Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Discovery Learning dengan Berbantuan Alat Peraga Konkret Siswa Kelas 5 SD Negeri 3 Purwosari Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung Semester II Tahu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

  60 3 15,00

  Berdasarkan tabel 4.1 terlihat jelas perbandingan siswa yang mencapai

  Sumber: Data Primer

  70 2 10,00 Jumlah 20 100

  68 3 15,00

  65 3 15,00

  Ada beberapa aspek dalam hasil penelitian yaitu meliputi pelaksanaan tindakan, deskripsi data dan analisis data sebagai berikut.

  Pelaksanaan Tindakan

  50 2 10,00

  45 2 10,00

  43 1 5,00

  40 1 5,00

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 Pra Siklus Pra Siklus Skor Banyak Siswa Persentase (%)

  Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 3 Purwosari. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 5 yang berjumlah 20 siswa. Berdasarkan data nilai ulangan pokok bahasan cahaya dan sifat-sifatnya, sebagian besar siswa mendapatkan nilai dibawah KKM yaitu 63.

  Dalam pelaksanaan tindakan ada beberapa tahap yaitu tahap pelaksanaan tindakan dan observasi, dan refleksi. Berikut adalah uraian pelaksanaan tindakan mulai dari pra siklus. Pra Siklus

  55 3 15,00 belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 12 siswa, yang dapat diuraikan jumlah siswa yang mendapat skor 40 sebanyak 1 siswa atau 5%, untuk skor 43 sebanyak 1 siswa atau 5%, skor 45 sebanyak 2 siswa atau 10%, skor 50 sebanyak 2 siswa atau 10%, skor 55 sebanyak 3 siswa atau 15%, skor 60 sebanyak 3 siswa atau 15%, skor 65 sebanyak 3 siswa atau 15%, skor 68 sebanyak 3 siswa atau 15%, dan skor 70 sebanyak 2 siswa atau 10%. Skor tertinggi pada pra siklus adalah 70, sedangkan skor terendah adalah 40. Dan skor rata-rata 57,85 yang masih dibawah nilai KKM. Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.1 dapat dibuat grafik garis seperti pada gambar

  4.1

  80

  70

  60 a

  50 w Sis

  40 r o

30 Sk

  pra siklus

  20

  10

  1

  

2

  3

  4 Jumlah Siswa

Gambar 4.1 Grafik Garis Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 Pra Siklus

  Skor siswa yang masih di bawah KKM atau belum tuntas yaitu sebanyak 60%, sedangkan yang sudah mencapai KKM sebanyak 40%, hal ini banyak siswa yang belum tuntas karena pembelajaran belum menggunakan model pembelajaran yang tepat atau belum menggunakan model discovery learning berbantuan alat peraga konkret, sehingga siswa hanya tergantung pada penjelasan guru yang selalu ceramah dalam pembelajaran, akibatnya siswa merasa bosan, jenuh dan tidak memperhatikan guru dalam menjelaskan pembelajaran. Hal tersebut akibatnya membuat hasil belajar siswa kurang maksimal.

  Berdasarkan permasalahan yang ada maka, akan dilakukan penelitian tindakan kelas sesuai dengan rancangan penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Dalam penelitian tersebut, akan dilakukan penelitian dengan menggunakan model

  

discovery learning berbantuan alat peraga konkret, hal ini disebabkan agar siswa

  tidak merasa bosan dan dapat mengetahui alat peraga apa yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran yang akan diterapkan melalui dua siklus yaitu model

  

discovery learning berbantuan alat peraga konkret untuk meningkatkan hasil belajar

siswa.

  Pelaksanaan Tindakan Siklus I

  Sebelum melaksanakan tindakan pada siklus I, langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu dengan menyiapkan materi pembelajaran, menyiapkan alat peraga konkret, lembar observasi guru dan siswa, lembar soal evaluasi dan alat dokumentasi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tindakan. Berikut adalah uraian pelaksanaan tindakan siklus I mulai dari pertemuan pertama hingga pertemuan ketiga.

1. Pertemuan pertama

  Tindakan ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 1 April 2015 selama 70 menit dengan kompetensi dasar mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. Guru kolabolator kelas 5 yaitu Ibu Fifi Ristiyani. Pada kompetensi dasar ini terdapat empat indikator yang disampaikan oleh guru yaitu mendemostrasikan sifat cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna dan gelap), menunjukkan contoh peristiwa pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-hari melalui percobaan, memberikan contoh peristiwa penguraian cahaya dalam kehidupan sehari-hari, mendeskripsikan sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cembung atau cekung).

  Pada pertemuan pertama di siklus I ini, langkah-langkah pembelajaran yang harus dilakukan yaitu dengan meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Kegiatan awal yang dilakukan oleh pengajar meliputi beberapa kegiatan yang telah di desain dalam rencana pembelajaran yaitu pertama guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian guru mengajak siswa untuk berdoa dilanjutkan guru melakukan presensi, memberikan motivasi, melakukan apersepsi kepada siswa. Kemudian guru menginformasikan materi yang akan dipelajari dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan. Selanjutnya guru mengarahkan siswa untuk fokus dalam pembelajaran dengan meminta salah satu siswa untuk maju ke depan kelas dengan berjalan dalam keadaan mata tertutup, kemudian menanyakan apa yang terjadi. Setelah itu, guru membagi siswa menjadi lima kelompok yang beranggotakan empat siswa berdasarkan nomor urut absen siswa. Lalu siswa diberikan rumusan masalah oleh guru yaitu yang pertama apa yang kalian ketahui tentang sumber cahaya. Kedua, apakah yang akan terjadi apabila cahaya disorotkan ke benda bening. Ketiga, apakah yang akan terjadi apabila cahaya disorotkan ke benda berwarna. Keempat, apakah yang akan terjadi apabila cahaya disorotkan ke benda gelap. Kemudian masing-masing kelompok merumuskan jawaban sementara tentang sifat-sifat cahaya di Lembar Kerja Siswa yang sudah diberikan oleh guru dari penelitian yang akan dilakukan tersebut. Setelah kegiatan awal dilakukan, selanjutnya masuk ke dalam kegiatan inti dengan guru menjelaskan materi dengan menggunakan alat peraga konkret. Siswa menjawab pertanyaan tentang sifat-sifat cahaya, siswa mengidentifikasi masalah tentang sifat-sifat cahaya, siswa merumuskan jawaban sementara tentang sifat-sifat cahaya, siswa mempraktekkan percobaan tentang sifat-sifat cahaya dengan menggunakan senter, kaca, gelas, kertas, pensil, kaca spion, dan bolam, siswa mendiskusikan hasil praktek tentang sifat-sifat cahaya, siswa memperagakan percobaan tentang sifat-sifat cahaya dengan menggunakan senter, kaca, gelas, kertas, pensil, kaca spion, dan bolam, siswa menarik kesimpulan tentang sifat-sifat cahaya. Selanjutnya pada kegiatan akhir, guru menanyakan kepada siswa tentang materi yang belum dipahami lalu guru bersama dengan siswa membuat kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Guru menutup pembelajaran dengan salam dan berdoa bersama. Selama penelitian berlangsung pada pertemuan pertama, observer mengamati kegiatan pembelajaran guru dan aktivitas belajar siswa berdasarkan dengan lembar observasi yang telah ditetapkan menggunakan model discovery learning berbantuan alat peraga konkret. Adapun hasil observasi mengajar guru pada siklus I pertemuan I sebagai berikut.

Tabel 4.2 Distribusi Jumlah Aktivitas Tindakan Guru Model Discovery Learning Berbantuan Alat Peraga Konkret Siklus I Pertemuan I

  

No Aktivitas Jumlah Persentase Jumlah Persentase

Aktivitas (%) Aktivitas (%) yang yang terlaksana tidak terlaksana

  1 1 100 - - Kegiatan awal

  2 Kegiatan inti 9 81,81 2 18,18

  3 Kegiatan akhir - - 1 100 Jumlah 10 76,92 3 23,07

  Hasil analisis data yang diperoleh dari distribusi jumlah aktivitas pada siklus I pertemuan I sudah hampir sesuai aktivitas, hanya saja ada kegiatan yang tidak terlaksana. Pada lembar observasi siklus I pertemuan I (terlampir) dapat dilihat hasil penelitian observasi dari keseluruhan kegiatan pembelajaran berdasarkan langkah-langkah dalam pembelajaran model discovery learning berbantuan alat peraga konkret.

  Berdasarkan lembar hasil observasi model discovery learning berbantuan alat ditentukan berdasarkan hasil keseluruhan jumlah tersebut observasi mengajar guru masih dalam kategori cukup baik berjalan sesuai aktivitas. Belum tercapainya indikator kinerja pada siklus I pertemuan I ini akan diperbaikan pada siklus I pertemuan II.

Tabel 4.3 Distribusi Jumlah Aktivitas Tindakan Siswa Model Discovery Learning Berbantuan Alat Peraga Konkret Siklus I pertemuan I

  No Aktivitas Jumlah Persentase Jumlah Persentase Aktivitas (%) Aktivitas (%) yang yang tidak terlaksana terlaksana

  1 Kegiatan awal

  1

  20

  4

  80

  2 Kegiatan inti

  4

  80

  1

  20

  3 Kegiatan akhir - 1 100

  • - Jumlah

  5 45,45 6 54,54

  Hasil analisis data yang diperoleh dari lembar observasi respon siswa pada siklus I pertemuan I belum mencapai indikator kinerja yang ditentukan. Pada lembar hasil observasi siklus I pertemuan I dapat dilihat hasil penelitian observasi dari keseluruhan kegiatan pembelajaran berdasarkan langkah-langkah pembelajaran. Berdasarkan hasil jumlah tersebut observasi respon siswa masih dalam kategori cukup baik. Dari data tersebut terlihat bahwa pada kegiatan inti siswa masih belum memperhatikan penjelasan guru. Hal ini dikarenakan siswa masih merasa asing dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh karena itu siswa tidak memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru. Belum tercapainya indikator kinerja pada lembar observasi respon siswa pada siklus I pertemuan I ini akan diperbaiki pada siklus I pertemuan II.

2. Pertemuan kedua

  Tindakan ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 2 April 2015 selama 70 menit dengan kompetensi dasar dan indikator yang sama seperti pada pertemuan sebelumnya. Guru kolabolator kelas 5 yaitu Ibu Fifi Ristiyani. Pada pertemuan ini, kegiatan awal yang dilakukan oleh pengajar meliputi beberapa kegiatan yang sama seperti pertemuan sebelumnya. Guru melakukan apersepsi dengan mengulang materi pada pertemuan sebelumnya dan bertanya kepada siswa sebutkan sifat-sifat cahaya yang diketahui siswa. Selanjutnya guru mengarahkan siswa fokus dalam pembelajaran dengan meminta siswa berjalan dibawah sinar/cahaya. Kemudian menanyakan apa yang terjadi. Kemudian masih sama pada pertemuan sebelumnya guru membagi siswa menjadi lima kelompok yang beranggotakan empat siswa dan memberikan rumusan masalah diantaranya pertama, apa yang kalian ketahui tentang bayangan pada sinar/cahaya. Kedua, apakah yang akan terjadi apabila senter disorotkan ke cermin datar. Ketiga, apa yang akan terlihat apabila pulpen mendekati dan menjauhi cekungan sendok, lebih besar atau lebih kecilkah bayangan pulpen tersebut. Keempat, apa yang akan terlihat apabila pensil dimasukkan ke dalam gelas yang berisi air jernih, bagaimana hal itu bisa terjadi. Pada kegiatan inti, guru menugaskan siswa dengan melakukan penelitian yang langkah-langkah kegiatannya masih sama seperti pertemuan sebelumnya. Siswa menjawab pertanyaan tentang sifat-sifat cahaya, siswa mengidentifikasi masalah tentang sifat-sifat cahaya, siswa merumuskan jawaban sementara tentang sifat- sifat cahaya, siswa mempraktekkan percobaan tentang sifat-sifat cahaya dengan menggunakan senter, kaca, gelas, kertas, pensil, kaca spion, dan bolam, siswa mendiskusikan hasil praktek tentang sifat-sifat cahaya, siswa memperagakan percobaan tentang sifat-sifat cahaya dengan menggunakan senter, kaca, gelas, kertas, pensil, kaca spion, dan bolam, siswa menarik kesimpulan tentang sifat- sifat cahaya. Pada kegiatan akhir, guru menanyakan kepada siswa tentang materi yang belum dipahami siswa lalu melibatkan siswa untuk membuat kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kemudian guru memberi tahu siswa jika akan mengadakan evaluasi pada pertemuan selanjutnya sehingga siswa diminta

mendapatkan nilai yang baik, lalu guru mengajak siswa untuk berdoa mengakhiri pembelajaran. Pada pertemuan kedua ini, observer mengamati kegiatan pembelajaran guru dan aktivitas siswa berdasarkan lembar observasi yang telah ditetapkan dengan menggunakan model discovery learning berbantuan alat peraga konkret. Adapun hasil observasi mengajar guru pada siklus I pertemuan II sebagai berikut.

Tabel 4.4 Distribusi Jumlah Aktivitas Tindakan Guru Model Discovery Learning Berbantuan Alat Peraga Konkret Siklus I Pertemuan II

  No Aktivitas Jumlah Persentase Jumlah Persentase Aktivitas (%) Aktivitas (%) yang yang tidak terlaksana terlaksana

  1 Kegiatan awal 1 100 - -

  2 Kegiatan inti 9 81,81 2 18,18

  3 Kegiatan akhir - - 1 100 Jumlah 10 76,92 3 23,07

  Hasil analisis data yang diperoleh dari lembar hasil observasi pada siklus I pertemuan II skor jumlah aktivitas dari seluruh kegiatan pembelajaran masih dalam kategori baik.

Tabel 4.5 Distribusi Jumlah Aktivitas Tindakan Siswa Model Discovery Learning Berbantuan Alat Peraga Konkret Siklus I Pertemuan II

  No Aktivitas Jumlah Persentase Jumlah Persentase Aktivitas (%) Aktivitas (%) yang yang tidak terlaksana terlaksana

  1 Kegiatan awal

  1

  20

  4

  80

  2 Kegiatan inti

  4

  80

  1

  20

  • 3 Kegiatan akhir
  • - 1 100 Jumlah

  5 45,45 6 54,54

  Hasil analisis data yang diperoleh dari lembar hasil observasi respon siswa pada siklus I pertemuan II mengalami peningkatan dibandingkan pada hasil observasi pembelajaran masih dalam kategori baik sekali. Dari hasil jumlah skor tersebut terlihat siswa sudah mampu memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru. Hal ini dikarenakan siswa sudah memahami proses pembelajaran yang akan berlangsung dengan model discovery learning berbantuan alat peraga konkret.

3. Pertemuan ketiga

  Tindakan ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 8 April 2015 selama 70 menit dengan guru kolabolator kelas 5 yaitu Ibu Fifi Ristiyani. Pada pertemuan ketiga ini kompetensi dasar dan indikator yang sama pada pertemuan sebelumnya, pada pertemuan ini siswa masih melakukan kegiatan penelitian dengan materi cahaya putih terdiri dari berbagai warna dan selanjutnya siswa diminta untuk mengerjakan soal evaluasi yang telah dibuat untuk mengetahui tingkat hasil belajar IPA siswa menggunakan model discovery berbantuan alat peraga konkret. Sebelumnya guru membuka

  learning pembelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa dan melakukan presensi.

  Selanjutnya guru mengarahkan siswa untuk fokus dalam pembelajaran dengan bertanya kepada siswa pernahkah kalian melihat pelangi dan bagaimana pelangi itu terjadi. Kemudian guru membagi siswa dalam lima kelompok yang beranggotakan empat siswa dan memberikan kepada masing-masing kelompok rumusan masalah diantaranya pertama, warna-warna apakah yang tampak pada pelangi. Kedua, mengapa warna-warna pada pelangi tersebut dapat terlihat. Pada kegiatan inti, siswa melakukan kegiatan penelitian dengan langkah-langkah yang sama pada pertemuan sebelumnya. Siswa menjawab pertanyaan tentang sifat-sifat cahaya, siwa mengidentifikasi masalah tentang sifat-sifat cahaya, siswa merumuskan jawaban sementara tentang sifat-sifat cahaya, siswa mempraktekkan percobaan tentang sifat-sifat cahaya dengan menggunakan senter, kaca, gelas, kertas, pensil, kaca spion, dan bolam, siswa mendiskusikan hasil praktek tentang sifat-sifat cahaya, siswa kaca, gelas, kertas, pensil, kaca spion, dan bolam, siswa menarik kesimpulan tentang sifat-sifat cahaya. Setelah melakukan penelitian, guru meminta siswa mengerjakan soal evaluasi yang berjumlah 20 soal. Pada kegiatan akhir, siswa diminta untuk mengerjakan soal evaluasi yang berjumlah 20 soal dalam bentuk pilihan ganda dengan cara memberi tanda silang pada pilihan jawaban yang mereka pilih dan dianggap tepat. Waktu yang diberikan guru untuk mengerjakan soal evaluasi yaitu 35 menit. Setelah selesai mengerjakan soal, guru dan siswa mecocokkan bersama-sama dengan cara ditukarkan dengan teman sebangku. Lalu satu persatu siswa secara berurutan diminta membacakan soal dan jawaban secara runtut berdasarkan tempat duduk. Kemudian siswa diminta untuk mengumpulkan lembar soal evaluasi yang sudah dicocokkan ke meja guru. Kemudian guru menanyakan kepada siswa soal yang dianggap sulit. Guru dan siswa membuat kesimpulan lalu guru mengajak siswa untuk berdoa bersama mengakhiri pembelajaran. Pada pertemuan ketiga ini, observer mengamati kegiatan pembelajaran guru dan aktivitas siswa berdasarkan lembar observasi yang telah ditetapkan dengan menggunakan model discovery learning berbantuan alat peraga konkret. Adapun hasil observasi mengajar guru pada siklus I pertemuan III sebagai berikut.

Tabel 4.6 Distribusi Jumlah Aktivitas Tindakan Guru Model Discovery Learning Berbantuan Alat Peraga Konkret Siklus I Pertemuan III

  No Aktivitas Jumlah Persentase Jumlah Persentase Aktivitas (%) Aktivitas (%) yang yang tidak terlaksana terlaksana

  1 Kegiatan awal 1 100 - -

  2 Kegiatan inti 9 81,81 2 18,18

  3 Kegiatan akhir 1 100 - - Jumlah 11 84,61 2 15,38

  Dari hasil yang diperoleh jumlah aktivitas tindakan guru mengalami peningkatan dari siklus I pertemuan II. Terlihat jelas aspek yang diteliti hampir semua dilakukan oleh guru, hal ini membuktikan bahwa guru sudah dapat membantu siswa untuk memahami model discovery learning berbantuan alat peraga konkret. Jumlah aktivitas tindakan yang diperoleh masih belum mencapai keseluruhan.

Tabel 4.7 Distribusi Jumlah Aktivitas Tindakan Siswa Model Discovery Learning Berbantuan Alat Peraga Konkret Siklus I Pertemuan III

  No Aktivitas Jumlah Persentase Jumlah Persentase Aktivitas (%) Aktivitas (%) yang yang tidak terlaksana terlaksana

  1 Kegiatan awal

  4

  80

  1

  20

  2 Kegiatan inti

  4

  80

  1

  20

  3 Kegiatan akhir 1 100 - - Jumlah 9 81,81 2 18,18

  Pelaksanaan Tindakan Siklus II

  Sebelum melaksanakan tindakan pada siklus II, tindakan pertama yang harus dipersiapkan sama seperti siklus sebelumnya hanya saja pada siklus II ini harus mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk memfasilitasi siswa melakukan percobaan.

1. Pertemuan pertama

  Tindakan ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 4 April 2015 selama 70 menit dengan kompetensi dasar yaitu membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya. Guru kolabolator kelas 5 yaitu Ibu Fifi Ristiyani. Pada kompetensi dasar ini terdapat tiga indikator yakni menentukan model yang akan dibuat dengan menerapkan sifat-sifat cahaya, misalnya cakram warna, periskop, atau lensa sederhana, memilih dan menentukan berbagai alat/bahan yang sesuai, serta menggunakan bahan/benda yang sesuai. Kemudian guru menginformasikan materi yang akan dipelajari dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Langkah- pengajar dengan beberapa kegiatan meliputi kegiatan awal yang telah di desain sesuai dengan rencana pembelajaran yaitu membuka pelajaran dengan berdoa, mengucapkan salam dan dilanjutkan melakukan presensi. Kemudian guru memberikan motivasi dan apersepsi kepada siswa dengan mengarahkan siswa untuk fokus pada pembelajaran dengan bertanya kepada siswa apakah kalian tahu apa itu lensa. Lalu guru membagi siswa menjadi empat kelompok yang beranggotakan lima siswa dengan cara berhitung satu sampai lima untuk menentukan kelompok. Setelah itu guru memberikan rumusan masalah kepada masing-masing kelompok yaitu bagaimana sifat-sifat cahaya yang diterapkan pada lup dan buatlah lup sederhana menggunakan kaca pembesar dari bolam dengan menerapkan sifat-sifat cahaya. Masing-masing kelompok merumuskan jawaban sementara dari setiap kelompok pada Lembar Kerja Siswa yang telah diberikan oleh guru. Selanjutnya pada kegiatan inti, guru memberikan alat dan bahan untuk membuat karya/model dengan menggunakan alat peraga konkret. Siswa menjawab pertanyaan tentang sifat-sifat cahaya, siswa mengidentifikasi masalah tentang sifat-sifat cahaya, siswa merumuskan jawaban sementara tentang sifat-sifat cahaya, siswa mempraktekkan percobaan tentang sifat-sifat cahaya dengan menggunakan senter, kaca, gelas, kertas, pensil, kaca spion, dan bolam, siswa mendiskusikan hasil praktek tentang sifat-sifat cahaya, siswa memperagakan percobaan tentang sifat-sifat cahaya dengan menggunakan senter, kaca, gelas, kertas, pensil, kaca spion, dan bolam, siswa menarik kesimpulan tentang sifat- sifat cahaya. Pada kegiatan akhir, guru menanyakan kepada siswa tentang materi yang belum dipahami lalu guru melibatkan siswa untuk membuat kesimpulan tentang membuat karya/model sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya. Lalu mengajak siswa berdoa untuk mengakhiri pembelajaran. Selama penelitian berlangsung pada pertemuan pertama, observer mengamati kegiatan pembelajaran guru dan aktivitas belajar siswa berdasarkan dengan

berbantuan alat peraga konkret. Adapun hasil observasi mengajar guru pada siklus II pertemuan I sebagai berikut.

Tabel 4.8 Distribusi Jumlah Aktivitas Tindakan Guru Model Discovery Learning Berbantuan Alat Peraga Konkret Siklus II Pertemuan I

  No Aktivitas Jumlah Persentase Jumlah Persentase Aktivitas (%) Aktivitas (%) yang yang tidak terlaksana terlaksana

  1 Kegiatan awal 1 100

  • - -

  2 Kegiatan inti 7 63,63 4 36,36

  3 Kegiatan akhir - - 1 100 Jumlah 8 61,53 5 38,46

  Saat pembelajaran berlangsung, siswa terlihat antusias dan bersemangat dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Siswa memperhatikan penjelasan guru dengan baik dan memberikan tanggapan ketika guru memberikan pertanyaan. Jumlah skor mengalami peningkatan dibandingkan dengan skor rata-rata pada siklus I. Berdasarkan hasil jumlah observasi pada siklus II pertemuan I pembelajaran dengan model discovery learning berbantuan alat peraga konkret dalam kegiatan pembelajaran telah mencapai batas minimal pencapaian indikator yang ditentukan dengan pernyataan kategori baik sekali. Dengan demikian berdasarkan lembar hasil observasi model discovery learning berbantuan alat peraga konkret telah dilaksanakan dengan baik dalam pembelajaran sesuai dengan indikator kinerja yang ditentukan.

Tabel 4.9 Distribusi Jumlah Aktivitas Tindakan Siswa Model Discovery Learning Berbantuan Alat Peraga Konkret Siklus II pertemuan I

  No Aktivitas Jumlah Persentase Jumlah Persentase Aktivitas (%) Aktivitas (%) yang yang tidak terlaksana terlaksana

  1 Kegiatan awal

  1

  20

  4

  80

  2 Kegiatan inti

  4

  80

  1

  20 3 - Kegiatan akhir 1 100

  • - Jumlah

  5 45,45 6 54,54

  Pada siklus II pertemuan I terlihat jelas lembar hasil observasi respon siswa meningkat dari siklus I. Hal ini dikarenakan siswa sangat antusias dan sangat bersemangat dalam melaksanakan proses pembelajaran. Terlihat pada kegiatan inti hampir semua aspek yang ada pada kegiatan pembelajaran dilaksanakan siswa dan siswa sudah mampu memperhatikan penjelasan guru dengan seksama. Dari hasil rata-rata skor yang diperoleh sudah mendapatkan kategori baik sekali.

2. Pertemuan kedua

  Tindakan ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 9 April 2015 dilaksanakan selama 70 menit dengan kompetensi dan indikator yang sama pada pertemuan sebelumnya. Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan ini seperti kegiatan pada pertemuan sebelumnya membuat percobaan dengan langkah-langkah yang dilakukan oleh pengajar pada kegiatan awal yaitu dengan mengucapkan salam dan berdoa dilanjutkan dengan melakukan presensi dan apersepsi dengan menyanyikan lagu “PELANGI”. Selanjutnya guru bertanya kepada siswa siapa yang pernah melihat cahaya putih, dilanjutkan guru membagi siswa menjadi empat kelompok yang beranggotakan lima siswa. Kemudian guru memberikan rumusan masalah yaitu pertama apa yang kalian ketahui tentang spektrum. Kedua, apakah yang akan terjadi apabila cahaya matahari yang terlihat putih perpaduan dengan berbagai warna.

  Pada kegiatan inti, guru menjelaskan materi dengan menggunakan alat peraga. Siswa menjawab pertanyaan tentang sifat-sifat cahaya, siswa mengidentifikasi masalah tentang sifat-sifat cahaya, siswa merumuskan jawaban sementara tentang sifat-sifat cahaya, siswa mempraktekkan percobaan tentang sifat-sifat cahaya dengan menggunakan senter, kaca, gelas, kertas, pensil, kaca spion, dan bolam, siswa mendiskusikan hasil praktek tentang sifat-sifat cahaya, siswa memperagakan percobaan tentang sifat-sifat cahaya dengan menggunakan senter, kaca, gelas, kertas, pensil, kaca spion, dan bolam, siswa menarik kesimpulan tentang sifat-sifat cahaya. Kemudian guru memberi tahu siswa jika akan mengadakan evaluasi pada pertemuan selanjutnya sehingga siswa diminta untuk belajar materi yang sudah dipelajari pada pertemuan sebelumnya agar siswa mendapatkan nilai yang baik dan mengajak siswa untuk berdoa serta mengucapkan salam untuk mengakhiri pembelajaran.

  Selama penelitian berlangsung pada pertemuan kedua, observer mengamati kegiatan pembelajaran guru dan aktivitas belajar siswa berdasarkan dengan lembar observasi yang telah ditetapkan menggunakan model discovery learning berbantuan alat peraga konkret. Adapun hasil observasi mengajar guru pada siklus

  II pertemuan II sebagai berikut.

Tabel 4.10 Distribusi Jumlah Aktivitas Tindakan Guru Model Discovery Learning Berbantuan Alat Peraga Konkret Siklus II Pertemuan II

  No Aktivitas Jumlah Persentase Jumlah Persentase Aktivitas (%) Aktivitas (%) yang yang tidak terlaksana terlaksana

  1 Kegiatan awal 1 100 - -

  2 Kegiatan inti 9 81,81 2 18,18

  3 Kegiatan akhir - - 1 100 Jumlah 10 76,92 3 23,07

  Berdasarkan hasil lembar observasi mengajar guru yang dilaksanakan pada siklus

  Hal ini terlihat bahwa guru sudah mampu menjelaskan kepada siswa dengan baik dengan model discovery learning berbantuan alat peraga konkret.

Tabel 4.11 Distribusi Jumlah Aktivitas Tindakan Siswa Model Discovery Learning Berbantuan Alat Peraga Konkret Siklus II pertemuan II

  No Aktivitas Jumlah Persentase Jumlah Persentase Aktivitas (%) Aktivitas (%) yang yang tidak terlaksana terlaksana

  1 Kegiatan awal

  4

  80

  1

  20

  2 Kegiatan inti

  4

  80

  1

  20

  3 Kegiatan akhir - - 1 100 Jumlah 8 72,72 3 27,27

  Berdasarkan hasil lembar observasi respon siswa mengalami peningkatan yang maksimal, terlihat bahwa jumlah aktivitas siswa meningkat dari siklus sebelumnya. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran pada siklus II pertemuan

  II siswa sudah mampu memahami penjelasan dan melaksanakan pembelajaran yang diberikan oleh guru.

3. Pertemuan ketiga

  Pada pertemuan terakhir ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 11 April 2015 selama 70 menit dengan kompetensi dasar dan indikator yang sama pada pertemuan sebelumnya. Guru kolabolator kelas 5 yaitu Ibu Fifi Ristiyani. Pada pertemuan ini guru mengadakan evaluasi dan sebelumnya melakukan percobaan membuat cakram warna. Pada kegiatan awal guru mengucapkan salam dan mengajak siswa untuk berdoa dilanjutkan melakukan presensi serta motivasi dan apersepsi dengan bertanya kepada siswa siapa yang pernah melihat pelangi dan warna apa saja yang terdapat pada pelangi. Kemudian guru membagi kelompok menjadi empat kelompok yang beranggotakan lima siswa dan memberikan rumusan masalah kepada masing-masing kelompok yaitu pertama bagaimana proses terjadinya penguraian cahaya putih menjadi berbagai macam warna dan kedua bagaimana proses terjadinya pelangi. Pada kegiatan inti, guru menjelaskan materi dengan menggunakan alat peraga konkret. Siswa mengidentifikasi masalah tentang sifat-sifat cahaya, siswa merumuskan jawaban sementara tentang sifat-sifat cahaya, siswa mempraktekkan percobaan tentang sifat-sifat cahaya dengan menggunakan senter, kaca, gelas, kertas, pensil, kaca spion, dan bolam, siswa mendiskusikan hasil praktek tentang sifat-sifat cahaya, siswa memperagakan percobaan tentang sifat-sifat cahaya dengan menggunakan senter, kaca, gelas, kertas, pensil, kaca spion, dan bolam, siswa menarik kesimpulan tentang sifat-sifat cahaya. Setelah melakukan kegiatan penelitian guru meminta siswa untuk mengerjakan soal evaluasi yang berjumlah 21 soal berbentuk pilihan ganda dengan cara memberi tanda silang pada jawaban yang mereka pilih dan dianggap tepat. Waktu yang diberikan oleh guru untuk mengerjakan soal adalah 35 menit. Setelah selesai mengerjakan soal, guru dan siswa mencocokkan jawaban mereka secara bersama dengan cara ditukarkan dengan teman sebangku. Lalu satu persatu siswa membaca soal dan jawaban secara berurutan sesuai dengan posisi tempat duduk mereka. Kemudian siswa diminta untuk mengumpulkan jawaban yang sudah dicocokkan ke meja guru untuk dinilai dan memasukkan nilai mereka pada lembar penilaian. Pada kegiatan akhir, guru menanyakan kepada siswa soal yang dianggap sulit. Kemudian guru dan siswa membuat kesimpulan bersama lalu mengajak siswa untuk berdoa dan mengucapkan salam untuk mengakhiri pembelajaran. Selama penelitian berlangsung pada pertemuan pertama, observer mengamati kegiatan pembelajaran guru dan aktivitas belajar siswa berdasarkan dengan lembar observasi yang telah ditetapkan menggunakan model discovery learning berbantuan alat peraga konkret. Dari hasil data yang diperoleh terjadi peningkatan pada jumlah aktivitas tindakan guru, hal ini dikarenakan semua aktivitas sudah dilaksanakan dalam proses belajar

pada siklus II pertemuan III. Hal ini membuktikan bahwa guru telah memahami model discovery learning berbantuan alat peraga konkret. Dari jumlah aktivitas tindakan siswa telah mengalami peningkatan dari pertemuan sebelumnya, hal ini dikarenakan siswa sudah memahami model discovery

  learning berbantuan alat peraga konkret yang dilakukan oleh guru. Oleh karena

  itu, pada tindakan aktivitas guru dan siswa sudah mencapai kriteria baik sekali dan hal ini membuktikan bahwa guru dan siswa telah memahami proses pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning berbantuan alat peraga konkret. Dilihat pada siklus II pertemuan III siswa merasa senang mengikuti proses belajar mengajar, dan siswa sudah terlihat aktif dalam memahami materi pembelajaran.

  Hasil Belajar IPA Siklus I

  Hasil belajar siswa di dalam siklus I dengan pembelajaran model discovery

  

learning berbantuan alat peraga konkret mengalami peningkatan dibandingkan hasil

  belajar siswa di dalam pra siklus khususnya pada kompetensi dasar “Mendeskripsikan sifat- sifat cahaya”. Hasil tes akhir siklus I terdapat nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 45. Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar 13 siswa atau 65% dan jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar 7 siswa atau 35%.

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 Siklus I Siklus I Skor Banyak Siswa Persentase (%)

  45 2 10,00

  50 2 10,00

  55 1 5,00

  60 2 10,00

  65 8 40,00

  70 2 10,00

  75 2 10,00

  80 1 5,00 Jumlah 20 100 Berdasarkan tabel 4.12 terlihat jelas perbandingan siswa yang mencapai ketuntasan belajar KKM yaitu 63 adalah sebanyak 13 siswa, sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 7 siswa, yang dapat diuraikan jumlah siswa yang mendapat skor 45 sebanyak 2 siswa atau 10%, untuk skor 50 sebanyak 2 siswa atau 10%, skor 55 sebanyak 1 siswa atau 5%, skor 60 sebanyak 2 siswa atau 10%, skor 65 sebanyak 8 siswa atau 40%, skor 70 sebanyak 2 siswa atau 10%, skor 75 sebanyak 2 siswa atau 10%, dan skor 80 sebanyak 1 siswa atau 5%. Skor tertinggi pada siklus 1 adalah 80, sedangkan skor terendah adalah 45. Dan skor rata-rata pada siklus I yaitu 62,75 yang masih dibawah KKM.

  Dari tabel di atas untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram seperti pada gambar 4.2 sebagai berikut:

  1

  9 Sk o r Sis w a

  8

  7

  6

  5

  4

  3

  2

  90

Gambar 4.2 Grafik Garis Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 Siklus I Refleksi

  80

  70

  60

  50

  40

  30

  20

  10

  Dalam proses pembelajaran pada siklus I yang diikuti 20 siswa kelas 5 ini berjalan sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran. Pada pelaksanaan pembelajaran

  

Jumlah Siswa Siklus I pertama kali dengan model discovery learning berbantuan alat peraga konkret, siswa masih kesulitan untuk mengikuti langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan, hal ini karena siswa masih merasa asing dengan model pembelajaran yang digunakan. Terutama pada saat siswa harus mendiskusikan materi dan pada saat siswa harus mempraktekkan langkah-langkah penelitian yang diberikan oleh guru. Hal ini dapat ditunjukkan dari jumlah aktivitas pada lembar observasi mengajar guru yaitu pada siklus I dengan jumlah aktivitas yaitu 84,61. Berdasarkan lembar hasil observasi respon siswa dilihat dari pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I mendapatkan jumlah aktivitas yaitu 81,81. Pada saat pertemuan kedua pada siklus I hasil skor observasi sudah mengalami peningkatan skor. Siswa sudah dapat memahami dan dapat menerima model yang digunakan oleh guru, siswa dapat mengikuti langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan model discovery learning berbantuan alat peraga konkret yang diterapkan. Namun juga masih terdapat beberapa siswa yang kurang fokus dengan pelajaran. Oleh karena itu, masih terdapat 7 siswa yang nilainya masih di bawah KKM. Untuk mencapai target yang ditetapkan, maka perlu diadakan peningkatan hasil belajar siswa melalui pelaksanaan siklus II dengan model discovery learning berbantuan alat peraga konkret yang lebih intensif.

  Hasil Belajar IPA Siklus II

  Hasil belajar siswa di dalam siklus II dengan menggunakan model discovery

  

learning berbantuan alat peraga konkret mengalami peningkatan hasil belajar

  dibandingkan hasil belajar pada siklus I. Hasil perolehan skor pada siklus II yang telah mencapai KKM sebanyak 20 siswa atau 100%. Dengan skor rata-rata 78,15 dan skor tertinggi 95 sedangkan skor terendah 68. Dengan demikian siswa kelas 5 SD Negeri 3 Purwosari pada materi sifat-sifat cahaya semua siswa dari 20 siswa telah mencapai ketuntasan dengan KKM

  ≥ 63.

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 Siklus II Skor Banyak Siswa Persentase (%)

  20

  5

  4

  3

  2

  1

  80 100

  60

  40

Gambar 4.3 Grafik Garis Distribusi Frekuensi Hasil

  68 4 20,00

  Dari tabel di atas untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram seperti pada gambar 4.3 berikut ini :

  Berdasarkan tabel 4.13 terlihat jelas perbandingan siswa yang mencapai ketuntasan belajar KKM yaitu 63 adalah sebanyak 20 siswa, yang dapat diuraikan jumlah siswa yang mendapat skor 68 sebanyak 4 siswa atau 20%, untuk skor 72 sebanyak 5 siswa atau 25%, skor 77 sebanyak 4 siswa atau 20%, skor 81 sebanyak 1 siswa atau 5%, skor 86 sebanyak 2 siswa atau 10%, skor 90 sebanyak 2 siswa atau 10%, dan skor 95 sebanyak 2 siswa atau 10%. Skor tertinggi pada siklus 2 adalah 95, sedangkan skor terendah adalah 68. Dan skor rata-rata pada siklus II yaitu 78,15 dan sudah mencapai KKM.

  Sumber: Data Primer

  95 2 10,00 Jumlah 20 100

  90 2 10,00

  86 2 10,00

  81 1 5,00

  77 4 20,00

  72 5 25,00

  6 Sk o r Sis w a Jumlah Siswa

  Refleksi

  Dalam proses pembelajaran pada siklus II itu berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Siswa mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan antusias dan lebih bersemangat. Saat pembelajaran berlangsung siswa terlihat aktif dan sudah tidak merasa asing dengan model yang digunakan oleh guru. Hal ini dapat dilihat dari skor setiap aspek yang sudah dalam kategori baik sekali. Siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik sesuai dengan langkah-langkah model discovery

  

learning berbantuan alat peraga konkret dengan pernyataan kategori baik sekali.

  Karena tujuan indikator hasil yang ditetapkan sudah tercapai, maka penelitian berakhir sampai siklus II.

  Dalam analisis data digunakan dua tahapan yaitu analisis ketuntasan dan analisis komparatif hasil belajar.

4.2 Pembahasan

  Hasil Belajar IPA Berdasarkan Ketuntasan Belajar Siklus I Analisis ketuntasan dalam penelitian ini diolah dengan cara membandingkan data mentah dengan KKM yang ditentukan. Dapat dilihat pada siklus I siswa yang belum mencapai nilai KKM sebanyak 7 siswa dan yang sudah mencapai nilai KKM sebanyak 13 siswa. Dari tabel di atas maka dibuat tabel ketuntasan siswa pada siklus sebagai berikut:

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Berdasarkan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas 5 Siklus I Skor Ketuntasan Frekuensi Persentase (%)

  Tuntas

  13

  65 ≥ 63 < 63 Belum Tuntas

  7

  35 Jumlah 20 100

  Sumber: Data Primer Dari tabel di atas yaitu ketuntasan hasil belajar siswa dapat diperjelas pada

  Siklus I 35%

  Tuntas 65% Tidak Tuntas

Gambar 4.4 Diagram Lingkaran Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Berdasarkan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas 5 Siklus I

  Skor siswa yang masih di bawah KKM atau belum tuntas yaitu sebanyak 7 siswa atau 35%, sedangkan yang sudah mencapai KKM sebanyak 13 siswa atau 65%, dapat dilihat pada diagram pie ketuntasan bahwa siswa yang mencapai KKM bertambah dari tahap pra siklus dari 40% menjadi 65%. Dengan rata-rata skor yang terjadi pada siklus I meningkat menjadi 62,75 tetapi rata-rata skor yang diperoleh pada siklus I masih kurang dari KKM yaitu 63. Ini menunjukkan pembelajaran IPA dengan model discovery learning berbantuan alat peraga konkret dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran sehingga meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan data nilai rata-rata yang diperoleh masih kurang dari KKM, maka akan dilanjutkan penelitian pada siklus II.

  Hasil Belajar IPA Berdasarkan Ketuntasan Belajar Siklus II

  Analisis ketuntasan dalam penelitian ini diolah dengan cara membandingkan data mentah dengan KKM yang ditentukan. Skor siswa yang di bawah KKM atau belum tuntas yaitu sebanyak 0 siswa atau yang mencapai KKM bertambah dari tahap siklus I 65% menjadi 100% di siklus II. Ini menunjukkan bahwa pembelajaran IPA dengan model discovery learning berbantuan alat peraga konkret dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran sehingga meningkatkan hasil belajar siswa.

  Perbandingan Hasil Belajar IPA Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

  Dalam penelitian ini, menggunakan teknik deskriptif komparatif. Teknik deskriptif komparatif yaitu teknik statistik yang digunakan untuk membandingkan hasil belajar pra siklus, siklus I, dan siklus II. Teknik deskriptif komparatif ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar IPA berdasarkan ketuntasan belajar skor maksimal, skor minimal dan rata-rata pra siklus, siklus I, dan siklus II. Berdasarkan paparan hasil belajar IPA yang diberi tindakan setelah model discovery learning berbantuan alat peraga konkret. Hasil belajar IPA siswa diukur melalui tes dan sikap. Hasil belajar IPA berdasarkan ketuntasan belajar antara pra siklus, siklus I dan siklus

  II selalu mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.15 dibawah ini.

Tabel 4.15 Perbandingan Hasil Belajar IPA Berdasarkan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas 5 Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II No Kriteria Pra Siklus Siklus I Siklus II Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %

  1. Tuntas

  8

  40

  13

  65 20 100

  2. Tidak Tuntas

  12

  60

  7

  35 Jumlah 20 100 20 100 20 100 Sumber: Data Primer

  Dari tabel rekapitulasi pengelompokkan nilai pada tabel 4.15 dapat dilihat adanya peningkatan hasil belajar siswa yang tuntas belajar. Terbukti dari klasifikasi tuntas, sebelum diadakan tindakan yang tuntas hanya 8 siswa, sedangkan setelah dilaksanakan siklus I jumlah siswa yang tuntas ada 13 siswa dan setelah dilaksanakan siklus II jumlah siswa yang tuntas ada 20 siswa. ini membuktikan bahwa peraga konkret dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Secara lebih rinci, rekapitulasi hasil peningkatan tes formatif pada pra siklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada gambar 4.5 dibawah ini.

  Ketuntasan

  8

  20 Pra Siklus Siklus I

  13 Siklus II

Gambar 4.5 Diagram Lingkaran Perbandingan Hasil Belajar IPA Berdasarkan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas 5 Pra Siklus, Siklus I, Siklus II

  Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa model discovery learning berbantuan alat peraga konkret dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri 3 Purwosari, karena pada model pembelajaran tersebut siswa bekerjasama dalam kelompok. Gagasan utama dibelakang model discovery learning adalah memacu siswa agar saling bekerjasama untuk dapat menemukan sesuatu dari percobaan yang dilakukan. Siswa diberi rangsangan oleh guru untuk mencoba sendiri percobaan berdasarkan materi yang diajarkan pada saat pembelajaran. Jadi guru tidak hanya menjelaskan saja, siswa juga mengerti dan memahami materi yang dipelajari. Dengan berkelompok siswa bekerjasama untuk dapat menyelesaikan setiap percobaan dan menemukan sendiri dugaan sementara yang dicatat siswa dari data yang relevan yang mereka dapatkan. Kemudian guru memberikan waktu kepada masing-masing kelompok mempraktekkan di depan kelas untuk dilihat oleh guru dan teman-teman dari kelompok lain. Dengan menggunakan model discovery learning berbantuan alat peraga dapat membantu siswa untuk memfasilitasi kegiatan percobaan dan siswa mengetahui alat peraga konkret yang dipakai untuk percobaan. Siswa diberi waktu untuk bekerjasama setelah pelajaran diberikan oleh guru, tetapi siswa tidak saling membantu ketika mengerjakan soal evaluasi.

  Dari beberapa uraian tersebut, model discovery learning berbantuan alat peraga konkret terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri 3 Purwosari dan selain itu tanggung jawab perseorangan dan kelompok untuk memperoleh keberhasilan dilihat dari setiap kegiatan percobaan yang mereka lakukan. Dengan adanya kerjasama dalam kelompok siswa lebih aktif memahami materi yang dipelajari.

Dokumen yang terkait

BAB III PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM KONSTRUKSI HUKUM DI INDONESIA A. Konsep Dan Definisi Perbuatan Melawan Hukum - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pertimbangan Hakim terhadap Penguasaan Tanah Secara Melawan Hukum: Studi ter

0 0 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pertimbangan Hakim terhadap Penguasaan Tanah Secara Melawan Hukum: Studi terhadap Putusan Mahkamah Agung RI No. 2462 K/PDT/2015 Juncto Putusan Pengadilan

0 0 42

BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Pembelajaran Numbered Heads Together(NHT) Berbantuan Media Gambar untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas 4 di SD Negeri Dadapayam 02 Kecamatan S

0 0 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Discovery pada Peserta Didik Kelas IV SD

0 0 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Kondisi Awal Subjek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Discovery pad

0 0 42

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Discovery pada Peserta Didik Kelas IV SD Negeri 01 Ngombak Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun

0 1 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Discovery pada Peserta Didik Kelas IV SD Negeri 01 Ngombak Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun

0 0 142

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Discovery Learning dengan Berbantuan Alat Peraga Konkret Siswa Kelas 5 SD Negeri 3 Purwosari Kecamatan Kranggan Kabupaten Temangg

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Discovery Learning dengan Berbantuan Alat Peraga Konkret Siswa Kelas 5 SD Negeri 3 Purwosari Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung Semester II Tahu

0 0 30

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Discovery Learning dengan Berbantuan Alat Peraga Konkret Siswa Kelas 5 SD Negeri 3 Purwosari Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung Semester II Tahu

0 0 18