KABUPATEN KARTI PRAJA SEBAGAI PELAKSANA PEMBANGUNAN PADA MASA PEMERINTAHAN MANGKUNEGARA VII (1916-1944)

PEMBANGUNAN PADA MASA PEMERINTAHAN MANGKUNEGARA VII (1916-1944)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Sastra Jurusan Ilmu Sejarah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh: BUDI DARMAWAN

C0505015

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

PEMBANGUNAN PADA MASA PEMERINTAHAN MANGKUNEGARA VII (1916-1944)

Disusun oleh

BUDI DARMAWAN

C0505015

Telah disetujui oleh pembimbing

Pembimbing

Tiwuk Kusuma Hastuti, S.S, M.Hum

NIP. 197306132000032002

Mengetahui Ketua Jurusan Ilmu Sejarah

Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum

NIP. 195402231986012001

PEMBANGUNAN PADA MASA PEMERINTAHAN

MANGKUNEGARA VII

Disusun oleh

BUDI DARMAWAN C05005015

Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Pada Tanggal.............................

Jabatan

Nama

Tanda Tangan

Ketua Penguji

Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum

NIP 195402231986012001

Sekretaris Penguji

Insiwi Febriary Setiasih, S.S, MA

NIP 198002272005012001

Penguji I Tiwuk Kusuma Hastuti, S.S, M. Hum (………………) NIP 197306132000032002

Penguji II

Drs. Soedarmono, SU

NIP 194908131980031001

Mengetahui, Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta

Drs. Sudarno, MA

NIP. 195303141985061001

PERNYATAAN

Nama : Budi Darmawan NIM : C0505015

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Kabupaten Karti Praja Sebagai Pelaksana Pembangunan Pada Masa Pemerintahan Mangkunegara VII ( 1916-1944 ) adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, Juni 2010

Yang membuat pernyataan

Budi Darmawan C0505015

MOTTO

Kenyataan bahwa Sejarah terus ditulis orang di semua Peradaban dan di sepanjang waktu,

sebenarnya cukup menjadi bukti bahwa Sejarah itu perlu.

(Prof. Dr. Kuntowijoyo)

Lakukanlah yang kita bisa. (Penulis)

Sesungguhnya dalam Sejarah itu terdapat pesan-pesan penuh perlambang bagi orang-orang

yang dapat memahaminya. (Q.S. Yusuf:112)

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Bapak dan Ibunda tercinta

2. Kakak-Adikku tersayang

3. Lisa Retnaningsih

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Kasih Karunia- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat meraih gelar sarjana pada Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada pelaksanaannya, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan fasilitas, bimbingan maupun kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Sudarno, MA, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Tiwuk Kusuma Hastuti, S.S, M.Hum, selaku Pembimbing skripsi, yang memberikan banyak dorongan, masukan, dan kritik yang membangun dalam proses penulisan skripsi ini.

4. Ibu Umi Yuliati, S.S., M.Hum selaku pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan selama penulis menjalani masa perkuliahan.

5. Segenap dosen pengajar di Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu dan wacana pengetahuan.

6. Segenap staf dan karyawan UPT Perpustakaan Pusat UNS, Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS, Perpustakaan Fakutas Ilmu Budaya UGM, dan Perpustakaan Pasca Sarjana UGM.

7. Ibu Koestrini Soemardi (alm), Ibu Darweni, Bapak Basuki dan segenap staf perpustakaan Reksopustoko Mangkunegaran yang telah memberikan ijin dan bantuan kepada penulis dalam penyediaan data-data yang diperlukan.

serta doa yang tak pernah putus kepada penulis.

9. Lisa Retnaningsih yang telah memberikan dukungan, semangat, serta keceriaan di dalam menyelesaikan skripsi dan dalam kehidupan penulis.

10. Teman-temanku angkatan 2005: Cahyo, Arie, Khanivan, Yuni, Metha, Wanto, dan

teman-teman yang lain tetap kompak dan tetap semangat.

11. Teman-teman angkatan 2004: Daryadi, Auditya, Desca, Sapto, semua kakak tingkat baik

yang telah menyandang gelar maupun yang masih berjuang, terimakasih atas persahabatannya.

12. Sahabat-sahabatku Jarot, Anggar, Cahyu, Anto’, Zupy, Nita, Wahyu Lempok, Andri

Emont, Eka Bandeng, Afif Zuhdi, Arif, Eko, Aris, yang telah mendorong penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dan terima kasih untuk suka duka persahabatan yang indah selama ini dan semoga persahabatan kita tetap abadi.

13. Segenap pihak yang telah mendukung dan membantu terlaksananya penulisan skripsi ini,

yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis berharap akan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun, agar skripsi ini menjadi lebih baik.

Surakarta, Juni 2010

Penulis

1. Pembangunan Kakus Umum / WC Umum.......................... 80

2. Pembangunan Pancuran Umum........................................... 81

3. Pembangunan Rumah Sakit dan Poliklinik.......................... 82

4. Perbaikan Rumah Kumuh..................................................... 83

D. Pembangunan Bidang Ekonomi (Pasar)................................... 85

BAB V KESIMPULAN............................................................................... 88

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 90

LAMPIRAN........................................................................................................ 94

Halaman Tabel 1

Desa Babok Mangkunegaran dalam Perjanjian Salatiga 1757........................22 Tabel 2

Perbandingan luas Swapraja ...........................................................................29 Tabel 3

Sensus penduduk wilayah Mangkunegaran (Kota Mangkunegaran, Wonogiri,

Ngawen) tahun 1930………………………………………………………....34

Tabel 4 Anggaran Pekerjaan Umum Praja Mangkunegaran tahun 1916- 1933………67

Tabel 5 Waduk-waduk di Ma ngkunegaran…………………………………………...69

Tabel 6 Anggaran Irigasi Praja Mangkunegaran tahun 1916- 1933…………………..71

Halaman Lampiran 1 Foto K.G.P.A.A Mangkunegara VII .......................................................... 94 Lampiran 2 Gambar-Gambar Hasil Pembangunan di Mangkunegaran.......................... 95 Lampiran 3 Rijksblad Mangkunegaran tahun 1917 No. 37............................................ 104 Lampiran 4 Surat tentang Pengairan di Mangkunegaran Selama 3 Minggu ................. 106 Lampiran 5 Anggaran Pembuatan Kakus Umum dan Pancuran Umum........................ 110 Lampiran 6 Anggaran Pembuatan Saluran Pembuangan Air......................................... 114 Lampiran 7 Anggaran Pembuatan Bale Kampung Punggawan..................................... 116 Lampiran 8 Acara Peresmian Kamar Mandi Umum Ngebrusan, tertera dalam

Acara Mangkunegara VII tertanggal 1 Januari 1939.................................. 121 Lampiran 9 Autorisatie Begrooting van Kosten 1941 ……………………………….. 122

Halaman

Bagan I Struktur Birokrasi berdasarkan Pangkat…………………………………… 48

Bagan II Struktur Pegawai Kabupaten Sindupraja………………………………...... 58

Bagan III Struktur Pegawai Kantor Kabupaten Sin dupraja daerah Wonogiri……….. 60

Acte Van Verband

: surat atau dasar pengangkatan raja

Assainering

: bagian perbaikan

Balekambang

: rumah yang mengapung

Barter

: tukar menukar barang

Bekel : orang yang mengurus apanage, pemungut pajak, kepala desa, petani penghubung antara pemilik desa/penguasa desa dengan penggarap tanah

Budaya : hasil cipta, rasa dan karsa manusia

Chef : kepala yang bertugas mengurusi bidang pengairan Cultuurstelsel

: sistem tanam paksa

Demang : seseorang yang diberi tugas untuk memegang dan menjalankan segala pekerjaan di pedesaan diatas bekel Edukasi

: pendidikan

Enclave

: tanah yang terkurung oleh wilayah lain

Epidemi pest

: wabah penyakit pes

Gerobak

: alat angkutan tradisonal

Hygienitas

: segi kebersihan

Jumbleng

: tempat pembuangan hajat tradisional

Kapedhak : gedung pertemuan yang terletak di sebelah Dalem Ageng Pura

Mangkunegaran

Kavaleri

: pasukan berkuda

Kopschool

: sekolah gadis tingkat dasar

Legiun

: pasukan bala tentara

Lurah

: kepala kalurahan

Mandor : Orang yang mengepalai beberapa orang atau kelompok dan

bertugas mengawasi pekerjaan mereka

Mantri : Juru; nama pangkat atau jabatan tertentu untuk melaksanakan

suatu tugas atau keahlian khusus

Narapraja

: birokrat kerajaan

Opperhoutvester

: kepala hutan

Pamedan : halaman luar Pura Mangkunegaran, dahulunya digunakan untuk tempat latihan Legiun Mangkunegaran Panewu

: kepala rendahan yang membawahi 1000 cacah Rangga

: Kepala desa yang berasal dari priyayi

Rijksblaad

: undang-undang kerajaan

Rijkswaterstaat

: dinas irigasi kerajaan

Societeit : kepanjangan dari Soos yang merupakan pusat pertemuan yang bersifat informal dan eksklusif bagi kalangan elite Eropa atau elite pribumi

Swapraja

: kekuasaan pemerintah kerajaan

Tosan

: besi

Vaccin otten

: vaksin untuk penderita penyakit pes

Villa park

: pemukiman orang-orang Eropa

Volksschool

: sekolah desa

Vorstenlanden

: Kerajaan Jawa

Wedana

: kepala distrik

Zieken zorg

: rumah sakit pusat

1. Singkatan

B.R.M

: Bendara Raden Mas

H.I.S

: Hollands Inlandshe School

K.G.P.A.A

: Kangjeng Gusti Pangeran Ario Adipati

N.I.S

: Nederlandsch Indische Spoorweg

R.M

: Raden Mas

R.Tg

: Raden Tumenggung

SS

: Staats Spoorwegen

2. Ukuran

1 karya

: 1 cacah

1 cacah

: 1 bahu

1 bahu

: 7000 m2

1 jung

: 4 bahu

4 bahu

: 2,8 ha

Budi Darmawan. C0505015. 2010. Kabupaten Karti Praja Sebagai Pelaksana Pembangunan Pada Masa Pemerintahan Mangkunegara VII (1916-1944) . Skripsi: Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini berjudul Kabupaten Karti Praja Sebagai Pelaksana Pembangunan Pada Masa Pemerintahan Mangkunegara VII (1916-1944 ). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui (1) Gambaran umum Praja Mangkunegaran masa pemerintahan Mangkunegara

VII, (2) Kegiatan yang dilaksanakan Kabupaten Karti Praja dalam pembangunan di Praja Mangkunegaran, (3) Peranan Kabupaten Karti Praja bagi perkembangan Praja Mangkunegaran.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah, dimulai dengan tahap heuristik yaitu teknik pengumpulan data. Data yang diperoleh selanjutnya dikritik secara intern dan ekstern dengan dipadukan studi pustaka sehingga menghasilkan fakta-fakta historis. Fakta ini lalu dianalisis dan disusun dalam sebuah historiografi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembangunan masa pemerintahan Mangkunegara VII mengalami perkembangan dan kemajuan kearah modernisasi. Jika dilihat dari pemerintahan masa sebelumnya pelaksanaaan pembangunan di Praja Mangkunegaran kurang intensif dilakukan. Pada masa pemerintahan Mangkunegara VII pembangunan dan pembaharuan di segala bidang semakin ditingkatkan dengan tujuan untuk menyejahterakan penduduknya. Pelaksanaan kegiatan pembangunan oleh Mangkunegara VII diserahkan kepada Kabupaten Karti Praja. Kabupaten Karti Praja merupakan dinas yang mengurusi segala kegiatan pembangunan di wilayah Praja Mangkunegaran. Pembangunan yang dilakukan dinas ini antara lain: pembangunan jalan dan jembatan, pembangunan waduk- waduk, pembangunan saluran pembuangan air, pembangunan taman kota, pembangunan gedung-gedung penting yang meliputi pembangunan gedung pertemuan (Soos), pembangunan bale kampung, serta pembangunan gedung sekolah. Selain itu, juga dilaksanakan pembangunan WC/kakus umum, pembangunan pancuran umum, pembangunan rumah sakit dan poliklinik, pembangunan pasar, serta perbaikan rumah-rumah kumuh.

Kesimpulan yang dapat diambil bahwa adanya pembangunan di Praja Mangkunegaran menimbulkan beberapa dampak bagi masyarakat. Seluruh masyarakat dapat menikmati hasil modernisasi di daerahnya dengan dibangunnya fasilitas-fasilitas umum tersebut, sehingga masyarakat dapat hidup dengan nyaman, bersih, sehat dan teratur, serta dapat dengan mudah melakukan aktivitas dan mampu meningkatkan taraf hidupnya.

Budi Darmawan. C0505015. 2010. Kabupaten Karti Praja Sebagai Pelaksana Pembangunan Pada Masa Pemerintahan Mangkunegara VII (1916-1944) . Thesis: History Department. Faculty of Letters and Fine Art. Sebelas Maret University. Surakarta

The title of this research is Kabupaten Karti Praja Sebagai Pelaksana Pembangunan Pada Masa Pemerintahan Mangkunegara VII (1916-1944) (Karti Praja Department as Development Executor During the Reign of Mangkunegara VII (1916-1944) ). The objectives of this research are to fine out (1) the general view of Mangkunegaran territory of jurisdiction during the reignof Mangkunegara VII, (2) Karti Praja Department activities in developing Mangkunegaran territory of jurisdiction, (3) the role of Karti Praja Department for development of Mangkunegaran territory of jurisdiction.

This research used a history research which was started with heuristic steps including the technique of collecting the data. The data which were obtained were then criticized both internally and were combined with the literature review. Thus the data pointed out historical facts. Those facts hence were analyzed and arranged in a histography.

The research points out that the development during the reign of Mangkunegara VII was improved to the direction of modernization regarding the development of the previous reign in Mangkunegaran territory of jurisdiction was not that intensive. The development during the reign of Mangkunegara VII was improved in order to make the society wealthy. Karti Praja Department was given an authority to execute all activities related to the development. The development which was made by the regency included: the development of streets and bridges, the development of reservoirs, sanitations, city parks, significant buildings such as the building for meeting (Soos), public hall and schools. In addition, there were also the development of public toilets, public showers, hospitals and policlinics, markets and the improvement for vile houses.

It is finally concluded that the development in Mangkunegaran territory of jurisdiction brought about positive effects. The society could enjoy the modernization built in their regency. Since the public facilities were built, the society could live comfortably, cleanly, healthily and regularly. Thy hence cuold do their activities easly and they could be wealthy.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan merupakan salah satu ciri dari perkembangan suatu wilayah. Pembangunan membutuhkan suatu perencanaan, pengembangan secara khusus tentang apa saja yang perlu diperhatikan dalam proses pembangunan tersebut. Proses pembangunan juga melanda di daerah-daerah Swapraja. Pada era abad XX dari dua kerajaan Swapraja, Kasunanan dan Mangkunegaran mulai tumbuh budaya perkotaan. Sekalipun merupakan wilayah dari Hindia Belanda, tetapi daerah ini memiliki status yang khusus yaitu mempunyai status otonomi dalam mengatur rakyat dan wilayahnya sendiri dengan persetujuan dari Residen atau

Gubernur. 1 Praja Mangkunegaran menjadi salah satu wilayah di Swapraja yang proses pembangunannya dilaksanakan oleh pendiri sekaligus penguasa yang

pertama yaitu K.G.P.A.A. Mangkunegara I yang kemudian pembangunan itu terus dilakukan oleh para calon putra mahkota ataupun penggantinya. Proses pembangunan Praja Mangkunegaran dilaksanakan sesuai dengan kebijakan raja pada masanya. Pembangunan tersebut merupakan pola dasar dan kerangka acuan bagi perkembangan wilayah yang berada jauh diluar istana. Pembangunan mempunyai tujuan untuk menciptakan tatanan masyarakat yang lebih maju dan sejahtera.

1 Sejak bulan Mei 1927, ketika Residen Van Der Jagt menjadi Residen di Surakarta, pejabat tertinggi yang ditetapkan di Surakarta adalah Gubernur. Hal itu berlanjut sampai dengan

masa akhir pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia. Lihat juga, Wasino, 1996. “Politik Etis, Pembangunan Sarana Irigasi dan Perkembangan Produksi Beras di Karesidenan Surakarta (1900 - 1942)”. Laporan penelitian Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Semarang. halaman 15.

Praja Mangkunegaran dibangun pada tahun 1757 oleh Raden Mas Said sebagai hasil perjuangannya melawan kompeni Belanda. R.M Said mulai tidak senang kepada Belanda berawal dari peristiwa pembuangan ayahnya ke Srilangka yang disebabkan oleh fitnah Paku Buwono II dan Patih Danurejo yang

mempunyai hubungan yang baik dengan Belanda. 2 Raden Mas Said naik tahta sebagai Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (K.G.P.A.A) Mangkunegara I.

Beliau seorang Adipati yang mengepalai wilayah Kadipaten atau Praja. Pada masa pemerintahannya (1757 – 1795) diusahakannya perbaikan dan peningkatan kembali kehidupan rakyat. Perbaikan-perbaikan dilakukan salah satunya dalam sektor pembangunan. Mangkunegara I mengusahakan pembuatan bendungan- bendungan sehingga air sungai dapat mengairi sawah. Selain itu pembuatan selokan di sepanjang tepi jalan untuk menampung air hujan yang menggenangi jalan-jalan. Selain itu, juga dibangun beberapa tempat-tempat beribadah dan rumah-rumah untuk tempat tinggal. Pembangunan rumah-rumah mewah untuk putra putri Mangkunegaran dilakukan di Pasar Legi, Pasar Pon, dan beberapa

rumah kantor untuk para Punggawa di sekitar Pura Mangkunegaran. 3 Proses pembangunan sarana dan prasarana masa Mangkunegara I belum begitu nampak,

hal ini dikarenakan Mangkunegara I lebih cenderung mempunyai keahlian dalam bidang seni karawitan, seni pertunjukan, dan pengembangan kesenian Jawa.

Masa pemerintahan K.G.P.A.A. Mangkunegara II (1796 – 1835). Pemerintahan yang dilakukan tidak jauh berbeda dengan pendahulunya yaitu

2 Ismu Sadiyah, 1998. “Keraton Mangkunegaran Sebagai Objek Yang Menarik di Jawa Tengah. ” Karya Tulis Sekolah Tinggi Bahasa Asing Yayasan Pariwisata-ABA Bandung. halaman

14. 3 Krisnina Maharani A. Tandjung. 2007. 250 tahun Pura Mangkunegaran. Jakarta:

Yayasan warna warni Indonesia. halaman 47.

Mangkunegara I. K.G.P.A.A. Mangkunegara II hanya menginginkan perbaikan ekonomi rakyat Mangkunegaran yang hancur akibat peperangan pada masa Mangkunegara I. Pembangunan Praja masa Mangkunegara II tidak berjalan dengan baik, akan tetapi sejak Mangkunegara II memegang pemerintahan, wilayah Mangkunegaran semakin luas. Adanya hubungan dengan kompeni yang semakin erat, ia diminta untuk membantu memadamkan pemberontakan- pemberontakan seperti di Cirebon (1808), Dermayu (1812), Palembang (1812),

dan pemberontakan Diponegoro (1826) di Yogyakarta. 4 Untuk memenuhi kebutuhan hidup rakyatnya Mangkunegara II rela menyewakan wilayah Praja

kepada pemerintah Belanda sehingga uang sewa dapat disumbangkan untuk rakyat. Jika Mangkunegara I bisa disebut sebagai pendiri dari Praja Mangkunegaran, maka Mangkunegara II merupakan tokoh yang memperluas wilayah Praja Mangkunegaran.

Raden Mas Sarengat sebagai penerus penguasa Praja Mangkunegaran menggantikan kedudukan K.G.P.A.A Mangkunegara II. Mas Sarengat dinobatkan dari Pangeran Harya Prangwedana menjadi Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara III pada usia 40 tahun. K.G.P.A.A. Mangkunegara III di dalam pemerintahannya sangat memperhatikan pada kesehatan dan keselamatan keluarga Mangkunegaran. Mangkunegara III disamping berpangkat Adipati yang mengelola ketataprajaan, juga berpangkat Kolonel Komandan Legiun Mangkunegaran. Untuk kepentingan itu dibangun pesanggrahan di Wonogiri yang

terletak di antara hutan Selokethu dengan Jurang Gempol. 5

4 Ibid. halaman 43.

5 Suwaji Bustomi, 1997. Karya-Karya Budaya KGPAA Mangkunegara I – VIII. IKIP Semarang. halaman 51.

Pembangunan itu dilakukan dengan tujuan untuk pembinaan mental dan fisik para prajurit. Perhatian Mangkunegara III tepusat pada penertiban organisasi

ketataprajaan dan peningkatan kegiatan bekerja di kalangan masyarakat. 6 Pada masa pemerintahan Mangkunegara I sampai Mangkunegara III ini disebut sebagai

masa strukturisasi pemerintahan Praja Mangkunegaran. K.G.P.A.A. Mangkunegara IV sebagai penerus kekuasaan dari Mangkunegara III. Beliau sangat rajin dalam usaha perbaikan ekonomi dan hasilnya mengangkat Praja Mangkunegaran menjadi sejahtera. Kekayaan Mangkunegaran berlimpah ruah meliputi kebutuhan pangan, sandang, dan papan. K.G.P.A.A. Mangkunegara IV mendapat keuntungan besar pada saat dirinya mendirikan dua pabrik gula yaitu pabrik gula Colomadu dan pabrik gula Tasikmadu. Selain itu keuntungan juga diperoleh dari penjualan hasil di sektor perkebunan. Dari hasil keuntungan itu salah satunya dimanfaatkan untuk memperindah dan memperbesar Pendopo Agung dan untuk membangun gedung- gedung di sekitar Pura Mangkunegaran termasuk membangun bangsal tosan

(besi) yang dipesannya dari negeri Jerman pada tahun 1875. 7 Raden Mas Sunito sebagai pengganti K.G.P.A.A. Mangkunegara IV, pada

usia 16 tahun mendapat gelar dengan sebutan Pangeran Adipati Arya Prangwedana. K.G.P.A.A. Mangkunegara V hidup sangat sederhana dan banyak berbuat baik bahkan sistem ketataprajaan masih mengikuti cara-cara yang

dilakukan oleh K.G.P.A.A. Mangkunegara IV. 8 Pada awal pemerintahan

6 ibid. halaman 52.

7 ibid. halaman 65.

8 ibid. halaman 70.

Mangkunegara V, penghasilan Praja masih cukup baik. Akan tetapi, terbawa usia yang masih sangat muda K.G.P.A.A. Mangkunegara V banyak mengikuti kehendak pribadinya sehingga penghasilan itu kurang dimanfaatkan secara sungguh-sungguh. Adapun konsekuensinya, Praja Mangkunegaran mengalami kerugian karena timbul persaingan bisnis antara pengusaha asing dengan Praja Mangkunegaran. Akibatnya hasil perkebunan menjadi merosot bahkan banyak perkebunan yang gulung tikar. Pada masa K.G.P.A.A. Mangkunegara V Praja Mangkunegaran mengalami kemiskinan.

Pembangunan yang dilakukan K.G.P.A.A. Mangkunegara V berupa dua buah gedung yang terletak di sebelah timur gedung Prangwadana yang dinamakan gedung Pantipurna dan gedung Pantiwarna. Selain itu juga dibangun gedung Balewarni, gedung Pracimasana, dan gedung Kapedhak (gedung pertemuan) yang terletak di sebelah gedung induk (dalem Ageng). Semua bangunan gedung tersebut didirikan atas saran kakak dari K.G.P.A.A. Mangkunegara V yaitu

Pangeran Harya Gandasewaya yang ahli dalam bidang bangunan gedung. 9 Setelah K.G.P.A.A. Mangkunegara V wafat, digantikan oleh adiknya yang

bernama Raden Mas Suyitno atau Pangeran Harya Dayaningrat diangkat dengan sebutan Pangeran Adipati Arya Prangwedana. Pada tahun 1896 mendapat gelar K.G.P.A.A. Mangkunegara VI. Beliau mempunyai sifat hemat dan sederhana. Dengan sifatnya tersebut K.G.P.A.A. Mangkunegara VI mengelola Praja dengan sangat berhati-hati dan dirinya melakukan penghematan dalam bidang apa saja untuk memperbaiki perekonomian Praja Mangkunegaran. Pada pemerintahan masa Mangkunegara VI, dengan penghematan pembangunan fisik dilakukan tidak

9 Krisnina Maharani A. Tandjung. Op.cit. halaman 72.

hanya di dalam Pura Mangkunegaran melainkan juga sampai di daerah-daerah. Pembangunan jalan umum mendapat perhatian penuh. Semua jalan-jalan dilebarkan dengan sepanjang jalan diterangi lampu listrik dan selalu dijaga

kebersihannya. 10 Jalan dan jembatan dibangun sebagai sarana dasar yang digunakan untuk menghubungkan antara wilayah satu dengan wilayah yang lain.

Jalan merupakan prasarana yang sangat penting dan berpengaruh dan jalan mempunyai fungsi sebagai penunjang kelancaran pembangunan. Selain itu, sejalan dengan dikeluarkannya politik kolonial baru yaitu politik Etis dengan slogan Irigasi, Edukasi, dan Emigrasi. Mangkunegara VI melakukan terobosan besar dalam pembangunan sarana pendidikan (edukasi). Salah satu usahanya

adalah mendirikan sekolah ”Siswo” bagi kaum kerabat dan hamba di lingkungan Praja Mangkunegaran. Pada perkembangannya sekolah tersebut tidak hanya

terbatas bagi kaum kerabat dan hamba tetapi juga terbuka untuk masyarakat umum dengan memenuhi persyararatan yang sudah ada.

Setelah Mangkunegara VI turun tahta pada tahun 1916, penggantinya Mangkunegara VII melanjutkan roda pemerintahan dari penguasa sebelumnya. Adapun langkah kebijakan Mangkunegara VII adalah memisahkan antara keuangan keluarga dengan keuangan Praja, dan memisahkan keuangan Praja dengan keuangan perusahaan-perusahaan Praja. Kebijakan ini dilakukan dengan maksud untuk menghindari percampuran urusan masalah keuangan demi kelancaran pembangunan didalam ataupun diluar Praja. Pembangunan- pembangunan yang diadakan di Praja Mangkunegaran ditujukan untuk kemajuan dan kesejahteraan rakyatnya. Langkah awal kebijakan Mangkunegara VII yaitu

10 ibid . halaman 88.

menambah sarana perhubungan dengan menambah jumlah jalan. Jalan-jalan yang melintasi sungai sekaligus dibuatkan jembatan sehingga pembangunan jalan juga bertambah banyak. Terbukti periode tahun 1916-1931, sekitar 24% dari semua pengeluaran Praja digunakan untuk pembangunan jalan-jalan. Pembuatan jalan besar dikerjakan oleh Praja dan pembuatan jalan kecil-kecil, baik jalan atau jembatan dibangun oleh desa-desa dengan subsidi dari Praja. Pada tahun 1931 di Praja Mangkunegaran telah ada 530 km jalan yang bisa dilalui kendaraan

bermotor. 11 Pembangunan jalan dan jembatan selain untuk kepentingan istana juga

ditujukan untuk menembus daerah-daerah yang terisolasi. Dari sejumlah daerah di Mangkunegaran, daerah Wonogiri yang mendapatkan perhatian khusus dalam pembangunan jalan dan jembatan. Hal itu disebabkan daerah-daerah ini masih banyak yang terisolir dengan dunia luar. Pemerintah Praja juga mengadakan pembangunan jalan-jalan yang menuju jalan kereta api NIS. Jalan ini diperlukan untuk mempermudah pengangkutan barang dari pedalaman ke stasiun kereta api. Usaha-usaha pembangunan jalan dan jembatan di Mangkunegaran telah

membawa hasil yang memuaskan. 12 Kondisi keuangan Praja yang semakin membaik, maka dilakukan pembaharuan atau pembangunan yang meliputi

pembangunan bidang infrastruktur (irigasi, jalan, jembatan, dan sarana-sarana lainnya). Selain itu juga pembangunan dalam bidang pendidikan dan kebudayaan,

11 Th. M. Metz, 1939. Mangkunegaran: Analisis Sebuah Kerajaan Jawa. Surakarta: Reksa Pustaka. halaman 68-69.

12 Daryadi, 2009, “Pembangunan Perkampungan di Kota Mangkunegaran Pada Masa Pemerintahan Mangkunegara VII ”, Skripsi Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Sebelas Maret

Surakarta. halaman 63.

sosial, kesehatan, ekonomi, serta pembangunan pertanian dan pembangunan kehutanan.

Dari pembangunan-pembangunan di bidang infrastruktur itulah Praja Mangkunegaran menyerahkan segala pembangunan jalan, jembatan dan sarana umum lainnya kepada Kabupaten Karti Praja (Dinas Pekerjaan Umum). Dinas ini sebenarnya sudah ada sejak pemerintahan Mangkunegara IV yang dulu disebut Kawedanan Karti Praja dengan pimpinan seorang Wedana. Kawedanan ini membawahi sebuah kemantren, yakni Kemantren Kartipura, yang mempunyai tugas mengadakan perbaikan-perbaikan di dalam kota dan di luar kota. Kemantren ini juga bertugas sebagai pemadam kebakaran dan untuk mempermudah pengawasan dan pekerjaan terhadap keadaan kota, dibantu oleh beberapa pekerja, antara lain: bramataka (petugas pemadam kebakaran), tukang batu (pegawai bangunan), juru taman (pegawai taman), undagi (tukang kayu), pande besi (pegawai pembuat besi), pengangsu (pegawai urusan air), jagapiyara (pegawai urusan ternak), narajomba, serta pekerja tidak tetap seperti jagahastana (penjaga

makam raja) dan wiratana. 13 Pada masa pemerintahan Mangkunegoro VII terjadi sedikit perubahan di

Dinas Pekerjaan Umum, yakni jabatan dari Kawedanan Karti Praja diubah menjadi Kabupaten Karti Praja. Kabupaten ini dipimpin oleh seorang yang berkebangsaan Belanda yang berpangkat direktur. Pada masa Mangkunegoro VII tugas dari Dinas Pekerjaan Umum masih sama seperti pada masa pemerintahan

sebelumnya. 14 Dinas ini mempunyai tugas melakukan pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan sarana-sarana umum untuk kemajuan pembangunan di Praja

13 Rijksblad Mangkunegaran. Tahun 1917. No. 37

14 Rijksblad Mangkunegaran. Tahun 1923. No. 10.

Mangkunegaran dan secara tidak langsung menjadi Praja yang semakin diakui keberadaannya di masyarakat luas.

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas digunakan judul “Kabupaten Karti Praja sebagai Pelaksana Pembangunan Pada Masa

Pemerintahan Mangkunegara VII ”, karena pada masa tersebut banyak dilakukan kegiatan pembangunan-pembangunan penting yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Praja Mangkunegaran.

B. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka pokok permasalahan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran umum Praja Mangkunegaran masa pemerintahan Mangkunegara VII?

2. Apa saja kegiatan yang dilaksanakan Kabupaten Karti Praja dalam pembangunan di Praja Mangkunegaran?

3. Bagaimana peranan Kabupaten Karti Praja bagi perkembangan Praja Mangkunegaran?

C. Tujuan Penelitian

Dari perumusan permasalahan diharapakan kajian tentang pembangunan sarana dan prasarana di Praja Mangkunegaran mampu memberikan jawaban atas beberapa permasalahan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui gambaran umum Praja Mangkunegaran masa pemerintahan Mangkunegara VII.

2. Untuk mengetahui kegiatan yang dilaksanakan Kabupaten Karti Praja dalam pembangunan di Praja Mangkunegaran.

3. Untuk mengetahui peranan Kabupaten Karti Praja bagi perkembangan Praja Mangkunegaran.

C. Manfaat penelitian

Penulian ini mempunyai dua manfaat yang ingin dicapai, yaitu:

1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan baru yang bermanfaat

bagi perkembangan pembangunan secara historis maupun kebudayaan yang dihasilkan Praja Mangkunegaran.

2. Manfaat praktis Penelitian ini juga diharapkan mampu menjawab masalah dan memberikan

manfaat yang berhubungan dengan masalah perkembangan dalam pembangunan sarana dan prasarana yang dilakukan oleh Mangkunegara VII.

D. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini menggunakan beberapa literatur dan referensi yang relevan dan menunjang tema yang dikaji. Literatur tersebut akan dijadikan bahan acuan untuk mengkaji, menelusuri dan mengungkap pokok permasalahan. Literatur yang digunakan antara lain:

Mengenang BRM. Soerya Soeparto merupakan buku yang ditulis oleh Bernardial Hilmiyah M.D, (1985). Buku ini membahas mengenai kehidupan Soerya Soeparto sampai menjadi Mangkunegoro VII. Buku ini juga menceritakan Mengenang BRM. Soerya Soeparto merupakan buku yang ditulis oleh Bernardial Hilmiyah M.D, (1985). Buku ini membahas mengenai kehidupan Soerya Soeparto sampai menjadi Mangkunegoro VII. Buku ini juga menceritakan

Buku berjudul Mangkunegaran: Analisis Sebuah Kerajaan Jawa yang ditulis oleh Th. M. Metz, dan telah diterjemahkan oleh RTg. Muhammad Husodo Pringgokusumo, (1987). Buku ini berisi mengenai Praja Mangkunegaran pada masa pemerintahan Mangkunegoro VII. Buku ini membahas mengenai perkembangan dan kemajuan yang pesat di Praja Mangkunegaran di bidang ekonomi yang terdiri dari masalah agraria, irigasi, perusahaan-perusahaan dana milik, pekerjaan umum, kehutanan, kredit rakyat, pasar, penyediaan pangan pada masa paceklik, kebudayaan dan kesenian, dan keuangan Mangkunegaran. Buku ini menyajikan sejumlah data tentang Mangkunegaran pada masa Mangkunegoro

VII. Data-data itu sangat berguna untuk merekonstruksikan modernisasi, khususnya bagi pembangunan insfrastruktur yang dilakukan Kabupaten Karti Praja di Praja Mangkunegaran.

Buku berjudul 250 Tahun Pura Mangkunegaran, karangan Krisnina Maharani A. Tandjung, (2007). Buku ini memberikan penjelasan dan informasi secara garis besar berdasarkan latar belakang berdirinya Pura Mangkunegaran dengan melihat silsilah raja-raja Mataram. Buku ini menceritakan bahwa Mataram Buku berjudul 250 Tahun Pura Mangkunegaran, karangan Krisnina Maharani A. Tandjung, (2007). Buku ini memberikan penjelasan dan informasi secara garis besar berdasarkan latar belakang berdirinya Pura Mangkunegaran dengan melihat silsilah raja-raja Mataram. Buku ini menceritakan bahwa Mataram

Kebijaksanaan Pembaharuan Pemerintah Praja Mangkunegaran (Akhir Abad XIX – Pertengahan Abad XX), (1994) merupakan tesis dari Wasino. Karya ilmiah ini membahas mengenai pembaharuan pemerintahan di Praja Mangkunegaran di masa pemerintahan Mangkunegoro VI-VII. Karya ilmiah ini membahas pembaharuan di bidang keuangan dan perekonomian serta pembangunan-pembangunan yang dilakukan oleh Mangkunegoro VI-VII. Karya ilmiah ini memang menarik karena banyak menampilkan peranan-peranan yang dilakukan oleh Mangkunegoro VI dan Mangkunegoro VII bagi kemajuan yang pesat di Praja Mangkunegaran. Karya ilmiah ini juga menggunakan sumber- sumber primer yang berupa arsip dari Mangkunegaran, surat kabar, dan majalah. Karya ilmiah ini membantu untuk mengetahui hal-hal apa yang telah dilakukan oleh Mangkunegoro VII salah satunya terhadap perkembangan di Praja Mangkunegaran. Buku yang berjudul Kapitalisme Bumi Putra: Perubahan Masyarakat Mangkunegaran , (2008) pada halaman 263-264 Wasino menjelaskan pembangunan dan pengembangan jalan di sekitar wilayah Praja Mangkunegaran menjadi pusat perhatian penuh, hal ini dikarenakan semenjak kebangkrutan ekonomi pada akhir abad XIX kondisi jalan di wilayah Mangkunegaran mengalami banyak kerusakan. Kondisi jalan yang seperti inilah muncul keluhan- Kebijaksanaan Pembaharuan Pemerintah Praja Mangkunegaran (Akhir Abad XIX – Pertengahan Abad XX), (1994) merupakan tesis dari Wasino. Karya ilmiah ini membahas mengenai pembaharuan pemerintahan di Praja Mangkunegaran di masa pemerintahan Mangkunegoro VI-VII. Karya ilmiah ini membahas pembaharuan di bidang keuangan dan perekonomian serta pembangunan-pembangunan yang dilakukan oleh Mangkunegoro VI-VII. Karya ilmiah ini memang menarik karena banyak menampilkan peranan-peranan yang dilakukan oleh Mangkunegoro VI dan Mangkunegoro VII bagi kemajuan yang pesat di Praja Mangkunegaran. Karya ilmiah ini juga menggunakan sumber- sumber primer yang berupa arsip dari Mangkunegaran, surat kabar, dan majalah. Karya ilmiah ini membantu untuk mengetahui hal-hal apa yang telah dilakukan oleh Mangkunegoro VII salah satunya terhadap perkembangan di Praja Mangkunegaran. Buku yang berjudul Kapitalisme Bumi Putra: Perubahan Masyarakat Mangkunegaran , (2008) pada halaman 263-264 Wasino menjelaskan pembangunan dan pengembangan jalan di sekitar wilayah Praja Mangkunegaran menjadi pusat perhatian penuh, hal ini dikarenakan semenjak kebangkrutan ekonomi pada akhir abad XIX kondisi jalan di wilayah Mangkunegaran mengalami banyak kerusakan. Kondisi jalan yang seperti inilah muncul keluhan-

Skripsi karya Daryadi, (2009) yang berjudul “Pembangunan Perkampungan di Kota Mangkunegaran Pada Masa Pemerintahan Mangkunegara

VII ”. Karya ilmiah ini menjelaskan pembangunan-pembangunan yang dilakukan Mangkunegara VII, yang meliputi pembangunan perkampungan baru dengan tujuan mengurangi lingkungan dan rumah-rumah kumuh serta tidak teraturnya pola perkampungan di kota Mangkunegaran. Karya ilmiah ini juga menjelaskan proses pembangunan sarana dan prasarana baru dengan tujuan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Praja Mangkunegaran.

“Kebijakan Mangkunegara VII Dalam Pembangunan Perkotaan Di Praja Mangkunegaran Tahun 1916-1944 ”, skripsi (2006) karya Nina Astiningrum.

Skripsi ini menjelaskan bahwa pembaharuan dalam segala bidang khususnya pembangunan sarana perkotaan bagi Mangkunegara VII menjadi kebutuhan penting sebab perkembangan dunia menuntut masyarakat untuk mengikuti perkembangan zaman. Karya ilmiah ini membahas Mangkunegara VII dengan konsep Tri Dharma menjadi dasar dalam pembangunan perkembangan kota. Karya ilmiah ini memfokuskan dan membantu memberikan informasi pada pelaksanakan kebijakan-kebijakan yang dilakukan Mangkunegara VII dalam pembangunan sarana umum dan sarana perkotaan.

E. Metode penelitian

Suatu penelitian ilmiah perlu didukung dengan metode, karena peranan sebuah metode dalam suatu penelitian ilmiah sangat penting, karena berhasil atau tidaknya tujuan yang dicapai tergantung dari metode yang digunakan. Sesuai dengan permasalahan yang dibahas, maka metode yang digunakan adalah metode historis.

Memahami peristiwa-peristiwa pada masa lampau sebagai fakta sejarah yang masih memerlukan tahapan proses. Penelitian sejarah dalam studi ini menggunakan pandangan yang didasarkan pada metode historis. Metode historis merupakan metode kegiatan mungumpulkan, menguji, dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau, kemudian diadakan rekonstruksi dari data yang diperoleh sehingga menghasilkan historiografi (penulisan sejarah).

Metode sejarah mempunyai empat tahapan proses penelitian, yang pertama adalah Heuristik yang menjadi langkah awal dalam penelitiaan sejarah. Langkah heuristik yang diambil adalah mencari dan menemukan sumber-sumber atau data- data. Pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumen seperti arsip-arsip seperti anggaran pembangunan wc umum dan pancuran umum kode L. 436, berkas Anggaran pembiayaan bangunan-bangunan urusan Pekerjaan Umum kode K.121, K.326, K.130. Anggaran pembangunan saluran pembuangan air kode H. 204, Rijksblad Tahun 1939. No. 23, Peta Kota Mangkunegaran, dan Berkas Anggaran untuk pembangunan (jalan, jembatan, rumah dan lain-lain) kode K.77, H.155 yang semuanya tersimpan di perpustakaan Reksa Pustaka Mangkunegaran. Perpustakaan ini terdapat banyak sumber-sumber primer yang membantu dan mempermudah dalam penelitian ini.

Tahap kedua adalah Kritik sumber, dalam langkah ini bertujuan untuk mencari keaslian sumber yang diperoleh melalui kritik intern dan ekstern. 15 Kritik

intern bertujuan untuk mencari keaslian isi sumber atau data. Dari melihat dan membaca arsip-arsip dapat disimpulkan bahwa semua kalimat didalamnya sudah membuktikan validitas atau keaslian sumber. Kritik ekstern bertujuan untuk mencari keabsahan arsip dan keaslian sumber. Hal ini meliputi materiil yang digunakan seperti dokumen asli dengan bahasa kuno atau Belanda, kondisi data dengan jenis kertas yang sudah rusak dan sangat tua, tinta yang luntur, semuanya dipilah dan dipilih untuk dijadikan sumber karena tidak semua arsip dapat dijadikan data. Penelitian ini mencari data-data yang berhubungan dengan Kabupaten Karti Praja dalam pembangunan sarana dan prasarana di sekitar Praja Mangkunegaran.

Tahap ketiga adalah Interpretasi, yaitu penafsiran terhadap data-data yang dimunculkan dari data yang sudah terseleksi. Tujuan dari interpretasi adalah menyatukan sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber atau data sejarah dan

bersama teori disusunlah fakta tersebut ke dalam interpretasi yang menyeluruh. 16 Tahap keempat adalah Historiografi, merupakan penulisan sejarah dengan

mengkaitkan fakta-fakta yang telah dicari dan ditemukan dalam arsip-arsip yang semuanya disusun menjadi kisah sejarah menurut teknik penulisan sejarah.

1. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data atau sumber berupa studi dokumen dan studi pustaka.

15 Dudung Abdurrahman. 1999. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta : Logos Wacana Ilmu, halaman 58.

16 ibid, halaman 64.

a. Studi Dokumen Studi tentang dokumen bertujuan untuk menguji dan memberi gambaran tentang teori sehingga memberi fakta dalam mendapat

pengertian historis tentang fenomena yang unik. 17 Dokumen yang berhasil penulis kumpulkan untuk penelitian ini antara lain: Arsip-arsip

dari Kabupaten Karti Praja: Anggaran pembangunan wc umum dan pancuran umum kode L. 436, Berkas Anggaran pembiayaan bangunan- bangunan urusan Pekerjaan Umum kode K.121, K.326, K.30. Anggaran pembangunan saluran pembuangan air kode H. 204, Rijksblad Tahun 1939. No. 23, Peta Kota Mangkunegaran, Berkas Anggaran untuk pembangunan (jalan, jembatan, rumah dan lain-lain) kode K.77, H.155 dan sebagainya.

b. Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan sebagai bahan pelengkap dalam sebuah penelitian. Tujuan dari studi pustaka adalah untuk menambah pemahaman teori dan konsep yang diperlukan dalam penelitian. Sumber pustaka yang digunakan antara lain: buku, majalah, surat kabar, artikel dan sumber lain yang memberikan informasi tentang tema yang diteliti. Studi pustaka dalam penelitian ini dilakukan di perpustakaan Reksa Pustaka Mangkunegaran, Perpustakaan Universitas Sebelas Maret, Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Perpustakaan Fakutas Ilmu Budaya UGM, Perpustakaan Pasca Sarjana UGM, dan Perpustakaan Sono Pustoko Kasunanan.

17 Sartono Kartodirdjo. 1983. Metode Penggunaan Bahan Dokumen dalam “Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia. halaman 47.

2. Teknik Analisa Data Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripsi analisis. Deskripsi analisis artinya menggambarkan suatu fenomena beserta ciri- cirinya yang terdapat dalam fenomena tersebut berdasarkan fakta-fakta yang tersedia. Setelah itu dari sumber bahan dokumen dan studi kepustakaan, tahap selanjutnya adalah diadakan analitis, diinterpretasikan, dan ditafsirkan isinya. Data-data yang telah diseleksi dan diuji kebenarannya itu adalah fakta-fakta yang akan diuraikan dan dihubungkan sehingga menjadi kesatuan yang harmonis, berupa kisah sejarah yang

dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. 18

G. Sistematika Skripsi

Untuk memberikan gambaran terperinci, skripsi ini disusun bab demi bab. Penyusunan ini dilandasi keinginan agar skripsi ini dapat menyajikan gambaran yang menunjukkan suatu kontinuitas perkembangan kejadian yang beruntun

Bab I, dalam bab pendahuluan ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika skripsi.

Bab II, dalam bab ini menguraikan gambaran umum Praja Mangkunegaran yang mencakup sejarah, kondisi geografis yang meliputi wilayah, penduduk, dan lingkungan fisik dari Praja Mangkunegaran.

Bab III, dalam bab ini membahas mengenai Kabupaten Karti Praja masa Mangkunegara VII yang mencakup riwayat hidup Mangkunegara VII, dan

18 Nugroho Notosusanto. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer. Jakarta: Yayasan Indayu. halaman 36.

perkembangan struktur organisasi Kabupaten Karti Praja meliputi stuktur jabatan dalam pemerintahan Praja (mencakup birokrasi berdasarkan pangkat dan birokrasi berdasarkan lembaga), struktur organisasi Kabupaten Kartipraja (pendirian, peralihan organisasi, dan struktur pegawai Kabupaten Sindupraja).

Bab IV, dalam bab ini membahas mengenai peranan Kabupaten Karti Praja bagi perkembangan Praja Mangkunegaran yang mencakup pembangunan bidang infrastruktur, sosial, kesehatan, ekonomi yang berupa pembangunan jalan, jembatan, sarana irigasi, taman kota, gedung-gedung, rumah sakit/poliklinik, pasar, pancuran dan wc/kakus umum.

Bab V, dalam bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan.

BAB II GAMBARAN UMUM PRAJA MANGKUNEGARAN

A. Sejarah Mangkunegaran

Kekacauan politik yang melanda kerajaan Mataram pada pertengahan abad

18 menimbulkan banyak pemberontakan dan peperangan yang terjadi di pusat- pusat pemerintahan ataupun di daerah-daerah. Persaingan politik antar kerabat kerajaan dan adanya dominasi kekuatan asing (VOC) menjadi penyebab keruntuhan Mataram dan munculnya kerajaan-kerajaan baru yang saling

memperebutkan hak waris Mataram. 1 Perlawanan R.M Said merupakan perlawanan terbesar dan penyebab

lahirnya kerajaan Mangkunegaran. Perlawanannya ini merupakan wujud dari rasa kecewa dalam dirinya karena merasa diberlakukan tidak adil sebagai putra tertua dari seorang Pangeran yang seharusnya dapat menggantikan kedudukan ayahnya. Perlawananya tidak dapat diatasi oleh Kasunanan, Kasultanan, maupun pihak kompeni. Pada tanggal 17 Maret 1757 membuahkan perjanjian yang dikenal dengan perjanjian Salatiga. Perjanjian ini mengatur pembentukan wilayah otonom baru yang bernama Mangkunegaran. Adapun isi perjanjian tersebut adalah:

1. R.M Said diangkat menjadi Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Haryo Mangkunegaran yang kedudukannya dibawah Sunan Paku Buwono III di Surakarta.

1 G. Moedjanto, 1987. Konsep Kekuasaan Jawa, Penerapannya Oleh Raja-raja Mataram. Yogyakarta: Kanisius, halaman 28.

2. Kangjeng Pangeran Adipati Haryo Mangkunegaran berkedudukan setingkat dibawah Putra Mahkota dan berhak mengadakan upacara maupun pengenaan atribut kebesaran yang lebih mewah dibanding prajurit lainnya.

3. Kangjeng Gusti Pangeran Haryo Mangkunegara berhak atas wilayah sebesar 4000 karya yang meliputi Nglaroh, Keduwang, Matesih, dan Gunung Kidul.

4. Kangjeng Gusti Pangeran Haryo Mangkunegara berkedudukan di Surakarta. 2

R.M Said diangkat menjadi Pangeran Miji (terpilih) dengan gelar Pangeran Adipati Mangkunegara dengan hak-hak istimewa yang kedudukannya dekat dengan raja dan sedikit lebih rendah dari putra mahkota. Mangkunegaran merupakan wilayah otonom yang pengakuannya berada dibawah kekuasaan Kasunanan. Kasunanan tidak dapat mencampuri urusan dalam Praja Mangkunegaran dan Kasunanan hanya berwenang ketika Mangkunegaran mempunyai hubungan atau kepentingan di wilayah Kasunanan dan Kasunananlah yang berhak menentukan keputusan dalam hubungannya dengan Mangkunegaran.

Hubungan Mangkunegaran terhadap Sunan sebagai Pangeran Miji sementara hubungan Mangkunegaran dengan kompeni sebagai Pangeran Amardika yang berarti terlepas dari urusan campur tangan Belanda. Untuk memperkokoh kedudukan R.M Said, Susuhunan menyerahkan kompleks bangunan milik bekas patih dan memberikan wilayah kekuasaan yang sebagian besar merupakan daerah rampasan R.M Said pada masa perjuangannya.

2 Krisnina Maharani A. Tandjung. 2007. 250 tahun Pura Mangkunegaran. Jakarta: Yayasan Warna warni Indonesia. halaman 21.

Praja Mangkunegaran merupakan salah satu bagian dari empat swapraja yang ada di Jawa Tengah. Wilayah Mangkunegaran terletak dibagian timur dan utara Surakarta, juga sebagian terletak di wilayah Kasunanan dan Kasultanan. Wilayah Mangkunegaran disebut sebagai desa Babok. Desa Babok merupakan

tanah-tanah atau wilayah permulaan dari Praja Mangkunegaran. 3 Luas wilayah Mangkunegaran ketika berdiri sebesar 4000 cacah yang terdiri dari 2000 cacah di

Keduwang dan 2000 cacah lainya terletak di Nglaroh (Wonogiri), Matesih, dan Gunung Kidul. 4 Wilayah Praja Mangkunegaran terus mengalami perubahan dan

perkembangan sejak berdirinya kerajaan itu. Dengan berdirinya Mangkunegaran dan diberikannya tanah Kasunanan kepada Pangeran Mangkunegara, maka dapat dikatakan bahwa politik memecah belah yang dilakukan oleh Belanda cukup mempersempit kekuasaan kerajaan. Politik ini mempersulit perorganisasian kekuatan kerajaan-kerajaan di Swapraja, politik ini menguntungkan Belanda karena kekuatan kerajaan di Swapraja dapat dikendaliakan.

3 Sutrisno Adiwardoyo, 1974. ”Pertumbuhan Kadipaten Mangkunegaran Sampai Masuknya Ke Provinsi Jawa Tengah ”. Skripsi IKIP Surakarta. halaman 28.

4 G.P. Rouffaer Vorstenlanden. Terjemahan: R.Tg. Muhammad Pringgokusumo. 1979. Swapraja. Surakarta: Reksa Pustaka. halaman 6

Tabel I. Desa Babok Mangkunegaran dalam Perjanjian Salatiga 1757

Jumlah (Jung) Keduwang

Nama Daerah