Kerajaan Makassar dalam Lintasan Sejarah
LINTASAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN
KERAJAAN MAKASSAR
A. Pengantar
Islam masuk ke Indonesia dari arah barat melalui jalur perdagangan.
Tidak heran jika kawasan timur Indonesia sedikit tertinggal mengenal Islam.
Bahkan, tak sedikit pula kawasan di ujung timur yang tidak sempat terjamah
dakwah. Meski demikian, di Sulawesi Islam baru eksis setelah munculnya
Kerajaan Gowa-Tallo. Kerajaan Gowa dan Tallo lebih dikenal dengan sebutan
Kerajaan Makassar.
Kerajaan ini terletak di daerah Sulawesi Selatan. Secara geografis,
Sulawesi Selatan memiliki posisi yang penting, karena dekat dengan jalur
pelayaran perdagangan Nusantara. Bahkan daerah Makassar menjadi pusat
persinggahan para pedagang, baik yang berasal dari Indonesia bagian timur
maupun para pedagang yang berasal dari daerah Indonesia bagian barat.
Dengan letak seperti ini mengakibatkan Kerajaan Makassar berkembang
menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara.
Sebagai
kerajaan
besar,
hadirnya
Kerajaan
Makassar
juga
meninggalkan berbagai kebudayaan yang tercipta pada masa kerajaan. Bahkan
hasil kebudayaan tersebut sebagiannya masih dapat dinikmati hingga saat ini.
Melalui makalah ini, maka akan diidentifikasi berbagai kebudayaan yang
pernah ada pada masa Kerajaan Makassar. Disamping itu akan dipaparkan
terlebih dahulu mengenai sejarah Kerajaan Makassar.
B. Sejarah Kerajaan Makassar
Sebelum Islam datang, Kerajaan Gowa telah berdiri dengan
Tomanurung sebagai raja pertama.1 Namun, tidak banyak catatan sejarah yang
menyebutkan perjalanan kerajaan tersebut. Kapan tepatnya berdiri kerajaan
pun tidak ada dalam catatan sejarah. Menurut Prof Ahmad M Sewang dalam
1Afriza Hanifa, “Lintasan Sejarah Kesultanan Gowa-Tallo (1) “ dalam http://www.repub
lika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/14/02/20/n1a09j-memadukan-budaya-islam-danjawa-2habis (diakses pada tanggal 12 Desember 2014).
1
2
Islamisasi Kerajaan Gowa: Abad XVI Sampai Abad XVII, Kerajaan Gowa
diperkirakan berdiri pada abad ke-14.2
Gowa dan Tallo pra-Islam merupakan kerajaan kembar milik dua
bersaudara. Pertengahan abad ke-16, pada masa pemerintahan Raja Gowa IV
Tonatangka Lopi, ia membagi wilayah Kerajaan menjadi dua bagian untuk dua
putranya, Batara Gowa dan Karaeng Loe ri Sero. Batara Gowa melanjutkan
kekuasaan sang ayah yang meninggal dunia dengan memimpin Kerajaan Gowa
sebagai Raja Gowa VII. Sedangkan adiknya, Karaeng Loe ri Sero, mendirikan
kerajaan baru bernama Tallo.3 Dalam perjalanannya, dua kerajaan bersaudara
ini dilanda peperangan bertahun-tahun. Hingga kemudian pada masa Gowa
dipimpin Raja Gowa X, Kerajaan Tallo mengalami kekalahan. Kedua kerajaan
kembar itu pun menjadi satu kerajaan dengan kesepakatan Rua Karaeng se’re
ata (dua raja, seorang hamba).4 Sejak keduanya menyepakati perjanjian
tersebut, maka yang menjadi Raja haruslah dari Kerajaan Gowa dan siapa pun
yang menjabat sebagai Raja Tallo, maka ia menjabat sebagai mangkubumi
Kerajaan Gowa. Para sejarawan kemudian menamakan kedua kerajaan Gowa
dan Tallo dengan Kerajaan Makassar.
Sejak bersatunya Kerajaan Gowa dan Tallo menjadi Kerajaan Makassar,
maka sesuai perjanjian, yang diangkat sebagai raja adalah Raja Gowa yaitu IMangngarangi Daeng Manrabia dan Raja Tallo, I-Mallingkaang Daeng
Manyonri Karaeng Katangka menjabat sebagai mangkubumi. Pada masa inilah
Islam mulai masuk ke Kerajaan Makassar melalui tiga mubaligh yang dikirim
oleh Raja Aceh Sultan Iskandar Muda. Mereka adalah Abdul Ma'mur Khatib
Tunggal atau Dato' (Datuk) Ribandang yang berasal dari Minangkabau
2Afriza Hanifa, “Lintasan Sejarah Kesultanan Gowa-Tallo (1)“ dalam http://www.repub
lika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/14/02/20/n1a09j-memadukan-budaya-islam-danjawa-2habis (diakses pada tanggal 12 Desember 2014).
3Afriza Hanifa, “Lintasan Sejarah Kesultanan Gowa-Tallo (1)“ dalam http://www.repub
lika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/14/02/20/n1a09j-memadukan-budaya-islam-danjawa-2habis (diakses pada tanggal 12 Desember 2014).
4Afriza Hanifa, “Lintasan Sejarah Kesultanan Gowa-Tallo (1)“ dalam http://www.repub
lika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/14/02/20/n1a09j-memadukan-budaya-islam-danjawa-2habis (diakses pada tanggal 12 Desember 2014).
3
Sumatra Barat, Khatib Sulaiman atau Dato' (Datuk) Patimang, dan Khatib
Bungsu atau Dato' (Datuk) ri Tiro.5
Islam diterima baik oleh penguasa Kerajaan Makassar, Raja Gowa IMangngarangi Daeng Manrabia memeluk agama Islam dan ia diberi gelar
Sultan Alauddin. Sedangkan mangkubumi I-Mallingkaang Daeng Manyonri
Karaeng Katangka memeluk Islam di beri gelar Sultan Abdullah. Dua tahun
sesudah Sultan Alauddin memeluk agama Islam, pada hari Jumat, tanggal 9
Nopember 1607 atau 19 Rajab 1016 H diadakanlah sholat Jumat pertama di
Masjid Tallo dan dinyatakan bahwa penduduk Kerajaan Makassar telah
memeluk Agama Islam dan Islam dijadikan sebagai agama resmi kerajaan.6
Dari Makassar, agama Islam menyebar ke berbagai daerah sampai ke
Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.7
Sejak pemerintahan Sultan Alaudin, Kerajaan Makassar berkembang
sebagai kerajaan maritim dan masyarakat hidup dengan aman, damai, dan
makmur.8 Kerajaan Makassar semakin menapaki puncak kejayaannya pada
masa pemerintahan Sultan Malikulsaid (1639-1653). Kekuasaan dan
pengaruhnya kian meluas dan diakui sebagai pemegang hegemoni dan
supremasi di Sulawesi Selatan, bahkan kawasan Timur Indonesia. Selanjutnya
Kerajaan Makassar mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan
Sultan Hasannudin (1653-1669).9 Pada masa pemerintahannya Makassar
berhasil memperluas wilayah kekuasaannya yaitu dengan menguasai daerahdaerah yang subur serta daerah-daerah yang dapat menunjang keperluan
perdagangan Makassar. Perluasan daerah Makassar tersebut sampai ke Nusa
Tenggara Barat.
5 Wismoyo Nugraha, “Kerajaan Islam di Indonesia”, dalam http://wismoyonp.blogspot.
com/2013/ 03/kerajaan-islam-di-indonesia.html (diakses pada tanggal 12 Desember 2014).
6 Nur Kasim, “Masa Kerajaan Gowa”, dalam http://nurkasim49.blogspot.com/2011/
12/ii.html (diakses pada tanggal 14 Desember 2014).
7 Wismoyo Nugraha, “Kerajaan Islam di Indonesia”, dalam http://wismoyonp.blogspot.
com/2013/ 03/kerajaan-islam-di-indonesia.html (diakses pada tanggal 12 Desember 2014).
8 Fatwa Faturohman, “Kesultanan Makassar Gowa Tallo”, dalam http://fatwarohman.
blogspot.com/2013/10/kesultanan-makassar-gowa-tallo.html (diakses pada tanggal 12 Desember
2014).
9 Fatwa Faturohman, “Kesultanan Makassar Gowa Tallo”, dalam http://fatwarohman.
blogspot.com/2013/10/kesultanan-makassar-gowa-tallo.html (diakses pada tanggal 12 Desember
2014).
4
Kemunduran Kerajaan Makassar disebabkan karena permusuhannya
dengan VOC yang berlangsung sangat lama. Ditambah dengan taktik VOC
yang memperalat Aru Palakka (Raja Bone) untuk mengalahkan Makassar.
Kebetulan pada masa itu Kerajaan Makassar sedang bermusuhan dengan
Kerajaan Bone sehingga Raja Bone setuju bekerja sama dengan VOC. 10 Akibat
persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibukota kerajaan
Makasar. Dan secara terpaksa kerajaan Makasar harus mengakui kekalahannya
dan menandatangai perjanjian Bongaya tahun 1667 yang isinya tentu sangat
merugikan kerajaan Makasar, yaitu:
a. VOC memperoleh hak monopoli perdagangan di Makasar.
b. Belanda dapat mendirikan benteng di Makasar.
c. Makasar harus melepaskan daerah-daerah jajahannya seperti Bone dan
pulau-pulau di luar Makasar.
d. Aru Palaka diakui sebagai raja Bone.11
Walaupun perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan Makasar
terhadap Belanda tetap berlangsung. Bahkan pengganti dari Sultan Hasannudin
yaitu Mapasomba (putra Hasannudin) meneruskan perlawanan melawan
Belanda.
Untuk
menghadapi
perlawanan
rakyat
Makasar,
Belanda
mengerahkan pasukannya secara besar-besaran. Akhirnya Belanda dapat
menguasai
sepenuhnya
kerajaan
Makasar,
dan
Makasar
mengalami
kehancurannya.
C. Unsur Budaya dalam Kerajaan Makassar
1. Bahasa
Masyarakat di Kerajaan Makassar pada dasarnya adalah masyarakat
asli Makassar. Para raja maupun masyarakat umum menggunakan bahasa
Makassar asli yaitu lontara sebagai bahasa lisan dan menggunakan aksara
lontara sebagai bahasa tulis. Aksara lontara secara resmi digunakan sebagai
10 Wismoyo Nugraha, “Kerajaan Islam di Indonesia”, dalam http://wismoyonp.blogspot.
com/2013/ 03/kerajaan-islam-di-indonesia.html (diakses pada tanggal 12 Desember 2014).
11 Fatwa Faturohman, “Kesultanan Makassar Gowa Tallo”, dalam http://fatwarohman.
blogspot.com/2013/10/kesultanan-makassar-gowa-tallo.html (diakses pada tanggal 12 Desember
2014).
5
aksara kerajaan Makassar pada masa Raja Gowa IX dan diberi
nama Lontara Bilang Gowa-Tallo yang terdiri dari 18 huruf12 yaitu KA,
GA, NGA, PA, BA, MA, TA, DA, NA, CA, JA, NYA, YA, RA, LA, WA,
SA, A. Dalam karakter aslinya sebagai berikut:
Penggunaan bahasa lontara di Kerajaan Makassar dibuktikan dari
banyaknya penulisan dan penyalinan buku-buku agama Islam dari bahasa
Melayu ke bahasa Makassar (lontara) terutama pada abad ke-17 dan abad
ke-18. Masuknya Islam tidak memiliki pengaruh besar terhadap bahasa
yang digunakan di Kerajaan Makassar. Hanya saja terjadi penambahan pada
huruf lontara yaitu huruf “Ha” sehingga jumlahnya menjadi 19 huruf.
Lontara ini disebut Lontara Bilang-Bilang.13 Karakter asli dari huruf “Ha”
yaitu:
2. Sistem Religi/ Keagamaan
Jauh sebelum datangnya Islam, masyarakat Makassar mempercayai
adanya satu Dewa yang tunggal. Dewa yang tunggal tersebut dikenal
dengan istilah Dewata SeuwaE atau biasa disebut dengan Turei A’rana
(kehendak yang tinggi). Mereka pula mempercayai adanya dewa yang
bertahta di tempat-tempat tertentu. Seperti kepercayaan tentang dewa yang
berdiam di Gunung Latimojong yang disebut dengan nama Dewata
Mattanrue.14
Masuknya Islam di Kerajaan Makassar tidak serta merta merubah
sistem kepercayaan masyarakat yang telah mengakar sejak lama. Karena
12 Agung Bakar, “Lontara”, dalam http://agung-backcarz.blogspot.com/2014/02/lontara.
html (diakses pada 14 Desember 2014).
13 Agung Bakar, “Lontara”, dalam http://agung-backcarz.blogspot.com/2014/02/lontara.
html (diakses pada 14 Desember 2014).
14 Yanita, “Suku Makassar”, dalam http://yanitacmr.blogspot.com/2012/01/suku-mak
assar.html (diakses pada 12 Desember 2014).
6
Islam disebarkan melalui pola top down.15 Ahmad M Sewang dalam
bukunya Islamisasi Kerajaan Gowa: abad XVI sampai abad XVII
menuturkan, peristiwa masuk Islamnya Raja Gowa-Tallo merupakan
tonggak sejarah dimulainya penyebaran Islam di Sulawesi Selatan.
Pasalnya, terjadi konversi Islam secara besar-besaran pasca peristiwa
tersebut. Penerimaan Islam dimulai dari sebuah dekrit yang dikeluarkan raja
Makassar (Gowa-Tallo), Sultan Alauddin, pada 9 November 1607 M. Dekrit
tersebut menyatakan Islam sebagai agama resmi kerajaan dan agama
masyarakat.16 Pengaruh agama Islam dalam masyarakat Makassar kemudian
meresap kedalam kepercayaan, norma-norma dan sistem masyarakat. Hal ini
terlihat pada saat diterimanya agama Islam sebagai agama kerajaan dan
diterapkannya syariah Islam melalui lembaga Parewa Sara’ (Pejabat
Syariah) yaitu Ulama, Qadhi, dan Imam.
3. Sistem Kemasyarakatan/ Sosial
Masyarakat di Kerajaan Makassar sangat terikat dengan norma adat
yang mereka anggap sakral. Norma kehidupan masyarakat diatur
berdasarkan adat dan agama Islam yang disebut Pangadakkang.
Pangadakkang adalah sistem pranata sosial yang berisi kitab undangundang dasar tertinggi orang Makassar/Bugis. Sebelum Islam datang,
Pangngadakkang terdiri dari 4 sendi yaitu: Ade’ (Adat istiadat), Rapang
(Pengambilan keputusan berdasarkan perbandingan),
Wari’ (Sistem
protokoler kerajaan), dan Bicara (Sistem hukum). Kemudian bertambah
satu Sara’ (syariah Islam) setelah Islam resmi diterima sebagai agama
kerajaan.17
Penerapan
syariah
Islam
dalam
undang-undang
Pangngadakkang misalnya aturan terhadap Wanita dalam berpakaian.
Sebelum Islam, sudah dikenal pakain Baju Bodo (baju yang lengannya
15 Penyebaran Islam dengan pola top down yaitu Islam terlebih dahulu disebarkan kepada
penguasa. Setelah Islam diterima langsung oleh penguasa kerajaan kemudian disosialisasikan dan
berkembang pada lapisan masyarakat bawah.
16 Sharifaul Hasanah, “Kerajaan Gowa Tallo”, dalam http://sharifaulhasanah.wordpress.
com/2014/05/26/kerajaan-gowa-tallo/ (diakses pada 12 Desember 2014).
17 Hizbut Tahrir, “Kerajaan Gowa-Tallo [Ekspedisi Islam Oleh Serambi Madinah dari
Timur – Bagian II]”, dalam http://hizbut-tahrir.or.id/2008/05/31/kerajaan-gowa-tallo/ (diakses
pada 14 Desember 2014).
7
pendek), setelah Islam menjadi agama Kerajaan Makassar, maka Baju Bodo
diganti menjadi Baju Labbu (baju lengan panjang).
Masyarakat Makassar juga mengenal pelapisan sosial yang terdiri
dari 3 (tiga) golongan yaitu golongan bangsawan dan keluarganya disebut
dengan Anakarung atau Karaeng, golongan rakyat kebanyakan yang
disebut to Maradeka dan masyarakat lapisan bawah yaitu para hamba
sahaya disebut dengan golongan Ata.18 Selain itu, dalam sistem sosial, juga
dikenal adanya hubungan kekerabatan seperti: Sipa’anakang/sianakang
(keluarga inti), Sipamanakang (sepupu), Sikalu-kaluki (persambungan
keluarga), serta Sambori (sekampung).19 Kesemua kekerabatan yang
tersebut terjalin erat antar satu dengan yang lain karena mereka merasa
senasib dan sepenanggungan. Oleh karena jika seorang membutuhkan yang
lain, bantuan dan harapannya akan terpenuhi, bahkan mereka bersedia untuk
segalanya.
Sirik na pacce merupakan prinsip hidup bagi suku Makassar. Sirik
dipergunakan untuk membela kehormatan terhadap orang-orang yang mau
memperkosa harga dirinya, sedangkan pacce dipakai untuk membantu
sesama anggota masyarakat yang berada dalam penderitaan. Ini sesuai
dengan ungkapan suku Makassar berbunyi Punna tena siriknu, paccenu
seng paknia (kalau tidak ada siri’mu paccelah yang kau pegang teguh). Yang
bermaksud, apabila sirik na pacce sebagai pandangan hidup tidak dimiliki
seseorang, akan dapat berakibat orang tersebut bertingkah laku melebihi
tingkah laku binatang karena tidak memiliki unsur kepedulian sosial, dan
hanya mau menang sendiri.20
4. Mata Pencaharian/ Sistem Ekonomi
Kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan maritim dan
sebagai pusat perdagangan di Indonesia bagian Timur. Sehingga hasil
18 Agus Anwar, “Kerajaan Gowa Tallo”, dalam https://www.academia.edu/5703129/
Kerajaan_Gowa_Tallo (diakses pada 12 Desember 2014).
19 Fadilah Madjid, “Suku makassar”, dalam http://fadilahmadjid.blogspot.com/2011/
06/makalah-karya-ilmiah-tentang-suku.html (diakses pada 14 Desember 2014).
20 Fadilah Madjid, “Suku makassar”, dalam http://fadilahmadjid.blogspot.com/2011/
06/makalah-karya-ilmiah-tentang-suku.html (diakses pada 14 Desember 2014).
8
perekonomian terutama diperoleh dari hasil pelayaran dan perdagangan.
Pesatnya perkembangan Kerajaan Makassar sebagai pusat ditunjang oleh
beberapa faktor :
a. Letak Kerajaan Makassar yang strategis yaitu sebagai penghubung
pelayaran Malaka dan Jawa ke Maluku.
b. Memiliki pelabuhan yang baik karena di depan pelabuhan terdapat
gugusan pulau kecil yang berguna untuk menahan gelombang dan angin,
sehingga keamanan berlabuh di pelabuhan ini terjamin.
c. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis tahun 1511 yang menyebabkan
banyak pedagang-pedagang yang pindah ke Indonesia Timur untuk
mencari daerah atau pelabuhan yang menjual belikan rempah-rempah.
d. Kemahiran penduduk Makasar dalam bidang pelayaran dan pembuatan
kapal besar jenis Phinisi dan Lambo.21
Makassar berkembang sebagai pelabuhan internasional dan banyak
disinggahi oleh pedagang-pedagang asing seperti Portugis, Inggris dan
Denmark untuk berdagang di Makasar. Pelayaran dan perdagangan di
Makasar diatur berdasarkan hukum niaga yang disebut dengan Ade’ Aloping
Loping Bicaranna Pabbalue22, sehingga dengan adanya hukum niaga
tersebut, maka perdagangan di Makasar menjadi teratur dan mengalami
perkembangan yang pesat.
Selain perdagangan, Kerajaan Makassar juga mengembangkan
kegiatan pertanian.23 Berkembangnya kegiatan pertanian di Kerajaan
Makassar disebabkan Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo masing-masing
memiliki daerah persawahan yang luas dan subur. Karena luasnya daerah
persawahan, maka kedua kerajaan ini merupakan penghasil beras yang
21 Fatwa Faturohman, “Kesultanan Makassar Gowa Tallo”, dalam http://fatwarohman.
blogspot.com/2013/10/kesultanan-makassar-gowa-tallo.html (diakses pada tanggal 12 Desember
2014).
22 Ade’ Aloping Loping Bicaranna Pabbalue merupakan aturan atau Undang-Undang
pelayaran dan perdagangan kemaritiman yang terdiri dari 21 pasal. Salah satu pasal menjelaskan
tentang sewa perahu bagi orang-orang yang berlayar dan berdagang. (pasal 1). Dalam
http://www.katailmu.com/2012/06/amanna-gappa.html.
23 Agus Anwar, “Kerajaan Gowa Tallo”, dalam https://www.academia.edu/5703129/
Kerajaan_Gowa_Tallo (diakses pada 12 Desember 2014).
9
melimpah yang diperdagangkan keseluruh pelabuhan antara lain Ternate,
Jawa, Sumatera, Malaka, dan Manila (Filipina).
5. Peralatan Hidup/ Teknologi
Kerajaan Makassar memiliki benteng pertahanan yaitu benteng Kale
Gowa, Sanrobone, dan Sombaopu, Benteng Tallo, Benteng Ujung Pandang
dan Benteng Ujung Tanah. Benteng-benteng tersebut terbuat dari batu bata
dan batu kuril yang dibangun secara gotong royong oleh masyarakat. 24
Keberadaan
benteng-benteng
pertahanan
di
Kerajaan
Makassar
menunjukkan bahwa teknologi yang ada pada masa itu tergolong canggih.
Disamping benteng pertahanan, sebagai kerajaan maritim tentunya peralatan
hidup dan teknologi yang berkembang didominasi oleh benda-benda yang
berhubungan dengan pelayaran seperti perahu dan kapal layar.
Pesatnya perkembangan teknologi di Kerajaan Makassar merupakan
salah satu keberhasilan para raja Makassar. Pada masa pemerintahan Raja
Gowa ke-10 misalnya dikembangkan keterampilan seperti pandai besi,
pembuat bangunan rumah dan perahu, pembuatan sumpit, dan senjata.25
Suksesi ini kemudian dilanjutkan oleh Sultan Alauddin dengan membuka
lapangan pekerjaan seperti pertukangan dan membuat perahu, senjata keris,
tombak dan alat pertanian sehingga rakyat hidup makmur, aman, dan
damai.26
Kecanggihan teknologi di Kerajaan Makassar semakin terlihat disaat
bangsa lain masih menggunakan sistem barter sebagai alat tukarnya,
kerajaan Makassar telah memiliki alat tukar yang sah di dalam wilayah
kekuasaannya yang diberi nama Jingara’ dan Kupa.27 Jingara’ adalah mata
Uang Kerajaan Makassar yang terbuat dari emas murni. Sedangkan Kupa
hanya terbuat dari campuran Timah dan Tembaga. Hal ini merupakan bukti
24 http://nurkasim49.blogspot.com/2011/12/ii.html (diakses pada 14 Desember 2014).
25 Dodi Ilham, “Pendidikan Islam Masa Kerajaan Gowa”, dalam
http://dodiilham.blogspot. com/2013/01/pendidikan-islam-masa-kerajaan-gowa_15.html (diakses
pada 12 Desember 2014).
26 http://www.sulsel.go.id/wisata/all (diakses pada 12 Desember 2014).
27 Kompasiana, “Setelah Sriwijaya dan Majapahit ada Kerajaan Gowa”, dalam
http://sejarah.kompasiana.com/2012/06/11/setelah-sriwijaya-dan-majapahit-ada-kerajaan-gowa469993.html (diakses pada 12 Desember 2014).
10
tingginya peradaban Kerajaan Makassar dan canggihnya teknologi yang ada
sehingga mampu menghasilkan mata uang Kerajaan Makassar.
6. Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan di Kerajaan Makassar telah berkembang dengan
baik bahkan sebelum masuknya Islam di Kerajaan Makassar. Yang mana
sebelum tahun 1520 di Kerajaan Makassar telah memiliki nama-nama Bulan
yang di gunakan di Kerajaan Makassar, yaitu:28
a. Naagai (Januari)
g. Sujiwi (Juli)
b. Palagunai (Februari)
h. Pacciekai (Agustus)
c. Bisaakai (Maret)
i. Pociyai (September)
d. Jettai (April)
j. Mangasierai (Oktober)
e. Sarawanai (Mei)
k. Mangase’tiwi (November)
f. Pe’dawaranai (Juni)
l. Mangalompai (Desember)
Selain telah mengenal nama-nama bulan, masyarakat Suku Makassar
juga telah memiliki kemampuan dalam membaca arah bintang. Hal ini
disebabkan oleh profesi mereka yang sebagian besar dihabiskan pada aspek
Maritim. Dan yang paling membanggakan bahwa pada abad ke-17
Mangkubumi Kerajaan Gowa yang bernama I Mangadacina Daeng Sitaba
Karaeng Pattingaloang telah memiliki Teropong Bintang yang berasal dari
pemberian Galileo galilei.29
Perkembangan ilmu pengetahuan kemudian semakin pesat setelah
masuknya Islam di Kerajaan Makassar. Yang mana sejak Islam dijadikan
sebagai agama resmi kerajaan, sistem pendidikan semakin berkembang.
Mesjid Kalukubodoa misalnya, menjadi pusat pengajian Islam yang
dikunjungi oleh siswa baik dari kerajaan Makassar maupun dari segenap
negeri-negeri Bugis-Makassar lainnya yang telah menerima agama Islam.
Pada masa pemerintahan Sultan Malikussaid Sultan Makassar ke-15, tiaptiap negeri memiliki mesjid dan di tiap-tiap kampung memiliki langgar.
28 Sharifaul Hasanah, “Kerajaan Gowa Tallo”, dalam http://sharifaulhasanah.wordpress.
com/2014/05/26/kerajaan-gowa-tallo/ (diakses pada 12 Desember 2014).
29 Sharifaul Hasanah, “Kerajaan Gowa Tallo”, dalam http://sharifaulhasanah.wordpress.
com/2014/05/26/kerajaan-gowa-tallo/ (diakses pada 12 Desember 2014).
11
Selain dipergunakan untuk shalat, mesjid dan langgar juga digunakan
sebagai tempat pengajian agama bagi anak-anak muda di tempat itu. Guru
yang mengajarkan Alquran dan ilmu-ilmu Islam lainnya disebut anronggurunta atau gurunta.
Seterusnya Perkembangan ilmu pengetahuan di Kerajaan Makassar
semakin tampak ketika dilakukannya penulisan dan penyalinan buku-buku
agama Islam dari bahasa Melayu ke bahasa Makassar (lontara). Beberapa
lontara tersebut diantaranya: Lontara perkawinan antara Sayidina Ali
dengan Fatima, putri Rasululullah, Lontara Nabi Yusuf dan percintaan Laila
dan Majnun, Kitta faraid (Kitab Hukum Pewarisan), dan Kitta Nika (Kitab
Hukum Perkawinan).
7. Kesenian
Sebagai kerajaan maritim, kebudayaan yang banyak dihasilkan oleh
masyarakat Makasar adalah benda-benda budaya yang berkaitan dengan
dunia pelayaran. Mereka terkenal sebagai pembuat kapal. Jenis kapal yang
dibuat oleh orang Makasar dikenal dengan nama Pinisi dan Lombo. Kapal
Pinisi dan Lombo merupakan kebanggaan rakyat Makasar dan terkenal
sampai mancanegara.30 Selain itu, benda-benda budaya dari Kerajaan
Makassar yang dipergunakan di lingkungan kerajaan yang masih bisa dilihat
di Museum Balla Lompoa di Jalan Hasannudin, Sanguminasa, Gow, yaitu:
a. Salokoa (mahkota Raja), memiliki berat 1768 gram, terbuat dari emas
murni, dan ditaburi 250 berlian.
b. Ponto janga jangaya (Terbuat dari emas murni yang berat seluruhnya
985,5 gram, bentuknya seperti Naga yang melingkar sebanyak 4 buah.
Dinamai “Mallimpuang” yang berkepala naga satu dan “Tunipalloang”
yang berkepala naga dua, benda ini merupakan benda “Gaukang”
(kebesaran Raja) dan dipakai pada pergelangan tangan.
c. Tobo kaluku atau rantai manila dengan berat 270 gram.
d. Kolara (kalung kebesaran yang terbuat dari emas murni seberat 2.182
gram).
e. Kancing gaukang (kancing emas) dengan berat 277 gram.
f. Lasippo berbentuk parang dari besi tua.
30 Agus Anwar, “Kerajaan Gowa Tallo”, dalam https://www.academia.edu/5703129/
Kerajaan_Gowa_Tallo (diakses pada 12 Desember 2014).
12
g. Sudanga berbentuk kalewang yang merupakan senjata sakti atribut raja.
h. Berang manurung (parang panjang).
i. Mata tombak tiga jenis.31
Sedangkan sebagai sebuah kerajaan yang identik dengan Islam,
kesenian yang berkembang berupa seni kaligrafi yang terdapat pada mata
uang kerajaan Makassar dan kaligrafi yang terdapat pada makam-makam
raja Makasssar. Selain itu, terdapat pula seni tari yang tidak hanya sekedar
dijadikan sebagai hiburan, tapi juga sebagai media dakwah Islam, yaitu:
a. Tari Pepe-Pepeka Ri
Tarian Pepe-Pepeka Ri muncul bersamaan di jadikannya Islam sebagai
agama resmi Kerajaan Makassar. Tarian ini merupakan salah satu alat
pendukung Islamisasi yang dilakukan oleh Kerajaan Makassar di abad ke
17. Jadi disamping sebagai sarana untuk menghibur masyarakat, tarian
ini juga berfungsi sebagai Media Dakwah Islam. Nuansa Islam dalam
tarian ini dapat disaksikan dari mantera-mantera yang di ucapkan oleh
pemainnya di antaranya adalah “Pepe-pepeka ri Makka lenterayya ri
Madina Ya Allah Paroba Sai Na Takakbere dunia…”.32
b. Permainan Pa’raga
Pa’raga merupakan kesenian yang berkembang di Kerajaan Makassar
sebelum masuknya Islam di Makassar. Kesenian ini memadukan unsur
ketangkasan dan bela diri. Awalnya, gerakan-gerakan dalam pa’raga
hanya gerakan bela diri biasa. Pada masa penetrasi agama Islam di
wilayah Kesultanan Gowa, pa’raga menjadi media efektif untuk
menyebarkan agama Islam di kalangan rakyat dengan memasukkan unsur
musik dan nuansa Islam di permainan ini yaitu para pemain selalu
melafalkan kalimat La ilaha illallah saat beratraksi. Pemain pa’raga
biasanya adalah para pemuda yang terlatih baik. Mengenakan pakaian
31
https://gharra.wordpress.com/2013/03/09/peninggalan-kerjaan-gowa-di-museumballa-lompoa/ (diakses pada 10 Desember 2014).
32 Suwandy Mardan, “Tari Pepe'-Pepeka Ri Makka, Salah Satu Jejak Kehadiran Islam di
Tanah Makassar”, dalam http://jejakcelebes.blogspot.com/2012_06_01_archive.html (diakses
pada 10 Desember 2014).
13
adat yang terdiri dari passapu (penutup kepala khas Makassar berbetuk
segi tiga), baju tutup (jas tradisional), dan lipa sabbe (sarung khas
Makassar yang terbuat dari kain sutera).33
D. Penutup
Kerajaan Makassar merupakan perpaduan antara Kerajaan Gowa dan
Kerajaan Tallo. Kerajaan ini berkembang menjadi kerajaan Islam ditandai
dengan dijadikannya Islam sebagai agama resmi kerajaan pada masa
pemerintahan Sultan Alauddin, sultan pertama di Gowa yang memeluk Islam.
Kerajaan Makassar kemudian berkembang pesat menjadi kerajaan maritim dan
pusat perdagangan di Indonesia timur pada masa Sultan Malikulsaid dan Sultan
Hasannudin. Seperti halnya kerajaan-kerajaan lain di Nusantara, Kerajaan
Makassar harus berakhir karena adanya VOC yang berusaha merebut wilayah
kekuasaan Kerajaan Makassar.
Meski harus berakhir, Kerajaan Makassar yang pernah eksis di bumi
Nusantara meninggalkan beragam kebudayaan yang masih ada hingga saat ini.
Diantaranya berbagai koleksi perhiasan sultan yang dapat dilihat di Museum
Balla Lompoa, kapal Pinisi dan Lombo, serta beragam peninggalan lainnya.
Peninggalan tersebut merupakan bukti sejarah keberadaan Kerajaan Makassar
yang harus terus dijaga dengan sebaik-baiknya.
33 http://mediacari.com/atraksi-paraga/ (diakses pada 10 Desember 2014).
14
DAFTAR PUSTAKA
Bakar, Agung, “Lontara”, dalam http://agung-backcarz.blogspot.com/2014/02/
lontara.html (diakses pada 14 Desember 2014).
Faturohman, Fatwa, “Kesultanan Makassar Gowa Tallo”, dalam http://fatwaro
hman.blogspot.com/2013/10/kesultanan-makassar-gowa-tallo.html (diakses
pada tanggal 12 Desember 2014).
Hanifa, Afriza, “Lintasan Sejarah Kesultanan Gowa-Tallo (1) “ dalam
http://www.
republika.co.id/berita/dunia-islam/islamnusantara/14/02/20/n1a09j-mema dukan-budaya (diakses pada tanggal 12
Desember 2014).
Hasanah, Sharifaul, “Kerajaan Gowa Tallo”, dalam http://sharifaulhasanah.word
press.com//kerajaan-gowa-tallo/ (diakses pada 12 Desember 2014).
http://mediacari.com/atraksi-paraga/ (diakses pada 10 Desember 2014).
https://gharra.wordpress.com/2013/03/09/peninggalan-kerjaan-gowa-di-museumballa-lompoa/ (diakses pada 10 Desember 2014).
Ilham, Dodi, “Pendidikan Islam Masa Kerajaan Gowa”, dalam http://dodiilham.
blogspot.com/2013/01/pendidikan-islam-masa-kerajaan-gowa_15.html (di
akses pada 12 Desember 2014).
Kasim, Nur, “Masa Kerajaan Gowa”, dalam http://nurkasim49.blogspot.com/
2011/12/ii.html (diakses pada tanggal 14 Desember 2014).
Kompasiana, “Setelah Sriwijaya dan Majapahit ada Kerajaan Gowa”, dalam
http://sejarah.kompasiana.com/2012/06/11/setelah-sriwijaya-dan-majap
ahit-ada-kerajaan-gowa-469993.html (diakses pada 12 Desember 2014).
Madjid, Fadilah, “Suku makassar”, dalam http://fadilahmadjid.blogspot.com/2011
/06/makalah-karya-ilmiah-tentang-suku.html (diakses pada 14 Desember
2014).
Mardan, Suwandy, “Tari Pepe'-Pepeka Ri Makka, Salah Satu Jejak Kehadiran
Islam di Tanah Makassar”, dalam http://jejakcelebes.blogspot.com/2012_
06_01_archive.html (diakses pada 10 Desember 2014).
Nugraha, Wismoyo, “Kerajaan Islam di Indonesia”, dalam http://wismoyonp.blog
spot.com/2013/ 03/kerajaan-islam-di-indonesia.html (diakses pada tanggal
12 Desember 2014).
Tahrir, Hizbut, “Kerajaan Gowa-Tallo [Ekspedisi Islam Oleh Serambi Madinah
dari Timur – Bagian II]”, dalam http://hizbuttahrir.or.id/2008/05/31/
kerajaan-gowa-tallo/ (diakses pada 14 Desember 2014).
Yanita, “Suku Makassar”, dalam http://yanitacmr.blogspot.com/2012/01/sukumakassar.html (diakses pada 12 Desember 2014).
KERAJAAN MAKASSAR
A. Pengantar
Islam masuk ke Indonesia dari arah barat melalui jalur perdagangan.
Tidak heran jika kawasan timur Indonesia sedikit tertinggal mengenal Islam.
Bahkan, tak sedikit pula kawasan di ujung timur yang tidak sempat terjamah
dakwah. Meski demikian, di Sulawesi Islam baru eksis setelah munculnya
Kerajaan Gowa-Tallo. Kerajaan Gowa dan Tallo lebih dikenal dengan sebutan
Kerajaan Makassar.
Kerajaan ini terletak di daerah Sulawesi Selatan. Secara geografis,
Sulawesi Selatan memiliki posisi yang penting, karena dekat dengan jalur
pelayaran perdagangan Nusantara. Bahkan daerah Makassar menjadi pusat
persinggahan para pedagang, baik yang berasal dari Indonesia bagian timur
maupun para pedagang yang berasal dari daerah Indonesia bagian barat.
Dengan letak seperti ini mengakibatkan Kerajaan Makassar berkembang
menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara.
Sebagai
kerajaan
besar,
hadirnya
Kerajaan
Makassar
juga
meninggalkan berbagai kebudayaan yang tercipta pada masa kerajaan. Bahkan
hasil kebudayaan tersebut sebagiannya masih dapat dinikmati hingga saat ini.
Melalui makalah ini, maka akan diidentifikasi berbagai kebudayaan yang
pernah ada pada masa Kerajaan Makassar. Disamping itu akan dipaparkan
terlebih dahulu mengenai sejarah Kerajaan Makassar.
B. Sejarah Kerajaan Makassar
Sebelum Islam datang, Kerajaan Gowa telah berdiri dengan
Tomanurung sebagai raja pertama.1 Namun, tidak banyak catatan sejarah yang
menyebutkan perjalanan kerajaan tersebut. Kapan tepatnya berdiri kerajaan
pun tidak ada dalam catatan sejarah. Menurut Prof Ahmad M Sewang dalam
1Afriza Hanifa, “Lintasan Sejarah Kesultanan Gowa-Tallo (1) “ dalam http://www.repub
lika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/14/02/20/n1a09j-memadukan-budaya-islam-danjawa-2habis (diakses pada tanggal 12 Desember 2014).
1
2
Islamisasi Kerajaan Gowa: Abad XVI Sampai Abad XVII, Kerajaan Gowa
diperkirakan berdiri pada abad ke-14.2
Gowa dan Tallo pra-Islam merupakan kerajaan kembar milik dua
bersaudara. Pertengahan abad ke-16, pada masa pemerintahan Raja Gowa IV
Tonatangka Lopi, ia membagi wilayah Kerajaan menjadi dua bagian untuk dua
putranya, Batara Gowa dan Karaeng Loe ri Sero. Batara Gowa melanjutkan
kekuasaan sang ayah yang meninggal dunia dengan memimpin Kerajaan Gowa
sebagai Raja Gowa VII. Sedangkan adiknya, Karaeng Loe ri Sero, mendirikan
kerajaan baru bernama Tallo.3 Dalam perjalanannya, dua kerajaan bersaudara
ini dilanda peperangan bertahun-tahun. Hingga kemudian pada masa Gowa
dipimpin Raja Gowa X, Kerajaan Tallo mengalami kekalahan. Kedua kerajaan
kembar itu pun menjadi satu kerajaan dengan kesepakatan Rua Karaeng se’re
ata (dua raja, seorang hamba).4 Sejak keduanya menyepakati perjanjian
tersebut, maka yang menjadi Raja haruslah dari Kerajaan Gowa dan siapa pun
yang menjabat sebagai Raja Tallo, maka ia menjabat sebagai mangkubumi
Kerajaan Gowa. Para sejarawan kemudian menamakan kedua kerajaan Gowa
dan Tallo dengan Kerajaan Makassar.
Sejak bersatunya Kerajaan Gowa dan Tallo menjadi Kerajaan Makassar,
maka sesuai perjanjian, yang diangkat sebagai raja adalah Raja Gowa yaitu IMangngarangi Daeng Manrabia dan Raja Tallo, I-Mallingkaang Daeng
Manyonri Karaeng Katangka menjabat sebagai mangkubumi. Pada masa inilah
Islam mulai masuk ke Kerajaan Makassar melalui tiga mubaligh yang dikirim
oleh Raja Aceh Sultan Iskandar Muda. Mereka adalah Abdul Ma'mur Khatib
Tunggal atau Dato' (Datuk) Ribandang yang berasal dari Minangkabau
2Afriza Hanifa, “Lintasan Sejarah Kesultanan Gowa-Tallo (1)“ dalam http://www.repub
lika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/14/02/20/n1a09j-memadukan-budaya-islam-danjawa-2habis (diakses pada tanggal 12 Desember 2014).
3Afriza Hanifa, “Lintasan Sejarah Kesultanan Gowa-Tallo (1)“ dalam http://www.repub
lika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/14/02/20/n1a09j-memadukan-budaya-islam-danjawa-2habis (diakses pada tanggal 12 Desember 2014).
4Afriza Hanifa, “Lintasan Sejarah Kesultanan Gowa-Tallo (1)“ dalam http://www.repub
lika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/14/02/20/n1a09j-memadukan-budaya-islam-danjawa-2habis (diakses pada tanggal 12 Desember 2014).
3
Sumatra Barat, Khatib Sulaiman atau Dato' (Datuk) Patimang, dan Khatib
Bungsu atau Dato' (Datuk) ri Tiro.5
Islam diterima baik oleh penguasa Kerajaan Makassar, Raja Gowa IMangngarangi Daeng Manrabia memeluk agama Islam dan ia diberi gelar
Sultan Alauddin. Sedangkan mangkubumi I-Mallingkaang Daeng Manyonri
Karaeng Katangka memeluk Islam di beri gelar Sultan Abdullah. Dua tahun
sesudah Sultan Alauddin memeluk agama Islam, pada hari Jumat, tanggal 9
Nopember 1607 atau 19 Rajab 1016 H diadakanlah sholat Jumat pertama di
Masjid Tallo dan dinyatakan bahwa penduduk Kerajaan Makassar telah
memeluk Agama Islam dan Islam dijadikan sebagai agama resmi kerajaan.6
Dari Makassar, agama Islam menyebar ke berbagai daerah sampai ke
Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.7
Sejak pemerintahan Sultan Alaudin, Kerajaan Makassar berkembang
sebagai kerajaan maritim dan masyarakat hidup dengan aman, damai, dan
makmur.8 Kerajaan Makassar semakin menapaki puncak kejayaannya pada
masa pemerintahan Sultan Malikulsaid (1639-1653). Kekuasaan dan
pengaruhnya kian meluas dan diakui sebagai pemegang hegemoni dan
supremasi di Sulawesi Selatan, bahkan kawasan Timur Indonesia. Selanjutnya
Kerajaan Makassar mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan
Sultan Hasannudin (1653-1669).9 Pada masa pemerintahannya Makassar
berhasil memperluas wilayah kekuasaannya yaitu dengan menguasai daerahdaerah yang subur serta daerah-daerah yang dapat menunjang keperluan
perdagangan Makassar. Perluasan daerah Makassar tersebut sampai ke Nusa
Tenggara Barat.
5 Wismoyo Nugraha, “Kerajaan Islam di Indonesia”, dalam http://wismoyonp.blogspot.
com/2013/ 03/kerajaan-islam-di-indonesia.html (diakses pada tanggal 12 Desember 2014).
6 Nur Kasim, “Masa Kerajaan Gowa”, dalam http://nurkasim49.blogspot.com/2011/
12/ii.html (diakses pada tanggal 14 Desember 2014).
7 Wismoyo Nugraha, “Kerajaan Islam di Indonesia”, dalam http://wismoyonp.blogspot.
com/2013/ 03/kerajaan-islam-di-indonesia.html (diakses pada tanggal 12 Desember 2014).
8 Fatwa Faturohman, “Kesultanan Makassar Gowa Tallo”, dalam http://fatwarohman.
blogspot.com/2013/10/kesultanan-makassar-gowa-tallo.html (diakses pada tanggal 12 Desember
2014).
9 Fatwa Faturohman, “Kesultanan Makassar Gowa Tallo”, dalam http://fatwarohman.
blogspot.com/2013/10/kesultanan-makassar-gowa-tallo.html (diakses pada tanggal 12 Desember
2014).
4
Kemunduran Kerajaan Makassar disebabkan karena permusuhannya
dengan VOC yang berlangsung sangat lama. Ditambah dengan taktik VOC
yang memperalat Aru Palakka (Raja Bone) untuk mengalahkan Makassar.
Kebetulan pada masa itu Kerajaan Makassar sedang bermusuhan dengan
Kerajaan Bone sehingga Raja Bone setuju bekerja sama dengan VOC. 10 Akibat
persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibukota kerajaan
Makasar. Dan secara terpaksa kerajaan Makasar harus mengakui kekalahannya
dan menandatangai perjanjian Bongaya tahun 1667 yang isinya tentu sangat
merugikan kerajaan Makasar, yaitu:
a. VOC memperoleh hak monopoli perdagangan di Makasar.
b. Belanda dapat mendirikan benteng di Makasar.
c. Makasar harus melepaskan daerah-daerah jajahannya seperti Bone dan
pulau-pulau di luar Makasar.
d. Aru Palaka diakui sebagai raja Bone.11
Walaupun perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan Makasar
terhadap Belanda tetap berlangsung. Bahkan pengganti dari Sultan Hasannudin
yaitu Mapasomba (putra Hasannudin) meneruskan perlawanan melawan
Belanda.
Untuk
menghadapi
perlawanan
rakyat
Makasar,
Belanda
mengerahkan pasukannya secara besar-besaran. Akhirnya Belanda dapat
menguasai
sepenuhnya
kerajaan
Makasar,
dan
Makasar
mengalami
kehancurannya.
C. Unsur Budaya dalam Kerajaan Makassar
1. Bahasa
Masyarakat di Kerajaan Makassar pada dasarnya adalah masyarakat
asli Makassar. Para raja maupun masyarakat umum menggunakan bahasa
Makassar asli yaitu lontara sebagai bahasa lisan dan menggunakan aksara
lontara sebagai bahasa tulis. Aksara lontara secara resmi digunakan sebagai
10 Wismoyo Nugraha, “Kerajaan Islam di Indonesia”, dalam http://wismoyonp.blogspot.
com/2013/ 03/kerajaan-islam-di-indonesia.html (diakses pada tanggal 12 Desember 2014).
11 Fatwa Faturohman, “Kesultanan Makassar Gowa Tallo”, dalam http://fatwarohman.
blogspot.com/2013/10/kesultanan-makassar-gowa-tallo.html (diakses pada tanggal 12 Desember
2014).
5
aksara kerajaan Makassar pada masa Raja Gowa IX dan diberi
nama Lontara Bilang Gowa-Tallo yang terdiri dari 18 huruf12 yaitu KA,
GA, NGA, PA, BA, MA, TA, DA, NA, CA, JA, NYA, YA, RA, LA, WA,
SA, A. Dalam karakter aslinya sebagai berikut:
Penggunaan bahasa lontara di Kerajaan Makassar dibuktikan dari
banyaknya penulisan dan penyalinan buku-buku agama Islam dari bahasa
Melayu ke bahasa Makassar (lontara) terutama pada abad ke-17 dan abad
ke-18. Masuknya Islam tidak memiliki pengaruh besar terhadap bahasa
yang digunakan di Kerajaan Makassar. Hanya saja terjadi penambahan pada
huruf lontara yaitu huruf “Ha” sehingga jumlahnya menjadi 19 huruf.
Lontara ini disebut Lontara Bilang-Bilang.13 Karakter asli dari huruf “Ha”
yaitu:
2. Sistem Religi/ Keagamaan
Jauh sebelum datangnya Islam, masyarakat Makassar mempercayai
adanya satu Dewa yang tunggal. Dewa yang tunggal tersebut dikenal
dengan istilah Dewata SeuwaE atau biasa disebut dengan Turei A’rana
(kehendak yang tinggi). Mereka pula mempercayai adanya dewa yang
bertahta di tempat-tempat tertentu. Seperti kepercayaan tentang dewa yang
berdiam di Gunung Latimojong yang disebut dengan nama Dewata
Mattanrue.14
Masuknya Islam di Kerajaan Makassar tidak serta merta merubah
sistem kepercayaan masyarakat yang telah mengakar sejak lama. Karena
12 Agung Bakar, “Lontara”, dalam http://agung-backcarz.blogspot.com/2014/02/lontara.
html (diakses pada 14 Desember 2014).
13 Agung Bakar, “Lontara”, dalam http://agung-backcarz.blogspot.com/2014/02/lontara.
html (diakses pada 14 Desember 2014).
14 Yanita, “Suku Makassar”, dalam http://yanitacmr.blogspot.com/2012/01/suku-mak
assar.html (diakses pada 12 Desember 2014).
6
Islam disebarkan melalui pola top down.15 Ahmad M Sewang dalam
bukunya Islamisasi Kerajaan Gowa: abad XVI sampai abad XVII
menuturkan, peristiwa masuk Islamnya Raja Gowa-Tallo merupakan
tonggak sejarah dimulainya penyebaran Islam di Sulawesi Selatan.
Pasalnya, terjadi konversi Islam secara besar-besaran pasca peristiwa
tersebut. Penerimaan Islam dimulai dari sebuah dekrit yang dikeluarkan raja
Makassar (Gowa-Tallo), Sultan Alauddin, pada 9 November 1607 M. Dekrit
tersebut menyatakan Islam sebagai agama resmi kerajaan dan agama
masyarakat.16 Pengaruh agama Islam dalam masyarakat Makassar kemudian
meresap kedalam kepercayaan, norma-norma dan sistem masyarakat. Hal ini
terlihat pada saat diterimanya agama Islam sebagai agama kerajaan dan
diterapkannya syariah Islam melalui lembaga Parewa Sara’ (Pejabat
Syariah) yaitu Ulama, Qadhi, dan Imam.
3. Sistem Kemasyarakatan/ Sosial
Masyarakat di Kerajaan Makassar sangat terikat dengan norma adat
yang mereka anggap sakral. Norma kehidupan masyarakat diatur
berdasarkan adat dan agama Islam yang disebut Pangadakkang.
Pangadakkang adalah sistem pranata sosial yang berisi kitab undangundang dasar tertinggi orang Makassar/Bugis. Sebelum Islam datang,
Pangngadakkang terdiri dari 4 sendi yaitu: Ade’ (Adat istiadat), Rapang
(Pengambilan keputusan berdasarkan perbandingan),
Wari’ (Sistem
protokoler kerajaan), dan Bicara (Sistem hukum). Kemudian bertambah
satu Sara’ (syariah Islam) setelah Islam resmi diterima sebagai agama
kerajaan.17
Penerapan
syariah
Islam
dalam
undang-undang
Pangngadakkang misalnya aturan terhadap Wanita dalam berpakaian.
Sebelum Islam, sudah dikenal pakain Baju Bodo (baju yang lengannya
15 Penyebaran Islam dengan pola top down yaitu Islam terlebih dahulu disebarkan kepada
penguasa. Setelah Islam diterima langsung oleh penguasa kerajaan kemudian disosialisasikan dan
berkembang pada lapisan masyarakat bawah.
16 Sharifaul Hasanah, “Kerajaan Gowa Tallo”, dalam http://sharifaulhasanah.wordpress.
com/2014/05/26/kerajaan-gowa-tallo/ (diakses pada 12 Desember 2014).
17 Hizbut Tahrir, “Kerajaan Gowa-Tallo [Ekspedisi Islam Oleh Serambi Madinah dari
Timur – Bagian II]”, dalam http://hizbut-tahrir.or.id/2008/05/31/kerajaan-gowa-tallo/ (diakses
pada 14 Desember 2014).
7
pendek), setelah Islam menjadi agama Kerajaan Makassar, maka Baju Bodo
diganti menjadi Baju Labbu (baju lengan panjang).
Masyarakat Makassar juga mengenal pelapisan sosial yang terdiri
dari 3 (tiga) golongan yaitu golongan bangsawan dan keluarganya disebut
dengan Anakarung atau Karaeng, golongan rakyat kebanyakan yang
disebut to Maradeka dan masyarakat lapisan bawah yaitu para hamba
sahaya disebut dengan golongan Ata.18 Selain itu, dalam sistem sosial, juga
dikenal adanya hubungan kekerabatan seperti: Sipa’anakang/sianakang
(keluarga inti), Sipamanakang (sepupu), Sikalu-kaluki (persambungan
keluarga), serta Sambori (sekampung).19 Kesemua kekerabatan yang
tersebut terjalin erat antar satu dengan yang lain karena mereka merasa
senasib dan sepenanggungan. Oleh karena jika seorang membutuhkan yang
lain, bantuan dan harapannya akan terpenuhi, bahkan mereka bersedia untuk
segalanya.
Sirik na pacce merupakan prinsip hidup bagi suku Makassar. Sirik
dipergunakan untuk membela kehormatan terhadap orang-orang yang mau
memperkosa harga dirinya, sedangkan pacce dipakai untuk membantu
sesama anggota masyarakat yang berada dalam penderitaan. Ini sesuai
dengan ungkapan suku Makassar berbunyi Punna tena siriknu, paccenu
seng paknia (kalau tidak ada siri’mu paccelah yang kau pegang teguh). Yang
bermaksud, apabila sirik na pacce sebagai pandangan hidup tidak dimiliki
seseorang, akan dapat berakibat orang tersebut bertingkah laku melebihi
tingkah laku binatang karena tidak memiliki unsur kepedulian sosial, dan
hanya mau menang sendiri.20
4. Mata Pencaharian/ Sistem Ekonomi
Kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan maritim dan
sebagai pusat perdagangan di Indonesia bagian Timur. Sehingga hasil
18 Agus Anwar, “Kerajaan Gowa Tallo”, dalam https://www.academia.edu/5703129/
Kerajaan_Gowa_Tallo (diakses pada 12 Desember 2014).
19 Fadilah Madjid, “Suku makassar”, dalam http://fadilahmadjid.blogspot.com/2011/
06/makalah-karya-ilmiah-tentang-suku.html (diakses pada 14 Desember 2014).
20 Fadilah Madjid, “Suku makassar”, dalam http://fadilahmadjid.blogspot.com/2011/
06/makalah-karya-ilmiah-tentang-suku.html (diakses pada 14 Desember 2014).
8
perekonomian terutama diperoleh dari hasil pelayaran dan perdagangan.
Pesatnya perkembangan Kerajaan Makassar sebagai pusat ditunjang oleh
beberapa faktor :
a. Letak Kerajaan Makassar yang strategis yaitu sebagai penghubung
pelayaran Malaka dan Jawa ke Maluku.
b. Memiliki pelabuhan yang baik karena di depan pelabuhan terdapat
gugusan pulau kecil yang berguna untuk menahan gelombang dan angin,
sehingga keamanan berlabuh di pelabuhan ini terjamin.
c. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis tahun 1511 yang menyebabkan
banyak pedagang-pedagang yang pindah ke Indonesia Timur untuk
mencari daerah atau pelabuhan yang menjual belikan rempah-rempah.
d. Kemahiran penduduk Makasar dalam bidang pelayaran dan pembuatan
kapal besar jenis Phinisi dan Lambo.21
Makassar berkembang sebagai pelabuhan internasional dan banyak
disinggahi oleh pedagang-pedagang asing seperti Portugis, Inggris dan
Denmark untuk berdagang di Makasar. Pelayaran dan perdagangan di
Makasar diatur berdasarkan hukum niaga yang disebut dengan Ade’ Aloping
Loping Bicaranna Pabbalue22, sehingga dengan adanya hukum niaga
tersebut, maka perdagangan di Makasar menjadi teratur dan mengalami
perkembangan yang pesat.
Selain perdagangan, Kerajaan Makassar juga mengembangkan
kegiatan pertanian.23 Berkembangnya kegiatan pertanian di Kerajaan
Makassar disebabkan Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo masing-masing
memiliki daerah persawahan yang luas dan subur. Karena luasnya daerah
persawahan, maka kedua kerajaan ini merupakan penghasil beras yang
21 Fatwa Faturohman, “Kesultanan Makassar Gowa Tallo”, dalam http://fatwarohman.
blogspot.com/2013/10/kesultanan-makassar-gowa-tallo.html (diakses pada tanggal 12 Desember
2014).
22 Ade’ Aloping Loping Bicaranna Pabbalue merupakan aturan atau Undang-Undang
pelayaran dan perdagangan kemaritiman yang terdiri dari 21 pasal. Salah satu pasal menjelaskan
tentang sewa perahu bagi orang-orang yang berlayar dan berdagang. (pasal 1). Dalam
http://www.katailmu.com/2012/06/amanna-gappa.html.
23 Agus Anwar, “Kerajaan Gowa Tallo”, dalam https://www.academia.edu/5703129/
Kerajaan_Gowa_Tallo (diakses pada 12 Desember 2014).
9
melimpah yang diperdagangkan keseluruh pelabuhan antara lain Ternate,
Jawa, Sumatera, Malaka, dan Manila (Filipina).
5. Peralatan Hidup/ Teknologi
Kerajaan Makassar memiliki benteng pertahanan yaitu benteng Kale
Gowa, Sanrobone, dan Sombaopu, Benteng Tallo, Benteng Ujung Pandang
dan Benteng Ujung Tanah. Benteng-benteng tersebut terbuat dari batu bata
dan batu kuril yang dibangun secara gotong royong oleh masyarakat. 24
Keberadaan
benteng-benteng
pertahanan
di
Kerajaan
Makassar
menunjukkan bahwa teknologi yang ada pada masa itu tergolong canggih.
Disamping benteng pertahanan, sebagai kerajaan maritim tentunya peralatan
hidup dan teknologi yang berkembang didominasi oleh benda-benda yang
berhubungan dengan pelayaran seperti perahu dan kapal layar.
Pesatnya perkembangan teknologi di Kerajaan Makassar merupakan
salah satu keberhasilan para raja Makassar. Pada masa pemerintahan Raja
Gowa ke-10 misalnya dikembangkan keterampilan seperti pandai besi,
pembuat bangunan rumah dan perahu, pembuatan sumpit, dan senjata.25
Suksesi ini kemudian dilanjutkan oleh Sultan Alauddin dengan membuka
lapangan pekerjaan seperti pertukangan dan membuat perahu, senjata keris,
tombak dan alat pertanian sehingga rakyat hidup makmur, aman, dan
damai.26
Kecanggihan teknologi di Kerajaan Makassar semakin terlihat disaat
bangsa lain masih menggunakan sistem barter sebagai alat tukarnya,
kerajaan Makassar telah memiliki alat tukar yang sah di dalam wilayah
kekuasaannya yang diberi nama Jingara’ dan Kupa.27 Jingara’ adalah mata
Uang Kerajaan Makassar yang terbuat dari emas murni. Sedangkan Kupa
hanya terbuat dari campuran Timah dan Tembaga. Hal ini merupakan bukti
24 http://nurkasim49.blogspot.com/2011/12/ii.html (diakses pada 14 Desember 2014).
25 Dodi Ilham, “Pendidikan Islam Masa Kerajaan Gowa”, dalam
http://dodiilham.blogspot. com/2013/01/pendidikan-islam-masa-kerajaan-gowa_15.html (diakses
pada 12 Desember 2014).
26 http://www.sulsel.go.id/wisata/all (diakses pada 12 Desember 2014).
27 Kompasiana, “Setelah Sriwijaya dan Majapahit ada Kerajaan Gowa”, dalam
http://sejarah.kompasiana.com/2012/06/11/setelah-sriwijaya-dan-majapahit-ada-kerajaan-gowa469993.html (diakses pada 12 Desember 2014).
10
tingginya peradaban Kerajaan Makassar dan canggihnya teknologi yang ada
sehingga mampu menghasilkan mata uang Kerajaan Makassar.
6. Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan di Kerajaan Makassar telah berkembang dengan
baik bahkan sebelum masuknya Islam di Kerajaan Makassar. Yang mana
sebelum tahun 1520 di Kerajaan Makassar telah memiliki nama-nama Bulan
yang di gunakan di Kerajaan Makassar, yaitu:28
a. Naagai (Januari)
g. Sujiwi (Juli)
b. Palagunai (Februari)
h. Pacciekai (Agustus)
c. Bisaakai (Maret)
i. Pociyai (September)
d. Jettai (April)
j. Mangasierai (Oktober)
e. Sarawanai (Mei)
k. Mangase’tiwi (November)
f. Pe’dawaranai (Juni)
l. Mangalompai (Desember)
Selain telah mengenal nama-nama bulan, masyarakat Suku Makassar
juga telah memiliki kemampuan dalam membaca arah bintang. Hal ini
disebabkan oleh profesi mereka yang sebagian besar dihabiskan pada aspek
Maritim. Dan yang paling membanggakan bahwa pada abad ke-17
Mangkubumi Kerajaan Gowa yang bernama I Mangadacina Daeng Sitaba
Karaeng Pattingaloang telah memiliki Teropong Bintang yang berasal dari
pemberian Galileo galilei.29
Perkembangan ilmu pengetahuan kemudian semakin pesat setelah
masuknya Islam di Kerajaan Makassar. Yang mana sejak Islam dijadikan
sebagai agama resmi kerajaan, sistem pendidikan semakin berkembang.
Mesjid Kalukubodoa misalnya, menjadi pusat pengajian Islam yang
dikunjungi oleh siswa baik dari kerajaan Makassar maupun dari segenap
negeri-negeri Bugis-Makassar lainnya yang telah menerima agama Islam.
Pada masa pemerintahan Sultan Malikussaid Sultan Makassar ke-15, tiaptiap negeri memiliki mesjid dan di tiap-tiap kampung memiliki langgar.
28 Sharifaul Hasanah, “Kerajaan Gowa Tallo”, dalam http://sharifaulhasanah.wordpress.
com/2014/05/26/kerajaan-gowa-tallo/ (diakses pada 12 Desember 2014).
29 Sharifaul Hasanah, “Kerajaan Gowa Tallo”, dalam http://sharifaulhasanah.wordpress.
com/2014/05/26/kerajaan-gowa-tallo/ (diakses pada 12 Desember 2014).
11
Selain dipergunakan untuk shalat, mesjid dan langgar juga digunakan
sebagai tempat pengajian agama bagi anak-anak muda di tempat itu. Guru
yang mengajarkan Alquran dan ilmu-ilmu Islam lainnya disebut anronggurunta atau gurunta.
Seterusnya Perkembangan ilmu pengetahuan di Kerajaan Makassar
semakin tampak ketika dilakukannya penulisan dan penyalinan buku-buku
agama Islam dari bahasa Melayu ke bahasa Makassar (lontara). Beberapa
lontara tersebut diantaranya: Lontara perkawinan antara Sayidina Ali
dengan Fatima, putri Rasululullah, Lontara Nabi Yusuf dan percintaan Laila
dan Majnun, Kitta faraid (Kitab Hukum Pewarisan), dan Kitta Nika (Kitab
Hukum Perkawinan).
7. Kesenian
Sebagai kerajaan maritim, kebudayaan yang banyak dihasilkan oleh
masyarakat Makasar adalah benda-benda budaya yang berkaitan dengan
dunia pelayaran. Mereka terkenal sebagai pembuat kapal. Jenis kapal yang
dibuat oleh orang Makasar dikenal dengan nama Pinisi dan Lombo. Kapal
Pinisi dan Lombo merupakan kebanggaan rakyat Makasar dan terkenal
sampai mancanegara.30 Selain itu, benda-benda budaya dari Kerajaan
Makassar yang dipergunakan di lingkungan kerajaan yang masih bisa dilihat
di Museum Balla Lompoa di Jalan Hasannudin, Sanguminasa, Gow, yaitu:
a. Salokoa (mahkota Raja), memiliki berat 1768 gram, terbuat dari emas
murni, dan ditaburi 250 berlian.
b. Ponto janga jangaya (Terbuat dari emas murni yang berat seluruhnya
985,5 gram, bentuknya seperti Naga yang melingkar sebanyak 4 buah.
Dinamai “Mallimpuang” yang berkepala naga satu dan “Tunipalloang”
yang berkepala naga dua, benda ini merupakan benda “Gaukang”
(kebesaran Raja) dan dipakai pada pergelangan tangan.
c. Tobo kaluku atau rantai manila dengan berat 270 gram.
d. Kolara (kalung kebesaran yang terbuat dari emas murni seberat 2.182
gram).
e. Kancing gaukang (kancing emas) dengan berat 277 gram.
f. Lasippo berbentuk parang dari besi tua.
30 Agus Anwar, “Kerajaan Gowa Tallo”, dalam https://www.academia.edu/5703129/
Kerajaan_Gowa_Tallo (diakses pada 12 Desember 2014).
12
g. Sudanga berbentuk kalewang yang merupakan senjata sakti atribut raja.
h. Berang manurung (parang panjang).
i. Mata tombak tiga jenis.31
Sedangkan sebagai sebuah kerajaan yang identik dengan Islam,
kesenian yang berkembang berupa seni kaligrafi yang terdapat pada mata
uang kerajaan Makassar dan kaligrafi yang terdapat pada makam-makam
raja Makasssar. Selain itu, terdapat pula seni tari yang tidak hanya sekedar
dijadikan sebagai hiburan, tapi juga sebagai media dakwah Islam, yaitu:
a. Tari Pepe-Pepeka Ri
Tarian Pepe-Pepeka Ri muncul bersamaan di jadikannya Islam sebagai
agama resmi Kerajaan Makassar. Tarian ini merupakan salah satu alat
pendukung Islamisasi yang dilakukan oleh Kerajaan Makassar di abad ke
17. Jadi disamping sebagai sarana untuk menghibur masyarakat, tarian
ini juga berfungsi sebagai Media Dakwah Islam. Nuansa Islam dalam
tarian ini dapat disaksikan dari mantera-mantera yang di ucapkan oleh
pemainnya di antaranya adalah “Pepe-pepeka ri Makka lenterayya ri
Madina Ya Allah Paroba Sai Na Takakbere dunia…”.32
b. Permainan Pa’raga
Pa’raga merupakan kesenian yang berkembang di Kerajaan Makassar
sebelum masuknya Islam di Makassar. Kesenian ini memadukan unsur
ketangkasan dan bela diri. Awalnya, gerakan-gerakan dalam pa’raga
hanya gerakan bela diri biasa. Pada masa penetrasi agama Islam di
wilayah Kesultanan Gowa, pa’raga menjadi media efektif untuk
menyebarkan agama Islam di kalangan rakyat dengan memasukkan unsur
musik dan nuansa Islam di permainan ini yaitu para pemain selalu
melafalkan kalimat La ilaha illallah saat beratraksi. Pemain pa’raga
biasanya adalah para pemuda yang terlatih baik. Mengenakan pakaian
31
https://gharra.wordpress.com/2013/03/09/peninggalan-kerjaan-gowa-di-museumballa-lompoa/ (diakses pada 10 Desember 2014).
32 Suwandy Mardan, “Tari Pepe'-Pepeka Ri Makka, Salah Satu Jejak Kehadiran Islam di
Tanah Makassar”, dalam http://jejakcelebes.blogspot.com/2012_06_01_archive.html (diakses
pada 10 Desember 2014).
13
adat yang terdiri dari passapu (penutup kepala khas Makassar berbetuk
segi tiga), baju tutup (jas tradisional), dan lipa sabbe (sarung khas
Makassar yang terbuat dari kain sutera).33
D. Penutup
Kerajaan Makassar merupakan perpaduan antara Kerajaan Gowa dan
Kerajaan Tallo. Kerajaan ini berkembang menjadi kerajaan Islam ditandai
dengan dijadikannya Islam sebagai agama resmi kerajaan pada masa
pemerintahan Sultan Alauddin, sultan pertama di Gowa yang memeluk Islam.
Kerajaan Makassar kemudian berkembang pesat menjadi kerajaan maritim dan
pusat perdagangan di Indonesia timur pada masa Sultan Malikulsaid dan Sultan
Hasannudin. Seperti halnya kerajaan-kerajaan lain di Nusantara, Kerajaan
Makassar harus berakhir karena adanya VOC yang berusaha merebut wilayah
kekuasaan Kerajaan Makassar.
Meski harus berakhir, Kerajaan Makassar yang pernah eksis di bumi
Nusantara meninggalkan beragam kebudayaan yang masih ada hingga saat ini.
Diantaranya berbagai koleksi perhiasan sultan yang dapat dilihat di Museum
Balla Lompoa, kapal Pinisi dan Lombo, serta beragam peninggalan lainnya.
Peninggalan tersebut merupakan bukti sejarah keberadaan Kerajaan Makassar
yang harus terus dijaga dengan sebaik-baiknya.
33 http://mediacari.com/atraksi-paraga/ (diakses pada 10 Desember 2014).
14
DAFTAR PUSTAKA
Bakar, Agung, “Lontara”, dalam http://agung-backcarz.blogspot.com/2014/02/
lontara.html (diakses pada 14 Desember 2014).
Faturohman, Fatwa, “Kesultanan Makassar Gowa Tallo”, dalam http://fatwaro
hman.blogspot.com/2013/10/kesultanan-makassar-gowa-tallo.html (diakses
pada tanggal 12 Desember 2014).
Hanifa, Afriza, “Lintasan Sejarah Kesultanan Gowa-Tallo (1) “ dalam
http://www.
republika.co.id/berita/dunia-islam/islamnusantara/14/02/20/n1a09j-mema dukan-budaya (diakses pada tanggal 12
Desember 2014).
Hasanah, Sharifaul, “Kerajaan Gowa Tallo”, dalam http://sharifaulhasanah.word
press.com//kerajaan-gowa-tallo/ (diakses pada 12 Desember 2014).
http://mediacari.com/atraksi-paraga/ (diakses pada 10 Desember 2014).
https://gharra.wordpress.com/2013/03/09/peninggalan-kerjaan-gowa-di-museumballa-lompoa/ (diakses pada 10 Desember 2014).
Ilham, Dodi, “Pendidikan Islam Masa Kerajaan Gowa”, dalam http://dodiilham.
blogspot.com/2013/01/pendidikan-islam-masa-kerajaan-gowa_15.html (di
akses pada 12 Desember 2014).
Kasim, Nur, “Masa Kerajaan Gowa”, dalam http://nurkasim49.blogspot.com/
2011/12/ii.html (diakses pada tanggal 14 Desember 2014).
Kompasiana, “Setelah Sriwijaya dan Majapahit ada Kerajaan Gowa”, dalam
http://sejarah.kompasiana.com/2012/06/11/setelah-sriwijaya-dan-majap
ahit-ada-kerajaan-gowa-469993.html (diakses pada 12 Desember 2014).
Madjid, Fadilah, “Suku makassar”, dalam http://fadilahmadjid.blogspot.com/2011
/06/makalah-karya-ilmiah-tentang-suku.html (diakses pada 14 Desember
2014).
Mardan, Suwandy, “Tari Pepe'-Pepeka Ri Makka, Salah Satu Jejak Kehadiran
Islam di Tanah Makassar”, dalam http://jejakcelebes.blogspot.com/2012_
06_01_archive.html (diakses pada 10 Desember 2014).
Nugraha, Wismoyo, “Kerajaan Islam di Indonesia”, dalam http://wismoyonp.blog
spot.com/2013/ 03/kerajaan-islam-di-indonesia.html (diakses pada tanggal
12 Desember 2014).
Tahrir, Hizbut, “Kerajaan Gowa-Tallo [Ekspedisi Islam Oleh Serambi Madinah
dari Timur – Bagian II]”, dalam http://hizbuttahrir.or.id/2008/05/31/
kerajaan-gowa-tallo/ (diakses pada 14 Desember 2014).
Yanita, “Suku Makassar”, dalam http://yanitacmr.blogspot.com/2012/01/sukumakassar.html (diakses pada 12 Desember 2014).