Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kemampuan Guru dalam Membuat Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi Melalui In-House Training dengan Pendekatan Andragogi di SMP Kristen 1 Salatiga

BAB II KAJIAN TEORI

2.1. Media Pembelajaran

  Tugas guru adalah berusaha menciptakan proses pengajaran yang memberikan harapan, bukan yang menakutkan (Musfah, 2011:33). Proses pembelajaran perlu disiapkan sebaik mungkin supaya tercipta iklim belajar yang menyenangkan bagi peserta didik. Salah satu hal yang dapat mendukung dalam berlangsungnya proses pembelajaran di kelas adalah media pembelajaran.

  Dapat dikatakan bahwa media pembelajaran memainkan peran penting dalam proses belajar mengajar yang dapat memberikan suasana menyenangkan selama proses tersebut. Dengan adanya media pembelajaran maka materi dapat disampaikan dengan lebih menarik dan jelas.

  Keberhasilan pembelajaran dapat ditentukan oleh dua komponen utama, yaitu metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua komponen tersebut saling berkaitan dan tidak terpisahkan. Jadi, pemilihan metode dan media yang tepat dapat mendukung proses pembelajaran. Media pembelajaran perlu didesain dengan baik supaya dapat membantu mencapai tujuan pembelajaran.

2.1.1. Pengertian Media Pembelajaran

  Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, keberhasilan proses pembelajaran di kelas dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah media yang juga berperan dalam teracapainya tujuan pembelajaran di kelas. Kata ‘media’ berasal dari bahasa Latin medoe, dan merupakan bentuk jamak dari ‘medium’. Secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Dalam KBBI media diartikan sebagai alat atau sarana komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk. Sementara, menurut Muspawi & Maryono (2014) media adalah alat yang berfungsi sebagai perantara untuk mengirimkan dan menyampaikan pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima. Jadi, media dapat diartikan sebagai sarana yang berupa cetakan, audio, maupun audio-visual yang dapat membantu menyampaikan informasi.

  Menurut Sanaky (2009), pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan bahan ajar. Sehingga, dalam pembelajaran pun media juga dibutuhkan. Sebab suatu bentuk komunikasi yang berjalan tanpa bnatuan sarana maka tidak akan berjalan dengan baik. Gagne berpendapat bahwa media pembelajaran adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar (Sadiman, dkk, 2008). Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemajuan pembelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri pembelajar tersebut (Sanaky, 2009). Berdasarkan beberapa pandangan tersebut, media pembelajaran dapat dikatakan memberikan fungsi untuk menghantarkan pesan pembelajaran. Sarana tersebut guna menyampaikan informasi yang berupa ilmu pengetahuan dan isi dari pembelajaran dituangkan oleh pengajar dan pendidik ke dalam media komunikasi.

  Media pembelajaran dapat dijadikan stimulasi bagi kegiatan pembelajaran. Peserta didik diberi rangsangan dengan media supaya terjadi proses pembelajaran yang menyenangkan. Media dapat dianggap sebagai sarana untuk memberikan perangsang bagi siswa agar terjadi proses belajar, karena media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan.Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi dari pembelajaran yang ada dalam kurikulum yang dituangkan oleh pengajar atau fasilitator atau sumber lain kedalam media komunikasi.

2.1.2. Manfaat dan Fungsi Media Pembelajaran

  Guru masih menjadi barisan paling depan yang berperan dalam kelancaran proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Persiapan dan perencanaan memang penting dilakukan demi tercipta suasana kelas yang menyenangkan. Hal tersebut juga ditegaskan oleh Freeman (2000), bahwa tantangan guru dalam mengajar salah satunya adalah menciptakan suasana kelas yang menyenangkan. Selain itu, guru perlu menjadi sosok yang kreatif dan inovatif. Keahlian guru, biasanya dituangkan dalam pembuatan media pembelajaran yang kreatif dan inovatif.

  Kreatif dalam kamus KBBI dijelaskan sebagai memiliki daya cipta dan memiliki kemampuan untuk menciptakan. Menurut Sopiah (2014), kreativitas merupakan kemampuan menciptakan hubungan yang baru dan tindakan yang tepat untuk menghadapi situasi baru. Sehingga, untuk menjadi kreatif, guru perlu memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berguna untuk mendukung proses pembelajaran. Kreativitas guru tersebut dapat dianggap sebagai cara yang tepat untuk menghadapi situasi kelas yang tidak menentu. Namun, dengan adanya kreativitas guru, maka kendala dan masalah dalam proses pembelajaran bisa diminimalisir.

  Penggunaan media pembelajaran bertujuan sebagai alat bantu pembelajaran yang dapat mempermudah serta meningkatkan efisiensi proses pembelajaran. Sedangkan manfaat media (2011:23) adalah sebagai berikut:

  Dapat memperjelas penyajian pesan dan 1) informasisehingga memperlancar proses dan hasil belajar

  Meningkatkan dan mengarahkan perhatian 2) anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar Mengatasi keterbatasan indra, ruang, dan 3) waktu

  Memberikan kesamaan pengalaman kepada 4) siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka Menurut Mayer (2009), media berbasis teknologi informasi memiliki 3 fungsi utama, yaitu sebagai media pengajaran, sebagai modus pengajaran, dan sebagai elemen sensori. Sedangkan, Sanaky (2009) menjelaskan bahwa media pembelajaran berfungsi untuk merangsang pembelajaran, menyajikan ulang informasi secara konsisten, memberi kesamaan persepsi, mengatasi hambatan waktu dan tempat, serta memberi suasana belajar yang tidak tertekan. Penggunaan media pembelajaran dimaksudkan untuk menyajikan informasi yang sudah langka keberadaannya, berbahaya jika diamati secara langsung, sulit dihadirkan langsung di dalam kelas, sulit diamati secara kasab mata, dan tidak mungkin menghadirkan dari masa lampau. Sehingga, jelas bahwa media pembelajaran memberikan kemudahan bagi guru dalam menyampaikan materi pelajaran.

  Selain fungsi-fungsi tersebut, terdapat beberapa fungsi yang lebih mengkhusukan pada media visual, dimana hal tesebut dikemukakan oleh Livie dan Lentz dalam Sanaky (2009). Fungsi media tersebut adalah menarik dan mengarahkan perhatian pembelajar untuk berkonsentrasi, menggugah emosi dan sikap pembelajar, memperlancar tujuan untuk memahami informasi, serta membantu pembelajar yang lemah dalam memahami informasi.

  Dari uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa media pembelajaran memang memberikan manfaat yang baik bagi tercapainya tujuan pembelajaran. Selain itu, media pembelajaran berfungsi sebagai alat yang dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien.

2.1.3. Jenis-jenis Media dan Kelebihannya

  Terdapat macam-macam media pembelajaran yang kreatif dan menarik. Setiap jenis media pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Oleh karena itu, setiap guru perlu memahami jenis-jenis media pembelajaran, sehinga dapat menentukan media yang cocok dan tepat untuk digunakan, Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah banyak berkembang berbagai macam media mulai dari modul cetak, film, televisi, film slide, video, radio, LCD, komputer, game, internet dan sebagainya. Sehingga perlu adanya pengelompokan terhadap beberapa bentuk media pembelajaran.

  Menurut Sanaky (2009), pembagian jenis dan karakteristik media pembelajaran adalah sebagai berikut:

  Dilihat dari aspek bentuk fisik, media 1) pembelajaran dibagi atas beberapa jenis dan karakteristiknya yaitu:

  a. Media elektronik, seperti televisi, film, radio, slide, video, VCD, DVD, LCD, komputer, internet, dan lain-lain.

  b. Media non-elektronik, seperti buku, handout, modul, diktat, media grafis, dan alat peraga. Dilihat dari aspek panca indera, media

  2) pembelajaran dibagi menjadi tiga yaitu: a. Media audio (dengar)

  b. Media visual (melihat) termasuk media grafis Media audio-visual (dengar-lihat) c. Dilihat dari aspek alat dan bahan yang

  3) digunakan, yaitu:

  Alat perangkat keras (hardware) sebagai a. sarana yang menampilkan pesan. Perangkat lunak (software), sebagai pesan b. atau informasi. Terdapat pengklasifikasian yang berbeda tentang media menurut Sadiman, dkk (2008) :

  Media Grafis: gambar atau foto, sketsa, 1) diagram, bagan atau chart, grafik, kartun, poster, peta, globe, papan flanel, papan buletin. Keuntungan dari media grafis ini, yaitu dapat mengatasi ruang dan waktu, memperjelas suatu masalah, murah dan mudah didapatkan, mempermudah siswa untuk memperoleh gambaran secara langsung.

  Sedangkan kelemahannya yaitu hanya menekankan persepsi indra penglihatan. Media Audio: radio, alat perekam atau pita magnetik, laboratorium bahasa. Keuntungan dari media ini yaitu dapat mengembangkan daya imajinasi anak, dapat merangsang partisipasi aktif pendengar, memusatkan perhatian siswa pada kata-kata yang didengarkan. Sedangkan kelemahannya yaitu jangkauannya terbatas. Media proyeksi Diam: film bingkai, film 3) rangkai, OHP, microfilm

  Berdasarkan apa yang dijelaskan di atas, diketahui bahwa media teknologi pendidikan menjadi salah satu bagian dari media pembelajaran. Danim (2010:10) menjelaskan bahwa ada beberapa keuntungan yang didapatkan jika menggunakan teknologi dalam pembelajaran. Adapun keuntungan yang dimaksud yaitu:

  Pembelajaran menjadi lebih produktif 1) 2) Dapat membuat kegiatan pembelajaran menjadi lebih ilmiah 3) Dapat membuat pengajaran menjadi lebih

  ‘powerful’ Membuat kegiatan belajara mengajar lebih

  4) ‘immediate’

2.2. Media Pembelajaran dengan Aplikasi

  Microsoft PowerPoint Salah satu metode pembelajaran yang dirasa mampu membuat proses belajar mengajar menjadi aktif dan menyenangkan adalah metode presentasi audio visual. Dimana, presentasi merupakan suatu kegiatan berbicara di hadapan banyak audience untuk menyampaikan atau memaparkan informasi. Tujuan dari presentasi bermacam-macam, misalnya untuk membujuk, untuk memberi informasi (biasanya oleh seorang pakar), atau untuk meyakinkan (biasanya dibawakan oleh seseorang yang ingin membantah pendapat tertentu).

  Pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran TIK dan metode presentasi, akhir- akhir ini sering digunakan karena dinilai efektif dalam penyampaian materi pembelajaran. Selain efektif dalam penyampaian, hal tersebut juga dapat meningkatkan kreatifitas peserta didik dan meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

  Microsoft PowerPoint atau Microsoft Office PowerPoint adalah sebuah software yang dikembangkan oleh Microsoft, yang dapat digunakan dalam pembuatan presentasi. Piranti lunak ini perangkat lunak Microsoft Office diinstal di perangkat komputer. Ikon-ikon yang terdapat di piranti ini ditampilkan secara jelas dan mudah untuk dimengerti. Sehingga, para pengguna mendapatkan kemudahan dalam mengoperasikannya.

  Software tersebut dibuat dengan tujuan untuk menjelaskan sesuatu hal dengan cara yang lebih menarik dari segi tampilan. Dengan adanya pemanfaatan proyektor LCD, maka tampilan presentasi tersebut dapat menjangkau banyak orang. Pembelajaran dengan penggunaan media presentasi Power Point dimungkinkan lebih efektif dalam membantu siswa memahami dan menguasai materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

  Melalui media pembelajaran ini, maka motivasi siswa dalam belajar dapat dengan mudah dibangkitkan. Selain itu, guru dapat menyampaikan materi pembelajaran secara efektif dan efisien. Jadi, tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

2.3. Kelebihan Aplikasi PowerPoint

  Software PowerPoint ini memiliki beberapa kelebihan dan fasilitas. Berikut merupakan fasilitas utama yang dapat digunakan untuk mengembangakan media pembelajaran dengan Microsoft PowerPoint.

  2.3.1. Memiliki tampilan slide per slide untuk mempermudah presentasi Dilihat dari namanya, maka aplikasi ini hanya menggunakan kekuatan poin-poin materi yang penting atau topik utama saja. Sehingga, dalam pembuatan presentasi dengan media ini, tidak banyak dicantumkan teks dan uraian materi yang panjang. Poin materi dituliskan dalam setiap slide yang berbeda. Sehingga, penyaji materi tidak perlu lagi menggunakan kertas untuk menyajikan materinya.hal tersebut memberikan kemudahan dari segi waktu dan biaya bagi penyaji materi.

  2.3.2. Mudah untuk memasukan teks dan gambar Fasilitas yang didapatkan dari program ini adalah teks dan gambar yang bisa dimodifikasi. Teks yang sudah ditulis pada slide, dapat divariasi dengan bentuk, ukuran, dan warna yang beragam. Selain penulisan pada slide, penyaji juga dapat menyisipkan text box, yang mana dapat membuat teks yang bisa dipindah pindah posisinya.

  Untuk membuat sajian presentasi lebih menarik, maka dapat disisipkan gambar pada slide tertentu. Sama halnya dengan teks, sisipan gambarpun bisa dimodifikasi, contohnya, dengan memotong bagian yang penting saja atau dengan memberi frame yang menarik pada gambar. Selain gambar, tabel atau diagram dapat disisipkan pada slide tersebut.

  Guna mempermudah pembuatan tabel dan diagram, maka Microsoft PowerPoint menyediakan fasilitas tersebut lengkap dengan ragamnya. Dengan begitu, audience atau dalam hal ini siswa, menjadi lebih tertarik dalam memperhatikan materi yang disampaikan. Selain itu, gambar yang disisipkan memberikan ilustrasi yang lebih jelas bagi siswa.

  Cara menyisipkan gambar atau teks adalah dengan menekan menu insert, maka akan muncul berbagai pilihan, dimana insert textbox menjadi salah satu pilihannya. Klik menu tersebut sehingga muncul kotak teks pada slide presentasi.

  Selanjutnya, menulis teks yang diinginkan atau bisa juga dengan menyalin (copy) teks kemudian menempelkannya (paste) pada kotak yang tersedia. Tels bisa divariasi ukuran, bentuk, dan warnany.

  Sedangkan, untuk memasukkan gambar, tekan menu insert, sesudah itu pilih menu insert dan from clip art.

  Apabila ingin memasukkan gambar dari file, maka cukup dengan menekan pilihan pertama dan apabila ingin memakai gambar dari clip art yang sudah ada di komputer, maka tekan pilihan yang kedua.

  2.3.3. Tampilannya bisa disisipi animasi, file audio, ataupun video Selain gambar tidak bergerak, slide pada

  PowerPoint dapat juga disisipi animasi atau gambar bergerak, file audio atau suara, video atau gambar bergerak dan bersuara. Dengan adanya sisipan file tersebut, pembelajar bukan hanya mendapat ilustrasi yang jelas, namun mereka juga dapat melihat suatu proses yang mungkin tidak bisa dilihat secara langsung. Selain itu, penyaji materi dapat lebih mudah dalam menyampaikan materi pembelajaran lewat sajiannya.

  Langkah pertama untuk memasukkan file animasi, suara atau video adalah dengan menekan menu insert. Kemudian, tekan menu movies and sounds. Maka akan muncul dua pilihan untuk sounds from file dan sounds from Gallery. Sama halnya dengan movies, juga akan muncul pilihan Movies from file atau Movies from Gallery. Jika menginginkan suara atau video dari file pribadi maka dapat memilih from file. Namun, jika menginginkan suara atau video yang sudah disediakan oleh Ms. PowerPoint, maka dapat memilih from gallery. Cara memasukkan animasi atau gambar bergerak, dapat dilakukan dengan mengikuti langkah memasukkan gambar biasa.

2.3.4. Hyperlink atau tautan

  Apabila ada file berupa tabel atau teks yang cukup panjang, yang mana tidak mungkin ditulis pada slide PowerPoint, maka penyaji dapat juga menyisipkan file Ms. Word dan Ms. Excel. Cara yang digunakan adalah dengan hyperlink. Dengan adanya fasilitas ini, maka slide bisa terhubung ke slide pada file lain atau bahkan ke jaringan internet. Selain itu, akan lebih banyak berbagai kemungkinan pembelajaran serta sumber belajar. Misalnya saja, sebuah dokumen yang panjang dengan format Ms. Word, tabel yang dibuat pada file Ms. Excel, ataupun artikel pada internet, tidak mungkin disisipkan atau disalin pada slide. Dengan adanya fasilitas hyperlink, PowerPoint dapat terhubung dengan file dari Ms. Word, Ms. Excel, atau website. Cukup dengan menuliskan judul file atau dengan menaruh ikon tertentu pada slide, kemudian dihyperlink, maka slide aka terhubung dengan file atau bahkan website yang dituju .

  Langkah pembuatan hyperlink adalah dengan memilih objek yang akan kita link ke program lain atau internet. Sesudah kita memilih objek kita mengklik menu insert dan kemudian mengklik menu hyperlink maka akan muncul dialog box dan kemudian kita menuliskan alamat yang dituju misalnya sebuah file atau sebuah situs web dan kemudian mengklik OK maka objek itu akan tersambung ke alamat yang ditulis. Cara yang kedua adalah melalui menu slide show dan kemudian menekan action settings, sesudah itu akan muncul dialog box. Dengan mengisikan alamat dan mengklik OK maka objek akan tersambung ke alamat yang diinginkan.

  2.3.5. Tampilan dan proses peralihan slide bisa didesain sehingga lebih menarik Untuk membuat sajian presentasi lebih menarik, maka peralihan slide demi slide dapat divariasi dengan efek khusus. Sehingga, tampilan pada saat peralihan tidak membosankan dan membuat audience atau peserta didik menaruh perhatian pada slide yang akan ditayangkan.

  Caranya adalah dengan menekan menu animation, kemudian klik transition effects. Setelah itu, akan muncul beberapa pilihan. Klik pada pilihan transisi yang diinginkan.

  2.3.6. Memiliki berbagai desain tampilan yang dapat diterapkan dengan mudah Dalam membuat presentasi atau sajian menjadi lebih menarik, maka dapat menambahakan animasi pada tampilan. Menu custom animation digunakan untuk membuat tampilan lebih menarik. Misalanya saja, gambar atau objek dapat tampil dari sudut adan arah yang berbeda dan dengan cara yang berbeda pula. Selain itu, tulisan dapat ditampilkan per kata atau per huruf, yang juga dapat tampil atau keluar dari sudut tertentu. Penerapannya pun lebih mudah, serta PowerPoint sudah menyediakan berbagai macam animasi. Untuk membuat animasi, dapat dengan mengklik kanan pada objek tersebut cara mengklik objek tersebut. Setelah itu, pilih menu Slide Show, lalu klik pada menu custom animation. order and timing untuk mengatur urutan dan waktu tampil ke layar. Selain itu, ada juga effects untuk mengatur efek yang diinginkan.

  2.3.7. Memiliki banyak template yang dengan mudah bisa digunakan Microsoft PowerPoint menyediakan template background yang mempermudah penggunanya dalam mendesain slide. Template yang disediakan pun beragam, sehingga penggunaannya bisa disesuaikan dengan tema presentasi atau pembelajaran. Selain template yang tersedia, pengguna bisa mengunduh template yang lain di internet.

  Jika template dirasa masih kurang menarik, maka ada 3 jenis pilihan lain yang daat digunakan untuk membuat tampilan background. Pertama, dengan memberi warna pada background. Kedua, background dapat diberi tekstur yang sudah disediakan oleh program ini. Ketiga, pengguna dapat memasang gambar dari file pribadi untuk dijadikan background.

  Untuk memasang latar langkah yang pertama adalah dengan menekan menu format atau dengan klik kanan, kemudian menekan menu background. color dan fill effects. Jika warna yang sudah ada dirasa cocok, maka tekan apply. Namun, ada pilihan warna lain yang daat digunakan dengan klik more color, diamana akan muncul berbagai pilihan warna. Setelah memilih warna, maka tekan apply. Untuk memasang pola, tekstur, atau gambar pada latar, maka tekan fill effects, pilih pattern, texture atau picture dan tekan apply.

2.4. Pengertian Pelatihan

  Pelatihan seringkali diadakan dengan tujuan meningkatkan kinerja sumber daya manusia. Pelatihan biasanya didasarkan pada kebutuhan tertentu. Menurut Simamora (2006), pelatihan merupakan proses pembelajaran yang melibatkan perolehan keahlian, konsep, peraturan, atau sikap untuk meningkatkan kinerja tenga kerja.

  Sementara itu, Mathis (2002), mendefinisikan bahwa pelatihan adalah suatu proses dimana orang- orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi oleh karena itu, proses ini terikat dengan berbagai tujuan organisasi, pelatihan dapat dipandang secara sempit ataupun luas.

  Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pelatihan keahlian tertentu guna meningkatkan kinerja dan mencapai tujuan organisasi.

  Banyak istilah yang digunakan untuk menunjukkan pelatihan yang diperuntukkan para guru sebagai bentuk pengembangan personil. Istilah- istilah tersebut antara lain in-house training, in- service training, in-service education, up-grading.

2.5. In-House Training

  Fungsi pembinaan dan pengembangan pegawai merupakan fungsi pengelolaan personel yang mutlak perlu, untuk memperbaiki, menjaga, dan meningkatkan kinerja pegawai (Mulyasa, 2007:43). Maka, diperlukan adanya pengembangan guru dan staff demi tercapainya tujuan pendidikan. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan guru dan staff, yaitu dengan cara mengikutsertakan mereka dalam berbagai kegiatan sekolah, seperti pelatihan, penataran, seminar, workshop, pemagangan, dan pendampingan. Kegiatan terebut dapat dapat diselenggarakan oleh lembaga pemerintah, perguruan tinggi, atau lembaga non-pemerintah. Namun, pelatihan dengan model in- house training lebih banyak dilakukan untuk

  Istilah In-House Training atau disebut juga in- servis training menurut Nawawi yang dikutip oleh Dadang Dahlan menyatakan in-servis training sebagai usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru dalam bidang tertentu sesuai dengan tugasnya agar dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam bidang tersebut. Selanjutnya in-servis training ini sangat perlu bagi guru-guru muda yang belum memiliki cukup pengalaman dan bekal dalam bekerja.

  Danim (2011), mendefinisikan In House Training sebagai pelatihan yang dilaksanakan secara internal oleh kelompok kerja guru, sekolah atau tempat lain yang ditetapkan sebagai penyelenggaraan pelatihan, untuk meningkatkan kompetensi dan karier guru yang dapat dilakukan secara internal oleh guru sebagai trainer yang memiliki kompetensi yang belum dimiliki oleh guru yang lain. Syarat jumlah peserta dalam IHT minimal 4 orang dan maksimal 15 orang. Sujoko (2012:40) menambahkan bahwa IHT merupakan program pelatihan yang diselenggarakan di tempat sendiri, sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi guru, dalam menjalankan pekerjaannya dengan mengoptimalkan diatas, nampak bahwa IHT merupakan suatu kegiatan intern yang diadakan di sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru serta membuat potensi yang dimiliki menjadi lebih maksimal. Kegiatan tersebut diadakan berdasarkan analisis kebutuhan dari guru-guru tersebut.

  Pada dasarnya In-House Training adalah program pelatihan yang diselenggarakan di tempat peserta pelatihan. Dijelaskan bahwa program pelatihan ini juga menggunakan peralatan kerja peserta pelatihan dengan materi yang relevan dan merupakan permasalahan yang sedang dihadapi (Sueta, 2010). In-House Training merupakan pelatihan yang terjadi atas permintaan suatu komunitas tertentu baik lembaga profit maupun nonprofit.

  Tujuan In-House Training yaitu untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam sebuah instansi tertentu, dalam rangka pemcapaian sasaran yang telah ditetapkan. Beberapa sasaran pelatihan internal (In-house training) menurut Sueta (2010) antara lain:

  Menciptakan 1) interaksi antara peserta dilingkungan instansi tertentu.

  Mempererat rasa kekeluargaan/kebersamaan. Meningkatkan motivasi baik bagi peserta

  3) maupun bagi narasumber untuk membiasakan budaya pembelajaran yang berkesinambungan. 4) Mengeksplorasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi di lapangan yang berkaitan dengan peningkatan efektifitas kerja untuk memecahkan masalah dan mencari solusi secara bersama-sama. Marwansyah (2012:170) menyebutkan bahwa

  IHT dilakukan melalui tiga fase, yaitu fase 1) perencanaan, berfungsi untuk menentukan tujuan atau kerangka tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu. Kegiatan ini meliputi; menentukan tujuan, menentukan materi, menentukan pendekatan dan metodologi pelatihan, menentukan peserta pelatihan dan fasilitator (trainer), menentukan waktu dan tempat, menentukan semua bahan, menentukan model evaluasi pelatihan, menentukan sumber dana dan pembiayaan yang dibutuhkan.

  2) fase proses penyelenggaraan meliputi. mempersiapkan kelengkapan bahan pelatihan dan sarana prasarana.

  Fase evaluasi adalah fase penilaian terhadap kegiatan pelatihan yang telah dilaksanakan.

  Melalui program ini, peserta pelatihan akan lebih mudah memahami dan mengimplementasikan materi pelatihan serta mengatasi permasalahan. Disisi lain, program pelatihan ini juga dapat meningkatkan kualitas dan kinerja peserta pelatihan dalam sebuah instansi tertentu.

2.5.1. Kelebihan In-House Training

  Setiap jenis pelatihan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun, in-house training dapat menjadi pilihan dalam pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan atau memperbaiki kualitas sumber daya manusia. In- house training dianggap memiliki beberapa kelebihan, yaitu:

  Biaya yang dikleurkan untuk pelatihan lebih 1) murah karena di tempat sendiri 2) Hasil bisa lebih maksimal karena diselenggarakan berdasarkan kebutuhan 3) Kegiatan lebih nyaman karena diikuti oleh peserta dari satu lembaga yang sama

  Materi lebih spesifik sehingga lebih mengena 4) kepada peserta

  Dengan melihat kelebihan tersebut, maka in- house training biasanya diadakan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah tertentu dan sesuai dengan kebutuhan lembaga.

2.6. Pendekatan Andragogi

  Istilah ‘andragogi’ berasal dari bahasa Yunani, ‘aner’ yang berarti orang dewasa, dan ‘agogus’ artinya memimpin. Istilah andragogi pertama kali muncul pada tahun 1833 oleh Alexander Kapp sebagai istilah pendidikan orang dewasa.Selanjutnya, studi tentang asal mula penggunaan istilah andragogi dikembangkan oleh seorang ahli pendidikan orang dewasa asal Belanda, gernan Enchevort. Kemudian pada tahun 1919, Adam Smith menyatakan bahwa, “pendidikan tidak hanya untuk anak-anak, tetapi juga untuk orang dewasa”. Pada tahun 1921, Eugar Rosenstock menyatakan bahwa pendidikan orang dewasa harus menggunakan guru khusus, metode dan filsafat khusus (Ibrahim, 2007:288).

  Pada tahun 1970, Malcolm Knowles menggagas sebuah pengkajian dan pengembangan andragogi secara konseptual teoritik. Sebuah istilah lain yang kerap kali dipakai sebagai perbandingan adalah agogus artinya memimpin. Maka secara harafiah pedagogi berarti seni dan pengetahuan mengajar anak.Menurut Knowles, pendidikan orang dewasa berbeda dengan pendidikan anak-anak atau pedagogi (Ibrahim, 2007:295). Pedagogi berlangsung dalam bentuk identifikasi dan peniruan, sedangkan andragogi berlangsung dalam bentuk pengembangan diri sendiri untuk memecahkan masalah. Karena itu, pedagogi berarti seni atau pengetahuan mengajar anak maka apabila memakai istilah pedagogi untuk orang dewasa jelas kurang tepat, karena mengandung makna yang bertentangan.Jadi istilah andragogi mulai dirumuskan menjadi teori baru sejak tahun 1970-an oleh Malcolm Knowles.

  Andragogi, yang mana dalam istilah praktis dapat diartikan sebagai pengajaran untuk orang dewasa, lebih berfokus pada proses ketimbang pada konten yang diajarkan (Danim dan Khairil, 2010:129). Di dalam andragogi proses belajar mengajar merupakan tanggungjawab bersama dari pengajar dan pelajar.

  Dalam hal ini peranan pengajar adalah penyelenggara teknis, nara sumber, dan rekan dalam evaluasi hasil belajar. Pengajar itu lebih merupakan pembimbing daripada pengajar. Dalam andragogi diasumsikan bahwa pengajar itu tidak dapat “mengajar” dalam arti membuat seseorang belajar, tetapi pengajar itu hanyalah dapat membantu orang lain belajar. Pengajar dan Pelajar berbagi tanggungjawab untuk saling menolong dalam belajar.

  Pembelajaran dengan model andragogi menekankan pada strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta pelatihan (Fauzi, 2011:41). Dimana dalam kegiatan pembelajarannya, terdapat kesempatan bagi peserta pelatihan untuk dapat terlibat dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Oleh karena itu, peserta pelatihan juga turut memegang peran dalam keseluruhan proses pembelajaran, sedangkan pelatih atau instruktur hanya bertugas sebagai fasilitator pembelajaran.

  Menurut Santoso (2011), terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran orang dewasa, yaitu:

  1) Terciptanya proses belajar adalah suatu proses pengalaman yang ingin diwujudkan oleh setiap individu orang dewasa. Proses pembelajaran orang dewasa berkewajiban pengetahuan yang lebih tinggi. 2)

  Setiap individu orang dewasa dapat belajar secara efektif bila setiap individu mampu menemukan makna pribadi bagi dirinya dan memandang makna yang baik itu berhubungan dengan keperluan pribadinya. 3)

  Kadangkala proses pembelajaran orang dewasa kurang kondusif, hal ini dikarenakan belajar hanya diorientasikan terhadap perubahan tingkah laku, sedang perubahan perilaku saja tidak cukup, kalau perubahan itu tidak mampu menghargai budaya bangsa yang luhur yang harus dipelihara, di samping metode berpikir tradisional yang sukar diubah. Proses pembelajaran orang dewasa merupakan

  4) hal yang unik dan khusus serta bersifat individual. Setiap individu orang dewasa memiliki kiat dan strategi sendiri untuk memperlajari dan menemukan pemecahan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran tersebut. Dengan adanya peluang untuk mengamati kiat dan strategi individu lain dalam belajar, diharapkan hal itu dapat memperbaiki dan menyempurnakan caranya yang lebih efektif. Faktor pengalaman masa lampau sangat

  5) berpengaruh pada setiap tindakan yang akan dilakukan, sehingga pengalaman yang baik perlu digali dan ditumbuhkembangkan ke arah yang lebih bermanfaat. Belajar adalah suatu transformasi ilmu

  6) pengetahuan dan juga merupakan proses pengembangan intelektualitas seseorang. Pemaksimalan hasil belajar dapat dicapai apabila setiap individu dapat memperluas jangkauan pola berpikirnya.

Tabel 2.1 Perbedaan Andragogi dan Pedagogi

  Andragogi Pedagogi Pembelajar disebut “peserta didik” atau “warga belajar”

  Pembelajar disebut “siswa” atau “anak didik” Gaya belajar independen Gaya belajar dependen Tujuan fleksibel Tujuan ditentukan sebelumnya Diasumsikan bahwa peserta didik memiliki pengalaman untuk berkontribusi

  Diasumsikan bahwa tidak berpengalaman dan kurang informasi

  Peserta didik dituntut aktif berpartisipasi dalam pembelajaran

  Anak didik lebih banyak menerima dari guru Pembelajar mempengaruhi waktu dan kecepatan

  Guru mengontrol waktu dan kecepatan Keterlibatan atau kontribusi peserta sangat penting

  Peserta berkontribusi sedikit pengalaman Belajar terpusat pada masalah kehidupan nyata

  Belajar berpusat pada isi atau pengetahuan teoretis Peserta dianggap sebagai sumberdaya utama untuk ide dan contoh

  Guru sebagai sumber utama yang memberikan ide-ide dan contoh

  Diciptakan suasana hubungan sama status antara fasilitator dan peserta

  Guru terlihat berkuasa dan mengetahui segalanya, sedangkan murid tidak tahu apaapa dan harus menerima

  Sasarannya orang dewasa di masyarakat Sasarannya anak-anak di sekolah

  Orang dewasa dianggap Anak-anak dianggap gelas

  Andragogi Pedagogi sebagai “gelas yang sudah yang masih kosong berisi” (pengetahuan, pengalaman, status sosial, dll) Sumber: Danim (2010:131-312)

2.6.1. Unsur-Unsur Dalam Pembelajaran Orang

  Dewasa Pembelajar dewasa dan anak-anak tidak dapat disamakan sebab mereka memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Perbedaan Orang Dewasa dan Anak-anak

  Orang Dewasa pada Anak pada umumnya umumnya Orang dewasa memiliki Anak-anak mempunyai pengalaman praktis dan sedikit pengalaman pragmatis yang luas. pragmatis. Belajar berpusat pada Belajar berpusat pada pendalaman dan perluasan pembentukan dasar-dasar dari pengalaman yang lalu, pengertian, nilai-nilai, baik pengetahuan, sikap keterampilan, dan sikap. maupun keterampilan. Hambatan untuk mengubah Hambatan untuk berubah tingkah laku bersumber dari datang dari faktor-faktor faktor yang berhubungan yang berhubungan dengan dengan lingkungan pertumbuhan fisik, sosialnya, pekerjaannya dan tuntutan sosialisasi, kebutuhan-kebutuhan persiapan untuk kehidupan dirinya untuk kelanjutan sosial, dan pekerjaan yang hidupnya. akan datang. Kebutuhan belajar Kebutuhan belajar dihubungkan dengan situasi berhubungan dengan kehidupan yang akan pengembangan pola-pola Orang Dewasa pada Anak pada umumnya umumnya datang. pengertian untuk masa depan Orang dewasa tampak lebih Anak-anak lebih menggunakan pikiran menggunakan pikiran generalisasi dan abstrak. konkret Orang dewasa dapat Anak-anak tidak dapat mengemukakan kebutuhan mengemukakan kebutuhan belajarnya, sehingga dapat belajarnya, karena bernegosiasi dengan kemampuan untuk itu programmer dalam cenderung ditentukan oleh perencanaan. experts (tenaga ahli). Orang dewasa telah Konsep diri masih belum memiliki konsep diri yang terorganisasikan yang terorganisir dan konsisten menyebabkan anak sehingga dapat memandang diri masih berpartisipasi dan mandiri. bergantung. Orang dewasa ditugasi dan Belum dibebani tanggung dibebani status dan jawab, dan sedang tanggung jawab oleh diharapkan untuk masyarakat. bertanggung jawab. Sumber: Marzuki (2010:168)

  Karakteristik pelajar dewasa berbeda dengan pelajar anak-anak. Oleh karena itu, dalam pembelajaran orang dewasa, perlu diperhatikan beberapa unsur yang dapat mempengaruhi proses belajar itu sendiri. Menurut Danim dan Khairil (2010:128), terdapat beberapa unsur yang bisa dimasukkan ke dalam desain pengajaran atau pembelajaran.

  Unsur yang pertama adalah metakognisi. Jika dilihat, pembelajar atau siswa dewasa akan lebih memilih untuk belajar melalui penilaian diri atau koreksi diri. Hal tersebut dikarenakan siswa dewasa sudah memiliki pengalaman dalam bidang yang dipelajarinya. Sehingga, siswa dewasa cenderung melihat kembali pengalaman yang sudah dimiliki dan mengkoreksi apa yang salah untuk kemudian diperbaiki dan dikembangkan.

  Refleksi juga merupakan unsur yang penting dalam pembelajaran. Dalam melakukan proses belajar, siswa dewasa akan lebih cenderung untuk melakukan refleksi diri atas apa yang sudah dipelajari dan diperoleh. Pelajaran yang didapat akan dikaitkan dengan pengalaman yang sudah dimilki sebelumnya.

  Dalam proses pembelajaran dapat dilakukan kegiatan menggali pengalaman sebelumnya. Seperti akan lebih digunakan sebagai dasar dan bekal untuk belajar.

  Percakapan atau dialog yang baik dan dalam suasana nyaman merupakan unsur pendukung pembelajaran. Pendekatan dialogis dianggap lebih menarik ketimbang pembelajaran monologis. Dengan dialog atau percakapan selama pembelajaran, siswa dewasa akan menjadi lebih aktif dan mudah dalam mengikuti pembelajaran.

  Selanjutnya, pengalaman otentik menjadi ketertarikan tersendiri bagi pembelajar dewasa. Jelaslah bahwa siswa dewasa lebih tertarik dengan pengalaman otentik ketimbang abstrak. Dengan adanya pengalaman otentik, maka siswa dewasa bukan hanya mendapatkan gambaran, namun juga dapat menyerap ilmu dan keahlian dengan lebih mudah.

  Setiap warga belajar tentunya membutuhkan motivasi. Siswa dewasa lebih mengandalakan motivasi diri atau motivasi internal ketimbang eksternal. Hal tersebut dikarenakan, siswa dewasa belajar bukan karena perintah dari orang lain, melainkan dari keinginan dan berdasarkan pada

  Strategi pembelajaran yang generatif perlu dilakuakn dalam proses belajar. Dengan adanya kegiatan yang saling membantu untuk membangun pengetahuan oleh mereka untuk mereka, maka siswa dewasa akan lebih mudah dalam mengikuti proses pembelajaran.

  Dengan melihat unsur-unsur tersebut, maka pelatih atau trainer dapat mendesain sebuah pelatihan yang sesuai dengan karakteristik warga belajar, sehingga tercipta kenyamanan dalam proses pembelajaran. Pada akhirnya, kegiatan belajar dapat berjalan dengan efektif dan memberikan hasil yang baik.

2.6.2. Situasi Orang Dewasa Belajar

  Menurut Danim dan Khairil (2010), ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam situasi belajar orang dewasa, sebagai berikut:

  Terciptanya proses belajar adalah suatu proses 1) pengalaman yang ingin diwujudkan oleh setiap individu orang dewasa. Proses pembelajaran orang dewasa berkewajiban memotivasi atau mendorong untuk mencari pengetahuan yang lebih tinggi.

  Setiap individu orang dewasa dapat belajar 2) secara efektif bila setiap individu mampu menemukan makna pribadi bagi dirinya dan memandang makna yang baik itu berhubungan dengan keperluan pribadinya.

  3) Kadangkala proses pembelajaran orang dewasa kurang kondusif, hal ini dikarenakan belajar hanya diorientasikan terhadap perubahan tingkah laku. Sedangkan, perubahan perilaku saja tidak cukup, kalau perubahan itu tidak mampu menghargai budaya bangsa yang luhur yang harus dipelihara, disamping metode berpikir tradisional yang sukar diubah. 4) Proses pembelajaran orang dewasa merupakan hal yang unik dan khusus serta bersifat individul. Setiap individu orang dewasa memiliki kiat dan strategi sendiri untuk mempelajari dan menemukan pemecahan masa!ah yang dihadapi dalam pembelajaran tersebut. Dengan adanya pelung untuk mengamati kiat dan strategi individu lain dalam belajar, diharapkan hal itu dapat memperbaiki dan menyempurnakan caranya sendiri dalam belajar, sebagai upaya koreksi yang lebih efektif. Faktor pengalaman masa lampau sangat berpengaruh pada setiap tindakan yang akan dilakukan, sehingga pengalaman yang baik perlu digali dan ditumbuhkembangkan ke arah yang lebih bermanfaat. Belajar adalah suatu transformasi ilmu

  6) pengetahuan dan juga merupakan proses pengembangan intelektualitas seseorang. Pemaksimalan hasil belajar dapat dicapai apabila setiap individu dapat memperluas jangkauan pola berpikirnya. Di satu sisi, belajar dapat diartikan sebagai suatu proses evolusi. Artinya penerimaan ilmu tidak dapat dipaksakan sekaligus begitu saja, tetapi dapat dilakukan secara bertahap melalui suatu urutan proses tertentu. Dalam kegiatan pendidikan, umumnya pendidik menentukan secara lauh mengenai materi pengetahuan dan keterampilan yang akan disajikan. Mereka mengatur isi (materi) ke dalam unit-unit, kemudian memilih alat yang paling efisien untuk menyampaikan unit-unit dari materi tersebut, misalnya ceramah, membaca, pekerjaan laboratorium, film, mendengar kaset, dan lain-lain.

  Dari pemaparan tentang situasi orang dewasa belajar, nampak bahwa pembelajar dewasa merupakan warga belajar yang mandiri yang belajar dengan tujuan khusus dan untuk pengembangan kemampuan diri. Pembelajar dewasa belajar dan berlatih berdasarkan pengalaman dan kebutuhannya masing-masing. Situasi yang kondusif dapat tercipta pada pembelajaran orang dewasa sebab mereka memiliki kiat dan strategi sendiri dalam belajar, termasuk menentukan sendiri sarana belajarnya.

2.6.3. Daur Belajar Orang Dewasa

Gambar 2.1 Daur Belajar Orang Dewasa

  Sumber: Skema dan Mekanisme Pelatihan (Santoso, 2011:32)

  Jika melihat karakteristik pembelajar dewasa, maka dapat diketahui bahwa daur belajar orang dewasa berbeda dengan daur belajar anak-anak. Sehingga, dalam memberikan pembelajaran pun, seorang fasilitator atau pelatih perlu memahami daur belajar orang dewasa. Dengan begitu, fasilitator atau pelatih dapat menentukan metode atau teknik yang dapat digunakan dalam pelatihan. Jadi, proses pembelajaran atau pelatihan terhadap pembelajar dewasa dapat berjalan dengan baik. Daur belajar orang dewasa dapat dilihat seperti pada gambar 2.1

Gambar 2.1 menunjukkan bahwa terdapat empat urutan dalam daur belajar orang dewasa yang

  sebaiknya diperhatikan oleh pelatih.

  Pertama, dengan memulai dari pengalaman peserta pelatihan. Pembelajar dewasa biasanya sudah memiliki pengalaman dalam bidangnya sebelum mengikuti pelatihan.

  Oleh karena itu, pelatih akan menggali pengalaman peserta dan mengadakan curah pendapat untuk melihat seberapa banyak pengalaman yang dimiliki. Selanjutnya, melakukan analisis. Pelatih memberikan dorongan kepada peserta untuk menemukan pola dan hubungan antara kenyataan dan apa yang menjadi akar

  Setelah itu ditarik kesimpulan dengan melibatkan peserta. Pada akhir kegiatan pelatihan peserta tetap didorong untuk menerapkan hal-hal yang sudah dipelajari ke dalam pekerjaan. Sehingga, hasil dari pelatihan tetap memberikan manfaat bagi pekerjaan dan kehidupan sehari-hari peserta pelatihan.

2.6.4. Langkah-langkah Pembelajaran Andragogi

  Pembelajaran dengan pendekatan andragogi tentunya memiliki langkah-langkah yang berbeda dengan pendekatan pedagogi. Menurut Susanto (2010:33), dalam pelatihan yang menggunakan pendekatan andragogi, terdapat 7 proses yang selalu dilibatkan didalamnya, yaitu sebagai berikut:

  Menciptakan iklim yang baik untuk belajar 1)

  Menyusun suatu bentuk perencanaan kegiatan 2) secara bersama dimana setiap orang yang ambil bagian akan saling membantu di dalam kegiatan

  3) Menilai atau mengidentifikasi minat, kebutuhan, dan nilai-nilai Merumuskan tujuan belajar

  4) Merancang kegiatan belajar

  5) Melaksanakan kegiatan belajar Mengevaluasi hasil belajar

  7) Jika dihubungkan dengan karakteristik orang dewasa belajar, maka 7 proses di atas sesuai untuk dimasukkan dalam pembelajaran. Orang dewasa yang menghendaki kemandirian dalam belajar, kurang tepat apabila hanya diberikan ceramah pada saat pelatihan. Pelibatan peserta pembelajar dewasa dalam seluruh rangkaian pelatihan akan menambah motivasi dan tanggung jawab untuk mengikuti pembelajaran dengan baik.

  Pada akhirnya, dengan melihat situasi dimana orang dewasa memiliki kemauan sendiri untuk belajar. Dengan melibatkan 7 proses di atas, maka tujuan dari pelatihan dapat tercapai.

2.7. Penelitian Relevan

  Terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan IHT. Pertama, penelitian yang dilakukan Astuti (2017) yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Guru Sekolah Dasar Dalam Penyusunan Instrumen Ranah Sikap Melalui In House Training”, menemukan bahwa kegiatan in- house training dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun instrumen ranah sikap. Peneltian tersebut dilaksanakan dalam 2 siklus dengan

  3 tahap yaitu, perencanaan, penyelenggaraan, dan evaluasi. Kegiatan yang dilakukan pada saat pelatihan dimulai dengan mendorong peserta untuk membaca dan memahami materi, hingga kemudian dilakukan pembagian kelompok. Selanjutnya, trainer berkeliling untuk memantau selama peserta mengerjakan latihan. Terakhir, kegiatan ditutup dengan tanya jawab antara peserta dan trainer.

  Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Giarti, dkk (2016) yang berjudul “Implementasi TQM Melalui Pelatihan Model In-House Training Untuk Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru SD”, menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi kelas. Dalam penelitian tersebut terdapat 2 instrumen yaitu pengembangan media pembelajaran dan kemampuan guru dalam membuat RPP. Hasil temuan menunjukkan bahwa

  IHT dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan media pembelajaran, serta meningkakan kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran.

  Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Eriston dalam Membuat Powerpoint melalui In-House Training di SMK Teknik Industri Purwakarta”, memberikan kesimpulan bahwa kegiatan In-House Training memberikan manfaat dalam meningkatkan kemampuan guru membuat powerpoint sebagai media pembelajaran. Hasil dari tindakan yang dilakukan mencapai 86% yang mana melampaui indikator yang telah ditetapkan yaitu 75%. sehingga, penelitian tersebut menunjukkan bahwa IHT dapat secara signifikan meningkatkan kemampuan guru membuat powerpoint untuk media pembelajaran.

  Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Sumarni (2014) dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Guru Melalui Pengembangan Media Pembelajaran”, memberikan hasil bahwa dengan adanya in-house training yang dipadukan dengan lomba, maka kemampuan guru dalam membuat media pembelajaran dapat meningkat. Penelitian tersebut diawali dengan melihat hasil supervisi pada 8 orang guru. Setelah ditemukan adanya masalah, maka diadakan pelatihan yang divariasi dengan lomba. Setiap guru diminta untuk mengimplementasikan hasil karyanya pada pembelajaran masing-masing. Lalu diadakan dengan pelatihan guru dapat meningkatkan kemampuan dalam membuat dan meggunakan media pembelajaran.

Dokumen yang terkait

Lampiran 1 SURAT IJIN PENELITIAN

0 1 61

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Evaluasi - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

0 0 38

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

0 0 15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 1.1 Profil Sekolah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

0 0 54

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

0 0 98

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Pelaksanaan Program Pendidikan Inklusi di SMP Negeri 7 Salatiga

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Pendidikan Inklusi 2.1.1 Pendidikan Inklusi - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Pelaksanaan Program Pendidikan Inklusi di SMP Negeri 7 Salatiga

0 0 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Profil Sekolah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Pelaksanaan Program Pendidikan Inklusi di SMP Negeri 7 Salatiga

0 1 75

Lampiran 1 KISI-KISI INSTRUMEN PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSI DI SMP NEGERI 7 SALATIGA Instrumen Penelitian

2 16 61