IMPLEMENTASI KAMPUNG TERTIB LALU LINTAS
1
IMPLEMENTASI KAMPUNG TERTIB LALU LINTAS
GUNA MERUBAH PRILAKU PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR
DALAM RANGKA TERWUJUDNYA KAMSELTIBCAR LANTAS YANG
KONDUSIF
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Lalu lintas merupakan urat nadi kehidupan, lalu lintas diartikan sebagai
sarana vital untuk hidup dan tumbuh serta berkembangnya suatu
masyarakat. Pilar kehidupan masyarakat untuk dapat hidup, tumbuh, dan
berkembang tersebut adalah produktivitas yang dilakukan oleh manusia
melalui aktivitas-aktivitas, mulai dari sejak lahir, tumbuh, berkembang,
bahkan sampai manusia tersebut meninggal yang keseluruhannya
membutuhkan lalu lintas. Oleh karena itu, lalu lintas seharusnya selalu
aman, selamat, lancar dan tertib.
Agar
lalu
lintas
aman,
selamat,
tertib
dan
lancar
diperlukan
penatalaksanaan lalu lintas. Adapun garda terdepan bagi penatalaksanaan
lalu lintas di jalan berada di tangan polisi lalu lintas. Sesuai dengan amanat
Undang-Undang No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia,
tugas dan
peran
Polri
adalah
memelihara
kamtibmas,
menegakkan hukum serta memberikan perlindungan, pengayoman dan
pelayanan kepada masyarakat. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut,
Polri bertugas antara lain menyelenggarakan segala kegiatan dalam
menjamin keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan.
Untuk mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban, kelancaran
lalu lintas (kamseltibcarlantas) harus didukung dengan perilaku manusia
sebagai pengguna jalan yang tentu sudah memiliki kompetensi dan tingkat
disiplin yang memadai. Dalam perspektif kebudayaan, lalu lintas sebagai
cermin budaya bangsa yang memuat nilai-nilai perilaku manusia. Budaya
bangsa mudah dipahami melalui gambaran perilaku ketaatan, kesadaran,
2
kepekaan, kepedulian, dan tanggung jawab masyarakat dalam berlalu lintas
yang tercermin dari situasi lalu lintas yang aman, selamat, tertib, dan lancar.
Kelancaran dan ketertiban dalam berlalu lintas tentu menjadi harapan
bagi semua. Namun, seiring perkembangan waktu, permasalahan lalu lintas
semakin kompleks. Pengetahan dan etika dalam berlalu lintas masih belum
tercermin di wilayah hukum Polresta Jambi, merubah prilaku dalam
masyarakat tidaklah semudah membalikkan telpak tangan, perlu adanya
trobosan kreatif dan diperlukan suatu kesabaran dan kerja keras. Untuk itu
satlantas Polresta Jambi berupaya meng implementasikan program
kampung tertib lalu lintas yang memepunyai suatu harapan perubahan
prilaku pengguna kendaraan bermotor dimulai dari skup lokal atau yang
lebih kecil yaitu lingkup kampung.
Lalu lintas tidak boleh terganggu, sebab akan berdampak pada aktifitas
dan kreatifitas masyarakat. Jika masyarakat sudah kehilangan kreatifitas
dan aktifitas maka dapat dipastikan menjadi ancaman serius dalam upaya
mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Tidak hanya itu, gangguan
terhadap kelancaran lalu lintas seperti kemacetan, juga berdampak pada
kerugian perekonomian nasional.
Polisi lalu lintas sebagai garda terdepan dalam penatalaksanaan lalu
lintas sadar bahwa selain upaya penegakan hukum dalam penanganan lalu
lintas perlu dilakukan langkah-langkah teknis dalam mengurai kemacetan.
Di samping memberikan penyuluhan tertib lalu lintas, Polri melalui Satlantas
Polresta Jambi diharapkan mampu melaksanakan tugasnya di lapangan
secara profesional.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka dalam tulisan ini, penulis
memilih Naskah Karya Perorangan (NKP) dengan judul IMPLEMENTASI
KAMPUNG
TERTIB
PENGGUNA
LALU
KENDARAAN
LINTAS
GUNA MERUBAH
BERMOTOR
DALAM
PRILAKU
RANGKA
TERWUJUDNYA KAMSELTIBCAR LANTAS YANG KONDUSIF.
2. Permasalahan
Dari latar belakang tersebut diatas, maka permasalahan dalam
penulisan NKP
ini adalah “Bagaimana mengimplementasikan kampung
3
tertib lalu lintas guna merubah prilaku pengguna kendaraan bermotor
dalam rangka terwujudnya kamseltibcar lantas yang kondusif?”.
3. Pokok Persoalan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka dapat
diformulasikan beberapa persoalan, sebagai berikut :
a.
Bagaimana kemampuan sumber daya manusia Satlantas
Polresta Jambi dalam mendukung implementasi kampung tertib lalu
lintas guna merubah prilaku pengguna kendaraan bermotor ?
b.
Bagaimana dukungan anggaran yang menunjang Satlantas
Polresta Jambi dalam megimplementasi kampung tertib lalu lintas guna
merubah prilaku pengguna kendaraan bermotor?
c.
Bagaimana sarana prasarana yang mendukung implementasi
kampung tertib lalu lintas guna merubah prilaku pengguna kendaraan
bermotor?
d.
Bagaimana metode yang digunakan Satlantas Polresta Jambi
dalam megimplementasi kampung tertib lalu lintas guna merubah
prilaku pengguna kendaraan bermotor?
4. Ruang Lingkup
Pembahasan NKP ini dibatasi penyelenggaraan implementasi kampung
tertib lalu lintas, melalui kegiatan yang dilakukan oleh Satlantas Polresta
Jambi sebagai implementasi adalah unit dikmas satlantas polresta yang
menjadi leading sektor pelaksanaanya. Yang di beck up personel Satlantas
Polresta Jambi baik anggaran, saran prasarana dan metode yang
diterapkan dalam merubah prilaku pengguna kendaraan bermotor dalam
rangka menciptakan kamseltibcarlantas.
5. Maksud dan Tujuan
a.
Maksud
4
Di samping sebagai salah satu syarat untuk seleksi masuk
pendidikan Sespimmen Polri TA 2015, maka penulisan NKP ini
dimaksudkan untuk memberikan sumbang saran bagi pimpinan
Polresta Jambi dalam upaya megimplementasi kampung tertib lalu
lintas guna merubah prilaku pengguna kendaraan bermotor dalam
rangka terwujudnya kamseltibcar lantas yang kondusif.
b.
Tujuan
Adapun tujuan penulisan NKP ini adalah untuk menganalisis
kondisi sumber daya manusia, dukungan anggaran dan sarpras serta
metode yang diterapkan oleh Satlantas
Polresta Jambi dalam
megimplementasi kampung tertib lalu lintas guna merubah prilaku
pengguna kendaraan bermotor dalam rangka terwujudnya kamseltibcar
lantas yang kondusif.
6. Metode dan Pendekatan
Metode
a.
Metode dalam tulisan ini menggunakan metode deskriptif analisis1
yaitu
dengan
mengangkat
fenomena
permasalahan,
kemudian
dianalisa dengan beberapa teori pendukung agar diperoleh sebuah
analisis yang komprehensif.
b.
Pendekatan
Menggunakan pendekatan kualitatif, dengan menganalisa kondisi
sumber daya organisasi yaitu sumber daya manusia dalam hal ini
personel Satlantas polresta Jambi, anggaran, sarana prasarana dan
metode yang digunakan serta pengalaman penulis bertugas.
7. Tata Urut
Adapun sistematika penulisan Naskah Karya Perorangan (NKP) ini
adalah sebagai berikut :
a.
BabI
: Pendahuluan,
Memaparkan
tentang
latar
belakang,
permasalahan dan persoalan, ruang lingkup penulisan di
1
Rianto Adi, 2004, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta, Granit, hlm. 14
5
satlantas Polresta Jambi, maksud dan tujuan, metode dan
pendekatan, tata urut dan pengertian-pengertian dari katakata yang digunakan oleh penulis dalam rangka untuk
menyamakan persepsi antara penulis dengan pembaca.
b.
Bab II : Landasan Teori, Pada bab ini berisi teori-teori atau
konsep-konsep yang digunakan penulis untuk mengupas
pembahasan paba Bab-Bab berikutnya. Adapun teori-teori
atau atau konsep-konsep yang digunakan adalah teori
manajemen, teori manajemen strategi, teori analisis SWOT,
teori priaku, teori kerjasama, konsep manajemen lalu lintas.
c.
Bab III : Kondisi Saat Ini, Bab ini menguraikan kondisi faktual
kampung tertib lalu lintas guna merubah prilaku pengguna
kendaraan bermotor di wilayah hukum Polresta Jambi,
khususnya terkait dengan kemampuan SDM sat lantas
Polresta Jambi sebagai pengemban pelaksanan kampung
tertib lalu lintas, dukungan anggaran, sarana prasarana
untuk operasionalisasi kampung tertib lalu lintas serta
sistem dan metode yang digunakan dalam program
kampung tertib lalu lintas guna merubah prilaku pengguna
kendaraan
bermotor
dalam
rangka
terwujudnya
kamseltibcarlantas yang kondusif di wilayah hukum
Polresta Jambi.
d.
Bab IV : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, merupakan faktorfaktor yang mempengaruhi pelaksaan kampung tertib lalu
lintas dalam merubah perilaku pengguna kendaraan
bermotor di wilayah hukum Polresta Jambi, yang diuraikan
kedalam faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan
faktor eksternal (peluang dan kendala).
e.
Bab V : Kondisi Yang Diharapkan, merupakan harapan berupa
kondisi
ideal
terhadap prilaku pengguna kendaraan
bermotor melalui program kampung tertib lalu lintas di
wilayah hukum Polresta Jambi, khususnya terkait dengan
kemampuan SDM pelaksan kampung tertib lalu lintas
6
dukungan
anggaran
dan
sarana
prasarana
untuk
operasionalisasi kampung tertib lalu lintas dan angkutan
jalan serta sistem dan metode yang digunakan dalam
penerapan kampung tertib lalu lintas guna merubah
prilaku pengguna kendaraan bermotor di wilayah hukum
Polresta Jambi.
f.
Bab VI : UPAYA PEMECAHAN MASALH, pada bab ini merupakan
langkah nyata dalam mengimplementasikan kampung tertib
lalu lintas dalam merubah prilaku pengguna kendaraan
bermotor di wilayah hukum Polresta Jambi yang akan
diuraikan kedalam visi, misi, tujuan, sasaran, strategi,
kebijakan serta implementasi strategi. Dalam penyusunan
strategi
kami
menggunakan
analisis
TOWS
yang
pelaksanaanya difokuskan untuk mengimplementasikan
kemampuan SDM pengemban kampung tertib lalu lintas,
dukungan
anggaran,
sarana
prasarana
untuk
operasionalisasi kampung tertib lalu lintas serta sistem
dan metode kampung tertib lalulintas dalam merubah
prilaku pengguna kendaraan bermotor di wilayah hukum
Polresta Jambi.
g.
Bab VII : Penutup, bab ini berisi rangkuman dari keseluruhan
penulisan ini yang dirangkum dalam sebuah kesimpulan,
yang kemudian diberikan rekomendasi kepada pimpinan
untuk mampu mewujudkan implementasi kampung tertib
lalu lintas guna merubah prilaku pengguna kendaran
bermotor dalam rangka terwujudnya kamseltibcarlantas
yang kondusif di Kota Jambi.
8. Pengertian - pengertian
a. Implementasi
Defenisi Implementasi menurut Kadir, A dalam bukunya “Perancangan
Sistem Informasi” Andi , Yogyakarta, 2003. “Implementasi adalah
7
kegiatan yang dilakukan untuk menguji data dan menerapkan sistem
yang diperoleh dari kegiatan seleksi”.
Implementasi merupakan salah satu unsur pertahapan dari keseluruhan
pembangunan
sistem
komputerisasi,
dan
unsur
yang
harus
dipertimbangkan dalam pembangunan sistem komputerisasi yaitu
masalah perangkat lunak (software), karena perangkat lunak yang
digunakan haruslah sesuai dengan masalah yang akan diselesaikan,
disamping masalah perangkat keras (hardware) itu sendiri.
Pengertian implementasi seperti yang dikemukakan oleh Pranata Wastra
dan kawan-kawan (1991;256) adalah “Aktivitas atau usaha-usaha yang
dilakukan
untuk
semua
rencana
dari
kebijksanaan
yang
telah
dirumuskan dan ditetapkan, dan dilengkapi segala kebutuhan alat-alat
yang
diperlukan,
siapa
yang
melaksanakan,
dimana
tempat
pelaksanaannya, kapan waktu pelaksanaannya, kapan waktu mulai dan
berakhirnya dan bagaimana cara yang harus dilaksanakan”.
Dari pandangan kedua ahli diatas dapat dikatakan bahwa suatu proses
implementasi kebijaksanaan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut
perilaku badan-badan adminstratif yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan suatu program yang telah ditetapkan serta menimbulkan
ketaatan pada diri kelompok sasaran, melainkan pula menyangkut
jaringan kekuatan-kekuatan poltik, ekonomi, dan social yang secara
langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi segala pihak
yang terlibat, sekalipun dalam hal ini dampak yang diharapkan ataupun
yang tidak diharapakan.
Dari defenisi diatas dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan terdiri
dari tujuan atau sasaran kebijakan, aktivitas, atau kegiatan pencapaian
tujuan, dari hasil kegiatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
implementasi merupakan suatu proses yang dinamis, dimana pelaksana
kebijakan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan, sehingga pada
akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau
sasaran kebijakan itu sendiri. Keberhasilan suatu implementasi kebijakan
dapat diukur atau dilihat dari proses dan pencapaian tujuan hasil akhir
(output), yaitu : tercapai atau tidaknya tujuan-tujuan yang ingin diraih.
8
b. Kampung
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa,
disebut bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Menurut Undang – Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi
Khusus Bagi Provinsi Papua menyebutkan pengertian Kampung atau
disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat
yang diakui dalam sistim Pemerintahan Nasional dan berada di
daerah Kabupaten / Kota. Kampung atau desa, menurut definisi secara
luas, adalah sebuah penempatan manusia di daerah pedesaan.
Biasanya lebih kecil dari dusun.
c. Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya.
Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku
manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang
diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
(Notoatmodjo, 2003).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003),
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini
terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan
kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut
teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.
9
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :
1. Perilaku tertutup (convert behavior), Perilaku tertutup adalah respon
seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup
(convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi
pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati
secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior), Respon seseorang terhadap
stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap
stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang
dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
d. Pengguna kendaran bermotor
Kamseltibcarlantas adalah singkatan dari keamanan, keselamatan,
ketertiban, dan kelancararan lalu lintas. Kamseltibcarlantas merupakan
situasi dan kondisi penggunaan lalu lintas merasa baik dengan atau
tanpa kendaraan; merasa aman karena terbebas dari rasa ketakutan,
tidak adanya ancaman hambatan maupun gangguan kapan saja dan
dimana
saja.
Dengan
demikian
pengguna
lalu
lintas
terjamin
keselamatanya akibat terhindar dari segala marabahaya. Ketertiban ini
dapat dipahami akibat adanya pengaturan dan kesadaran serta
tanggung jawab baik untuk dirinya maupun orang lain. Kelancaran berarti
arus lalu lintas berjalan lancar tanpa ada hambatan tanpa ada gangguan
yang dapat menimbulkan kemacetan.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada Naskah Karya Perorangan (NKP) ini, dengan judul Implementasi
kampung tertib lalu lintas guna merubah prilaku pengguna kendaraan bermotor
dalam rangka terwujudnya kamseltibcar lantas yang kondusif, menggunakan
beberapa teori sebagai pisau analisis, yaitu sebagai berikut.
9. Teori analisis SWOT
Analisis
SWOT
melakukan
digunakan
identifikasi
untuk
berbagai
menganalisis
faktor
secara
situasi,
dengan
sistematis
untuk
merumuskan strategi organisasi. Analisis didasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan (strenght) dan peluang (oportunity), namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan
ancaman (threat). Proses pengambilan keputusan selalu berkaitan dengan
misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan 2. Analisis dalam analisis
SWOT sangat diperlukan oleh Polresta Jambi untuk mengetahui kekuatan
(strength), kelemahan (weaknes), peluang (oportunity) ancaman atau
kendala
(threath)
yang ada
dalam rangka mengoptimalkan peran
pengurai kemacetan, sehingga dapat memperlancar arus lalu lintas agar
terwujud kamseltibcarlantas.
Teori ini digunakan untuk menganalisa faktor internal dan eksternal
(Bab IV)
yang mempengaruhi upaya implementasi peran
Satlantas
Polresta Jambi.
10. Teori Manajemen (Goerge R Terry)
Manajemen merupakan proses merencanakan, mengorganisasikan,
memimpin dan mengendalikan anggota organisasi dan menggunakan
semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Goerge R Terry menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
manajemen adalah proses planning organizing, actuating, dan controlling
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efisien, melalui
kegiatan yang dilakukan oleh orang lain. Untuk mencapai tujuan yang telah
2
Freddy Rangkuti, 2013, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, Jakarta , Gramedia
Pustaka Utama, hlm. 19.
11
ditentukan diperlukan alat/sarana (tools), yang merupakan syarat suatu
usaha untuk mencapai hasil yang
ditetapkan. Tools tersebut dikenal
dengan 6M, yaitu man, money, material, machine, method, dan market.3
Teori ini akan digunakan sebagai pisau analisa dalam membahas
kondisi sumber daya organisasi, baik pada kondisi faktual (Bab III) maupun
pada kondisi ideal (Bab V) yaitu dukungan SDM, anggaran, sarana dan
prasarana
maupun
sistem
/
metode
yang
digunakan
dalam
mengimplementasikan kampung tertib lalu lintas.
11. Teori Manajemen Strategi
Manajemen strategi merupakan proses memformulasikan dan
mengimplementasikan strategi guna pencapaian sasaran
berdasarkan
kondisi lingkungan dan kondisi internal organisasi 4. Dari definisi tersebut,
dipahami bahwa manajemen strategik diorientasikan kepada pencapaian
tujuan jangka panjang.
Secara garis besar, terdapat tiga elemen besar yang membentuk
manajemen strategik yaitu analisa lingkungan, penentapan visi, misi, dan
objective yaitu target yang ingin dicapai dalam jangka waktu tertentu. 5 Teori
ini digunakan sebagai pisau analisa dalam Bab VI yang didalamnya
terdapat proses penentuan visi, misi organisasi, tujuan, sasaran, kebijakan,
strategi serta action plan dalam rangka mengimplementasikan kampung
tertib lalu lintas.
12. Teori Prilaku
Perilaku
adalah
suatu
kegiatan
&
aktifitas
organisme
yang
bersangkutan, baik aktifitas yang dapat diamati atau yang tidak dapat
diamati oleh orang lain.Manusia berperilaku atau beraktifitas karena adanya
kebutuhan untuk mencapai suatu tujuan / goal. Dengan adanya kebutuhan
akan muncul motivasi atau penggerak. Sehingga individu itu akan
beraktifitas untuk mencapai tujuan & mengalami kepuasan. Pada
3
James AF Stoner, Dkk, 2008,Manajemen (edisi bahasa Indonesia) jilid I. Jakarta,
Prenhallindo, hlm. 4
4
Pearce and Robinson, 2011, Manajemen Strategik, jilid I Digital IT Dictionary, Dr Jae K
Shimajrillah dalam sistem operasi, Jakarta, hlm. 11
5
Crown Dirgantoro, 2004,Manajemen Stratejik, Jakarta, PT Grasindo, hlm. 10.
12
umumnya, perilaku dapat ditinjau secara sosial yaitu : pengaruh hubungan
antara organisasi dengan lingkungannya.
Menurut Skinner, perilaku adalah respons atau reaksi seseorang
terhadap stimulus. Teori Skinner disebut teori S-O-R (stimulus-organismerespos). Ada 2 jenis respons menurut teori S-O-R :Respondent respon :
respon yang ditimbulkan oleh stimulus tertentu & menimbulkan respons
yang relatif tetap. Operant respon : respons yang timbul & berkembang
kemudian diikuti oleh stimuli yang lain.
Berdasarkan teori S-O-R, perilaku manusia dibagi 2 kelompok: Perilaku
tertutup, yaitu perilaku yang tidak dapat diamati oleh orang lain. Contoh :
perasaan, persepsi, perhatian. Perilaku terbuka, yaitu perilaku yang dapat
diamati oleh orang lain berupa tindakan atau praktek.
13. Konsep Manajemen Lalu Lintas
Manajemen lalu lintas adalah upaya untuk mengatur pergerakan lalu
lintas supaya memenuhi kriteria keselamatan, kelancaran, efisiensi, dan
murah. Manajemen lalu lintas selanjutnya meliputi kegiatan perencanaan
lalu lintas, pengaturan lalu lintas, pengawasan lalu lintas, dan pengendalian
lalu lintas tanpa melakukan perubahan infrastruktur secara substansial
(mengoptimalkan keadaan yang sudah ada).6
BAB III
6
Lihat, Undang-undang No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
13
KONDISI FAKTUAL
Permasalahan
lalu
lintas
secara
umum
meliputi
keamanan
dan
keselamatan lalu lintas yang sangat kurang, kemacetan lalu lintas dan
pelanggaran lalu lintas serta ketidaktertiban lalu lintas atau kesemrawutan
menjadikan suatu pemandangan yang mencerminkan budaya yang tidak baik
wilayah kota jambi. Persoalan-persoalan lalu lintas tersebut menimbulkan
berbagai kerugian baik kerugian materiil maupun non materiil.
Kondisi tersebut dapat penulis gambarkan bahwa permasalahan lalu lintas
yang terjadi di wilayah hukum polresta jambi masih minim dari yang diharapkan
untuk menuju kamseltibcarlantas yang kondusif. Yaitu dengan data jumlah
pelanggaran pada kurun waktu 2013 berjumlah 7387 dan tahun 2014 berjumlah
10056 hal ini dapat kami simpulkan bahwaa kesadaran berlalu lintas untuk
patuh dan taat terhadap aturan masih minim, data jumlah kecelakan pada tahun
2013 berjumlah 306 , tahun 2014 berjumlah 351 tingginya kecelakan yang
terjadi juga mengakibatkan kondisi lalu lintas tidak berjalan sesuai harapan
yaitu menjadikan keselamatan sebagai kebutuhan no 1. Kesemrawutan yang
disebabkan tingginya jumlah kendaraan yang sesuai data di samasat polda
Jambi tercatat kenaikan 20% setiap tahunnya, jumlah kendaraan saat ini pada
tahun 2014 tercatat berjumlah 124 118 969 tingginya jumlah kendaraan yang
ada tidak diimbangi dengan sarana parasarana termasuk infra struktur jalan, ini
juga menjadi permasalahan terhadap kamseltibcarlantas apabila tidak di
tangani secara serius. Sedangkan pemahaman terhadap peraturan lalu lintas
juga masih di bawah dari yang diharapkan hal ini dapat kita lihat dari data
produksi sim yang sampai saat ini pada tahun 2014 berjumlah 20762 buah,
dibandingkan antara jumlah kendaraan dan yang memiliki sim msih sangat
terpaut jauh sekali, sehinngga dapat kami simpulkan bahwa pemahaman bagi
pengguna jalan dalam hal ini penggendara kendaraan bermotor kurang
memahami aturan dan tata cara berkendaraan yang baik.
Namun sesungguhnya Usaha dalam rangka mewujudkan keselamatan
jalan raya merupakan tanggung jawab bersama antara masyarakat dan
pemerintah. Pemerintah bertanggung jawab terhadap penanganan jalan raya
baik, pengadaan dan pemeliharaan infrastruktur, sarana dan prasarana jalan,
14
maupun pengaturan dan penegakan hukumnya (sesuai Undang-undang No 22
tahun 2009). Hal ini bertujuan agar situasi Kamtibcarsel Lantas di jalan raya
dapat tetap terjaga dan terpelihara dengan baik dan mencapai sasaran yang
diharapkan. Namun partisipasi aktif dari masyarakat sebagai pemakai jalan juga
dibutuhkan dengan menampilkan etika, sopan santun dan kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Polresta jambi dengan satuan
lalu lintasnya juga di harapkan secara kontinyuitas turut andil dalam
mengemban tanggung jawab pemerintah dalam menciptakan keamanan,
ketertiban, kelancaran dan keselamatan masyarakat dalam berlalu lintas,
khususnya di wilayah kota jambi. Mewujudkan keamanan, ketertiban,
kelancaran dan keselamatan berlalu lintas juga dipengaruhi oleh faktor individu
setiap pemakai jalan. Kecerdasan Intelektual individu atau kemampuan
memotivasi diri guna menumbuhkan kesadaran dalam dirinya untuk beretika
dalam berlalu lintas dengan benar sangat dibutuhkan untuk mewujudkan hal
tersebut
Melihat fenomena atau kondisi di atas di perlukan trobosan kreatif dalam
mengantisipasi dan merubah prilaku penggendara kedaraan bermotor dalam
rangka terciptanya kamseltibcarlantas yang kondusif di wilayah hukum Polresta
Jambi. Kamseltibcarlantas dapat terwujut tidak terlepas dari pengguna jalan itu
sendiri, perubahan mind set dan cultur set sangat menjadi kunci keberhasilan.
Budaya berlalu lintas harus dimlai dari lingkup yang terkecil yaitu dimulai dari
mulai kampung, apabila dari lingkup yang kecil sudah dapat tertib maka di
lingkup yang lebih besar yaitu lingkup jalan kabupaten dan jalan propinsi maka
akan tertib juga. Untuk mengetahui kondisi saat ini terkait implementasi
kampung tertib lalu lintas guna merubah prilaku pengguna kendaraan bermotor
dalam rangka terwujudnya kamseltibcarlantas yang kondusif di wilayah hukum
Polresta jambi, kami jabarkan sebagai berikut :
14. Kondisi Kemampuan Sumber Daya Masarakat dan Personil Satlantas
Polresta Jambi
Kesadaran berlalu lintas masyarakat Kota Jambi hingga saat ini masih
tergolong rendah. Hal itu ditandai dengan masih tingginya angka kecelakaan
lalu lintas yang dari tahun ketahun selalu mengalami peningkatan. Seperti yang
kita ketahui bersama bahwa budaya dan kepribadian bangsa, bisa dilihat dari
15
lalu-lintasnya. Tingkat disiplin masyarakat yang rendah bisa diketahui dari
perilaku di jalan raya.
Saat ini pengguna jalan di kota jambi sudah masuk dalam kategori ironis.
Banyak orang dengan gampang dan tidak punya rasa malu melanggar
peraturan. Lebih menyedihkan lagi, menerobos lampu merah yang berbahaya
bagi keselamatan pribadi dan orang lain, tidak memakai helm atau menelepon
sambil mengemudi. Dari perilaku pengendara kendaraan bermotor yang kerap
ugal - ugalan, tidak mengenakan atribut keamanan saat berkendara seperti
memakai helm, sabuk pengaman, mengunakan ponsel, tidak membawa
kelengkapan surat-surat kendaraan bermotor, belum mempunyai SIM dan lain
sebagainya yang kadang diabaikan oleh pengendara kendaraan bermotor.
Padahal, dari perilaku tersebut akan menyebabkan hal yang fatal yakni
kecelakaan lalu lintas.
Kemudian di sisi lain jika kita melihat dari sudut pandang Sumber daya
personel satlantas Polresta secara kuantitas, sebagaimana Tabel 1, kekuatan
personel Satuan Lalu Lintas Polresta Jambi saat ini masih kurang yaitu hanya
sebanyak 114 personel apabila dibandingkan dengan DSP yang seharusnya
berjumlah 73 personel dan 2 PNS, ini pun baru sebagai pelaksana tugas rutin.
Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap beban tugas personel Satuan
Lantas Polresta Jambi yang akan semakin berat karena adanya program
kampung tertib lalu lintas, walaupun pengembannya adalah unit dikmas
satlantas Polresta. Sebagai pembina fungsi dan membeck up unit lantas lain
jika diperlukan personil khusus yang mengemban tugas pelaksana program
kampung tertib lalu lintas.
Tabel 1
Data Jumlah Personel Satlantas Polresta Jambi Tahun 2014
16
NO.
PANGKAT
RIIL
DSP
1.
PAMEN
1
1
2.
PAMA
5
15
3.
BINTARA
103
129
4.
PNS
3
2
112
147
JUMLAH
Sumber : Satlantas Polresta Jambi Tahun 2014
Dari 112 personel tersebut, sudah habis digunakan untuk tugas rutin sesuai
unit masing-masing. Sedangkan secara kualitas, kemampuan personel
Satlantas Polresta Jambi untuk mengimplementasikan program kampung tertib
lalu lintas dirasakan sampai saat ini masih minim, hal ini dapat dilihat dari data
kejuruan yang dimiliki personil sebagai berikut:
Tabel 2
Data Jumlah Personel Satlantas Polresta Jambi Tahun 2014 Yang
sudah mengikuti kejuruan Fungsi Lalu lintas
NO.
PANGKAT
JUMLAH
PERS
SERIFIKASI
KEJURUAN
1.
PAMEN
1
-
2.
PAMA
5
3
3.
BINTARA
103
13
4.
PNS
3
-
112
26
JUMLAH
Sumber : Satlantas Polresta Jambi Tahun 2014
a. Belum semuanya personel Satlantas Polresta Jambi pernah mengikuti
pendidikan dan kejuruan di bidang manajamen lalu lintas sehingga tidak
semua mengetahui teori-teori dasar manajemen lalu lintas.
b. Personel Satlantas Polresta Jambi belum mahir dan terampil dalam
pemolisian masyarakat secara all out di luar tugas rutin. Belum terampil
mencari dan mengumpulkan bahan keterangan dari berbagai sumber
sehingga dapat diolah menjadi informasi yang berguna bagi Kapolresta
Jambi untuk koordinasi kebijakan dengan pemerintah daerah dan
instansi lain yang akan mendorong
kendaraan bermotor.
perubahan prilaku pengguna
17
c. Personel
Satlantas Polresta Jambi belum mahir dan terampil dalam
melakukan komunikasi dan koordinasi melalui pengemban polmas yaitu
memberdayakan
peran
serta
masyarakat
dalam
menciptakan
kamseltibcarlantas. Belum terampil dalam melakukan upaya, langkah,
dan tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk koordinasi dan tindak
lanjut penanganan permasalahan lalu lintas yang semakin kompleks
agar tercipta kamseltibcarlantas yang kondusif.
d. Personel Satlantas Polresta Jambi belum mahir dan terampil dalam
menjalin kemitraan melalui sinergi polisional
dengan masyarakat,
instansi terkait dan stake holder lainnya yang dianggap dapat membantu
tugas-tugas kepolisian dalam mengatasi permasalahan lalu lintas yaitu
merubah
prilaku
pengguna
kendaran
bermotor
dalam
rangka
menciptakan kondisi kamseltibcarlantas yang kondusif secara terpadu.
15. Kondisi Dukungan Anggaran Satlantas Polresta Jambi dan instansi
terkait
Program Kampung Tertib lalu lintas
sebagai program unggulan dari
Satlantas Polresta jambi, yang sebenarnya adalah program milik bersama,
yang tujuannya untuk meningkatkan etika berkendara dijalan untuk mengurangi
pelanggaran, kemacetan dan kecelakaan di jalan. Metode yang di gunakan
adalah dengan sejak dini memberikan rangsangan dan stimulus tentang tertib
berlalulintas saja yang di tingkat desa atau kelurahan setempat.
Namun kendala dari program ini adalah pada anggaran operasional yang
belum didukung dari instansi dan stake holder setempat kususnya Pemda
masih tergolong minim bahkan bisa di kategorikan belum ada, karena saat ini
yang masih dialokasikan oleh pihak Kepolisian secara tunggal meskipun itupun
sangat minim.
Disisi lain anggaran yang menunjang pada Satlantas Polresta Jambi dalam
melaksanakan program kampung tertib lalu lintas, sampai saat ini belum
disiapkan anggaran khusus, yaitu anggaran untuk pembinaan masyarakat yaitu
program kampung tertib lalu lintas. Kalaupun anggaran yang digunakan masih
menggunakan anggaran satlantas unit dikmas lantas dan duk ops Kapolresta
Jambi melalui pengajuan dari Kasat lantas. Hal ini disebabkan karena anggaran
yang digunakan adalah anggaran untuk kegiatan yang sudah dimasukan dalam
18
DIPA belum ada anggaran khusus untuk kegiatan program kampung tertib lalu
lintas (tidak tercover dalam lima item program/ kegiatan, yang dapat dilihat dari
Tabel 3.
Tabel 3
Data Anggaran Satlantas Polresta Jambi
Dalam DIPA Periode 2014
PROGRAM PENGEMBANGAN
STRATEGI KEAMANAN DAN KETERTIBAN
PAGU TA.
2014
HONOR YANG TERKAIT DENGAN
OPERASIONAL SATUAN KERJA
178.740.000
MENYELENGGARAKAN TURJAWALI
LANTAS
146.000.000
HARWAT R2 DAN R4
209.636.000
DIKMAS LANTAS
40,493,000
KET
PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN LAKA
174.309.000
LANTAS
JUMLAH
771.617.000
Sumber : Satlantas Polresta Jambi Tahun 2014
16. Kondisi Dukungan Sarana dan Prasarana
Instansi terkait dan
Satlantas Polresta Jambi
Sarana dan prasarana untuk terwujudnya kampung tertib lalu lintas yang
menjadi bagian terpenting yang harus diadakan keberadaannya. Saat ini
dukungan sarana dan prasarana dari seluruh stake holder terkait di rasa masih
kurang dan tidak optimal. Jika kita menelisik kedalam salah satu kampung yang
ada di kota jambi maka kita akan melihat sarana dan prasarana yang minim
seperti, papan petunjuk rambu lalulintas di pintu masuk, tidak adanya papan
informasi arah tujuan, rambu arahan petunjuk yang terbatas dan lain-lain.
Kualitas kesadaran berlalulintas di sebuah kampung,desa atau kota juga
dapat dilihat dari lengkapnya sarana prasarana berlalu lintas yang dimiliki
kampung, desa dan kota tersebut. Apabila sarana prasarana memadai maka
outputnya juga akan bagus. Diharapkan
dengan adanya sarana prasarana
berlalulintas di kampung tersebut akan merangsang masarakat sekitar untuk
19
tertib berkendara dijalan. sedangkan kampung yang belum memiliki fasilitas itu,
mereka memiliki kemampuan dan kesadaran yang kurang bahkan ada juga
yang sama sekali tidak pernah mengenal rambu lalu lintas.
Demikian juga untuk sarana dan prasarana yang disediakan bagi
pelaksanaan tugas sampai saat ini masih minim. Pelaksanaan tugas Polresta
Jambi selain memerlukan alat komunikasi dan informasi yang cukup memadai
untuk kelancaran komunikasi, dibutuhkan juga kendaraan bermotor untuk
mobilitas personel yang sangat tinggi. Saat ini sarana dan prasarana yang
dimiliki oleh Satlantas Polresta Jambi adalah sebagaimana Tabel 4 berikut.
Tabel 4
Data Dukungan Sarana dan Prasarana Polresta Jambi Tahun 2014
JENIS
HT
R2
R4
JUMLAH
KONDISI
10 BUAH
BAIK
28UNIT
BAIK
4 UNIT
BAIK
Sumber : Satlantas Polresta Jambi Tahun 2014
Dari data diatas dapat dilihat bahwa dukungan sarana dan prasarana sudah
ada namun belum cukup memadai terutama dukungan kendaraan bermotor
guna mendukung mobilitas, data sarana dan prasarana yang ada sudah
digunakan untuk kegiatan rutin sat lantas Polresta Jambi. Sedangkan untuk
menunjang program kegiatan kampung tertib lalu lintas belum ada, untuk itu
perlunya sarana dan prasarana baik itu pengadaan atau pengajuan kepada
pimpinan
Polresta
ataupun
sara
prasarana
yang
dibutuhkan
untuk
kelengakapan di lokasi kampung tertib lali lintas, yaitu berupa rambu-rambu,
traficcon, marka jalan dan lain-lain. Perlunya ada kordinasi dengan dinas
perhubunga sebagai instansi terkait yang bertanggung jawab sebagai penyedia
kelengkapan saran adan preasarana jalan. Untuk mengimplementasikan
program kampung tertib lalu lintas saat ini sarana dan prasarana yang
digunakan menggunakan saran milik pribadi yang tidak ditunjang dengan biaya
penggantian untuk operasionalnya.
17. Kondisi Sistem dan Metode yang Digunakan Satlantas Polresta Jambi
20
Adapun metode yang diterapkan
Satlantas Polresta Jambi
dalam
mengimplementasikan program kampung tertib lalu lintas, sampai saat ini
hanya sebatas wacana belum di realisasikan hal ini dapat dilihat sebagai
berikut :
a. Pola perencanan yang dilakukan Satlantas Polresta Jambi masih bersifat
pasif dan formalitas. Perencanaan yang dilakukan hanya sebatas anganangan
serta
tidak
menyentuh
substansial
program
yang
akan
dilaksanakan.
b. Kontinuitas dan intensitas program kampung tertib lalu lintas, belum rutin
dan terjadwal dengan baik dalam upaya berkoordinasi dengan warga
ataupun pelaksana polsi kampung yang akan dibina untuk menjadi polisi
kampung tertib lalu lintas.
c. Pola jalinan kemitraan melalui sinergi polisional
dengan masyarakat,
instansi terkait dan stake holder yang dilakukan baru sebatas pemberian
informasi program, kemitraan belum sampai kepada kerjasama,
koordinasi, dan kolaborasi yang sinergi guna merubah prilaku pengguna
kedaraan bermotor dalam rangka menciptakan kamseltibcarlantas yang
kondusif.
18. Implikasi
Implikasi dari belum terlaksanaya program kampung tertib lalu lintas
guna merubah prilaku pengguna kendaraan bermotor dalam rangka
terciptanya kamseltibcarlantas yang kondusif, diantaranya :
a. Tidak tertanganinya program kampung tertib lalu lintas secara efektif,
efisien dan terpadu dalam upaya merubah prilaku pengguna kendaraan
bermotor.
b. Dengan belum terlaksananya program kampung tertib lalu lintas secara
efektif, efisien dan terpadu maka prosentase permasalahan lalu lintas
yang meliputi kemacetan, kecelakaan semakin bertambah sehingga
semakin banyak warga masyarakat yang alami ketidaklancaran dalam
berkendaraan di jalan.
c. Apabila kelancaran lalu lintas terhambat maka akan berkontribusi atas
terganggunya
kamseltibcarlantas
perekonomian kota Jambi.
sehingga
menghambat
juga
21
BAB IV
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Dalam mengidentifikasi dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi
dilakukan melalui analisis SWOT kinerja organisasi yang ditentukan oleh
kombinasi faktor internal dan faktor eksternal. Analisis SWOT membandingkan
antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan
faktor internal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses).
19. Faktor Internal
a.
Kekuatan
1) Kemampuan
beberapa
personel
yang
mumpuni
dalam
berkomunikasi dan menjalin hubungan baik dengan peragkat desa
22
yang akan dijadikan obyek dalam pelaksanaan kampng tertib
berlalu lintas.
2) Pengalaman beberapa personel
yang sudah sering menangani
berbagai masalah lalu lintas yaitu kemcetan, kecelakaan dan
berpengalaman dalam berinteraksi dengan warga.
3) Kelengkapan data dan informasi yang dimiliki terkait titik-titik rawan
kemacetan, titik rawan kecelakaan merupakan langkah dasar
dalam mengatasi permasalahan lalu lintas.
4)
Komitmen
Kapolresta
Jambi
dalam
mewujudkan
kamseltibcarlantas memelui pemberdayaan masyarakan yang
merupakan program grand strategi polri.
5) Anev kinerja yang dilakukan Polresta Jambi secara rutin untuk
mengetahui sejauh mana pelaksanaan tugas yang telah dilakukan,
termasuk anev tenteng kemitraan, hibungan kemasyarakatan
dalam mengatasi permasalahan lalu lintas.
b. Kelemahan
1)
Masih ada personel
yang belum mengikuti
pendidikan dan kejuruan sehingga belum mengetahui teori-teori
dasar manajemen lalu lintas.
2)
Minimnya dukungan anggaran serta sarana
prasarana untuk melaksanakan tugas satlantas, belum lagi
dukungan untuk kegiatan khusus untuk kampung tertib lalu lintas.
3)
Sikap kurang percaya diri dari personel dalam
berkomunikasi dan berkoordinasi dengan instansi terkait maupun
tokoh-tokoh masyarakat.
4)
Pola, bentuk kemitraan yang dilakukan melaluii
sinergi polisional dengan masyarakat, instansi terkait dan stake
holder belum menyentuh substansi, masih sebatas pada pertukaran
informasi tentang permasalahan lalu lintas yang terjadi.
5)
Fungsi kontrol dan pengawasan masih lemah,
sehingga berpotensi terjadi penyimpangan oleh personel, dalam hal
23
ini peran pengawas dan pengawasan melekat belum berjalan
efektif.
20. Faktor Eksternal
a. Peluang
1)
Dukungan dan harapan masyarakat yang kuat terhadap
Polri agar situasi kamselticarlantas kondusif.
2)
Dukungan yang kuat dari pihak eksternal agar Polri dapat
mengambil kebijakan untuk menangani permasalahan lalu lintas di
wilayah hukum Polresta Jambi.
3)
Adanya pemberdayaan organisasi kemasyarakatan bagi
pengemban fungsi lalu lintas yang merupakan masyarakat pecinta
tertib lalu lintas dari berbagai kalangan, dari Patroli Keamanan
Sekolah (PKS), Dishub, Sat Pol PP, Pokdar Kamtibmas, Security,
Ojek Mitra Polisi dan polisi kampung tertib lalu lintas .
4)
Keberadaan mitra-mitra polantas seperti PKS, Satpam, dan
komunitas
yg
lain
memberi
kontribusi
dalam
menciptakan
kamseltibcarlantas di lingkungan kerja, sekolah, dan lingkungan
umum dan menjadi pelopor tertib berlalu lintas sebagai pendorong
terbentuknya kampung tertib lalu lintas
.
b. Kendala
1) Belum maksimalnya dukungan Pemerintah Daerah terhadap
penanganan permasalahan lalu lintas, khususnya terkait dukungan
sumber daya organisasi (anggaran).
2) Masih rendahnya
pengemban fungsi
tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
lalu lintas sehingga menghambat upaya
kemitraan dengan masyarakat yang dilakukan oleh
Satlantas
Polresta Jambi.
3) Kesadaran hukum dan etika disiplin berlalu lintas masyarakat yang
rendah.
24
4) Dorongan pemerintah daerah untuk meng instruksikan kepada
warga untuk melaksanakan kampung tertib lalu lintas belum
terlaksana dengan serentak.
BAB V
KONDISI IDEAL
Kondisi ideal merupakan suatu kondisi yang diharapkan dalam mendukung
implementasi kampung tertib lalu lintas guna merubah prilaku pengguna
kendaraan bermotor dalam rangka terwujudnya kamseltibcarlantas yang
kondusif.
Adapun untuk mengatasasi permasalahan lalu lintas yaitu kecelakaan dan
kemacetan arus lalu lintas dan permasalahan lalu lintas lainnya setidaknya ada
konsep yang dapat diajukan yaitu Konsep “Kampung Tertib Lalu Lintas”.
Masalahnya: fenomena yang terjadi adalah adanya praktik perilaku melanggar
25
dan semerawut dalam berkendara serta tingginya kecelakaan lalu lintas adalah
cerminan budaya yang ada di kota Jambi tentunya permasalahan tersebut di
pengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang menjadi dominan untuk
terbentuknya suatu masyarakat yang patuh dan taat hukum yaitu tentang mine
set dan culturset. Perubahan tersebut harus dimulai dari lingkup yang paling
kecil terlebih dahulu yaitu dalam lingkup kampung. Untuk itu dalam tulisan ini,
dalam menciptakan suatu kemanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran
lalu lintas diperlukan adanya perubahan prilaku bagi pengguna kendaraan
bermotor yang dimulai dari skup lokal yaitu kampung atau desa.
perilaku yang terjadi sejak di sekup lokal, kampung atau desa ini lah yang
menjadi Konsep tawaran atau ide kami dalam tulisan naskap ini dimana yang
sebagai leading sektor pelaksanaanya adalah Unit Dikmas Satlantas Polresta
di Kota Jambi agar membangun “Kampung Tertib Lalu Lintas”. Perubahan
prilaku pengguna kendaraan bermotor sangat di perlukan untuk menciptakan
situasi kamseltibcarlantas di jalan. Etika berlalu lintas, disiplin berlalu lintas,
patuh dan taat terhadap aturan lalu lintas yang ada, ini menjadi tujuan dari
terwujudnya kampung tertib lalu lintas ini.
Kampung tertib lalu lintas ini adalah sebuah program unggulan yang akan
di jadian roel model atau desain dalam perubahan prilaku. Sanksi hukum yang
diterapkan di kampung tertib lalu litas ini adalah pendekatan moral dan hukum
adat setempat. Satlantas polresta jambi adalah sebagai pemrakarsa,
sedangkan pelaksanaannya adalah dri warga masyarakat yang mempunyai
kepedulian terhadap pentingnya tertib dalam berlalu lintas.
Langkah awal yang dilakukan yaitu pembentukan polisi kamapung tertib
lalu lintas dengan kegiatan pelatihan, sosialisasi, penyediaan saran prasarana
baik rambu-rambu, marka jalan dan lain sebagainya. Polisi kampung tertib lalu
lontas ini terdiri dari warga pilihan yang mempunyai kepedukian terhadap
kamseltibcarlantas.
Langkah kedua yaitu sosialisasi dilakukan oleh anggota satlantas yang di
tunjuk atau dari Dikmas Lantas polresta kepada warga kampung yang aka di
bentuk kampung percontohan sebagai kampung tertib lalu lintas. Sosialisasi
dilakukan dengan harapan bahwa semua warga mengetahui pentingnya arti
ketertiban lalu lintas dan dapan sebagai kontrol terhadap keluarga mereka
masing-masing untuk menjaga agar tetap tertip dalam berkendaraaan.
26
Langkah ketiga yaitu penerapan program kampung tertib lalu lintas,
siapapun yang melintas di wilayah kampung tertib lalu lintas harus sesuai
dengan ketentuan dalam berlalu lintas, kedisiplinan dalam berlalu lintas sudah
mulai diterapkan dari kampung tertib lalu lintas ini. Petugas polisi kampung
tertib
lalu
lintas
yang
sudah
dilakukan
pelatihan
dan
pembelajaran
penegetahuan lalu lintas sudah mulai melakukan tindakan yaitu penegoran
yang sebagai sanksi moral terhadap pengguna jalan yang tidak tertib.
Harapannya dengan pola ini adalah apabila dalam lingkup terkecil yaitu di
kampung sudah dapat tertib maka untuk di lingkup yang lebih besar lagi yaitu
masuk jalan kabupaten dan jalan propinsi sudah barang tentu akan tertib pula.
Apabila kedisiplinan, ketrtiban dalam berlalu lintas dapat terwujud harapannya
yaitu kamseltibcarlantas yang kondusif tercipta pula.
Guna menciptakan kamseltibcarlantas yang kondusif, kampung tertib lalu
lintas ini merupakan program pemberdayaan potensi masyarakan dalam
menciptakan
situasi
harkamtibmas.
Kondisi
tersebut
menuntut
upaya
peningkatan tugas didasarkan pada terciptanya sinergitas dan koordinasi yang
semakin harmonis di antara personel sat lantas Polresta Jambi denga
masyarakat setempat.
Untuk meningkatkan fungsi dan tugas dari kampung tertib lalu lintas
diantaranya adalah meningkatkan program kegiatan sambang dan ikut
pengawasan secara optimal melalui kerjasama yang sinergis, disamping
meningkatkan kualitas sumber daya organisasi. Guna implementasi program
kampun tertib lalu lintas ini terwujud tentunya didukung oleh kemampuan
sumber daya manusia (SDM), dukungan anggaran, sarana dan prasarana yang
memadai serta sistem dan metode dalam meng implementasikan kampung
tertib lalu lintas guna merubah prilaku pengguna kendaraan bermotor dalam
rangka terciptanya kamseltibcarlantas yang kondusif. Kondisi ideal terkait
pelaksanaan tugas kampung tertib lalu lintas guna merubah prilaku pengguna
kendaraan bermotor dalam rangka terciptanya kamseltibcarlantas yang
kondusif., kami jabarkan sebagai berikut :
21. Kondisi Kemampuan Sumber Daya Manusia Satlantas Polresta Jambi
Secara
kuantitas
kekuatan
personel
Satlantas
Polresta
Jambi
diharapkan sudah sesuai dengan DSP yaitu berjumlah 73 personel dan 30
27
personel. Sedangkan secara kualitas, kemampuan personel
Satlantas
Polresta Jambi dalam melaksanakan program kampung tertib lalu lintas
dapat terlaksana, hal ini dapat dilihat dari :
a. Diharapkan semua personel
pelaksana program kampung tertib lalu
lintas sudah mengikuti pendidikan dan kejuruan di bidang lalu lintas,
sehingga dapat mengetahui teori-teori dasar manajemen lalu lintas.
b. Personel Satlantas Polresta Jambi sudah mahir dan terampil dalam
berkomunikasi dan kolaborasi dengan masyarakat dan instansi terkait.
Sudah terampil mencari dan mengumpulkan bahan keterangan dari
berbagai sumber sehingga dapat diolah menjadi informasi yang berguna
bagi Kapolresta Jambi untuk koordinasi kebijakan lain yang akan
mendorong pengurangan permasalahan lalu lintas yang terjadi.
c. Personel Satlantas Polresta Jambi sudah mahir dan terampil dalam
menjalin kemitraan melalui sinergi polisional
dengan masyarakat,
instansi terkait dan stake holder lainnya yang dianggap dapat membantu
tugas-tugas kepolisian dalam program kampung tertib lalu lintas.
22. Konsidisi Dukungan Anggaran yang Menunjang
Jambi
Anggaran yang menunjang
Satlantas Polresta
dalam melaksanakan program kampung
tertib lalu lintas, diharapkan sudah dapat tersedia. Hal ini disebabkan karena
anggaran yang digunakan adalah anggaran untuk kegiatan yang sudah
dimasukan dalam DIPA sudah ada anggaran khusus untuk kegiatan
program kampung tertib lalu lintas. Di samping itu dibutuhkan kepiawaian
seorang
Kapolres
dan
Kasat
Lantas
dalam
memanfaatkan
dan
memberdayakan dukungan anggaran yang tersedia untuk dimaksimalkan
mendukung implementasi program kampung tertib lalu lintas guna merubah
prilaku
pengguna
kendaraan
bermotor
dalam
rangka
terciptanya
kamseltibcarlantas yang kondusif.
23. Kondisi Dukungan Sarana dan Prasarana yang Menunjang Satlantas
Polresta Jambi
Sarana dan prasarana yang disediakan bagi pelaksanaan program
kampung tertib lalu lintas, diharapkan sudah tersedia. Pelaksanaan tugas
selain memerlukan alat komunikasi dan informasi yang cukup memadai
untuk kelancaran komunikasi, dibutuhkan juga kendaraan bermotor untuk
28
mobilitas personel yang sangat tinggi. Dukungan sarana dan prasarana
sudah ada dan cukup memadai terutama dukungan kendaraan bermotor
guna mendukung mobilitas personel. Diharapkan tidak ada menggunakan
kendaraan pribadi dan ditunjang dengan biaya penggantian untuk
operasionalnya bila menggunakan kendaraan pribadi.
24. Kondisi Sistem dan Metode yang Digunakan Satlantas Polresta Jambi
Metode yang diterapkan Satlantas Polresta Jambi dalam melaksanakan
program kampung tertib lalu lintas, diharapkan sudah tersedia. Hal ini dapat
dilihat dari :
a.
Pola pelaksanaan program kampung tertib lalu lintas yang dilakukan
Satlantas Polresta Jambi bersifat Sinergitas Polisional yang dilakukan
dengan perencanaan yang matang dimana dengan di bentuknya Forum
Diskusi grup (FGD), rapat kordinasi , dan Sharing thinking (ST). dengan
semua instansi terkait, seluruh stakeholder dan sponsor siap mendukung
untuk berjalanya progran kampung tertib lalulintas.
b. Menggunakan tehnik sistem Perpolisian Masarakat (Polmas) yang
bertujuan untuk menciptakan, dan mewujudkan perangkat personil yang
berasal dari masarakat dapat mandiri dan berjalan sesuai harapan untuk
dapat menjalankan sistem kesadaran berlalulintas melalui prisip “Dari
kita, oleh kita dan untuk kita” diman tentunya dengan pengawasan
personil satlantas polresta jambi.
c. Selektif dan prioritas terhadap kampung, desa yang kiranya representatif
dan memenuhi sarat standar untuk dijadikan objek sebagai kampung
tertib lalu lintas.
d. Menyelenggarakan
kampung
tertib
berlalu
lintas
dalam
Konsep
pelombaan yang akan di selenggarakan baik tingkat kampung, desa, dan
e.
perkotaan oleh pihak terkait bersama.
Mewujudkan sistem mekanisme Reward
dan
following
pada
penyelenggaraan Kampung tertib lalu lintas, sehingga dalam perjalanaya
nanti bersifat Kontinuitas dan intensitas, terencana, rutin dan terjadwal
dengan baik
dalam upaya perubahan prilaku pengguna kendaraan
bermotor di lingkup kampung tertib lalu lintas.
29
f.
Melibatkan partisipasi dan peran serta mitra dan sponsor terkait
kususnya dalam hal penyelenggaraan kampung tertib Lalu lintas dengan
menggunakan akses luas.
25. Kontribusi implementasi Kampung tertib lalu lintas
Kontribusi dari implementasi kampung tertib lalu lintas guna merubah
prilaku pengguna kendaraan bermotor, diantaranya:
a. Tertanganinya permasalahan lal litas secara efektif, efisien dan terpadu
dalam upaya perubahan prilaku pengguna kendaraan lalu lintas.
b. Dengan terlaksananya program kampung tertib lalu lintas secara efektif,
efisien dan terpadu maka prosentase titik-titik rawan kemacetan,
kecelakaan dapat diminimalisir sehingga semakin banyak warga
masyarakat tidak lagi alami ketidaklancaran dan permasalahan lalu lintas
dalam berkendaraan di jalan.
c. Dengan kelancaran lalu lintas maka diharapkan akan berkontribusi
terhadap
terjaganya
kamseltibcarlantas
dikarenakan
faktor–faktor
penyebab kemacetan, kecelakan dapat diminimalisir dan permasalahan
lalu lintas dapat terhindarkan
BAB VI
UPAYA PEMECAHAN MASALAH
Dengan menggunakan teori manajemen strategi yang dikemukakan oleh
Pearce dan Robinson, maka upaya pemecahan masalah dilakukan melalui
perumusan (formulasi) visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, strategi, dan action
plan untuk mengimplementasik
IMPLEMENTASI KAMPUNG TERTIB LALU LINTAS
GUNA MERUBAH PRILAKU PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR
DALAM RANGKA TERWUJUDNYA KAMSELTIBCAR LANTAS YANG
KONDUSIF
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Lalu lintas merupakan urat nadi kehidupan, lalu lintas diartikan sebagai
sarana vital untuk hidup dan tumbuh serta berkembangnya suatu
masyarakat. Pilar kehidupan masyarakat untuk dapat hidup, tumbuh, dan
berkembang tersebut adalah produktivitas yang dilakukan oleh manusia
melalui aktivitas-aktivitas, mulai dari sejak lahir, tumbuh, berkembang,
bahkan sampai manusia tersebut meninggal yang keseluruhannya
membutuhkan lalu lintas. Oleh karena itu, lalu lintas seharusnya selalu
aman, selamat, lancar dan tertib.
Agar
lalu
lintas
aman,
selamat,
tertib
dan
lancar
diperlukan
penatalaksanaan lalu lintas. Adapun garda terdepan bagi penatalaksanaan
lalu lintas di jalan berada di tangan polisi lalu lintas. Sesuai dengan amanat
Undang-Undang No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia,
tugas dan
peran
Polri
adalah
memelihara
kamtibmas,
menegakkan hukum serta memberikan perlindungan, pengayoman dan
pelayanan kepada masyarakat. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut,
Polri bertugas antara lain menyelenggarakan segala kegiatan dalam
menjamin keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan.
Untuk mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban, kelancaran
lalu lintas (kamseltibcarlantas) harus didukung dengan perilaku manusia
sebagai pengguna jalan yang tentu sudah memiliki kompetensi dan tingkat
disiplin yang memadai. Dalam perspektif kebudayaan, lalu lintas sebagai
cermin budaya bangsa yang memuat nilai-nilai perilaku manusia. Budaya
bangsa mudah dipahami melalui gambaran perilaku ketaatan, kesadaran,
2
kepekaan, kepedulian, dan tanggung jawab masyarakat dalam berlalu lintas
yang tercermin dari situasi lalu lintas yang aman, selamat, tertib, dan lancar.
Kelancaran dan ketertiban dalam berlalu lintas tentu menjadi harapan
bagi semua. Namun, seiring perkembangan waktu, permasalahan lalu lintas
semakin kompleks. Pengetahan dan etika dalam berlalu lintas masih belum
tercermin di wilayah hukum Polresta Jambi, merubah prilaku dalam
masyarakat tidaklah semudah membalikkan telpak tangan, perlu adanya
trobosan kreatif dan diperlukan suatu kesabaran dan kerja keras. Untuk itu
satlantas Polresta Jambi berupaya meng implementasikan program
kampung tertib lalu lintas yang memepunyai suatu harapan perubahan
prilaku pengguna kendaraan bermotor dimulai dari skup lokal atau yang
lebih kecil yaitu lingkup kampung.
Lalu lintas tidak boleh terganggu, sebab akan berdampak pada aktifitas
dan kreatifitas masyarakat. Jika masyarakat sudah kehilangan kreatifitas
dan aktifitas maka dapat dipastikan menjadi ancaman serius dalam upaya
mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Tidak hanya itu, gangguan
terhadap kelancaran lalu lintas seperti kemacetan, juga berdampak pada
kerugian perekonomian nasional.
Polisi lalu lintas sebagai garda terdepan dalam penatalaksanaan lalu
lintas sadar bahwa selain upaya penegakan hukum dalam penanganan lalu
lintas perlu dilakukan langkah-langkah teknis dalam mengurai kemacetan.
Di samping memberikan penyuluhan tertib lalu lintas, Polri melalui Satlantas
Polresta Jambi diharapkan mampu melaksanakan tugasnya di lapangan
secara profesional.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka dalam tulisan ini, penulis
memilih Naskah Karya Perorangan (NKP) dengan judul IMPLEMENTASI
KAMPUNG
TERTIB
PENGGUNA
LALU
KENDARAAN
LINTAS
GUNA MERUBAH
BERMOTOR
DALAM
PRILAKU
RANGKA
TERWUJUDNYA KAMSELTIBCAR LANTAS YANG KONDUSIF.
2. Permasalahan
Dari latar belakang tersebut diatas, maka permasalahan dalam
penulisan NKP
ini adalah “Bagaimana mengimplementasikan kampung
3
tertib lalu lintas guna merubah prilaku pengguna kendaraan bermotor
dalam rangka terwujudnya kamseltibcar lantas yang kondusif?”.
3. Pokok Persoalan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka dapat
diformulasikan beberapa persoalan, sebagai berikut :
a.
Bagaimana kemampuan sumber daya manusia Satlantas
Polresta Jambi dalam mendukung implementasi kampung tertib lalu
lintas guna merubah prilaku pengguna kendaraan bermotor ?
b.
Bagaimana dukungan anggaran yang menunjang Satlantas
Polresta Jambi dalam megimplementasi kampung tertib lalu lintas guna
merubah prilaku pengguna kendaraan bermotor?
c.
Bagaimana sarana prasarana yang mendukung implementasi
kampung tertib lalu lintas guna merubah prilaku pengguna kendaraan
bermotor?
d.
Bagaimana metode yang digunakan Satlantas Polresta Jambi
dalam megimplementasi kampung tertib lalu lintas guna merubah
prilaku pengguna kendaraan bermotor?
4. Ruang Lingkup
Pembahasan NKP ini dibatasi penyelenggaraan implementasi kampung
tertib lalu lintas, melalui kegiatan yang dilakukan oleh Satlantas Polresta
Jambi sebagai implementasi adalah unit dikmas satlantas polresta yang
menjadi leading sektor pelaksanaanya. Yang di beck up personel Satlantas
Polresta Jambi baik anggaran, saran prasarana dan metode yang
diterapkan dalam merubah prilaku pengguna kendaraan bermotor dalam
rangka menciptakan kamseltibcarlantas.
5. Maksud dan Tujuan
a.
Maksud
4
Di samping sebagai salah satu syarat untuk seleksi masuk
pendidikan Sespimmen Polri TA 2015, maka penulisan NKP ini
dimaksudkan untuk memberikan sumbang saran bagi pimpinan
Polresta Jambi dalam upaya megimplementasi kampung tertib lalu
lintas guna merubah prilaku pengguna kendaraan bermotor dalam
rangka terwujudnya kamseltibcar lantas yang kondusif.
b.
Tujuan
Adapun tujuan penulisan NKP ini adalah untuk menganalisis
kondisi sumber daya manusia, dukungan anggaran dan sarpras serta
metode yang diterapkan oleh Satlantas
Polresta Jambi dalam
megimplementasi kampung tertib lalu lintas guna merubah prilaku
pengguna kendaraan bermotor dalam rangka terwujudnya kamseltibcar
lantas yang kondusif.
6. Metode dan Pendekatan
Metode
a.
Metode dalam tulisan ini menggunakan metode deskriptif analisis1
yaitu
dengan
mengangkat
fenomena
permasalahan,
kemudian
dianalisa dengan beberapa teori pendukung agar diperoleh sebuah
analisis yang komprehensif.
b.
Pendekatan
Menggunakan pendekatan kualitatif, dengan menganalisa kondisi
sumber daya organisasi yaitu sumber daya manusia dalam hal ini
personel Satlantas polresta Jambi, anggaran, sarana prasarana dan
metode yang digunakan serta pengalaman penulis bertugas.
7. Tata Urut
Adapun sistematika penulisan Naskah Karya Perorangan (NKP) ini
adalah sebagai berikut :
a.
BabI
: Pendahuluan,
Memaparkan
tentang
latar
belakang,
permasalahan dan persoalan, ruang lingkup penulisan di
1
Rianto Adi, 2004, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta, Granit, hlm. 14
5
satlantas Polresta Jambi, maksud dan tujuan, metode dan
pendekatan, tata urut dan pengertian-pengertian dari katakata yang digunakan oleh penulis dalam rangka untuk
menyamakan persepsi antara penulis dengan pembaca.
b.
Bab II : Landasan Teori, Pada bab ini berisi teori-teori atau
konsep-konsep yang digunakan penulis untuk mengupas
pembahasan paba Bab-Bab berikutnya. Adapun teori-teori
atau atau konsep-konsep yang digunakan adalah teori
manajemen, teori manajemen strategi, teori analisis SWOT,
teori priaku, teori kerjasama, konsep manajemen lalu lintas.
c.
Bab III : Kondisi Saat Ini, Bab ini menguraikan kondisi faktual
kampung tertib lalu lintas guna merubah prilaku pengguna
kendaraan bermotor di wilayah hukum Polresta Jambi,
khususnya terkait dengan kemampuan SDM sat lantas
Polresta Jambi sebagai pengemban pelaksanan kampung
tertib lalu lintas, dukungan anggaran, sarana prasarana
untuk operasionalisasi kampung tertib lalu lintas serta
sistem dan metode yang digunakan dalam program
kampung tertib lalu lintas guna merubah prilaku pengguna
kendaraan
bermotor
dalam
rangka
terwujudnya
kamseltibcarlantas yang kondusif di wilayah hukum
Polresta Jambi.
d.
Bab IV : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, merupakan faktorfaktor yang mempengaruhi pelaksaan kampung tertib lalu
lintas dalam merubah perilaku pengguna kendaraan
bermotor di wilayah hukum Polresta Jambi, yang diuraikan
kedalam faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan
faktor eksternal (peluang dan kendala).
e.
Bab V : Kondisi Yang Diharapkan, merupakan harapan berupa
kondisi
ideal
terhadap prilaku pengguna kendaraan
bermotor melalui program kampung tertib lalu lintas di
wilayah hukum Polresta Jambi, khususnya terkait dengan
kemampuan SDM pelaksan kampung tertib lalu lintas
6
dukungan
anggaran
dan
sarana
prasarana
untuk
operasionalisasi kampung tertib lalu lintas dan angkutan
jalan serta sistem dan metode yang digunakan dalam
penerapan kampung tertib lalu lintas guna merubah
prilaku pengguna kendaraan bermotor di wilayah hukum
Polresta Jambi.
f.
Bab VI : UPAYA PEMECAHAN MASALH, pada bab ini merupakan
langkah nyata dalam mengimplementasikan kampung tertib
lalu lintas dalam merubah prilaku pengguna kendaraan
bermotor di wilayah hukum Polresta Jambi yang akan
diuraikan kedalam visi, misi, tujuan, sasaran, strategi,
kebijakan serta implementasi strategi. Dalam penyusunan
strategi
kami
menggunakan
analisis
TOWS
yang
pelaksanaanya difokuskan untuk mengimplementasikan
kemampuan SDM pengemban kampung tertib lalu lintas,
dukungan
anggaran,
sarana
prasarana
untuk
operasionalisasi kampung tertib lalu lintas serta sistem
dan metode kampung tertib lalulintas dalam merubah
prilaku pengguna kendaraan bermotor di wilayah hukum
Polresta Jambi.
g.
Bab VII : Penutup, bab ini berisi rangkuman dari keseluruhan
penulisan ini yang dirangkum dalam sebuah kesimpulan,
yang kemudian diberikan rekomendasi kepada pimpinan
untuk mampu mewujudkan implementasi kampung tertib
lalu lintas guna merubah prilaku pengguna kendaran
bermotor dalam rangka terwujudnya kamseltibcarlantas
yang kondusif di Kota Jambi.
8. Pengertian - pengertian
a. Implementasi
Defenisi Implementasi menurut Kadir, A dalam bukunya “Perancangan
Sistem Informasi” Andi , Yogyakarta, 2003. “Implementasi adalah
7
kegiatan yang dilakukan untuk menguji data dan menerapkan sistem
yang diperoleh dari kegiatan seleksi”.
Implementasi merupakan salah satu unsur pertahapan dari keseluruhan
pembangunan
sistem
komputerisasi,
dan
unsur
yang
harus
dipertimbangkan dalam pembangunan sistem komputerisasi yaitu
masalah perangkat lunak (software), karena perangkat lunak yang
digunakan haruslah sesuai dengan masalah yang akan diselesaikan,
disamping masalah perangkat keras (hardware) itu sendiri.
Pengertian implementasi seperti yang dikemukakan oleh Pranata Wastra
dan kawan-kawan (1991;256) adalah “Aktivitas atau usaha-usaha yang
dilakukan
untuk
semua
rencana
dari
kebijksanaan
yang
telah
dirumuskan dan ditetapkan, dan dilengkapi segala kebutuhan alat-alat
yang
diperlukan,
siapa
yang
melaksanakan,
dimana
tempat
pelaksanaannya, kapan waktu pelaksanaannya, kapan waktu mulai dan
berakhirnya dan bagaimana cara yang harus dilaksanakan”.
Dari pandangan kedua ahli diatas dapat dikatakan bahwa suatu proses
implementasi kebijaksanaan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut
perilaku badan-badan adminstratif yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan suatu program yang telah ditetapkan serta menimbulkan
ketaatan pada diri kelompok sasaran, melainkan pula menyangkut
jaringan kekuatan-kekuatan poltik, ekonomi, dan social yang secara
langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi segala pihak
yang terlibat, sekalipun dalam hal ini dampak yang diharapkan ataupun
yang tidak diharapakan.
Dari defenisi diatas dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan terdiri
dari tujuan atau sasaran kebijakan, aktivitas, atau kegiatan pencapaian
tujuan, dari hasil kegiatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
implementasi merupakan suatu proses yang dinamis, dimana pelaksana
kebijakan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan, sehingga pada
akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau
sasaran kebijakan itu sendiri. Keberhasilan suatu implementasi kebijakan
dapat diukur atau dilihat dari proses dan pencapaian tujuan hasil akhir
(output), yaitu : tercapai atau tidaknya tujuan-tujuan yang ingin diraih.
8
b. Kampung
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa,
disebut bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Menurut Undang – Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi
Khusus Bagi Provinsi Papua menyebutkan pengertian Kampung atau
disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat
yang diakui dalam sistim Pemerintahan Nasional dan berada di
daerah Kabupaten / Kota. Kampung atau desa, menurut definisi secara
luas, adalah sebuah penempatan manusia di daerah pedesaan.
Biasanya lebih kecil dari dusun.
c. Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya.
Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku
manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang
diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
(Notoatmodjo, 2003).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003),
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini
terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan
kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut
teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.
9
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :
1. Perilaku tertutup (convert behavior), Perilaku tertutup adalah respon
seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup
(convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi
pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati
secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior), Respon seseorang terhadap
stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap
stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang
dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
d. Pengguna kendaran bermotor
Kamseltibcarlantas adalah singkatan dari keamanan, keselamatan,
ketertiban, dan kelancararan lalu lintas. Kamseltibcarlantas merupakan
situasi dan kondisi penggunaan lalu lintas merasa baik dengan atau
tanpa kendaraan; merasa aman karena terbebas dari rasa ketakutan,
tidak adanya ancaman hambatan maupun gangguan kapan saja dan
dimana
saja.
Dengan
demikian
pengguna
lalu
lintas
terjamin
keselamatanya akibat terhindar dari segala marabahaya. Ketertiban ini
dapat dipahami akibat adanya pengaturan dan kesadaran serta
tanggung jawab baik untuk dirinya maupun orang lain. Kelancaran berarti
arus lalu lintas berjalan lancar tanpa ada hambatan tanpa ada gangguan
yang dapat menimbulkan kemacetan.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada Naskah Karya Perorangan (NKP) ini, dengan judul Implementasi
kampung tertib lalu lintas guna merubah prilaku pengguna kendaraan bermotor
dalam rangka terwujudnya kamseltibcar lantas yang kondusif, menggunakan
beberapa teori sebagai pisau analisis, yaitu sebagai berikut.
9. Teori analisis SWOT
Analisis
SWOT
melakukan
digunakan
identifikasi
untuk
berbagai
menganalisis
faktor
secara
situasi,
dengan
sistematis
untuk
merumuskan strategi organisasi. Analisis didasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan (strenght) dan peluang (oportunity), namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan
ancaman (threat). Proses pengambilan keputusan selalu berkaitan dengan
misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan 2. Analisis dalam analisis
SWOT sangat diperlukan oleh Polresta Jambi untuk mengetahui kekuatan
(strength), kelemahan (weaknes), peluang (oportunity) ancaman atau
kendala
(threath)
yang ada
dalam rangka mengoptimalkan peran
pengurai kemacetan, sehingga dapat memperlancar arus lalu lintas agar
terwujud kamseltibcarlantas.
Teori ini digunakan untuk menganalisa faktor internal dan eksternal
(Bab IV)
yang mempengaruhi upaya implementasi peran
Satlantas
Polresta Jambi.
10. Teori Manajemen (Goerge R Terry)
Manajemen merupakan proses merencanakan, mengorganisasikan,
memimpin dan mengendalikan anggota organisasi dan menggunakan
semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Goerge R Terry menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
manajemen adalah proses planning organizing, actuating, dan controlling
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efisien, melalui
kegiatan yang dilakukan oleh orang lain. Untuk mencapai tujuan yang telah
2
Freddy Rangkuti, 2013, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, Jakarta , Gramedia
Pustaka Utama, hlm. 19.
11
ditentukan diperlukan alat/sarana (tools), yang merupakan syarat suatu
usaha untuk mencapai hasil yang
ditetapkan. Tools tersebut dikenal
dengan 6M, yaitu man, money, material, machine, method, dan market.3
Teori ini akan digunakan sebagai pisau analisa dalam membahas
kondisi sumber daya organisasi, baik pada kondisi faktual (Bab III) maupun
pada kondisi ideal (Bab V) yaitu dukungan SDM, anggaran, sarana dan
prasarana
maupun
sistem
/
metode
yang
digunakan
dalam
mengimplementasikan kampung tertib lalu lintas.
11. Teori Manajemen Strategi
Manajemen strategi merupakan proses memformulasikan dan
mengimplementasikan strategi guna pencapaian sasaran
berdasarkan
kondisi lingkungan dan kondisi internal organisasi 4. Dari definisi tersebut,
dipahami bahwa manajemen strategik diorientasikan kepada pencapaian
tujuan jangka panjang.
Secara garis besar, terdapat tiga elemen besar yang membentuk
manajemen strategik yaitu analisa lingkungan, penentapan visi, misi, dan
objective yaitu target yang ingin dicapai dalam jangka waktu tertentu. 5 Teori
ini digunakan sebagai pisau analisa dalam Bab VI yang didalamnya
terdapat proses penentuan visi, misi organisasi, tujuan, sasaran, kebijakan,
strategi serta action plan dalam rangka mengimplementasikan kampung
tertib lalu lintas.
12. Teori Prilaku
Perilaku
adalah
suatu
kegiatan
&
aktifitas
organisme
yang
bersangkutan, baik aktifitas yang dapat diamati atau yang tidak dapat
diamati oleh orang lain.Manusia berperilaku atau beraktifitas karena adanya
kebutuhan untuk mencapai suatu tujuan / goal. Dengan adanya kebutuhan
akan muncul motivasi atau penggerak. Sehingga individu itu akan
beraktifitas untuk mencapai tujuan & mengalami kepuasan. Pada
3
James AF Stoner, Dkk, 2008,Manajemen (edisi bahasa Indonesia) jilid I. Jakarta,
Prenhallindo, hlm. 4
4
Pearce and Robinson, 2011, Manajemen Strategik, jilid I Digital IT Dictionary, Dr Jae K
Shimajrillah dalam sistem operasi, Jakarta, hlm. 11
5
Crown Dirgantoro, 2004,Manajemen Stratejik, Jakarta, PT Grasindo, hlm. 10.
12
umumnya, perilaku dapat ditinjau secara sosial yaitu : pengaruh hubungan
antara organisasi dengan lingkungannya.
Menurut Skinner, perilaku adalah respons atau reaksi seseorang
terhadap stimulus. Teori Skinner disebut teori S-O-R (stimulus-organismerespos). Ada 2 jenis respons menurut teori S-O-R :Respondent respon :
respon yang ditimbulkan oleh stimulus tertentu & menimbulkan respons
yang relatif tetap. Operant respon : respons yang timbul & berkembang
kemudian diikuti oleh stimuli yang lain.
Berdasarkan teori S-O-R, perilaku manusia dibagi 2 kelompok: Perilaku
tertutup, yaitu perilaku yang tidak dapat diamati oleh orang lain. Contoh :
perasaan, persepsi, perhatian. Perilaku terbuka, yaitu perilaku yang dapat
diamati oleh orang lain berupa tindakan atau praktek.
13. Konsep Manajemen Lalu Lintas
Manajemen lalu lintas adalah upaya untuk mengatur pergerakan lalu
lintas supaya memenuhi kriteria keselamatan, kelancaran, efisiensi, dan
murah. Manajemen lalu lintas selanjutnya meliputi kegiatan perencanaan
lalu lintas, pengaturan lalu lintas, pengawasan lalu lintas, dan pengendalian
lalu lintas tanpa melakukan perubahan infrastruktur secara substansial
(mengoptimalkan keadaan yang sudah ada).6
BAB III
6
Lihat, Undang-undang No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
13
KONDISI FAKTUAL
Permasalahan
lalu
lintas
secara
umum
meliputi
keamanan
dan
keselamatan lalu lintas yang sangat kurang, kemacetan lalu lintas dan
pelanggaran lalu lintas serta ketidaktertiban lalu lintas atau kesemrawutan
menjadikan suatu pemandangan yang mencerminkan budaya yang tidak baik
wilayah kota jambi. Persoalan-persoalan lalu lintas tersebut menimbulkan
berbagai kerugian baik kerugian materiil maupun non materiil.
Kondisi tersebut dapat penulis gambarkan bahwa permasalahan lalu lintas
yang terjadi di wilayah hukum polresta jambi masih minim dari yang diharapkan
untuk menuju kamseltibcarlantas yang kondusif. Yaitu dengan data jumlah
pelanggaran pada kurun waktu 2013 berjumlah 7387 dan tahun 2014 berjumlah
10056 hal ini dapat kami simpulkan bahwaa kesadaran berlalu lintas untuk
patuh dan taat terhadap aturan masih minim, data jumlah kecelakan pada tahun
2013 berjumlah 306 , tahun 2014 berjumlah 351 tingginya kecelakan yang
terjadi juga mengakibatkan kondisi lalu lintas tidak berjalan sesuai harapan
yaitu menjadikan keselamatan sebagai kebutuhan no 1. Kesemrawutan yang
disebabkan tingginya jumlah kendaraan yang sesuai data di samasat polda
Jambi tercatat kenaikan 20% setiap tahunnya, jumlah kendaraan saat ini pada
tahun 2014 tercatat berjumlah 124 118 969 tingginya jumlah kendaraan yang
ada tidak diimbangi dengan sarana parasarana termasuk infra struktur jalan, ini
juga menjadi permasalahan terhadap kamseltibcarlantas apabila tidak di
tangani secara serius. Sedangkan pemahaman terhadap peraturan lalu lintas
juga masih di bawah dari yang diharapkan hal ini dapat kita lihat dari data
produksi sim yang sampai saat ini pada tahun 2014 berjumlah 20762 buah,
dibandingkan antara jumlah kendaraan dan yang memiliki sim msih sangat
terpaut jauh sekali, sehinngga dapat kami simpulkan bahwa pemahaman bagi
pengguna jalan dalam hal ini penggendara kendaraan bermotor kurang
memahami aturan dan tata cara berkendaraan yang baik.
Namun sesungguhnya Usaha dalam rangka mewujudkan keselamatan
jalan raya merupakan tanggung jawab bersama antara masyarakat dan
pemerintah. Pemerintah bertanggung jawab terhadap penanganan jalan raya
baik, pengadaan dan pemeliharaan infrastruktur, sarana dan prasarana jalan,
14
maupun pengaturan dan penegakan hukumnya (sesuai Undang-undang No 22
tahun 2009). Hal ini bertujuan agar situasi Kamtibcarsel Lantas di jalan raya
dapat tetap terjaga dan terpelihara dengan baik dan mencapai sasaran yang
diharapkan. Namun partisipasi aktif dari masyarakat sebagai pemakai jalan juga
dibutuhkan dengan menampilkan etika, sopan santun dan kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Polresta jambi dengan satuan
lalu lintasnya juga di harapkan secara kontinyuitas turut andil dalam
mengemban tanggung jawab pemerintah dalam menciptakan keamanan,
ketertiban, kelancaran dan keselamatan masyarakat dalam berlalu lintas,
khususnya di wilayah kota jambi. Mewujudkan keamanan, ketertiban,
kelancaran dan keselamatan berlalu lintas juga dipengaruhi oleh faktor individu
setiap pemakai jalan. Kecerdasan Intelektual individu atau kemampuan
memotivasi diri guna menumbuhkan kesadaran dalam dirinya untuk beretika
dalam berlalu lintas dengan benar sangat dibutuhkan untuk mewujudkan hal
tersebut
Melihat fenomena atau kondisi di atas di perlukan trobosan kreatif dalam
mengantisipasi dan merubah prilaku penggendara kedaraan bermotor dalam
rangka terciptanya kamseltibcarlantas yang kondusif di wilayah hukum Polresta
Jambi. Kamseltibcarlantas dapat terwujut tidak terlepas dari pengguna jalan itu
sendiri, perubahan mind set dan cultur set sangat menjadi kunci keberhasilan.
Budaya berlalu lintas harus dimlai dari lingkup yang terkecil yaitu dimulai dari
mulai kampung, apabila dari lingkup yang kecil sudah dapat tertib maka di
lingkup yang lebih besar yaitu lingkup jalan kabupaten dan jalan propinsi maka
akan tertib juga. Untuk mengetahui kondisi saat ini terkait implementasi
kampung tertib lalu lintas guna merubah prilaku pengguna kendaraan bermotor
dalam rangka terwujudnya kamseltibcarlantas yang kondusif di wilayah hukum
Polresta jambi, kami jabarkan sebagai berikut :
14. Kondisi Kemampuan Sumber Daya Masarakat dan Personil Satlantas
Polresta Jambi
Kesadaran berlalu lintas masyarakat Kota Jambi hingga saat ini masih
tergolong rendah. Hal itu ditandai dengan masih tingginya angka kecelakaan
lalu lintas yang dari tahun ketahun selalu mengalami peningkatan. Seperti yang
kita ketahui bersama bahwa budaya dan kepribadian bangsa, bisa dilihat dari
15
lalu-lintasnya. Tingkat disiplin masyarakat yang rendah bisa diketahui dari
perilaku di jalan raya.
Saat ini pengguna jalan di kota jambi sudah masuk dalam kategori ironis.
Banyak orang dengan gampang dan tidak punya rasa malu melanggar
peraturan. Lebih menyedihkan lagi, menerobos lampu merah yang berbahaya
bagi keselamatan pribadi dan orang lain, tidak memakai helm atau menelepon
sambil mengemudi. Dari perilaku pengendara kendaraan bermotor yang kerap
ugal - ugalan, tidak mengenakan atribut keamanan saat berkendara seperti
memakai helm, sabuk pengaman, mengunakan ponsel, tidak membawa
kelengkapan surat-surat kendaraan bermotor, belum mempunyai SIM dan lain
sebagainya yang kadang diabaikan oleh pengendara kendaraan bermotor.
Padahal, dari perilaku tersebut akan menyebabkan hal yang fatal yakni
kecelakaan lalu lintas.
Kemudian di sisi lain jika kita melihat dari sudut pandang Sumber daya
personel satlantas Polresta secara kuantitas, sebagaimana Tabel 1, kekuatan
personel Satuan Lalu Lintas Polresta Jambi saat ini masih kurang yaitu hanya
sebanyak 114 personel apabila dibandingkan dengan DSP yang seharusnya
berjumlah 73 personel dan 2 PNS, ini pun baru sebagai pelaksana tugas rutin.
Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap beban tugas personel Satuan
Lantas Polresta Jambi yang akan semakin berat karena adanya program
kampung tertib lalu lintas, walaupun pengembannya adalah unit dikmas
satlantas Polresta. Sebagai pembina fungsi dan membeck up unit lantas lain
jika diperlukan personil khusus yang mengemban tugas pelaksana program
kampung tertib lalu lintas.
Tabel 1
Data Jumlah Personel Satlantas Polresta Jambi Tahun 2014
16
NO.
PANGKAT
RIIL
DSP
1.
PAMEN
1
1
2.
PAMA
5
15
3.
BINTARA
103
129
4.
PNS
3
2
112
147
JUMLAH
Sumber : Satlantas Polresta Jambi Tahun 2014
Dari 112 personel tersebut, sudah habis digunakan untuk tugas rutin sesuai
unit masing-masing. Sedangkan secara kualitas, kemampuan personel
Satlantas Polresta Jambi untuk mengimplementasikan program kampung tertib
lalu lintas dirasakan sampai saat ini masih minim, hal ini dapat dilihat dari data
kejuruan yang dimiliki personil sebagai berikut:
Tabel 2
Data Jumlah Personel Satlantas Polresta Jambi Tahun 2014 Yang
sudah mengikuti kejuruan Fungsi Lalu lintas
NO.
PANGKAT
JUMLAH
PERS
SERIFIKASI
KEJURUAN
1.
PAMEN
1
-
2.
PAMA
5
3
3.
BINTARA
103
13
4.
PNS
3
-
112
26
JUMLAH
Sumber : Satlantas Polresta Jambi Tahun 2014
a. Belum semuanya personel Satlantas Polresta Jambi pernah mengikuti
pendidikan dan kejuruan di bidang manajamen lalu lintas sehingga tidak
semua mengetahui teori-teori dasar manajemen lalu lintas.
b. Personel Satlantas Polresta Jambi belum mahir dan terampil dalam
pemolisian masyarakat secara all out di luar tugas rutin. Belum terampil
mencari dan mengumpulkan bahan keterangan dari berbagai sumber
sehingga dapat diolah menjadi informasi yang berguna bagi Kapolresta
Jambi untuk koordinasi kebijakan dengan pemerintah daerah dan
instansi lain yang akan mendorong
kendaraan bermotor.
perubahan prilaku pengguna
17
c. Personel
Satlantas Polresta Jambi belum mahir dan terampil dalam
melakukan komunikasi dan koordinasi melalui pengemban polmas yaitu
memberdayakan
peran
serta
masyarakat
dalam
menciptakan
kamseltibcarlantas. Belum terampil dalam melakukan upaya, langkah,
dan tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk koordinasi dan tindak
lanjut penanganan permasalahan lalu lintas yang semakin kompleks
agar tercipta kamseltibcarlantas yang kondusif.
d. Personel Satlantas Polresta Jambi belum mahir dan terampil dalam
menjalin kemitraan melalui sinergi polisional
dengan masyarakat,
instansi terkait dan stake holder lainnya yang dianggap dapat membantu
tugas-tugas kepolisian dalam mengatasi permasalahan lalu lintas yaitu
merubah
prilaku
pengguna
kendaran
bermotor
dalam
rangka
menciptakan kondisi kamseltibcarlantas yang kondusif secara terpadu.
15. Kondisi Dukungan Anggaran Satlantas Polresta Jambi dan instansi
terkait
Program Kampung Tertib lalu lintas
sebagai program unggulan dari
Satlantas Polresta jambi, yang sebenarnya adalah program milik bersama,
yang tujuannya untuk meningkatkan etika berkendara dijalan untuk mengurangi
pelanggaran, kemacetan dan kecelakaan di jalan. Metode yang di gunakan
adalah dengan sejak dini memberikan rangsangan dan stimulus tentang tertib
berlalulintas saja yang di tingkat desa atau kelurahan setempat.
Namun kendala dari program ini adalah pada anggaran operasional yang
belum didukung dari instansi dan stake holder setempat kususnya Pemda
masih tergolong minim bahkan bisa di kategorikan belum ada, karena saat ini
yang masih dialokasikan oleh pihak Kepolisian secara tunggal meskipun itupun
sangat minim.
Disisi lain anggaran yang menunjang pada Satlantas Polresta Jambi dalam
melaksanakan program kampung tertib lalu lintas, sampai saat ini belum
disiapkan anggaran khusus, yaitu anggaran untuk pembinaan masyarakat yaitu
program kampung tertib lalu lintas. Kalaupun anggaran yang digunakan masih
menggunakan anggaran satlantas unit dikmas lantas dan duk ops Kapolresta
Jambi melalui pengajuan dari Kasat lantas. Hal ini disebabkan karena anggaran
yang digunakan adalah anggaran untuk kegiatan yang sudah dimasukan dalam
18
DIPA belum ada anggaran khusus untuk kegiatan program kampung tertib lalu
lintas (tidak tercover dalam lima item program/ kegiatan, yang dapat dilihat dari
Tabel 3.
Tabel 3
Data Anggaran Satlantas Polresta Jambi
Dalam DIPA Periode 2014
PROGRAM PENGEMBANGAN
STRATEGI KEAMANAN DAN KETERTIBAN
PAGU TA.
2014
HONOR YANG TERKAIT DENGAN
OPERASIONAL SATUAN KERJA
178.740.000
MENYELENGGARAKAN TURJAWALI
LANTAS
146.000.000
HARWAT R2 DAN R4
209.636.000
DIKMAS LANTAS
40,493,000
KET
PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN LAKA
174.309.000
LANTAS
JUMLAH
771.617.000
Sumber : Satlantas Polresta Jambi Tahun 2014
16. Kondisi Dukungan Sarana dan Prasarana
Instansi terkait dan
Satlantas Polresta Jambi
Sarana dan prasarana untuk terwujudnya kampung tertib lalu lintas yang
menjadi bagian terpenting yang harus diadakan keberadaannya. Saat ini
dukungan sarana dan prasarana dari seluruh stake holder terkait di rasa masih
kurang dan tidak optimal. Jika kita menelisik kedalam salah satu kampung yang
ada di kota jambi maka kita akan melihat sarana dan prasarana yang minim
seperti, papan petunjuk rambu lalulintas di pintu masuk, tidak adanya papan
informasi arah tujuan, rambu arahan petunjuk yang terbatas dan lain-lain.
Kualitas kesadaran berlalulintas di sebuah kampung,desa atau kota juga
dapat dilihat dari lengkapnya sarana prasarana berlalu lintas yang dimiliki
kampung, desa dan kota tersebut. Apabila sarana prasarana memadai maka
outputnya juga akan bagus. Diharapkan
dengan adanya sarana prasarana
berlalulintas di kampung tersebut akan merangsang masarakat sekitar untuk
19
tertib berkendara dijalan. sedangkan kampung yang belum memiliki fasilitas itu,
mereka memiliki kemampuan dan kesadaran yang kurang bahkan ada juga
yang sama sekali tidak pernah mengenal rambu lalu lintas.
Demikian juga untuk sarana dan prasarana yang disediakan bagi
pelaksanaan tugas sampai saat ini masih minim. Pelaksanaan tugas Polresta
Jambi selain memerlukan alat komunikasi dan informasi yang cukup memadai
untuk kelancaran komunikasi, dibutuhkan juga kendaraan bermotor untuk
mobilitas personel yang sangat tinggi. Saat ini sarana dan prasarana yang
dimiliki oleh Satlantas Polresta Jambi adalah sebagaimana Tabel 4 berikut.
Tabel 4
Data Dukungan Sarana dan Prasarana Polresta Jambi Tahun 2014
JENIS
HT
R2
R4
JUMLAH
KONDISI
10 BUAH
BAIK
28UNIT
BAIK
4 UNIT
BAIK
Sumber : Satlantas Polresta Jambi Tahun 2014
Dari data diatas dapat dilihat bahwa dukungan sarana dan prasarana sudah
ada namun belum cukup memadai terutama dukungan kendaraan bermotor
guna mendukung mobilitas, data sarana dan prasarana yang ada sudah
digunakan untuk kegiatan rutin sat lantas Polresta Jambi. Sedangkan untuk
menunjang program kegiatan kampung tertib lalu lintas belum ada, untuk itu
perlunya sarana dan prasarana baik itu pengadaan atau pengajuan kepada
pimpinan
Polresta
ataupun
sara
prasarana
yang
dibutuhkan
untuk
kelengakapan di lokasi kampung tertib lali lintas, yaitu berupa rambu-rambu,
traficcon, marka jalan dan lain-lain. Perlunya ada kordinasi dengan dinas
perhubunga sebagai instansi terkait yang bertanggung jawab sebagai penyedia
kelengkapan saran adan preasarana jalan. Untuk mengimplementasikan
program kampung tertib lalu lintas saat ini sarana dan prasarana yang
digunakan menggunakan saran milik pribadi yang tidak ditunjang dengan biaya
penggantian untuk operasionalnya.
17. Kondisi Sistem dan Metode yang Digunakan Satlantas Polresta Jambi
20
Adapun metode yang diterapkan
Satlantas Polresta Jambi
dalam
mengimplementasikan program kampung tertib lalu lintas, sampai saat ini
hanya sebatas wacana belum di realisasikan hal ini dapat dilihat sebagai
berikut :
a. Pola perencanan yang dilakukan Satlantas Polresta Jambi masih bersifat
pasif dan formalitas. Perencanaan yang dilakukan hanya sebatas anganangan
serta
tidak
menyentuh
substansial
program
yang
akan
dilaksanakan.
b. Kontinuitas dan intensitas program kampung tertib lalu lintas, belum rutin
dan terjadwal dengan baik dalam upaya berkoordinasi dengan warga
ataupun pelaksana polsi kampung yang akan dibina untuk menjadi polisi
kampung tertib lalu lintas.
c. Pola jalinan kemitraan melalui sinergi polisional
dengan masyarakat,
instansi terkait dan stake holder yang dilakukan baru sebatas pemberian
informasi program, kemitraan belum sampai kepada kerjasama,
koordinasi, dan kolaborasi yang sinergi guna merubah prilaku pengguna
kedaraan bermotor dalam rangka menciptakan kamseltibcarlantas yang
kondusif.
18. Implikasi
Implikasi dari belum terlaksanaya program kampung tertib lalu lintas
guna merubah prilaku pengguna kendaraan bermotor dalam rangka
terciptanya kamseltibcarlantas yang kondusif, diantaranya :
a. Tidak tertanganinya program kampung tertib lalu lintas secara efektif,
efisien dan terpadu dalam upaya merubah prilaku pengguna kendaraan
bermotor.
b. Dengan belum terlaksananya program kampung tertib lalu lintas secara
efektif, efisien dan terpadu maka prosentase permasalahan lalu lintas
yang meliputi kemacetan, kecelakaan semakin bertambah sehingga
semakin banyak warga masyarakat yang alami ketidaklancaran dalam
berkendaraan di jalan.
c. Apabila kelancaran lalu lintas terhambat maka akan berkontribusi atas
terganggunya
kamseltibcarlantas
perekonomian kota Jambi.
sehingga
menghambat
juga
21
BAB IV
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Dalam mengidentifikasi dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi
dilakukan melalui analisis SWOT kinerja organisasi yang ditentukan oleh
kombinasi faktor internal dan faktor eksternal. Analisis SWOT membandingkan
antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan
faktor internal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses).
19. Faktor Internal
a.
Kekuatan
1) Kemampuan
beberapa
personel
yang
mumpuni
dalam
berkomunikasi dan menjalin hubungan baik dengan peragkat desa
22
yang akan dijadikan obyek dalam pelaksanaan kampng tertib
berlalu lintas.
2) Pengalaman beberapa personel
yang sudah sering menangani
berbagai masalah lalu lintas yaitu kemcetan, kecelakaan dan
berpengalaman dalam berinteraksi dengan warga.
3) Kelengkapan data dan informasi yang dimiliki terkait titik-titik rawan
kemacetan, titik rawan kecelakaan merupakan langkah dasar
dalam mengatasi permasalahan lalu lintas.
4)
Komitmen
Kapolresta
Jambi
dalam
mewujudkan
kamseltibcarlantas memelui pemberdayaan masyarakan yang
merupakan program grand strategi polri.
5) Anev kinerja yang dilakukan Polresta Jambi secara rutin untuk
mengetahui sejauh mana pelaksanaan tugas yang telah dilakukan,
termasuk anev tenteng kemitraan, hibungan kemasyarakatan
dalam mengatasi permasalahan lalu lintas.
b. Kelemahan
1)
Masih ada personel
yang belum mengikuti
pendidikan dan kejuruan sehingga belum mengetahui teori-teori
dasar manajemen lalu lintas.
2)
Minimnya dukungan anggaran serta sarana
prasarana untuk melaksanakan tugas satlantas, belum lagi
dukungan untuk kegiatan khusus untuk kampung tertib lalu lintas.
3)
Sikap kurang percaya diri dari personel dalam
berkomunikasi dan berkoordinasi dengan instansi terkait maupun
tokoh-tokoh masyarakat.
4)
Pola, bentuk kemitraan yang dilakukan melaluii
sinergi polisional dengan masyarakat, instansi terkait dan stake
holder belum menyentuh substansi, masih sebatas pada pertukaran
informasi tentang permasalahan lalu lintas yang terjadi.
5)
Fungsi kontrol dan pengawasan masih lemah,
sehingga berpotensi terjadi penyimpangan oleh personel, dalam hal
23
ini peran pengawas dan pengawasan melekat belum berjalan
efektif.
20. Faktor Eksternal
a. Peluang
1)
Dukungan dan harapan masyarakat yang kuat terhadap
Polri agar situasi kamselticarlantas kondusif.
2)
Dukungan yang kuat dari pihak eksternal agar Polri dapat
mengambil kebijakan untuk menangani permasalahan lalu lintas di
wilayah hukum Polresta Jambi.
3)
Adanya pemberdayaan organisasi kemasyarakatan bagi
pengemban fungsi lalu lintas yang merupakan masyarakat pecinta
tertib lalu lintas dari berbagai kalangan, dari Patroli Keamanan
Sekolah (PKS), Dishub, Sat Pol PP, Pokdar Kamtibmas, Security,
Ojek Mitra Polisi dan polisi kampung tertib lalu lintas .
4)
Keberadaan mitra-mitra polantas seperti PKS, Satpam, dan
komunitas
yg
lain
memberi
kontribusi
dalam
menciptakan
kamseltibcarlantas di lingkungan kerja, sekolah, dan lingkungan
umum dan menjadi pelopor tertib berlalu lintas sebagai pendorong
terbentuknya kampung tertib lalu lintas
.
b. Kendala
1) Belum maksimalnya dukungan Pemerintah Daerah terhadap
penanganan permasalahan lalu lintas, khususnya terkait dukungan
sumber daya organisasi (anggaran).
2) Masih rendahnya
pengemban fungsi
tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
lalu lintas sehingga menghambat upaya
kemitraan dengan masyarakat yang dilakukan oleh
Satlantas
Polresta Jambi.
3) Kesadaran hukum dan etika disiplin berlalu lintas masyarakat yang
rendah.
24
4) Dorongan pemerintah daerah untuk meng instruksikan kepada
warga untuk melaksanakan kampung tertib lalu lintas belum
terlaksana dengan serentak.
BAB V
KONDISI IDEAL
Kondisi ideal merupakan suatu kondisi yang diharapkan dalam mendukung
implementasi kampung tertib lalu lintas guna merubah prilaku pengguna
kendaraan bermotor dalam rangka terwujudnya kamseltibcarlantas yang
kondusif.
Adapun untuk mengatasasi permasalahan lalu lintas yaitu kecelakaan dan
kemacetan arus lalu lintas dan permasalahan lalu lintas lainnya setidaknya ada
konsep yang dapat diajukan yaitu Konsep “Kampung Tertib Lalu Lintas”.
Masalahnya: fenomena yang terjadi adalah adanya praktik perilaku melanggar
25
dan semerawut dalam berkendara serta tingginya kecelakaan lalu lintas adalah
cerminan budaya yang ada di kota Jambi tentunya permasalahan tersebut di
pengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang menjadi dominan untuk
terbentuknya suatu masyarakat yang patuh dan taat hukum yaitu tentang mine
set dan culturset. Perubahan tersebut harus dimulai dari lingkup yang paling
kecil terlebih dahulu yaitu dalam lingkup kampung. Untuk itu dalam tulisan ini,
dalam menciptakan suatu kemanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran
lalu lintas diperlukan adanya perubahan prilaku bagi pengguna kendaraan
bermotor yang dimulai dari skup lokal yaitu kampung atau desa.
perilaku yang terjadi sejak di sekup lokal, kampung atau desa ini lah yang
menjadi Konsep tawaran atau ide kami dalam tulisan naskap ini dimana yang
sebagai leading sektor pelaksanaanya adalah Unit Dikmas Satlantas Polresta
di Kota Jambi agar membangun “Kampung Tertib Lalu Lintas”. Perubahan
prilaku pengguna kendaraan bermotor sangat di perlukan untuk menciptakan
situasi kamseltibcarlantas di jalan. Etika berlalu lintas, disiplin berlalu lintas,
patuh dan taat terhadap aturan lalu lintas yang ada, ini menjadi tujuan dari
terwujudnya kampung tertib lalu lintas ini.
Kampung tertib lalu lintas ini adalah sebuah program unggulan yang akan
di jadian roel model atau desain dalam perubahan prilaku. Sanksi hukum yang
diterapkan di kampung tertib lalu litas ini adalah pendekatan moral dan hukum
adat setempat. Satlantas polresta jambi adalah sebagai pemrakarsa,
sedangkan pelaksanaannya adalah dri warga masyarakat yang mempunyai
kepedulian terhadap pentingnya tertib dalam berlalu lintas.
Langkah awal yang dilakukan yaitu pembentukan polisi kamapung tertib
lalu lintas dengan kegiatan pelatihan, sosialisasi, penyediaan saran prasarana
baik rambu-rambu, marka jalan dan lain sebagainya. Polisi kampung tertib lalu
lontas ini terdiri dari warga pilihan yang mempunyai kepedukian terhadap
kamseltibcarlantas.
Langkah kedua yaitu sosialisasi dilakukan oleh anggota satlantas yang di
tunjuk atau dari Dikmas Lantas polresta kepada warga kampung yang aka di
bentuk kampung percontohan sebagai kampung tertib lalu lintas. Sosialisasi
dilakukan dengan harapan bahwa semua warga mengetahui pentingnya arti
ketertiban lalu lintas dan dapan sebagai kontrol terhadap keluarga mereka
masing-masing untuk menjaga agar tetap tertip dalam berkendaraaan.
26
Langkah ketiga yaitu penerapan program kampung tertib lalu lintas,
siapapun yang melintas di wilayah kampung tertib lalu lintas harus sesuai
dengan ketentuan dalam berlalu lintas, kedisiplinan dalam berlalu lintas sudah
mulai diterapkan dari kampung tertib lalu lintas ini. Petugas polisi kampung
tertib
lalu
lintas
yang
sudah
dilakukan
pelatihan
dan
pembelajaran
penegetahuan lalu lintas sudah mulai melakukan tindakan yaitu penegoran
yang sebagai sanksi moral terhadap pengguna jalan yang tidak tertib.
Harapannya dengan pola ini adalah apabila dalam lingkup terkecil yaitu di
kampung sudah dapat tertib maka untuk di lingkup yang lebih besar lagi yaitu
masuk jalan kabupaten dan jalan propinsi sudah barang tentu akan tertib pula.
Apabila kedisiplinan, ketrtiban dalam berlalu lintas dapat terwujud harapannya
yaitu kamseltibcarlantas yang kondusif tercipta pula.
Guna menciptakan kamseltibcarlantas yang kondusif, kampung tertib lalu
lintas ini merupakan program pemberdayaan potensi masyarakan dalam
menciptakan
situasi
harkamtibmas.
Kondisi
tersebut
menuntut
upaya
peningkatan tugas didasarkan pada terciptanya sinergitas dan koordinasi yang
semakin harmonis di antara personel sat lantas Polresta Jambi denga
masyarakat setempat.
Untuk meningkatkan fungsi dan tugas dari kampung tertib lalu lintas
diantaranya adalah meningkatkan program kegiatan sambang dan ikut
pengawasan secara optimal melalui kerjasama yang sinergis, disamping
meningkatkan kualitas sumber daya organisasi. Guna implementasi program
kampun tertib lalu lintas ini terwujud tentunya didukung oleh kemampuan
sumber daya manusia (SDM), dukungan anggaran, sarana dan prasarana yang
memadai serta sistem dan metode dalam meng implementasikan kampung
tertib lalu lintas guna merubah prilaku pengguna kendaraan bermotor dalam
rangka terciptanya kamseltibcarlantas yang kondusif. Kondisi ideal terkait
pelaksanaan tugas kampung tertib lalu lintas guna merubah prilaku pengguna
kendaraan bermotor dalam rangka terciptanya kamseltibcarlantas yang
kondusif., kami jabarkan sebagai berikut :
21. Kondisi Kemampuan Sumber Daya Manusia Satlantas Polresta Jambi
Secara
kuantitas
kekuatan
personel
Satlantas
Polresta
Jambi
diharapkan sudah sesuai dengan DSP yaitu berjumlah 73 personel dan 30
27
personel. Sedangkan secara kualitas, kemampuan personel
Satlantas
Polresta Jambi dalam melaksanakan program kampung tertib lalu lintas
dapat terlaksana, hal ini dapat dilihat dari :
a. Diharapkan semua personel
pelaksana program kampung tertib lalu
lintas sudah mengikuti pendidikan dan kejuruan di bidang lalu lintas,
sehingga dapat mengetahui teori-teori dasar manajemen lalu lintas.
b. Personel Satlantas Polresta Jambi sudah mahir dan terampil dalam
berkomunikasi dan kolaborasi dengan masyarakat dan instansi terkait.
Sudah terampil mencari dan mengumpulkan bahan keterangan dari
berbagai sumber sehingga dapat diolah menjadi informasi yang berguna
bagi Kapolresta Jambi untuk koordinasi kebijakan lain yang akan
mendorong pengurangan permasalahan lalu lintas yang terjadi.
c. Personel Satlantas Polresta Jambi sudah mahir dan terampil dalam
menjalin kemitraan melalui sinergi polisional
dengan masyarakat,
instansi terkait dan stake holder lainnya yang dianggap dapat membantu
tugas-tugas kepolisian dalam program kampung tertib lalu lintas.
22. Konsidisi Dukungan Anggaran yang Menunjang
Jambi
Anggaran yang menunjang
Satlantas Polresta
dalam melaksanakan program kampung
tertib lalu lintas, diharapkan sudah dapat tersedia. Hal ini disebabkan karena
anggaran yang digunakan adalah anggaran untuk kegiatan yang sudah
dimasukan dalam DIPA sudah ada anggaran khusus untuk kegiatan
program kampung tertib lalu lintas. Di samping itu dibutuhkan kepiawaian
seorang
Kapolres
dan
Kasat
Lantas
dalam
memanfaatkan
dan
memberdayakan dukungan anggaran yang tersedia untuk dimaksimalkan
mendukung implementasi program kampung tertib lalu lintas guna merubah
prilaku
pengguna
kendaraan
bermotor
dalam
rangka
terciptanya
kamseltibcarlantas yang kondusif.
23. Kondisi Dukungan Sarana dan Prasarana yang Menunjang Satlantas
Polresta Jambi
Sarana dan prasarana yang disediakan bagi pelaksanaan program
kampung tertib lalu lintas, diharapkan sudah tersedia. Pelaksanaan tugas
selain memerlukan alat komunikasi dan informasi yang cukup memadai
untuk kelancaran komunikasi, dibutuhkan juga kendaraan bermotor untuk
28
mobilitas personel yang sangat tinggi. Dukungan sarana dan prasarana
sudah ada dan cukup memadai terutama dukungan kendaraan bermotor
guna mendukung mobilitas personel. Diharapkan tidak ada menggunakan
kendaraan pribadi dan ditunjang dengan biaya penggantian untuk
operasionalnya bila menggunakan kendaraan pribadi.
24. Kondisi Sistem dan Metode yang Digunakan Satlantas Polresta Jambi
Metode yang diterapkan Satlantas Polresta Jambi dalam melaksanakan
program kampung tertib lalu lintas, diharapkan sudah tersedia. Hal ini dapat
dilihat dari :
a.
Pola pelaksanaan program kampung tertib lalu lintas yang dilakukan
Satlantas Polresta Jambi bersifat Sinergitas Polisional yang dilakukan
dengan perencanaan yang matang dimana dengan di bentuknya Forum
Diskusi grup (FGD), rapat kordinasi , dan Sharing thinking (ST). dengan
semua instansi terkait, seluruh stakeholder dan sponsor siap mendukung
untuk berjalanya progran kampung tertib lalulintas.
b. Menggunakan tehnik sistem Perpolisian Masarakat (Polmas) yang
bertujuan untuk menciptakan, dan mewujudkan perangkat personil yang
berasal dari masarakat dapat mandiri dan berjalan sesuai harapan untuk
dapat menjalankan sistem kesadaran berlalulintas melalui prisip “Dari
kita, oleh kita dan untuk kita” diman tentunya dengan pengawasan
personil satlantas polresta jambi.
c. Selektif dan prioritas terhadap kampung, desa yang kiranya representatif
dan memenuhi sarat standar untuk dijadikan objek sebagai kampung
tertib lalu lintas.
d. Menyelenggarakan
kampung
tertib
berlalu
lintas
dalam
Konsep
pelombaan yang akan di selenggarakan baik tingkat kampung, desa, dan
e.
perkotaan oleh pihak terkait bersama.
Mewujudkan sistem mekanisme Reward
dan
following
pada
penyelenggaraan Kampung tertib lalu lintas, sehingga dalam perjalanaya
nanti bersifat Kontinuitas dan intensitas, terencana, rutin dan terjadwal
dengan baik
dalam upaya perubahan prilaku pengguna kendaraan
bermotor di lingkup kampung tertib lalu lintas.
29
f.
Melibatkan partisipasi dan peran serta mitra dan sponsor terkait
kususnya dalam hal penyelenggaraan kampung tertib Lalu lintas dengan
menggunakan akses luas.
25. Kontribusi implementasi Kampung tertib lalu lintas
Kontribusi dari implementasi kampung tertib lalu lintas guna merubah
prilaku pengguna kendaraan bermotor, diantaranya:
a. Tertanganinya permasalahan lal litas secara efektif, efisien dan terpadu
dalam upaya perubahan prilaku pengguna kendaraan lalu lintas.
b. Dengan terlaksananya program kampung tertib lalu lintas secara efektif,
efisien dan terpadu maka prosentase titik-titik rawan kemacetan,
kecelakaan dapat diminimalisir sehingga semakin banyak warga
masyarakat tidak lagi alami ketidaklancaran dan permasalahan lalu lintas
dalam berkendaraan di jalan.
c. Dengan kelancaran lalu lintas maka diharapkan akan berkontribusi
terhadap
terjaganya
kamseltibcarlantas
dikarenakan
faktor–faktor
penyebab kemacetan, kecelakan dapat diminimalisir dan permasalahan
lalu lintas dapat terhindarkan
BAB VI
UPAYA PEMECAHAN MASALAH
Dengan menggunakan teori manajemen strategi yang dikemukakan oleh
Pearce dan Robinson, maka upaya pemecahan masalah dilakukan melalui
perumusan (formulasi) visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, strategi, dan action
plan untuk mengimplementasik