Fajar Hukum Perdata dalam pengatu

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi allah yang telah memberikan rasa cinta dan kasih sayang kedalam
sanubari setiap kehidupan yang tidak akan pernah terkikiskan oleh gejolaknya
zaman sehingga dengan rasa cinta dan kasih sayangnya lah membawa kita kepada
pemikiran-pemikiran yang slalu diridhoinya yang berupa penyusunan makalah ini.
Sholawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada nabi kita nabi besar
Muhammad SAW, karena denga berkat perjuangan beliau kita dapat terangkis dari
alam jahiliya menuju alam kemahiran, sehingga kita dapat menikmati ilmu yang
dengan baik seperti apa yang kita rasakan sekarang ini.
Melihat kemanpuan saya yang kurang, saya yakin dalam makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan , maka dari itu , saya sangat butuh saran dan kritik
yang bersifat membangun yang mampu membawa saya kepada kesempurnaan
makalah ini.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agar kita memahami hukum perdata yang ada yang di indonisia maka kita
harus tau sejarah hukum perdata, Hukum perdata Belanda berasal dari hukum
perdata Perancis (Code Napoleon). Code Napoleon sendiri disusun berdasarkan
hukum Romawi (Corpus Juris Civilis) yang pada waktu itu dianggap sebagai

hukum yang paling sempurna. Hukum Privat yang berlaku di Perancis dimuat
dalam dua kodifikasi (pembukuan suatu lapangan hukum secara sistematis dan
teratur dalam satu buku) yang bernama code civil (hukum perdata) dan code de
commerce (hukum dagang).
Istilah “hukum perdata” pertama kali diperkenalkan oleh Djojodiguno sebagai
terjemahan dari Burgerlijkrecht pada masa penjajahan Jepang. Menurut Subekti,
istilah “hukum perdata” dalam arti yang luas meliputi semua hukum “privat
materiil”, yaitu segala hukum pokok yang mengatur kepentingan-kepentingan
perseorangan. Dalam cakupannya yang luas ini hukum perdata disebut juga
dengan istilah hukum sipil (civilrecht) dan hukum privat (privatrecht). Sedangkan
secara sempit, istilah “hukum perdata” dipakai sebagai lawan dari “hukum
dagang”. Dalam bukunya, Inleiding tot de studie van hetNederlandse recht,
Apeldoorn membagi hukum perdata menjadi dua macam, yaitu “hukum perdata
materiil” yang mengatur kepentingan-kepentingan perdata, dan “hukum perdata
formil” yang mengatur hukum mengenai pertikaian-pertikaian perdata atau
dengan kata lain: cara mempertahankan peraturan-peraturan hukum perdata
materiil dengan pertolongan hakim.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Pembagian hukum perdata ?

2. JelaskanpengertianWvkdisampingBw ?
3. Jelaskan Pembagian Sistematik Hukum Perdata ?

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pembagian Hukum Perdata
Hukum Perdata dapat dibagi menjadi 2 (dua) golongan yaitu :
a. Hukum Perdata Materiel :
Hukum Perdata Materiel adalah keseluruhan ketentuan-ketentuan
yang mengatur hak-hak dan kewajiban-kewajiban seseorang yang timbul
dari adanya hubungan hukum
Contoh :
Tetang Jual Beli : Dalam hal apa yang menjadi hak dan kewajiban yang
timbul didalam perjanjian tersebut kepada Para Pihak, diatur oleh Hukum
Perdata Materiel (Hukum Perikatan)
b. Hukum Perdata Formil
Hukum Perdata Formil ialah keseluruhan ketentuan-ketentuan yang
mengatur cara-cara bagaiman untuk mempertahankan dan menegakkan
hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang timbul dalam Hukum Perdata

Materiel1
Dilihat dari Bentuknya, dapat dibedakan :
1. Hukum Perdata dalam arti luas :
Keseluruhan ketentuan-ketentuan mengenai keperdataan, baik yang
terdapat dalam BW dan yang terdapat dalam WVK, dalam hal ini BW
merupakan ketentuan atau hukum yang bersifatLex Generalis terhadap
WVK. Sedangkan WVK bersifat Lex Spesialis terhadap BW. Artinya
1Kansil, C.S.T,PengantarIlmuHukum Dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: BalaiPustaka, 1989),
hlm. 209,

apabila terjadi pertentangan antara BW dengan WVK tentang suatu
kasus tertentu, maka berlaku azas Lex Spesialis Derograt Lex
Generalis,

jadi

dalam

hal


ini

WVK

dapat

mengalihkan/mengesampingkan BW, artinya yang diberlakukan
adalah ketentuan WVK tersebut.
2. Hukum Perdata dalam arti sempit
Ketentuan-ketentuan mengenai keperdataan yang terdapat dalam
WVK (Kitab Undang-undang Hukum Dagang) atau peraturan
perundang-undangan lainnya tentang keperdataan yang berada diluar
BW (KUHPer).
2. Wvk di sampingBw
VanKoophandel, disingkat W.v.K.) di samping Kitab Undang-undang
Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek, disingkat B.W.) sekarang dianggap tidak
pada tempatnya, karena Hukum Dagang sebenarnya tidaklah lain dari Hukum
Perdata. Perkataan "dagang" bukanlah suatu pengertian hukum,melainkan
suatu pengertian perekonomian. Di berbagai negeri yang modern, misalnya di
Amerika Serikat dan di Swis juga, tidak terdapat suatu Kitab Undang-undang

Hukum Dagangtersendiri di samping pembukuan Hukum Perdata seumumnya.
Oleh karena itu, sekarang terdapat suatu aliran untuk meleburkan Kitab
Undang-undang Hukum Dagang itu ke dalam Kitab Undang-undang Hukum
Perdata.2
Memang, adanya pemisahan Hukum Dagang dari Hukum Perdata
dalamperundang-undangan kita sekarang ini, hanya terbawa oleh sejarah
saja,yaitu karena di dalam hukum Romawi yang merupakan sumber terpenting
dari Hukum Perdata di Eropah Barat belumlah terkenal Hukum Dagang
sebagaimana yang ter-letak dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang kita
sekarang, sebab memang perdagangan internasional juga dapat dikatakan baru

2 Abdulkadir Muhammad, HukumPerdata Indonesia, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2014),
hlm. 13.

mulai berkembang dalam Abad Pertengahan. Hukum Perdata menurut ilmu
hukum sekarang ini, lazim dibagi dalam empat bagian, yaitu :
1. Hukum tentang diri seseorang,
2. Hukum Kekeluargaan,
3. Hukum Kekayaan dan
4. Hukum warisan.

Hukum tentang diri seseorang , memuat peraturan-peraturan tentang
manusia sebagai subyek dalam hukum, peraturan-peraturan perihal kecakapan
untuk memiliki hak-hak dan kecakapan untuk bertindak sendiri melaksanakan
hak-haknya itu serta hal-hal yang mempengaruhi kecakapan-kecakapan itu.
Hukum Keluarga, mengatur perihal hubungan-hubungan hukum yang timbul
dari hubungan kekeluargaan, yaitu : perkawinan beserta hubungan dalam
lapangan hukum kekayaan antara suami dan isteri,hubungan antara orang tua
dan anak, perwalian dan curatele. Hukum Kekayaan, mengatur perihal
hubungan-hubungan hukum yang dapat dinilai dengan uang. Jika kita
mengatakan tentang kekayaan seorang, yang dimaksudkan ialah jumlah segala
hak dan kewajiban orang itu, dinilai dengan uang. Hak-hak dan kewajibankewajiban yang demikian itu, biasanya dapat dipindahkan kepada orang lain.
Hak-hak kekayaan, terbagi lagi atas hak-hak yang berlaku terhadap
tiap orang dan karenanya dinamakan hak mutlak dan hak-hak yang hanya
berlaku terhadap seorang atau suatu fihak yang tertentu saja dan karenanya
dinamakan hak perseorangan. Hak mutlak yang memberikan kekuasaan atas
suatu benda yang dapat terlihat dinamakan hak kebendaan. Hak mutlak yang
tidak memberikan kekuasaan atas suatu benda yang dapat terlihat, misalnya
hak seorang pengarang atas karangannya, hak seoran gatas suatu pendapat

dalam lapangan ilmu pengetahuan atau hak seorang pedagang untuk memakai

sebuah merk, dinamakan hak mutlak saja.3
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang dikodifikasikan di
Indonesia pada tahun 1848 pada intinya mengatur hubungan hukum antara
orang perorangan, baik mengenai kecakapan seseorang dalam lapangan
hukum; mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kebendaan; mengenai
hal-hal yang berhubungan dengan perikatan dan hal-hal yang berhubungan
dengan pembuktian dan lewat waktu atau kadaluarsa.
Sistematika atau isi Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang ada
dan berlaku di Indonesia, ternyata bila dibandingkan dengan Kitab UndangUndang hukum Perdata yang ada dan berlaku di negara lain tidaklah terlalu
jauh berbeda. Hal ini dimungkinkan karena mengacu atau paling tidak
mendapatkan pengaruh yang sama, yaitu dari hukum Romawi (Code Civil).
Hukum Waris, mengatur hal ikhwal tentang benda atau kekayaan seorang
jikalau ia meninggal. Juga dapat dikatakan, Hukum Waris itu mengatur akibatakibat hubungan' keluarga terhadap harta peninggalan seseorang. Berhubung
dengan sifatnya yang setengah-setengah ini, Hukum Waris lazimnya
ditempatkan tersendiri.
3. Pembagian dan Sistematika Hukum Perdata
Sistematika Hukum Perdata di Indonesia dalam KUH Perdata dibagi
dalam 4 buku yaitu:
Buku I, tentang Orang(van persoonen); mengatur tentang hukum
perseorangan dan hukum keluarga, yaitu hukum yang mengatur status serta

hak dan kewajiban yang dimiliki oleh subyek hukum. Antara lain ketentuan
mengenai timbulnya hak keperdataan seseorang, kelahiran, kedewasaan,
perkawinan, keluarga, perceraian dan hilangnya hak keperdataan. Khusus
3 Sri SudewiMasjchoenSofwan, HukumPerdatadanHukum Benda, (Yogyakarta: Liberty), hlm. 5.

untuk bagian perkawinan, sebagian ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan
tidak berlaku dengan di undangkannya UU nomor 1 tahun 1974 tentang
perkawinan.
Buku II, tentang Kebendaan(van zaken); mengatur tentang hukum
benda, yaitu hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki subyek
hukum yang berkaitan dengan benda, antara lain hak-hak kebendaan, waris
dan penjaminan. Yang dimaksud dengan benda meliputi (i) benda berwujud
yang tidak bergerak (misalnya tanah, bangunan dan kapal dengan berat
tertentu); (ii) benda berwujud yang bergerak, yaitu benda berwujud lainnya
selain yang dianggap sebagai benda berwujud tidak bergerak; dan (iii) benda
tidak berwujud (misalnya hak tagih atau piutang). Khusus untuk bagian tanah,
sebagian ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku dengan di
undangkannya UU nomor 5 tahun 1960 tentang agraria. Begitu pula bagian
mengenai penjaminan dengan hipotik, telah dinyatakan tidak berlaku dengan
di undangkannya UU tentang hak tanggungan.

Buku III, tentang Perikatan(van verbintennisen); mengatur tentang
hukum perikatan (atau kadang disebut juga perjanjian (walaupun istilah ini
sesunguhnya mempunyai makna yang berbeda), yaitu hukum yang mengatur
tentang hak dan kewajiban antara subyek hukum di bidang perikatan, antara
lain tentang jenis-jenis perikatan (yang terdiri dari perikatan yang timbul dari
(ditetapkan) undang-undang dan perikatan yang timbul dari adanya
perjanjian), syarat-syarat dan tata cara pembuatan suatu perjanjian. Khusus
untuk bidang perdagangan, Kitab undang-undang hukum dagang (KUHD)
juga dipakai sebagai acuan. Isi KUHD berkaitan erat dengan KUHPer,
khususnya Buku III. Bisa dikatakan KUHD adalah bagian khusus dari
KUHPer.
Buku IV, tentang Daluarsa dan Pembuktian(van bewijs en verjaring);
mengatur hak dan kewajiban subyek hukum (khususnya batas atau tenggat
waktu) dalam mempergunakan hak-haknya dalam hukum perdata dan hal-hal
yang berkaitan dengan pembuktian.

Sistematika Hukum Perdata di Indonesia menurut ilmu pengetahuan di
bagi menjadi 4 bagian:



Hukum Perorangan atau Badan Pribadi (personenrecht):
Memuat peraturan-peraturan hukum yang mengatur tentang seseorang
manusia

sebagai

hukum),tentang

pendukung

umur,kecakapan

hak

dan

untuk

kewajiban
melakukan


(subyek
perbuatan

hukum,tempat tinggal(domisili)dan sebagainya.


Hukum Keluarga (familierecht):
Memuat peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum
yang timbul karena hubungan keluarga / kekeluargaan seperti
perkawinan,perceraian,hubungan

orang

tua

dan

anak,perwalian,curatele,dan sebagainya.


Hukum Harta Kekayaan (vermogenrecht):
Memuat peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum
seseorang

dalam

lapangan

harta

kekayaan

seperti

perjanjian,milik,gadai dan sebagainya.


Hukum Waris(erfrecht):
Memuat peraturan-peraturan hukum yang mengatur tentang benda
atau harta kekayaan seseorang yang telah meninggal dunia,dengan
perkataan lain:hukum yang mengatur peralihan benda dari orang yang
meninggal dunia kepada orang yang masih hidup

BAB III
Kesimpulan

PembagianHukumPerdata
Hukum Perdata dapat dibagi menjadi 2 (dua) golongan yaitu :
a. Hukum Perdata Materiel :
Hukum Perdata Materiel adalah keseluruhan ketentuan-ketentuan yang
mengatur hak-hak dan kewajiban-kewajiban seseorang yang timbul dari
adanya hubungan hukum
Contoh :
Tetang Jual Beli : Dalam hal apa yang menjadi hak dan kewajiban yang
timbul didalam perjanjian tersebut kepada Para Pihak, diatur oleh Hukum
Perdata Materiel (Hukum Perikatan)33
b. Hukum Perdata Formil
Hukum Perdata Formil ialah keseluruhan ketentuan-ketentuan yang
mengatur cara-cara bagaiman untuk mempertahankan dan menegakkan
hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang timbul dalam Hukum Perdata
Materiel
VanKoophandel, disingkat W.v.K.) di samping Kitab Undang-undang
Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek, disingkat B.W.) sekarang dianggap
tidak pada tempatnya, karena Hukum Dagang sebenarnya tidaklah lain
dari Hukum Perdata. Perkataan "dagang" bukanlah suatu pengertian
hukum,melainkan suatu pengertian perekonomian.
Sistematika Hukum Perdata di Indonesia dalam KUH Perdata dibagi
dalam 4 buku yaitu:






Buku I, tentang Orang(van persoonen)
Buku II, tentang Kebendaan(van zaken)
Buku III, tentang Perikatan(van verbintennisen)
Buku IV, tentang Daluarsa dan Pembuktian(van bewijs en verjaring)

DAFTAR PUSTAKA
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta:
BalaiPustaka, 1989
Muhammad, Abdulkadir, HukumPerdata Indonesia, Bandung: PT Citra
Aditya Bakti, 2014
Sofwan, Sri Sudewi Masjchoen, Hukum Perdatadan Hukum Benda,
Yogyakarta: Liberty
Tutik, TitikTriwulan, Hukum Perdata dalam system Hukum Nasional,
Jakarta: Kencana, 2010
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia

,

(Jakarta: Balai Pustaka, 1989).
A. Siti Soetami, Pengantar Tata Hukum Indonesia, (Bandung : PT Refika
Aditama, 2007),
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung : PT Citra
Aditya Bakti, 2014)
Erlis Septiana nurbani, Perbandingan Hukum perdata, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2014)
Sri Sudewei Masjchoen Sofwan, Hukum Perdata dan Hukum Benda,
(Yogyakarta: Liberty),
Salim HS, Hukum Perdata Tertulis, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013),