Epistemologi Rekayasa Genetika dalam mewujud
Tugas Filsafat
Nama: Khotimatun Hasanah
Rekayasa Genetika ditinjau dari Sudut Ontologi, Epistemologi, Aksiologi
A. Epistemologi Rekayasa Genetika
Disini diuraikan tentang bagaimana teknik rekayasa genetika diperoleh, Objek apa saja
yang menjadi telaahan rekayasa genetika, dan apa batasan kebenaran penerapan rekayasa
genetika ditinjau dari berbagai dimensi pengetahuan.
1. Bagaimana Teknik Rekayasa Genetika Diperoleh.
Jauh sebelum Charles R Darwin (Bapak Evolusi) menerbitkan buku fenomenalnya
berjudul “On The Origin Of Species by Means of Natural Selection”, Manusia telah
mempercayai bahwa terdapat proses penurunan sifat dari induk kepada keturunannya.
Aristoteles (384-323 SM), menyatakan bahwa dalam mengubah organisme dari bentuk
sederhana menjadi lebih kompleks dan sempurna adalah berdasarkan metafisika, Jean
Baptiste Lamarck (1744-1829) menyatakan bahwa perubahan makhluk hidup justru
dipengaruhi lingkungan, bukan pembawaan. Akan tetapi dibandingkan teori sebelumnya,
Teori Darwin jauh lebih diterima karena menyertakan bukti-bukti atau fakta yang
mendukung dan merupakan hasil penelitian ilmiah secara berpuluh-puluh tahun, teori ini
juga mampu mendorong para ahli untuk kebenaran teori tersebut.
Semenjak Teori Darwin dikemukakan, perkembangan biologi maju lebih pesat, berbagai
macam pertanyaan mengenai konsep penurunan sifat terjawab dengan lengkap. Bahkan
sejak saat itu disiplin ilmu biologi mengenai penurunan sifat dipisahkan menjadi disiplin
ilmu tersendiri yaitu genetika, disamping konsep sebelumnya tentang perubahan makhluk
hidup yang berubah terus menerus (evolusi). Darwin (disetujui ataupun tidak) banyak
memberikan masukan bermanfaat terhadap perkembangan biologi baik dalam hal konsep
ataupun teknik penelitian yang dilakukannya. meskipun demikian, hingga saat ini
terdapat konsep Darwin yang menjadi pokok perdebatan banyak kalangan, mengenai hal
ini dalam Bab “Difficulties of the Theory” ia menulis: ” …Jika suatu spesies memang
berasal dari spesies lain melalui perubahan sedikit demi sedikit, mengapa kita tidak
melihat sejumlah besar bentuk transisi di mana pun? Mengapa alam tidak berada dalam
keadaan kacau-balau, tetapi justru seperti kita lihat, spesies-spesies hidup dengan bentuk
sebaik-baiknya?….” menurut teori ini harus ada bentuk-bentuk peralihan dalam jumlah
besar, tetapi mengapa kita tidak menemukan mereka terkubur di kerak bumi dalam
jumlah tidak terhitung?…. dan pada daerah peralihan, yang memiliki kondisi hidup
peralihan, mengapa sekarang tidak kita temukan jenis-jenis peralihan dengan kekerabatan
yang erat? telah lama kesulitan ini sangat membingungkan saya”.
Pada perkembangan selanjutnya, genetika menjawab keraguan Darwin dengan fakta
sebaliknya, Sulit sekali mengakui bahwa dalam perkembangan alamiah terdapat evolusi
lompat species, melalui penelitian kacang ercis selama bertahun-tahun, Gregor Mendel
(1866) menyatakan bahwa sifat makhluk hidup diturunkan dari induk kepada
keturunannya. Pernyataan tersebut menunjukkan adanya substansi Genetika sebagai
faktor pembawa sifat, akan tetapi hasil penelitian tersebut justru mementahkan teori
spesiasi Darwin, karena pada kenyataannya dibutuhkan waktu yang lebih lama serta
spesies peralihan yang lebih banyak sebelum menghasilkan menghasilkan spesies yang
baru.
Perkembangan genetika masa kini ditandai dengan penggunaan teknologi nano sebagai
perangkat perubah penurunan sifat, keyakinan bahwa terdapatnya subjek tertentu yang
merepresentasikan sifat individu yang dapat diturunkan diikuti dengan diketemukannya
Gen (W.Johanssen) sebagai unit terkecil dalam faktor individu pembawa sifat. Gen
terdapat dalam kromosom seseorang (W. Waldayer) berisikan substansi genetic yang
merepresentasikan sifat seseorang secara utuh, Mengubah gen berarti mengubah sifat
individu, dengan cara menemukan substansi yang tepat dan mengubahnya, maka kita
dapat menghasilkan individu dengan sifat yang berbeda dari keturunannya, hal inilah
yang kemudian dikembangkan sebagai teknik rekayasa genetika.
Teknologi rekayasa genetika semakin lama semakin berkembang pesat, sejak awal
perkembangan biologi (genetika khususnya) menjadi sorotan dalam ilmu pengetahuan,
manusia tetap menjadi objek penelitian, hal ini sebenarnya sesuai dengan tujuan ilmu
untuk mempermudah kehidupan manusia, namun apa kemudian yang akan terjadi
andaikata teknologi rekayasa genetika diterapkan sepenuhnya, akan lahir anak dari rahim
yang berbeda dengan ibu pemilik sel telur aslinya, akan diciptakan manusia-manusia
“tiruan” dalam bentuk dan sifat yang sama dengan garis keturunan yang tidak jelas, akan
muncul jenis hewan yang bentuknya disesuaikan kebutuhan manusia; semangka tanpa
biji, kambing berkaki pendek, ayam yang terus-menerus bertelur tanpa dibuahi dan
sebagainya, tidakkah itu merusak biodiversitas dalam tatanan yang sudah ada
sebelumnya?
2. Objek Telaah Rekayasa Genetika
a. Substansi Hereditas
1). Gen dan Kromosom
Genetika adalah cabang ilmu biologi yang menelaah masalah-masalah penurunan sifat
dalam diri makhluk hidup, gen seseorang tersimpan dalam setiap segmen atau lokus
kromosom, gen tersusun dari polimer nukleotida yang terdiri dari DNA dan RNA.
Morgan menyatakan bahwa setiap gen menempati lokus yang khas dan kompak serta
mengandung informasi genetic yang mengatur sifat tertentu (lihat gb.1). Dalam
perkembangan selanjutnya, diketahui bahwa terdapat dua jenis kromosom dalam
makhluk hidup yang disebut autosom (kromosom tubuh) dan gonosom (kromosom
kelamin). Setiap makhluk hidup memiliki jumlah kromosom yang berbeda, jumlah
kromosom manusia diketahui sebanyak 46 (22 ps autosom dan 1 ps gonosom) semakin
banyak jumlah gen dalam kromosom, semakin banyak variasi sifat yang dihasilkannya.
Hal ini pula yang menjawab mengapa manusia dilahirkan dalam bentuk yang berbedabeda.
Gbr 1. DNA dalam Kromosom
Gbr 2. 23 Pasang kromosom tubuh manusia
Gbr 3. DNA dan Pewarisan Sifat
2). DNA dan RNA
DNA (Deoxyribo Nucleic Acid) adalah bahan genetic primer, terdiri atas monomer yang
meliputi gugusan Fosfat, Gula pentosa dan Basa nitrogen. Basa nitrogen dalam DNA
terdiri atas purin (adenin dan guanin) dan pirimidin (sitosin dan urasil) menyusun struktur
tangga tali terpilin double helix, pasangan basa nitrogen selalu tetap, yaitu Adenin dengan
Timin dan Guanin dengan Sitosin. DNA mampu melakukan replikasi sehingga
memunculkan lokus gen yang lebih banyak yang selanjutnya akan menghasilkan
pembelahan sel yang baru.
RNA (Ribosa Nucleic Acid) merupakan rangkaian tunggal nukleotida dengan padangan
Purin (Adenin dan Guanin) serta Pirimidin (Sitosin dan Urasil). RNA merupakan alat
Bantu dan substansi genetic pembawa sifat dari DNA yang sedang melakukan Replikasi
(RNAd, RNAt dan RNAr).
b. Penurunan Sifat
1). Hukum Mendel
Menurut Mendel, penurunan sifat seseorang dapat diperhitungkan, beberapa hokum
Mendel yang penting diantaranya adalah persilangan galur murni baik F1, F2 dst, galur
intermediate, polimeri, epistasis dan hipostasis, kriptomeri, dan komplementer.
2). Penyakit Keturunan (Pautan Gen)
Beberapa penyakit diketahui dapat diturunkan, hal ini terjadi apabila penyakit/kelainan
yang dimiliki seseorang tersebut terpaut gen, beberapa contoh penyakit/kelainan terpaut
gen tubuh diantaranya albino dan gangguan mental, terpaut gen kelamin diantaranya buta
warna, haemofilia, polidactyla (X) telinga berambut (hyperthrycosis) rambut kasar
(hystryc gravier) (Y).
3). Golongan Darah dan jenis Kelamin
Landsteiner (1990) menemukan bahwa terdapat 4 macam golongan darah pada manusia
diantaranya A, B, AB, dan O. keempat golongan darah ini terpaut gen yang terdiri tiga
macam alel yang dapat diturunkan. Genetika dapat menunjukkan bahwa anak akan
memiliki golongan darah dengan alel yang dimiliki kedua induknya.
4). Mutasi Gen
Substansi genetika dapat berubah strukturnya karena perubahan yang terjadi pada DNA,
perubahan tersebut dapat bersifat menurun dan mengakibatkan mutasi gen maupun
mutasi kromosom, yang pada gilirannya mengubah struktur atau sifat yang nampak pada
organisme.
Mutasi gen dapat terjadi secara alami atau buatan, mutasi alami terjadi dengan penyebab
yang belum pasti dapat diketahui, contoh terjadio perubahan macam-macam warna mata
pada lalat buah.
Mutasi Gen buatan dilakukan dengan hasil usaha manusia, mutasi dapat dilakukan
dengan menggunakan mutagen diantaranya panas, sinar kosmis, unsure radioaktif, sinar
ultraviolet, radiasi ion, dan sebagainya (Fisika, Kimia maupun Biologis) sehingga
menghasilkan sesuatu yang disebut mutant. Mutasi buatan inilah yang kemudian
dilakukan secara terarah dalam upaya manusia sehingga diperoleh teknologi rekayasa
genetika.
B. Ontologi Rekayasa Genetika
Disini dibicarakan mengenai Hakikat Rekayasa Genetika dan Struktur Keilmuan
Rekayasa Genetika.
1. Hakikat Rekayasa Genetika
Rekayasa Genetika merupakan puncak perkembangan bioteknologi yeng terjadi saat ini,
dalam praktiknya, pengembangan rekayasa genetika tidak terpisah dengan
pengembangan cabang ilmu biologi lain yang terkait, diantaranya seperti Evolusi, Biologi
Molekuler, Biologi Sel, Biokomia, dan sebaginya.
Rekayasa genetika pada hakikatnya adalah terjadinya proses perubahan sifat pada
makhluk hidup secara disengaja. Perubahan ini dapat bersifat permanen ataupun
sementara waktu. Rekayasa genetika dilakukan dengan dua jenis tujuan yaitu,
membudidayakan gen yang mengandung sifat-sifat yang menguntungkan serta
membuang gen yang membawa sifat yang merugikan. Dengan cara melakukan
pemotongan rantai DNA yang didalamnya terkandung kode genetic, kita dapat
memperoleh susunan kode genetik yang baru sehingga pada gilirannya akan
menghasilkan sifat penampakkan yang baru pula. Sangat mungkin terjadi bahwa manusia
mampu membentuk struktur manusia lain yang memiliki kekebalan tubuh yang berbeda,
kemampuan bertahan terhadap penyakit yang lebih tinggi, dengan bentuk baru yang tak
dapat kita bayangkan sebelumnya, bahkan dengan cara mengambil rantai DNA dan
mengembangbiakannya dalam media khusus dapat dilahirkan manusia-manusia baru
dengan bentuk yang sama persis dengan sel induknya, tanpa memerlukan perkawinan
(Cloning).
Perkembangan yang sangat pesat ini menimbulkan berbagai kegundahan bagi setiap
ilmuwan yang menggelutinya, dituntut tanggung jawab sosial dan moral dari setiap
ilmuwan dalam mengembangkan tori yang dimilikinya. Teknologi rekayasa genetika
tidak menjadi masalah jika hal tersebut jelas-jelas memberikan manfaat bagi kehidupan
manusia dan dalam bentuk yang tidak “Mengubah stabilitas ciptaan Tuhan” akan tetapi
hal tersebut akan menjadi masalah apabila teknologi tersebut dimiliki oleh ilmuwan yang
memiliki tanggungjawab moral dan sosial yang rendah.
2. Struktur Keilmuan
Penggunaan Teknologi Rekayasa Genetika saat ini sudah mencapai tingkat rekayasa
molekuler, beberapa contoh berikut ini meunjukkan bahwa perkembangan rekayasa
genetika memiliki kemajuan dari waktu ke waktu:
1). Inseminasi Buatan
Persilangan tradisional pada hewan maupun tumbuhan mensyaratkan tersedianya
pasangan jantan dan betina yang akan menurunkan sifat genetisnya, tatkala jarak dan
waktu memisahkan keduanya, dapat diatasi dengan cara inseminasi buatan. Sel sperma
sapi jantan unggul dimodifikasi dan dibekukan supaya tahan ke tempat tujuan untuk
kemudian disuntikkan kepada sel telur individu local, hasilnya berupa keturunan sapi
unggul (Fries Holland, Australian, dll)
2). Sistem Kekebalan Tubuh
Peningkatan system kekebalan tubuh pada tumbuhan maupun hewan dapat dilakukan
dengan cara merekayasa genetisnya, dengan radiasi sinar yang memiliki panjang
gelombang tertentu (sering digunakan sinar alfa, atau radiasi sinar x) dihasilkan padi
VUTW (varietas unggul tahan wereng, jeruk unggul anti hama, dll)
3). Penemuan Vaksin Hewan
Dengan cara memotong strike DNA pada inang, kemudian bagian gen yang tidak
diinginkan dibuang dengan sengaja, kemudian organisme tersebut dirangsang untuk
berkembang biak, hasilnya adalah berupa berbagai macam organisme yang memiliki
ketahanan terhadap penyakit, organisme tersebut dapat dimanfaatkan untuk membentuk
kekebalan tubuhnya sendiri yang diambil menjadi vaksin penyakit, seperti vaksin H3N1
untuk pemberantasan virus flu burung.
b. Rekayasa Genetika pada Manusia
Beberapa tahun lalu, kita dikejutkan oleh berbagai macam hasil teknik rekayasa genetika
yang diterapkan pada manusia, diantaranya adalah:
1). Bayi Tabung dan Bank Sperma
Teknologi bayi tabung pertama kali diperkenalkan sebagai alat bantu kopulasi diluar
tubuh, manusia yang tidak bisa melakukan pembuahan karena satu dan lain namun
memiliki sel kelamin yang baik, sel telur dan sel sperma diambil untuk kemudian
dipertemukan didalam tabung percobaan, melalui kopulasi di luar tubuh dihasilkan zigot,
yang kemudian ditanam kembali ke dalam rahim ibunya atau ke dalam rahim wanita lain
yang sehat.
Penyediaan Bank Sperma dimaksudkan untuk menyimpan berbagai macam sperma untuk
dapat dimanfaatkan pasangan yang memiliki keterbatasan waktu dan tempat (semacam
inseminasi yang dilakukan pada manusia).
2). Penamuan Vaksin dan Obat-obatan
Proses pembuatan vaksin pada manusia pada prinsipnya sama dengan pembuatan vaksin
pada hewan, DNA Inang dipotong, kemudian dimasukkan DNA tertentu yang dimiliki
bakteri penyebab penyakit, sehingga menyebabkan inang membentuk kekebalan terhadap
penyakit yang di ”cangkokkan”, selanjutnya organisme tersebut dirangsang untuk
berkembang biak, hasilnya adalah berupa vaksin-vaksin yang diproduksi inang dan
diturunkan, hal ini sering digunakan dalam dunia kedokteran misalnya proses pembuatan
vaksin Hepatitis B, atau untuk menghasilkan hormon seperti insulin, dan sebagainya.
c. Gambaran Rekayasa Genetika Masa Depan:
1). Organ Buatan
Dewasa ini, dikembangkan pembuatan organ buatan, sel dari jaringan aslinya diambil dan
ditumbuhkan untuk menjadi organ yang sama, saat ini yang telah terjadi di dunia
kedokteran adalah pengembangan katup jantung. Selanjutnya bukan tidak mustahil
bahwa terdapat berbagai organ buatan seperti jantung buatan, mata buatan, dsb.
2). Kloning
Teknologi Kloning sebenarnya telah mampu dikuasai manusia, berdasarkan prinsip
Tottipotensi, setiap sel dalam tubuh makhluk hidup mampu dikembangkan menjadi
organisme klon yang sama persis dengan induknya. Beberapa tahun lalu, seorang biolog
berkebangsaan Austria berhasil mengkloning Domba yang dia beri nama Dolly, domba
ini diambil sel telurnya untuk kemudian dikembangkan diluar tubuh tanpa terjadinya
persilangan. Hasilnya adalah beberapa ekor anak domba yang sama persis dengan
induknya.
Dalam dunia tumbuhan, teknologi ini sebenarnya telah sering digunakan, kultur jaringan
adalah bentuk lain teknologi cloning yang dilakukan pada tumbuhan. Beberapa waktu
lalu, seorang ilmuwan korea bahkan mengaku siap melakukan cloning pada manusia,
diperkirakan pada tahun 2010 nanti akan muncul manusia baru hasil Kloning.
3). Tanaman Transgenik
Tanaman transgenik merupakan hasil rekayasa gen dengan cara disisipi satu atau
sejumlah gen. Gen yang dimasukkan itu - disebut transgene - diisolasi dari tanaman tidak
sekerabat atau spesies yang lain sama sekali. Transgene diambil dari organisme yang
memiliki sifat unggul tertentu. Misal, pada proses membuat jagung Bt tahan hama,
disisipkan gen bakteri tanah Bacillus thuringiensis (Bt) penghasil racun yang mematikan
bagi hama tertentu. Gen ini disisipkan ke rangkaian gen tanaman jagung. Sehingga
tanaman resipien (jagung) juga mewarisi sifat toksis bagi hama. Ulat atau hama
penggerek jagung Bt akan mati (Intisari, 2003).
4). Mutant
Proses perubahan species melalui rekayasa genetika memerlukan banyak species
percobaan, diperkirakan bahwa dari species percobaan yang ada, akan terdapat
ketidakseimbangan individu karena memiliki sifat-sifat asing yang berbeda dari
induknya, hal inilah yang disebut dengan mutant. Keberadaan mutant saat ini masih
diragukan, karena disamping teknologi genetika belum mencapai tingkat organisme
manusia secara utuh, hal ini dianggap melanggar moral dan tanggungjawab ilmuwan,
PBB sebagai badan dunia dengan organisasi turunannya telah melarang percobaan
rekayasa genetika bagi manusia yang belum jelas manfaat dan stabilitas organisme yang
dihasilkannya.
C. Aksiologi Rekayasa Genetika
Disini dibahas mengenai manfaat dan kerugian penggunaan rekayasa genetika.
1. Kegunaan Rekayasa Genetika
Rekayasa Genetika dipandang dari segi apapun tetap memiliki manfaat dan mudharat,
penerapan teknologi seringkali memunculkan permasalahan baru, hal ini terjadi karena
seringkali pemanfaatan teknologi tidak mampu diimbangi oleh perkembangan moral dan
pertimbangan stabilitas tatanan kehidupan alamiah, beberapa Teknologi Rekayasa
Genetika sebenarnya telah banyak menguntungkan bagi manusia, beberapa hal
diantaranya adalah:
a. Rekayasa Genetika banyak dimanfaatkan untuk menghasilkan bahan-bahan
pemberantasan penyakit dengan aman dan harga murah, vaksin yang diperoleh dari
rekayasa genetika memiliki kemurnian mendekati 100%, pengembangan dunia
kedokteran maju dengan pesat, pada teknologi kedokteran masa depan, diharapkan tidak
dibutuhkan lagi donor bagi pasien yang membutuhkan cangkok organ.
b. Rekayasa Genetika banyak dimanfaatkan bagi dunia tumbuhan dan hewan, pemilihan
bibit unggul, perbanyakan dengan mudah, murah dan terjamin kualitas, dapat
mengimbangi kebutuhan manusia dalam menjamin ketersediaan bahan pangan di masa
depan.
c. Rekayasa Genetika membantu memprmudah kesulitan manusia dalam memecahkan
berbagai masalah keturunan, penghilangan gen yang dikehendaki dapat dilakukan dengan
mudah, sehingga diharapkan keturunan berikutnya tidak lagi memiliki kekurangan pada
penyakit tertentu, dan lain-lain.
2. Kerugian dan Penyimpangan Keilmuan
Perkembangan teknologi selalu diimbangi dengan munculnya berbagai masalah baru,
rekayasa genetika menimbulkan beberapa masalah yang merugikan manusia dalam
jangka waktu yang panjang diantaranya:
a. Terjadinya perkembangbiakan yang tidak terkendali dari jenis bakteri/organisme
ciptaan baru di laboratorium, baik yang berhasil ataupun gagal mempunyai potensi yang
sangat merugikan.
b. Terjadinya ketidakseimbangan ekologis, disebabkan keseragaman individu hasil
cloning terhadap ketahanan penyakit, respons ekosistem dan perilaku lain yang
menyebabkan biodiversitas bumi terancam gagal
BAB III
KESIMPULAN
1. Rekayasa genetika adalah puncak perkembangan teknologi dalam bidang biologi saat
ini, perkembangan genetika diawali dengan semangat Darwinisme yang mengungkapkan
bahwa terdapat gen penurunan sifat pada setiap organisme yang dapat berubah dalam
jangka waktu yang lama. Darwin (disetujui maupun tidak) telah memberikan kontribusi
yang cukup besar dalam menopang perkembangan keilmuan biologi hingga dapat melaju
sedemikian pesat.
2. Teknologi rekayasa genetika dibutuhkan untuk berkembang selama dalam koridor
tanggungjawab moral dan sosial para ilmuwan yang mengembangkannya, diperlukan
ilmuwan yang bijak dalam upayanya mengembangkan keilmuan namun dengan tetap
mengindahkan keseimbangan ekologis (saat ini disponsori PBB telah ditandatangani
Protocol Cartagena) untuk melindungi biodiversitas ekosistem, namun juga tetap
memberikan tempat bagi para ilmuwan untuk terus berkiprah meningkatkan kehidupan
yang lebih baik.
3. Dalam pemanfaatan lingkungan awam, diperlukan opini publik bahwa penggunaan
produk rekayasa genetika harus memiliki aturan tertentu yang dituangkan dalam bentuk
undang undang yang mengikat dan menyeluruh.
Nama: Khotimatun Hasanah
Rekayasa Genetika ditinjau dari Sudut Ontologi, Epistemologi, Aksiologi
A. Epistemologi Rekayasa Genetika
Disini diuraikan tentang bagaimana teknik rekayasa genetika diperoleh, Objek apa saja
yang menjadi telaahan rekayasa genetika, dan apa batasan kebenaran penerapan rekayasa
genetika ditinjau dari berbagai dimensi pengetahuan.
1. Bagaimana Teknik Rekayasa Genetika Diperoleh.
Jauh sebelum Charles R Darwin (Bapak Evolusi) menerbitkan buku fenomenalnya
berjudul “On The Origin Of Species by Means of Natural Selection”, Manusia telah
mempercayai bahwa terdapat proses penurunan sifat dari induk kepada keturunannya.
Aristoteles (384-323 SM), menyatakan bahwa dalam mengubah organisme dari bentuk
sederhana menjadi lebih kompleks dan sempurna adalah berdasarkan metafisika, Jean
Baptiste Lamarck (1744-1829) menyatakan bahwa perubahan makhluk hidup justru
dipengaruhi lingkungan, bukan pembawaan. Akan tetapi dibandingkan teori sebelumnya,
Teori Darwin jauh lebih diterima karena menyertakan bukti-bukti atau fakta yang
mendukung dan merupakan hasil penelitian ilmiah secara berpuluh-puluh tahun, teori ini
juga mampu mendorong para ahli untuk kebenaran teori tersebut.
Semenjak Teori Darwin dikemukakan, perkembangan biologi maju lebih pesat, berbagai
macam pertanyaan mengenai konsep penurunan sifat terjawab dengan lengkap. Bahkan
sejak saat itu disiplin ilmu biologi mengenai penurunan sifat dipisahkan menjadi disiplin
ilmu tersendiri yaitu genetika, disamping konsep sebelumnya tentang perubahan makhluk
hidup yang berubah terus menerus (evolusi). Darwin (disetujui ataupun tidak) banyak
memberikan masukan bermanfaat terhadap perkembangan biologi baik dalam hal konsep
ataupun teknik penelitian yang dilakukannya. meskipun demikian, hingga saat ini
terdapat konsep Darwin yang menjadi pokok perdebatan banyak kalangan, mengenai hal
ini dalam Bab “Difficulties of the Theory” ia menulis: ” …Jika suatu spesies memang
berasal dari spesies lain melalui perubahan sedikit demi sedikit, mengapa kita tidak
melihat sejumlah besar bentuk transisi di mana pun? Mengapa alam tidak berada dalam
keadaan kacau-balau, tetapi justru seperti kita lihat, spesies-spesies hidup dengan bentuk
sebaik-baiknya?….” menurut teori ini harus ada bentuk-bentuk peralihan dalam jumlah
besar, tetapi mengapa kita tidak menemukan mereka terkubur di kerak bumi dalam
jumlah tidak terhitung?…. dan pada daerah peralihan, yang memiliki kondisi hidup
peralihan, mengapa sekarang tidak kita temukan jenis-jenis peralihan dengan kekerabatan
yang erat? telah lama kesulitan ini sangat membingungkan saya”.
Pada perkembangan selanjutnya, genetika menjawab keraguan Darwin dengan fakta
sebaliknya, Sulit sekali mengakui bahwa dalam perkembangan alamiah terdapat evolusi
lompat species, melalui penelitian kacang ercis selama bertahun-tahun, Gregor Mendel
(1866) menyatakan bahwa sifat makhluk hidup diturunkan dari induk kepada
keturunannya. Pernyataan tersebut menunjukkan adanya substansi Genetika sebagai
faktor pembawa sifat, akan tetapi hasil penelitian tersebut justru mementahkan teori
spesiasi Darwin, karena pada kenyataannya dibutuhkan waktu yang lebih lama serta
spesies peralihan yang lebih banyak sebelum menghasilkan menghasilkan spesies yang
baru.
Perkembangan genetika masa kini ditandai dengan penggunaan teknologi nano sebagai
perangkat perubah penurunan sifat, keyakinan bahwa terdapatnya subjek tertentu yang
merepresentasikan sifat individu yang dapat diturunkan diikuti dengan diketemukannya
Gen (W.Johanssen) sebagai unit terkecil dalam faktor individu pembawa sifat. Gen
terdapat dalam kromosom seseorang (W. Waldayer) berisikan substansi genetic yang
merepresentasikan sifat seseorang secara utuh, Mengubah gen berarti mengubah sifat
individu, dengan cara menemukan substansi yang tepat dan mengubahnya, maka kita
dapat menghasilkan individu dengan sifat yang berbeda dari keturunannya, hal inilah
yang kemudian dikembangkan sebagai teknik rekayasa genetika.
Teknologi rekayasa genetika semakin lama semakin berkembang pesat, sejak awal
perkembangan biologi (genetika khususnya) menjadi sorotan dalam ilmu pengetahuan,
manusia tetap menjadi objek penelitian, hal ini sebenarnya sesuai dengan tujuan ilmu
untuk mempermudah kehidupan manusia, namun apa kemudian yang akan terjadi
andaikata teknologi rekayasa genetika diterapkan sepenuhnya, akan lahir anak dari rahim
yang berbeda dengan ibu pemilik sel telur aslinya, akan diciptakan manusia-manusia
“tiruan” dalam bentuk dan sifat yang sama dengan garis keturunan yang tidak jelas, akan
muncul jenis hewan yang bentuknya disesuaikan kebutuhan manusia; semangka tanpa
biji, kambing berkaki pendek, ayam yang terus-menerus bertelur tanpa dibuahi dan
sebagainya, tidakkah itu merusak biodiversitas dalam tatanan yang sudah ada
sebelumnya?
2. Objek Telaah Rekayasa Genetika
a. Substansi Hereditas
1). Gen dan Kromosom
Genetika adalah cabang ilmu biologi yang menelaah masalah-masalah penurunan sifat
dalam diri makhluk hidup, gen seseorang tersimpan dalam setiap segmen atau lokus
kromosom, gen tersusun dari polimer nukleotida yang terdiri dari DNA dan RNA.
Morgan menyatakan bahwa setiap gen menempati lokus yang khas dan kompak serta
mengandung informasi genetic yang mengatur sifat tertentu (lihat gb.1). Dalam
perkembangan selanjutnya, diketahui bahwa terdapat dua jenis kromosom dalam
makhluk hidup yang disebut autosom (kromosom tubuh) dan gonosom (kromosom
kelamin). Setiap makhluk hidup memiliki jumlah kromosom yang berbeda, jumlah
kromosom manusia diketahui sebanyak 46 (22 ps autosom dan 1 ps gonosom) semakin
banyak jumlah gen dalam kromosom, semakin banyak variasi sifat yang dihasilkannya.
Hal ini pula yang menjawab mengapa manusia dilahirkan dalam bentuk yang berbedabeda.
Gbr 1. DNA dalam Kromosom
Gbr 2. 23 Pasang kromosom tubuh manusia
Gbr 3. DNA dan Pewarisan Sifat
2). DNA dan RNA
DNA (Deoxyribo Nucleic Acid) adalah bahan genetic primer, terdiri atas monomer yang
meliputi gugusan Fosfat, Gula pentosa dan Basa nitrogen. Basa nitrogen dalam DNA
terdiri atas purin (adenin dan guanin) dan pirimidin (sitosin dan urasil) menyusun struktur
tangga tali terpilin double helix, pasangan basa nitrogen selalu tetap, yaitu Adenin dengan
Timin dan Guanin dengan Sitosin. DNA mampu melakukan replikasi sehingga
memunculkan lokus gen yang lebih banyak yang selanjutnya akan menghasilkan
pembelahan sel yang baru.
RNA (Ribosa Nucleic Acid) merupakan rangkaian tunggal nukleotida dengan padangan
Purin (Adenin dan Guanin) serta Pirimidin (Sitosin dan Urasil). RNA merupakan alat
Bantu dan substansi genetic pembawa sifat dari DNA yang sedang melakukan Replikasi
(RNAd, RNAt dan RNAr).
b. Penurunan Sifat
1). Hukum Mendel
Menurut Mendel, penurunan sifat seseorang dapat diperhitungkan, beberapa hokum
Mendel yang penting diantaranya adalah persilangan galur murni baik F1, F2 dst, galur
intermediate, polimeri, epistasis dan hipostasis, kriptomeri, dan komplementer.
2). Penyakit Keturunan (Pautan Gen)
Beberapa penyakit diketahui dapat diturunkan, hal ini terjadi apabila penyakit/kelainan
yang dimiliki seseorang tersebut terpaut gen, beberapa contoh penyakit/kelainan terpaut
gen tubuh diantaranya albino dan gangguan mental, terpaut gen kelamin diantaranya buta
warna, haemofilia, polidactyla (X) telinga berambut (hyperthrycosis) rambut kasar
(hystryc gravier) (Y).
3). Golongan Darah dan jenis Kelamin
Landsteiner (1990) menemukan bahwa terdapat 4 macam golongan darah pada manusia
diantaranya A, B, AB, dan O. keempat golongan darah ini terpaut gen yang terdiri tiga
macam alel yang dapat diturunkan. Genetika dapat menunjukkan bahwa anak akan
memiliki golongan darah dengan alel yang dimiliki kedua induknya.
4). Mutasi Gen
Substansi genetika dapat berubah strukturnya karena perubahan yang terjadi pada DNA,
perubahan tersebut dapat bersifat menurun dan mengakibatkan mutasi gen maupun
mutasi kromosom, yang pada gilirannya mengubah struktur atau sifat yang nampak pada
organisme.
Mutasi gen dapat terjadi secara alami atau buatan, mutasi alami terjadi dengan penyebab
yang belum pasti dapat diketahui, contoh terjadio perubahan macam-macam warna mata
pada lalat buah.
Mutasi Gen buatan dilakukan dengan hasil usaha manusia, mutasi dapat dilakukan
dengan menggunakan mutagen diantaranya panas, sinar kosmis, unsure radioaktif, sinar
ultraviolet, radiasi ion, dan sebagainya (Fisika, Kimia maupun Biologis) sehingga
menghasilkan sesuatu yang disebut mutant. Mutasi buatan inilah yang kemudian
dilakukan secara terarah dalam upaya manusia sehingga diperoleh teknologi rekayasa
genetika.
B. Ontologi Rekayasa Genetika
Disini dibicarakan mengenai Hakikat Rekayasa Genetika dan Struktur Keilmuan
Rekayasa Genetika.
1. Hakikat Rekayasa Genetika
Rekayasa Genetika merupakan puncak perkembangan bioteknologi yeng terjadi saat ini,
dalam praktiknya, pengembangan rekayasa genetika tidak terpisah dengan
pengembangan cabang ilmu biologi lain yang terkait, diantaranya seperti Evolusi, Biologi
Molekuler, Biologi Sel, Biokomia, dan sebaginya.
Rekayasa genetika pada hakikatnya adalah terjadinya proses perubahan sifat pada
makhluk hidup secara disengaja. Perubahan ini dapat bersifat permanen ataupun
sementara waktu. Rekayasa genetika dilakukan dengan dua jenis tujuan yaitu,
membudidayakan gen yang mengandung sifat-sifat yang menguntungkan serta
membuang gen yang membawa sifat yang merugikan. Dengan cara melakukan
pemotongan rantai DNA yang didalamnya terkandung kode genetic, kita dapat
memperoleh susunan kode genetik yang baru sehingga pada gilirannya akan
menghasilkan sifat penampakkan yang baru pula. Sangat mungkin terjadi bahwa manusia
mampu membentuk struktur manusia lain yang memiliki kekebalan tubuh yang berbeda,
kemampuan bertahan terhadap penyakit yang lebih tinggi, dengan bentuk baru yang tak
dapat kita bayangkan sebelumnya, bahkan dengan cara mengambil rantai DNA dan
mengembangbiakannya dalam media khusus dapat dilahirkan manusia-manusia baru
dengan bentuk yang sama persis dengan sel induknya, tanpa memerlukan perkawinan
(Cloning).
Perkembangan yang sangat pesat ini menimbulkan berbagai kegundahan bagi setiap
ilmuwan yang menggelutinya, dituntut tanggung jawab sosial dan moral dari setiap
ilmuwan dalam mengembangkan tori yang dimilikinya. Teknologi rekayasa genetika
tidak menjadi masalah jika hal tersebut jelas-jelas memberikan manfaat bagi kehidupan
manusia dan dalam bentuk yang tidak “Mengubah stabilitas ciptaan Tuhan” akan tetapi
hal tersebut akan menjadi masalah apabila teknologi tersebut dimiliki oleh ilmuwan yang
memiliki tanggungjawab moral dan sosial yang rendah.
2. Struktur Keilmuan
Penggunaan Teknologi Rekayasa Genetika saat ini sudah mencapai tingkat rekayasa
molekuler, beberapa contoh berikut ini meunjukkan bahwa perkembangan rekayasa
genetika memiliki kemajuan dari waktu ke waktu:
1). Inseminasi Buatan
Persilangan tradisional pada hewan maupun tumbuhan mensyaratkan tersedianya
pasangan jantan dan betina yang akan menurunkan sifat genetisnya, tatkala jarak dan
waktu memisahkan keduanya, dapat diatasi dengan cara inseminasi buatan. Sel sperma
sapi jantan unggul dimodifikasi dan dibekukan supaya tahan ke tempat tujuan untuk
kemudian disuntikkan kepada sel telur individu local, hasilnya berupa keturunan sapi
unggul (Fries Holland, Australian, dll)
2). Sistem Kekebalan Tubuh
Peningkatan system kekebalan tubuh pada tumbuhan maupun hewan dapat dilakukan
dengan cara merekayasa genetisnya, dengan radiasi sinar yang memiliki panjang
gelombang tertentu (sering digunakan sinar alfa, atau radiasi sinar x) dihasilkan padi
VUTW (varietas unggul tahan wereng, jeruk unggul anti hama, dll)
3). Penemuan Vaksin Hewan
Dengan cara memotong strike DNA pada inang, kemudian bagian gen yang tidak
diinginkan dibuang dengan sengaja, kemudian organisme tersebut dirangsang untuk
berkembang biak, hasilnya adalah berupa berbagai macam organisme yang memiliki
ketahanan terhadap penyakit, organisme tersebut dapat dimanfaatkan untuk membentuk
kekebalan tubuhnya sendiri yang diambil menjadi vaksin penyakit, seperti vaksin H3N1
untuk pemberantasan virus flu burung.
b. Rekayasa Genetika pada Manusia
Beberapa tahun lalu, kita dikejutkan oleh berbagai macam hasil teknik rekayasa genetika
yang diterapkan pada manusia, diantaranya adalah:
1). Bayi Tabung dan Bank Sperma
Teknologi bayi tabung pertama kali diperkenalkan sebagai alat bantu kopulasi diluar
tubuh, manusia yang tidak bisa melakukan pembuahan karena satu dan lain namun
memiliki sel kelamin yang baik, sel telur dan sel sperma diambil untuk kemudian
dipertemukan didalam tabung percobaan, melalui kopulasi di luar tubuh dihasilkan zigot,
yang kemudian ditanam kembali ke dalam rahim ibunya atau ke dalam rahim wanita lain
yang sehat.
Penyediaan Bank Sperma dimaksudkan untuk menyimpan berbagai macam sperma untuk
dapat dimanfaatkan pasangan yang memiliki keterbatasan waktu dan tempat (semacam
inseminasi yang dilakukan pada manusia).
2). Penamuan Vaksin dan Obat-obatan
Proses pembuatan vaksin pada manusia pada prinsipnya sama dengan pembuatan vaksin
pada hewan, DNA Inang dipotong, kemudian dimasukkan DNA tertentu yang dimiliki
bakteri penyebab penyakit, sehingga menyebabkan inang membentuk kekebalan terhadap
penyakit yang di ”cangkokkan”, selanjutnya organisme tersebut dirangsang untuk
berkembang biak, hasilnya adalah berupa vaksin-vaksin yang diproduksi inang dan
diturunkan, hal ini sering digunakan dalam dunia kedokteran misalnya proses pembuatan
vaksin Hepatitis B, atau untuk menghasilkan hormon seperti insulin, dan sebagainya.
c. Gambaran Rekayasa Genetika Masa Depan:
1). Organ Buatan
Dewasa ini, dikembangkan pembuatan organ buatan, sel dari jaringan aslinya diambil dan
ditumbuhkan untuk menjadi organ yang sama, saat ini yang telah terjadi di dunia
kedokteran adalah pengembangan katup jantung. Selanjutnya bukan tidak mustahil
bahwa terdapat berbagai organ buatan seperti jantung buatan, mata buatan, dsb.
2). Kloning
Teknologi Kloning sebenarnya telah mampu dikuasai manusia, berdasarkan prinsip
Tottipotensi, setiap sel dalam tubuh makhluk hidup mampu dikembangkan menjadi
organisme klon yang sama persis dengan induknya. Beberapa tahun lalu, seorang biolog
berkebangsaan Austria berhasil mengkloning Domba yang dia beri nama Dolly, domba
ini diambil sel telurnya untuk kemudian dikembangkan diluar tubuh tanpa terjadinya
persilangan. Hasilnya adalah beberapa ekor anak domba yang sama persis dengan
induknya.
Dalam dunia tumbuhan, teknologi ini sebenarnya telah sering digunakan, kultur jaringan
adalah bentuk lain teknologi cloning yang dilakukan pada tumbuhan. Beberapa waktu
lalu, seorang ilmuwan korea bahkan mengaku siap melakukan cloning pada manusia,
diperkirakan pada tahun 2010 nanti akan muncul manusia baru hasil Kloning.
3). Tanaman Transgenik
Tanaman transgenik merupakan hasil rekayasa gen dengan cara disisipi satu atau
sejumlah gen. Gen yang dimasukkan itu - disebut transgene - diisolasi dari tanaman tidak
sekerabat atau spesies yang lain sama sekali. Transgene diambil dari organisme yang
memiliki sifat unggul tertentu. Misal, pada proses membuat jagung Bt tahan hama,
disisipkan gen bakteri tanah Bacillus thuringiensis (Bt) penghasil racun yang mematikan
bagi hama tertentu. Gen ini disisipkan ke rangkaian gen tanaman jagung. Sehingga
tanaman resipien (jagung) juga mewarisi sifat toksis bagi hama. Ulat atau hama
penggerek jagung Bt akan mati (Intisari, 2003).
4). Mutant
Proses perubahan species melalui rekayasa genetika memerlukan banyak species
percobaan, diperkirakan bahwa dari species percobaan yang ada, akan terdapat
ketidakseimbangan individu karena memiliki sifat-sifat asing yang berbeda dari
induknya, hal inilah yang disebut dengan mutant. Keberadaan mutant saat ini masih
diragukan, karena disamping teknologi genetika belum mencapai tingkat organisme
manusia secara utuh, hal ini dianggap melanggar moral dan tanggungjawab ilmuwan,
PBB sebagai badan dunia dengan organisasi turunannya telah melarang percobaan
rekayasa genetika bagi manusia yang belum jelas manfaat dan stabilitas organisme yang
dihasilkannya.
C. Aksiologi Rekayasa Genetika
Disini dibahas mengenai manfaat dan kerugian penggunaan rekayasa genetika.
1. Kegunaan Rekayasa Genetika
Rekayasa Genetika dipandang dari segi apapun tetap memiliki manfaat dan mudharat,
penerapan teknologi seringkali memunculkan permasalahan baru, hal ini terjadi karena
seringkali pemanfaatan teknologi tidak mampu diimbangi oleh perkembangan moral dan
pertimbangan stabilitas tatanan kehidupan alamiah, beberapa Teknologi Rekayasa
Genetika sebenarnya telah banyak menguntungkan bagi manusia, beberapa hal
diantaranya adalah:
a. Rekayasa Genetika banyak dimanfaatkan untuk menghasilkan bahan-bahan
pemberantasan penyakit dengan aman dan harga murah, vaksin yang diperoleh dari
rekayasa genetika memiliki kemurnian mendekati 100%, pengembangan dunia
kedokteran maju dengan pesat, pada teknologi kedokteran masa depan, diharapkan tidak
dibutuhkan lagi donor bagi pasien yang membutuhkan cangkok organ.
b. Rekayasa Genetika banyak dimanfaatkan bagi dunia tumbuhan dan hewan, pemilihan
bibit unggul, perbanyakan dengan mudah, murah dan terjamin kualitas, dapat
mengimbangi kebutuhan manusia dalam menjamin ketersediaan bahan pangan di masa
depan.
c. Rekayasa Genetika membantu memprmudah kesulitan manusia dalam memecahkan
berbagai masalah keturunan, penghilangan gen yang dikehendaki dapat dilakukan dengan
mudah, sehingga diharapkan keturunan berikutnya tidak lagi memiliki kekurangan pada
penyakit tertentu, dan lain-lain.
2. Kerugian dan Penyimpangan Keilmuan
Perkembangan teknologi selalu diimbangi dengan munculnya berbagai masalah baru,
rekayasa genetika menimbulkan beberapa masalah yang merugikan manusia dalam
jangka waktu yang panjang diantaranya:
a. Terjadinya perkembangbiakan yang tidak terkendali dari jenis bakteri/organisme
ciptaan baru di laboratorium, baik yang berhasil ataupun gagal mempunyai potensi yang
sangat merugikan.
b. Terjadinya ketidakseimbangan ekologis, disebabkan keseragaman individu hasil
cloning terhadap ketahanan penyakit, respons ekosistem dan perilaku lain yang
menyebabkan biodiversitas bumi terancam gagal
BAB III
KESIMPULAN
1. Rekayasa genetika adalah puncak perkembangan teknologi dalam bidang biologi saat
ini, perkembangan genetika diawali dengan semangat Darwinisme yang mengungkapkan
bahwa terdapat gen penurunan sifat pada setiap organisme yang dapat berubah dalam
jangka waktu yang lama. Darwin (disetujui maupun tidak) telah memberikan kontribusi
yang cukup besar dalam menopang perkembangan keilmuan biologi hingga dapat melaju
sedemikian pesat.
2. Teknologi rekayasa genetika dibutuhkan untuk berkembang selama dalam koridor
tanggungjawab moral dan sosial para ilmuwan yang mengembangkannya, diperlukan
ilmuwan yang bijak dalam upayanya mengembangkan keilmuan namun dengan tetap
mengindahkan keseimbangan ekologis (saat ini disponsori PBB telah ditandatangani
Protocol Cartagena) untuk melindungi biodiversitas ekosistem, namun juga tetap
memberikan tempat bagi para ilmuwan untuk terus berkiprah meningkatkan kehidupan
yang lebih baik.
3. Dalam pemanfaatan lingkungan awam, diperlukan opini publik bahwa penggunaan
produk rekayasa genetika harus memiliki aturan tertentu yang dituangkan dalam bentuk
undang undang yang mengikat dan menyeluruh.