PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROG

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM

Konsep COH (Collaborative and Holistic Approach ) sebagai Solusi
Permasalahan Penataan Lingkungan Perkotaaan Menuju Liveable City

BIDANG KEGIATAN :
PKM-GAGASAN TERTULIS

Diusulkan Oleh :
Muhammad Khoirur Rijal

21020112120019

2012

Wahyu Indah Safitri

22020112130071

2012


Gilang Mustika Aji

13040112140218

2012

Rosta Rosalina

15010114140188

2014

UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016

i

ii


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv
RINGKASAN ..........................................................................................................1
PENDAHULUAN
Latar Belakang ..................................................................................................2
Tujuan Penulisan ..............................................................................................3
Manfaat Penulisan ............................................................................................3
GAGASAN
Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan ................................................................3
Solusi yang Pernah Ditawarkan ........................................................................5
Kebermanfaatan Gagasan . ...............................................................................6
Pihak-pihak yang terlibat . ...............................................................................7
Langkah-langkah Strategis Implementasi .......................................................8
KESIMPULAN ........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................10
LAMPIRAN-LAMPIRAN.....................................................................................11


iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Tata Cara Penerbitan IMB .........................................................5

iv

1

RINGKASAN
Urbanisasi yang tinggi ke kota-kota besar di Indonesia memberikan dampak pada
munculnya berbagai permasalahan perkotaan. Permasalahan perkotaan di Indonesia tidak
hanya tentang padatnya sebuah kota namun juga berdampak pada berbagai bidang kehidupan
manusia seperti kehidupan sosial, spirual, sampai berdampak pada psikologi seseorang. Hal
itu menyebabkan menurunnya kualitas kesehatan masyarakat perkotaan. Kualitas kesehatan
di sini tidak hanya kesehatan fisik namun juga kesehatan non fisik. Permasalahan yang
timbul diperparah dengan konflik-konflik yang timbul antara masyarakat sekitar dengan
pihak-pihak yang melakukan pembangunan di wilayahnya seperi kasus Reklamasi Teluk

Jakarta, pembangunan Apartemen dan Mall di Yogyakarta.
Permasalahan kota yang ada saat ini dapat diminimalisir jika paradigma perencanaan
dan pembangunan lingkungan perkotaan tidak secara Up to Down, dan lebih memperhatikan
aspek-aspek lain yang dibutuhkan masyarakat perkotaan selain aspek fisik. Paradigma
perencanaan yang hanya menurut satu sisi dalam hal ini pemerintah dengan tim
perencanaannya yang memaksakan idenya yang dianggap baik namun jauh dari kebutuhan
masyarakat dan cenderung merubah budaya masyarakat yang ada. Terlebih perencanaan
yang dilakukan pemerintah terlalu mengikuti keinganan pengusaha dan terdapat praktikpraktik korupsi di dalamnya. Aspek ekonomi lebih diutamakan dalam perencanaan
pembangunan kota saat ini menyebabkan menurunnya kualitas kesehatan masyarakat
perkotaan. Masyarakat yang sehat dipengaruhi oleh beberapa aspek yaitu fisik, sosial,
spirual, psikologi, dan culture. Pembangunan dengan aspek ekonomi yang lebih ditekankan
melupakan kelestarian lingkungan fisik yang ada, merusak sendi-sendi sosial, budaya,
spiritual yang ada dan akhirnya kesehatan psikologi, kebahagiaan masyarakat menurun.
Melalui konsep COH (Collaborative and Holistic Approach) permasalahan penataan
lingkungan perkotaaan dapat terjawab. Konsep COH (Collaborative and Holistic Approach)
merupakatan sebuah gagasan dalam pengambilan kebijakan penataan suatu kota perlu
dilakukan pendekatan kolaboratif dan holistik. Pendekatan kolaboratif mengganti sistem
perencanaan yang Up to Down, namun perencanaan yang ada dilakukan secara bersamasama dengan seluruh pihak-pihak terkait. Pihak-pihak terkait ini tidak hanya ahli-ahli
perencanaan namun juga masyarakat, tokoh agama, tokoh masyarakat, komnitas dan LSM.
Pendekatan kolaboratif ini memungkinkan ide perencanaan yang muncul tidak hanya dari

pemerintah, bisa dari masyarakat, dari komunitas sehingga ide yang ada dimusyawarahkan
bersama dan dicari kesepakatan di antara semuanya. Musyawarah yang ada akan memupuk
budaya asli masyarakat indonesia dan menghilangkan ego kepentingan masing-masing
pihak. Pendekatan Holistik merupakatan dalam perencanaan lingkungan perkotaan tidak
hanya mementingkan aspek fisik atau ekonomi, namun juga aspek-aspek yang lain. Holistik
di sini berawal dari konsep keperawatan dalam menunjang kesehatan masyarakat yang
meliputi fisik/lingkungan, sosial, spritual, psikologi, dan budaya. Dengan pendekatan
holistik tiap rencana pembangunan maka akan mempertimbangkan bagaimana dampak
tergadap sosial masyarakatnya, dampat terdapat spiritual masyarakatnya dsb. Sehingga akan
tercipta kota yang nyaman yang menunjang kesehatan masyarakatnya untuk menuju kota
layak huni dalam (Liveable City)
Realisasi gagasan tersebut memerlukan kesadaran yang tinggi dari berbagai pihak
yang terlibat untuk tidak memaksakan kepentingannya sendiri, namun bersama-sama
berkolaborasi dalam menuju kota layak huni (Liveable City). Manfaat yang dapat diperoleh
dari konsep COH (Collaborative and Holistic Approach) akan meningkatkan kualitas
kesehatan dan kebahagiaan masyarakat kota karena kebijakan pembangunan kota yang
diambil secara bersama-sama dan mempertimbangkan aspek-aspek secara holistik .

2


I.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Populasi di wilayah perkotaan Asia Timur tumbuh lebih cepat, dengan tingkat
pertumbuhan rata-rata 3 persen per tahun, meningkat menjadi 778 juta jiwa pada
tahun 2010 – jumlah terbesar dibandingkan wilayah manapun di dunia. Berbagai
data menunjukkan bahwa Eropa membutuhkan lebih dari 50 tahun untuk mencapai
angka pertumbuhan yang sama. Dari laporan ini diketahui, Asia Timur memiliki 869
wilayah perkotaan dimana lebih dari 100.000 penduduk menetap. Ada delapan kota
megapolitan dengan jumlah penduduk lebih dari 10 juta orang, yaitu Wilayah Pearl
River Delta, Shanghai dan Beijing di Tiongkok, Tokyo dan Osaka di Jepang, dan
Jakarta, Seoul serta Manila. Wilayah Pearl River Delta telah menggantikan Tokyo
sebagai wilayah perkotaan terbesar di dunia dalam hal luas dan jumlah penduduk.
(Worlbank, 2015)
Di Indonesia, Penduduk desa masih berkisar di angka 120 juta jiwa, sementara
penduduk yang tinggal di perkotaan justru mengalami kenaikan hingga empat kali
lipat, dari 32,76 juta jiwa menjadi sekitar 123,12 juta jiwa. Jika tren urbanisasi tetap
seperti saat ini, maka di tahun 2025 nanti sekitar 65% penduduk akan berada di kota,

sementara sisanya akan berdiam di pedesaan dengan mayoritas usia nonproduktif dan
senja (www.kemenkeu.go.id). Akibat urbanisasi ini dapat dipahami beberapa
karakteristik yang muncul tentang penduduk perkotaan. Mereka yang berurbanisasi
masih menganut pengaruh tradisional lingkungan lama mereka. Perbauran antara
karakter tradisional dan modern inilah yang umumnya terjadi di perkotaan, dan
secara tidak langsung memberikan efek negatif dengan munculnya masalah-masalah
perkotaan yang kompleks.
Dalam perencanaan kota, jika terjadi permasalahan perkotaan seperti
penurunan kualitas fisik suatu atau bagian kota akibat berbagai perubahan sosial
ekonomi, maka perlu mendapatkan perbaikan sisik dan fungsi kota (rehabilitasi).
Perbaikan juga dapat meliputi pembaharuan bagian wilayah kota (urban renewal)
bagi bagian kota yang tidak berkembang lagi (Jayadinata, 1999; 194). Secara historis
perencanaan kota itu berkembang agar dapat meningkatkan kualitas fungsi dari
perkotaannya baik fisik, sosial, maupun ekonominya. Sehingga segala
permasalahanpermasalahan yang muncul akibat perkembangan kota tersebut dapat di
reduksi.Salah satu strategi pembangunan perumahan dan permukiman untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat perkotaan adalah dengan mendayagunakan
fungsi kelembagaan yang terkait dengan pembangunan perumahan dan permukiman
(Mustopadidjaja, 1999; 22)
Dalam pelaksanaannya perencanaan suatu lingkungan perkotaan banyak terjadi

permasalahan dengan pernduduk sekitar. Permasalahan prosedur dan kelembagaan
pada perencanaan penganggaran daerah berimplikasi pada kebijakan alokasi
anggaran yang tidak mencerminkan kebutuhan rakyat atau pro poor . Hal ini karena
dalam perencanaan tidak melibatkan masyarakat yang ada, sehingga perencanaan

3

yang ada banyak tidak sesuai dengan budaya yang ada, merusak lingkungan sehingga
agar tercapai suatu kota yang nyaman sulit tercapai.
Konsep pendekatan holistic sebagai solusi dari permasalahan penataan
lingkungan kota yang semrawut. Pendekatan ini dalam perencaan sebuah kebijakan
penataan lingkungan kota tidak up to down, namun disusun bersma-bersama semua
pihak yang terlibat. Mulai dari masyarakat, tokoh agama, tokoh masyarakat, ahli
budaya, ahli lingkungan, arsitek, psikolog, ahli kesehatan maupun stakeholder yang
lain sehingga dalam menciptakan kebijakan mengakomodasi semua hal sehingga
tercipta Liveable City.
Tujuan Penulisan
1. Membantu pemerintah dalam menyediakan sistem pengambilan kebijakan
penataan suatu lingkungan perkotaan yang melibatkan berbagai pihak.
2. Meningkatkan kualitas lingkungan dan kelestarian alam .

3. Mengurangi konflik sosial karena masalah pembangunan kota.
4. Menciptakan suatu kota yang layak huni (liveable city).
5. Meningkatkan kualitas hidup dan indeks kebahagiaan masyarakat urban di
Indonesia.
Manfaat Penulisan
Bagi masyarakat gagasan ini berdampak pada peningkatan kualitas hidup
masyarakat dan indeks kebahagaiaan warga karena pendekatan holistic yang
memperhatikan aspek sosial, psikologi, culture, fisik, spiritual.
Bagi pemerintah gagasan ini merupakan suatu Grand Design dalam
pengambilan kebijakan publik tentang penataan lingkungan perkotaan yang adil, dan
sesuai kebutuhan masyarakat karena tingginya partisipasi masyarakat serta dalam
menuju kota yang layak huni sesuai dengan pendekatan holistik yang mencakup 5
aspek.
Bagi lingkungan gagasan ini turut bereran dalam peningkatan kualitas
lingkungan dan kelestarian alam. Karena pendektan dalam perencanaan sebuah kota
yang layak huni tentu membutuhkan kualitas lingkungan yang baik pula.
II. GAGASAN
Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan
Saat ini sekitar 54% dari total jumlah penduduk bumi bertempat tinggal di
perkotaan. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat hingga mencapai sekitar

66% pada tahun 2050 (United Nations, 2014). Meningkatnya jumlah penduduk kota
dunia juga terjadi di Indonesia yang disebabkan oleh tingginya urbanisasi. Akibat
urbanisasi dan kepadatan penduduk di kota timbul permasalahan perkotaan seperti
penurunan kualitas fisik perkotaan yaitu terjadinya daerah-daerah kumuh (slum area)
atau munculnya berbagai perubahan sosial budaya masyarakat.
Secara historis perencanaan kota itu berkembang agar dapat meningkatkan
kualitas fungsi dari perkotaannya baik fisik, sosial, maupun ekonominya. Sehingga

4

segala permasalahan-permasalahan yang muncul akibat perkembangan kota tersebut
dapat di reduksi. Namun dalam implementasinya, perencanaan kota yang dilakukan
justru menambah permasalahan yang ada. Sebagai contoh penelitian oleh (Aminah,
2015) tentang “Konflik dan Kontestasi Penataan Ruang Kota Surabaya”
menyebutkan 2 permasalahan penataan ruang perkotaan di Surabaya. Pertama
penataan perkotaan yang ada telah menimbulkan kontestasi dan konflik dengan
melibatkan aktor pemerintah, masyarakat, dan kekuatan kapitalis/investor. Kedua,
kerangka penataan ruang yang menggunakan Perda RTRW No. 3 Tahun 2007 telah
menimbulkan dampak yang berujung pada penguatan dan keberpihakan pemerintah
kota kepada pihak kapitalis/investor. Keberpihakan kepada pihak kapitalis ini

menyebabkan penataan yang dihasilkan hanya mengakomodasi kepentingan ekonomi
investor namun tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan berujung pada
munculnya problematika perkotaan yang lebih kompleks seperti berubahnya budaya
masyarakat yang mengarah pada individualisme, menurunnya kualitas hidup warga
kota karena tingginya tingkat stress.
Permasalahan penataan lingkungan perkotaan yang memihak pihak kapitalis
juga muncul di kota-kota lain. Muncul penolakan-penolakan masyarakat terhadap
beberapa proyek pembangunan di lingkungannya karena pemerintah lebih memihak
investor dari pada masyarakatnya, seperti pembangunan apartement di Yogyakarta.
Menurut Anang (40), Ketua RT 02 Dusun Gadingan warga sudah menyampaikan
sikap penolakan sejak awal, tapi tidak digubris oleh pengembang. Salah satu alasan
mereka tidak setuju karena khawatir dengan masalah air. “Keberadaan hotel dan
semacamnya akan menyedot banyak air. Kami tidak mau nanti terkena imbas
kekeringan, atau timbul limbah cair yang mengganggu,” ujarnya (Suara Merdeka,
2015).
Selain kurangnya keberpihakan kepada masyarakat, perencanaan penataan
lingkungan perkotaan juga kurang akan partisipasi masyarakat. Beberapa kasus
pemerintah berniat baik membuatkan fasilitas untuk masyarakat seperti wc umum,
namun tidak terpakai karena terlalu menyeregamkan dan memaksakan padahal
berbentur dengan budaya masyarakat. Ada statement dari seorang arsitek dari
Bandung yaitu Yu Sing mengatakan “Bayangkanlah rumah susun. Warga kampung
kota dengan ikatan sosial ekonomi budaya yang begitu kuat pada struktur
kampungnya. Tiba-tiba dipindah gusur masuk unit rusun yang begitu saja. Rusun
standar. Keterpaksaan tentu bisa membuat mereka bertahan. Tapi bila diajak diskusi,
didengarkan, diajak mencari alternatif lain, tentu sangat berbeda”(Yu Sing, 2015).
Keterpaksaan tersebut yang selama ini dialami masyarakat. Kondisi hidup dengan
keterpaksaan tentu akan meningkatkan stress dan berdampak pada tingkat kesehatan
dan kebahagian masyarakat yang semakin menurun.
Kondisi lingkungan perkotaan di Indonesia memiliki beragam permasalahan
seperti rusaknya kualitas lingkungan, berubahnya budaya masyarakat menjadi
materialis dan individualis, menurunnya kesehatan dan tingkat kebahagian

5

masyarakat karena kondisi lingkungan yang ada berdampak pada tingkat stress yang
tinggi, permasalahan tersebut berawal dari proses pembuatan kebijakan penataan
lingkungan perkotaan yang sudah bermasalah. Masalah yang ada pada proses
pembuatan kebijakan penataan lingkungan perkotaan yaitu kurangnya partisipasi
masyarakat dan kurangnya keberpihakan kepada masyarakat. Selain itu orientasi
pembangunan yang dikejar terlalu fokus pada ekonomi dengan melakukan
pembangunan fisik sebesar-besarnya untuk menunjang perekonomian, padahal aspek
yang menunjang kualitas hidup masyarakat ada 5 yaitu, fisik, sosial, spiritual,
psikologi, dan budaya. Aspek-aspek tersebut terlupakan dalam paradigma penentuan
kebijakan perencanaan penataan lingkungan perkotaan.
Solusi yang Pernah Ada
Dalam melakukan sebuah pembangunan di lingkungan perkotaan dibutuhkan
izin pembangunan yang biasa disebut IMB (Izin Mendirikan Bangunan). Sesuai
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 24/Prt/M/2007 Tentang Pedoman
Teknis Izin Mendirikan Bangunan Gedung, IMB diberikan oleh pemerintah daerah
kecuali untuk bangunan berfungsi khusus. Dalam peraturan tersebut juga diatur tata
cara penerbitan IMB oleh Pemda yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Bagan Tata Cara Penerbitan IMB
Sumber: Permen PU Nomor: 24/Prt/M/2007

Dalam tata cara penerbitan IMB tersebut, peran masyarakat sudah dilibatkan,
namun keterlibatan masyarakat hanya untuk menyetujui pembangunan yang
dilakukan oleh investor. Hal itu disebabkan masyarakat tidak berperan sebagai
pencetus ide, pemberi masukan tentang baiknya pembangunan di lingkungannya.
Padahal masyarakat yang telah lama tinggal di lingkungan tersebut. Kurangnya
keterlibatan masyarakat juga terjadi pada tahap penyusunan RTRW yang menjadi
dasar awal penerbitan IMB. Penyusunan RTRW oleh pemerintah dan DPRD itu
sendiri lebih banyak melibatkan ahli-ahli penataan namun partisipasi masyarakat
yang terlibat sangat minim. Hal ini dapat dilihat pada beberapa kasus seperti
penolakan warga pada pembangunan apartemen di Jogja, walaupun rencana
pembangunan tersebut telah sesuai dengan RTRW.

6

Terdapat solusi atas permasalahan perencanan lingkungan perkotaan yang
cukup baik diusulkan oleh Wali Kota Bandung Bapak Ridwan Kamil yang juga
seorang arsitek. Dikutip dari laman website Kementerian PPN atau BAPPENAS,
Ridwan Kamil memaparkan terobosan dalam membangun kota yaitu dengan 3 aspek.
Pertama, desentralisasi, maksudnya adanya distribusi kewenangan dari level pusat ke
level terkecil di masyarakat. Kedua, inovasi sosial yaitu upaya untuk mengubah
perilaku masyarakat agar menjadi lebih santun, tertib, dan bahagia, yang didorong
oleh leadership dan tata kelola kota yang baik. Ketiga, kolaborasi, maksudnya
adanya kerja sama dengan berbagai pihak, antara lain akademia, bisnis, komunitas,
dan institusi. Solusi yang ditawarkan Bapak Ridwan Kamil cukup baik, dengan aspek
kolaboratif yang menjadi salah satu pendekatan dalam konsep COH ini. Namun
kolaborasi yang diusung Bapak Ridwan Kamil tersebut belum menyeluruh
menyentuh 5 aspek yang menunjang kesehatan dan kualitas hidup masyarakat.
Dalam penyusunan kebijakan penataan perkotaan mulai penyusunan RTRW sampai
isi program di dalamnya sering tidak melibatkan tokoh agama, psikolog, ahli sosial
& budaya, padahal tokoh dan ahli-ahli tersebut yang memahami aspek-aspek dalam
pendekatan holistik meliputi aspek fisik, sosial, psikologi, spiritual, dan budaya.
Kebermanfaatan Gagasan
“It is horrifying that we have to fight our own government to save the
environment.”Secuil kutipan dari Ansel Adams diatas sedikit menggelitik ketika
sampai di telinga kita, dimana harus ada pertentangan mengenai lingkungan.
Sungguh begitu ironi ketika lingkungan ini diperdebatkan antara kedua belah pihak.
Sebuah gagasan usulan kebijakan yang diharapkan dapat menjadi solusi yang tepat
dengan permasalahan diatas. Konsep gagasan usulan COH dengan mengacu konsep
kajian yang berdasarkan 5 aspek penting yaitu sosial, psikologi, fisik, spiritual dan
budaya, diharapkan dapat menjadi inovasi terobosan dalam pengambilan suatu
kebijakan, sehingga dapat bermanfaat baik bagi pembuat kebijakan pemerintah
maupun oleh pihak penerima yaitu masyarakat, agar terciptanya sebuah keselerasan
visi dan misi diantara kedua belah pihak yang ada, Sistem pengambilan kebijakan ini
melibatkan masyarakat untuk berpatisipasi, salah satunya adalah pengambilan
kebijakan ini tidak melenceng dari sebuah kajian intelektual yang dilakukan secara
berkala dan masyarakat diberikan andil dalam terlaksananya kajian tersebut
(Colaborative). Melihat banyaknya permasalahan yang timbul dikarenakan
pengambilan kebijakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat harus
adanya sebuah pendekatan secara menyeluruh (Holistic Approach), melalui
pendekatan tersebut masyarakat mendapatkan 5 aspek penting diatas. Pembangunan
fasilitas fisik yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan tetap mempertahankan
kelestarian lingkungan. Pembangunan yang ada juga harus memperhatikan aspek
psikologis masyarakat agar menimbulkan kenyamanan secara psikologis dalam
pemanfaatannya. Pembangunan yang ada juga berdasarkan aspek spiritual. Masukan
para tokoh agama juga dibutuhkan dalam penyusunan kebijakan pemerintah salah
satunya RTRW. Dengan mendengarkan nasihat tokoh agama, maka dalam
penyusunan RTRW kota, tidak mengakomodasi pembangunan yang mengakibatkan

7

kerusakan moral masyarakat seperti tempat hiburan malam. Pendekatan
pembangunan dengan aspek spiritual, tentu produk pembangunan yang dihasilkan
baik fisik maupun program akan menjadikan pribadi masyarakat yang religius.
Pembangunan dengan
pendekatan secara menyeluruh (Holistic Approach),
menjadikan aspek sosial dan budaya salah satu perhatian utama dimana akan
meminimalisir sikap individualistik antar pribadi masyarakat. Rasa sosial yang tinggi
ini pada akhirnya menciptakan sebuah budaya tenggang rasa, gotong-royong dan
empati didalam setiap pribadi masyarakat, Nilai tambah yang didapatkan adalah
terciptanya sebuah keserasian penataan lingkungan perkotaan yang secara otomatis
akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Keharmonisan antara masyarakat
dan pemerintah inilah yang dapat menciptakan sebuah Liveable City yang menunjang
baiknya kualitas hidup dan tingkat kebahagian masyarakat perkotaan.
Pihak-pihak yang terlibat
Upaya implementasi gagasan ini menjadi suatu proyek yang realistis diperlukan
dukungan serta kolaborasi seluruh pihak, meliputi :
a.

Masyarakat
Masyarakat merupakan salah satu komponen penting dalam mendukung
terciptanya Liveable City. Masyarakat menjadi roda penggerak setiap
kebijakan yang telah diciptakan, Partisipasi masyarakat dalam hal ini menjadi
sangat penting dalam merumuskan setiap kebijakan yang ada . Partisipasi
inilah yang akan menjadikan sinergitas dari sebuah tujuan Liveable City.

b.

Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah
Pembuat kebijakan penataan lingkungan perkotaan yaitu pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah yang diwakili Walikota dan DPRD. Sebagai
regulator diharapkan regulasi yang tercipta memihak kepada masyarakat dan
melibatkan partisipasi masyarakat. Pemerintah juga wajib memerhatikan aspek
kelestarian lingkungan fisik, aspek sosial, spiritual, psikologi, maupun budaya
masyarakat tidak hanya tentang ekonomi sehingga produk yang dihasilkan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pemerintah yang bersih dari korupsi
serta jujur dan adil juga sangat dibutuhkan.
Investor
Saat ini pembangunan tanpa melibatkan investor pasti akan sangat terbatas,
mengingat dana yang dimiliki pemerintah terbatas. Investor memiliki peran
besar dalam pembangunan perlu memiliki kesadaran bahwa pembangunan
yang dibuat tidak hanya mengejar profit namun juga memberdayakan
masyarakat sekitar, karena turut melibatkan masyarakat dan menyesuaikan
dengan kondisi lingkungan, psikologi, spiritual, sosial dan budaya masyarakat.

c.

d.

Ahli Sosial dan Budaya, Arsitek, Psikolog, Tokoh Agama dan Masyarakat dsb
Keberadaan Liveable City sebagai harapan ideal semua lapisan masyarakat,
dikonsep agar memenuhi beberapa aspek yang dibutuhkan
dalam
mensejahterakan masyarakat. Dalam mencapai Liveable city ini tentunya

8

memerlukan kolaborasi peran dari ahli sosial budaya, tokoh agama, tokoh
masyarakat, arsitek, psikolog dsb. Berbekal pengalaman, keahlian dan
keilmuan mereka saling melengkapi berkolaborasi melalui pendekatan secara
menyeluruh (Holistic Approach) dalam setiap fase yang dilalui untuk mencapai
Liveable City yang diharapkan.
e.

Multi-stakeholder
Dalam mencapai Liveable City ini memerlukan kolaborasi peran pemerintah
daerah, dinas terkait, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) maupun
komunitas penggiat. Disbudpar, Depag, Dinsos, Disperindag, Dinas Cipta
Karya dan Tata Ruang dan semua dinas pemerintahan yang terlibat , Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) dan komunitas lingkungan terkait dalam hal ini
berperan dalam memberdayakan masyarakat.

Langkah-langkah Strategis Implementasi
Liveable City merupakan indikator ideal bagi sebuah kota dalam hal tingkat
kualitas hidup yang didasarkan pada pengalaman penghuninya. Kolaborasi seluruh
pihak akan menunjang pencapaian indikator ini secara optimal. Semua pihak yang
terllibat harus memiliki kesadaran yang sama untuk
lebih mementingkan
keperntingan yang lebih luas bukan kepentingan sendiri. Kesadaran tersebut penting
dalam melakukan tahapan penyusunan regulasi sesuai konsep COH sebagai berikut:
a. Analisis masalah dan potensi solusi yang dapat digali disetiap daerah:
Tahap mendasar yang penting dilakukan sebelum proyek dilaksanakan.
Tentunya dalam setiap daerah memiliki karakterisitik masalah yang berbeda
berkaitan dengan budaya dan kontur geografis, Metode analisis yang
digunakan harus berbeda pula.Masyarakat ikut andil dalam menjadi sumber
informasi atas permasalahan yang terjadi.Tahap ini membantu perencanaan
solusi dan strategi atas masalah yang ditemukan dilapangan, solusi dan
strategi dapat dirumuskan menjadi lebih tepat guna. Potensi solusi yang
belum tereksplorasi dengan maksimal dapat ditemukan melalui tahapan ini.
b. Penyusunan konsep kajian serta ide penyelesaian masalah
Penyusunan konsep kajian yang hendak dilakukan guna mendapatkan ide
penyelesaian yang tepat guna, efektif. Konsep kajian yang dihasilkan harus
melalui beberapa tahap verifikasi guna mendapatkan hasil yang benar benar
teruji keefektifitasannya. Berbagai elemen masyarakat, pihak-pihak terkait ikut
terlibat aktif berpatisispasi menyusun konsep kajian sesuai latar belakang
kemampuan dan keahlian masing- masing.
c.

Persetujuan hasil perencanaan dan perancangan serta program program
pemberdayaan
Hasil kajian yang telah didapatkan disusun secara bersama-sama dan
dirumuskan hasilnya baik berupa produk perencanaan lingkungan perkotaan
seperti RTRW, IMB atau peraturan lainnya maupun program pemberdayaan
masyarakat. Hasil tersebut melalui proses persetujuan bersama baik
masyarakat, pemerintah maupun pihak-pihak terkait lainnya. Perlu adanya

9

sebuah forum bersama untuk membahas persetujuan program- program yang
kelak akan diwujudkan untuk mencapai lingkungan perkotaan yang liveable..
d.

Evaluasi Program
Setelah melaksanakan program yang disetujui sebelumnya dengan jangka
waktu yang ditentukan. Program yang terlaksana hendaknya dievaluasi secara
berkala guna mendapatkan indikator keberhasilan sesuai atau mengacu
indicator Liveable City

e.

Pengawasan dan Diskusi secara Berkala.
Guna mendapatkan program yang berefek jangka panjang harus selalu
dilaksanakannya sebuah Monitoring atau pengawasan terhadap program yang
terus berjalan, Pengawasan itu berupa sebuah diskusi bersama untuk
mendapatkan hasil perkembangan dari sebuah program yang telah
dilaksanakan sebelumnya. Diskusi dan musyawarah selalu dikedepankan
melalui konsep COH ini dan melibatkan berbagai pihak dapat mendukung
perencanaan kota secara holistik sehingga dapat terwujud Liveable City.

III. KESIMPULAN
Konsep COH (Collaborative and Holistic Approach) merupakan sebuah
konsep gagasan sebagai solusi nyata yang dapat diaplikasikan dalam permasalahan
penataan lingkungan perkotaaan. Tidak menawarkan dalam bentuk yang
berkembang, melainkan menjadi patokan (pengambilan keputusan terbesar di
birokrasi yaitu pemerintah. Selama ini pemerintah hanya digadang-gadang
pembangunan maupun revitalisasi lingkungan perkotaan yang baik, tetapi pemerintah
tidak memiliki patokan yang mantap bersinergis membantu menciptakan tata kelola
yang baik pula. Untuk itu konsep COH (Collaborative and Holistic Approach ) hadir
untuk memberikan solusi yang bersifat integratif dan nyata untuk mendukung kota
yang nyaman atau yang dikenal dengan liveable city. Gagasan ini mengangkat lima
aspek fundamental yang dapat menentukan kelangsungan suatu tata kota, yaitu aspek
sosial, psikologis, fisik, spiritual dan budaya. Target dari konsep COH ini adalah
terbentunya sistem pengelolaan kota yang melibatkan partisipasi secara langsung dari
masyarakat untuk bersama-sama meningkatkan taraf hidup sehingga berdampak pada
peningkatan perekonomian daerah. Konsep COH juga akan tetap menjaga nilai-nilai
yang ada di masyarakat (living culture) tetap lestari. Terjaganya (living culture)
tersebut sangat penting karena merupakan salah satu aspek kesehatan secara holistik
selain terciptanya kelestarian lingkungan.
Tujuan dari gagasan Konsep COH (Collaborative and Holistic Approach) ini
mulai dari penyusunan gagasan, pelaksanaan gagasan baik hasil perencaan fisik
maupun program-program pembangunan lingkungan perkotaan dapat terlaksana
dengan pendekatan kolaboratif yaitu saling bertukar ide antar berbagai pihak,
terlaksana secara holistik mencakup berbagi aspek meliputi fisik, sosial, spiritual,
psikologi, dan budaya yang tujuan akhirnya tercipta kota yang nyaman untuk dihuni
(Liveable City). Terciptanya Liveable City ini manfaatnya selain untuk kelestarian
lingkungan juga manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat yaitu

10

meningkatnya kulaitas kesehatan dan kualitas hidup serta kebahagiaan masyarakat
perkotaan.
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, Siti. 2015. “Konflik dan Kontestasi Penataan Ruang Kota Surabaya.”
MASYARAKAT: Jurnal Sosiologi, 20(1):59-79.
Djunaedi, A. 2001. “Alternatif Model Penerapan Perencanaan Strategis dalam
penataan ruang kota di Indonesia “Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
(PWK) ITB 12(1):16-28
Evans, Peter. 2002. LivableCities? The Politics of Urban Livelihood and
Sustainability. University of California Press, Berkeley.
Haryanto, JokoTri . 2016. Urbanisasi Paska Lebaran dan APBN 2016. Diakses
http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/Urbanisasi%20Paska%20Lebaran
%202015.pdf pada 15 April 2016
Hapsari, Amelia. 2015. Warga Tolak Pembangunan Apartemen M-Icon diakses
http://berita.suaramerdeka.com/warga-tolak-pembangunan-apartemen-m-icon/
pada 20 April 2016
McCarthy, Mark. 2002. Urban Development And Health Inequalities. Scand J Public
Health 2002 30: 59. Livable Conferences. Gondolier Press: California, USA.
Palej, A. 2000. “Architecture for, by and with Children: A Way to Teach Livable
City” Paper presented at the International Making Cities Livable Conference,
Vienna, Austria, 2000.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 24/Prt/M/2007 Tanggal 9 Agustus
2007 Tentang Pedoman Teknis Izin Mendirikan Bangunan Gedung
Bappenas. (2015). Ridwan Kamil Paparkan Segitiga Manajemen Kota Bandung di:
Kementrian PPN/Bappenas diakses http://www.bappenas.go.id/id/berita-dansiaran-pers/ridwan-kamil-paparkan-segitiga-manajemen-kota-bandung-dibappenas/ pada 20 April 2016
Yu Sing. (2016). Rumah Susun untuk Warga Kampung (kota). Yu-Sing diakses
http://rumah-yusing.blogspot.co.id/ pada 20 April 2016
Wheeler, Stephen M . 2004. Planning For Sustainability, Creating Livable,
Equitable, And Ecological Communities. New York. Routledge.
World’s population increasingly urban with more than half living in urban areas.
(2014); United Nation diakses http://www.un.org/en/development/desa/news/
population/world-urbanization-prospects-2014.html pada 20 april 2016

11

Lampiran 1 Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pembimbing
Ketua Pelaksana
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap

Muhammad Khoirur Rijal

2 Jenis Kelamin

L

3 Program Studi

Teknik Arsitektur

4 NIM

21020112120019

5 Tempat dan Tanggal Lahir

Kendal, 12 Oktober 1994

6 E-mail

[email protected]

7 Nomor Telepon/HP

+6285741428059

B. Riwayat Pendidikan

Nama Institusi

SD

SMP

SMA

SDN 1

SMPN 1 Cepiring

SMAN 1

Korowelanganayar

Kendal

Jurusan

IPA

Tahun Masuk-Lulus

2000-2006

2006-2009

2009-2012

C. Pemakalah Seminar Ilmiah
No
.

Nama Pertemuan Ilmiah/Seminar

Judul Artikel

Waktu Dan

Ilmiah

Tempat

1.
D. Penghargaan Dalam 10 Tahun Terakhir
No
.
1.

2.

Jenis Penghargaan

Institusi Pemberi
Penghargaan

Juara Harapan 3 Duta

Dinas Pariwisata dan

Wisata Kendal

Kebudayaan Kendal

Juara 2 Perawatan

Palang Merah Indonesia

Keluarga Jumbara PMR

Kabupaten Kendal

Kab. Kendal

Tahun
2014

2010

12

13

Anggota Pelaksana 1
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap

Wahyu Indah Safitri

2 Jenis Kelamin

Perempuan

3 Program Studi

Ilmu Keperawatan

4 NIM

22020112130071

5 Tempat dan Tanggal Lahir

19 Februari 1995

6 E-mail

safitriwahyuindah@gmailcom.

7 Nomor Telepon/HP

+6285701216423

B. Riwayat Pendidikan

Nama Institusi

SD

SMP

SMA

SDN 2 Blorok

SMPN 2

SMAN 1

Brangsong

Kendal

Jurusan

IPA

Tahun Masuk-Lulus

2000-2006

2006-2009

2009-20012

C. Pemakalah Seminar Ilmiah
No

Nama Pertemuan

.

Ilmiah/Seminar

Presenter Kompetisi Karya Tulis
1.

Ilmiah Departemen Keperawatan
Fakultas Kedokteran,
Universitas Diponegoro

Presenter Kompetisi Karya Tulis
Ilmiah Hiralius 1 Departemen
2.

Keperawatan Fakultas
Kedokteran, Universitas Gajah
Mada

3.

Waktu
Judul Artikel Ilmiah

Dan
Tempat

"SI-RAKI (Sistem Informasi

2016

Rawat Kaki): Solusi Cerdas
Pencegahan Diabetic Foot
Maag pada Pasien Diabetes

Mellitus Via Smartphone"
"IN-BASE-ON (Inovation of

2015

Nursing Systembased pada
ISDA & ICRM) sebagai
Upaya Meningkatkan
Keakuratan Standar Bahasa
Keperawatan"

Presenter Kompetisi Karya Tulis

"Deteksi Dini Diabetic Foot

Ilmiah pada Festival

Maag Berbasis Inovasi

Keperawatan Ilmiah (NSF),

Sakarin (Pemeriksaan Kaki

2015

14

Departemen Keperawatan

Mandiri Via Android)

Fakultas Kedokteran,

Sebagai Upaya Pendukung

Universitas Gajah Mada

Efektivitas Diabetes Diri
Manajemen Pendidikan

4.

Presenter Ilmiah Paper

"Si-Seho (Sistem Informasi

Competition Of Nursing

Sehat Holistik): Solusi Cerdas

UDAYANA SUARA)

Sebagai Upaya Sehat Mandiri

Departemen Keperawatan

pada Pasien Tuberkulosis

Fakultas Kedokteran,

Paru Via Smartphone"

2015

Universitas Udayana

D. Penghargaan Dalam 10 Tahun Terakhir
No
.

1.

2.

Jenis Penghargaan

Institusi Pemberi
Penghargaan

Mawapres 1 Departemen

Departemen Keperawatan

Keperawatan Fakultas

Fakultas Kedokteran,

Kedokteran

Universitas Diponegoro

Juara 3 Karya Tulis Ilmiah

Departemen Keperawatan

Persaingan Hiralius 1

Fakultas Kedokteran,

Tahun
2016

2015

Universitas Gajah Mada

3.

4.

Juara 1 Karya Tulis Ilmiah

Departemen Keperawatan

Festival Lomba Keperawatan

Fakultas Kedokteran,

Ilmiah (NSF)

Universitas Brawijaya

Juara 2 Student Scientific

Fakultas Kedokteran,

Festival Fakultas Kedokteran,

Universitas Diponegoro

2015

2015

Universitas Diponegoro

5.

.6.

7.

Juara 1 Lomba Karya Tulis

Departemen Keperawatan

Ilmiah Keperawatan Universitas

Fakultas Kedokteran,

Udayana

Universitas Udayana

Mawapres 3 Departemen

Departemen Keperawatan

Keperawatan Fakultas

Fakultas Kedokteran,

Kedokteran

Universitas Diponegoro

Juara 2 Duta Wisata Kabupaten

Dinas Kebudayaan dan

2015

2015

2014

15

16

Anggota Pelaksana 2
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap

Gilang Mustika Aji

2 Jenis Kelamin

Laki-laki

3 Program Studi

S-1Ilmu Perpustakaan

4 NIM

13040112140218

5 Tempat dan Tanggal Lahir

Kudus, 24 Maret 1994

6 E-mail

[email protected]

7 Nomor Telepon/HP

082210046240

B. Riwayat Pendidikan

Nama Institusi

SD

SMP

SMA

SDN 1

SMPN 1 Kudus

SMAN 1 Kudus

Mlatinorowito
Jurusan

IPA

Tahun Masuk-Lulus

2000-2006

2006-2009

2009-20012

C. Pemakalah Seminar Ilmiah
No.

Nama Pertemuan
Ilmiah/Seminar

Judul Artikel Ilmiah

Waktu Dan
Tempat

1

D. Penghargaan Dalam 10 Tahun Terakhir
No.
1.
2.
3.

Jenis Penghargaan
Juara 2 Lomba PBB
tingkat Kabupaten Kudus

Institusi Pemberi Penghargaan

Tahun

Pemerintah Kabupaten Kudus

2010

17

18

Anggota Pelaksana 3
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap

Rosta Rosalina

2 Jenis Kelamin

Perempuan

3 Program Studi

S-1 Psikologi

4 NIM

15010114140188

5 Tempat dan Tanggal Lahir

Sidoarjo, 12 Juni 1996

6 E-mail

[email protected]

7 Nomor Telepon/HP

085791480018

B. Riwayat Pendidikan

Nama Institusi

SD

SMP

SMA

MI Darul Ulum

SMP N 1 Kediri

MAN 3 Malang

Jurusan

IPA

Tahun Masuk-Lulus

2003-2009

2009-2012

2012-2014

C. Pemakalah Seminar Ilmiah
No.

Nama Pertemuan
Ilmiah/Seminar

Judul Artikel Ilmiah

Waktu Dan
Tempat

1

D. Penghargaan Dalam 10 Tahun Terakhir
No.
1.
2.
3.

Jenis Penghargaan

Institusi Pemberi Penghargaan

Mawapres I 2017

Fakultas Psikologi Universitas

Fakultas Psikologi

Diponegoro

Tahun
2016

19

20

Dosen Pembimbing
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap

Arnis Rochma Harani, ST, MT

2 Jenis Kelamin

Perempuan

3 Program Studi

S-1 Teknik Arsitektur

4 NIP

198705172014042001

5 NIDN

0017058702

6 Tempat dan Tanggal Lahir

Bandung, 17 Mei 1987

7 E-mail

[email protected]

8 Nomor Telepon/HP

+6224 6932046/+628562655776

B. Riwayat Pendidikan
SD

Nama Institusi

SMP

SMA

SDN Karang SMPN 12
Asem
Semarang
Semarang

SMU N 4
Semarang

Sarjana

Magister

(S-1)

(S-2)

Universitas
Diponegoro

Universitas
Diponegoro

IPA

Jurusan
Tahun Masuk-

1993-1999

1999-2002 2002-2005 2006-2010

2010-2011

Lulus

C. Pemakalah Seminar Ilmiah
No.
1.

Nama Pertemuan
Ilmiah/Seminar

Judul Artikel Ilmiah

International Conference

Mapping The Urban

Quality In Research 14th

Image of

Lombok

Semarang Old City
Heritage Area: A

Waktu Dan
Tempat

2014

Struggle To Be A
Livable Part of The
City Once Again
2.

International Conference

The Influence Of

Urban Heritage and

Menara Kudus Mosque

2013

21

22

Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Penyusun dan Pembagian Tugas
No.

Nama / NIM

Program
studi

1.

Muhammad
Khoirur Rijal

S-1 Teknik
Arsitektur

2.

Wahyu Indah
Safitri

S-1 Ilmu
Keperawatan

3.

4.

Bidang ilmu

Alokasi
waktu (Jam
/ Minggu)

Uraian
Tugas

8 jam/
minggu

Ketua
Pelaksana

Ilmu
5 jam/
Keperawatan minggu

Anggota
Pelaksana

Gilang Mustika
Aji

S-1 Ilmu
Ilmu
5 jam/
Perpustakaan Perpustakaan minggu

Anggota
Pelaksana

Rosta Rosalina

S-1
Psikologi

Anggota
Pelaksana

Arsitektur

Psikologi

5 jam/
minggu

23

Lampiran 3. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana