memenuhi kewajiban keuangan
baik bersifat jangka pendek maupun jangka panjang.
2)
Likwid tetapi insolvabel yaitu perusahaan yang dapat memenuhi kewajiban
keuangan jangka pendek tetapi tidak dapat memenuhi keuangan jangka panjangnya.
3)
Ilikwid dan solvabel yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban keuangan jangka
pendek tetapi dapat memenuhi kewajiban jangka panjang.
4)
Ilikwid dan insolvabel yaitu perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban
keuangan baik yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang.
1. Rentabilitas atau Profitability Perusahaan
Yaitu kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam satu periode. Rentabilitas
perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan
aktivanya secara produktif, dengan demikian rentabilitas perusahaan dapat diketahui

dengan memperbandingkan laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah
aktiva atau modal perusahaan tersebut.
1. Stabilitas Usaha
Yaitu kemampuan perusahaan dalam menjalankan usahanya dengan stabil. Stabilitas
usaha dapat diukur dari kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan
pinjamannya tanpa mengalami krisis keuangan.
2.6.2

Prosedur Analisis

Menurut Munawir, dalam bukunya, “Analisa Laporan Keuangan” (2007; 34), Analisa
terhadap suatu laporan keuangan, penganalisa harus benar-benar memahami laporan
keuangan tersebut. Penganalisa harus dapat menggambarkan aktivitas-aktivitas
perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan tersebut dengan kata lain agar
hasilnya memuaskan maka kita harus mengetahui latar belakang dari data keuangan
tersebut.
2.7

Analisa Pembandingan Laporan Keuangan

Menurut Munawir, dalam bukunya, “Analisa Laporan Keuangan” (2007; 38), dengan
memperbandingkan Neraca (comparative balance sheet) menunjukkan aktiva, hutang dan
modal perusahaan pada dua tanggal atau lebih untuk satu atau dua perusahaan yang
berbeda akan dapat diketahui perubahan-perubahan yang terjadi.
Adapun beberapa perubahan di dalam neraca dalam satu period disebabkan karena :
1. Laba atau rugi yang bersifat operasionil maupun yang insidentil.
2. Diperolehnya aktiva baru maupun adanya perubahan bentuk aktiva.
3. Timbulnya atau lunasnya hutang maupun adanya perubahan bentuk hutang yang
satu ke bentuk hutang yang lain.
4. Pengeluaran atau pembayaran atau penarikan kembali modal saham, (adanya
penambahan dan pengurangan modal).
Analisa laporan keuangan dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Analisa horizontal atau analisa dinamis yaitu menganalisa dengan mengadakan
perbandingan dari laporan-laporan selama beberapa periode.
2. Analisa vertical atau analisa statis yaitu menganalisa hanya meliputi satu periode
saja (hanya memperbandingan antara pos yang satu dengan pos lainnya dalam
satu laporan keuangan).

2.7.1

Metode dan Teknik Analisa Laporan Keuangan

Menurut Munawir, dalam bukunya, “Analisa Laporan Keuangan” (2007; 36), metode
atau teknik analisa digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos
yang ada dalam laporan, sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan dari masingmasing pos tersebut.
Tujuan dari setiap metode dan teknik analisa adalah untuk menyederhanakan data
sehingga dapat lebih dimengerti. Pertama-tama penganalisa harus mengorganisir atau
mengumpulkan data yang diperlukan, mengukur dan kemudian menganalisa dan
menginterpretasikan sehingga data ini menjadi lebih berarti. Teknik analisa yang biasa
digunakan dalam analisa laporan keuangan, dengan menunjukkan :
1. Data absolute (jumlah-jumlah dalam rupiah).
2. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah.
3. Kenaikan atau penurunan dalam prosentase.
4. Perbandingan yang dinyatakan dalam rasio.
5. Prosentase dari total.

2.7.2

Analisa Rasio

Menurut Munawir, dalam bukunya, “Analisa Laporan Keuangan” (2007; 64), rasio yaitu
angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos
yang lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan.
Adapun ratio yang sering kita gunakan adalah :
1. 1.

Rasio Likwiditas

Yaitu menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka
pendeknya.
1. a.

Current Ratio (Rasio Lancar)

Menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin
besar perbandingan-perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar, semakin tinggi
kemampuan perusahaan untuk menutupi kewajiban jangka pendeknya. Apabila rasio
lancar ini 100 % berarti aktiva lancar dapat menutupi semua hutang lancar.
Rumus :

Aktiva Lancar
Rasio Lancar =
Hutang Lancar

1. b.

Acid Test Ratio / Quick Ratio

Disebut juga Quick Ratio yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
hutang-hutangnya tanpa perhitungan persediaannya.
Rumus :
Kas + Efek + Piutang
Acid Test Ratio =
Hutang Lancar
1. e.

Cash Ratio (Rasio Kas)

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan membayar hutang lancarnya dengan kas atau
yang setara dengan kas.
Rumus :
Kas + Efek
Cash Ratio =
Hutang Lancar
1. 2.

Rasio Solvabilitas

Yaitu menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
panjang maupun kewajiban-kewajibannya yang apabila perusahaan dilikuidasi. Ratio ini
dapat dihitung dari pos-pos atau sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap utang jangka
panjang. Adapun yang termasuk ratio solvabilitas adalah sebagai berikut :
1. a.

Rasio Hutang atas Modal

Rasio ini menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi utangutang kepada pihak luar. Semakin kecil rasio ini semakin baik. Rasio ini disebut juga
rasio leverage. Untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar
dari jumlah utang atau minimal sama. Namun bagi pemegang saham atau manajemen
rasio leverage ini sebaiknya besar.
Rumus :
Total Utang
Rasio Utang Atas Modal =
Modal (Equity)

1. b.

Times interest earned ratio / Interest Coverage

Times interest earned ratio atau Interest converage, rasio ini bertujuan untuk mengukur
pengaruh beban bunga terhadap laba sebelum bunga dan pajak (EBIT).
Rumus :
Laba Sebelum Bunga dan Pajak(EBIT)

Beban Bunga
Analisis rasio digunakan secara khusus oleh investor dan kreditor dalam keputusan
investasi atau penyaluran dana. Selain itu rasio keuangan dapat berfungsi sebagai alat
untuk mendeteksi awal masalah yang terjadi didalam perusahaan, terutama berkaitan
dengan masalah keuangan.
1. c.

Rasio Utang atas Aktiva

Rasio ini menunjukkan sejauhmana utang dapat ditutupi oleh aktiva lebih besar rasionya
lebih aman (solvabel). Bisa juga dibaca berapa porsi utang dibanding dengan aktiva.
Supaya aman porsi utang terhadap aktiva harus lebih kecil.
Rumus :
Total Utang
Rasio Utang atas Aktiva =

Total Aktiva

1. 3.

Rasio Rentabilitas / Profitabilitas

Yaitu kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan. Sumber
yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan
sebagainya. Adapun yang termasuk rasio rentabilitas yaitu :
1. a.

Rasio Margin Laba Kotor (Gross Profit margin)

Untuk mengukur pengendalian harga pokok atau biaya produksi, mengindikasikan
kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien.
Rumus :
Laba Kotor
Margin Laba Kotor =
Pendapatan Bersih

1. b.

Rasio Margin Laba Bersih (Net Margin Ratio)

Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan.
Rumus :
Laba Bersih

Pendapatan Bersih
1. c.

Return On Assets (Rasio Pengembalian Atas Aktiva)

Rasio ini mengukur pengembalian atas total aktiva setelah bunga dari pajak. Hasil
pengembalian total aktiva atau total investasi menunjukkan kinerja management dalam
menggunakan aktiva perusahaan perusahaan untuk menghasilkan laba.
Rumus :

Return On Assets =
Laba Usaha

Rata-rata jumlah aktiva
1. 4.

Operating Ratio

Mencerminkan tingkat efisiensi perusahaan, sehingga rasio yang tinggi menunjukkan
keadaan kurang baik karena berarti setiap rupiah penjualan yang terserap dalam biaya
yang tinggi disebabkan oleh faktor intern yang dikendalikan oleh management, tetapi
juga faktor extern misalnya faktor harga yang sulit dikendalikan oleh management.
Rumus :

Operating Ratio =

Harga Pokok + Biaya Operasi

Penjualan
1. B.

1.

Kerangka Berpikir

Hubungan Working Capital to Total Asset (WCTA) terhadap Pertumbuhan Laba

WCTA merupakan salah satu rasio likuiditas (Riyanto, 1995). Rasio likuiditas
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva lancar perusahaan,
sehingga mampu membayar utang jangka pendeknya tepat pada waktu yang dibutuhkan
(Machfoedz, 1999).
WCTA yang semakin tinggi menunjukkan modal operasional perusahaan besar
dibandingkan dengan jumlah aktivanya (total assets). Modal kerja yang besar akan
memperlancar kegiatan operasi perusahaan sehingga perusahaan mampu membayar
hutangnya, dengan demikian pendapatan yang diperoleh meningkat (Reksoprayitno,

1991). Semakin besar WCTA akan meningkatkan laba yang selanjutnya akan
mempengaruhi peningkatan pertumbuhan laba. Hal ini dikarenakan efisiensi dari selisih
antara aktiva lancar (current assets) dan hutang lancar (current liabilities). Hasil
penelitian Takarini dan Ekawati (2003) menunjukkan bahwa WCTA berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan laba satu tahun yang akan datang. Berdasarkan pemikiranpemikiran tersebut, dapat diturunkan hipotesis sebagai berikut.
H : Rasio WCTA berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba
1. C.

Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya
harus diuji secara empiris (Nazir, 1999:182). Hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
H : Working Capital to Total Asset berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
laba.

DAFTAR PUSTAKA
Harahap, Sofyan Syafri, Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Edisi Ke-1, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2008
Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1, Revisi 2009,
Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta, 2009
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Ke 1-5, Rajawali Pers, Jakarta,

2012

Munawir, S., Analisa Laporan Keuangan, Edisi Ke-4, Liberty, Yogyakarta, 2007
Nuh, Muhammad, Principle Accounting, Fajar, Jakarta, 2006
Sugiono, Arief dan Edy Untung, Panduan Praktis Dasar Analisa Laporan Keuangan, PT.
Grasindo, Jakarta, 2008
https://sitisarahadi.wordpress.com/2013/07/10/tugas-makalah-metode-penelitian-skripsibab-1-2-analisis-laporan-keuangan-sebagai-alat-untuk-menilai-kinerja-keuangan-padakjpp-rao-yuhal-rekan-jakarta/