LAPORAN PENGAMATAN PERKEMBANGAN ANAK Anak

LAPORAN PENGAMATAN PERKEMBANGAN ANAK
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Psikologi Perkembangan
Dosen Pengampu : Sutaryono M.Pd
Disusun Oleh :
YUDA LINTHA TARIGAN (1401416235)
ROMBEL D

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan merupakan perubahan yang terus menerus dialami, tetapi ia tetap menjadi
satu kesatuan. Perkembangan berlangsung dengan perlahan melalui masa demi masa.
Kadang-kadang seseorang mengalami masa krisis pada masa kanak-kanak dan masa
pubertas. (Zulkifli 1986:13)
Perkembangan menggambarkan perubahan kualitas dan abilitas dalam diri seseorang,

yakni adanya perubahan dalam struktur,kapasitas,fungsi,dan efisiensi. Perkembangan itu
bersifat keseluruhan misalnya perkembangan intelektual,emosional,spiritual, adalah
hubungan satu sama lain. (Hamalik 2001:94)
Dalam psikologi perkembangan perkembangan yang dibahas adalah perkembangan
rohani sejak manusia lahir sampai dewasa. Dalam perjalanan hidupnya menjadi dewasa
perkembangan rohani itu tidak lepas dari pengaruh keturunan dan pengaruh dunia lingkungan
tempat seseorang hidup dan dibesarkan. (Zulkifli 1986:4)
Berdasarkan kutipan diatas dapat disipulkan bahwa perkembangan merupakan masa
perubahan dalam diri seseorang secara keseluruhan baik fisik maupun sosial serta jasamani
dan rohani yang terus menerus terjadi sejak lahir hingga dewasa yang memiliki masa-masa
tertentu. Tahap-tahap perkembangan pada seseorang berbeda terutama pada anak-anak yang
mengalami tahap perkembangan yang begitu cepat.
Pada masa perkembangan inilah diperlukan peran serta orangtua dan pendidik untuk
mendampingi tumbuh kembang anak agar kemampuan anak dapat dikembangan secara
maksimal. Ketidakmampuan orang tua dan pendidik dalam mendampingi anak masa ini akan
menyebabkan anak merasa kurang diperhatikan sehingga dapat mengakibatkan kenakalan
remaja pada anak dikarenakan keingintahuan anak yang begitu tinggi.

1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana perkembangan kognitif anak dan perkembangan anak masa sekolah?

2) Bagaimana peran orang tua dalam perkembangan anak pada usia sekolah dasar?
3) Bagaimana pengaruh lingkungan terhadap anak dalam perkembangan anak usia
sekolah dasar?
4) Bagaimana perkembangan emosi anak pada anak usia sekolah dasar?
5) Bagaimana dampak teknologi bagi perkembangan psikologi anak usia sekolah dasar?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1) Untuk mendeskripsikan perkembangan kognitif anak usia sekolah dasar
2) Untuk mengkaji peran orang tua dalam perkembangan psikologi anak usia sekolah
dasar
3) Untuk memahami dan mempelajari pengaruh lingkungan serta sekolah bagi
perkembangan anak usia sekolah dasar
4) Untuk memahami dan mempelajari emosi pada anak usia sekolah dasar
5) Untuk memahami dan mengawasi dampak teknologi bagi perkembangan psikologi
anak usia sekolah dasar
1.4 Metode Pengumpulan Data
Dalam pelaksanaannya penulis menggunakan metode observasi langsung kepada
narasumber di lingkungan sekolahnya. Penulis juga melakukan metode wawancara
informal terhadap narasumber guna mengetahui segala sesuatu pribadi siswa serta
pemberian angket kepada narasumber.


BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Perkembangan Kognitif
Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss
yang hidup tahun1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan
psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan. Piaget
membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode
utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:
1) Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
Dalam tahap ini perkembangan panca indra sangat berpengaruh dalam diri
anak. Keinginan terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh/memegang, karena didorong
oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya.Dalam usia ini mereka belum
mengerti akan motivasi dan senjata terbesarnya adalah‘menangis’.Menurut Piaget, bayi lahir
dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya.
Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut.Periode sensorimotor
adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai
perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam empat sub-tahapan:
(1) Sub-tahapan skema refleks
Muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan reflex.
(2) Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer

Dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan
munculnya kebiasaan-kebiasaan.
(3) Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder
Muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan
koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
(4) Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder
Muncul dari usia sembilan sampai dua belas bulan, saat berkembangnya kemampuan
untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau
dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).

(5) Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier
Muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama
dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
2) Pra-operasional (usia 2-7 tahun)
Anak pada masa ini memiliki kecenderungan untuk meniru orang disekelilingnya.
Meskipun pada saat berusia 6-7 tahun mereka sudah mulai mengertimotivasi, namun
mereka tidak mengerti cara berpikir yang sistematis-rumit. Dalam menyampaikan cerita
harus ada alat peraga.
3) Operasional Kongkrit (usia 7-11 tahun)
Anak pada tahap ini mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai.

Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
(1) Pengurutan
Kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.
Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda
yang paling besar ke yang paling kecil.
(2) Klasifikasi
Kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut
tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian
benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut.
(3) Decentering
Anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa
memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi
pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
(4) Reversibility
Anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapa tdiubah, kemudian kembali
ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama
dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
(5) Konservasi
Memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak
berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut.

Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak,mereka

akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan
tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
(6) Penghilangan sifat Egosentrisme
Kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain(bahkan saat orang
tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang
memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan,
kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke
ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap
menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah
dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
(4) Operasional Formal (usia 11 tahun ke atas)
Pengajaran pada anak pra-remaja ini menjadi sedikit lebih mudah, karena mereka
sudah mengerti konsep dan dapat berpikir, baik secara konkrit maupun abstrak, sehingga
tidak perlu menggunakan alat peraga.Namun kesulitan baru yang dihadapi guru adalah
harus menyediakan waktu untuk dapat memahami pergumulan yang sedang mereka
hadapi ketika memasuki usia pubertas.
A. Masa-Masa Perkembangan
Pembagian perkembangan kedalam masa-masa perkembangan hanyalah untuk

memudahkan untuk memahami jiwa anak-anak. Walaupun perkembangan itu dibagi-bagi
ke dalam masa-masa perkembangan, nemun tetap merupakan kesatuan yang dapat
dipahami dalam hubungan keseluruhannya.
2.1 Pembagian Aristoteles
Aristoteles membagi perkembangan menjadi tiga masa perkembangan, yaitu:
1. Periode anak kecil (kleuter) usia sampai 7 tahun
2. Periode anak sekolah, usia 7 tahun sampai 14 tahun
3. Periode pubertas, usia 14 tahun sampai 21 tahun
2.2 Pembagian Comenius
Pembagian masa-masa perkembangan menurut Comenius sebagai berikut.
1. Masa sekolah ibu, sampai usia 6 tahun
2. Masa sekolah bahasa ibu, sampai usia 6 tahun sampai 12 tahun

3. Masa sekolah bahasa Latin, sampai usia 12 tahun sampai 18 tahun
4. Masa sekolah tinggi, sampai usia 18 tahun sampai 24 tahun
2.3 Pembagian Jean Piaget
Piaget membagi perkembangan menjadi 4 fase sebagai berikut.
1. Fase sensori motorik
Aktivitas kognitif didasarkan pada pengalaman langsung panca indera. Aktivitas
belum menggunakan bahasa. Pemahaman intelektual muncul di akhir fase ini.

2. Fase pra operasional
Anak tidak terikat lagi pada lingkungan sensori. Kesanggupan menyimpan tanggapan
bertambah besar. Anak suka meniru orang lain dan mampu menerima khayalan dan
suka bercerita tentang hal-hal yang fantastis dan sebagainya.
3. Fase operasi konkret
Pada fase ini berpikir sudah mulai logis. Bentuk aktivitas dapat ditentukan dengan
peraturan yang berlaku. Anak masih berpikir harfiah sesuai dengan tugas-tugas yang
diberikan kepadanya.
4. Fase operasi formal
Dalam fase ini anak telah mampu mengembangkan pola-pola berpikir formal, telah
mampu berpikir logis, rasional, dan bahkan abstrak. Telah mampu menangkap arti
simbolis, kiasan,dan menyimpulkan suatu berita,dan sebagainya.
B. Perkembangan Masa Kanak-Kanak
Masa kanak-kanak dibagi menjadi dua tahapan, yakni masa kanak-kanak awal
dan masa kanak-kanak akhir. Masa kanak-kanak berlangsung awal dari usia dua tahun
sampai usia enam tahun. Pada usia ini ketergantungan semakin berkurang sedangkan
sikap mandiri semakin bertambah, secara perlahan-lahan.
Para pendidik mengenal masa ini sebagai masa “pra-sekolah”. Sedangkan masa
kanak-kanak akhir berlangsung dari usia enam tahun hingga permulaan pubertas, kirakira usia sebelas dan dua belas tahun yang ditandai dengan mulainya anak masuk sekolah
dasar, dan dimulailah sejarah baru dalam kehidupannya kelak akan merubah sikap-sikap

dan tingkah lakunya.

Para pendidik mengenal masa ini sebagai “masa sekolah”, oleh karena pada usia
inilah anak untuk pertama kalinya menerima pendidikan formal.
Masa kanak-kanak merupakan suatu periode dalam bentangan kehidupan anak dimana
perkembangan yang utama ialah penguasaan lingkungan.
Dalam masa kanak-kanak , anak akan mengalami fase perkembangan berikut :
a) Perkembangan fisik
b) Perkembangan motorik
c) Perkembangan bahasa
d) Perkembangan emosi
e) Perkembangan sosial
f) Hubungan keluarga
g) Kepribadian
2.2 Perkembangan Anak Masa Sekolah
1) Perkembangan Fisik
Usia anak sekolah dasar umumnya berusia 6-12 tahun. Rentang usia tersebut
disebut sebagai masa anak. Yaitu fase antara masa kanak-kanak dan masa remaja. Secara
fisik, anak pada usia SD memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan kondisi
fisik sebelum dan sesudahnya. Pertumbuhan fisik anak dapat memberikan pengaruh

terhadap perkembangan kepribadian anak secara keseluruhan. Selanjutnya, pembahasan
mengenai perkembangan fisik anak SD ini mencakup aspek-aspek :
1. Tinggi dan Berat Badan
Pertumbuhan fisik anak usia SD bila dibanding dengan masa usia remaja dan usia
dini cenderung lebih lambat dan bersifat konsisten. Perkembangan ini berlangsung
sampai terjadinya perubahan besar pada awal pubertas.
Tinggi dan berat badan anak secara bertahap terus bertambah, penambahan itu
diperkirakan berkisar 2,5 - 3,5 kg dan 5 – 7 cm pertahun. Kaki anak lazimnya menjadi
bertambah panjang dan tubuhnya bertambah kurus. Kekuatan fisik umumnya meningkat
dua kali lipat. Selain faktor kematangan, unsur latihan juga sangat membantu proses
peningkatan dalam kekuatan otot.
2. Proporsi dan Bentuk Tubuh

Proporsi dan bentuk tubuh anak usia SD kelas-kelas awal umumnya kurang
seimbang. Kekuranganseimbangan tubuh anak dapat diamati pada bagian kepala, badan,
dan kaki. Kepala masih terlalu besar jika dibanding bagian tubuh lainnya. Jaringan lemak
anak SD berkembang lebih cepat dari pada jaringan ototnya.
Berdasarkan tipologoi Sheldon, ada tiga kemungkinan bentuk primer tubuh anak SD
yaitu :
(a) endomorph, yaitu yang tampak lebih luar berbentuk gemuk dan berbadan besar.

(b) mesomorph, yang kelihatan kokoh, kuat, dan lebih kekar.
(c) ectomorph yang tampak jangkung, dada pipih, lemah, dan seperti tak berotot.
Kondisi proporsi dan bentuk tubuh anak dapat memberikan dampak psikologis tertentu
kepada anak. Kondisi proporsi dan bentuk tubuh yang kurang seimbang dapat
menumbuhkan sikap-sikap negatif, bahkan penolokan terhadap dirinya sendiri.
Perempuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pertumbuhan payudara (3 - 8 tahun)
Pertumbuhan rambut pubis/kemaluan (8 -14 tahun)
Pertumbuhan badan (9,5 - 14,5 tahun)
Menarche/menstruasi (10 – 16 tahun, kadang 7 thn)
Pertumbuhan bulu ketiak (2 tahun setelah rambut pubis)
Kelenjar menghasilkan minyak dan keringat (sama dengan tumbuhnya bulu
ketiak)

Laki-laki
1. Pertumbuhan testis (10 – 13,5 tahun)
2. Pertumbuhan rambut pubis/kemaluan (10 – 15 tahun)
3. Pembesaran badan (10,5 – 16 tahun)
4. Pembesaran penis (11 – 14,5 tahun)
5. Perubahan suara karena pertumbuhan pita suara (Sama dengan pembesaran penis)
6. Tumbuhnya rambut di wajah dan ketiak (2 tahun setelah rambut pubis)
7. Kelenjar menghasilkan minyak dan keringat (Sama dengan tumbuhnya bulu ketiak)
3. Otak
Pertumbuhan otak dan sistem syaraf merupakan salah satu aspek terpenting dalam
perkembangan individu. Didalam otak terdapat pusat-pusat saraf yang mengendalikan

perilaku individu, yang berhubungan dengan perilaku kognisi juga emosi. Dalam otak
bagian tengah terdapat sistem limbik dengan pusatnya yang disebut dengan amigdala.
Bila dibanding pertumbuhan bagian-bagian tubuh lainnya, pertumbuhan otak dan kepala
ini jauh lebih cepat. Pertumbuhan otak itu terjadi pada masa usia dini.
Hal yang perlu dicatat bahwa kematangan otak yang yang dikombinasi dengan
pengalaman berinteraksi dengan lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan
kognisi anak. Dalam hal ini diperlukan kebutuhan nutrisi dan rangsangan – rangsangan
yang membuat otak anak tersebut berfungsi.
2) Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak
seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengan kematangan
saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan
hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang
dikontrol oleh otak.
Seandainya tidak ada gangguan fisik dan hambatan mental yang mengganggu
perkembangan motorik, secara normal anak yang berumur 6 tahun akan siap
menyesuaikan diri dengan tuntutan sekolah dan berperan serta dalam kegiatan bermain
teman sebaya. Sebagian tugas perkembangan anak yang paling penting dalam masa
prasekolah dan dalam tahun-tahun permulaan sekolah, terdiri atas perkembangan motorik
yang didasarkan atas penggunaan kumpulan otot yang berbeda secara koordinasi.
Jika tidak ada gangguan kepribadian yang menghambat ,anak yang memiliki sifat
yang sesuai dengan harapan masyarakat akan melakukan penyesuaian sosial dan pribadi
yang baik. Sebaliknya dalam diri anak yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan
harapan masyarakat,akan berkembang perasaan tidak mampu yang akan melemahkan
semangat mereka untuk mencoba mempelajari apa yang telah dipelajari oleh teman
sebaya mereka.
Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi
dibandingkan dengan masa bayi. Anak-anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan pandai
meloncat serta mampu menjaga keseimbangan badannya. Untuk memperhalus
keterampilan-keterampilan motorik, anak-anak terus melakukan aktivitas fisik yang

terkadang bersifat informal dalam bentuk permainan. Disamping itu anak-anak juga
melibatkan diri dalam aktivitas permainan olahraga yang bersifat formal sperti senam,
berenang,dll.
Berikut beberapa perkembangan motorik (kasar maupun halus) selama periode ini,
antara lain :

KEMAMPUAN MOTORIK
Anak usia 6 tahun
Anak usia 7 tahun
Ketangkasan Meningkat
Mulai membaca dengan lancer
Melompat tali
Cemas terhadap kegagalan
Bermain sepeda
Peningkatan minat pada bidang sepiritual
Mengetahui kanan dan kiri
Kadang malu atau sedih
Mungkin bertindak menentang
Menguraikan objek-objek dengan
gambar
KEMAMPUAN MOTORIK
Anak usia 8-9 tahun
Anak usia 10-12 tahun
Kecepatan dan kehalusan aktifitas
Perubahan sikap berkaitan dengan postur
motorik meningkat
Mampu menggunakan peralatan rumah

tubuh, pubertas mulai tampak
Mampu melakukan aktifitas rumah tangga,

tangga
Keterampilan iebih individual
Ingin terlibat dalam sesuatu
Menyukai kelompok dan mode
Mencari teman secara aktif

seperti mencuci, menjemur,dll.
Keinginan untuk menyenangkan orangtua
Mula tertarik dengan lawan jenis

Semakin matangnya perkembangan sistem syaraf otak yang mengatur otot
memungkinkan berkembangnya kompetensi atau keterampilan motorik anak.
Keterampilan motorik ini di bagi dua jenis, yaitu :
1.

Keterampilan atau gerakan kasar, seperti berjalan, berlari, melompat, naik dan turun

tangga.
2. Keterampilan motorik halus atau keterampilan memanipulasi, seperti menulis,
menggambar, memotong, melempar, dan menangkap bola, serta memainkan benda –
benda atau alat – alat mainan.

Perkembangan keterampilan motorik merupakan faktor yang sangat penting bagi
perkembangan pribadi secara keseluruhan. Elizabeth Hurlock, mencatat beberapa alasan
tentang fungsi perkembangan motorik bagi konstelasi perkembangan individu, yaitu :
1.

Melalui keterampilan motorik anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh

perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan
boneka, melempar, dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.
2. Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi “helplessness”
(tidak berdaya) pada bulan – bulan pertama dalam kehidupannya ke kondisi yang
“independence” (bebas, tidak bergantung). Anak dapat bergerak dari suatu tempat ke
tempat lainnya, dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang
perkembangan “self confidence” (rasa percaya diri).
3. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan
sekolah (school adjustment). Pada usia pra sekolah (taman kanak – kanak) atau usia kelas
– kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan
berbaris – baris.
4. Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain
atau bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat
anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucil atau menjadi
anak yang “fringer” (terpinggirkan).
5. Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan “selfconcept” atau kepribadian anak.
Kemampuan gerak motorik menjadi jauh lebih halus dan lebih terkoordinasi
daripada sebelumnya selama masa anak. Anak laki-laki lazimnya memiliki kemampuan
yang lebih baik daripada perempuan, karena jumlah sel otot laki-laki lebih banyak
daripada anak perempuan. Anak-anak usia SD lebih mampu mengendalikan tubuhnya
sehingga dapat duduk dan memperhatikan sesuatu secara lebih lama. Namun anak SD
lebih suka melakukan berbagai aktifitas fisik daripada berdiam diri.
Keterampilan keterampilan fundamental seperti membaca, menulis, dan berhitung
telah dikuasai. Anak secara formal berhubungan dengan dunia yang lebih luas dan
kebudayaan. Prestasi menjadi tema yang lebih sentral dari dunia anak dan pengendalian
diri mulai meningkat.
3) Perkembangan Bahasa

Perkembangan bahasa adalah untuk memahami karakteristik pemkembangan bahasa
pada anak, bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang digunakan oleh manusia.
1.
Perkembangan Fonologi
Pada umur 3-4 bulan anak mulai memproduksi bunyi mula-mula ia memproduksi
tangisan. Pada usia 5-6 bulan ia mulai mengoceh,ocehannya itu kadang-kadang mirip
bunyi ujaran. Anak masuk pada periode mengoceh ia membuat bunyi-bunyi yang makin
bertambah variasinya dan makin komsplek kombinasinya
Pada tahap-tahap permulaan dalam perolehan bahasa,biasanya anak-anak memproduksi
perkataan orang dewasa yang di sederhanakan dengan cara sebagai berikut:
a.
Menghilangkan konsonan akhir (nyamuk-mu)
b.
Mengurangi kelompok konsonan menjadi segmen tunggal (kunci-ci)
c.
Menghilangkan silabe yang tidak diberi tekanan (semut-mut)
d.
Duplikasi silabe yang sederhana (nakal-kakal)
2.

Perkembangan Semantik
Dalam proses perolehan bahasa, anak-anak harus belajar mengerti arti dari katakata yang baru, dengan kata lain mengembangkan suatu kamus arti kata. Dalam usahanya
ini, mereka mulai dengan dua asumsi mengenai fungsi dan isi dari suatu bahasa , yaitu
sebagai berikut:
a.
Bahasa dipergunakan untuk komunikasi.
b.
Bahasa mempunyai arti dalam suatu konteks tertentu.

3.
Kemampuan Komunikasi Anak Usia SD
Hasil penelitian Owens (1984:47) menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi anak
usia SD adalah sebagai berikut.
N
O
1

USIA ANAK
6 tahun

8 tahun

a.
b.
c.

Memiliki kosa kata yang dapat di komunikasikan
Mampu menyerap20000-24000 kata
Mampu membuat kalimat meskipun masih dalam bentuk
kalimat pendek
d. Pada tarap tertentu sudah mampu mengucapkan kalimat
lengkap
a. Mampu bercakap-cakap dengan menggunakan kosa kata yang
di milikinya
b.
Mampu mengemukakan ide dan pikirannya meskipun masih
sering verbalisme.

3

10 tahun

4

12 tahun

a.
b.
a.
b.

Mampu berbicara dalam waktu yang relatif lama
Mampu memahami pembicaraan
Mampu menyerap 50.000 kata.
Mampu berbahasa seperti orang dewasa.

2.3 Peran Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar
Faktor penentu bagi perkembangan anak baik fisik maupun mental adalah peran
orang tua, terutama peran seorang ibu, karena ibu adalah pendidik pertama dan utama
bagi anak-anak yang dilahirkan sampai dia dewasa. Dalam proses pembentukan
pengetahuan,melalui berbagai pola asuh yang disampaikan oleh seorang ibu sebagai
pendidik pertama sangatlah penting. Pendidikan dalam keluarga sangat berperan dalam
mengembangkan watak, kepribadian, nilai-nilai budaya, nilai-nilai keagamaan dan moral,
serta keterampilan sederhana. Dalam konteks ini proses sosialisasi dan enkulturasi terjadi
secara berkelanjutan. Hal ini bertujuan untuk membimbing anak agar menjadi manusia
yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, tangguh, mandiri, inovatif, kreatif, beretos
kerja, setia kawan, peduli akan lingkungan, dan lain sebagainya (Desain Pembangunan
Karakter, 2010).
Peran orang tua dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak sangat
penting, salah satunya mengajarkan cara berbahasa dalam pergaulan sehari-hari kepada
anak. Tentunya masih banyak contoh lain yang bisa dikembangkan, yaitu pembiasaanpembiasaan lainnya sesuai lingkungan budaya masing-masing, misal membiasakan
menghargai hasil karya anak walau bagaimanapun bentuknya dan tidak membandingkan
hasil karya anak dengan hasil karya saudara-saudaranya sendiri. Keluarga dapat berperan
sebagai fondasi dasar untuk memulai langkah-langkah pembudayaan karakter melalui
pembiasaan bersikap dan berperilaku sesuai dengan karakter yang diharapkan.
Pembiasaan yang disertai dengan teladan dan diperkuat dengan penanaman nilai.
A. Perkembangan Fungsi dan Peranan Keluarga
Keluarga merupakan institusi sosial yang bersifat universal dan multifungsional.
Fungsi pengawasan, sosial, pendidikan, keagamaan, perlindungan, dan rekreasi
dilakukan oleh keluarga terhadap anggota-anggotanya. Namun sekarang ini
sebagian fungsi – fungsi tersebut sudah mengalami pergeseran, antara lain :


Fungsi pendidikan.
Dahulu keluarga merupakan satu-satunya institusi pendidikan. Fungsi pendidikan
keluarga ini telah mengalami banyak perubahan. Secara informal fungsi
pendidikan keluarga masih tetap penting, namun secara formal fungsi pendidikan
itu telah diambil alih oleh sekolah. Apabila dulu fungsi sekolah terbatas pada
pendi- dikan intelek, maka kecenderungan sekarang pendidikan sekolah
diarahkan kepada anak sebagai seorang pribadi.



Fungsi rekreasi
Dulu keluarga merupakan medan rekreasi bagi anggota- anggotanya. Sekarang
pusat-pusat rekreasi di luar keluarga, seperti gedung bioskop, panggung sirkus,
lapangan olah raga, kebun binatang, taman-taman, nightclub, komunitas
pengguna jasa internet dan lain sebagainya dipandang lebih menarik.



Fungsi Keagamaan
Dulu keluarga merupakan pusat pendidikan upacara ritual dan ibadah agama bagi
para anggotanya di samping peranan yang dilakukan oleh institusi agama. Proses
sekularisasi dalam masyarakat dan merosotnya pengaruh institusi agama
menimbulkan kemunduran fungsi keagamaan keluarga.



Fungsi Perlindungan
Dahulu keluarga berfungsi memberikan perlindungan, baik fisik maupun sosial,
kepada para anggotanya. Sekarang banyak fungsi perlindungan dan perawatan ini
telah diambil alih oleh badan-badan sosial, seperti tempat perawatan bagi anakanak cacat tubuh dan mental, anak yatim piatu, anak- anak nakal, orang-orang
lanjut usia, perusahaan asuransi dan sebagainya.
Menurut Vembriarto (1990) ada tiga macam fungsi yang tetap melekat sebagai ciri
hakiki keluarga, yaitu sebagai berikut.

a) Fungsi biologis
Keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak, fungsi biologis orang tua ialah
melahirkan anak. Fungsi ini merupakan dasar kelangsungan hidup masyarakat.
b) Fungsi afeksi
Dalam keluarga terjadi hubungan sosial yang penuh dengan afeksi-afeksi
kemesraan. Dari hubungan cinta kasih ini lahirlah hubungan persaudaraan,
persahabatan, kebiasaan, identifikasi, persamaan pandangan mengenai nilai-nilai.
Dalam masyarakat yang makin impersonal, sekuler dan asing, pribadi sangat
membutuhkan hubungan afeksi yang secara khusus hanya terdapat dalam
kehidupan keluarga.

c) Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi ini menunjuk peranan keluarga dalam membentuk kepribadian
anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga itu anak mempelajari pola-pola
tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam
proses perkembangan pribadinya.
Pengaruh Keluarga terhadap Perkembangan Anak
Radin (Seifert & Hoffnung, 1991) menjelaskan enam kemungkinan cara yang
dilakukan orangtua dalam mempengaruhi anak, yakni:
1.

Pemodelan Perilaku (modeling of behaviors).

Disengaja atau tidak, orang tua dengan sendirinya akan menjadi model bagi
anaknya. Cara dan gaya orang tua berperilaku akan menjadi sumber objek imitasi
bagi anak. Tidak hanya yang baik – baik saja yang diterima oleh anak, tapi sifat –
sifat yang jeleknya pun akan dilihat pula.
2.

Memberikan ganjaran dan hukuman (giving rewards and punishments).

Orang tua mempengaruhi anaknya dengan cara memberi ganjaran terhadap
perilaku tertentu dan memberi hukuman terhadap perilaku lainnya.
3.

Perintah langsung (direct instruction).

Kadang – kadang orang tua secara sederhana mengatakan kepada anak seperti
berikut: “Jangan malas belajar!”, “Cepat mandi, nanti sekolahnya kesiangan!”.
4.

Menyatakan peraturan-peraturan ( stating rules).

Secara berulang - ulang orang tua menyatakan peraturan – peraturan umum secara
tidak tertulis yang berlaku di rumah.
5.

Nalar ( reasoning).

Pada saat menjengkelkan, orang tua bisa mempertanyakan kapasitas anak untuk
bernalar untuk mempengaruhi anaknya. Contoh, orang tua bisa mengingatkan
anaknya tentang kesenjangan perilaku dengan nilai yang dianut.
6.

Menyediakan fasilitas atau bahan-bahan dan adegan suasana ( providing

materials and settings).

Orang tua dapat mempengaruhi perilaku anak dengan mengontrol fasilitas atau
bahan – bahan dan adegan suasana.
Gaya Pengasuhan Orangtua dan Pengaruhnya terhadap Perkembangan Anak
Gaya pengasuhan orangtua (parenting style)
Tipe
Otoriter

Perilaku Orang tua

Karakteristik anak

Kontrol yang ketat dan sepihak, menuntut

Menarik diri dari pergaulan

ketaatan penuh tanpa memberi kesempatan

serta tidak puas dan tidak

anak untuk berdialog, dominan dalam

percaya dengan orang lain.

mengawasi dan mengendalikan anak, lebih
senang menggunakan hukuman dalam
menerapkan peraturan
Permisif

Otoritatif

Tidak mengontrol, tidak menuntut, tidak

Kurang dalam harga diri,

memberi arahan & bimbingan, memberikan

kendali diri, dan

banyak kebebasan kepada anak, cenderung

kecenderungan untuk

membiarkan anak saat melakukan kesalahan

berekplorasi

Menuntut dengan pemahaman dan bukan

Mandiri, bertanggung jawab

dengan paksaan. Berdialog (memberi dan

secara sosial,memiliki kendali

menerima) secara verbal, mengontrol

diri, eksploratif, percaya diri.

Persoalan Keluarga dan Pengaruhnya terhadap Perkembangan Anak
Permasalahan keluarga :


Orang tua yang bekerja

Adanya tuntutan ekonomi, pergeseran pandangan tentang peran wanita telah
mendorong banyak ibu rumah tangga sekarang turut bekerja mencari nafkah. Hal
tersebut sangat berpengaruh dalam kaitannya dengan kepentingan pendidikan dan
perkembangan anak.

Namun demikian, ibu yang bekerja maupun tidak sebenarnya sama-sama
memiliki potensi untuk memberikan dampak positif dan negatif terhadap
kehidupan keluarga.



Orang tua yang bercerai

Perceraian orang tua dapat merupakan suatu peristiwa yang dapat menimbulkan
shock dan konflik berat serta perubahan drastis bagi anggota keluarganya,
termasuk anak. Selain tekanan ekonomi, persoalan lain yang muncul adalah
tekanan psikologis. Berbagai persoalan yang dialami orang tua, pada akhirnya
terekspresikan di saat berinteraksi dengan anak. Mereka menjadi emosional,
mudah marah dan berperilaku agresif terhadap anak.
2.4 Pengaruh Lingkungan Terhadap Perkembangan Anak
1. Lingkungan Keluarga
Keluarga dikenal sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama.
Predikat ini mengindikasikan betapa esensialnya peran dan pengaruh lingkungan
keluarga dalam pembentukan perilaku dan kepribadian anak.
Pandangan yang sangat menghargai posisi dan peran keluarga sebenarnya bukan
merupakan sesuatu yang istimewah. Pandangan seperti ini sangat logis dan mudah
dipahami karena beberapa alasan berikut ini.
1. Keluarga lazimnya merupakan, pihak yang paling awal memberikan banyak
perlakuan kepada anak. Begitu anak lahir, lazimnya pihak keluargalah yang
langsung menyambut dan memberikan layanan interaktif kepada anak.
2. Sebagian besar waktu anak lazimnya dihabiskan di lingkungan keluarga.
3. Karakteristik hubungan orang tua-anak berbeda dari hubungan anak dengan
pihak-pihak lainnya (guru, teman, dan sebagainya ).
4. Interaksi kehidupan orang tua-anak di rumah bersifat “asli”, seadanya dan
tidak dibuat-buat.
Peran keluarga lebih banyak memberikan pengaruh dukungan, baik dari dalam
penyediaan fasilitas maupun penciptaan suasana belajar yang kondusif.
Sebaliknya, dalam hal pembentukan perilaku, sikap dan kebiasaan, penanaman

nilai, dan perilaku-perilaku sejenisnya, lingkungan keluarga bisa memberikan
pengaruh yang sangat dominan.
Di sini lingkungan keluarga dapat memberikan pengaruh kuat dan sifatnya
langsung berkenaan dengan pengembangan aspek-aspek perilaku seperti itu,
keluarga dapat berfungsi langsung sebagai lingkungan kehidupan nyata untuk
mempraktekkan aspek-aspek perilaku tersebut.

Karena itu tidaklah mengherankan kalau Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional No. 2/1989 menyatakan secara jelas bahwa keluarga merupakan bagian
dari jalur pendidikan luar sekolah yang memberikan keyakinan agama, nilai
budaya, nilai-nilai moral, dan keterampilan.
Selanjutnya, Radin menjelaskan 6 kemungkinan cara yang dilakukan orang tua
dalam mempengaruhi anak, yakni sebagai berikut ini :
1. Permodelan perilaku (modeling of behavior). Baik disengaja atau tidak, orang tua
dengan sendirinya akan menjadi model bagi anaknya. Imitasi bagi anak tidak
hanya yang baik-baik saja yang diterima oleh anak, tetapi sifat-sifat yang
jeleknyapun akan dilihat pula.
2. Memberikan ganjaran dan hukuman (giving rewards and punishments). Orang tua
mempengaruhi anaknya dengan cara memberikan ganjaran terhadap perilakuperilaku yang dilakukan oleh anaknya dan memberikan hukuman terhadap
beberapa perilaku lainnya.
3. Perintah langsung (direct instruction).
4. Menyatakan peraturan-peraturan (stating rules).
5. Nalar (reasoning). Pada saat-saat menjengkelkan, orang tua bias
mempertanyakan kapasitas anak untuk bernalar, dan cara itu digunakan orang tua
untuk mempengaruhi anaknya.
6. Menyediakan fasilitas atau bahan-bahan dan adegan suasana (providing materials
and settings). Orang tua dapat mempengaruhi perilaku anak dengan mengontrol
fasilitas atau bahan-bahan dan adegan suasana.
Perkembangan moral anak akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana lingkungan
keluarganya. Karenaya, keharmonisan keluarga menjadi sesuatu hal mutlak untuk
diwujudkan, misalnya suasana rumah. Ketika keikhlasan, kejujuran dan kerjasama
kerap diperlihatkan oleh masing-masing anggota keluarga dalam hidup mereka
setiap hari, maka hampir bisa dipastikan hal yang sama juga akan dilakukan anak
bersangkutan.

Sebaliknya, anak akan sangat sulit menumbuhkan dan membiasakan berbuat dan
bertingkah laku baik manakala di dalam lingkungan keluarga (sebagai ruang
sosialasi terdekat, baik fisik maupun psikis) selalu diliputi dengan pertikaian,
pertengkaran, ketidakjujuran, kekerasan, baik dalam hubungan sesama anggota
keluarga ataupun dengan lingkungan sekitar rumah.
Demikian pula status sosio – ekonomi. Status sosio-ekonomi, dalam banyak kasus
menjadi sangat dominan pengaruhnya. Ini sekaligus menjadi latar mengapa anakanak tersebut memutuskan terjun ke jalanan. Namun selain faktor tersebut
(ekonomi), masih ada penyebab lain yang juga akan sangat berpengaruh mengapa
anak memutuskan tindakannya itu, yakni peranan lingkungan rumah, khususnya
peranan keluarga terhadap perkembangan nilai-nilai moral anak, dapat disingkat
sebagai berikut :
1. Tingkah laku orang di dalam (orangtua, saudara-saudara atau orang lain yang
tinggal serumah) berlaku sebagai suatu model kelakuan bagi anak melalui
peniruan-peniruan yang dapat diamatinya.
2. Melalui pelarangan-pelarangan terhadap perbuatan-perbuatan tidak baik,
anjuran-anjuran untuk dilakukan terus terhadap perbuatan-perbuatan yang
baik misalnya melalui pujian dan hukuman.
3. Melalui hukuman-hukuman yang diberikan dengan tepat terhadap perbuatanperbuatan yang kurang baik atau kurang wajar diperlihatkan, si anak
menyadari akan kerugian-kerugian atau penderitaan-penderitaan akibat
perbuatan-perbuatannya.
1. Kualitas Hubungan Orang Tua-Anak
Seiring dengan perubahan-perubahan yang dialami anak usia SD, pola dan bentuk
hubungan orang tua-anak mengalami perubahan. Perilaku orang tua lazimnya
semakin memberi kesempatan kepada anak untuk berbuat secara lebih mandiri.
Pada saat anak memasuki SD, berbagai kemampuan dan keterampilan lebih
banyak lagi dikuasai oleh anak. Sekarang anak lazimnya sudah dapat makan,
buang air besar, dan berpakaian sendiri. Selain itu, ia juga mulai menampakkan
minat-minat dan acara kegiatannya sendiri yang kadang-kadang tidak terikat lagi
dengan acara orang tua.
1. Gaya Pengasuhan Orang Tua Dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan
Anak
Gaya pengasuhan orang tua (parenting style) adalah cara-cara orang tua
berinteraksi secara umum dengan anaknya, dalam hal ini banyak macam
kalsifikasi yang dapat dilakukan, salah satunya adalah sebagai berikut : otoriter,
permisif, dan otoritatif.

1. Persoalan-persoalan keluarga dan pengaruhnya terhadap perkembangan
anak.
Dinamika kehidupan yang terus berkembang membawa konsekuensi-konsekuensi
tertentu terhadap kehidupan keluarga. Banyaknya tuntutan kehidupan yang
menerpa keluarga serta bergesernya nilai-nilai dan pandangan tentang fungsi dan
peranan anggota keluarga menyebabkan terjadinya berbagai perubahan mendasar
tentang kehidupan keluarga.

Terlepas dari bentuk dan wujud perubahan-perubahan yang terjadi, pergeseranpergeseran tersebut membuat semakin kompleksnya permasalahan-permasalahan
yang dialami keluarga yang pada gilirannya akan memberikan dampak tertentu
terhadap perkembangan anak. Untuk dapat berkembang secara sehat dan sejalan
dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat, dengan sendirinya anak perlu
melakukan penyesuaian. Permasalahan utama keluarga yang lazim dialaminya,
yakni masalah orang tua yang bekerja dan perceraian.
2. Lingkungan Sekolah
Sekolah telah menjadi bagian dari kehidupan anak-anak. Mereka di sekolah bukan
hanya hadir secara fisik, melainkan mengikuti berbagai kegiatan yang telah
dirancang dan diprogram sedemikian rupa. Karena itu disamping keluarga,
sekolah memiliki peran yang sangat berarti bagi perkembangan anak.
Guru adalah orang-orang yang sudah dididik dan dipersiapkan secara khusus
dalam bidang pendidikan. Mereka menguasai sejumlah pengetahuan dan
keterampilan yang bisa menjadi stimulus bagi perkembangan anak-anak lengkap
dengan penguasaan metodologi pembelajarannya.
Dalam konteks perkembangan anak, hal tersebut merupakan salah satu sisi
keunggulan guru dari pada orang-orang dewasa lain pada umumnya. Karenanya
lazimnya pengalaman interaksi pendidikan dengan guru di sekolah akan lebih
bermakna bagi anak dari pada pengalaman interaksi dengan sembarang orang
dewasa lainnya. Dengan kata lain, interaksi pendidikan di sekolah tidak hanya
berkenaan dengan perkembangan aspek-aspek pribadi lainnya.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa dilihat dari sisi perkembangan anak, sekolah
berfungsi dan bertujuan untuk memfasilitasi proses perkembangan anak, secara
menyeluruh sehingga dapat berkembang secara optimal sesuai dengan harapanharapan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Meskipun tampaknya di
sekolah itu sangat dominan dalam perkembangan aspek intelektual dan kognisi
anak, namun sebenarnya sekolah berfungsi dan berperan dalam mengembangkan

segenap aspek perilaku termasuk perkembangan aspek-aspek sosial moral dan
emosi.
Dijelaskan oleh Bredekamp bahwa sasaran kurikulum sekolah yang tepat itu
adalah :
1. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak dalam semua bidang
perkembangan fisik, sosial, emosi dan intelektual guna membangun suatu
fundasi untuk belajar sepanjang hayat;

2. Mengembangkan harga diri anak, rasa kompoten dan perasaan-perasaan
positif terhadap belajar. Sekolah-sekolah di Indonesia juga tidak terlepas dari
fungsi dan peranannya dalam mengembangkan keimanan dan ketakwaan anak
sehingga mereka menjadi manusia-manusia yang beragama dan beramal
kebajikan.
3. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat tempat anak – anak hidup dan bergaul, dengan orang dewasa yang
juga memiliki peran dan pengaruh tertentu dalam pembentukan kepribadian dan
perilaku anak. Disana mereka bergaul, melihat orang – orang beperilaku dan
menemukan sejumlah aturan dan tuntutan yang seyogjanya dipenuhi oleh yang
bersangkutan.
Perkembangan anak, dari lingkungan keluarga, sekolah, lingkungan masyarakat
dapat mendukung perkembangan anak di keluarga maupun di sekolah, begitupun
sebaliknya.
2.5 Perkembangan Emosi Anak Usia Sekolah Dasar
1) Ciri Khas Penampilan Emosi Anak


Emosi yang kuat

Anak kecil bereaksi dengan intensitas yang sama, baik terhadap situasi yang
remeh maupun yang serius.


Emosi seringkali tampak

Anak-anak seringkali memperlihatkan emosi mereka meningkat dan mereka
menjumpai bahwa ledakan emosional seringkali mengakibatkan hukuman,
mereka belajar untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang membangkitkan
emosi. Kemudian mereka mengekang ledakan emosi mereka dan bereaksi dengan
cara yang lebih dapat diterima.



Emosi bersifat sementara

Peralihan yang cepat pada anak-anak kecil dari tertawa kemudian menangis, atau dari
marah ke tersenyum, atau dari cemburu ke rasa sayang merupakan akibat dari 3
faktor,yakni:
1. Membersihkan sistem emosi yang terpendam dengan ekspresi terus terang;
2. Kekurangsempurnaan pemahaman terhadap situasi karena ketidakmatangan
intelektual dan pengalaman yang terbatas; dan
3. Rentang perhatian yang pendek sehingga perhatian itu mudah dialihkan.
Dengan meningkatnya usia anak, emosi mereka menjadi lebih menetap.


Reaksi mencerminkan individualitas

Semua bayi yang baru lahir pola reaksinya sama. Secara bertahap, dengan adanya
pengaruh faktor belajar dan lingkungan, perilaku yang menyertai berbagai macam
emosi semakin diindividualisasikan. Seorang anak akan berlari keluar dari ruangan
jika mereka ketakutan, sedangkan anak lainnya mungkin akan menangis dan anak
lainnya mungkin akan bersembunyi dibelakang kursi atau dibalik punggung
seseorang.


Emosi berubah kekuatannya

Dengan meningkatnya usia anak, pada usia tertentu emosi yang sangat kuat berkurang
kekuatannya, sedangkan emosi lainnya yang tadinya lemah berubah menjadi kuat.
Variasi ini sebagian lagi oleh perkembangan intelektual, dan sebagian lainnya oleh
perubahan minat.


Emosi dapat diketahui melalui gejala perilaku

Anak-anak mungkin tidak memperhatikan reaksi emosi mereka secara langsung,
tetapi mereka memperlihatkan secara tidak langsung melalui kegelisahan, melamun,
menangis, kesukaran berbicara, dan tingkah yang gugup seperti menggigit kuku dan
menghisap jempol.
2) Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
Sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukkan bahwa perkembangan
emosi mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar (Hurlock,

1960:266) dalam (Perkembangan Peserta Didik (2002:156)). Reaksi emosional yang
tidak muncul pada awal kehidupan tidak berarti tidak ada, reaksi tersebut mengkin
akan muncul di kemudian hari, dengan berfungsinya sistem endokrin. Kematangan
dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi.
Perkembangan kelenjar endokrin penting untuk mematangkan perilaku emosional.
Kegiatan belajar turut menunjang perkembangan emosi. Metode belajar yang
menunjang perkembangan emosi, antara lain:
Belajar dengan coba-coba
Anak belajar secara coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku
yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya, dan menolak perilaku yang
memberikan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan.
Belajar dengan cara meniru
Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, anak-anak
bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang
diamati.
Belajar dengan cara mempersamakan diri (learning by identification)
Anak menirukan reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang
sama dengan rangsangan yang telah membangkitkan emosi yang ditiru. Disini anak
hanya menirukan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat
dengannya.
Belajar Melalui Pengkondisian
Dengan metode ini objek situasi yang pada mulanya gagal memancing reaksi
emosional, kemudian dapat berhasil dengan cara asosiasi. Pengkondisian terjadi
dengan mudah dan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan karena anak kecil kurang
mampu menalar, kurang pengalaman untuk menilai situasi secara kritis, dan kurang
mengenal betapa tidak rasionalnya reaksi mereka.
Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan, terbatas pada
aspek reaksi.
Kepada anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi terangsang.
Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang
biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi

secara emosional terhadap rangsangan-rangsangan yang membangkitkan emosi yang
tidak menyenangkan.

3) Cara yang Umum Menyalurkan Energi Emosional yang Terpendam
a. Kemurungan
Kemurungan adalah keadaan emosi yang diperpanjang karena adanya energi emosi
yang tertahan dan emosi itu dibiarkan tetap menyala. Emosi yang tidak
menyenangkan paling mungkin ditahan, sehingga anak tampak merengut, tidak sehat,
berdiam diri, atau masgul. Mereka menjadi tidak bergairah dan berkerja dengan hasil
dibawah tingkat kemampuan mereka menjadi asik dengan diri dan perasaan mereka
sendiri.
b. Reaksi pengganti
Energi emosional dapat dilepaskan dengan mengganti reaksi emosional yang biasanya
dilakukan dengan reaksi yang lebih dapat diterima secara sosial. Sebagai contoh, jika
anak marah, mereka mungkin mengganti reaksi memukul atau menendang dengan
reaksi mencaci maki, atau mungkin melakukan sesuatu yang bermanfaat atau
konstruktif.
c. Pemindahan
Dalam pemindahan (displacement), reaksi emosional ditunjukkan kepada manusia,
binatang, atau obyek yang tidak ada hubungannya dengan rangsangan. Sebagai
contoh, anak yang marah bukannya memukul dan membentak orang yang telah
menimbulkan kemarahannya, tetapi menyerang korban yang tidak bersalah sebagai
kambing hitam.
d.

Regresi

Salah satu diantara cara umum untuk mengekspresikan emosi yang terhalang pada
masa kanak-kanak ialah dengan regresi yaitu kembali ke bentuk perilaku sebelumnya,

bahkan yang infantile. Sebagai contoh, anak yang cembury mungkin ngompol di
tempat tidur atau menyatakan bahwa mereka masih harus dibantu untuk berpakaian.
e.

Letusan emosi

Di dalam letusan emosi, anak-anak bereaksi dengan hebat terhadap rangsangan yang
remeh. Apabila marah, maka mereka melakukan ledakan kemarahan di luar batas
kewajaran terhadap objek yang telah membuat mereka marah. Karena anak-anak
yang lebih tua mengetahui bahwa mereka dituntut untuk mengembangkan toleransi
terhadap frustasi, letusan emosi mereka saling beralih menjadi rasa tidak mamou, rasa
bersalah, dan malu.
4) Kondisi yang Menunjang Timbulnya Emosionalitas yang Meninggi
a.

Kondisi fisik

Apabila keseimbangan tubuh terganggu karena kelelahan, kesehatan yang buruk, atau
perubahan yang berasal dari perkembangan, maka anak akan mengalami
emosionalitas yang meninggi.
- Kesehatan yang memburuk, yang disebabkan oleh gizi buruk, gangguan
pencernaan, atau penyakit.
- Kondisi yang merangsang, seperti kaligata atau eksim.
- Setiap gangguan yang kronis, seperti asma atau penyakit kencing manis.
- Perubahan kelenjare, terutama pada saat puber. Gangguan kelenjar mungkin juga
disebabkan oleh stress emosional yang kronis, misalnya pada kecemasan yang
mengambang.
b.

Kondisi psikologis

Pengaruh psikologis yang penting antara lain tingkat intelegiensi, tingkat aspirasi, dan
kecemasan.
- Perlengkapan intelektual yang buruk. Anak yang tingkat intelektualnya rendah ratarata mempunyai pengendalian emosi yang kurang dibandingkan dengan anak yang
pandai pada tingkat umur yang sama.
- Kegagalan mancapai tingkat aspirasi. Kegagalan yang berulang-ulang
mengakibatkan timbulnya keadaan cemas, sedikit atau banyak.

- Kecemasan setelah pengalaman emosional tertentu yang sangat kuat. Sebagai
contoh, akibat lanjutan dari pengalaman yang menakutkan akan mengakibatkan
anak takut kepada setiap situasi mengancam.
c.

Kondisi lingkungan

Ketegangan yang terus-menerus, jadwal yang ketat, dan terlalu banyak pengalaman
menggelisahkan yang merangsang anak secara berlebihan.
- Ketegangan yang disebabkan oleh pertengkaran dan perselisihan yang terus
menerus.
- Kekangan yang berlebihan, seperti disiplin yang otoriter.
- Sikap orang tua yang terlalu mencemaskan atau terlalu melindungi.
- Suasana otoriter di sekolah
2.6 Dampak Teknologi Terhadap Perkembangan Anak
1) Definisi dan Pemanfaatan Teknologi Internet
Internet merupakan kepanjangan dari interconnected networking. Istilah
INTERNET berasal dari bahasa Latin inter, yang berarti “antara”. Internet adalah
sebuah dunia maya jaringan komputer (interkoneksi) yang terbentuk dari miliaran
komputer di dunia. Internet merupakan hubungan antar berbagai jenis komputer dan
jaringan di dunia yang berbeda sistem operasi maupun aplikasinya di mana hubungan
tersebut memanfaatkan kemajuan media komunikasi (telepon dan satelit) yang
menggunakan protokol standar dalam berkomunikasi. Internet memungkinkan kita
untuk menghilangkan hambatan jarak dan waktu dalam mendapatkan informasi.
Internet merupakan sebuah jaringan komunikasi dan informasi global.
Pemanfaatan Internet tentu harus di sesuaikan dengan tingkat usia anak. Usia anak
SD rata-rata berkisar antara 7-13 tahun. Dan tingkatan itu semua memiliki cara
penanganan yang berbeda. Berikut tahap pengenalan Internet pada anak sesuai tingkat
usianya.
USIA 4 S/D 7 TAHUN
Anak mulai tertarik untuk melakukan eksplorasi sendiri. Meskipun demikian, peran
orang tua masih sangat penting untuk mendampingi ketika anak menggunakan Internet.
Dalam usia ini, orang tua harus mempertimbangkan untuk memberikan batasan-batasan
situs yang boleh dikunjungi, berdasarkan pengamatan orang tua sebelumnya. Untuk
mempermudah hal tersebut, maka orang tua bisa menyarankan kepada anaknya untuk
menjadikan sebuah direktori atau search engine khusus anakUSIA 7 S/D 10 TAHUN

Dalam masa ini, anak mulai mencari informasi dan kehidupan sosial di luar keluarga
mereka. Inilah saatnya dimana faktor pertemanan dan kelompok bermain memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kehidupan seorang anak. Pada usia ini pulalah anak
mulai meminta kebebasan lebih banyak dari orang tua. Anak memang harus didorong
untuk melakukan eksplorasi sendiri, meskipun tak berarti tanpa adanya partisipasi dari
orang tua. Tempatkan komputer di ruang yang mudah di awasi, semisal di ruangan
keluarga. Ini memungkinkan sang anak untuk bebas melakukan eksplorasi di Internet,
tetapi dia tidak sendirian. Pertimbangkan pula untuk menggunakan software filter,
memasang search engine khusus anak-anak sebagai situs yang boleh dikunjungi
ataupun menggunakan browser yang dirancang khusus bagi anak. Pada masa ini, fokus
orang tua bukanlah pada apa yang dikerjakannya di Internet, tetapi berapa lama dia
menggunakan Internet.
USIA 10 S/D 12 TAHUN
Pada masa pra-remaja ini, anak yang membutuhkan lebih banyak pengalaman dan
kebebasan. Inilah saat yang tepat untuk mengenalkan fungsi Internet untuk membantu
tugas sekolah ataupun menemukan hal-hal yang berkaitan dengan hobi mereka.
Perhatian orang tua tidak hanya pada apa yang mereka lihat di Internet, tetapi juga pada
berapa lama mereka online. Tugas orang tua adalah membantu mengarahkan kebebasan
mereka. Berikanlah batasan berapa lama mereka bisa mengggunakan Internet dan
li